Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

HYPEREMESIS GRAVIDARUM

DI SUSUN OLEH

NAMA : WAHYUDI

NIM : 105111100519

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020/2021
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
A. Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan selama masa hamil.Muntah yang
membahayakan ini dibedakan dari morning sickness normal yang umum dialami wanita
hamil karena intensitasnya melebihi muntah normal dan berlangsung selama trimester
pertama kehamilan (Varney, 2006).
Hiperemesis gravidarum adalah morning sickness dengan gejala muntah terus menerus,
makan sangat kurang sehingga menyebabkan gangguan suasana kehidupan sehari-hari
(Nugroho, 2010).
Hiperemesis gravidarum merupakan mual muntah yang berlebihan dan merupakan salah
satu gejala paling awal, paling umum dan paling menyebabkan stres yang dikaitkan
dengan kehamilan (Tiran, 2008).
Hiperemesis gravidarum adalah gejala mual muntah yang wajar dan sering kedapatan
pada kehamilan trimester pertama, mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula
timbul setiap saat dan malam hari.Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah
hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu
(Wiknjosastro, 2007).

B. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa
penyakit ini disebabkan oleh factor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia.
Perubahan – perubahan anatomic pada otak, jantung, hati, dan susunan saraf, disebabkan
oleh kekurangan vitamin serta zat – zat lain akibat inanisi. Beberapa factor
predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan oleh beberapa penulis sebagai berikut:
1. Faktor predisposisi : primigravida, overdistensi rahim : hidramnion, kehamilan
ganda, estrogen dan HCG tinggi, mola hidatidosa.
2. Faktor organik: masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal, perubahan
metabolik akibat hamil, resistensi yang menurun dari pihak ibu dan alergi
3. Faktor psikologis: rumah tangga yang retak, hamil yang tidak diinginkan, takut
terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu dan
kehilangan pekerjaan (Wiknjosastro, 2007).
C. Patofisiologi
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil
muda terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak seimbangnya
elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.
Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis
terpakai untuk keperluan energi.Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna terjadilah
ketosis dengan tertimbunnya asam aseton – asetik, asam hidroksi butirik dan aseton
dalam darah.Kekurangan volume cairan yang diminum dan kehilangan karena
muntah menyebankan dehidrasi sehingga cairan ekstraseluler dan plasma
berkurang.Natrium dan khlorida air kemih turun.Selain itu jug adapt menyebabkan
hemokonsentrasi sehingga aliran darah berkurang. Kekurangan kalium sebagai akibat dari
muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi muntah – muntah
lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran yang sulit dipatahkan.
Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terjadi robekan pada
selaput lender esophagus dan lambung (Sindroma Mallory Weiss) dengan akibat
perdarahan gastrointestinal.Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat
berhenti sendiri, jarang sampai diperlukan transfusi atau tindakan operatif
(Wiknjosastro,2007).

D. Manifestasi Klinik
Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan hiperemesis
gravidarum tidak ada; tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini
dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum menurut berat
ringannya gejala dapat dibagi dalam 3 tingkatan:
1. Tingkatan I : Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum
penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa
nyeri pada epigastrium. nadi meningkat sekitar 100 kali/menit dan tekanan darah
sistolik turun, turgor kulit mengurang, lidah mongering dan mata cekung.
2. Tingkatan II : penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit mengurang,
lidah mengering dan Nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik
dan mata sedikit ikterik. Berat badan menurun dan mata menjadi cekung, tensi turun,
hemokonsentrasi oliguria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam hawa
pernafasan, karena pempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam
kencing.
3. Tingkatan III : Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran makin
menurun hingga mencapai somnollen atau koma, terdapat ensefalopati
werniche yang ditandai dengan : nistagmus, diplopia, gangguan mental,
kardiovaskuler ditandai dengan: nadi kecil, tekanan darah menurun, dan temperature
meningkat, gastrointestinal ditandai dengan: ikterus makin berat, terdapat timbunan
aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin tajam. Keadaan ini adalah akibat
sangat kekurangan zat makanan termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus
menunjukkan adanya payah hati (Wiknjosastro,2007).

E. Diagnosis
Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan adanya
kehamilan muda dan muntah terus menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum.
Namun demikian harus dipikirkan kehamilan muda dengan penyakit pielonefritis,
hepatitis, ulkus ventrikuli dan tumor serebri yang dapat pula memberikan gejala muntah.
Hiperemesis gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan makanan
yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu segera
dilakukan (Wiknjosastro, 2007).

F. Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar ridak terjadi hiperemesis gravidarum
dengan cara :
1. Memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik.
2. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang – kadang muntah merupakan gejala
yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan4 bulan.
3. Menganjurkan mengubah makan sehari – hari dengan makanan dalam jumlah kecil
tapi sering
4. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, terlebih
dahulu makan roti kering atau biscuit dengan teh hangat
5. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan
6. Makanan seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin
7. Menghindari kekurangan kardohidrat merupakan factor penting, dianjurkan
makanan yang banyak mengandung gula (Wiknjosastro, 2007).
G. Penatalaksanaan
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak berkurang maka diperlukan:
1. Obat – obatan; Sedativa : Phenobarbital, Vitamin : Vitamin B1 dan B6 atau B –
kompleks, Anti histamine : dramamin, avomin, Anti emetik (pada keadaan lebih
berat) : Dislikomin hidrokloride atau khlorpromasine. Penanganan hiperemesis
gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit.
2. Isolasi; Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah
danperedaran udara yang baik, catat cairan yang keluar masuk, hanya dokter dan
perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita sampai muntah berhenti pada
penderita mau makan. Tidak diberikan makanan atau minuman dan selama 24 jam.
Kadang – kadang dengan isolasi saja gejala – gejala akan berkurang atau hilang tanpa
pengobatan.
3. Terapi psikologika; perlu diyakinkan kepeda penderita bahwa penyakit dapat
disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta
menghilangkan masalah dan konflik.
4. Cairan parenteral; cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan
glukosa 5% dalam cairan fisiologis (2 – 3 liter/hari), dapat ditambah kalium dan
vitamin (vitamin B komplek, vitamin C), bila kekurangan protein dapat diberiakan
asam amino secara intravena, bila dalam 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan
umum membaik dapat diberikan minuman dan lambat laun makanan yang tidak
cair. Dengan penanganan diatas, pada umumnya gejala – gejala akan berkurang dan
keadaan akan bertambah baik.
5. Menghentikan kehamilan; Bila keadaan memburuk dilakukan pemeriksaan
medik dan psikiatrik, manifestasi komplikasi organis adalah delirium,
takikardi, ikterus, anuria dan perdarahan dalam keadaan demikian perlu
dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan keadaan yang memerlukan
pertimbangan gugur kandung diantaranya:
a. Gangguan kejiwaan ditandai dengan: delirium, apatis, somnolen sampai koma,
terjadi gangguan jiwa.
b. Gangguan penglihatan ditandai dengan: pendarahan retina, kemunduran
penglihatan.
c. Ganggguan faal ditandai dengan: hati dalam bentuk ikterus, ginjal dalam bentuk
anuria, jantung dan pembuluh darah terjadi nadi meningkat, tekanan darah
menurun. (Wiknjosastro, 2007).
6. Diet
Menurut Runiari ( 2010 ) Tiga macam diet pada hiperemesis gravidarum yaitu:
a. Diet hiperemesis I
Diet ini diberikan pada hiperemesis tingkat III.Makanan hanya terdiri dari roti kering,
singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan.Cairan tidak
diberikan bersama dengan makanan tetapi 1-2 jam setelahnya.Karena pada diet ini zat
gizi yang terkandung didalamnya kurang, maka tidak diberikan dalam waktu lama.
b. Diet hiperemesis II
Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang.Diet diberikan secara
bertahap dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang bernilai gizi
tinggi.Minuman tetap tidak diberikan bersamaan dengan makanan.Pemilihan bahan
makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan
energi.Jenis makanan ini rendah kandungan gizinya, kecuali vitamin A dan D.
c. Diet hiperemesis III
Diet ini diberikan kepada klien hiperemesis gravidarum ringan.Diet diberikan sesuai
kemampuan klien, dan minuman boleh diberikan bersamaan dengan
makanan.Makanan pada diet ini mengcukupi kebutuhan energi dan semua zat gizi.

H. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi menurut Lockhart ( 2014) adalah sebagai berikut :
1. Penurunun berat badan yang cukup banyak.
2. Starvasi dengan ketosis dan ketonuria.
3. Dehidrasi dengan selanjutnya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
(hipokalemia).
4. Gangguan keseimbangan asam basa.
5. Kerusakan retina, saraf, dan renal.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL
DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM.

I. Pengkajian
1. Biodata
Meliputi nama ibu, umur, agama, pendidikan pekerjaan dan alamat ibu semua data ini
untuk mengetahui identitas, tingkat pengetahuan, serta status social ibu di masyarakat.
Selain itu juga mencakup data suami yang meliputi nama suami, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan dan alamat.
2. Riwayat Keluhan Utama
Ibu mengatakan hamil muda dengan keluhan mual muntah yang berlebihan sampai
mengganggu aktivitas ibu.
3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Ibu dengan penyakit gastritis.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular, menurun
dan menahun serta tidak ada riwayat Gemelly.
5. Riwayat Perkawinan
Umur pertama kali menikah : terlalu muda berhubungan dengan kesiapan untuk
hamil, serta kesiapan mengasuh dan mendidik anak.
6. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu

7. Riwayat Kehamilan Sekarang
 Trimester I
 Hyperemesis Gravidarum
 Primi muda
 Mola hidatidosa, gemelly
8. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola Istirahat
Dianjurkan banyak istirahat sehubungan dengan keadaan umum lemah akibat
hyperemesis gravidarum.
b. Pola Aktifitas
Aktifitas terganggu karena mual muntah yang berlebihan
c. Pola Eliminasi
 Oliguria
 Konstipasi
 Aseton dapat tercium saat BAK
d. Pola Nutrisi
 Asupan gizi kurang
 Ion-ion dalam tubuh berkurang sehingga terjadi dehidrasi
 Mual-muntah.
e. Personal Hygiene
f. Keadaan Psikosial
 Takut terhadap kehamilan dan persalinan
 Takut kehilangan pekerjaan
 Takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu dapat menyebabkan konflik
mental sehingga memperberat mual-muntah.
g. Factor Spiritual
Kepercayaan dan keyakinan yang dianut dan dijalankan oleh ibu.

9. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Muka : Pucat
Mata : Cekung, sclera sedikit ikterus
Mulut : Bibir kering, lidah kering dan tampak kotor
Ekstremitas : Turgor kulit menurun
Warna kulit : Kuning pada stadium lanjut
b. Palpasi
Perut : - Nyeri epigastrium
Leopald I : < 3 jari bawah pusat
Leopald II:
Terjadi pada trimester I
Ekstremitas : Turgor menurun
c. Auskultasi
DJJ : Doppler pada umur kehamilan 12 minggu
d. Perkusi
Reflek patella +/+

II. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi


A. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nausea dan vomitus
yang menetap.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
1) Klien akan mengkonsumsi asupan oral diet yang mengandung zat gizi yang
adequat.
2) Klien tidak mengalami nausea dan vomitus.
3) Klien akan menoleransi diit yang telah di programkan.
4) Klien akan mengalami peningkatan berat badan yang sesuai selama hamil.

Intervensi :
1) Catat intake dan output.
R/ menentukan hidrasi cairan dan pengeluaran melalui muntah.
2) Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
R/ dapat mencukupi asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh.
3) Anjurkan untuk menghindari makanan yang berlemak
R/ dapat merangsang mual dan muntah.
4) Anjurkan untuk makan makanan selingan seperti biskuit, roti dan teh
(panas)hangat sebelum bagun tidur pada siang hari dan sebelum tidur.
R/ makanan selingan dapat mengurangi atau menghindari rangsang mual muntah
yang berlebih
5) Catal intake TPN, jika intake oral tidak dapat diberikan dalam periode
tertentu.
R/ untuk mempertahankan keseimbangan nutrisi.
6) Inspeksi adanya iritasi atau Iesi pada mulut.
R/ untuk mengetahui integritas inukosa mulut.
7) Kaji kebersihan oral dan personal hygiene serta penggunaan cairan pembersih
mulut sesering mungkin.
R/ untuk mempertahankan integritas mukosa mulut.
8) Pantau kadar Hemoglobin dan Hemotokrit
R/ mengidenfifikasi adanya anemi dan potensial penurunan kapasitas pcmbawa
oksigen ibu. Klien dengan kadar Hb < 12 gr/dl atau kadar Ht < 37 %
dipertimbangkan anemi pada trimester I.
9) Test urine terhadap aseton, albumin dan glukosa.
R/ menetapkan data dasar ; dilakukan secara rutin untuk mendeteksi
situasi potensial resiko tinggi sepertiketidakadekuatan asupan
karbohidrat, Diabetik kcloasedosis danHipertensi (Doenges, 2001).

B. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan akibat vomitus dan
asupan cairan yang tidak adequat.
Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
1) Keseimbangan cairan dan elektrolit akan kembali ke kondisi normal, yang terbukti
dengan turgor kulit normal, membran mukosa lembab, berat badan stabil, tanda-
tanda vital dalam batas normal; elektrolit, serum, hemoglobin, hematokrit, dan
berat jenis urin akan berada dalam batas normal.
2) Klien tidak akan muntah lagi
3) Klien akan mengkonsumsi asupan dalam jumlag yang adequat.
Intervensi:
1) Tentukan frekuensi atau beratnya mual/muntah.
R/ Memberikan data berkenaan dengan semua kondisi. Peningkatan kadar hormon
Korionik gonadotropin (HCG), perubahan metabolisme karbohidrat dan
penurunan motilitas gastrik memperberat mual/muntah pada kehamilan.
2) Tinjau ulang riwayat kemungkinah masalah medis lain (misalnya Ulkus
peptikum, gastritis.
R/ Membantu dalam mengenyampingkan penyebab lain untuk mengatasi
masalah khusus dalam mengidentifikasi intervensi.
3) Kaji suhu badan dan turgor kulit, membran mukosa, TD, input/output dan berat
jenis urine. Timbang BB klien setiap hari.
R/ Sebagai indikator dalam membantu mengevaluasi tingkat atau kebutuhan
hidrasi.
4) Anjurkan peningkatan asupan minuman berkarbonat, makan seseringmungkin
dengan jumlah sedikit. Makanan tinggi karbonat seperti : roti kering sebelum
bangun dari tidur.
R/ Membantu dalam meminimalkan mual/muntah dengan menurunkan keasaman
lambung. (Doenges, 2001)

C. Ketakutan berhubungan dengan efek hiperemesis pada kesejahteraan janin.


Tujuan : ketakutan klien teratasi
Kriteria hasil : klien memverbalisasi perasaan dan kekhawatirannya tentang
kesejahteraan janin.
Intervensi:
1) Memperlihatkan sikap menerima rasa takut klien
R/ Sikap yang menerima takut klien akan memungkinkan komunikasi
terbuka tentang sumber ketakutan.
2) Mendorong untuk mengungkapakn perasaan dan kekhawatirannya.
R/ Pengetahuan tentang risiko potensial pada janin dapat
membantunya.menghilangkan rasa takut.
3) Memberi informasi yang berhubungan dengan risiko potensial yang dapat
terjadi pada janinnya.
R/ Strategi koping yang efektif dibutuhkan untuk memampukan klien
mengatasi penyakit yang dideritanya dan efek-efek penyakit tersebut (bobak,2004:
273).

D. Gangguan rasa nyaman : nyeri (perih) berhubungan dengan muntah yang


berlebihan, peningkatan asam lambung.
Tujuan : nyeri hilang/berkurang. Kriteria hasil :
1) Klien mengungkapkan secara verbal.
2) Nyeri hilang atau berkurang
3) pasien dapat beristirahat dengan tenang
Intervensi:
1) kaji skala nyeri, karakteristik, kualitas, frekuensi dan lokasi nyeri.
R/ menentukan perubahan dalam tingkat nyeri dan mengevaluasi nilai skala nyeri.

2) Mengidentifikasi sumber sumber multiple dan jenis nyeri.Anjurkan penggunaan


tekhnik relaksasi dan distraksi
R/ menggunakan strategi ini sejalan dengan pemberian analgesic untuk
mengurangi atau mengalihkan respon terhadap nyeri.
3) Yakinkan pada klien bahwa perawat mengetahui nyeri yang dirasakannya dan
akan berusaha membantu untuk mengurangi nyeri tersebut.
R/ ketakutan bahwa nyari akan tidak dapat diterima seperti peningkatan
ketegangan dan ansietas yang nyata dan menurunkan toleransi nyeri.
4) Berikan kembali skala pengkajian nyeri
R/ memungkinkan pengkajian terhadap keefektifan analgesic dan
mengidentifikasi kebutuhan terhadap tindak lanjut bila tidak efektif.
5) Catat keparahan nyeri pasien dengan bagan.
R/ membantu dalam menunjukkan kebutuhan analgesic tambahan atau pendekatan
alternative terhadap penatalaksanaan nyeri.
6) Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi.
R/ analgesic lebih efektif bila diberikan pada awal siklus nyeri. (Smeltzer.
2001)

E. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan berhubungan dengan


keterbatasan informasi.
Tujuan : klien mengerti tentang perubahan fisiologis dan pskologis yang
normal dan tanda-tanda bahaya kehamilan.
Kriteria hasil :
1) Klien menjelaskan perubahan fisiologis dan pskologis normal berkaitan
dengan kehamilan trimester pertama..
2) Klien menunjukkan perilaku perawatan diri sendiri yang meningkatkan
kesehatan
3) Mengidentifikasi tanda-tanda bahaya kehamilan.

Intervensi:
1) Jelaskan tentang Hiperemesis Grvidarum dan kaji pengetahuan pasien.
R/ untuk mengetahui seberapa dalam pengetahuan pasien tentang penyakitnya
dan tentang penatalaksanaannya di rumah.
2) Berikan pendidikan kesehatan tentang hiperemesis gravidarum.
R/ untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang hiperemesis gravidarum.
3) Buat hubungan perawat-klien yang mendukung dan terus menerus.
R/ peran penyuluh atau konselor dapat memberikan bimbingan antisipasi
dan meningkatkan tanggunmg jawab individu terhadap kesehatan.
4) Evaluasi pengetahuan dan keyakinan budaya saat ini berkenaan dengan perubahan
fisiologis/psikologis yang normal pada kehamilan, serta keyakinan tentang
aktivitas, perawatan diri dan sebagainya.
R/ memberikan informasi untuk membantu mengidentifikasi kebutuhan-
kebutuhan dan membuat rencana keperawatan.
5) Klarifikasi kesalahpahaman.
R/ ketakutan biasanya timbul dari kesalahan informasi dan dapat mengganggu
pembelajaran selanjutnya.
6) Tentukan derajad motivasi untuk belajar.
R/ klien dapat mengalami kesulitan dalam belajar kecuali kebutuhan untuk belajar
tersebut jelas.
7) Pertahankan sikap terbuka terhadap keyakinan klien/pasangan.
R/ penerimaan penting untuk mengembangkan dan mempertahankan hubungan.
8) Jawab pertanyaan tentang perawatan dan pemberian makan bayi.
R/ memberikan informasi yang dapat bermanfaat untuk membuat pilihan.
9) Identifikasi tanda bahaya kehamilan, seperti perdarahan, kram, nyeri
abdomen akut, sakit punggung, edema, gangguan penglihatan, sakit kepala dan
tekanan pelvis.
R/ membantu klien membedakan yang normal dan abnormal sehngga
membantunya dalam mencari perawatan kesehatan pada waktu yang tepat.
(Doenges,2001)

F. Resiko perubahan integritas kulit berhubungan dengan penurunan darah dan


nutrisi kejaringan-jaringan sekunder akibat dehidrasi
Tujuan : Tidak terjadi ganguan integritas kulit.
Kriteria hasil : mengidentifikasi dan menunjukkan perilaku untuk
mempertahankan kulit halus, kenyal, utuh.
Intervensi :
1) Observasi kemerahan, pucat, ekskoriasi.
R/ area ini meningkat risikonya untuk kerusakan dan memerlukan
pengobatan lebih intensif.
2) Dorong mandi tiap 2 hari 1x, pengganti mandi tiap hari.
R/ sering mandi membuat kekeringan kulit.
3) Gunakan krim kulit dua kali sehari dan setelah mandi.
R/ melicinkan kulit dan mengurangi gatal.
4) Diskusikan pentingnya perubahan posisi sering, perlu untuk mempertahankan
aktivitas.
R/ meningkatkan sirkulasidan perfusi kulit dengan mencegah tekanan lama pada
jaringan.
5) Tekankan pentingnya masukan nutrisi/cairan adequat.
R/ perbaikan nutrisi dan hidrasi akan memperbaiki kondisi kulit. (Doenges,2001).

G. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakadekuatan sumber energi


sekunder.
Tujuan : Pasien dapat beraktivitas secara mandiri.
Kriteria hasil :
1) Pasien dapat memperlihatkan kemajuan khususnya tingkat yang lebih tinggi.
2) Pasien mengidentifikasi faktor-faktor yang menurunkan toleransi aktivitas.
Intervensi :
1) Tingkatkan tirah baring/duduk. Berikan lingkungan yang tenang; batasi
pengunjung sesuai keperluan.
R/ meningkatkan istirahat dan ketenangan.
2) Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit yang baik.
R/ meningkatkan fungsi pernapasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu
untuk menurunkan risiko kekurangan jaringan.
3) Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan rentang gerak sendi
pasif/aktif.
R/ tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan. Ini dapat terjadi karena
keterbatasan aktivitas yang mengganggu periode istirahat.
4) Dorong penggunaan tekhnik manajemen stress. Contoh relaksasi progresif,
visualisasi, bimbingan imajinasi.
R/ meningkatkan relaksasi dan penghematan energy, memusatkan kembali
perhatian dan dapat meningkatkan koping.
5) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi: sedatif, agen antiansietas, contoh
diazepam (valium); lorazepam(ativan).
R/ membantu dalam manajemen kebutuhan tidur. (Doenges, 2001).
DAFTAR PUSTAKA
Acy, (2012). Hubungan Antara Karakteristik Ibu Hamil dengan Kejadian Hiperemesis
Gravidarum di RSUD Ujung Berung pada 2010-1011, http://elibrary.unisba.ac.id. diunduh
pada tanggal 12 Februari 2015, jam 15.00.
Asfuah, (2009), Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan, Muha Medika, Yogyakarta.
Devi, N. (2010), Nutrition and Food Gizi Untuk Keluarga, Kompas, Jakarta.
Doengoes, Marilynn. E, (2001). Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Gunawan et all, (2011), Asuhan Kebidanan Patologis, Yogyakarta, Yayasan Bina
Pustaka.
Hendi, A. (2009), Buku Ajar Asuhan Kebidanan, ECG, Jakarta.
Hidayat, Alimul A. (2007). Pengantar Konsep Asuhan Keperawatan. Salemba Medika,
Jakarta.
Lochart, Anita. 2014. Kebidanan Patologi. Tanggerang: Binarupa Aksara Publisher.
Mitayani, (2009), Asuhan Keperawatan Maternitas, Salemba Medika, Jakarta.
Mochtar, R. (2013), Sinopsis Obsteri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi Ed.3 Jilid 1, EGC,
Jakarta
Mullin, P M et all. (2011). Riks Factor Treatment and Outcomes Associated WithProlonged
Hyperemesis Gravidarum, Journal Of Maternal-Fetal and NeonatalMedicine.
Nugroho, Taufan, (2001). Buku Ajar Obstetri. Yogyakarta : Nuha Medika.
Rekam Medik RSUD Gambiran Kota Kediri. RM. (2014).
Runiari, Nengah. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hiperemesis Gravidarum.
Jakarta: Salemba Medika.
Tiran, Denise, (2008). Mual dan muntah kehamilan. Jakarta : EGC.
Varney, Helen, (2006). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Wilkinson Judith M, Ahern Nancy R. (2011), Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosa
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC Ed.9, alih bahasa EstyWahyuningsih, EGC,
Jakarta.
Wiknjosastro, H. (2007), Ilmu Kebidanan Ed.3 Cetakan ke-9, YBP-SP, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai