Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah atau biasa disebut IMM adalah sebuah organisasi
perkaderan dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah. Selain itu, IMM merupakan
gerakan ortonom Muhammadiyah yang menjiwai semangat Muhammadiyah sebagai gerakan
dakwah khususnya di tengah-tengah mahasiswa, yaitu, menegakkan Amar Ma’ruf Nahi
Munkar sebagaimana tertuang dalam Surah Ali-Imran ayat 104.
Berdirinya IMM dilandasi oleh dua faktor integral, yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal itu berasal dari dalam diri Muhammadiyah itu sendiri, sedangkan
faktor eksternal adalah faktor yang berawal dari luar Muhammadiyah, khususnya umat Islam
di Indonesia dan pada umumnya apa yang terjadi di Indonesia.
Faktor internal berdirinya IMM lebih dominan dalam bentuk motivasi idealisme,
yaitu motif untuk mengembangkan ideologi Muhammadiyah, yaitu paham dan cita-cita
Muhammadiyah. Pada awal dalam gerakan dakwahnya, Muhammadiyah telah memiliki
organisasi otonom seperti Pemuda Muhammadiyah dan Nasyi’atul Aisyiyah yang dianggap
cukup mampu menampung mahasiswa dan putra-putri Muhammadiyah untuk melaksanakan
aktivitas keilmuan, keagamaan, dan kemasyarakatan. Pada Muktamar Muhammadiyah ke-25
di Jakarta tahun 1936,dihembuskan cita-cita untuk mendirikan perguruan tinggi
Muhammadiyah sekaligus agar mampu menghimpun mahasiswa Muhammadiyah dalam
sebuah wadah organisasi otonom. Gagasan pembinaan kader di lingkungan mahasiswa
datam bentuk penghimpunan dan pembinaan langsung adatah selaras dengan
kehendak pendiri Muhammadiyah, KHA. Dahlan, yang berpesan babwa “dari kalian nanti
akan ada yang jadi dokter, master, insinyur, tetapi kembalilah kepada Muhammadiyah”
(Suara Muhammadiyah, nomor 6 tahun ke-68, Maret || 1988, halaman 19).
Dengan demikian, sejak awal Muhammadiyah sudah memikirkan bahwa kader-kader muda
yang profesional harus memiliki dasar keislaman yang tangguh dengan kembali ke
Muhammadiyah.
Cita-cita lama itu lama terendapkan seiring dengan sejarah pergerakan kemerdekaan
Indonesia, sampai dirintisnya Fakultas Hukum dan Filsafat PTM di Padang Panjang tahun
1955 dan Fakultas Pendidikan Guru di Jakarta tahun1958. Namun gagasan untuk mewadahi
mahasiswa Muhammadiyah dalam satu himpunan belum bisa diwujudkan. Untuk mewadahi
pembinaan terhadap mahasiswa dari kalangan Muhammadiyah, maka Muhammadiyah
membentuk Badan Pendidikan Kader (BPK) yang dalam menjalankan aktivitasnya bekerja
sama dengan Pemuda Muhammadiyah. Pasca lahirnya beberapa PTM pada akhir tahun 1950-
an mendorong kuatnya keinginan untuk mendirikan organisasi mahasiswa Muhammadiyah.
Tahun 1956 bisa disebut sebagai tahap awal bagi embrio operasional pendirian IMM
dalam bentuk pemenuhan gagasan penghimpun wadah mahasiswa di lingkungan
Muhammadiyah (Farid Fathoni, 1990: 98). Pertama, pada tahun itu (1956) Muhammadiyah
secara formal membentuk kader terlembaga (yaitu BPK). Kedua, Muhammadiyah pada tahun
itu telah bertekad untuk kembali pada identitasnya sebagai gerakan Islam dakwah amar
ma’ruf nahi munkar (tiga tahun sesudahnya, 1959, dikukuhkan dengan melepaskan diri dari
komitmen politik dengan Masyumi, yang berarti bahwa Muhammadiyah tidak harus
mengakui bahwa satu-satunya organisasi mahasiswa Islam di Indonesia adalah HMI). Ketiga,
perguruan tinggi Muhammadiyah telah banyak didirikan. Keempat, keputusan Muktamar
Muhammadiyah bersamaan Pemuda Muhammadiyah tahun 1956 di Palembang tentang
“….menghimpun pelajar dan mahasiswa Muhammadiyah agar kelak menjadi pemuda
Muhammadiyah atau warga Muhammadiyah yang mampu mengembangkan amanah.”
Faktor eksternal berdirinya IMM dipengaruhi oleh keadaan dan kehidupan umat
Islam waktu itu yang masih banyak dipenuhi oleh tradisi, paham, dan keyakinan yang tidak
sesuai dengan ajaran Islam yang sesungguhnya. Sementara itu, dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara juga tengah terancam oleh pengaruh ideologi komunis (PKI), keterbelakangan,
kemiskinan, kebodohan, dan konflik kekuasaan antar golongan dan partai politik. Pergolakan
organisasi kemahasiswaan antara tahun 1950 s/d 1965 membawa perubahan peta pergerakan
organisasi kemahasiswaan. Seiring dengan dominannya PKI dalam percaturan politik tahun
1965, HMI yang identic dengan Masyumi menjadi sasaran politik pemberangusan lawan
politiknya, PKI. Sehingga muncul desakan untuk membubarkan HMI atas dorongan PKI.
Kondisi ini merupakan sinyal bahaya bagi eksponen mahasiswa Muhammadiyah. Sehingga,
dibutuhkan organisasi alternatif untuk menyelamatkan kader-kader Muhammadiyah yang ada
di HMI. Oleh karena itu, didirikanlah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.
1. Keagamaan
2. Kemahasiswaa
3. Kemasyarakatan
Trilogi tersebut harus dapat terinternalisasi melalui proses dan kultur IMM. Indikasi
dari terpenuhinya kemampuan-kemampuan tersebut dapat dilihat dari 3 kadar indikator (tri
kompetensi), yaitu :
1. Religiulitas
2. Intelektualitas
3. Humanis
https://immsurabaya.or.id/sejarah/ (27/11/2019, 22.48)
https://www.academia.edu/32234644/Ideologi_dan_Sejarah_Kemuhammadiyahan_dan_IMM
(27/11/2019, 20.44)
https://www.academia.edu/35306585/Sejarah_Ikatan_Mahasiswa_Muhammadiyah
(27/11/2019, 22.30)