Anda di halaman 1dari 6

APA ITU IMM

NAMA: ARIWATI ANGGITA PUTRI


NIM: J210170022
PRODI: KEPERAWATAN SI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017
Sejarah Berdirinya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah merupakan
bagian dari AMM (Angkatan Muda Muhammadiyah) yang merupakan organisasi otonom di bawah
Muhammadiyah.

Dua faktor integral yang melandasi kelahiran Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah :

Faktor Internal : faktor yang terdapat dalam diri Muhammadiyah itu sendiri.

Faktor Eksternal : faktor yang berawal dari luar Muhammadiyah, khususnya umat Islam di Indonesia dan
pada umumnya apa yang terjadi di Indonesia.

FAKTOR INTERN, sebenarnya lebih dominan dalam bentuk motivasi idealismse, yaitu motif untuk
mengembangkan ideologi Muhammadiyah (faham dan cita cita Muhammadiyah). Sebagaimana kita
ketahui bahwa Muhammadiyah pada hakekatnya adalah sebuah wadah organisasi yang mempunyai
cita-cita atau tujuan : menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam, sehingga terwujud masyarakat
utama, adil dan makmur yang diridloi oleh Allah SWT. Hal ini tertulis dalam AD Muhammadiyah Bab II
pasal 3. Dalam merefleksikan cita-citanya ini, Muhammadiyah mau tidak mau harus bersinggungan
dengan masyarakat bawah (jelata) atau masyarakat heterogen. Ada masyarakat petani, pedagang,
peternakan dan masyarakat padat karya dan ada masyarakat administratif dan lain sebagainya yang juga
termasuk didalamnya masyarakat kampus atau intelektualyaitu Masyarakat Mahasiswa. Persinggungan
Muhammadiyah dalam maksud dan tuiuannya, terutama terhadap masyarakat mahasiswa, secara
teknisnya bukan secara langsung terjun mendakwahi dan mempengaruhi mahasiswa yang berarti orang-
orang Mahasiswa, khususnya para mubalighnya yang langsung terjun ke mahasiswa. Tapi dalam hal ini
Muhammadiyah memakai teknis yang jitu yaitu dengan menyediakan yang memungkinkan menarik
animo atau simpati mahasiswa untuk memakai fasilitas yang telah disiapkan. Pada mulanya para
mahasiswa yang bergabung atau yang mengikuti jejak-jejak Muhammadiyah oleh Muhammadiyah
dianggapnya cukup bergabung dalam organisasi otonom yang ada dalam Muhammadiyah, seperti
Pemuda Muhammadiyah (PM) yang diperuntukkan pada mahasiswa dan Nasyi’atul Aisyiyah (NA) untuk
mahasisiwi yang lahir pada 27 Dzulhijjah 1349 H dan Pemuda pada tanggal 25 Dzulhiijjah 1350 H.

Anggapan Muhammadiyah tersebut lahir pada saat-saat Muhammadiyah bermuktamar ke-25 di Jakarta
pada tahun 1936 Yang pada saat itu dihembuskan pula cita-cita besar Muhammadiyah untuk mendirikan
Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) dan pada saat itu pula Pimpinan Pusat (PP) Yang dipegang oleh
KH. Hisyam (periode 1933-1937). Dan pada dikatakan bahwa anggapan dan pemikiran mengenai
perlunya menghimpun mahasiswa yang sehaluan dengan Muhammadiyah yaitu sejak konggres ke-25
tersebut.

Namun demikian keinginan untuk menghimpun dan membina mahasiswa Muhammadiyah pada saat itu
masih vakum, karena pada waktu itu Muhammadiyah masih belum memiliki Perguruan Tinggi seperti
yang diinginkannya sehingga para mahasiswa yang berada di Perguruan Tinggi lain baik negeri ataupun
swasta yang sudah ada pada waktu itu secara ideologi tetap berittiba’ pada Muhammadiyah dalam
kondisi tetap mereka harus mau bergabung dengan PM, NA ataupun Hizbul Wathon (HW).
Pada perkembangan keberadaan mereka yang berada dalam ketiga organisasi otonom tersebut merasa
perlu adanya perkumpulan khusus mahasiswa yang secara khusus anggotanya terdiri dari mahasiswa
Islam. Alternatif yang mereka pilih yaitu bergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Bahkan
ada image waktu itu yang menyatakan bahwa HMI adalah anak Muhammadiyah yang diberi tugas
khusus untuk membawa mahasiswa dalam misi dan visi yang dimiliki oleh Muhammadiyah, karena
waktu itu ditubuh HMI sendiri dipegang oleh tokoh-tokoh Muhammadiyah yang secara aktif mengelola
HMI.

Pada waktu itu Muhammadiyah secara kelembagaan turut mengelolai HMI baik dari segi moral ataupun
material, sampai belakangan ini menurut data-data yang ada di PP Muhammadiyah menyatakan bahwa
Muhammadiyah (terutama PTM dan RS Sosial) secara materiil turut membiayai hampir setiap aktifitas
HMI baik mulai dari tingkat kongres sampai aktifitas sehari -hari. Disinilah sekali lagi bukan HMI yang
turut menelorkan tokoh-tokoh Muhammadiyah tapi sebaliknya bahwa Muhammadiyah yang dulu ikut
aktif membesarkan HMI. Mengapa hal itu dilakukan? Jawabannya seperti dikemukakan diatas, yaitu
bahwa HMI diharapkan akan tetap konsisten dengan faham keagamaan yang diilhami oleh
Muhammadiyah. Namun pada perkermbangannya dahulu mengalami perubahan-perubahan khususnya
dalam independensi diinginkan oleh Muhammadiyah oleh Muhammadiyah lebih cenderung liberal
dalam segala dalam segala aliran yang ada dalam teologi Islam boleh mewarnai tubuh HMI aliran-aliran
Asy’ariyah (cenderung menghidupkan kembali sunnah-sunnah rosul), aliran syi’ah (yang cenderung
mengkultuskan syaidina Ali bin Abi Tholib r.a), Mu’tazilah, nasionalisme, sekularisme, pluralisme lainnya.
Sementara dalam Muhammadiyah tidaklah independensi Muhammadiyah ditekankan pada
berpendapat namun masih dalam konteks wacana Islam masih tetap berideologi Al-quran dan As-
sunnah dalam Muhammadiyah tidak mengenal madzab-madzab yang ada seperti madzab Syafi`i,
Hambali dan Maliki.

Melihat fenomena diatas, HMI yang kian melesat kealam berideologi tersebut maka dengan
diplomasinya pihak PP Muhammadiyah mengeluarkan suatu policy atau kebijakan yaitu menyelamatkan
kader-kader Muhammadiyah yang masih berada dijenjang pendidikan menengah atau Pendidikan
Tinggi. Pada tanggal 18 Nopember 1955 keinginan Muhammadiyah untuk mendirikan PTM ini, PP
Muhammadiyah melalui struktur kepemimpinannya membentuk departemen pelajar dan mahasiswa
yang menampung aspirasi aktif dari para pelajar dan mahasiswa. Maka pada saat Muktamar Pemuda
Muhammadiyah pertama di Palembang tahun 1956 di dalam keputusannya menetapkan langkah ke
depan Pemuda Muhammadiyah tahun 1956-1959 dan dalam langkah ini ditetapkan pula usaha untuk
menghimpun pelajar dan mahasiswa Muhammadiyah agar kelak menjadi pemuda Muhammadiyah atau
warga Muhammadiyah yang mampu mengemban amanah.

Untuk lebih merealisasikan usaha PP Pemuda Muhammadiyah tersebut maka lewat KOPMA (Konferensi
Pimpinan Daerah Muhammadiyah) se-Indonesia pada tanggal 5 Shafar 1381/18 Juli 1962 di Surakarta,
memutuskan untuk mendirikan IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah). PP Pemuda Muhammadiyah pada
saat KONPIDA ini masih belum berhasil melahirkan organisasi khusus Mahasiswa Muhammadiyah. Pada
saat itu nasib boleh duduk dalam kepengurusan IPM.
Sehubungan dengan semakin berkembangnya, PTM yang dirintis oleh Fakultas Hukum Dan Filsafat di
Padang yang berdiri pada tanggal 18 Nofember 1955 namun karena peristiwa pemberontakan PRRI
kedua fakultas tersebut vakum, kemudian berdiri di Jakarta PT Pendidikan guru yang kemudian berganti
nama menjadi IKIP. Pada tahun 1958 dirintis fakultas serupa di Surakarta, di Yogyakarta berdiri akademi
Tabligh Muhammadiyah dan di Jakarta berdiri pula FIS (Fakultas Ilmu Sosial) yang sekarang UMJ. Karena
semakin berkembangnya PTM-PTM yang sudah ada maka pada tahun 1960-an ide-ide untuk menangani
khusus mahasiswa Muhammadiyah semakin kuat.

PP Pemuda Muhammadiyah yang oleh PP Muhammadiyah dan Muktamar ke-I di Palembang (1956)
dibebani tugas untuk menampung aspirasi aktif para Mahasiswa Muhammadiyah, segera membentuk
Study Group yang khusus Mahasiswa yang berasal dari Malang, Yogyakarta, Bandung, Surabaya, Padang,
Ujung Pandang dan Jakarta. Menjelang Muktamar Muhammadiyah setengah abad di Jakarta tahun 1962
mengadakan kongres Mahasiswa Muhammadiyah di Yogyakarta dan dari kongres ini semakin santer
upaya para tokoh Pemuda untuk melepaskan Departemen Kemahasiswaan untuk berdiri sendiri. Pada
15 Desember 1963 mulai diadakan pejajagan dengan didirikannya Dakwah mahasiswa yang dikoordinir
oleh : Ir. Margono, Dr. Sudibjo Markoes dan Drs. Rosyad Saleh. Ide pembentukan ini berasal dari Drs.
Moh. Djazman yang waktu itu sebagai Sekretaris PP Pemuda Muhammadiyah. Dan sementara itu
desakan agar segera membentuk organisasi khusus mahasiswa dari berbagai kota seperti Jakarta dengan
Nurwijo Sarjono MZ. Suherman, M. yasin, Sutrisno Muhdam, PP Pemuda Muhammadiyah dll-nya.

Akhirnya dengan restu PP Muhammadiyah waktu itu diketuai oleh H.A. Badawi, dengan penuh bijaksana
dan kearifan mendirikan organisasi yang khusus untuk Mahasiswa Muhammadiyah yang diketuai oleh
Drs. Moh. Djazman sebagai koordinator dengan anggota M. Husni Thamrin, A. Rosyad Saleh, Soedibjo
Markoes, Moh. Arief dll.

Jadi Pendiri Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dan pencetus nama IMM adalah Drs. Moh. Djazman Al-
kindi yang juga merupakan koordinator dan sekaligus ketua pertama. Muktamar IMM yang pertama
pada 1-5 Mei 1965 di kota Barat, Solo dengan menghasilkan deklarasi yang dibawah ini :

IMM adalah gerakan Mahasiswa Islam

Kepribadian Muhammadiyah adalah Landasan perjuangan IMM

Fungsi IMM adalah sebagai eksponen mahasiswa dalam Muhammadiyah (sebagai stabilisator dan
dinamisator).

Ilmu adalah amaliah dan amal adalah Ilmiah IMM.

IMM adalah organisasi yang syah-mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan dan falsafah
negara yang berlaku.

Amal IMM dilakukan dan dibaktikan untuk kepentingan agama, nusa dan bangsa.
Selanjutnya yang juga termasuk faktor intem dalam melahirkan IMM adanya motivasi etis dikalangan
keluarga Muhammadiyah. Dalam upaya mewujudkan maksud dan tujuan Muhammadiyah baik yang
berada di struktural ataupun diluar dan simpatisan, baik yang berekonomi atas, menengah ataupun
bawah harus dapat memahami dan mengetahui Muhammadiyah secara general ataupun secara spesifik
sehingga tidak muncul kader-kader Muhammadiyah yang radikal. Penegasan motivasi etis ini
sebenarnya merupakan interpretasi (pemahaman) dari firman Allah SWT QS. Al-Imran:104 dan
diharapkan kader-kader Muhammadiyah yang khusunya IMM dapat merealisaasikan motivasi etis
diantaranya dengan melakukan dakwah amar ma`ruf nahi munkar, Fastabiqul Khoirot (berlomba-lomba
dalam kebajikan & demi kebaikan).

FAKTOR EKSTERN, yaitu sebagaimana yang tersebut diatas baik yang terjadi ditubuh umat Islam sendiri
ataupun yang terjadi dalam sejarah pergolakan bangsa Indonesia, yang terjadi dimasyarakat Indonesia
pada zaman dahulu hingga sekarang adalah sama saja, yaitu kebanyakan mereka masih mengutamakan
budaya nenek moyang yang mencerminkan aktifitas sekritistik dan bahkan anemistik yang bertolak
belakang dengan ajaran Islam murni khususnya dan tidak lagi sesuai dengan perkembangan zaman. Hal
semacam ini memunculkan signitifitasi (bias) yang begitu besar, utamanya pada kalangan mahasiswa
Yang memiliki kebebasan akademik dan Seharusnya memiliki pola pikir yang jauh, namun karena
dampak budaya masyarakat yang demikian membumi, mereka akan menjadi jumud dan mengalami
kemunduran.

Pergolakan OKP (Organisasi Kemasyarakatan Pemuda) atau Organisasi Mahasiswa periode 50 sampai 65-
‘an terlihat menemui jalan buntu untuk mempertahankan indpendensi mereka dan partisipasi aktif
dalam pasca Proklamasi (era kemerdekaan) RI. Hal ini terlihat sejak pasca Konggres Mahasiswa
Indonesia pada 8 Juli 1947 di Malang Jawa Timur, yang terdiri dari HMI, PMKRI, PMU, PMY, PMJ, PMKH,
MMM, SMI, yang kemudian berfusi (bergabung) menjadi PPMI (Perserikatan Perhimpunan-
perhimpunan Mahasiswa Indonesia). PPMI pada mulanya tampak kompak dalam menggalang persatuan
dan kesatuan diantara mahasiswa, namun sejak PPMI menerima anggota baru pada tahun 1958 yaitu
CGMI yang berkiblat dan merupakan anak komunis akhirnya PPMI mengalami keretakan yang membawa
kehancuran. PPMI secara resmi membubarkan diri pada Oktober 1965.

Sebenamya PPMI sebelum membubarkan diri, sekitar tahun 1964-1965 masing-masing organisasi yang
berfusi dalam PPMI itu saling berkompetisi dan sok revolosioner untuk merebut pengaruh para
penguasa waktu itu, termasuk juga Bung Karno Yang tak luput dari incaran mereka. Hal ini diakibatkan
karena masuknya CGMI kedalam PPMI yang seakan mendapatkan legitimasi dari pihak penguasa waktu
itu sehingga CGMI (PKI) terlihat besar. HMI pun saat itu juga merevolosionerkan diri menjadi sasaran
CGMI (PKI), sehingga HMI hampir rapuh akibat ulahnya sendiri, karena pada saat itu PKI merupakan
partai terbesar dan pendukungnya selalu meneriakkan supaya HMI dibubarkan. HMI melihat kondisinya
yang rawan tidak tinggal diam, dengan segala upaya untuk mengembangkan sayap dan
memperkokohnya, HMI kembali berusaha mendapatkan legitimasi kesana-kemari untuk menangkal
serangan dari PKI yang berusaha membubarkannya.
Pada saat HMI semakin terdesak karena lahirnya IMM, yaitu pada tanggal 14 Maret 1964. Inilah
sebabnya, ada stereotype atau persepsi yang muncul ke permukaan bahwa IMM lahir sebagai
penampung anggota-anggota HMI, manakala HMI dibubarkan oleh PKI. Maka IMM tidak perlu lahir.
Namun persepsi yang terputar itu tidak rasional dan kurang cerdas dalam menginterprestasi fakta dan
data sejarah.

Interprestasi yang benar dan rasional sesuai dengan data dan fakta sejarah :

IMM salah satu faktor historisnya adalah untuk membantu eksistensi HMI agar tidak mempan atas
usaha-usaha yang akan membubarkannya. Sekali lagi bahwa kelahiran IMM untuk membantu dan turut
serta mempertahankan HMI dari usaha-usaha komunis (PKI) yang akan membubarkannya dan sesuai
dengan sifat IMM itu sendiri yang akan selalu bekerjasama dan saling membantu dengan saudaranya
(saudaranya seaqidah Islam) dalam upaya beramar ma’ruf nahi mungkar yang merupakan prinsip
perjuangan IMM.

Itulah sekilas kelahiran IMM yang sampai sekarangpun masih ada oknum-oknum yang
mempersoalkannya (walaupun sudah terbit buku yang menangkal isu tersebut dengan judul Kelahiran
Yang Dipersoalkan oleh Farid Fatoni. Dan sekarang kita telah tahu bahwa IMM lahir memang merupakan
suatu kebutuhan Muhammadiyah dalam mengembangkan sayap dakwahnya dan sekaligus merupakan
suatu aset bangsa untuk berpartisipasi aktif dalam kemerdekaan ini. Karena IMM merupakan suatu
kebutuhan intern dan ekstern itu pulalah, maka tokoh-tokoh PP Pemuda Muhammadiyah yang berawal
dari HMI kembali ke IMM sebagai anak atau ortom Muhammadiyah.Mereka yang dulu turut
mengembangkan HMI disebabkan karena IMM belum lahir dan keterlibatan mereka dalam tubuh HMI
hanya sebatas mengembangkan ldeologi Muhammadiayah. Dan sampai sekarangpun HMI masih
dimasuki oleh kalangan mahasiswa dari berbagai unsur ormas Islam, yang pada akhimya berbeda
dengan orientasi Muhammadiyah. Mungkin, untuk menangkal klaim seperti tersebut PP Pemuda
Muhammadiyah diatas, adalah bahwa Para aktifis akan muhammadiyah yang berusaha mengusahakan
berdirinya IMM tidak terlibat dalam aktifitas HMI secara langsung maupun tidak langsung. Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah benar-benar murni didirikan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang
pada waktu itu diketuai oleh Bapak H.A. Badawi.

Sumber:

http://ibrahcinta.wordpress.com/2014/05/24/sejarah-berdirinya-imm-ikatan-mahasiswa-
muhammadiyah/imm-dan-hmi2/

Anda mungkin juga menyukai