Anda di halaman 1dari 2

Filosofis Gerakan IMM

Filosofis gerakan IMM diharapkan mampu untuk mengaplikasi nilai-nilai yang terkandung dalam khittah
perjuangan ikatan. Adapun filosofis gerakan tersebut di awali dengan 3 hal pokok yaitu;
Pertama: Liberalisasi, diarahkan kepada ranah intelektual yang menginginkan kader ikatan mampu untuk
berfikir secara liberal, memahami segala hal dengan radikal substansial, sehingga tidak menilai sesuatu dengan
sebelah mata saja, tapi mampu melihat dari sudut pandang yang berbeda. Tidak mudah mengkafirkan seseorang
hanya karena perbedaan cara pandang serta mampu menerima pendapat orang lain meskipun tidak sesuai dengan
pengetahuan yang dimilikinya.
Kedua: Sterilisasi, akan mengantarkan kader persyarikatan pada salimul aqidah (Aqidah yang suci) dan
mampu membedakan antara yang haq dan bathil, tidak mudah terjebak dengan kemajuan zaman dan tidak terbawa
hanyut oleh arus dan gelombang. Kontekstualisasi dari hal ini adalah kader IMM akan memiliki prinsip dan
berpegang teguh tehadap Al-Qur’an dan Sunnah (Arruju’ ilal qur’an wassunnah).
Ketiga: Kristalisasi, Pembajaan pada diri seorang kader, mampu mempertahankan prinsip dan
aqidah “Biarkan anjing menggonggong namun kafilah tetap berlalu” Qulilhaq walau kana murra”Katakan yang
sebenarnya walau pahit sekalipun, dimana dan kapan saja.
Tiga komponen di atas akan terwujud dalam dua wasilah:
1. Gerakan Intelektual
Gerakan intelektual diaplikasikan dalam setiap langkah dan gerak seorang kader Intelektual Muda Muhammadiyah
(IMM), sebagai contohnya adalah: Seminar dan simposium, sarasehan, diskusi ilmiyah, kajian-kajian, diklat,
diskuswati, pelatihan mubaligh dll. Sehingga “syahwat intelektual” nya sebagai mahasiswa dapat tersalurkan. Dan
mampumenjadi mahasiswa yang produktif dan kreatif.
2. Gerakan Ideologi
Gerakan Ideologi akan terwujud jika seorang kader memiliki “Ruh Muhammadiyah” dan untuk menghadirkan ruh
tersebut maka harus difahami tentang kemuhammadiyahan itu sendiri yang sebenarnya telah ditanamkan semenjak
MATAF atau MASTA, kemudian di kokohkan lagi dalam Darul Arqam Dasar. Tapi yang perlu dipertanyakan kembali
adalah: sudahkan DAD mampu meniupkan ruh muhammadiyah kedalam diri setiap kader?
Jika jasad tanpa ruh maka disebut dengan mayat, dan jika ruh tanpa jasad maka disebut arwah. Tentu bagi
seorang kader, kita tidak ingin disebut mayat berjalan, dan tidak pula mau menjadi arwah penasaran. Maka oleh
karenya kita harus mampu mengembalikan ruh yang kini entah kemana, jika kita menginginkan esensi dari IRH
terwujud.
Kedua gerakan di atas tidak akan bisa terwujud jika tidak adanya lembaga yang akan menjadi, perencana,
pengukur, monitoring, pengevaluasi, dan yang paling substansi adalah sebagai Basis Community.
Lembaga kita sangat jelas yaitu IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah), mempunyai landasan hukum;
Pancasila, UUD 1945 dan UU No 8 th 1985 tentang keormasan. Persoalannya adalah, adakah kita memanfaatkan
lembaga itu sebagai jalan kita untuk mewujudkan tujuan kita? Adakah kita mewarnai kehidupan kita selaku
mahasiswa dengan nama besar Muhammadiyah yang kita sandang?
C. Urgensi IRH sebagai Power of Cadder
If you don’t change you’ll die, tidak ada kata mapan bagi seorang mahasiswa yang merindukan kejayaan, dan
tidak ada kata cukup bagi seorang kader pembaharu, karena tugas kita adalah sebagai pelopor, pelangsung dan
penyempurna amal usaha Muhammadiyah. Sebagai agent of change bagi umat, bangsa, agama dan negara.
Syarat mutlak bagi seorang kader untuk memiliki kekuatan intelektualitas yang diterjemahkan kedalam cara
berfikir dan bertindak. Tidak ada kata berhenti mengaktualisasikan surat Al-Alaq ayat 1. Sebuah kewajiban dan
kebutuhan untuk menanamkan religiusitas dalam sanubari seorang calon pemimpin masa depan, karena kejayaan
Islam diawali dengan aqidah yang kuat dari seorang khalifah.
Begitupula dengan Humanitas, mustahil kebersamaan akan terwujud jika sensitifitas kemanusiaan kita tidak
ada. Seseorang dikatakan berhasil ketika dia mampu membuat banyak orang terkesima dan membuat banyak orang
ingin seperti dia.
IRH akan menjadi akar dan batang yang kuat bagi perjuangan. Filosofis Gerakan akan menjadi dahan dan
ranting bagi pergerakan, kegiatan keilmuan dan intelektual serta kajian adalah daun bagi perjuangan kita. Dengan
adanya akar, batang, dahan, ranting dan daun yang baik maka buahpun segera bisa dinikmati.
C. Kesimpulan
Islam memang pernah jaya di jagad raya ini, tapi kita jangan bereuforia dengan kejayaan masa lalu. Sudah
menjadi kewajiban bagi kita untuk merebut kembali kejayaan itu. Muhammadiyah memang organisai besar yang
sangat memegang peran penting bagi kehidupan sosial di Indonesia, tapi kita jangan berbangga dengan nama besar
Muhammadiyah. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah memang lahir sebagai penyelamat bagi pergerakan kaum muda,
tapi kita jangan bahagia dengan jasa yang sudah diperbuat.
Tugas kita adalah merebut kejayaan Islam, mengharumkan nama besar Muhammadiyah, dan menjadi arsitektur
peradaban yaang diawali dengan mengibarkan panji-panji perjuangan IMM, merahkan kembali Sakti Alam Kerinci
dengan keberanian dan tekad yang kuat serta kesungguhan berjuang untuk sebuah pencerahan. Berikan yang
terbaik untuk ikatan, persyarikatan, umat dan bangsa, agar sang surya bisa tersenyum menyaksikan kesungguhan
kader-kader militannya melanjutkan perjuangan rasululah di bumi persada nusantara ini. Biar ibu pertiwi tersenyum
karena melihat masih ada anak bangsa yang mampu burbuat amar ma’ruf nahi mungkar ditengah kebobrokan
negara yang berlambang Garuda ini. Billahi fii sabilil haq fastabiqul khairot.

Anda mungkin juga menyukai