Anda di halaman 1dari 11

IDEOLOGI IMM #1

(Ideologi IMM – Hakekat, Arah Gerak, NDI dan PKI)


Muhammad Taufiq Ulinuha (Instruktur Madya DPD IMM Jawa Tengah)

Pendahuluan
Alhamdulillahirobbil ‘Alamin, segala puji kita haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala
yang telah memberikan kepada kita berbagai kenikmatan, yang salah satunya adalah akal, sehingga
kita mampu untuk menelaah setiap wahyuNya, yang mana interpretasi yang kita dapatkan dari
penelaahan tersebut, mampu menjadikan penguat bagi keimanan kita. Sholawat serta salam kita
sampaikan kepada uswah hasanah kita, Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wa Salam, nabi akhir
zaman, imam para nabi, dimana ia datang membawa risalah Islam, yang mana Islam adalah agama
yang benar dialam semesa ini.
Pada sesi 1 sekolah kader ini, akan disampaikan materi mengenai Ideologi IMM, yakni :
1. Hakikat IMM
2. Arah Gerak IMM
3. Nilai Dasar Ikatan
4. Profil Kader Ikatan
yang mana 4 submateri diatas akan dilanjutkan pada pertemuan selanjutnya. Materi-materi
mengenai Ideologi sudah didapatkan saat DAD yang lalu, diskusi kita kedepan hanya bersifat recall
dari materi-materi yang sudah immawan dan immawati dapatkan sebelumnya.

Ideologi IMM
Berbicara masalah ideologi, maka akan timbul beberapa definisi dari berbagai sumber. Yang
pada dasarnya ideologi saya artikan sebagai gagasan atau cita-cita yang cenderung mendorong
orang untuk mencapainya, sehingga cita-cita itu sekaligus merupakan dasar, pandangan, atau paham
dari seseorang untuk melakukan perbuatan.
Dalam pendirian dan pengembangan organisasi diperlukan dasar perjuangan untuk
memperjelas ranah gerak organisasi tersebut. Berbagai referensi yang kami telaah ideologi IMM
sama seperti organisasi Induknya, yakni Muhammadiyah. Didalam buku Memahami Ideologi
Muhammadiyah karangan Prof. Haedar Nashir disebutkan bahwa ideologi Muhammadiyah adalah
Islam berkemajuan. Maka dapat disimpulkan bahwa ideologi IMM adalah Islam berkemajuan,
adapun enam penegasan, identitas IMM, Trilogi, Tri Kompetensi Dasar, Slogan IMM, NDI, dan
PKI adalah nilai-nilai turunan dari ideologi itu sendiri.
Hakikat IMM
Ikatan merupakan suatu ortom dari organisasi sosial kemasyarakatan Muhammadiyah, maka
yang dilakukan oleh ikatan adalah mencerminkan dari Muhammadiyah itu sendiri. Muhammadiyah
dalam gerakannya menggambarkan kondisi masyarakat yang ideal. Gambaran masyarakat ideal
Muhammadiyah ini tertuang dalam ideologi Muhammadiyah pada Muqadimah AD dan ART.
Tujuan didirikannya Muhammadiyah sebagai “baldatun thayyibatun warabbun ghafur”.
Penggambaran ideal masyarakat dalam cita-cita Muhammadiyah yakni masyarakat yang indah,
bersih suci, dan makmur dibawah perlindungan Tuhan Yang Maha Pengampun. Masyarakat
tersebut menurut Muhammadiyah merupakan pengantar pada gerbang surga dengan keridhaan
Allah yang Maha Rahman dan Rahim. (AD dan ART Muhammadiyah, Pimpinan Pusat
Muhammadiyah). Pengungkapan tujuan Muhammadiyah terlihat dalam tujuan Ikatan serta bentuk
perjuangan yang akan dilakukan oleh ikatan. Sebagaimana tercantumkan dalam tujuan IMM yang
sesuai dengan AD IMM dalam Bab II pasal 6 adalah “mengusahakan terbentuknya akademisi Islam
yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah”. Dari sini, tujuan ikatan
merupakan cita-cita dari personal kader dan organisasi secara kolektif menjadikan spirit dalam diri
untuk berproses dalam menjalankan kehidupan serta jalannya roda organisasi. Ikatan sebagai pionir
Muhammadiyah dalam hal keilmuan, hal ini dikarenakan tujuan serta basis massa dalam ikatan
merupakan masyarakat akademis yang berfiki rasional dan ilmiah. Melihat dari tujuan serta harapan
Muhammadiyah terhadap ikatan bahwa yang dilakukan oleh ikatan adalah gerakan ilmu amaliah
dan amal ilmiah. Ikatan memiliki tugas yang berat, dikarenakan ikatan sebagai proses dan
eksperimentasi masyarakat ilmu sebagaimana dikatakan oleh Kuntowijoyo sebagai masyarakat
ilmu.
Ada pertanyaan yang mendasar mengenai kelahiran IMM. Apakah IMM ada dengan
sendirinya atau merupakan suatu kreasi manusia dalam menyikapi realitas pada waktu itu ?
Sejarahnya keberadaan IMM ada dikarenakan bentuk kreasi, dimana Muhammadiyah perlu
melakukan kaderisasi dilingkungan kampus pada umumnya dan PTM pada khususnya. Kaderisasi
oleh Muhammadiyah bukannya dalam tingkatan pemuda yang tergabung dengan Pemuda
Muhammadiyah (PM) atau pemudi yang tergabung pada Nasyatul ‘Asiyah (NA), serta kalangan
pelajar yang tergabung dengan Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) tetapi kalangan Mahasiswa
yang belum ada. Oleh karena itu perlu kita melacak kelahiran IMM.
A. Embrio Pemikiran
Proses gagasan nyata melahirkan IMM, ialah mulai dari keinginan Muhammadiyah
untuk mengadakan pembinaan kader dilingkungan pendirian pergutuan tinggi. Yaitu tahun
1936 melalui Keputusan Muktamar Muhammadiyah ke-25 di Jakarta. Saat itu PP
Muhammadiyah dipimpin oleh KH Hisyam (1934-1937). Namun, Muhammadiyah belum
memiliki PT. Keinginan ini logis dan realistis, karena putra-putri Muhammadiyah semakin
banyak dalam menyelesaikan pendidikan menengah. Sehingga sementara pembinaan kader
dititipkan pada Pemuda Muhammadiyah (1932) dan Nasyiatul Aisyiyah (1931).
Pada Muktamar ke-31 (1950, Yogyakarya) dihembuskan lagi keinginan tentang
perguruan tinggi Muhammadiyah dan lagi-lagi belum berhasil. Karena NA dan PM
kenyataanya masih banyak mahasiswa yang berkecimpung didalamnya. Disamping itu ada
hubungan dekat yang tak kentara antara HMI dan Muhammadiyah. Selanjutnya hal ini
mempengaruhi perjalanan IMM. Muncul kesalahan berpikir dalam perkaderan
Muhammadiyah. HMI-lah yang melahirkan tokoh-tokoh Muhammadiyah. Dengan asumsi di
atas, maka yang benar adalah dengan dekatnya hubungan HMI-Muhammadiyah yang tak
kentara itu telah menjadikan kader-kader awal yang ada dalam HMI kemudian terbina dalam
wadah Muhammadiyah. Sehingga dalam perjalanan muncul istilah, “HMI keponakan
Muhammadiyah” dan “IMM anak kandung Muhammadiyah”.
Wajar menjelang kelahiran IMM, terjadilah perdebatan yang sengit di lingkungan PP
Pemuda Muhammadiyah dengan HMI. Bahkan beberapa pimpinan yang merangkap
kepengurusan di HMI menolak kelahiran IMM, dengan alasan mereka cukup diwadahi di
Pemuda Muhammadiyah di departemen kemahasiswaan atau di HMI. Sementara yang tidak
aktif di HMI mengharapkan segera diwujudkan wadah mahasiswa di Muhammadiyah.
Sehingga berakibat pada sikap bapak-bapka Muhammadiyah yang tidak adil terhadap IMM.
Seolah IMM ditengah-tengah keluarga besar Muhammadiyah belum diperlukan. IMM
dianggap bukan sebagai anak kandungnya, dan sebaliknya menganak emaskan HMI.
Hal ini menunjukkan kepada bapak-bapak Muhammadiyah (khususnya yang pernah
aktif HMI) menghendaki agar IMM tidak dihadirkan, karena cukup ada HMI. Sikap seperti
inilah yang menghambat perkaderan. Berdasarkan situasi diatas, maka Muhammadiyah
konsisten dengan perkaderan IMM mengeluarkan SK PP Muhamammdiyah No. E/001/1967, 2
januari 1997, tentang pembinaan kekompakan AMM termasuk IMM. Ini merupakan kesadaran
Muhammadiyah terhadap pembinaan kader-kadernya.
Dalam perkembangannya, IMM dan HMI memiliki kesamaan ideologis. Disinilah
muncul beberapa asumsi tentang kelahiran IMM, seperti “IMM lahir karena HMI mau
dibubarkan” dan lainnya. Akhirnya pada Muktamar ke-33 (Palembang, 1956) didirikanlah
Perguruan Tinggi Muhammadiyah pada saat ini IMM belum terlahir. Tetapi dibentuk Badan
Pendidikan Kader yang kemudian mengadakan pengajian mahasiswa yang penyelenggaraanya
diserahkan kepada PP Pemuda Muhammadiyah. Pengajian ini dimulai bulan Juli 1958 di
Gedung PP Muhammadiyah, Jl. KHA Dahlan 99 Yogyakarta. Bahkan gedung tidak mampu
menampung jumlah mahasiswa hingga terpaksa di jalan-jalan.
Di sini nampak bahwa sebenarnya banyak mahasiswa Muhammadiyah yang tak
tertampung di Pemuda Muhammadiyah dan Nasiatul Aisyiyah, yang dianggap cukup mewadai
pelajar-mahasiswa. Pendirian IMM tidak hanya menjadi kebutuhan mahasiswa di lingkungan
Muhammadiyah, tetapi mahasiswa diluar lingkungan Muhammadiyah. Bahkan dalam
pembentukan IMM terdapat dua tokoh dari luar, yaitu Rosyad Saleh (dibesarkan aktivitas NU)
dan Sudibyo Markus (lingkungan gereja yang ayahnya seorang misionaris dari Kediri).
B. Embrio Operasional
Pada 1956 ini disebut sebagai tahun “Tahap Embrio Operasional” pendirian IMM dalam
bentuk pemenuhan gagasan penghimpunan wadah mahasiswa di lingkungan Muhammadiyah.
Pertama, karena tahun ini Muhammadiyah secara formal melalui keputusan Muktamar
membentuk BPK. Kedua, Muhammadiyah bertekad kembali pada identitas sebagai gerakan
Islam, dakwah, dan tajdid melaui khittahnya 1956-1959. Ketiga, perguruan tinggi
Muhammadiyah telah didirikan. Keempat, puncak dari gagasan nyata adalah keputusan
Muktamar Pemuda Muhammadiyah 1956 di Palembang, “menghimpun pelajar dan mahasiswa
Muhammadiyah agar kelak menjadi Pemuda Muhammadiyah”.
Awal 1959, tiga tahun lebih keputusan tersebut dan pengajian mahasiswa semakin
semarak, namun juga belum membentuk organisasi mahasiswa Muhammadiyah. Ini tidak lain
adalah karena masalah klasik, ada organisasi sebagai ganti yaitu HMI. Serta rasa komitmen
Muhammadiyah terhadap Masyumi, sebagai anggota istimewa. Baru pada 8 September 1958
dengan surat Pimpinan Partai Masyumi tentang berakhirnya keanggotaan istimewa Masyumi.
Untuk itu, PP Muhammadiyah mengeluarkan maklumat No. 761/I-A/U-B/M/P-M 12 Desember
1959, yang ditanda tangani oleh Farid Ma’ruf dan M. Jindar Tamimi, intinya Muhammadiyah
kembali menjadi gerakan dakwah dan tidak akan menjadi partai politik.
C. Embrio Akhir
Pada saat Konpida Pemuda Muhammadiyah se-Indonesia di Surakarta, 18 – 20 Juli
1961 disahkan berdirinya Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Mengapa wadah mahasiswa belum
terwujud ? Toh Masyumi juga sudah dibubarkan. Baru menjelang Muktamar setengah abad di
Jakarta dimana setelah diadakannya Kongkres Mahasiswa Universitas Muhammadiyah di
Yogyakarta. Dihembuskanlah tentang perlunya didirikan suatu organisasi mahasiswa
Muhammadiyah. Dan lahirlah Lembaga Dakwah Muhammadiyah yang dikoordinir oleh
margono (UGM), Sudibyo Markus (UGM) Rosyad Saleh (IAIN), sedangkan ide
pembentukkannya ialah Djazman Al-Kindi (UGM). Akhirnya 1963 diadakanlah penjajagan
untuk mendirikan wadah mahasiswa Muhammadiyah oleh LDM disponsori oleh Djazman Al-
Kindi.
Dengan demikian, jelas kelahiran IMM sudah dimulai sejak awal ide pembinaan kader
mahasiswa Muhammadiyah melalui pendirian PTM pada kongres Muhammadiyah 1936.
Ternyata orang-orang yang berada dalam LDM inilah yang menjadi motor, penggerak
terbentuknya IMM lokal Yogyakarta dengan sponsor utama Djazman Al-Kindi. Akhirnya, tiga
bulan penjajagan, maka dengan mantap dan yakin berdirilah IMM pada 29 Syawal 1384 H/ 14
Maret 1964 M. Adapun peresmian IMM ditandani dengan ditandatanganinya “Enam Penegasan
IMM” ditandatangani oleh Ketua PP Muhammadiyah KH Ahmad Badawi di Gedung DINOTO
Yogyakarta. Sehingga IMM menjadi sebuah organisasi pergerakan dan kader Muhammadiyah.

Arah Gerak IMM


IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) adalah sebuah wadah bagimahasiswa yang dalam
pergerakannya memiliki tujuan untuk membentukakademisi islam yang berakhlak mulia dalam
rangka mencapai tujuanMuhammadiyah. Keberadaan IMM di perguruan tinggi Muhammadiyah
telahdiatur secara jelas dalam qoidah pada bab XIV pasal 78 ayat 5 tentang mahasiswa dan alumni :
“Organisasi kemahasiswaan yang berdiri di Perguruan Tinggi Muhammadiyah adalah Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah dan Organisasi lain yang diizinkan oleh Pimpinan PTM.“
Sedangkan di perguruan tinggi lainnya,IMM bergerak dengan status organisasi ekstra-
kampus sama seperti HimpunanMahasiswa Islam maupun KAMMI dengan anggota para
mahasiswa yangsebelumnya pernah bersekolah di sekolah Muhammadiyah.Di era globalisasi saat
ini, gerakan ikatan ini semakin menurun. Kondisiinternal ikatan mulai tidak terurus dan tereliminasi
secara teratur dari pikiran kita.Padahal, internal IMM sangat berpengaruh pada kinerja nyata dalam
masyarakat.Selain itu, Peranan IMM baik di internal kampus maupun di luar kampus saat inimasih
dipertanyakan. Gerakan IMM masih lebih terfokus pada lingkaran terkecilinternal organisasi
sehingga pada saat ini gerakan nyata dari IMM bisa dikatakankurang dikenal di kalangan
masyarakat luas.IMM yang notabene-nya adalah mahasiswa harus mengembalikan
danmenyadarkan tugas mahasiswa kearah yang ideal, yaitu berada di antaramasyarakat dan
pemerintah. Artinya bahwa mahasiswa harus berani mengkritisikebijakan pemerintah yang salah
dan mendukung kebijakan pemerintah yang benar. Mahasiswa harus sadar bahwa dirinya sebagai
pemegang tampuk pimpinanumat. Dan bahwa mahasiswa sebagai agen perubahan dan kader masa
depan bangsa. Jangan sampai terlena dengan kenyamanan di era Globalisasi.
Pada era yang sangat modern ini, sangat dibutuhkan mahasiswa yangmemiliki moral yang
baik, intelektual tinggi serta kepedulian terhadap masyarakatdemi mewujudkan cita-cita
masyarakat. Dimana seorang kader ikatan harus bergerak dan berkembang sesuai dengan zaman.
Seorang kader harus menjadi pelopor dalam berbagai lini masyarakat/umat. Hal ini mengacu pada
trilogi IMMdimana seorang kader harus memiliki tiga komponen ini.
Komponen pertama, yaitu Religi. Komponen ini merupakan pondasi awalyang harus
dimiliki sebagai bukti jati diri seorang kader IMM. Hal ini jugatercantum pada Anggaran Dasar
(AD) IMM BAB II tentang Asas Gerakan dan Lambang (pasal 4), yang menyatakan bahwa “Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah berazas Islam”. Berdasarkan hal tersebut, sudah pasti seorang kader
harus memperkokoh pondasi keislaman. Islam menjadi falsafah, ideologi dan semangat perjuangan
yang harus dipegang teguh karena islam telah mendarah daging dalam IMM. Selain itu, di era
globalisasi ini banyak sekali pergerakan yang mengecoh dan menyimpang dari ajaran islam yang
murni sehingga seorang kader harus tetapistiqomah pada jalan yang sesuai dengan Al-Quran dan
As-Sunnah.
Komponen kedua, yaitu Intelektual. Setelah memiliki fondasi islam yangkuat, seorang kader
harus memiliki intelektual yang tinggi baik dalam gerakan individu maupun kolektif . IMM
berproses untuk menjadi pusat-pusat unggulan terutama dalam hal intektual. Melalui wadah ini
harapannya kader ikatan mampu menjadi ide-ide pembaharuan dan pengembangan. Selain itu,
kader ikatan harus mampu berfikir universal tanpa tersekat-sekat oleh eksklusivisme sebagai salah
satu dari kelompok Intektual yang menginginkan kemajuan dalam berbagai lini kehidupan.
Komponen Ketiga, yaitu Humanity. Masyarakat membutuhkan peranannyata mahasiswa di
berbagai aspek, terutama dalam masalah keberanianmengemukakan pendapat dan perubahan dalam
aspek lainnya. Dalam melakukan perubahan tidak bisa kita lakuan dengan segudang konsep, yang
tidak kalah pentingnya adalah perjuangan mewujudkan kosep-konsep tersebut atau ide-ide
perubahan. Pada fase ini dibutuhkan kerja keras semangat, ketabahan, kesabarandan stamina yang
besar agar tidak berhenti di tengah jalan. Satu hal yang perlu disadari dan di bangun oleh kader-
kader IMM adalah dalam mewujudkan perubahan peradaban yang berkemajuan dalam kehidupan
Trilogi Ikatan ini merupakan satu kesatuan untuk membentuk seorangkader militan. Seorang kader
yang tidak akan tergoyahkan oleh zaman yang kianterpuruk ini. Seorang kader yang akan menjadi
pelopor untuk membangkitkansuatu negara ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu, satu hal harus
dilakukan dalam membentuk kader yang berkualitas adalah menumbuhkan trilogi ikatan pada setiap
calon kader gunamenciptakan transformasi yang dicita-citakan bersama. Trikompetensi ini harus
tertanam dalam diri kader sehingga dapat menjadi paradigama serta gerakan yangdiinginkan oleh
ikatan. Sedangkan triloginya, merupakan lahan (garapan) ikatan dalam tiga tempat yakni dalam
dunia kemasiswaan, kegamaan dan kemasyarakatan.

Nilai Dasar Ikatan


Ikatan dalam gerakannya terilhami dengan sebuah Nilai Dasar Ikatan, sebagai ruh
mewujudkan khairul ummah, yaitu :
1. IMM adalah gerakan mahasiswa yang bergerak pada tiga bidang, keagamaan, kemahasiswaan
dan kemasyarakatan.
2. Segala bentuk gerakan IMM tetap berlandaskan pada agama Islam yang hanif dan berkarakter
rahmat bagi sekalian alam;
3. Segala bentuk ketidak adilan, kesewenang-wenangan dan kemunkaran adalah lawan besar
gerakan IMM, perlawanan terhadapnya adalah kewajiban setiap kader IMM;
4. Sebagai gerakan mahasiswa yang berdasarkan Islam dan berangkat dari individu-individu
mukmin, maka kesadaran melakukan syariat Islam adalah suatu kewajiban sekaligus
mempunyai tanggungjawab untuk mendakwahkan kebenaran ditengah masyarakat;
5. Kader IMM merupakan inti masyarakat utama, yang selalu menyebarkan cita-cita
kemerdekaan, kemulian dan kemaslahatan masyarakat sesuai dengan semangat pembebasan
dan pencerahan yang dilakukan Nabiyullah Muhammad SAW.
Dalam praksisnya NDI dapat diejawantahkan kedalam dua segmen, diantaranya :
A. IMM sebagai Organisasi Pergerakan
Organisasi pergerakan merupakan suara yang idealis dari kaum akademisi/ intelektual
dalam mengkritisi kebijakan penguasa yang tak sesuai dengan kepentingan rakyat kecil.
Organisasi ini merupakan kolektif orang memiliki kesadaran yang sama dalam menyikapi
realitas di sekitarnya. Kesadaran ini timbul dikarenakan lingkungan serta budaya ilmu tumbuh
sehingga pemikiran melahirkan terbuka dan ilmiah. Ruang yang sering ditawarkan oleh
organisasi pergerakan adalah seruan moral dan aspirasi rakyat kecil (termarginalkan).
Organisasi pergerakan akan mudah dan selalu bersentuhan dengan kepentingan
khususnya kenegaraan. Hal tersebut dapat dilihat pergerakan Mahasiswa 66 dan pergerakan
Mahasiswa 98 untuk menjatuhkan rezim kekuasaan yang melakukan penindasan dan bersifat
ototerianism. Organisasi pergerakan selalu menyerukan moral sebagai medium untuk
melakukan pressure pada kelembagaan Negara. Organisasi pergerakan dengan memiliki masa
berupa mahasiswa yang memiliki kesadaran untuk menciptakan kondisi yang lebih baik.
Organisasi pergerakan yang disuarakan adalah kepentingan rakyat demi tercipnya keadilan.
IMM sebagai salah satu dari organisasi pergerakan Mahasiswa, hal ini dapat dilihat dari
masa yang dimiliki merupakan Mahasiswa. Melihat dari, masa yang dimiliki oleh IMM, maka
dalam gerakannya sesuai dengan organisasi pergerakan. IMM sebagai salah satu dari
pergerakan yang memberikan arti dan arahan yang jelas dalam menentukan proses
kepemimpinan yang akan datang.
IMM sebagai organisasi pergerakan bukan hanya sekedar pengontrol kebijakan
pemerintah tetapi yang lebih baiknya dapat melakukan pendampingan dan pemberdayaan
masyarakat. Kemampuan ini merupakan suatu hal yang wajib dimana dengan jargonnya
sebagai pembela rakyat, pembela rakyat ini dapat ditafsirkan paling tidak kader IMM dapat
melakukan pemberdayaan dan pendampingan terhadap masyarakat. Penerjemahan IMM
sebagai pembela rakyat yang dilakukan untuk menyuarakan kepentingan rakyat dalam tiga
tingkatan yakni elit kekuasaan, kelas menengah dan masyarakat itu sendiri.
IMM memiliki peran signifikan dalam menyuarakan suara rakyat, misalkan sebagai
pressure kebijakan, melakukan lobi, negosiasi, sebagai mediasi antara pemerintah dan
masyarakat serta menjadi sharing patner antara pemerintah dan masyarakat. Selanjutnya IMM
melakukan pembelaaan terhadap rakyat dengan pemberdayaan dan pendampingan sehingga
rakyat tersadarkan, bangkit melakukan perlawanan dan sehingga terciptanya keadilan.
B. IMM sebagai Organisasi Kader
Hakikat keberadaan IMM ialah suatu organisasi kader dan pergerakan merupakan suatu
kreasi dari para founding fathers dalam menyikapi realitas pada waktu itu. IMM sebagai
organisasi kader merupakan esensi dari IMM yang cerminan dari Muhammadiyah dan penerus
Muhammadiyah dalam melakukan dakwah social amar ma’ruf nahi munkar guna terciptanya
masyarakat ideal Muhammadiyah. Kelahiran dan kehadiran IMM di tengah derap
kemahasiswaan dan kepemudaan.
IMM inherent sejak kelahirannya telah menetapkan dirinya sebagai organisasi kader. Hal
ini dapat dilihat dari pernyataan Djazman Al-Kindi : “Kami Melahirkan dan membina IMM
dengan maksud mempersiapkan masa depan Muhammadiyah dengan tenaga yang terlatih, baik
dibidang ilmiah maupun dibidang amaliah”. Gerakan IMM dalam eksistensinya merupakan
suatu gerakan intelektualitas. Gerakan amaliah merupakan aksiologi dari intelektual (ilmiah)
yang dimilikinya. Gerakan intelektual IMM sebagai kader sesuai dengan semangat dan cita-cita
Muhammadiyah yang termanifestasi untuk kebangsaan dan kemanusiaan.
Selain itu Ahmad Dahlan tidak secara khusus menyebutkan tujuan perkaderan. Tatapi
dapat ditemukan dalam pernyataannya : “dadijo kijahi sing kemadjoean, adja kesel anggomu
njamboet gawe kanggo Moehammadijah”. Dalam penyataan tersebut, terdapat tiga kata kunci,
yaitu “kijahi”, “kemadjoean”, dan “njamboet gawe kanggo Moehhammadijah”. Kiai adalah
figure yang shalih, berkhlak mulia, religious dan faham ilmu agama secara mendalam.
Kemajuan adalah menunjuk kepada kemoderenan, ilmu-ilmu pengetahuan (sain), dan
intelektual. Sedangkan, “njamboet gawe kanggo Moehammadijah” adalah manifestasi dari
kerja-kerja kemanusiaan gerakan Muhammadiyah.
IMM sebagai ortom Muhammadiyah yang diharapkan oleh pendiri IMM sebagai wahana
pertukaran fikiran dalam menentukan Muhammadiyah kedepannya. IMM sebagai organisasi
kader yang diberitugas sebagai penerus tradisi KH. Ahmad Dahlan, maka yang terpenting
perkaderan IMM yakni untuk Muhammadiyah, bangsa dan agama. Dalam kontsk kekinian,
orientasi kader menurut Buya Syafi’I Ma’arif adalah keder kemanusiaan, kebangsaan,
keumatan, baru kemuhammadiyahan.
Dalam perjalannya IMM bukan hanya berfungsi bagi kepentingan ideologis regenerasi
elite pimpinan (kader), tetapi penyiapan intelektual baru. Yaitu suatu generasi baru dengan
kemampuan ide-ide Kiai Dahlan bagi maksud pragmatis dan fungsional Islam dalam kehidupan
duniawi yang beradab. Disinilah letak tanggungjawab sejarah dan teologis Muhammadiyah di
masa depan, yang lebih mungkin diperankan oleh IMM.
Senada dengan itu, tujuan IMM terbentuk adalah “mengusahakan terciptanya akademisi
Islam yang berakhlak mulia untuk mencapai tujuan Muhammadiyah”. Tujuan ini yakni
berdasarkan tiga aitem; akademisi Islam, akhlak mulia dan mencapai tujuan Muhammadiyah.
Makna dan cita-cita yang diinginkan oleh Muhammadiyah pada IMM adalah melahirkan suatu
cendekiawan muslim (kiai berkemajuan) yang berakhlak mulia (ojo pegel nyambot gawe) dan
mengupayakan terbentuknya masyarakat utama dalam perfektif Muhammadiyah (kanggo
Muhammadiyah).

Profil Kader Ikatan


Setelah pemahaman ideologi dan nilai-nilai yang menjadi turunannya, maka kader harus
terbentuk sesuai yang diinginkan oleh ikatan itu sendiri, maka terdapat indicator-indikator
ketercapaian seorang kader IMM, diantara indicator tersebut ialah :
1. Memiliki keyakinan dan sikap keagamaan yang tinggi agar keberadaan di Ikatan di masa yang
akan datang mampu memberi warna masyarakat yang mulai meninggakan nilai-nilai agamawi.
2. Memiliki wawasan dan kecakapan memimpin karena keberadaan kader ikatan bagaimanapun
merupakan potensi kepemimpinan umat dan kepemimpinan.
3. Memiliki kecendikiawanan, mengingat spesialisasi dan profesionalisasi mempersempit
cakrawala ber- pikir dalam sub-bidang kehidupan yang sempit.
4. Memiliki wawasan dan ketrampilan berkomunikasi, mengingat bahwa masa yang akan datang
industri informasi akan mendominasi sistem budaya kita. Hal ini juga inhern dengan watak Islam
yang dalam keadaan apapun juga selalu siap melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar sebagai
essensi dari komunikasi islamisasi.
Saya kira sudah sangat jelas normatif dari profil kader ikatan, dimana founding father dan
para ayahanda menginginkan kader IMM untuk dapat memenuhi profil tersebut. Maka dikatakan
kader yang ideal ketika ia mampu memahami ideologi dan nilai-nilai ideolgi, kemudian
mengimplementasikan, hingga tercermin profil kader ikatan didalam diri kader. Puncak dari
keseluruhan proses diatas adalah “terbentuknya akademisi yang berakhlaq mulia” dimana kader
memiliki moral yang tinggi, segmen religiusitas yang baik, kecendikiawanan dan kebermanfaatan
bagi masyarakat. Perlu diingat, kader IMM disiapkan bukan hanya untuk menjadi penerus roda
organisasi saja. Namun lebih jauh yakni sebagai kader persyarikatan, umat dan bangsa, sehingga
diperlukan penempaan yang serius, komprehensif dan terstruktur sehingga kualitas kader IMM
dapat dipertanggungjawabkan.

Penutup
Sebagai penutup saya sampaikan bahwa tidak cukup mempelajari IMM dari bacaan maupun
diskusi saja, namun diperlukan penyempurnaan dalam bentuk praksis gerakan atau yang sering kita
kenal dengan ilmu amaliyah dan amal ilmiyah. Semoga ikhtiyar kita dipermudah oleh Allah SWT,
dan kita senantiasa mampu istiqomah dalam berproses melalui IMM. Futur pasti akan
menghinggapi setiap kader, namun jangan terlalu larut dengan situasi semacam itu, bangun dan
bangkitlah untuk kemudian berlari menggapai asa dan cita-cita untuk menuju surgaNya dengan cara
berproses dan berdakwah ditengah-tengah masyarakat.

Referensi
1. Memahami Ideologi Muhammadiyah (Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si.)
2. Sistem Perkaderan Ikatan. (DPP IMM)
3. Manifesto Gerakan Intelektual Profetik (M Abdul Halim Sani)
4. IMM Autentik (Ahmad Sholeh)
5. Sukma Intelektualisme (Bayu Jati Prakoso)

Anda mungkin juga menyukai