Anda di halaman 1dari 413

 

AMIRULLAH 
(Ketua DPP IMM Bidang Kader Periode 2016-2018)

IMM UNTUK KEMANUSIAAN


KEMANUSIAAN

Dari Nalar ke Aksi

IMM Untuk Kemanusiaan


 

Hak cipta dilindungi


dilindungi Undang-Undang
Undang -Undang

Dilarang memperbanyak atau memindahkan

sebagian atau seluruh isi buku ini dalam


bentuk apapun tanpa izin tertulis penerbit

Copyright @Amirullah
IMM UNTUK KEMANUSIAAN
Dari Nalar ke Aksi

Penulis
Amirullah

Setting/Layout & Desain Sampul


Joko, Anas Sobirias, Rijal dan Ramli

ISBN
976 602 704 7921

Cetakan Pertama Mei 2016

Diterbitkan oleh
Diterbitkan
CV. Mediatama Indonesia

IMM Untuk Kemanusiaan


 

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk


manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah
dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya
 Ahli Kitab beriman,
beriman, tentulah itu lebih bai
baik
k bagi mereka;
di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang
orang-orang yang fasik.”  
(QS Âli ‘Imrân, 3: 110) 
" Dan bagi tiap-tiap umat ada
ad a kiblatnya (sendiri) yang ia
menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu
(dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada
 pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada
hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu."
(QS . A l-ba
-baqa
qarah
rah : 148) 

IMM Untuk Kemanusiaan


 

Tulisan ini saya dedikasikan


untuk kader IMM Se-Indonesia

IMM Untuk Kemanusiaan


 

UCAPAN TERIMA KASIH


 Alhamdulillah, berkat karunia, nikmat, kekuatan
dan kasih sayang-Nya, akhirnya, buku IMM UNTUK

KEMANUSIAAN Dari Nalar


hadapan para pembaca yang ke Aksi dapat
budiman. Buku tersaji di
ini pada
dasarnya adalah hasil refleksi penulis selama
berkecimpung di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
(IMM) dari komisariat hingga Dewan Pimpinan Pusat.
Diskusi dan dialog-dialog yang berkembang di arena
perkaderan selama penulis berkecimpung di dalamnya,
baik sebagai peserta, instruktur, maupun sebagai
pemateri, memberikan energi kuat bagi refleksi demi
refleksi di dalam buku ini. Kemudian sentuhan-sentuhan
intelektual dengan para kader lintas disiplin keilmuan
dan lintas angkatan, semakin menguatkan tekad penulis
untuk segera menyelesaikan tulisan ini.

Dalam proses penyelesaiannya, hingga menjadi


buku sebagaimana tersaji ini, penulis berhutang budi
kepada sejumlah pihak. Untuk itu dengan segala hormat
dan kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa
terima kasih yang mendalam. Pertama, tentu saja
ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-
besarnya kepada Bapak Bangsa Prof. Dr. Ahmad Syafii
Ma’arif, M.A., meski dalam kesibukannya yang begitu
padat, masih bisa meluangkan waktunya untuk sedikit
membaca draft tulisan ini dan memberikan Endorsement
yang begitu menggugah, inspiratif, memotivasi dan
sekaligus advice bagi anak-anak muda
m uda Muhammadiyah.

Rasa hormat dan terima kasih yang amat dalam

 juga penulis sampaikan kepada Ibunda Hj. Rachmawati


IMM Untuk Kemanusiaan
 

Soekarnoputri, S.H, seorang politisi senior yang


merupakan Putri Proklamator RI yang tidak kenal lelah
menyuarakan persoalan kebangsaan dan kemanusiaan.
Meskipun di tengah aktifitasnya yang begitu padat,

masih
menulisbisa menyapadianak-anak
pengantar buku ini, muda Muhammadiyah,
dan sangat apresiatif
terhadap langkah-langkah gerakan IMM untuk perbaikan
bangsa dan kemanusiaan. Ibunda Rahmawati bukan
saja kader biologis Muhammadiyah, tetapi sejak masa
kecilnya, beliau sering mengikuti aktifitas perkaderan
 Aisyiyah dan juga Muhammadiyah bersama ibundanya
Fatmawati yang juga aktifis tulen Aisyiyah kala itu.
Presiden Soekarno sendiri merupakan aktifis

Muhammadiyah yang begituMuktamar


pidatonya di penutupan loyal, sampai-sampai pada
Muhammadiyah
Setengah Abad tahun 1962 di Jakarta, di depan ribuan
kader Muhammadiyah, Bung Karno meminta namanya
tetap dicatat sebagai kader dan ketika meninggal
dikafani bendera Muhammadiyah.
Muhammadiyah.

Terima kasih yang tak terhingga kepada kakanda


Ketua Dewan Pakar Kornas FOKAL IMM, Prof. Dr.
Sudarnoto Abdul Hakim, dan kepada kanda DR.
Manager Nasution, MA., Komisioner Komnas HAM RI
yang telah dengan baik hati bersedia memberikan
Endorsement di buku ini. Berikut rasa hormat dan
ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
kanda Dr. Syahril Syah, Kanda Dr. Maman A. Majid
Binfas, kanda Pangeran Andi, Kanda Dahlan
Lamabawa, kanda Rusdianto (Direktur Eksekutif Global
Base Review), kanda Mursalin, kanda Ridwan M. Said,
kanda Syamsul Hidayat Daud, Kanda Taufik Firmanto,
kanda Aris Munandar, kanda Anwar Saddad, kanda
IMM Untuk Kemanusiaan
 

Ihlas Hasan dan semuanya yang tidak memungkinkan


disebut satu persatu. Mereka-mereka adalah guru
kader, guru intelektual, dan guru literasi bagi penulis
yang selalu memberi api dan spirit sehingga buku ini

bisa tersaji di hadapan para pembaca yang budiman.


Sesungguhnya tak bisa diucapkan dengan kata-
kata rasa terima kasih dan penghargaan yang begitu
mendalam kepada Ketua Umum DPP IMM Kakanda
Beni Pramula, kalau bukan karena dorongan, motivasi,
saran dan bantuan beliau, mungkin saja buku ini tidak
bisa tersaji di hadapan para pembaca. Beliau adalah
sosok yang selalu meng-inspire penulis untuk terus
berkarya dan berjalan maju. Demikian juga terima kasih
yang tak terhingga penulis sampaikan kepada Sekjend
DPP IMM Kakanda Abdul Rahman, beliaulah yang
sangat berjasa memberikan saran, masukan, terus
memotivasi sehingga buku ini bisa dirampungkan. Dan
bagi penulis, beliau bagaikan kakak kandung sendiri
yang mengayomi. Berikutnya, tak luput penulis ucapkan
terima kasih kepada Ketua Bidang Kader, Ketua Bidang
Hikmah, Ketua Bidang Organisasi, Ketua Bidang Riset
dan Pengembangan Keilmuan, Ketua Bidang Media dan
seluruh pimpinan DPP IMM yang tak bisa disebutkan
satu persatu.

Penghargaan yang paling terbesar, tentu saja


penulis alamatkan kepada Ayahanda M. Yusuf H.
Hamdiah dan Ibunda Siti Kamuriah. Kedua sosok yang
sangat hebat, panutan, dan sang motivator bagi penulis.
Satu hal yang membuat penulis terkesimak, mereka
selalu menyampaikan, “kami tidak perlu khawatir

tentang hidup dan masa depanmu, karena kau adalah


IMM Untuk Kemanusiaan
 

aktifis IMM”. Terakhir, tak mungkin dilupakan dan harus


diucapkan, terima kasih kepada salah seorang
IMMawati yang tidak bisa disebutkan namanya,
terimakasih atas supportnya, semoga Allah memberkati.

 Akhirnya, penulis
penu lis sadar bahwa tiada
kesempurnaan selain Sang Maha Sempurna itu sendiri.
untuk itu, penulis sangat merindukan berbagai
sumbangsih kritik dan saran demi progresifitas penulis
dan peningkatan
peningkatan kualitas
kualitas buku
bu ku ini.

Jakarta, 05 Mei, 2016

IMM Untuk Kemanusiaan


 

PROLOG: 
Oleh: Beni Pramula
(Ketua Umum DPP IMM & President of Asian-African

Youth Government)

Assalamu’alaikum.
Assalamu’alaikum. Wr. Wb... 
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunianya sehingga Amirullah, Penulis
Buku ini dapat menyelesaikan karya terbaiknya jelang
Muktamar IMM ke XVII 2016 ini. Saya sebagai ketua
Umum DPP IMM 2014-2016 memberikan apresiasi dan
penghargaan yang tinggi kepada Amir. Kader militan
yang penuh semangat dan berfikir optimis. Kami bangga
masih banyak kader IMM yang terus membudayakan
literasi dan membuat karya-karya tulis yang merupakan
ciri khas dari kader yang cendikia. Amirullah adalah
salah satu dari sekian banyak kader IMM yang
membukukan ide dan gagasannya untuk kemajuan
organisasi, umat dan Bangsa. Selamat untuk itu, sukses
dan terus berkarya.
Selanjutnya, Barangkali pernah terlintas dalam
benak fikiran kita, tentang pribadi atau organisasi yang
berkarakter?, bagaimana menjadi seorang atau sebuah
organisasi berkarakter?, siapakah pribadi atau
organisasi tersebut?, bagaimana peranannya dalam
mewujudkan perubahan, mengisi pembangunan, turut
serta mewarnai dinamika kehidupan berbangsa? dan
sebagainya.

IMM Untuk Kemanusiaan


 

10

Buku yang ditulis oleh Amirullah ini sangat


relevan dengan gerakan IMM Luruskan Kiblat Bangsa.
 Amir tidak hanya membubuhkan
membub uhkan tentang ide dan
gagasan bagaimana seharusnya IMM memaksimalkan

perannya di tengah-tengah
demikian kopleks dinamika
dewasa ini, kebangsaan
namun juga yang
menawarkan
solusi-solusi segar untuk kemajuan gerakan IMM di
masa depan. Selain mengajak pembaca untuk lebih
memperdalam pengetahuan atau wawasan, terutama
bagi mereka yang saat ini masih berjibaku
sebagai aktivis gerakan Mahasiswa atau kepemudaan.
Buku ini menawarkan banyak metode praksis gerakan
agar setiap anak Bangsa dapat bermanfaat bagi

kepentingan universal.
Sebagaimana tujuan dari berdirinya
Muhammadiyah yang dirumuskan dalam statuen
(Anggaran Dasar). Ditetapkan oleh pemerintah Hindia
Belanda melalui surat Gubernur Jendralnya tertanggal
22 Agustus 1914. Isinya bahwa Muhammadiyah
didirikan untuk menyebarluaskan ajaran Islam dan
memajukan hal ihwal ajaran Islam kepada seluruh umat
Islam.1  Karenanyalah IMM sebagai organisasi otonom
yang dilahirkan dari rahim besar Muhammadiyah
dituntut untuk tidak bergerak eksklusif dan dipacu untuk
terus berinovasi, menyebarluaskan, menduniakan serta
mengembangkan
mengembangk an gerakan dakwah Muhammadiyah.
Muhammadiyah.
Dari anggapan tersebut, kemudian timbul
pertanyaan tentang bagaimana identifikasi kader

1
Haedar Nashir, Ahm
 A hm a d D a h l a n S a n g M u j a d i d (b a g i a n
3 : Pemikiran pembaharuan) ,Suara Muhammadiyah. 16-
31 Desember 2009. hlm. 29.

IMM Untuk Kemanusiaan


 

11

intelektual tersebut. Dalam kamus besar bahasa


Indonesia, kata Intekektual berkaitan dengan kata
Intelek. Intelek
Intelek berarti istilah psikologi tentang daya atau
proses pikiran yang lebih tinggi yang berkenan dengan
2

pengetahuan; daya akal budi; kecerdasan berfikir.  


Kata Intelek juga berkonotasi untuk menyebut
kaum terpelajar atau kaum cendekiawan. Sedangkan
kata intelektual
intelektual berarti suatu sifat
sifat cerdas, berakal, dan
berfikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan. Kata
intelektual juga berkonotasi sebagai kaum yang memiliki
kecerdasan tinggi atau juga disebut kaum cendekiawan.
Masa depan sebuah Bangsa sangat ditentukan
oleh kualitas generasi
gene rasi mudanya,
mudan ya, agar dapat menjawab
tantangan kebangsaan khususnya di abad ke 21. Etos
kerja yang tinggi, sumberdaya diri yang mumpuni,
cakrawala pandang yang luas tentang dinamika
lingkungan strategis global, regional, dan nasional harus
dimiliki oleh generasi muda penerus bangsa, bahwa
sesungguhnya kompleksitas dan persaingan yang serba
kompetitif dalam abad 21 menuntut IMM, sebagai
organisasi kemahasiswaan terbesar di Indonesia, untuk
dapat cepat beradaptasi dengan meningkatkan kualitas
diri, produktifitas nilai-nilai religiusitas dan aktualisasi
keilmuan. Oleh karena itu, IMM harus mampu merebut
tantangan tersebut menjadi peluang untuk maju dalam

2
Ahmad Fuad fanani, 2003,  Membangun Tradisi
 Intelektualitas Mahasiswa
Mahasiswa,,  Artikel Majalah Pelopor edisi 5 tahun I
april 2003 IkatanMahasiswa Muhammadiyah Koordinator
Komisariat Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.h. 15

IMM Untuk Kemanusiaan


 

12

rangka pengenjawantahan misi dakwah


Muhammadiyah.
Enam penegasan IMM oleh KH. Ahmad Badawi
sekaligus menandai lahirnya IMM setengah abad silam,
menjadi sebuah identitas sekaligus kekuatan bagi kader
ikatan pada generasi awal untuk bertahan dan melawan
kondisi bangsa di atas, di mana IMM lahir sebagai
gerakan mahasiswa islam dengan landasan
perjuanganya adalah kepribadian Muhammadiyah.
Berfungsi sebagai stabilitator sekaligus dinamisator
dalam persyarikatan. Implementasi amal sebagai
kesadaran ilmu dan ilmu sebagai dasar amalnya. Serta
sepenuhnya mangabdikan gerakanya atas keimanan
kepada Allah dan diabdikan untuk kepentingan rakyat. 3 
IMM dalam kelahiran tentunya mempunyai
dimensi sejarah sendiri. Seperti:
Se perti: dalam
da lam buku Sejarah
Yang Dipersoalkan
D ipersoalkan karya F
Farid
arid Fa
Fathoni,
thoni, IMM
I MM banyak
b anyak
mengalami persoalan krusial baik dari kelahirannya
yang dianggap tidak perlu maupun eksistensinya yang
berusaha dihilangkan yang tertunya itu sudah
seharusnya mampu kita gali dan dari situ akan ada
rumusan historis yang mampu kita kontektualisasikan ke
dimensi kekinian.4 
Bukanlah waktu yang singkat hingga telah
setengah abad berlalu usia IMM. Lahir dengan
semangat mempertahankan keutuhan NKRI pada masa

3
  Sistem perkaderan Ikatan (SPI), “ Ikatan Mahasiswa
 Muhammmadiya”   (DPP IMM 2010). H. x
 Muhammmadiya”
4
Farid Fathoni,  Kelahiran yang di Persoalkan
Persoalkan,, 1990: PT
Bina Ilmu. h.1

IMM Untuk Kemanusiaan


 

13

orde lama, bertahan dengan segala dinamikanya dalam


mengisi pembangunan pada masa orde baru, terlibat
pada garda terdepan menjemput era perubahan pada
fase reformasi dan kini tetap menjaga eksistensi dengan

segudang prestasi membangun indonesia yang


berkemajuan. IMM tetap menyisakan cerita masa lalu
yang hingga saat ini sangat menarik untuk diulas.
Karena dengan mempelajari dan memahami lika-liku
eksistensi IMM, kita akan mengerti bagaimana IMM
berjuang dan berkembang dalam melalui masa lalunya,
meniti masa sekarang dan mempersiapkan diri
menghadapi masa depannya.
Dengan menilik sejarah tersebut harapanya kita
dapat benar-benar memahami apa itu IMM dan
bagaimana pola perjuangan IMM itu sendiri, sehingga
dapat bertahan sampai dengan hari ini. Namun tentu
saja mengulas masa lalu IMM tidak untuk mengajak
pembaca larut dalam nostalgia dan berkutat pada
sejarahnya saja.
Pada usia yang telah setengah abad IMM harus
mengambil garis tengah untuk berpisah dengan masa
lalu menjadikannya sebagai tolak ukur untuk menjemput
dan menatap tantangan masa depannya. Setengah
 Abad lebih Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah telah
melalui perjalanan panjang dan berliku. Ia mengalir
seiring waktu dan mengalami pasang surut dalam
menghadapi problematika gerakan. IMM telah
mengalami sekian ujian dan tantangan, baik dalam skala
lokal, regional, maupun internasional.
Sekali lagi saya memberikan apresiasi yang

tinggi kepada Amir yang telah menyelesaikan karya


IMM Untuk Kemanusiaan
 

14

terbaiknya ini sehingga dapat menjadi salah satu


referensi gerakan IMM ke depan dalam
mengaktualisasikan kekaderannya di tengah-tengah
kehidupan umat, berbangsa dan bernegara. Inilah tugas

sejarah IMM untuk lebih bergerak aktual menjawab,


mengisi dan berperan menghadapi tantangan zaman.
“Sejarah adalah apa yang kita tulis hari ini untuk
generasi mendatang. Menulisnya dengan tinta emas
atau catatan kelam”. Amirullah telah menulis catatan
emasnya. Semoga disusul oleh kader-kader IMM di
manapun berada dan semoga berkat rahmat Allah
melimpahi perjuangan kita. Amin...

Billahifisabilil haq Fastabiqul Khairat...

Wassalamu’alaikum.. Wr, Wb... 


Wassalamu’alaikum
Jakarta, Mei, 2016
Beni Pramula
(Ketua Umum DPP IMM 2014-2016)

IMM Untuk Kemanusiaan


 

15

PENGANTAR
“ Abdikanlah
 Abdikanlah ilmu untuk Kemanusiaan”, kutipan
tulisan Bung Karno tersebut sangat cocok untuk

memaknai
MAHASISWA kiprah perjuanganAHdan
MUHAMMADIYAH
MUHAMMADIY baktinya
(IMM), IKATAN
tidak saja bagi
kemaslahatan rakyat dan bangsa Indonesia tetapi juga
untuk kemajuan umat manusia pada umumnya.
umumnya.

Penalaran keilmuan yang dipahami oleh seluruh


kader-kader IMM yang kemudian diaktualisasikan dalam
bentuk aksi-aksi nyata dilapangan, baik yang berbentuk
gerakan advokasi kepada masyarakat atas persoalan
persoalan yang dihadapinya, gerakan pemberdayaan
kepada masyarakat serta gerakan penyadaran kepada
masyarakat telah menempatkan IMM sebagai organisasi
Mahasiswa yang berwatak 'progressive revolutioner'.

Melalui penerbitan buku “IMM untuk


 ,  kita bisa merasakan
Kemanusiaan dari nalar ke aksi” 
dan diajak untuk memahami bagaimana perkembangan
pemikiran yang terjadi di dalam IMM, kematangan
perjuangan IMM serta sikap kritis IMM yang selalu
berusaha untuk mencari solusi terhadap problem-
problem yang muncul dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, senantiasa berdiri paling depan untuk
melawan setiap bentuk kezholiman, bahkan tidak segan-
segan untuk berhadapan secara diametral dengan
penguasa, apabila dirasakan bahwa keputusan-
keputusan yang diambil oleh penguasa tersebut tidak
lagi sesuai dengan kepentingan rakyat.

IMM Untuk Kemanusiaan


 

16

Kepada seluruh anggota, kader dan pimpinan


IMM, kobarkan terus perjuangan humanisme-mu.
Percayalah, “no sacrifies is wasted”   tidak ada
pengorbanan yang sia-sia.

Jakarta, 11 Mei 2016

Hj.Rachmawati Soekarnoputri, SH

IMM Untuk Kemanusiaan


 

17

DAFTAR ISI 

UCAPAN TERIMA KASIH |3


PROLOG: |6

Beni Pramula (Ketua


PENGANTAR: | 10Umum DPP IMM)
Hj. Rachmawati Soekarno Putri, SH.,
DAFTAR ISI | 11

Bagian I :
IMM UNTUK KEMANUSIAAN
o  IMM di Tengah Derita Kemanusiaan
Kemanusiaa n |
o  Kyai Ahmad
Ah mad Dahlan Sebagai Spirit Gerakan
Kemanusiaan| 32
o
  Membaca Tafsir Humanisme IMM |
o  Dari Humanisme
Human isme Galau ke Humanisme Sejati |
o  Humanisme Islam dan Relevansinya Dengan
Gerakan IMM |
o  Kristalisasi IMM Sebagai Gerakan Kemanusiaan
  |
Bagian II :
IMM & VISI INTELEKTUAL KEMANUSIAAN
o  Ragam Pemikiran Tentang Intelektualisme IMM
  | 72
o  Membaca Lagi Intelektualisme Barat
Barat dan Islam
| 80
o  Intelektual Dalam
D alam Perdebatan: Upaya Mencari
Model Intelektual Sejati.  | 90
o  Intelektualisme IMM: Intelektual Integratif | 100
-  Intelektual Berkiprah | 101
-  Intelektual Rabbani
Rabba ni | 102
-  Intelektual Integratif | 107

IMM Untuk Kemanusiaan


 

18

Bagian III :
SPIRITUALITAS UNTUK CINTA KEMANUSIAAN

o
  Titik Temu AAntara
ntara Religiusitas dan Spiritualitas
| 115
o  Merawat Spiritualitas, Menyelamatkan
Kemanusiaan | 125
o  Paradigma Spiritualitas IMM Untuk Cinta
Kemanusiaan| 138
-  Catatan Kritik Terhadap Spiritualitas yang
Melangit| 138
-  Spiritualitas IMM, Spiritualitas Revolusioner 

  | 144
Bagian IV :
IMM DAN DAKWAH KEMANUSIAAN
o  Membaca Zaman | 151
o  Melihat Paradigma
Paradigm a Dakwah Muhammadiyah | 154
o  Mengenan
Mengenang g dan Merefleksikan IMM Kita | 163
o  IMM dari Dakwah Internal Menuju Dakwah
Kemanusiaan| 166
-  Tauhid Sebagai Spirit Gerakan | 167
-  Ibadah Untuk Kemanusiaan | 171
-  Akhlak untuk Kemanusiaan | 173
-  Gerakan “Cinta Ilmu”  | 176
o  Menggalan
Menggalang g kembali dakwah IMM Back to campus
  | 184
Bagian V :
MASSIFIKASI IMM SEBAGAI GERAKAN MEDIA DAN
MENULIS

IMM Untuk Kemanusiaan


 

19

o  Era media, Era Pembelaan Terhadap Keadilan?


  | 195
o  Gerakan Fundamental IMM: Gerakan Menulis dan
Media massa | 203
o
  Gerakan “Mari Menulis” Kembalikan IMM pada
Pena Gerakannya | 206
Bagian VI :
POLITIK UNTUK KEMANUSIAAN

o  Relasi Islam, Politik, dan Ke-Indonesiaan


Ke-Indo nesiaan | 215
-  Politik Sebagai Usaha Mencapai The good
Life| 215
-  Dinamika relasi Islam dan Politik | 217

-  Islam dan ke
Dikotomisasi Politik di Indonesia:
Integrasi | 224 Dari
-  Peluang & Tantangan Peran Politik Generasi
Baru Muslim Indonesia | 231
o  Rekonstruksi Nalar Politik Muhammadiyah:
Menuju Kesadaran Baru | 235
o  IMM dan Politik: Dari Nalar Ke Aksi | 252
-  Nalar IlmuIlmu dan Politik
Politik Sebagai Satu
Kesatuan | 252
-  Pandangan Alumni Tentang Relasi IMM dan
Politik|255
-  Mempertimbangkan
Mempertimbang kan Jalan Tengah,
Membangun Kesadaran
Kesadaran Baru | 263
-  Tri Kompetensi Dasar IMM Sebagai Ideologi
Politik| 266

Daftar Pustaka
Tentang Penulis

IMM Untuk Kemanusiaan


 

20

BAGIAN I

IMM UNTUK KEMANUSIAAN

IMM Untuk Kemanusiaan


 

21

IMM di Tengah Derita Kemanusiaan:

Sebuah Pengantar

Munculnya persoalan sosial kemanusiaan dalam


sejarah kehidupan umat manusia tidak kunjung berakhir
dan barangkali tidak akan pernah mengenal kata final.
Hingga saat ini, apa yang disebut sebagai kearifan,
Kebaikan, HAM, dan klaim peradaban itu selalu saja
diiringi dengan keserakahan, kebengisan, dan
penindasan oleh yang kuat terhadap yang lemah, oleh
yang kuasa terhadap yang jelata, oleh yang dzolim
(penindas) terhadap mustad’afin  (tertindas), oleh para
kapital terhadap proletar. Saling menghegemoni,
menggusur, memonopoli, dan mengumpulkan materi
sebanyak-banyaknya dan pada saat bersamaan
membiarkan kelaparan, kemiskinan, dan penderitaan
kaum lemah di mana-mana mengiringi perjalanan
peradaban umat manusia saat ini. Genderang perang
bergejolak di berbagai belahan dunia. Akibatnya, krisis
kemanusiaan melanda berbagai belahan dunia Timur
dan juga Barat (Eropa).
Kemenangan nalar (Rasionalisme-empirisme)
yang dirayakan secara arogan dalam perjalanan sejarah
Barat yang sebenarnya sejak masa pencerahan tidaklah
membawa kemenangan nalar yang sejati, melainkan
menyebabkan serangkaian tragedi kemanusiaan pada

skala yang sangat besar: proletarianisasi seluruh

IMM Untuk Kemanusiaan


 

22

wilayah, buruh anak-anak, perbudakan, dan apartheid,


dua perang dunia yang keji, penggunaan senjata kimia
dan nuklir, dan pengahancuran sistematis kaum petani
dan yahudi, Roma dan Sinti, homoseksual dan orang

yang cacat mental, dengan menggunakan metode


pemusnahan industri di bawah kekuasaan Nazi. Selain
itu, ada terorisme negara dan seterusnya menyertai
perjalanan sejarah renaissance-pencerahan yang
diklaim berperadaban dan maju. Hingga saat ini,
nestapa kemanusiaan seolah menjadi sinetron siang
dan malam disuguhkan
disuguhkan di
d i hadapan kita.
Kita menyaksikan pembunuhan massal manusia
atas nama kebenaran dan titah Tuhan serta atas nama
keserakahan politik. Penyiksaan dan pembunuhan
manusia dengan secara kejam yang menimpa
komunitas muslim rohingnya di Myanmar, dikabarkan
menewaskan ribuan orang, tidak kurang dari 5000 ribu
rumah rusak dan terbakar, 17 Masjid rusak dan dibakar,
53.000 manusia mengungsi dan terombang ambing di
daratan dan di lautan, hilangnya nyawa, hilangnya masa
depan, dan diperkosannya hak-hak kemanusiaan
mereka telah kita saksikan secara live di hadapan mata
kita semua.
Kita menyaksikan perang antar bangsa dan
perang saudara yang terus menerus berlangsung saling
menghancurkan dan saling meluluhlantahkan kehidupan
ini. Negara-negara di Timur Tengah atas nama
perbedaan agama, mazhab, ideologi, paham, bengisnya
politik, dan saling merasa diri benar dan kuat
menghancurkan satu sama lain. Akibatnya, hilang ribuan
nyawa, hancurnya gedung-gedung pendidikan,

IMM Untuk Kemanusiaan


 

23

perkantoran, rumah, gedung ibadah (Masjid, Gereja,


Kuil, dll), masa depan anak bangsa yang suram, dan
derita ekonomi yang tak menentu akibat perang yang
terus berlangsung.

Beberapa negara di Timur Tengah diambang


kepunahan akibat hilangnya kearifan kemanusiaan. Di
depan mata kita juga, kita menyaksikan konflik di
Palestina pada tahun 2014, terhitung korban tewas
akibat serangan udara Israil ke jalur Gaza sebanyak 187
orang, dan korban luka-luka sebanyak 1.280 orang.
Meledaknya perang saudara di Suriah telah
menewaskan ribuan jiwa manusia. Berdasarkan
Berdasarkan hasil
pengamatan yang dilakukan PBB, jumlah korban
tewas pada perang Suriah mencapai lebih dari 93
ribu jiwa. Dari jumlah itu, 6.500 di antaranya adalah
anak-anak. Konflik berkepanjangan ini telah
membawa Suriah pada krisis kemanusiaan yang
amat parah, bahkan bukan tidak mungkin Negara
Suriah yang kaya akan minyak itu segera tergusur
dan gulung tikar karena hingga diawal tahun 2016,
konflik Suriah tak sedikitpun terlihat ada tanda-tanda
penyelesaiannya, justru semakin parah ditambah
dengan intervensi berbagai negara berkepentingan.
berkepentingan.
Kita juga menyaksikan gejolak besar yang
terjadi di Mesir tahun 2013. Setidaknya, 235 orang
sudah meregang nyawa dan 2.001 lainnya terluka. Kita
tenggok lagi konflik yang
yang terjadi di Yaman
Yaman baru
baru-baru
-baru ini
(Tahun 2015), berdasarkan laporan Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan sebanyak
944 orang tewas dan 3.487 orang terluka sejak Yaman
berkecamuk akhir Maret 2015. Bahkan, dikatakan

IMM Untuk Kemanusiaan


 

24

kemungkinan jumlahnya lebih besar lagi dari data ini.


PBB juga melaporkan konflik di Yaman setidaknya
telah menewaskan sekitar 115 anak-anak.
an ak-anak.
Sungguh sangat menyedihkan. Dunia Arab
betul-betul hancur berantakan. Beberapa kota yang
bersejarah sudah menjadi kota mati akibat
kekejaman perang. Hingga saat ini, konflik di Timur
Tengah tidak ada tanda-tanda akan usai, sehingga
dunia Arab diambang kepunahan. Inilah yang disebut
Buya Ahmad Syafii Ma’arif   bahwa dunia Arab betul-
betul hancur berantakan dan butuh waktu 50 tahun
untuk membangunnya kembali jika pun itu bisa
dilakukan.
Selain konflik di Timur Tengah, kita juga
menyaksikan konflik dan perang di dataran Eropa. Akhir-
akhir ini (tahun 2014 hingga 2015) yang
meluluhlantahkan tatanan kehidupan di Ukraina,
khususnya Ukraina bagian Timur. Dalam laporan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa bentrokan
bersenjata selama 14 bulan antara prajurit pemerintah
dan gerilyawan pro-kemerdekaan di Ukraina Timur telah
menewaskan lebih dari 6.400 orang dan membuat
sebanyak 1,3 juta orang lagi kehilangan tempat tinggal.
Tidak kurang dari 100 ribu warga Ukraina telah
menyelamatkan diri ke Belarusia.
Memang peradaban kita saat ini tengah dihantui
perang yang begitu menakutkan, yakni perang “iblis”
yang melibatkan kekuatan senjata nuklir yang bisa-bisa
membuat dunia segera kiamat. Ketegangan di laut
China Selatan, ketegangan antara Korea Utara dan

Selatan, Arab dan Iran, dan saling sikut-menyikut

IMM Untuk Kemanusiaan


 

25

negara-negara kuat di Eropa yang ingin terus


mendominasi dan menghegemoni kekuatan dunia,
menjadi hantu yang sangat menakutkan bagi
kelangsungan peradaban manusia saat ini.

Selanjutnya, kita kembali dikejutk


Selanjutnya, dikejutkan
an oleh aksi-
aksi teror yang melabeli dirinya dengan gerakan suci
atas nama Tuhan. Gerakan brutal dan barbarian atas
nama agama memang
m emang sulit dipercaya
dipercaya dan sungguh di
luar dari nalar agama apapun itu, apalagi Islam.
Munculnya gerakan kelompok yang mengklaim
dirinya kelompok Islam seperti ISIS yang
meresahkan manusia seantero bumi dan membuat
negara-negara kewalahan menyikapinya, menjadi
menarik untuk dipertanyakan? Sungguhpun telah
mengundang banyak perdebatan dikalangan
masyarakat dunia. Ada yang menyebutnya anak
asuhan Amerika yang berlabelkan Islam, ada yang
menyebutnya memang kelompok radikal yang ingin
mendirikan negara Islam dan pandangan-pandangan
lainnya. Tapi masih saja kelompok ISIS ini bagi
penulis sangat misterius, alias belum ada kebenaran
valid mengenainya. Siapakah sesungguhnya
kelompok gerakan yang anti kemanusiaan ini? suatu
saat pasti terbongkar.
terbongkar.
Barangkali kita tidak akan memperpanjang
perdebatan tentang siapa itu kelompok ISIS?,
semoga ada karya atau penelitian yang otoritatif
untuk mendeskripsikan wajah sesungguhnya dari
kelompok tersebut. Dalam tulisan ini, yang penting
untuk disoroti adalah perilaku barbarian dan gerakan

IMM Untuk Kemanusiaan


 

26

anti kemanusiaan yang membuat dunia terbelalak


dibuatnya.
Dunia dikejutkan oleh pemberitaan media
yang begitu heboh mengenai aksi teror Paris 13
November 2015, dikabarkan tragedi teror di Paris itu
telah menewaskan kurang lebih 153 orang
berdasarkan laporan CNN. Salah satu korban terbesar
berada di gedung pergelaran konser di Baraclan. Di
sana sekitar 112 orang tewas saat seorang bersenjata
senapan otomatis memberondong penonton yang
sedang menyaksikan aksi panggung band Amerika.
Pelaku juga menyandera sekitar 100 orang. Sekitar lima
mil dari lokasi tersebut, dua pelaku meledakan diri di
luar stadion Stade de France saat berlangsungnya
pertandingan Jerman dan Prancis. Penembakan juga
terjadi di dalam restoran di Rue Bichat dan menewaskan
11 orang. Yang menarik adalah tidak lama tragedi ini
terjadi tiba-tiba muncul sebuah kelompok yang
mengklaim dirinya sebagai pelaku dari aksi tersebut,
disertai dengan rasa gembira dan menyampaikan
kepada dunia prestasinya setelah sekejap merengut
ratusan nyawa manusia. Kelompok itu menyebut dirinya
sebagai kelompok
kelomp ok gerakan Islamic State In Iraq And
Suriah (ISIS)?. Aksi teror seperti ini terus menyerang
kenyamanan dan keamanan dunia, tidak hanya di Timur
Tengah, tapi juga terjadi secara berurut di langit Eropa.
Seperti di prancis, Turki, Amerika, dll.
Sungguh luar biasa sebuah drama barbarian
barbarian dan
anti-kemanusiaan diperagakan dalam sekejap tiba-tiba
merengut nyawa ratusan manusia yang tak bersalah.
Bisa dibayangkan di tengah keramaian tiba-tiba muncul

IMM Untuk Kemanusiaan


 

27

sekelompok orang dengan senjata AK47 kemudian


tanpa merasa berdosa menembaki secara membabi
buta. Sebuah perilaku yang diluar nalar agama apapun,
tentu saja kita masih percaya tidak ada satu jenis iman

apapun yang membenarkan tindakan semacam ini.


Kecuali ajaran keserakahan, ajaran konspirasi yang
serakah, mati rasa, dan anti kemanusiaan. Siapapun
pelaku dari tragedi ini, yang pasti adalah hal ini
mengambarkan kondisi dunia kita sedang sakit,
konspiratif, dan anti kemanusiaan.
Lebih sakit lagi, pasca peristiwa ini terjadi muncul
gerakan diskriminatif atas nama hak asasi manusia
melanda banyak tempat di beberapa negara di Eropa.
Gerakan diskriminatif yang dimaksud adalah munculnya
sikap diskriminatif terhadap salah satu agama tertentu,
katakanlah Islam, menjadi sulit dinalarkan bagi manusia
yang masih sehat akalnya. Beberapa di antara orang-
orang Eropa bahkan negaranya menuding Islam
sebagai ajaran teroris. Sehingga gerak-gerik umat
muslim patut dicurigai sebagai sesuatu yang
membahayakan. Dalam konteks ini, umat muslim telah
diperkosa hak-hak kemanusiaannya untuk mendapatkan
rasa aman, tenang, dan bebas dari segala hal yang
tidak nyaman dalam beragama yang pada dasarnya
telah dijamin oleh Universal Declaration of Human Right
yang katanya dijunjung tinggi PBB itu.
Pengawasan hingga rencana penutupan masjid-
masjid di Prancis oleh Perdana Menteri Prancis Manuel
Valls pasca teror paris memberikan luka psikologis bagi
umat muslim, pelarangan pakai cadar dan pembatasan
menggunakan jilbab serta intimidasi-intimidasi terhadap

IMM Untuk Kemanusiaan


 

28

umat muslim di prancis merupakan teror psikologis yang


patut disayangkan. Di Amerika juga terjadi hal yang
sama, posisi umat muslim berada dalam tekanan dan
teror-teror psikologis yang menghantui setiap saat.

Hingga muncul pernyataan tokoh Amerika Donald


Trump, bakal calon presiden dari Partai Republik, yang
memperlihatkan sikap Islamofobianya. Ide-ide gila
Donald Trump untuk memassifkan pengawasan masjid
dan menutup beberapa masjid di Amerika, menyuarakan
pembedaan antara muslim dengan yang bukan muslim
di Amerika (membuat identitas khusus untuk muslim
 Amerika) dan melarang muslim masuk Amerika dengan
tujuan diskriminatif, tentu saja hal ini telah melukai nilai-

nilai kemanusiaan yang dicita-citakan bersama.


Belum lagi di beberapa negara lain di Eropa,
seperti di Inggris misalnya, pasca tragedi Paris telah
terjadi peningkatan perlakuan diskriminatif terhadap
umat muslim Inggris khususnya para muslimah secara
kasar dan kejam. Untuk tidak menceritakan semuanya
paling tidak sebuah sumber dari laman The
Independent yang merupakan lembaga yang didirikan
pemerintah Inggris itu menuliskan bahwa pasca tragedi
serangan teror Paris 13 November silam, serangan
terhadap umat Muslim di Inggris telah meningkat sangat
drastis menjadi 300 persen selama sepekan terakhir.
Disebutkan mayoritas korban serangan teror terhadap
Muslim di Inggris adalah perempuan dan gadis Muslim
yang masih berusia antara 14-45 tahun dan
menggunakan hijab. Di Belgia muncul lagi kelompok
mengklaim dirinya Cristianity state, mereka mengirim
surat ke masjid-masjid di Belgia bahwa mereka akan
melakukan pemboman di beberapa masjid sebagai

IMM Untuk Kemanusiaan


 

29

bentuk balas dari tindakan teror ISIS di Perancis. Meski


gejolak Islamofobia dan tindakan diskriminatif yang terus
menguat di beberapa negara Eropa, tidak sedikit juga
yang memberikan dukungan terhadap muslim Eropa

dan bersikap adil-egaliterian hingga


memperjuangkannya.
Sulit untuk dinalarkan, sepertinya dunia tengah
berada dalam kebingungan yang dibuatnya sendiri. Di
satu sisi kita sedang gencar-gencarnya menaikkan
bendera perlawanan terhadap segala perilaku anti
kemanusiaan. Katakanlah seperti aksi-aksi teror yang
acapkali terjadi, dan semua agama dan iman apapun
bersama-sama menyatakan perlawanan terhadapnya.
Namun, pada saat bersamaan ada pihak-pihak yang
sengaja melakukan tindakan diskriminatif yang anti
kemanusiaan, anti keadilan, dan non egaliter yang
menghardik agama tertentu dengan cap teroris dan
semacamnya. Sikap Diskriminatif, ketidakadilan,
ketidakdewasaan, dan keringnya rasa humanitas seperti
ini bukannya membawa dunia dalam kedamaian tapi
 justru kegaduhan
kegaduha n berkepanjangan.
berkepanjanga n.
Inilah kenyataan yang terjadi di hadapan kita
semua saat ini. Zaman yang diklaim beradab rasany
rasanyaa
nyawa manusia dan nilai-nilai kemanusiaan begitu
murah untuk dikorbankan. Drama anti kemanusiaan
layaknya sinetron yang setiap hari ditayangkan
menemani sarapan pagi dan makan malam kita.
Tepat untuk dikat
d ikatakan
akan bahwa, kita saat ini betul-betul
be tul-betul
mengalami krisis kemanusiaan yang amat parah dan
ke depannya masa depan manusia terus dibayang-
bayangi oleh saling menggusur dan menindas baik

IMM Untuk Kemanusiaan


 

30

dalam bentuk perang maupun dalam bentuk


ketidakadilan, kekerasan, kemiskinan, dan
pengangguran akibat konsentrasi kapital yang pada
akhirnya memunculkan gejolak sosial (konflik sosial)

yang menghantui masa depan peradaban manusia.


Sesungguhnya kita tidak hanya sedang
menyaksikan konflik fisik baik dalam bentuk perang
maupun model kekerasan fisik lainnya, tapi juga kita
sedang menyaksikan kejahatan kemanusiaan dalam
bentuk kekerasan politik, kekerasan ekonomi,
kekerasan kebijakan, dan kekerasan moral yang
berimplikasi pada terdzoliminya hak-hak
kemanusiaan yang seharusnya mencapai cita -cit
-citanya
anya
yang adil dan beradab.
Sumber daya alam melimpah ruah yang
mestinya menjadi instrumen terwujudnya kehidupan
manusia yang adil dan beradab malah berlaku
sebaliknya. Begitu juga dengan kekerasan moralitas
atas nama hak-hak kemanusiaan (penulis
menyebutnya kekerasan moralitas karena tidak
sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan) semakin
keluar dari garis kesuciannya.
Meledaknya aspirasi para homoseksual dan
lesbian untuk diakui sebagai pernikahan yang sah
semakin menjadi-jadi dan membabi-buta. Para
lesbian dan homo terlihat mendapat tempat bahkan
mengalami perkembangan yang cukup signifikan.
Dalam laporan yang dirilis ACW   NEWS dan dikutip
 juga
 ju ga d i Washington Post pa
pada
da Mingg
Min ggu
u 28 Ju
Junn i 20
2015
15..

IMM Untuk Kemanusiaan


 

31

Setidaknya ada 23 negara yang telah melegalkan


perkawinan sesama jenis. 5 

5
 Negara-negara tersebut yaitu : (1), Belanda, 2001 Belanda
merupakan negara pertama di dunia yang melegalkan pernikahan
sejenis. Sebenarnya sudah dari tahun 2000 legalisasi disetuju.
 Namun, penerapan resminya baru disahkan di 2001. (2), (2 ), Belgia,
2003.Langkah Belanda segera di ikuti oleh Belgia. Pada 1 Juni 2003
UU ini resmi disahkan. Lebih mengejutkannya lagi di 2011, Elio de
Rupo terpilih menjadi Perdana Menteri Belgia pertama yang
mengakui dirinya sebagai penyuka sesama jenis. (3), Spanyol,
2005. Negeri Matador mengesahkan pernikahan sesama jenis pada 3
Juli 2005. Isu pengesahan ini di bawa pertama kali oleh Mantan
Perdana Menteri dan pemimpin Partai Sosialis José Luis Rodríguez
Zapatero. (4), Kanada, 2005. Selang 2 pekan dari Spanyol, langkah
yang sama diambil Kanada. Tepatnya 20 Juli 2005 Kanda menjadi
negara ke-4 yang mengesahkan pernikahan sesama jenis. (5), Afsel,
2006Afsel merupakan negara di Benua Afrika pertama yang
mengesahkan pernikaha sejenis. Pengesahan tersebut ditandatangani
oleh Wapres Phumzile-Mlambo Ngcuka pada 30 Juni.
Penandatangan oleh Wapres ini disebabkan Presiden Afsel saat itu
Thabo Mbeki tengah menghadiri KTT Uni Afrika. (6), Norwegia,
2009. Norwegia membuka tahun baru 2009 dengan mengesahkan
UU pernikahan sejenis. Sejak 1 Januari 2009 Norwegia jadi negara
 pertama di wilayah Skandinavia yang mengesahkan UU tersebut.
(7), Swedia, 2009. Berselang 5 Bulan, Swedia mengikuti jejak
negara tetangganya, Norwegia. Mereka resmi mengizinkan
 pernikahan sejenis pada 1 Mei 2009. (8),(8 ), Portugal, 2010. Pada 5
Juni 2010 Portugal jadi negara ke-8 yang membolehkan pernikahan
sejenis. PM Portugal saat itu pun Jose Socrates menyebut
 pengesahan ini merupakan hal sangat men mendasar
dasar bagi konsep
 persamaan hak dan keadilan. (9),
(9 ), Islandia, 2010. Sejak 27 Juni
2010, Islandia mengikuti jejak 8 negara dunia lain yang
memperbolehkan pernikahan sejenis dilakukan secara legal. Tidak
hanya itu, setelah UU tersebut legal PM Islandia Jóhanna
Sigurðardóttir dan pasangan sejenis Jónína Leósdóttir langsung
meresmikan pernikahan mereka. Johanna pun menjadi Pemimpin
negara dunia pertama yang berasal dari kaum sejenis. (10),
Argentina, 2010. Argentina adalah negara Amerika Selatan yang

IMM Untuk Kemanusiaan


 

32

melegalisasi pernikahan sejenis tepatnya pada 22 Juli 2010. Empat


tahun pertama setelah dilegalkan, tercatat sudah ada 9.362 pasangan
sejenis yang mengesahkan pernikahannya. (11), Denmark, 2012.
Setelah di 2011, tidak ada negara di dunia yang melegalkan
 pernikahan sejenis, di tahun berikutnya lan langkah
gkah men
mengejutkan
gejutkan ini
diambil Denmark.Tepatnya 15 Juni 2012 pernikahan yang
 bertentangan
 bertentang an dengan ajaran semua agama di dunia itu disahkan di
Denmark. (12), Brazil, 2013. Pada 14 Mei 2013, Brazil resmi
membolehkan pernikahan sejenis. Keputusan ini sangat
kontroversial. Sebab, dari jajak pendapat yang digelar lembaga
research Pew Research Center 48 persen warga Brasil menolak
 pengesahan UU itu. (13),(1 3), Inggris, 2013.Pada Juli 2013 Inggris
resmi mengesahkan pernikahan sejenis. Namun, Inggris tidak bisa
dihitung sebagai negara yang sepenuhnya menerapkan hukum yang
legal atas pernikahan sejenis. Sebab, sampai saat ini salah satu
negara bagian dari Kerajaan Inggris, Irlandia Utara menolak
menerapkan UU pernikahan sejenis. (14), Prancis, 2013. Prancis
sepakat melegalkan pernikahan sesama jenis pada 24 April 2013.
Menteri Kehakiman Prancis Christiane Taibira menyatakan,
 pelegalan undang-undang ini berakhir dengan indah. Menurutnya,
aturan ini tidak akan merugikan orang lain. (15), Selandia Baru,
2013. Selandia Baru secara resmi melegalkan pernikahan sesama
 jenis di tanggal 18 April 2013. Legalisasi ini dilakukan setelah 77
dari 121 anggota parlemen menyetujui amandemen Undang-Undang
Pernikahan yang ditetapkan tahun 1955 yang memberikan izin bagi
 pasangan sejenis untuk meni
menikah.
kah. (16),
(1 6), Uruguay, 2013. Pernikahan
sejenis jadi hal yang legal pada 5 Agustus 2013. Legalisasi ini sudah
 banyak diprediksi. Sebab, jaja jajak
k pendapat sebel
sebelum
um parlemen
Uruguay meresmikan pernikahan sejenis menunjukkan 52 persen
warga Uruguay setuju pengesahan tersebut. (17), Skotlandia,
2014.Skotklandia mengesahkan pernikahan sejenis pada 5 Februari
2014. Pemerintah Skotlandia menyatakan, pengesahan hukum
tersebut merupakan upaya mereka untuk menegakan persamaan hak
manusia. Namun, langkah Skotlandia itu mendapat tentangan dari
sejumlah organisasi gereja di negara mereka.   (18), Luxemburg,
2015. Pernikahan sejenis legal di Luxembrug pada 1 Januari 2015.
Bahkan PM mereka saat ini Xavier Bettel mengakui bahwa dirinya
adalah penyuka sesama jenis.  (19), Finlandia, 2015. Sejak beberapa
tahun lalu negara tetangga Finlandia seperti Denmark, Swedia dan
 Norwegia telah mengesah
mengesahkan
kan UU pernikahan sesama jenis.

IMM Untuk Kemanusiaan


 

33

Sementara riak-riak di Indonesia untuk


melegalkan pernikahan sesama jenis terlihat menguat
meskipun sumbunya masih sangat kecil. Atas nama
HAM, pluralisme, dan multikulturalisme acara-acara
seperti konferensi, seminar, dan pertemuan-pertemuan
lainnya gencar dilakukan. Puncak dari kegaduhan terkait
gerakan Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender dan
Interseks (LGBTI) Indonesia adalah setelah tercium
adanya komunitas LGBT di Universitas Indonesia.
Setelah itupula mulai terbongkar konspirasi demoralisasi
Indonesia berwajah lesbianisasi dan homoseksualisasi
(LGBT). Tidak tanggung-tanggung anggaran untuk
upaya demoralisasi inipun cukuplah besar. United

Nations Development Programme (UNDP)

Finlandia pun mengikuti jejak negara tetangganya pada 20 Febuari


2015. Namun, implementasi hukum ini baru bisa dilakukan pada
akhir tahun ini.   (20), Slovenia, 2015. Sejak 2006, Slovenia sudah
mengakui pernikahan sejenis. Namun, penerapannya tertunda
sampai Maret 2015.  (21), Irlandia, 2015. Irlandia menjadi negara
 pertama di dunia yang melegalmelegalkan
kan pernikahan sejenis melalui
referendum. Gereja Katolik Irlandia sebenarnya juga berusaha keras
mengampanyekan pilihan menolak terhadap pernikahan sejenis.
 Namun, ajakan ini hanya mendapat dukungan dari warga lanjlanjut
ut usia
dan penduduk pedesaan.   (22), Meksiko, 2015. Meksiko tidak bisa
dimasukan ke dalam negara yang mengesahkan pernikaha sejenis
sepenuhnya. Hal ini karena UU ini hanya berlaku di Mexico City.
Sementara wilayah lain seperti Yucatan menolak pengesahan ini.  
(23), Amerika Serikat, 2015. Amerika Serikat jadi negara ke 21
yang mengesahkan UU pernihakan sejenis di seluruh negara
 bagiannya.
 bagianny a. UU Kontroversi
Kontroversial
al ini lahir set
setelah
elah Mahkam
Mahkamah
ah Agung AS
memenangkan gugatan Jim Obergefell. Putusan ini pun disambut
 baik Presiden Obama. Dia menyebumenyebutt Semua warga AS, harus
memiliki kesempatan yang sama di bawah hukum yang berlaku.
Lebih lanjut lihat di http://suraupos.com/ini-daftar-negara-yang-
melegalkan-pernikahan sesama-jenis/   dan media-media online
lainnya.  

IMM Untuk Kemanusiaan


 

34

menggelontorkan US$ 8 juta atau kurang lebih senilai


Rp 108 miliar untuk mendukung gerakan lesbianisasi
dan homoseksualisasi di Indonesia.
Bahkan di pulau yang diklaim berbudaya, di
pulau dewata Bali, sekelompok orang melaksanakan
upacara pernikahan sesama jenis. Acara yang bisa
dikatakan tidak pernah ada dalam sejarah bangsa ini
mengkagetkan semua anak bangsa. Hal yang sama
dikabarkan terjadi di Pulau Lombok dan di beberapa
tempat. Namun demikian, Komnas HAM RI secara
tegas menolak kehadiran gay dan lesbian di tanah
nusantara yang berketuhanan ini. Sehingga
penyelenggaraan nikah sesama jenis yang dilakukan
sekelompok orang di Bali itu dianggap melanggar
konstitusi NKRI dan kemudian beberapa orang
ditetapkan sebagai tersangka.
Menurut Manager Nasution6  (Komisioner
Komnas HAM RI) mengatakan bahwa, “Indonesia tidak
dapat memberlakukan pernikahan sesama jenis ke
dalam bentuk regulasi, dengan alasan pernikahan
sesama jenis bertentangan dengan konstitusi.
"Konstitusi Indonesia menganut asas Ketuhanan Yang
Maha Esa, sebagai core Pancasila, yang menunjukkan
bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang
beragama. Sebagai bangsa yang beragama, maka
sudah sepantasnya menolak pernikahan sesama jenis
yang merupakan perilaku menyimpang," tidak hanya itu
6
  Manager Nasution merupakan aktaktifis
ifis kemanus
kemanusiaan
iaan yang
intens melakukan advokasi terhadap isu-siu kemanusiaan. sekarang
 beliau merupakan
merupakan salah satu komisi
komisioner
oner KOMNAS HAM RI. Beliau
 juga merupakan mantan Ketua Umum DPD IMM Sumatera Barat
dan Mantan Ketua DPP IMM.

IMM Untuk Kemanusiaan


 

35

menurut Manager Nasution, Indonesia di samping


memakai Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB,
landasan filosofis HAM-nya adalah sila kedua Pancasila,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Sebagai bangsa
yang beradab tentu bangsa Indonesia dan juga agama-
agama yang ada di Indonesia menolak penyimpangan
seksual sebagian kaum hedon.7 
 Apa yang dikatakan oleh Manager Nasution di
atas merupakan satu kesadaran kemanusiaan dan
sekaligus kesadaran kebangsaan yang harus didukung
oleh semua elemen bangsa. Bahwa tidak ada tempat
bagi segala bentuk perilaku dan tindakan yang menodai
cita-cita luhur bangsa yang berlandaskan ketuhanan dan
keadaban di bumi pertiwi ini. Apalagi perilaku
homoseksual dan lesbian yang jelas-jelas perilaku
melawan takdir kemanusiaan dan bahkan mencoreng
hak-hak kemanusiaan.
Selain Komnas HAM, akhirnya pemerintah, para
tokoh, dan ormas-ormas juga ramai-ramai angkat bicara
soal LGBT. Seperti Menristekdikti, Menag, Menpora,
Mendikbud, Menkominfo, Menkopolhukam, Menpan RB,
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
 Anak, bahkan juga Wakil Presiden Jusuf Kalla sama-
sama menilai bahwa LGBT adalah penyimpangan. MUI
 juga telah menegaskan
me negaskan dalam fatwanya
fa twanya nomor 57 tah
tahun
un
2014 tentang haramnya LGBT.
Gencarnya gerakan LGBTI yang menuntut untuk
dilegalkan merupakan satu tragedi dan derita

7
  Selengkapnya lihat
http://www.beritasatu.com
http://www.be ritasatu.com/nasional/288109-komnas
/nasional/288109-komnas-ham-
-ham-
 pemerintah-indonesia-harus-mela
 pemerin tah-indonesia-harus-melarang-pernikahan
rang-pernikahan sej
sejenis.html
enis.html

IMM Untuk Kemanusiaan


 

36

kemanusiaan yang sangat mengkhawatirkan bagi


peradaban umat manusia. Derita kemanusiaan yang
akan mengancam keberlanjutan kehidupan umat
manusia dan peradabannya. Penulis menyebut kasus ini
sebagai “derita kemanusiaan” karena tidak hanya
persoalan moralitas, tapi juga menyangkut keberlanjutan
kehidupan umat manusia.
Oleh karenanya, otoritas politik dengan kekuatan
kebijakan harus membuka mata hati, pikiran, batin
pancasilanya untuk merespon derita kemanusiaan ini.
 Apapun alasannya bahwa, perilaku homoseksual dan
lesbian tidak boleh dibiarkan berkeliaran di bumi
Indonesia yang berketuhanan yang maha esa, apalagi
untuk dilegalkan. Justru sebaliknya, menurut hemat
penulis, yang harus dilakukan adalah mengupayakan
adanya undang-undang yang secara tegas melarang
aktifitas para homoseksual dan lesbian. Walaupun
konstitusi kita telah mengatur secara jelas terkait
dengan perkawinan di dalam UU Nomor 1 Tahun 1975.
Khususnya dalam pasal 1 yang mengatakan
“Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria
dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan
tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Mahaesa”. Meski  demikian, upaya penanganan LGBT
tetap harus dilakukan secara manusiawi dan upaya-
upaya penyadaran yang konstitusional. Karena
bagaimanapun, tugas negara harus menjaga
kebudayaan bangsa sekuat-kuatnya.
Dengan melihat ragam derita kemanusiaan saat
ini, apa yang hendak ingin dikemukakan bahwa tidak

IMM Untuk Kemanusiaan


 

37

hanya persoalan perang, tapi juga kita sedang


meyaksikan bahkan mungkin sedang berada di
dalamnya bahwa kemelut ekonomi yang membawa
krisis ekonomi global melanda banyak negara, ledakan
penduduk yang tidak terkendali melahirkan ledakan
tenaga kerja yang membanjiri kota besar seperti Jakarta
dan kota-kota besar lainnya, pencemaran lingkungan,
penggundulan hutan, pembakaran hutan dan
pembalakkan liar, serta program alih fungsi hutan lindun
menjadi hutan produksi telah mengundang bencana
banjir yang meluluhlantahkan tatanan kehidupan,
melunturnya nilai-nilai tradisi, perubahan nilai-nilai yang
cepat, makin canggihnya pola kejahatan, penipuan dan

kriminalitas, human trafficing   (penjualan manusia)


terutama penjualan anak-anak dan perempuan muda,
serta organ tubuh manusia, pelanggaran HAM yang
terus meningkat, penggusuran warga atas nama
penegakan hukum dan penertiban namun pada
kenyataan mendzolimi masyarakat papa dan lemah,
ancaman teknologi yang kian mengkhawatirkan,
perampokan sumber daya alam, dan korupsi melanda
setiap institusi pemerintahan maupun non pemerintahan

akibatnya hak-hak kemanusiaan terabaikan, serta


bencana moralitas yang menghardik nilai-nilai
kemanusiaan yang kian melengkapi perjalanan
peradaban kita saat ini. Peradaban yang masih sakit
dan tuna kemanusiaan.
kemanusiaan.
 Akhirnya, kita harus jujur mengatakan bahwa
kejahatan kemanusiaan seolah menjadi sinetron baru
disuguhkan dihadapan kita semua. Peradaban dan
kebiadaban seolah sejalan dan seirama. Atas nama
membangun peradaban, maka menghancurkan,

IMM Untuk Kemanusiaan


 

38

meluluhlantahkan, membunuh, menindas juga menjadi


sah-sah saja. Lihat hegemoni negara-negara maju
(Barat) terhadap negara-negara berkembang dan tidak
berdaya (Timur Tengah, termasuk juga Indonesia).
Dunia 8 Islam yang memiliki sekitar 70% energi
minyak tidak sepenuhnya dapat dinikmati tapi malah
kekayaan tersebut berada di atas payung hegemoni
negara-negara maju (Barat). Demikian juga yang terjadi
di Indonesia yang merupakan umat Islam terbesar
dunia, bukan lagi rahasia umum bahwa ternyata
kekayaan negeri yang berlimpah ruah ini belum
sepenuhnya dinikmati oleh rakyat pribumi. Sehingga
yang terjadi adalah kemiskinan, kebodohan, dan

keterbelakangan menjadi sahabat setia negeri yang


orang menyebutnya “surga Tuhan yang berada di bumi”  
atau orang menyebutnya
menyebutnya gemah ripah loh jinawi .
Kita memerlukan keberanian untuk keluar dari
permainan setan yang menghardik hak-hak
kemanusiaan ini. Karena kita yakin dan sadar bahwa
kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan yang
melanda dunia termasuk Indonesia saat ini bukanlah
semata-mata karena ketidakmampuan personal tapi
merupakan akibat dari hegemoni yang kuat dan sistem
yang menindas. Inilah yang disebut sebagai kekerasan
struktural (structural violence). Yang juga harus dilawan
dengan perjuangan struktural ( structural struggle)
secara bersama-sama oleh semua kelompok anak
bangsa. Termasuk penguasaan asing dan konglomerat
terhadap kekayaan alam Indonesia dengan dukungan

8
  Ahmad Syafii Ma’arif, Islam
Ma’arif,  Islam dalam Bingkai Keindonesiaan
dan Kemanusi
Kemanusiaan,
aan, (Bandung: Mizan, 2009),311.

IMM Untuk Kemanusiaan


 

39

penguasa, merupakan bentuk kekerasan struktural yang


selalu mencekik rakyat. Seperti yang dikatakan Peter L.
Berger dalam bukunya Piramida Korban Manusia:
“ kemakmuran
kemakmuran yang dibangun dengan sistem
9
konglomerasi hanya menguntungkan segelintir orang ”.  
Selanjutnya, kita melihat pembelaan dan junjung
tinggi terhadap hak-hak kemanusiaan dengan semangat
egaliterianisme yang digelorakan oleh dunia
internasional (Barat) saat ini masih dicemari oleh
kemunafikan dan  political interest. Keadilan dan
menjunjung tinggi kemanusiaan masih jauh dari
ketulusan. Yang ada justru berbalik, dibalik jubah Hak
 Asasi Manusia (HAM) ternyata kelompok dan ras
manusia lain yang dianggap ras lemah dan hina masih
dilihat sebagai ras budak bagi yang mengklaim ras
unggul dan berhak memimpin.

Inilah kritik Rafsanjani10seorang Intelektual Iran


yang juga mantan Presiden Republik Islam Iran Tahun
1989-1993 dalam bukunya Keadilan Sosial. Kritiknya
terhadap bangsa Eropa yang menyembunyikan
kemunafikannya dan merasa diri sebagai bangsa

pemenang dan mengklaim hanya mereka yang berhak


memimpin. Menurut Rafsanjani, bahwa filosofi yang
dominan dikalangan bangsa Eropa dalam sejarahnya
dan hingga saat ini adalah pandangan bahwa dunia
yang terdiri atas ras kulit putih, kuning, hitam, dan merah

9
  Dhenok Kristianti,  Kembalikan Wajah Indonesia, dalam
 buku anak bangsa menggugat, (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia,
2003), 107.
10

  Nama lengkapnya Hujjatul Islam Ali Akbar Hashemi


Rafsanjani

IMM Untuk Kemanusiaan


 

40

di Amerika Latin dan Amerika, kulit kuning di Asia Timur,


dan kulit Hitam di Afrika adalah ras-ras yang lebih
rendah. Orang-orang Eropa yang disebut kulit putih
memandang mayoritas bangsa kulit berwarna sebagai
ras rendah dan hanya pantas untuk dijadikan budak.
Menurut Rafsanjani, Mereka bangsa Barat-Eropa yang
ras aria, ras kulit putihlah menganggap diri mereka
berhak atas kekuasaan, kekuatan, dan keunggulan di
dunia. Ada semacam klasifikasi manusia rendah,
manusia unggul, manusia budak dan seterusnya.

Bangsa Eropa ras aria, kulit putih ini menetapkan


bahwa ras unggul adalah ras yang berakar pada ras
aria, yang berambut pirang, berkulit putih, dan bertulang
tengkorak panjang, sehingga anggota ras ini memiliki
kapasitas untuk memimpin dan menguasai dunia.
Sementara kelompok lainnya adalah ras rendah yang
anggotanya memiliki kulit berwarna dan tengkorak yang
bulat. Atas dasar klaim inilah sehingga bangsa eropa
melakukan perbudakan terhadap orang-orang Afrika
berabad-abad lamanya hingga sekarang ini. 11Begitu
 juga terhadap bangsa lainnya dari penjajah
penjajahanan langsung
(kolonialisme) hingga saat ini penjajahan tidak langsung
(neokolonialisme) ke berbagai penjuru dunia khususnya
negara-negara berkembang, negara-negara lemah, dan
negara-negara mantan jajahan.

11
 Untuk memahamai rangkaian penjajahan, perbudakan, dan
lengkap dengan perampokan sumber kekayaan orang-orang afrika
yang dilakukan bangsa Eropa-Barat yang sangat menyedihkan.

Selengkapnya
 Nuansa, 2001).Lihat Rafsanjani, Keadilan
Rafsanjani, Keadilan Sosial,
Sosial, (Bandung: Penerbit

IMM Untuk Kemanusiaan


 

41

Industri apapun yang di bawa oleh Eropa ke


negara-negara berkembang (negara lemah) dan
tindakan apapun yang mereka lakukan bagi negara
tersebut menurut Rafsanjani “meninggalkan sepotong

tulang dalam luka”. Sejak berakhirnya perang dunia


kedua berakhirpulalah kolonialisme dalam bentuknya
yang resmi dan kemudian sejak Tahun 1945 itu
kolonialisme tetap selalu bercokol di negara-negara
berkembang atau negara-negara jajahan. Namun dalam
bentuk dan formatnya yang baru. Penjajahan yang
berwajah baru inilah yang disebut sebagai
neokolonialisme. Kolonialisasi dalam formatnya yang
baru ini hadir dengan berbagai corak dan metode, mulai

dari perdagangan biasa antara dua bangsa, membeli


tanah negara-negara berkembang atau bangsa lain,
membuat kontrak jangka panjang (kontrak di bidang
pertambangan, perminyakan dll), menyogok elit/pejabat
di negara tersebut, menyogok kepala suku, menyogok
tokoh masyarakat, memberikan pinjaman kepada
pemerintah dan penduduk di negara tersebut,
membiayai misi-misi penyebaran, etika, agama dan
sebagainya. Semua ini menurut Rafsanjani, tidak lain

dan tidak bukan bahwa tujuannya adalah menjarah,


merampok, dan menindas bangsa lain, kemudian
menegakkan kedaulatan politik dan ekonomi bagi
keserakahan bangsanya.

Makanya Rafsanjani mengatakan “tidak ada


tujuan kemanusiaan apapun kecuali untuk
menyembunyikan wajah mereka yang mengerikan di
balik topeng. Atau mungkin saja ada seorang pejabat
yang manusiawi dan melakukan beberapa kebaikan
berkat kesadarannya, namun kolonialisme tidak

IMM Untuk Kemanusiaan


 

42

menghendaki hal seperti itu.”12Hal inilah harus segera


menyadarkan kita untuk menyuarakan gerakan
kemanusiaan yang tulus tanpa kemunafikan demi
peradaban bersama.

Kita memerlukan gerakan kemanusiaan tanpa


kemunafikan dan kebohongan atas nama kemanusiaan.
Gerakan sosial-kemanusiaan yang tentu saja tidak
terpenjara dan terkotak-kotak oleh agama, ras, suku,
kelompok, atau komunitas tertentu harus dilakukan atas
nama hak-hak kemanusiaan yang sama, namun harus
dilandasi dengan ketulusan, kejujuran, dan jauh dari
kebohongan. Kita harus bergandengan tangan, saling
berpeluk-pelukan di atas kasih sayang kemanusiaan,
dalam menengarai derita kemanusiaan bertopengkan
klaim peradaban dan hak asasi manusia yang penuh
kamuflase. Kesadaran menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan ini memerlukan kesadaran dan peran
serta semua kelompok muda dari berbagai komunitas
tanpa harus terpenjara
terpenjara oleh perbedaan-perbedaan
perbedaan-perbedaan suku,
ras, budaya ataupun agama. Khususnya kelompok-
kelompok gerakan pelajar, mahasiswa, pemuda, dan
ormas-ormas yang berbasiskan Islam-agama.
Lebih khusus lagi gerakan Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah (IMM) harus mengangkat tema
kemanusiaan sebagai basis perjuangan dan cita-cita
gerakannya. Ini menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi
IMM dan kader-kadernya untuk melakukan transformasi
gerakan dari sebelumnya lebih banyak pada diskursus
mengenai persyarikatan dan ke-ummatan menuju

12

  Rafsanjani,  Keadilan Sosial, (Bandung: Penerbit Nuansa,


2001), 83-84.

IMM Untuk Kemanusiaan


 

43

transformasi gerakan kemanusiaan universal. Karena


memang sudah seharusnya kader IMM menancapkan
komitmen gerakan kemanusiaan sekuat-kuatnya di
tengah krisis kemanusiaan yang terus melanda
peradaban manusia saat ini. Karena pada akhirnya
nanti, kader IMM sangat diharapkan akan menjadi The
Next Leader For Humanity. 
Jika dilihat dalam sejarahnya, diskursus
mengenai gerakan kemanusiaan sesungguhnya telah
disadari oleh tokoh-tokoh IMM jauh sebelumnya, dalam
beberapa pokok pikirannya seperti yang ditulis Farid
Fathoni menyebutkan bahwa;

“Masalah krisis kemanusiaan memang bukan lagi


masalah baru di muka bumi ini. derajat kemesuman
krisis kemanusiaan kini belum tentu lebih daripada
kemesuman manusia di zaman Arab jahiliyah, atau
 pada zaman Roma dan Persia kuno. Tapi krisis
kemanusiaan di tengah kepadatan penduduk,
kemajuan ilmu dan tehnology, jelas akan
mempercepat proses kehancuran diri sendiri,
kehilangan sama sekali kebahagiaan insaniyah yang
13
hakiki.”   

Dalam bait-bait lainnya juga mengatakan;

“Harus diakui bahwa krisis utama di bumi ini bukanlah


krisis penduduk, energy, moneter dll. Tetapi pada
dasarnya adalah krisis kemanusiaan, di mana sang
manusia tidak mampu memanusiakandirinya, dalam

13
  Lihat Farid Fathoni,  Kelahiran Yang Dipersoalkan; Dua

 Puluh Tahun
(Surabaya: PTIkatan Mahasisw
Mahasiswa
Bina Ilmu, a Muhammadiyah
1990), 259. (IMM) 1964-1990,

IMM Untuk Kemanusiaan


 

44

arti menjadikan dirinya manusia budaya yang berhasil


14
membudayakan alam anugerah Tuhan ini.”   

 Artinya, bahwa kejahatan kemanusiaan akan


selalu menyertai perjalanan sejarah kehidupan umat
manusia dari sejak zaman nabi Adam dulu dan mungkin
hingga satu detik sebelum kiamatpun kejahatan itu akan
selalu tetap ada. Namun jangan lupa juga bahwa,
harapan untuk membangun kehidupan di muka bumi
yang damai, sejahtera, atau dalam bahasa Islamnya
baldatun toybatun warrabungaffur bisa dilakukan
sepanjang nilai-nilai kemanusiaan-transendental
ditegakkan.

Kesadaran para tokoh IMM di atas semestinya


membangunkan kembali kita kader IMM bahwa ternyata
tugas kemanusiaan semakin berat untuk dijalankan dan
digalakkan saat ini. Karena menggigat derajat
kemesuman krisis kemanusiaan atau kejahatan
kemanusiaan semakin complecated  
Jika dilihat secara historis-filosofis, IMM
sesungguhnya telah meletakkan prinsip humanitas
sebagai pilar gerakannya. Pilar humanitas IMM
kemudian diartikulasikan atau lebih dikenal sebagai
gerakan kemasyarakatan IMM ( social movement ))..
Gerakan kemasyarakatan bisa saja dimaksudkan
sebagai gerakan pada domain masyarakat kampus dan
bisa bermakna masyarakat luas. Meskipun IMM memiliki
pilar humanitas sebagai prinsip gerakannya, tapi
landasan teologis-konseptual tentang humanisme IMM
14
  Farid Fathoni,  Kelahiran Yang Dipersoalkan; Dua Puluh

Tahun Ikatan
(Surabaya: Mahasiswa
PT Bina Muhammadiyah
Ilmu, 1990), 259. (IMM) 1964-1990,

IMM Untuk Kemanusiaan


 

45

sangat sepih diperdebatkan untuk tidak menyebutnya


tidak ada. Wacana-wacana pemikiran pada gerakan
kemanusiaan semakin redup dan dikhawatirkan akan
tenggelam. Menurut hemat penulis, ke depan ini, IMM
harus menjadi bagian terdepan dalam memperjuangkan
secara gigih nilai-nilai kemanusiaan dengan menata
kembali konsep humanisme IMM sebagai landasan
teologis-konseptual untuk memantapkan gerakan
kemanusiaan IMM, lalu secara sungguh-sungguh
berikhtiar untuk mewujudkannya. Semakin banyak
diskursus mengenai hal ini maka akan semakin bagus
dan progresif kehendak kita untuk memperjuangkan
persoalan-persoalan kemanusiaa saat ini dan ke
depannya.
Humanitas IMM dalam tri kompetensi dasar IMM
itu menurut hemat penulis lebih cocok dan tepat untuk
ditafsikan sebagai gerakan kemanusiaan (humanity
movement ) IMM. ketimbang dialih artikan menjadi
gerakan kemasyarakatan yang pada akhirnya
diorientasikan pada masyarakat-masyarakat tertentu
dengan pertimbangan-pertimbangan kesukuan, ras, dan
 juga agama. Sementara gerakan kemanusiaan tidak
dibatasi oleh tembok diferensiasi yang selama ini
terkadang menjadi kecenderungan dikalangan kader
IMM.
Gerakan kemanusiaan berarti komitmen kader
IMM untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam. Tidak
hanya sekedar Care of Humanity, tapi merupakan cita-
cita besar IMM untuk membangun dunia yang lebih
humanis-transenden. Inilah yang secara tegas
dinyatakan dalam buku ini bahwa IMM tidak hanya

IMM Untuk Kemanusiaan


 

46

sekedar peduli kemanusiaan, tapi IMM lahir dan


diperuntukkan
diperuntukkan untuk kemanusiaan
kemanusiaan (IMM For Humanity ))..

IMM Untuk Kemanusiaan


 

47

Kiai Ahmad Dahlan

Sebagai

Spirit Gerakan Kemanusiaan

Kiai Ahmad Dahlan dianggap sebagai salah satu


pelopor modernitas pemikiraan dan gerakan pembaruan
di Indonesia yang berbasis pada kesadaran religiusitas.
Hadirnya Kiai Ahmad Dahlan dengan corak baru
gerakannya membawa gelombang perubahan bagi umat
Islam Indonesia meskipun mendapat pertentangan yang
cukup radikal. Hasil refleksi Kiai Ahmad Dahlan ketika
terjadi perjumpaan intelektual dengan para pemikir
Timur Tengah seperti Muhammad Abduh dan Rasyid
Ridha sedikit tidak memberi inspirasi Kiai Ahmad Dahlan
dalam membaca realitas umat Islam Indonesia saat itu.
Didukung oleh refleksi yang mendalam mengenai ajaran
Islam sehingga melahirkan komprehensifitas pemikiran.
Ditambah dengan realitas internal umat Islam yang
terbelakang, miskin, bodoh, tersingkirkan, dan terlihat
kumuh jauh dari cita-cita idealitas Islam menguatkan
tekad Kiai Ahmad Dahlan melawan mainstream sosial
yang ekslusif, pasif, dan cenderung menolak semua
yang dianggap bukan dari tradisi Islam. Arus modernitas
yang dibawa Kiai Ahmad Dahlan dengan gerakan
Muhammadiyah yang didirikannya oleh Robert W Hefner

IMM Untuk Kemanusiaan


 

48

dinilai sebagai gerakan pembaharuan Islam terbesar di


dunia.

Gerakan amar ma’ruf nahi mungkar   Kiai Ahmad

Dahlan tidak banyakDi dilihat


kemanusiaannya. dari perspektif
kalangan keluargasemangat
besar
Muhammadiyah sendiri, wacana historis mengenai
gerakan amar ma’ruf nahi mungkar Kiai Ahmad Dahlan
lebih banyak diangkat mengenai gerakan Islam puritan
yang mengatakan perang melawan praktek takhayul,
bid’ah, dan khurafat. Diskursus -diskursus yang
berkembang hanya cenderung dominan pada aspek
gerakan pemurnian kembali Islam dari praktek-praktek
yang menyimpang. Hingga saat ini di sekolah-sekolah
Muhammadiyah yang banyak diajarkan itu bagaimana
Muhammadiyah anti terhadap perilaku bid,ah, khurafat,
dan syirik. Tidak salah kalau kita bertanya pada para
pelajar atau mungkin mahasiswa yang sekolah dan
kuliah di perguruan tinggi Muhammadiyah tentang apa
itu Muhammadiyah? pasti banyak yang menjawab,
Muhammadiyah itu anti dan ingin memberantas penyakit
Takhayul, bid’ah, dan khurafat atau yang disebut
dengan penyakit TBC. Sementara aspek-aspek alam
pikiran Kiai Ahmad Dahlan yang ingklusif, moderat, dan
membangkitkan kemajuan dan berbasis pada kesadaran
humanitas cenderung absen dari diskursus yang
berkembang.

Padahal gerakan Kiai Ahmad Dahlan


mengigatkan masyarakat yang terjebak dalam nostalgia
praktek takhayul, bid,ah, dan khurafat itu sesungguhnya
merupakan kesadaran kemanusiaan Kiai Ahmad Dahlan
yang ingin menarik keluar umat dari perilaku yang

IMM Untuk Kemanusiaan


 

49

menghardik kemanusiaannya. Keterbelakangan,


kemiskinan, kebodohan, diacuhkan, dan keterjajahan
dipandang sebagai dampak dari perilaku umat Islam
yang masih jumud dan eksklusif. Sehingga
mengakibatkan martabat dan nilai-nilai kemanusiaan
dijajah dan diperkosa. Maka semangat membangkitkan
kembali Islam sebagai pengobat dunia dan rahmat bagi
alam dan manusia digelorakkan Kiai Dahlan baik melalui
pemikiran
pemiki ran m
maupun
aupun dalam prakteknya.
prakteknya.

Menarik pernyataan Abdul Munir Mulkhan yang


mengatakan bahwa, “awalnya gerakan yang dilakukan
Kiai Ahmad Dahlan, lebih merupakan reformasi
kemanusiaan berbasis etika welas asih, bersumber dari
ayat-ayat Al-qur’an dan Sunnah. Berdasar etika welas
asih tersebut, maka Muhammadiyah tampak lebih
bersikap terbuka pada modernitas dan kemanusiaan.”15 
tapi kemudian berkembang menjadi bersifat eksklusif
dan banyak disalahpahami.
disalahpahami.

Teologi kemanusiaan yang cukup populer


dikalangan warga Muhamadiyah adalah teologi al-maun.
Teologi al-maun memang lebih cocok disebut sebagai
teologi kemanusiaan. Teologi Al-Maun16merupakan

15
  Abdul Munir Mulkhan,  Jejak pembaruan sosial dan
kemanusiaan Kiai Ahmad Dahlan, (Jakarta: PT Kompas Media
 Nusantara, 2010), xviii.
xviii.
16
Teologi al-maun didasarkan pada Al-Qur’an
Al- Qur’an (107:1-7).
(107:1-7).
Materi utama yang diajarkan KH Ahmad Dahlan, pendiri
Muhammadiyah, kepada murid-muridnya pada dekade awal abad
ke-20 adalah pemahaman Surat al-Ma‘un.
al-Ma‘un. Pada intinya, surat ini

mengajarkan bahwa
tidak melakukan ibadah
amal ritual
sosial. itu tidak
Surat ada artinya
ini bahkan jika pelakunya
menyebut mereka

IMM Untuk Kemanusiaan


 

50

Teologi utama yang mendasari berdiri dan


berkembangnya Muhammadiyah. Berangkat dari teologi
 Al-Maun yang berbasis pada semangat kemanusiaan ini
selanjutnya diterjemahkan dalam bentuk tiga pilar kerja,
yaitu: healing (pelay
(pelayanan
anan kesehatan), schooling (pendidi
kan), dan feeding (pelayanan sosial).

Gerakan sosial Kiai Dahlan yang menyentuh


langsung persoalan kemanusiaan dengan tiga pilar
gerakan di atas, merupakan refleksi Kiai Dahlan dalam
mendefinisikan kembali Islam yang sebenarnya. Jika
dilihat, Islam yang dipahami Kiai Dahlan adalah Islam
yang anti kemiskinan, Islam yang anti kebodohan, Islam
yang anti keterbelakangan, Islam yang tidak sektarian,
Islam yang ingklusif, Islam yang rahmah bagi sekalian
alam dan manusia serta Islam yang unggul.

Beberapa ayat al-qur’an yang merupakan spirit


gerakan Kiai Dahlan seperti ayat yang berbunyi “ Kalian
Kalian

yang mengabaikan anak yatim dan tak berusaha mengentaskan


masyarakat dari kemiskinan sebagai ‘pendusta agama’. 
agama’.  
Berhari-hari Ahmad Dahlan mengajarkan materi ini ke
murid-muridnya. Sampai-sampai sebagian dari mereka merasa bosan
dan mempertanyakan mengapa Kiai Dahlan mengulang-ulang
 pelajaran dan tidak segera pindah ke ma materi
teri lain
lain.. Mendengar
 pertanyaan itu, Kiai Dahlan balik bertanya, “Apakah kalian sudah
 paham surat ini? Apakah kalian sudah mempraktekk annya?”
annya?” Dahlan
lantas meminta murid-muridnya untuk mencari orang paling miskin
yang bisa ditemui di masyarakat, kemudian memandikannya dan
menyuapinya. Inilah yang disebut pemahaman pertama dari teologi
al-Ma‘un
al-Ma‘un itu. selanjutnya lihat Ahmad Najib Burhani, Teologi Al-
maun pada dua generasi Muhammadiyah, (Suara Muhammadiyah
13/98). Atau bisa juga dilihat di

http://muhammadiyahstudies.bl
http://muhamm adiyahstudies.blogspot.co.id/2013/04/makn
al-maun-di-dua-generasi.html ogspot.co.id/2013/04/makna-teologi-
a-teologi-

IMM Untuk Kemanusiaan


 

51

adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk


manusia.”   (QS. Ali Imran: 110) termasuk juga surah Al-
Maun sengaja memang diangkat sebagai bentuk respon
terhadap persoalan umat dan kemanusiaan yang tengah
berada dalam kondisi kolonialisasi dan dehumanisasi
yang amat parah. Sehingga Kiai Dahlan ingin
mempertegas posisi Islam sebagai agama kasih sayang
dan solusi bagi persoalan alam dan kemanusiaan. Alam
pikiran inilah yang mendorong lahirnya gerakan
healing (pelayanan kesehatan), schooling (pendidikan),
dan feeding (pelayanan sosial) yang hingga saat ini
tumbuh-berkembang dan bertahan sudah satu abad
lebih.

Namun spirit teologi Kiai Dahlan dengan gerakan


Muhammadiyahnya kurang dilihat sebagai sebuah
gerakan yang berbasis pada cita-cita kemanusiaan
universal. Inilah yang dikatakan Abdul Munir Mulkhan
bahwa, “pengembangan rumah sakit kurang dipahami
sebagai cara (metode) bagaimana kyai Dahlan
mengembangkan kesadaran rasional tentang nasib
manusia (miskin-kaya, sakit dan mati), begitu juga
dengan pengembangan sekolah modern, kurang
dipahami sebagai cara mengembangkan kecerdasan,
namun lebih dilihat sebagai peniruan apa yang
dilakukan orang-orang eropa (Belanda) saat itu. Rumah
sakit, sekolah, panti asuhan dan berbagai aksi sosial

IMM Untuk Kemanusiaan


 

52

yang dikembangkan, kurang berfungsi bagi proses


penyadaran.17” 

Semangat Islam Kiai Ahmad Dahlan adalah

semangat kemanusiaan.
healing (pelayanan Gerakan
kesehatan), yang berbasis
schooling pada
(pendidikan),
dan feeding (pelayanan sosial) semata-mata merupakan
kesadaran kemanusiaan yang berangkat dari spirit
keagamaan. Orang banyak menganggap Kiai Ahmad
Dahlan adalah sosok yang tidak banyak “berpikir dan
berbicara”, tapi lebih dilihat sebagai sosok pekerja
dengan sebuah ungkapan “sedikit berbicara banyak
(talk less do more). Tapi bagi penulis, sosok
bekerja” (talk
Kiai Ahmad Dahlan adalah bukanlah seperti kuli,
karyawan, atau tekhnisi yang hanya bekerja dan bekerja
pada soal-soal tekhnis-praktis. Kiai Ahmad Dahlan
merupakan sosok pemikir, orator, dan pekerja keras
sekaligus dengan spirit yang benar ya itu “ilmu amaliyah,
amal ilmiah”. Kiai Ahmad Dahlan bukanlah pribadi
dikotomis yang mempertentangkan antara pikiran dan
tindakan, atau antara omongan dan tindakan, tapi
semuanya ditempatkan pada porsi masing-masing
secara tepat-integratif.

Seperti yang dilaporkan Abdul Munir Mulkhan


bahwa gagasan-gagasan intelektual Kiai Ahmad Dahlan
tentang pentingnya memperjuangkan Islam untuk
kemanusiaan bisa dilihat dari tulisan-tulisannya dalam
Tali Pengikat Hidup. Kiai Ahmad Dahlan pernah
mengatakan:
17
  Abdul Munir Mulkhan,  Jejak pembaruan sosial dan

kemanusiaan
 Nusantara, Kiai112.
2010), Ahmad Dahlan, (Jakarta: PT Kompas Media
112.

IMM Untuk Kemanusiaan


 

53

“......Kebanyakan pemimpin-pemimpin
pemimpin-pemimpin belum
menuju baik dan enaknya segala manusia, baru
memerlukan kaumnya (golongannya) sendiri,
lebih-lebih ada yang hanya memerlukan
badannya sendiri saja, kaumnyapun tiada
diperdulikan....”  

Kiai Ahmad Dahlan mengatakan:

“ pengetahuan
 pengetahuan tentang kesauan hidup manusia
adalah sebuah pengetahuan yang amat besar
yang meliputi bumi dan meliputi kemanusiaan.
....apabila manusia mengabaikan prinsip
kesatuan tersebut, maka mereka akan menjadi
hancur dan menghancurkan. .....dari waktu
diutusnya para rasul dan sahabatnya dan
 pemimpin kemajuan pada zaman dahulu sampai
sampa i
sekarang, sudah cukup lama para pemimpin
bekerja, ....namun di antara mereka belum dapat
bersatu hati. ... saya tidak melihat sebuah
bangsa, namun bangsa-bangsa lain pun tidak
ada yang bersatu hati.” 18  

Naskah yang disampaikan dalam kongres Islam


Cirebon 1921. Kyai Ahmad Dahlan mengatakan:

“... supaya terang maksud Qur’an ini, harus


diketahui bahwa maksud Qur ’an
’an ini ... a.
Mengakui halnya akal dan ilmu. Tiap-tiap

18
  Abdul Munir Mulkhan,  Jejak pembaruan sosial dan

kemanusiaan
 Nusantara, Kiai108.
2010), Ahmad Dahlan, (Jakarta: PT Kompas Media
108.

IMM Untuk Kemanusiaan


 

54

 pengjaran agama itu harus dibuktikan dengan


menjalankan akal. ... i. Mengharuskan (tiada
dilarang, diprayogake) persatuan segala
manusia bagi segala perbuatan (muamalah)
untuk hidup manusia. jadi perhubungan antara
orang Islam dengan siapa juga tiada dilarang
untuk keperluan hidup segala
s egala manusia...”.
manusia...”.  

Pikiran-pikiran yang inklusif dan berbasis pada


kemaslahatan umat manusia mendasari gerakan Kiai
 Ahmad Dahlan di berbagai
berbag ai bidang. Ketika umat saat itu
memandang haram seorang muslim berteman dengan
orang-orang Belanda yang beragama nasrani, Kyai

 Ahmad Dahlan
bekerjasama justrudokter-dokter
dengan mendirikan berkebangsaan
rumah sakit,
Belanda, dan beragama Nasrani yang bekerja secara
sukarela. Seperti yang dilaporkan Abdul Munir Mulkhan
dalam tulisannya19menyebutkan ternyata dokter-dokter
dari Belanda bersedia bekerja di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Yogyakarta dan Surabaya tanpa
dibayar. Hal ini dipandang sebagai titik temu kesadaran
kemanusiaan yang dibangun Kyai Dahlan dengan para
dokter dari Belanda khususnya diperuntukkan bagi
kaum dhuafa, fakir-miskin atau kaum proletar secara
cuma-cuma.

Meskipun tidak sedikit yang memandang juga


sebagai politik kotor Belanda sehingga banyak
mengharamkan hubungan ini. Tapi, bagi Soetomo apa
yang dilakukan Kyai Dahlan ini merupakan kesadaran
19
  Abdul Munir Mulkhan,  Jejak pembaruan sosial dan

kemanusiaan
 Nusantara, Kiai Ahmad Dahlan, (Jakarta: PT Kompas Media
2010).

IMM Untuk Kemanusiaan


 

55

kemanusiaan yang amat tinggi. Soetomo menyebutnya


sebagai sikap “welas asih”. Sikap ini menurutnya
mampu menandingi tesis Darwinisme yang berbasis
pada Struggle for the fightest yang mengandalkan
kekuatan persaingan. Sementara sikap Welas Asih
(cinta-kasih) mampu menggerakan seorang melakukan
tindakan sosial. Karena semangat gerakan welas asih
Kyai Dahlan inilah menarik elite priayi Jawa, dr.
Soetomo hingga bersedia menjadi penasehat
Muhammadiyah bidang kesehatan. Bersama dokter-
dokter Belanda, Soetomo mengelola Rumah Sakit
Muhammadiyah Surabaya tanpa digaji.

Etika
dikaitkan welas
dengan asih
etika Kyai Dahlan
protestan ini oleh
atau Hefner Hefner
menyebut
Muhammadiyah sebagai reformasi Islam model
protestan. Tapi oleh Abdul Munir Mulkhan membantah
tesis Hefner yang mencoba menarik welas asih Kyai
Dahlan pada model etika protestan. Menurut Mulkhan,
Kyai Ahmad Dahlan bisa dipastikan tidak pernah
membaca karya Max Weber yang belum pernah
berkunjung ke Indonesia. Jika terdapat kesesuaian
gagasan dan kerja sosial-keagamaan Dahlan dengan
tesis Weber dan juga tradisi Calvinis menurut Mulkhan
hal itu lebih pada “insiden sosiologis” sunnatullah atau
hukum alam.

Semangat Kyai Dahlan murni merupakan spirit


dari Al-qur’an dan welas asih Islam, karena cita -cita
utama Kyai Dahlan ialah bagaimana praktik ajaran Islam
itu bermanfaat bagi semua orang, sebagai solusi bagi
kehidupan manusia. Disamping itu, kerja keras Kyai
Dahlan bukan untuk akumulasi kapital. Kyai Dahlan

IMM Untuk Kemanusiaan


 

56

memandang capaian keluhuran duniawi adalah jalan


pencapaian keluhuran kehidupan sesudah mati di
akhirat. Berbeda dengan model etika protestan, yang
meletakkan keluhuran duniawi sebagai bukti keluhuran
dalam kehidupan sesudah mati.
Persekutuan Kiai Ahmad Dahlan dengan orang-
orang Belanda yang jelas-jelas nasrani dan tidak jarang
dianggap sangat membenci Islam merupakan
pemandangan yang sangat jarang terlihat saat itu.
Sehingga wajar saja reaksi keras terhadapa model
gerakan ini yang berakhir pada penyesatan dan
pengkafiran pada Kiai Ahmad Dahlan harus diterima

dengan
membukasabar
pintu sebagai konsekuensi
kemajuan dari pembaruan
dan gerakan keberanian
yang melawan maisntream publik. Jika dilihat bahwa
persoalan kemanusiaan tidak bisa hanya diselesaikan
oleh satu orang, satu kelompok, satu gerakan, satu
bangsa atau juga satu agama. Semuanya harus
bergandengan tangan bersama-sama menyelesaikan
persoalan kemanusiaan yang semakin kompleks.

Kesadaran inilah terlihat menjadi spirit gerakan


Kiai Ahmad Dahlan. Keterbukaan terhadap kelompok
dan agama lain untuk bersama-sama memberikan
kemanfaatan kepada kemanusiaan merupakan jalan
yang muthlak harus dipilih karena esensi dari semangat
ajaran Islam itu sendiri. Inilah yang dibuktikan Kiai
 Ahmad Dahlan dengan membuka ruang kerjasama,
mengajak orang-orang Belanda untuk bersama-sama
membangun rumah sakit, membangun sekolah, dan
gerakan-gerakan sosial lainnya. Sebuah kesadaran
bahwa persoalan kemanusiaan harus diselesaikan

IMM Untuk Kemanusiaan


 

57

secara bersama-sama. Dalam istilahnya Piet H. Khaedir,


untuk menyelesaikan persoalan kemanusiaan yang
semakin kompleks harus melakukan “ persekutuan
 persekutuan
kemanusiaan”.
kemanusiaan ”.

Semangat Kiai Ahmad Dahlan ini tidak boleh


terputus oleh sejarah. Tidak hanya proses peniruan tapi
 juga spirit yang melatarbelakangi
melatarbe lakangi lahirnya gerakan itu
harus terus dimaknai dan dihidupkan kembali sekuat-
kuatnya, tentu saja dengan semangat zaman yang
berbeda. Dengan terus menerjemahkan semangat itu
dalam konteks kekinian.

Hal inilah yang harus terus dipelopori oleh kader


IMM sebagai anak intelektual Muhammadiyah.
Diharapkan kader IMM lah menjadi faktor kunci untuk
membuka pintu baru bagi lahirnya pemikiran-pemikiran
yang ingklusif, segar, dan berkemajuan. Kita ader IMM
diharapkan menjadi Kiai Ahmad-Kiai Ahmad Dahlan
baru yang kembali menghidupkan semangat
kemanusiaan sekuat-sekuatnya. Adanya amal usaha
muhammadiyah hari ini mudah-mudahan tidak menjadi
antitesis dari gerakan kemanusiaan yang sudah
dibangun Kiai Ahmad Dahlan. Justru sebaliknya,
keberadaan amal usaha Muhammadiyah harus bisa
dipastikan sebagai komitmen instrumen menjalankan
visi kemanusiaan yang merupakan implikasi dari
semangat Islam berkemajuan untuk berkemanusiaan.

IMM Untuk Kemanusiaan


 

58

Membaca Tafsir Humanisme IMM

Bicara tentang humanisme IMM, sebelumnya


upaya memberikan tafsir terhadap gerakan humanisme
IMM paling tidak bisa dibaca lewat beberapa tulisan
terbaru beberapa tahun terakhir, seperti tulisannya
 Abdul Halim Sani dalam bukunya Manifesto Gerakan
Intelektual Profetik.20  Secara implisit dalam bukunya
Sani menjelaskan tentang tawaran bangunan
humanisme IMM yang harus menjadi dasar pijakan
berpikir ikatan (kader IMM). Sebagaimana dasar berpikir
yang dibangun oleh Halim Sani mengenai Humanisme
mengikuti kerangka berfikirnya Ali syari’ati   dan juga
kuntowijoyo dengan berdasarkan humanisme teosentris.
Seperti yang disebutkan bahwa humanisme ini mencoba
didasarkan pada nilai ajaran agama dalam melihat
manusia bukan pada manusia itu sendiri.
Inti dari gagasan kuntowijoyo sebagaimana

ditulis Halim Sani tentang Humanisme yang akan


dibangun kader IMM adalah pemanusiaan manusia atau
proses humanisasi yang didasarkan pada teosentris
bukan antroposentris. Keinginan dari gagasan ini adalah
sebuah proses manusiawisasi sebagai upaya
melakukan transformasi kesadaran akan diri manusia
yang sesungguhnya berdasarkan nilai-nilai agama.

20

Gerakan Intelektual
Selengkapnya lihat(Yogyaka
Profetik, M. Abdul
(Yogyakarta: Halim
rta: Sam Sani,
Samudera
udera Biru, Manifesto
2011)

IMM Untuk Kemanusiaan


 

59

Humanisme yang ditawarkan


Halim Sani
mengikuti alur berpikirnya Ali Syari’a ti dan juga
Kuntowijoyo adalah humanisme yang berpusat pada
Tuhan (Allah SWT) dan tidak berpusat pada manusia.
Dengan maksud bahwa, segala perjuangan
kemanusiaan yang dilakukan kader IMM berbasis
ketuhanan. Bukan semata-mata karena kemanusiaan itu
sendiri. Namun diskursus tentang humanisme dalam
catatan Sani berdasarkan bacaan penulis hanya sekilas
menyingung tentang hakekat manusia, kedudukan dan
peran manusia, tujuan hidup manusia yang kemudian
dikaitkan dengan Ikatan, sehingga disebut tujuan hidup
manusia dalam ikatan, dan juga sedikit disinggung
dibagian tugas Intelektual Profetik yang salah satu
tugas-nya adalah humanisasi.
Sebagaimana yang penulis sebutkan bahwa
gagasan humanisasi yang ditawarkan Sani berbasis
pada interpretasi Kuntowijoyo tentang amar ma’ruf  pada
  pada
surah al-Imran 104 yang kemudian dikaitkan dengan
konsep humanisasi. Kuntowijoyo dalam bukunya yang
berjudul Paradigma Islam; Interpretasi untuk Aksi  
mencoba mengajukan model baru pendekatan Ilmu
sosial. Kuntowijoyo menyebutnya sebagai ilmu sosial
 profetik.
Kuntowijoyo berpandangan bahwa ilmu sosial
profetik tidak sekedar mengubah demi perubahan, tapi
mengubah berdasarkan cita-cita etik dan profetik. Ada
nilai-nilai tertentu yang dimuat oleh model ilmu sosial
profetik untuk memperjuangkan perubahan. Yaitu
perubaan yang didasarkan pada cita-cita

humanisasi/emansipasi, liberasi, dan transendensi.

IMM Untuk Kemanusiaan


 

60

Suatu cita-cita profetik yang oleh Kuntowijoyo


diderivasikan dari misi historis Islam sebagaimana
terkandung dalam ayat 110, surat Ali Imran : Engkau
adalah umat terbaik yang diturunkan di tengah manusia
untuk menegakkan kebaikan, mencegah kemungkaran
(kejahatan) dan beriman kepada Allah. Menurut
Kuntowijoyo ayat di atas mengandung nilai-nilai
humanisasi, liberasi, dan transendensi. 21 
Selain Abdul Halim Sani, upaya memberikan
tafsir terhadap humanitas IMM juga datang dari Beni
Pramula yang merupakan ketua umum DPP IMM
(Ketika menulis bukunya masih menjabat sebagai Kabid
Organisasi) mengatakan dalam bukunya: 22 
“Humanitas secara sederhana ialah kemasyarakatan -
Humanitas dalam melakukan perubahan tidak bisa
kita lakukan dengan segudang konsep, yang tidak
kalah pentingnya adalah perjuangan mewujudkan
konsep kurang lebih konsep tersebut atau ide-ide
perubahan, pada fase ini dibutuhkan kerja keras,
semangat, ketabahan, kesabaran dan stamina yang
besar agar tidak berhenti di tengah jalan. Yang perlu

21  Tujuan Humanisasi adalah memanusiakan manusia.


kuntowijoyo melihat dunia sekarang ini mengalami proses
dehumanisasi karena masyarakat industrial yang menjadikan
masyarakat abstrak tanpa wajah kemanusiaan. kemudian gagasan
liberasi bertujuan untuk membebaskan umat dan bangsa dari
kekejaman kemiskinan, keangkuhan tekhnologi, dan pemerasan
kelimpahan. Sementara transendensi dibutuhkan untuk
menambahkan dimensi transendental dalam kebudayaan. Lebih
lanjut lihat Kuntowijoyo,  Paradigma Islam Interpretas
Interpretasii untuk Aksi,
(Bandung:: Mizan, 1991).
(Bandung
22
  Selengkapnya lihat Beni Pramula, Setengah Abad IMM;

 Merebut Momentum,
(Jakarta: CV. MediatamaMeretas
IndonesiaZaman,
Indonesia),
), 6. Menduniakan Gerakan,
Gerakan,  

IMM Untuk Kemanusiaan


 

61

disadari dan dibangun oleh kader-kader IMM adalah


dalam mewujudkan perubahan peradaban yang
berkemajuan dalam kehidupan. Perubahan tidak
dapat terwujud hanya dengan segudang konsepsi.
Yang tak kalah pentingnya adalah perjuangan untuk
mewujudkan idealitas (manifestasi gerakan). Kader
IMM harus senantiasa berorientasi objektif, agar
idealitas dapat diwujudkan dalam realitas .” 

Dari pernyataan di atas, paling tidak ada empat


kalimat yang menjadi catatan penting. Pertama, 
Humanitas secara sederhana adalah kemasyarakatan,
Kedua,  dalam melakukan perubahan tidak bisa kita
lakukan dengan segudang konsep, Ketiga,  kader IMM

harus
yang senantiasa
tidak kalahberorientasi
pentingnyaobjektif,
adalahdanperjuangan
Keempat ,
mewujudkan konsepsi.
Pernyataan pertama yang mendefinisikan
humanitas yang kemudian beralih arti menjadi
kemasyarakatan adalah sebuah interpretasi yang sering
mewarnai corak pemikiran kader IMM. Jika disebut
humanitas, maka yang tergambar adalah gerakan
kemasyarakatan. Tapi hal ini sangat dimaklumi karena
memang disebutkan secara sederhana humanitas itu
adalah kemasyarakatan. Karena penjelasan yang
disuguhkan hanya terbatas pada pendekatan
“kesederhanaan”. Selanjutnya pernyataan kedua yang
menyebut bahwa perubahan tidak bisa kita lakukan
dengan segudang konsep. Menurut penulis, pernyataan
ini sangatlah tergesa-tergesa dan terkesan prematur-
dikotomis. Pernyataan ini cenderung menghardik
horizon intelektual, mengesampingkan teori/konsep dari

IMM Untuk Kemanusiaan


 

62

praktek, seolah-olah antara gudang konsep dengan


gerakan praksis merupakan wilayah yang terpisah.
Barangkali yang dimaksud dan diinginkan oleh
pernyataan di atas adalah seperti pada pernyataan
keempat yang mengatakan bahwa yang tidak kalah
pentingnya adalah perjuangan mewujudkan konsepsi.
Mungkin penulis (Beni Pramula) melihat bahwa ternyata
banyak orang yang punya konsep, sibuk dunia
akademik-penelitian tapi tidak memiliki inisiatif untuk
terlibat dalam gerakan perubahan sehingga muncul
pikiran bahwa yang penting dan utama itu adalah
gerakan praksis bukan konsepnya. Tapi bagaimanapun,
pernyataan ini menurut penulis setidaknya memberi
implikasi negatif, mengacuhkan, mengesampingkan,
menghardik
mengha rdik horizon konseptual dan terkesan dikotomis.
Sejatinya, antara konsep dan gerakan untuk
mewujudkannya ibaratkan jiwa dan raga, atau ibarat
maskulin dan feminim (laki-laki dan perempuan), atau
dalam filsafat cina ibarat Yin dan Yang 23  dua hal yang
tidak terpisah jika terpisah maka terjadi kematian.
Dalam diskusi-diskusi kecil dengan banyak

teman-teman
sering penulis khususnya saudara-saudara Se-ikatan,
mendengar perkataan “terlalu banyak
teori, terlalu banyak konsep, yang dibutuhkan itu

23
Yin dan Yang merangkul satu sama lain dalam keselarasan.
Yin dan
Dalam filsafat Cina Yin dan Yang adalah prinsip-prinsip perubahan
dan simbol bagi seluruh gerakan di alam semesta. Ketika matahari
terbit, rembulanpun tenggelam. Kala musim semi tiba, musim
dinginpun beranjak. Disebutkan, Jika harmoni antara Yin dan Yang
hilang, maka alam semesta akan berhenti mengalir dan tak bakal ada

sesuatupun. Selengkapnya lihat Sachiko Murata, The Tao of Islam,


(Bandung: Mizan, 1996), 28.

IMM Untuk Kemanusiaan


 

63

bekerja”. Pernyataan-pernyataan seperti ini mengelitik,


dan penulis khawatir tanpa disadari pernyataan ini akan
terpola dalam pikiran kader ikatan bahwa memang
konsep atau teori itu tidak terlalu penting. Sehingga
muncul persepsi bahwa dalam tubuh ikatan gerakan
praksislah yang penting dan utama, sementara teori dan
konsep tidak banyak mendapat tempat dalam pola
gerakan ikatan. Ini sangat mengkhawatirkan dan
sekaligus
sekaligus menyesatkan.
Oleh karena itu, penulis sangat menolak pikiran
dualisme, pikiran yang terpisah-pisah antara abstrak dan
nyata, antara pikiran dan tindakan, antara konsep dan
praktik yang tercerai-berai antara satu dengan yang
lainnya, seolah-olah saling bermusuhan.
Menarik apa yang dikatakan Elaine B. Johnson
bahwa pemisahan gagasan dari tindakan, dan pikiran
dari tubuh menyalahi kesaling-terkaitan universal antara
sesuatu. John Dewey juga pernah mengatakan
pemisahan pikiran dari pekerjaannya memikirkan
sesuatu akan memberikan penekanan pada benda
dengan mengorbankan hubungan-hubungan atau

keterkaitan-keterkaitan. Dewey mengilustrasikan seperti


sebuah delman. John Dewey mengatakan:
“Sebuah delman tidaklah terlihat sebagai delman
sebelum semua bagiannya terpasang; hubungan khas
antara bagian-bagiannya itulah yang menjadikannya
sebuah delman. Dan hubungan-hubungan tersebut
bukan hanya keterkaitan secara fisik belaka;
hubungan-hubungan itu melibatkan hubungan dengan

IMM Untuk Kemanusiaan


 

64

hewan-hewan yang menariknya, benda-benda yang


24
diangkutnya, dan seterusnya.”  

Dikotomisasi antara teori dan praktek, antara


pikiran dan tindakan, dan begitu seterusnya bukan
zamannya lagi. Memang sejak lama kita dicokoki
dengan cara berpikir yang dikotomis seperti ini. Misalkan
di Indonesia antara pelajaran umum dan khusus, antara
pendidikan agama dan pendidikan umum, saling
berhadap-hadapan. Tapi kemudian saat ini kesadaran
bahwa ternyata membuat dikotomisasi hanya akan sia-
sia karena tidak sesuai dengan kehendak alam. Di abad
21 secara besar-besaran para pendidik Amerika saja
menolak dualisme.
dualisme.
 Apa yang hendak ingin penulis
penu lis katakan bahwa
gerakan yang obyektif haruslah dibangun dengan teori
dan konsep yang benar. Pernyataan ketiga yang
menyebut kader IMM harus berorientasi pada
obyektifitas berarti berorientasi pada bangunan
konseptualitas. Mengapai yang obyektif harus dengan
 jalan mempelaja
mempelajariri teori, data, dan standar-sta
standar-standar
ndar
kebenaran, ukuran-ukuran validitasnya, bukan malah

mengesampingkannya. Kalauobyektifitas.
bagi kita bicara tentang itu dilakukan, berarti yang
Karena sulit
obyektif dalam bacaan penulis adalah yang terukur,
yang beralasan, dan yang dapat dibuktikan-
dipertanggungjawabkan. Inilah yang disebut bagian dari
konsep itu. Bagaimana mungkin melakukan gerakan
perubahan dengan menghardik teori dan konsep apalagi
mengacuhkannya, menurut penulis, hal ini tidak pernah

24
  Elaine B. Johnson, Contextual Teaching & Learning,
(Bandung: MLC, 2006), 49.
(Bandung:

IMM Untuk Kemanusiaan


 

65

ada dalam sejarah perjuangan perubahan yang pernah


ada.
Sebagai contoh, Karl Marx saja yang telah
menghabiskan sebagian besar hidupnya di berbagai
perpustakaan. Sebagaimana dikatakan Sardar bahwa
Das Kapital tidak muncul secara tiba-tiba dari kepala
Karl Marx, melainkan yang dia lakukan di berbagai
perpustkaan di seluruh Eropa adalah menyerap
pemikiran sekian banyak intelektual lain dari generasi
sebelumnya. 25Yang berarti perjuangan perubahan harus
didasari oleh konsep yang matang.
m atang.
Jadi, jika pernyataan yang mengatakan “dalam

melakukan perubahan tidak bisa kita lakukan dengan


segudang konsep” maka argumen  yang justru
sebaliknya dikonstruksi adalah “dalam melakukan
perubahan tidak bisa kita lakukan tanpa segudang
konsep”. Konsep harus menjadi kekuatan gerakan
ikatan. Bukan hanya sekedar semangat melakukan
gerakan. Buruh di pabrik
pabrik dan pemuda
p emuda di desa-desa
desa -desa bisa
 juga melakukan gerakan pemberontakan, tapi gerakan
mereka cenderung “buta intelektual dan tuna konsep ”.

Hal inilah yang membedakan dengan gerakan kader


IMM yang senantiasa berbasis pada kekuatan
akademis-konseptual.
Tapi yang menarik dari tulisan Beni Pramula di
atas adalah adanya semangat yang kuat untuk
mendorong para intelektual khususnya kader Ikatan
untuk melakukan manifestasi secara bertanggung
 jawab, energik,
en ergik, sabar dan
d an tabah dalam gerakan-gerakan
gerakan -gerakan
25
  Lihat Ziauddin Sardar,
Sardar, Kembali
 Kembali ke Masa Depan, (Jakarta:
PT Serambi Ilmu Semesta, 2003), 190.

IMM Untuk Kemanusiaan


 

66

praksis sosialnya. Ada semacam semangat yang


membara untuk menggelorakan gerakan mari berbuat
untuk umat, bangsa, dan kemanusiaan. Disamping itu
 juga, ada semacam energi kuat untuk mendorong kader
IMM dari dunia idealitas ke realitas.
Setelah membaca diskursus beberapa tulisan di
atas, lalu di mana posisi tulisan ini?, Tulisan sederhana
ini sesungguhnya mencoba untuk memperkaya
diskursus tentang humanisme yang diinginkan, dicita-
citakan-diperjuangkan oleh gerakan para intelektual,
lebih khusus gerakan kemanusiaan kader IMM. Wacana
humanisme dalam tulisan ini tidak diorientasikan untuk
menyatukan gagasan kader IMM tentang humanisme
sebagaimana yang dicita-citakan oleh yang lainnya.
Semisal Abdul Halim Sani yang ingin menyatukan
gagasan-gagasan kader IMM tentang simbol, gerakan
dan lebih khusus tentang gerakan humanitas IMM
sehingga kader IMM Se-Indonesia punya cara pandang
yang sama. Apalagi untuk dipaksakan, bagi penulis
merupakan dosa intelektual yang perlu dihindari dan
 jauh dari semangat
semanga t sebagai seorang intelektual sejati.
Mendesak untuk menyamakan cara pandang dalam
diskursus intelektual hal yang impossible, karena jika itu
terjadi maka sama halnya terjadi kematian intelektual.
Karena keragaman berpikir juga merupakan kehendak
Tuhan, sehingga sangat riskan untuk dihindari apalagi
diseragamkan tentu melawan kehendak Tuhan melalui
hukum-hukum yang telah diciptakannya.
Tulisan ini lebih pada sebuah upaya
memperdalam-memperluas diskursus mengenai

gerakan sosial-kemanusiaan kader IMM, atau mencari

IMM Untuk Kemanusiaan


 

67

model humanisme (humanism ) IMM yang tentu saja


sebelumnya tidak sedikit yang sudah berbicara tentang
hal ini. Bahkan ribuan karya yang sudah disuguhkan
berbicara tentang humanisme dan gerakan sosial-
kemanusiaan Islam. Kita mencoba belajar lewat karya-
karya itu untuk menemukan model baru landasan
teologis-konseptual gerakan sosial-kemanusiaan IMM
(humanism of IMM ) di tengah klaim peradaban. Namun,
peradaban kita saat ini sesungguhnya sedang menderita
sakit dan penuh dengan kepalsuan (kesejahteraan dan
kesenangan kelompok manusia di atas penderitaan dan
tangisan kelompok manusia lainnya).

IMM Untuk Kemanusiaan


 

68

Dari Humanisme Galau


ke Humanisme Sejati

Dalam perspektif modern, humanisme dimulai


sejak renaissance pada abad ke 18. Memang secara
historis, istilah humanisme terkait dengan bingkai filsafat
Barat yang bisa ditelusuri mulai pada zaman yunani
kuno, yakni pada mazhab sofis. Seperti yang dikatakan

Peter
Crisis Levine
of thedalam bukunyasebagaimana
humanities Nietszche andyang
the Modern
dikutip
Masduki, menegaskan bahwa pandangan kaum sofis
tentang manusia menjadi karakteristik humanisme
renaisans. Lebih lanjut perhatian pada humanisme ini
berkembang pada tradisi romawi.
Cicero dan Varro membedakan antara
humanitarianisme yang secara umum berarti cinta
kemanusiaan dan humanitas yang dipahami sebagai
pendidikan atau paideia. Sementara Benda melihat
humanisme pada dua makna yakni humanisme
dipahami sebagai hasrat untuk mengetahui makhluk
manusia sebagaimana yang dicontohkan oleh Kant,
Goethe dan tokoh-tokoh pencerahan lainnya, dan
kemudian humanisme dipahami sebagai penemuan ide-
ide tentang manusia pada masa renaisans dan

IMM Untuk Kemanusiaan


 

69

munculnya semangat individualitas pada paroh kedua


abad ke 14.26 
Jika dilihat dari definisinya secara etimologis,
humanisme berasal dari kata human  yang mendapat
tambahan ism  sehingga menjadi humanism. Kata
human juga melahirkan tiga istilah lain, yakni humane,
humanitarian, dan humanities.27  Ada juga istilah yang
begitu populer yag sering kita gunakan seperti istilah
humanitas. Sesungguhnya Istilah humanisme itu berasal
dari humanitas, yang berarti pendidikan manusia. Dalam
bahasa yunani disebut  paidei a (Kata ini populer pada
 paideia
masa Cicero dan varro) . Jadi humanitas itu lebih
menunjuk pada makna pendidikan manusia atau lebih
berkait dengan ilmu-ilmu yang mempelajari hubungan
manusia dengan karakteristik budaya seperti bahasa,
sejarah, dan filsafat. Humanisme juga dapat dipahami
sebagai “philantropia” yakni semangat persahabatan
dan perasaan baik terhadap semua orang tanpa

26
  Lihat Masduki,  Humanisme Spiritual; Paradigma
 Pengembangan
 Pengemban gan Masyarakat Islam dalam Filsafat Sosial Hossen
 Nasr, (Jakarta: Referensi Gaung
Gaung Persada Press Group, 2014), 27-30.
27  Humane memiliki arti ekspresi rasa simpati, kasihan, dan

 peduli kepada orang lain


lain.. Humanitarian dipahami sebagai orang
yang berupaya memajukan kesejahteraan dan perbaikan sosial.
Sementara Humanitas berarti ilmu-ilmu yang mempelajari hubungan
manusia dengan karakteristik budaya seperti bahasa, sejarah, dan
filsafat. Kata Humanisme juga seperti yang ditulis Masduki
memiliki keterkaitan juga dengan kata latin humus yang berarti
tanah atau bumi, dari kata ini muncul istilah homo yang berarti
manusia sebagai makhluk bumi sehingga humanus berarti membumi
atau manusiawi. Lebih lanjut lihat Masduki,  Humanisme Spiritual;
 Paradigma Pengembangan Masyarakat Islam dal dalam
am Filsafat Sosial
 Hossen Nasr, (Jakarta: Referensi (Gaung Persada Press Group),
2014), 27.

IMM Untuk Kemanusiaan


 

70

membeda-bedakan sebagaimana yang dipahami oleh


Gellius.28 Menurut Rockmore ada tiga makna yang dapat
diterapkan dalam memahami humanisme. Pertama,
humanisme dipahami sebagai kebangkitan kembali
kesusteraan klasik. Kedua, humanisme dimaknai
sebagai otorisasi manusia. Ketiga, humanisme dipahami
sebagai klaim relevansi sosial.29 
Sementara menurut Jean-Paul Sartre (1905-
1980 M) menegaskan bahwa kata humanisme memiliki
dua arti yang berbeda. Pertama, humanisme dianggap
sebagai pandangan yang menempatkan manusia
sebagai nilai tertinggi. Kedua, humanisme sebagai
gagasan bahwa manusia tidak memiliki tabiat yang
baku, tetapi bisa menciptakan dirinya sendiri secara
bebas. Sartre lebih sepakat pada makna yang kedua
karena bagi Sartre manusia tidak memiliki pengatur dan
harus memutuskan dirinya sendiri. Makanya Sartre
menganjurkan untuk berpaham ateis dan berpandangan
bahwa Tuhan itu tidak ada. Pandangan humanisme
yang cenderung ateistik ini mencapai puncaknya pada
pemikiran Corliss Lamont.30  Dia menyebutnya
humanisme modern.

28
  Masduki,  Humanisme Spiritual; Paradigm
Paradigma a
 Pengembangan
 Pengemban gan Masyarakat Islam dalam Filsafat Sosial Hossen
 Nasr, (Jakarta: Referensi (Gaung Persada Press Group), 2014), 30.
29
  Masduki,  Humanisme Spiritual; Paradigm
Paradigma a
 Pengembangan
 Pengemban gan Masyarakat Islam dalam Filsafat Sosial Hossen
 Nasr, (Jakarta: Referensi (Gaung Persada Press Group), 2014), 37.
30
  Lamont memposisikan humanisme sebagai aliran filsafat
dan atas dasar ini Lamont menyebutnya dengan humanisme modern.
Sebagai aliran filsafat humanisme modern meyakini beberapa hal:
 pertama, semua bentuk supranatural dianggap sebagai mitos, dan
alamlah sebagai totalitas yang ada dan sebagai sistem materi dan

IMM Untuk Kemanusiaan


 

71

Humanisme pada pertengahan abad ke-14 M


adalah gerakan filsafat yang timbul di Italia dan
kemudian berkembang ke seluruh Eropa. Sebagaimana
di tulis oleh Amsal Bakhtiar, humanisme menegaskan
bahwa manusia adalah ukuran segala sesuatu.
Kebesaran manusia harus dihidupkan kembali, yang
selama ini terkubur pada abad pertengahan. Kebebasan
manusia adalah salah satu tema pokok humanisme.
Pico salah seorang tokoh humanisme sebagaimana
dikutip Amsal Bakhtiar b erkata, “manusia dianugerahi
kebebasan memilih oleh Tuhan dan menjadikannya
pusat perhatian dunia. Dengan posisi itu dia bebas
memandang dan memilih yang terbaik.” 31 

energi yang berubah terus menerus. Kedua, sesuai dengan fakta


empirik manusia adalah produk evolusi alam. Ketiga, manusia
mampu memecahkan berbagai masalah melalui nalar dan metode
ilmiah. Keempat, manusia bebas memilih dan mampu menentukan
nasibnya sendiri. Kelima, tujuan tertinggi nilai manusia adalah
kebahagiaan, kebebasan, peningkatan ekonomi, budaya, etika,
terlepas dari kepentingan bangsa, ras atau agama. Keenam, antara
kepentingan pribadi dan aktualisasi diri dengan karya nyata dan
 berbagai kegiatan sosial harus berimbang
berimbang.. Ketujuh
Ketujuh,, seni harus
dikembangkan, termasuk menghargai keindahan dan kemegahan
alam. Kedelapan, humanisme melibatkan diri dalam demokratisasi,
upaya damai, dan peningkatan standar hidup global. Kesembilan,
humanisme meyakini bahwa implikasi sosial dari nalar dan metode
ilmiah telah parlementer, serta terwujudnya kebebasan berekspresi
dan kebebasan sipil pada seluruh bidang kehidupan ekonomi, politik,
dan budaya. Kesepuluh, asumsi dan keyakinan dasar tidak pernah
 berakhir sehingga humanism
humanismee bukanlah dogma baru tetapi
merupakan filosofi yang selalu berkembang. Selengkapnya lihat
Masduki,  Humanisme Spiritual; Paradigm
Paradigmaa Pengemban
Pengembangan
gan
 Masyarakatt Islam dalam Filsafat Sosial Hossen Nasr, (Jakarta:
 Masyaraka
Referensi (Gaung Persada Press Group), 2014), 33-35.
31
  Amsal Bakhtiar,  Filsafat Agama : Wisata Pemikiran dan
 Kepercayaan Manusia,
Manusia, (Jakarta : PT Grafindo Persada, 2012), 145.

IMM Untuk Kemanusiaan


 

72

Pada abad pertengahan (4-14 M) atau tepatnya


pada tahun 476-1492 M terjadi penolakan terhadap
filsafat. Penolakan terhadap filsafat dimaknai juga
penolakan terhadap humanisme, terutama bagi yang
mengakui humanisme sebagai aliran filsafat. Seperti
yang banyak ditulis di dalam buku-buku filsafat memang
abad pertengahan eksistensi manusia diletakkan atau
dipahami sebagai makhluk yang tidak memiliki otoritas
untuk mengatur diri dan lingkungannya. Abad
pertengahan adalah masa saat otonomi, kreatifitas, dan
kemerdekaan berfikir manusia terbelenggu oleh dogma-
dogma agama, yakni dogma-dogma gereja. Sehingga
memunculkan gerakan renainsans32sebagai respon atas
hegemoni gereja tersebut. Manusia pada masa
renainsans mulai diakui eksistensinya dan dihargai
sebagai makhluk yang memiliki kemampuan untuk
mengatur dunianya.
Renainsans juga bisa dilihat sebagai gerakan
humanis yang bertujuan untuk keluar dari dominasi
agama dan mengajarkan bahwa manusia pada
prinsipnya adalah makhluk bebas dan berkuasa penuh
atas eksistensi dan masa depannya. 33Berbeda dengan

32
  Istilah Renainsans pertama sekali digunakan oleh Jules
Michelet, sejarawan perancis dalam karyanya Histoire de of France
(the History of Frence) dan dikembangkan oleh J. Burckhardt.
33
 Salah satu contohnya temuan ilmiah Galilei Galileo (1564-
1642) yang mengatakan matahari adalah pusat jagat raya sehingga
 bumi mengelili
mengelilingi ngi mataha
matahari.
ri. sementara pihak gereja mengan
menganggap
ggap
sebaliknya. Makanya abad 16-17 disebut-sebut sebagai masa
munculnya berbagai ide, penemuan, dan kegiatan-kegiatan ilmiah.
Lihat Masduki,  Humanisme Spiritual; Paradigma Pengemban
Pengembangangan
 Masyarakat Islam dalam Filsafat Sosial Hossen Nasr, (Jakarta:
 Masyarakat
Referensi (Gaung Persada Press Group), 2014), 31-32.

IMM Untuk Kemanusiaan


 

73

periode pertengahan, periode modern menurut Bertrand


Russell ada dua hal penting yang menandai sejarah
periode modern, yakni runtuhnya otoritas gereja dan
menguatnya otoritas sains.34  Artinya, bahwa corak
sejarah periode modern tidak lagi bernuansa gerejawi.
Kekuasaan gereja telah digantikan dengan kekuasaan
negara, kekuasaan demokrasi atau otoritas politik yang
mengontrol kehidupan sosial dan kebudayaan.
Penting untuk dilihat bahwa perkembangan
pemikiran humanisme di Barat tidak bersifat datar dan
monolitik. Munculnya tokoh-tokoh baru dalam sejarah
perkembangan pemikiran humanisme melahirkan corak
pemikiran yang berbeda dan tidak jarang juga beralih
menjadi sangat radikal. Katakanlah paradigma
humanisme di awal kemunculannya dengan paradigma
humanisme yang berkembang di abad ke 19-20 memil
memiliki
iki
corak pemikiran yang berbeda. Di abad ke 19-20
paradigma humanisme sangat cenderung radikal.
Seperti yang ditulis oleh Amsal Bakhtiar bahwa
Humanisme pada awal renaisans berbeda dengan
humanisme abad ke-19 dan 20, walaupun dalam
beberapa hal ada kesamaannya.
kesamaannya.
Humanisme waktu itu bertujuan untuk
meningkatkan perkembangan yang harmonis dari sifat-
sifat dan kecakapan alamiah manusia. Menurut Amsal
Bakhtiar, pada waktu itu humanis tidak menyangkal

34
 Bertrand Russell, Sejarah Filsafat Barat; kaitannya dengan
kondisi sosial politik zaman kuno hingga sekarang (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, cetakan III 2007), 645. Lihat juga judul aslinya
 History of Western Philosophy and its connection with political and
 social Circumstance
Circumstancess from the Earliest Times to the Prese
Present
nt Day.
London. 1946. 
1946. 

IMM Untuk Kemanusiaan


 

74

adanya zat yang maha tinggi. Hanya saja mereka


berpendapat bahwa hal-hal yang alamiah dalam diri
manusia telah memiliki nilai cukup untuk dijadikan
sasaran pengenalan manusia. Setelah beberapa abad
kemudian, baru muncul gerakan humanisme yang
melepaskan segala hal yang berkaitan dengan Tuhan
dan akhirat dan hanya menerima hidup di dunia seperti
apa adanya.35 Sebagai contoh, tokoh-tokoh yang sangat
radikal dalam paradigma humanismenya seperti Valla,
salah seorang tokoh humanisme. Valla menolak
superioritas agama atas manusia. Manusia, menurut
Valla, berhak menjadi dirinya dan sekaligus menentukan
nasibnya. Tujuan manusia baginya adalah menikmati
dunia dan bersenang-senang.36  Humanisme model ini
melihat manusia sebagai puncak dari segala cita-cita,
perhatian, makna dan tujuan dari manusia. Tujuan akhir
dari kehidupan manusia berupa kekuasaan, kesenangan
dan uang adalah untuk manusia itu sendiri.37 
Selain Valla, beberapa tokoh
eksistensialisme38seperti Nietzsche dan Sartre juga

35  Amsal Bakhtiar,  Filsafat Agama : Wisata Pemikiran dan


 Kepercayaan Manusia,
Manusia, (Jakarta : PT Grafindo Persada, 2012), 146.
36
  Amsal Bakhtiar,  Filsafat Agama : Wisata Pemikiran dan
 Kepercayaan Manusia,
Manusia, (Jakarta : PT Grafindo Persada, 2012), 146.
37
  William Schweiker,  Humanizing Religion, The Journal of
Religion, Vol. 89, No. 2 (April 2009), di download di
http://www.jstor.org/stable/10.1086/596069 , Pada Tanggal 2
Februari 2015, 220.
38
  Humanisme-Eksistensialisme berpandangan bahwa pada
dasarnya, humanisme dan eksistensialisme mendasari konsep
ateisme mereka pada kebebasan manusia. Eksistensialisme
mengutamakan manusia sebagai individu yang bebas dan
menghilangkan peranan tuhan dalam kehidupannya.

IMM Untuk Kemanusiaan


 

75

memiliki paradigma humanisme yang sangat radikal,


bahkan bersikap sinis terhadap keberadaan agama dan
Tuhan. Baik Nietzsche maupun Sartre, sama-sama
meletakkan manusia sebagai fokus sentral dan tertinggi.
Segala bentuk ketinggian lain yang berbentuk
supranatural bagi mereka harus ditolak karena
menghalangi kebebasan manusia.39  Nietsche, salah
seorang tokoh eksistensialisme, dengan lantang
mengatakan bahwa Tuhan telah mati dan terkubur.
Karena itu, para penganut agama tidak perlu lagi takut
akan dosa.40  Lebih lanjut disebutkan bahwa Nietzsche
tidak hanya menolak Tuhan, tetapi juga menyerang
Tuhan. Bagi Nietzsche, dengan mematikan Tuhan maka
manusia baru bisa bebas berbuat dan bertindak.
Menurut Nietzsche, selama ini manusia terkungkung
oleh nilai-nilai agama, seperti pahala dan dosa. Dengan
meyakini Tuhan telah mati dan terkubur maka manusia
tidak perlu lagi takut dengan persoalan pahala dan dosa.
Manusia bebas menentukan nasibnya dan menjadi
manusia super. Manusia super bagi Nietzsche
merupakan tujuan manusia yang sempurna.41 
Nietzsche memandang nilai baik dan buruk
tidaklah bergantung pada agama atau adat. Nilai baik
tergantung pada individu yang bebas. Sebagaimana
dikutip Amsal Bakhtiar, Nietzsche pernah berkata;

Eksistensialisme yang ekstrim tidak hanya sampai pada ketidak


 percayaan pada
pada tuhan, bah
bahkan
kan menyerang tuhan
tuhan..
39
  Amsal Bakhtiar,  Filsafat Agama : Wisata Pemikiran dan
 Kepercayaan Manusia,
Manusia, (Jakarta : PT Grafindo Persada, 2012), 154.
40
  Amsal Bakhtiar,  Filsafat Agama : Wisata Pemikiran dan
 Kepercayaan Manusia,
Manusia, (Jakarta : PT Grafindo Persada, 2012), 147.
41
  Amsal Bakhtiar,  Filsafat Agama : Wisata Pemikiran dan
 Kepercayaan Manusia,
Manusia, (Jakarta : PT Grafindo Persada, 2012), 148.

IMM Untuk Kemanusiaan


 

76

“aku ajarkan kepada k


kamu,
amu, jadilah m
manusia
anusia agung.
Dulu dosa yang terbesar adalah dosa melawan
Tuhan, tetapi Tuhan sudah mati dan bersamaan
dengan itu mati pulalah pendosa-pendosa ini.”42 

Nietzsche memandang agama merupakan suatu


proses pencemaran manusia. Agama menurutnya telah
merendahkan derajat manusia. Akibatnya, segala
kebaikan, keagungan, kebenaran bersifat
superhuman.43 
Sementara dalam pandangan Sartre, manusia
tidak akan menjadi bebas bila ada suatu tatanan nilai
yang absolut dan universal. Maka Tuhan menurutnya
haruslah ditolak atas nama kemerdekaan. Selama
bayang-bayang Tuhan melingkupi kehidupan manusia,
maka selama itu manusia tidak akan mendapatkan
kemerdekaannya. Dibalik kemerdekaan itu manusia
dituntut untuk bertanggungjawab terhadap dirinya
sendiri. Bagi Sartre, Tuhan tidak dapat dimintai
tanggung jawab dan tidak bisa dijadikan tempat untuk
menggantungkan tanggung jawab. Tuhan tidak terlibat
dalam keputusan yang diambil manusia. Manusia
adalah kebebasan dan hanya sebagai kebebasan ia
bisa bertanggung jawab.44 

42
  Amsal Bakhtiar,  Filsafat Agama : Wisata Pemikiran dan
 Kepercayaan Manusia,
Manusia, (Jakarta : PT Grafindo Persada, 2012), 149.
43
  Amsal Bakhtiar,  Filsafat Agama : Wisata Pemikiran dan
 Kepercayaan Manusia,
Manusia, (Jakarta : PT Grafindo Persada, 2012), 151.
44
  Dalam mengomentari gagasan tokoh-tokoh
eksistensialisme di atas Amsal Bakhtiar mengatakan bahwa tuhan
yang dibunuh oleh Nietzsche adalah tuhan “akibat” bukan tuhan
“sebab”. Tuhan yang ditentang Nietzsche adalah tuhan orang Eropa
yang menyengsarakan rakyat, dan menjadikan rakyat penurut dan

IMM Untuk Kemanusiaan


 

77

Menurut hemat penulis, pemberontakan berpikir


menuntut kemerdekaan sebagai manusia yang
dilakukan oleh kaum humanisme dan eksistensialisme
modern lebih khusus oleh Sartre dan Nietzsche
sesungguhnya lebih tertuju pada agama eropa
(katakanlah agama kristen). Nietzsche maupun Sartre
berhadapan dengan fenomena agama Kristen di
belahan Eropa yang dinilai oleh mereka agama Kristen
saat itu betul-betul telah memenjarakan kreatifitas
manusia, menekankan pada kepasrahan dan
persamaan. Padahal menurut mereka, kepasrahan dan
persamaan adalah bagian dari mental budak dan milik
orang-orang yang lemah. Seandainya Nietzsche
maupun Sartre berhadapan dengan fenomena
keberagamaan yang lebih memerdekakan, tidak
menekan kreatifitas, mengajarkan perjuangan bukan
kepasrahan total sebagai bentuk sikap cenggeng dari
model ajaran agama cenggeng, maka bisa saja
Nietzsche maupun Sartre punya pandangan lain tentang
Tuhan dan agama.
Munculnya pemikiran humanisme radikal oleh
Valla, Nietzsche, Sartre, dll itu sesungguhnya lahir dari
sejarah yang galau. Sejarah yang memenjara
kedaulatan manusia, sejarah kehidupan yang
menghardik akal manusia sehingga luapan perasaan
dan pikiran yang sejak lama tertindas oleh dogma dan

 penakut. Amsal Bakhtiar men


mengatakan
gatakan seandainy
seandainyaa ada “tuhan” yang
sesuai dengan ide Nietzsche, tentu dia mengakuinya. Dan untuk itu
dia memang menciptakan tuhan sendiri yang bernama Zarathustra,
yaitu dirinya sendiri. Selengkapnya lihat Amsal Bakhtiar,  Filsafat
 Agama : Wisata Pemikiran
Pemikiran dan Kepercayaan Manusia, (Jakarta : PT
Grafindo Persada, 2012), 152-55

IMM Untuk Kemanusiaan


 

78

kuasa agama (Kristen) tersebut menjadi radikal dan


bebas-sebebasnya meskipun kebebasan itu
sesungguhnya tidak ada. Yang ada hanyalah manusia
diberi kebebasan untuk memilih.
Paradigma humanisme yang emosionalitas ini
melahirkan sikap berlebih-lebihan dalam mendefinisikan
manusia, memujanya, hingga mendewakan manusia,
bahkan menuhankan dirinya sendiri. Inilah model
humanisme galau yang tercipta dari proses sejarah yang
menghardik akal manusia dan melawan takdir bahwa
manusia adalah makhluk yang potensial dan bebas.
Humanisme ini tentu berbeda dengan humanisme Islam
atau paradigma Islam memandang manusia.

Humanisme Islam dan Relevansinya Dengan


Gerakan IMM
Humanisme Islam atau humanisme spiritual
adalah suatu filosofi yang mengakui bahwa manusia
pada dasarnya adalah makhluk yang berdimensi fisik
dan psikis, jasmani dan rohani, atau material dan
45

spiritualmemandang
Islam yang bersifat integratif.
bahwa manusiaDalam konteks
adalah ini,
makhluk
yang secara fisik tidak boleh melukai, melemahkan,
merendahkan, serta menghilangkan hak hidup orang
lain. Kemudian secara psikis, Islam melarang manusia
bersifat arogan, melakukan monopoli dan bersifat

45
  Masduki,  Humanisme Spiritual; Paradigm
Paradigma
a
 Pengembangan Masyarakat Islam dalam Filsafat Sosial Hossen
 Pengembangan
 Nasr, (Jakarta: Referensi (Gaung Persada Press Group), 2014), 56.

IMM Untuk Kemanusiaan


 

79

diskriminatif terhadap manusia lainnya. 46  Sementara


istilah Humanisme Islam oleh kuntowijoyo menyebutnya
sebagai humanisme teosentris. Humanisme ini berpusat
pada kekuatan iman (tauhid ). ). Gerakan humanisme
menurut Kuntowijoyo merupakan aktualisasi dari nilai-
nilai Tauhid.  Islam adalah sebuah humanisme, yaitu
agama yang sangat mementingkan manusia sebagai
tujuan sentral. Menurutnya, pusat keimanan Islam
memang Tuhan, tetapi ujung aktualisasinya adalah
manusia.47  Artinya bahwa meskipun bersifat teosentris
(berpusat pada Tuhan) tapi semua berakar dari
kesadaran untuk mengaktualisasikan kehendak Tuhan
untuk membangun tatanan
tatanan kemanusi
kemanusiaan.
aan.
Jelas bahwa humanisme Islam tidak sedikitpun
memandang rendah manusia, apalagi menghardik
kebebasan akal dan potensi kemanusiaannya. Islam
hadir justru untuk memerdekakan manusia dari segala
bentuk penjajahan dan pembodohan yang sudah
berlangsung lama dalam sejarah manusia. Tidak saja di
tanah Arab, tapi dipastikan di berbagai pelosok bumi
bahwa ternyata pembodohan dan penjajahan itu selalu
mewarnai perjalanan umat manusia, makanya Islam
hadir.
Islam hadir untuk manusia bukan untuk Islam
atau untuk agama itu sendiri. Islam tidak hadir untuk
suku tertentu, atau juga tidak hadir untuk kepentingan
 Allah SWT. Jelas tidak demikian.
d emikian. Islam d
dihadirkan
ihadirkan hanya
h anya
46
  Masduki,  Humanisme Spiritual; Paradigm
Paradigma a
 Pengembangan
 Pengemban gan Masyarakat Islam dalam Filsafat Sosial Hossen
 Nasr, (Jakarta: Referensi (Gaung Persada Press Group), 2014), 64.
47
  Selengkapnya lihat Kuntowijoyo,  Paradigma Islam
 Interpretasi untuk Aksi, (Bandung: Mizan, 2008), 274-275.
 Interpretasi

IMM Untuk Kemanusiaan


 

80

untuk menjawab segala kepentingan manusia.


Kehadiran Islam merupakan bentuk kasih sayang Allah
terhadap manusia. Dalam konteks ini, menurut Abdul
Munir Mulkhan bahwa makna Islam yang sesungguhnya
itu haruslah ditafsir bagi kepentingan manusia dan
bukan bagi kepentingan Tuhan. Islam bukanlah soal ke-
Tuhanan, melainkan persoalan kemanusiaan, karena
Tuhan tidak butuh semua hal.
Lebih lanjut Abdul Munir Mulkhan menegaskan
bahwa segala ciptaan Tuhan adalah untuk manusia,
termasuk juga nabi, rasul, malaikat, serta surga dan
neraka semuanya diadakan untuk kepentingan
manusia.48  Menurut Munir Mulkhan, salah satu nilai
dasar dari penurunan agama dan agama-agama ialah
fungsinya bagi manusia, bukan sebaliknya, manusia
diciptakan untuk agama. Tuhan sendiri bagi Abdul Munir
Mulkhan telah menciptakan semua makhluk dan juga
agama bukanlah bagi diri Tuhan tetapi karena Manusia.
 Allah menciptaka
menciptakann seluruh alam dan malaikat adalah
karena alasan-alasan kemanusiaan.49 
alasan-alasan kemanusiaan.
Sependapat dengan Abdul Munir Mulkhan,

menurut penulis, ajaran Islam diwahyukan Allah untuk


kepentingan manusia. Islam hadir memberikan
pegangan yang pasti dan benar dalam menjalani hidup
dan membangun peradaban di dunia ini. Seperti yang
dikatakan juga oleh Komaruddin Hidayat bahwa agama

48
  Abdul Munir Mulkhan,  Kesalehan Multikultural: Ber-
 Islam Secara Autentik-Kontekstual di Aras Peradaban Global,
(Jakarta: PSAP Muhammadiyah,
Muhammadiyah, 2005). 48.
49
  Abdul Munir Mulkhan,  Kesalehan Multikultural: Ber-
 Islam Secara Autentik-Kontekstual di Aras Peradaban Global,
(Jakarta: PSAP Muhammadiyah,
Muhammadiyah, 2005). 47.

IMM Untuk Kemanusiaan


 

81

diwahyukan untuk manusia, bukannya manusia tercipta


untuk kepentingan agama. Menurutnya, hikmah hidup
keberagamaan haruslah bermuara pada komitmen
untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, tanpa
harus dihambat oleh sentimen
sentimen kelompok keagamaan.
keagamaan.50 
Menjadi sebuah kenyataan teologis-konseptual
bahwa humanisme dalam Islam bukanlah barang rakit
baru tapi memang merupakan inti dari ajaran Islam yang
bersumber dari Al-qur’an dan hadits. Perlu dinyatakan
secara tegas bahwa Islam adalah agama kemanusiaan,
karena tanpa manusia, Islam itu sendiri tidak akan
pernah ada. Hanya saja persoalan kemudian adalah
interpretasi umat Islam yang multiinterpretatif terhadap
ajaran Islam yang kadang-kadang bersifat sektarian
bukannya egalitarian. Kemudian di sisi lain paradigma
humanisme Islam atau gerakan humanisasi yang
dilakukan umat Islam pada tataran praksis terlihat
sangat mandul. Sehingga tidak henti-hentinya saat ini
dunia menagih klaim rahmatan lil aalamiin umat Islam.
Setelah berbicara mengenai paradigma
humanisme yang berkembang di Barat dan paradigma

humansime dalam Islam, khususnya paradigma


humanisme Islam yang muncul dari para intelektual
Islam. Maka pertanyaan selanjutnya adalah paradigma
humanisme seperti apa yang harus menjadi landasan
teologis-konseptual bagi gerakan kemanusiaan kader
IMM? atau perlukah kita memberi istilah lain bagi
konsep humanisme IMM?, menurut penulis, ketika harus
memilih istilah apa yang cocok untuk digunakan sebagai

50
  Komaruddin Hidayat, Tragedi Raja Midas; Moralitas
 Agama dan Krisis Modernisme
Modernisme,, (Jakarta: Paramadina,
Paramadina, 1998), 61.

IMM Untuk Kemanusiaan


 

82

istilah yang tepat bagi humanisme IMM, apakah itu


istilah humanisme Islam (Islamic humanism)51  atau
humanisme Islami (Islamic Humanism) atau juga
humanisme Spiritual (spiritual humanism) seperti yang
digunakan Masduki ketika mengkaji filsafat sosial
Hossen Nasr 52dan juga humanisme profetik (kenabian).
Istilah-istilah ini tidaklah penting untuk kita perdebatkan
secara panjang lebar, yang penting menurut penulis
ialah istilah-istilah tersebut menunjuk pada humanisme
yang menjadikan Islam sebagai konsep, wawasan, dan
paradigma/cara berpikir dalam membangun humanisme
dan juga untuk membedakannya dengan berbagai istilah
humanisme yang lain, seperti humanisme baru ( new
humanism), humanisme religius (religious humanism ),
humanisme teologis (theological humanism ), dan lebih
khusus lagi humanisme sekular (secular humanism ),
dan humanisme modern (modern humanism ). Hal ini
untuk mempertegas bahwa prinsip-prinsip Islam

51
  Istilah humanisme Islam menurut Masduki yang sering
muncul di dalam bahasa sehari-hari di Indonesia menurutnya
“kurang tepat” k arena arena kata humanisme adalah kata benda yang
hanya membutuhkan kata sifat, misalnya kata islami (islamic
humanism) yang berarti humanisme yang bersifat, berwawasan, dan
 berkarakteristik
 berkarakteris tik Islam, atau bernuansa Keislaman
Keislaman.. Tapi meski
demikian menurut saya apakah itu humanisme Islami ataukah
humanisme Islam sama-sama dimaksudkan sebagai humanisme yang
 berbasiskan padapada Islam seb
sebagai
agai paradi
paradigma
gma atau prinsi
prinsip
p berpikirnya.
52
 Masduki ketika mengkaji filsafat sosial Hossen Nasr dalam
disertasinya menggunakan istilah humanisme Islam, masduki
menyebutkan juga bahwa istilah humanisme spiritual dan
humanisme islam keduanya identik dan keduanya diyakini sebagai
 pandangan yan yang g tidak pernah mel
melepaskan
epaskan diri dari kesadaran akan
kehadiran tuhan. Lihat Masduki,  Humanisme Spiritual; Paradigma
 Pengembangan Masyarakat Islam dalam Filsafat Sosial Hossen
 Pengembangan
 Nasr, (Jakarta: Referensi (Gaung Persada Press Group), 2014), 61.

IMM Untuk Kemanusiaan


 

83

merupakan basis teologis-konseptual bagi gerakan


humanisme kader IMM. Sebab humanisme yang
berkembang di Barat menampilkan dua wajahnya yang
berbeda. Ada humanisme sekular (secular humanism) 53 
dan ada humanisme religius (religious humanism).54 Kita
tahu bahwa humanisme sekular tidak menjadikan
spiritualitas agama sebagai hal yang signifikan dalam
kehidupan manusia. Meskipun ada juga beberapa
pemikir sosial yang religius menerima spiritualitas
agama sebagai hal yang fundamental dalam kehidupan
manusia.
Jadi, model paradigma humanisme IMM yang
hendak ingin dipertegas adalah tentu saja humanisme
Islam atau juga humanisme ke-Tuhanan. Misalnya
Tuhan mengajarkan manusia lewat sifat   Ar-rahman ar-
rahiim. Term Rahma55 dimaknai timbulnya cinta kasih
yang berkaitan dengan hubungan seseorang dengan
yang lain, apakah itu makhluk yang bernyawa atau

53
  Humanisme sekular seperti yang dipahami oleh pemikir-
 pemikir sosial abad ke 19, seperti Auguste Comte (1798-1857 M),
Karl Marx (1818-1883 M), Herbert Spencer (1820-1903 M),
Sigmund Freud (1856-1939 M), Emile Durkheim (1858-1917 M),
dan Max Weber.
54
 Humanisme religius seperti yang dipahami oleh George B.
Logan (1845-1929 M), Martin Heidegger (1889-1976 M), Pierre
Teilhard de Cardin (1881-1955 M), Emmanual Levinas (1906-1995
M), Mercia Eliade (1907-1986 M), Jagues Derrida (1930-2004 M),
Jurgen Habermas (1906-1995), dan lain-lain.
55
 Penggunaan sifat Allah dengan sebutan ar-rahman dan ar-
rahiim dalam al-qur’an
al-qur’an kata ar-rahmaan sebanyak 57 kali dan ar-
rahiim 114 kali dan selanjutnya tercantum sifat-sifat Allah dalam
asmaul husna 
husna  yang 99 itu. Lihat Tafsir Al-Qur’an
Al- Qur’an Tematik
Kementerian Agama RI,  Pembangun
 Pembangunan
an Generasi Muda, (Jakarta :
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an,
Al-Qur’an, 2011). 91.

IMM Untuk Kemanusiaan


 

84

makhluk hidup lainnya. Model humanisme IMM


merupakan aktualisasi dari sifat-sifat ke-Tuhanan. Sikap
kasih sayang, empati, peduli, menolong, adil, dan
sebagainnya yang mengangkat dan memperjuangkan
martabat kemanusiaan merupakan model dari
humanisme IMM.
Gerakan kemanusiaan kader IMM secara
teologis-konseptual harus berbasis pada paradigma
humanisme Islam. Untuk menyederhanakannya lagi
bentuk humanisme Islam yang dimaksud paling tidak
harus mencakup tiga hal. Pertama,  gerakan
kemanusiaan kader IMM harus didasarkan pada cinta,
kasih, sayang, tanggung jawab, dan sebagainnya yang
bersumber dari Tuhan. Kedua,  empati dan peduli harus
menjadi kesadaran, sikap, perilaku, landasan filosofis,
dan paradigma kader IMM. Ketiga,  aktualisasi gerakan
kemanusiaan atau nilai-nilai humanistik kader IMM
harus bertujuan dalam rangka mengimplementasikan
sifat-sifat Tuhan dalam kehidupan manusia, baik dalam
kehidupan individu, organisasi, maupun kehidupan
sosial-kemanusiaan secara global.

Inilah model humanisme sejati yang bersumber


dari kebenaran sejati. Konsep humanisme tanpa
kebohongan dan kemunafikan atas nama kemanusiaan.
Paradigma humanisme sejati ini harus diperjuangkan
untuk mengisi jalannya peradaban manusia saat ini. Jika
tidak, maka peradaban yang dibangun hanya akan
menghardik nilai-nilai kemanusiaan universal.
Paradigma humanisme galau yang tercerabut dari akar
nilai-nilai
nilai-nilai ketuhanan, hanya bertahan sebagai gincu

gerakan humanisasi. Mengatasnamakan menegakan

IMM Untuk Kemanusiaan


 

85

HAM padahal di dalamnya adalah keserakahan dan


dehumanisasi juga ikut berlangsung. Seperti yang
dikatakan Parvez Manzoor pada 1994, bahwa
“pembicaraan hak asasi manusia adalah pembicaraan
kekuatan”.56  Dengan kata lain, masih ada
kecenderungan bahwa hak asasi manusia itu sangat
istimewa bagi “rambut pirang dan bermata biru”.  

56
  Murad W. Hofmann,  Agar Umat Tak Terlindas Zaman,
 Dialog Antarperadab
Antarperadaban
an Islam-Kristen, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu
Semesta, 2015), 99.

IMM Untuk Kemanusiaan


 

86

Kristalisasi IMM Sebagai


Gerakan Kemanusiaan

Persoalan yang sangat fundamental dihadapi


umat Islam saat ini adalah bagaimana
ba gaimana mewujudkan
mewujudkan cita-
cita idealitas Islam (Al-qur’an dan sunnah) menjadi
betul-betul nyata ke dalam universalitas kehidupan
manusia. Pertanyaan-pertanyaan yang menantang
seringkali muncul baik oleh internal umat Islam, lebih-
lebih oleh pihak non muslim. Beberapa bentuk
pertanyaan misalnya, apakah cita-cita idealitas Islam
seperti Islam rahmat bagi alam semesta ( rahmatanlil
aalamiin) sudah terwujud atau mendekati terwujud?,
apakah cita-cita Islam yang memperjuangkan keadilan,
persamaan (egaliterian), kesejahteraan, dan
kedamaian/perdamaian, dengan konsep zakat, infaq,
sedekah, peduli terhadap dhu’afa
dhu’afa   dan mustad’afin serta
persaudaraan sudah terwujud atau mendekati
terwujud?, apakah cita-cita idealitas Islam tentang
hubungan dengan alam, dengan makhluk lainnya,
dengan Tuhan, atau cita-cita membangun masyarakat
yang baldatun toyybatun warrabungaffur sungguh telah
terwujud dan menjadi nyata?. Dan apakah sudah
menjadi sebuah kenyataan bahwa umat Islam
merupakan umat terbaik ( khairu ummah) di antara umat-
umat yang ada di perut bumi ini?. pertanyaan-
pertanyaan ini membutuhkan keberanian untuk
menjawabnya tanpa harus malu-malu. Jawabannya

IMM Untuk Kemanusiaan


 

87

adalah belum terwujud, belum menjadi nyata, dan masih


 jauh dari sebuah
sebua h harapan dan kenyataan.
Inilah persoalan utama kita umat Islam saat ini.

Boleh sajadi kita


berkhutbah bangga pengajian,
forum-forum dengan diberceramah dan
mimbar-mimbar
masjid bahwa Islam merupakan rahmat bagi alam
semesta (rahmatan lil aalamiin), umat Islam merupakan
umat terbaik (khairu ummah), dan Islam merupakan
agama pelopor kedamaian dan perdamaian, tapi pada
kenyataannya kita harus jujur dan berendah hati untuk
melakukan otokritik ke dalam dan mengakuinya bahwa
sesungguhnya semua itu masih jauh dari sebuah
kenyataan. Antara idealitas ajaran dan realitas lapangan
masih terdapat jarak antara langit dan bumi. Karena
ajaran langit masih diletakkan di langit dan belum
dikehendaki untuk membumi oleh kebanyakan umatnya.
 Atau ajaran langit terlalu membumi dan tidak
mengangkat manusia menjadi bersifat melangit.
Padahal ajaran langit itu sudah sejak abad ke-6 masehi
dulu bahkan jauh sebelum itu sudah dilegalkan untuk
diberlakukan di bumi, sehingga di awal kemunculannya
memberi dampak perubahan besar bagi kehidupan
sosial-kemanusiaan pada zaman itu. Namun, tidaklah
demikian kecenderungan saat ini.
Islam telah diperosotkan, Islam telah
diselewengkan dari spirit awal perjuangannya. Umat
Islam agaknya lebih suka dengan gerakan yang lebih
menonjolkan simbolisme dan bentuk ketimbang essensi
dan isi. Penulis tidak sedang mengatakan bahwa simbol
keberagamaan sepenuhnya harus ditiadakan. Tapi

 jangan sampai karena terlalu asyik dengan simbolisme

IMM Untuk Kemanusiaan


 

88

dan bentuknisme pada akhirnya essensi dan isi ajaran


Islam menjadi kering dalam praktek umat Islam di
tengah kehidupan publik.

Disamping
dihadapkan denganitu, saat iniisu-isu
persoalan umat radikalisme
Islam sedang
dan
terorisme yang secara besar-besaran dituduhkan
kepada kelompok-kelompok gerakan Islam. Sehingga
dengan mudah orang menuduh Islam sebagai ideologi
terorisme dan radikalisme yang menghantui perdamaian
dan keamanan dunia. Bahkan sebagian orang yang
tidak tercuci mulut dan nakal lidahnya mengatakan
dengan alasan ini Islam harus menjadi musuh bersama
untuk digusur.
Meskipun kita harus mengakui bahwa kelompok-
Meskipun
kelompok gerakan Islam radikal memang ada, tapi itu
tidaklah merepresentasikan aspirasi Islam, apalagi untuk
mengatakan bahwa gerakan radikalisme oleh kelompok-
kelompok kecil itu bersumber dari ajaran Islam atau
doktrin Al-qur’an. Hal ini merupakan satu bentuk
penyesatan dan sangat melukai kesucian Islam itu
sendiri. Tentu saja tudingan-tudingan miring seperti ini
haruslah dengan tegas untuk ditolak dan segera untuk
diluruskan. Supaya dunia tidak buta atau sengaja
memang membuat dirinya buta dan tuli plus.
Saat ini kelihatannya Islam menjadi sangat
menakutkan, orang yang melaksanakan sunnah dan
syariah secara baik dan tulus kadang-kadang dituduh
macam-macam. Islam dalam posisinya sebagai agama
terbesar kedua di dunia telah disudutkan sedemikian
kuatnya. Apakah ini “ada batu dibalik udang” di tengah
kehidupan perpolitikan dunia internasional kita?. Atau

IMM Untuk Kemanusiaan


IMM Untuk Kemanusiaan

89

memang murni merupakan sebuah ledakan yang


muncul dari umat Islam itu sendiri?. Tapi yang jelas
dihadapan kita bahwa tindakan radikalisme dan
terorisme oleh kelompok-kelompok yang mengklaim
dirinya atas nama Islam sungguh telah merugikan
eksistensi Islam sebagai sebuah agama cinta kasih dan
rahmat bagi sekalian alam serta manusia seluruhnya.
Tidak hanya itu, perilaku seperti ini telah memperkosa
roh Islam yang begitu mengangkat hak-hak
kemanusiaan universal.
Merenungi persoalan internal umat Islam saat ini,
persoalan bangsa yang tidak kunjung mewujudkan cita-
cita kemanusiaannya, dunia internasional yang peduli
terhadap kemanusiaan tapi memperjuangkan hak-hak
kemanusiaan yang penuh dengan kemunafikan ( political
interest ),
), sehingga nilai-nilai kemanusiaan hanya
menjadi cover. Perampokan kekayaan alam dan aset-
aset vital kita melalui pintu kekuasaan semaki
semakin
n menjadi-
 jadi. Sehingga
Seh ingga cita-cita kemanusiaan yang adil, makmur,
beradab dan berdaulat masih menjadi bedak dan gincu
kekuasaan.

Dengan alasan-alasan yang fundamental ini,


IMM sebagai salah satu organisasi mahasiswa Islam
besar di Indonesia yang mengusung simbol humanitas
(nilai-nilai kemanusiaan) sebagai gerakannya harus
kembali menegaskan diri sekuat-kuatnya bahwa segala
bentuk, upaya, dan tindakan yang mendzolimi hak-hak
kemanusiaan merupakan musuh utama yang harus
dilawan oleh kader IMM. Tidak hanya itu, kader IMM
 juga diharapkan menjadi bagian terdepan dalam

menyumbang solusi-solusi terhadap berbagai macam


IMM Untuk Kemanusiaan

90

persoalan social-kemanusiaan yang terus berkembang


saat ini dan ke depannya.
Dalam menafsirkan identitas gerakan

kemanusiaan
harus memuatIMM, paling tidak menurut hemat penulis
dua hal;
Pertama, Kader IMM harus secara total tampil
sebagai gerakan mahasiswa Islam yang menampilkan
wajah Islam yang ramah, santun, toleran, peduli, unggul,
dan bisa menjadi contoh (uswatun hasanah) bagi
kehidupan masyarakat sekitarnya. Segala aktifitas
kehidupan kader IMM baik dalam konteks aktifitas
berorganisasi, aktifitas di kampus, kehidupan
bermasyarakat dan berbangsa, haruslah berangkat
dengan paradigma keramahan, kesantunan, toleransi,
peduli, tolong menolong, dan menjadi teladan (uswatun
hasanah) bagi semua orang tanpa membeda-bedakan
 jenis kelamin, kelas sosial, ras, suku dan agama
tertentu. Hal ini tidak saja sekedar menjadi sebuah
paradigma, tapi memang harus betul-betul menjadi
kesadaran kolektif untuk sekuat-kuatnya dilakukan
proses internalisasi, ideologisasi, dan dinamisasi nilai-
nilai ini dalam nafas kehidupan kader IMM. Sebisa
mungkin ini menjadi IMM Culture, IMM Value, IMM
Ideology, and IMM Identity yang harus mendarah daging
dalam setiap pribadi-pribadi kader Ikatan.
Jika dilihat dari simbol-simbol (identitas) IMM,
salah satu di antaranya adalah “anggun dalam
berakhlak” tapi sangat terasa bahwa gaung anggun
dalam berakhlak ini kadang-kadang saat ini suaranya
semakin mengecil bahkan mulai jarang terdengar jika
dibandingkan dengan simbol-simbol yang lainnya, tapi
IMM Untuk Kemanusiaan

91

sementara ini kader-kader IMM belum sampai pada


zona yang parah jika dibandingkan dengan organisasi-
organisasi tetangga kita. Namun, perlu juga
diungkapkan secara jujur bahwa nilai-nilai akhlak
universal ini belumlah sepenuhnya menjadi karakter
yang melekat pada pribadi-pribadi kita kader ikatan saat
ini. Dengan alasan inilah sudah seharusnya kita
menumbuhkan kesadaran bersama dengan sekuat-
kuatnya untuk tampil sebagai gerakan mahasiswa Islam
yang bercorak “anggun dalam berakhlak” terwujud nyata
di ranah publik.
Mungkin ada yang bertanya apa kaitannya
anggun dalam berakhlak ini dengan gerakan
kemanusiaan?. Untuk menjawab pertanyaan ini, bagi
penulis tidak ada gerakan, perjuangan, dan dedikasi
kemanusiaan tanpa nilai-nilai kemanusiaan. Perjuangan
kemanusiaan hanya bisa dilakukan oleh orang-orang
yang termanusiakan atau memiliki nilai-nilai
kemanusiaan yang terpatri di dalam kepribadiannya.
Perjuangan kemanusiaan oleh orang-orang yang berhati
srigala, rakus, tercerabut dari moralitas agama, dan
penafsu dominator, hanya bersifat lipstik dan gincu
belaka. Perjuangan kemanusiaan yang penuh dengan
kepalsuan (false humanity ),
), hanya cita-cita
kemanusiaan gadongan ( bogus humanity ). ). Sementara
perjuangan kemanusiaan yang tulus, adil dan egaliterian
hanya ada pada
p ada orang-orang yang memiliki akhlak mulia
(baca akhlak nabi Muhammad saw).
Maka menurut hemat penulis, kristalisasi nilai-
akhlak dalam nafas kehidupan kader Ikatan merupakan

sesuatu yang harus terus digalakkan sekuat-kuatnya


IMM Untuk Kemanusiaan

92

bagi kristalisasi gerakan kemanusiaan IMM saat ini dan


ke depannya. Kristalisasi nilai kemanusiaan yang
dimaksud adalah kita kader Ikatan harus tampil sebagai
pribadi-pribadi yang ingklusif, toleran, santun, damai,
penuh kasih, tolong menolong, memiliki moral force, dll.
Dengan kata lain, kader Ikatan harus menjadi contoh
bagi manusia lainnya. Karena kekuatan contoh
(keteladanan) menjadi faktor determinan bagi
perubahan.
Seperti yang dikatakan Syahril Syah, bahwa teori
perubahan yang bertahan berabad-abad hingga saat ini
adalah teori keteladanan. Tidak ada satu teoripun yang
mampu bertahan lama selain dari teori ini. 57  Nabi
Muhammad SAW merupakan sosok yang menggagas
teori ini sebagai manusia yang paling berpengaruh
sepanjang sejarah perjalanan umat Manusia hingga saat
ini karena keteladanannya. Gerakan inilah yang hendak
ingin dimassifkan oleh kader Ikatan, yakni gerakan
menjadi the best example untuk kemanusiaan.
Sebagai penguat gagasan dan komitmen di atas,
kita bisa membuka kembali lembaran-lembaran pikiran-
pikiran besar para tokoh IMM yang begitu arif, santun,
dan memiliki gagasan-gagasan jernih mengkonstruksi
cita-cita ikatan ini. Pada pernyataan konferensi nasional
IMM di Garut pada Tanggal 25-28 Juni 1967 secara
tegas menyatakan:

“Sampai kiamat pun, kita tidak akan dapat mengajak


masyarakat manusia ke dalam Islam. Manakala

57
  Disampaikan pada Pelatihan Instruktur Paripurna DPP
IMM pada tanggal 8 Juli 2015 di STIMIK MJ. Syahril Syah adalah
Mantan Ketua Umum DPP IMM Periode 1995-1997.
IMM Untuk Kemanusiaan

93

ajakan itu hanya kita lakukan dengan khutbah, pidato-


pidato serta tulisan-tulisan belaka yang panjang lebar.
 Apalagi di tengah hiruk-pikuknya kemajuan yang
selalu ber- pan-ta-rei,
 pan-ta-rei, terus maju semacam sekarang

ini. dengan tidak mengurangi arti pentingnya khutbah,


pidato-pidato, dan tulisan-tulisan yang baik tentang
Islam, maka yang lebih penting lagi ialah
memperkenalkan ajaran-ajaran Islam ini dalam
aplikasinya di tengah-tengah masyarakat.”58 

Pernyataan di atas merupakan satu kesadaran


batin para tokoh IMM bahwa ternyata perjuangan
keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan harus
berangkat dari kesungguhan untuk menampilkan wajah
Islam Idealitas itu ke dalam alam realitas. Idealitas yang
dimaksud adalah akhlak Islam sebagaimana yang
sekilas disinggung penulis di atas.

Kedua, IMM merupakan model gerakan


mahasiswa Islam yang inklusif-moderat. Semangat
tajdid, keterbukaan, kebersamaan dengan kelompok
lain, dan pikiran-pikiran kontekstual-berkemajuan
merupakan spirit fundamental bagi gerakan kader IMM.

Cita-cita kemanusiaan
tidak mungkin yang
diwujudkan ingindengan
hanya segerasemangat
untuk dicapai
satu
atau dua kelompok tertentu. Apalagi ada egoisme dan
rasa bisa yang berlebihan oleh kelompok tertentu dan
kemudian menutup diri bersama-sama dengan yang
lainnya, tentu gerakan ini akan mengecil dan tidak lama-
lama pada akhirnya tenggelam di tengah jalan.

58
  Farid Fathoni,  Kelahiran Yang Dipersoalkan; Dua Puluh
Tahun Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) 1964-1990,
(Surabaya: PT Bina Ilmu, 1990), 250.
IMM Untuk Kemanusiaan

94

Oleh karena itu, IMM sebagai organisasi yang


memiliki semangat membangun masa depan dan selalu
berpikir ke depan dan tidak terjebak dengan nostalgia
masa lalu, harus memperkuat kesadaran kolektif untuk
bisa bersikap terbuka, tidak bermuka sinis, dan bersifat
merangkul kelompok-kelompok lain, bahkan kelompok-
kelompok yang berbeda agama sekalipun. Menciptakan
dialog yang santun, membangun kebersamaan dalam
memperjuangkan visi kemanusiaan, dan saling berbagi
rasa serta senantiasa bersama-sama dalam perbedaan
untuk memperjuangkan kepentingan-kepentingan publik.
Kesadaran kekitaan inilah harus dibangun sekuat-
kuatnya. Dengan kata lain “kita” adalah unity in diversity
bhineka tunggal ika.
Saling membutuhkan satu sama lain merupakan
hukum Tuhan yang tidak mungkin untuk diingkari. Tanpa
manusia lain, tanpa kelompok lain, tanpa suku lain, atau
tanpa agama lain sekalipun, maka kehidupan dunia
akan statis bahkan mungkin akan mati. Berarti bahwa
pluralitas ciptaan Tuhan ini merupakan ujian besar bagi
manusia bagaimana seharusnya manusia menyikapi
semua ini dengan cinta, indah, kasih sayang, santun,
toleran, berakhlak, progresif, dan saling bekerjasama
menjaga dan membangun kehidupan di bumi
sebagaimana Tuhan menjadikan manusia sebagai
khalifahNya  di bumi. Bukan sebaliknya, menjadikan
keragaman ciptaan ini sebagai sebuah musibah atau
disaster. Bagaimana mungkin Allah Tuhan yang maha
kuasa penuh kasih sayang itu menciptakan keragaman
sebagai disaster bagi kehidupan manusia? atau
memang egoisme manusia yang memandang pluralitas
penciptaan itu sebagai sesuatu bencana besar yang
IMM Untuk Kemanusiaan

95

harus dipertentangkan secara ekstrim? Tidakkah kita


berpikiran positif terhadap kebijaksanaan Allah SWT
yang maha mengetahui
m engetahui segalanya
segalanya itu?

Menurut hemat
harus dikonstruksi penulis, kesadaran
sekuat-kuatnya inilah
oleh kader yang
ikatan di
manapun berada. Kesadaran bahwa Allah yang maha
agung dengan segenap kebijaksanaannya itu tidaklah
menciptakan alam raya beserta isinya ini bersifat
tunggal-monolitik. Namun bersifat plural penuh warna-
warni. Begitulah yang berlaku di setiap nafas kehidupan
alam lengkap dengan hukum-hukumnya yang saling
berkait-kelindan antara satu dengan yang lain. Fritjof
Capra seorang fisikawan modern pernah mengatakan;
“di semua lingkup gerak ala m, kita menemukan sistem-
sistem kehidupan yang bertengger pada sistem
kehidupan lain; jaringan-jaringan bergantungan pada
 jaringan lain. Batas-batas
Batas-ba tas sistem-sistem kehidupan
bukan merupakan batas pemisah, melainkan hanya
batas-batas identitas saja. Semua sistem-sistem
kehidupan berinteraksi satu sama lain dan saling
berbagi sumber daya melewati batas-batasnya.”59 

Pokok pikiran di atas berangkat dari teologi


gerakan kita juga bahwa perbedaan suku, bangsa, ras,
maupun agama tidaklah menutup keran bergaul.
Malahan menjadi sebuah kewajiban untuk saling kenal
mengenal (lita’aarafuu), berbagi rasa, dan bersama-
sama dalam perbedaan. Persaudaraan kemanusiaan ini
akan terwujud manakala pikiran-pikiran kita kader ikatan
dibangun dengan semangat Al-qur’an di atas, bahwa

59
  Lihat Jusuf Sutanto, Spiritual Wisdom; Belajar mengatur
kehidupan dari penggembala kuda,
kuda, (Jakarta: PT Mizan Publika), 4.
IMM Untuk Kemanusiaan

96

ternyata perbedaan bukanlah alasan untuk saling


menjauh dan menghardik satu dengan yang lain. Apa
yang hendak ingin ditegaskan bahwa untuk
memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan diperlukan
paradigma yang humanis yakni memandang semua
manusia sebagai makhluk yang sama untuk
dimanusiakan tanpa harus memandang dia miskin atau
tidak, dia pejabat atau rakyat jelata, dia orang timur atau
barat, dia kafir
kafir atau beriman, dia iideologi
deologi kiri atau kanan
dan seterusnya.
seterusnya.
Di sinilah salah satu letak keadilan dan sifat
rahmatan lil alamin-nya Islam. Berarti tugas kita umat

Islam, khususnya
menampilkan wajah kader Ikatanrahmat
Islam yang adalahbagi
bagaimana
sekalian
manusia dan alam. Wajah Islam yang cantik, Islam yang
anggun, Islam yang indah, Islam yang menyejukan,
Islam yang berkualitas dan unggul, dan Islam yang
dirindukan oleh sekalian alam dan manusia.
Penulis teringat dengan tulisan Buya Syafii
Maarif 60ketika menceritakan kisah khalifah Umar bin
Khattab ketika beliau berkunjung ke Palestina dan pada
saat khalifah Umar meninggalkan Palestina
berbondong-bondong manusia kecil, muda, tua, muslim,
nasrani, dan lain-lainnya menangisi kepergian khalifah
Umar yang kembali ke Madinah. Seolah-olah mereka
berat melepaskan kepergian Umar dan ingin selalu ada
di sisinya. Dalam konteks ini, Umar tidak hanya hadir
sebagai pemimpin yang egaliterian, tapi umar sungguh
menampilkan wajah Islam yang cantik dan menyejukan

60  Ahmad Syafii Ma’arif,  Islam dalam Bingkai


 Keindonesiaan
 Keindonesiaan dan Kemanus
Kemanusiaan,
iaan, (Bandun
(Bandung:
g: Mizan, 2009),.. .
IMM Untuk Kemanusiaan

97

sehingga siapapun merindukan sosok seperti ini.


Meskipun Umar sangat menggiginkan
menggiginka n manusia
seluruhnya bisa beriman (tauhid). Tapi Umar menyadari
bahwa dirinya tidak ada daya dan kekuatan untuk
membolak-balikan hati manusia, supaya beriman atau
tidak. Yang wajib bagi dirinya adalah bagaimana
menampilkan wajah Islam yang rahmatan lil aalaamiin
sebagai wujud dari cahaya kebenaran Islam yang
universal.
Hal di atas sesungguhnya sesuai dengan watak
Muhammadiyah yang berikhtiar menampilkan Islam
yang santun, toleran, inklusif dll. Muktamar

Muhammadiyah
watak Ke-Islamanke-47yang diseharusnya
Makassar-pun memperkuat
menjadi ciri khas
setiap pribadi-pribadi kader Muhammadiyah. Hal ini bisa
dilihat dari rekomendasi Muktamar ke-47
Muhammadiyah yang mengatakan bahwa:
“Di kalangan umat Islam terdapat kelompok yang
suka menghakimi, menanamkan kebencian, dan
melakukan tindakan kekerasan terhadap kelompok
lain dengan tuduhan sesat, kafir, liberal dan tuduhan
lainnya. Muhammadiyah menegaskan kecenderunga
kecenderungann
takfiri (suka mengkafirkan) bertentangan dengan
watak Islam yang menekankan kasih sayang,
kesantunan, tawasuth, dan toleransi. Analisisnya,
sikap mudah mengkafirkan pihak lain disebabkan oleh
banyak faktor, antara lain cara pandang keagamaan
yang sempit, fanatisme dan keangkuhan dalam
beragama, miskin wawasan, kurangnya interaksi
keagamaan, pendidikan agama yang eksklusif,
 politisasi agama, serta pengaruh konflik politik dan
IMM Untuk Kemanusiaan

98

keagamaan dari luar negeri, terutama yang terjadi di


61
Timur Tengah.”   

Gerakan kemanusiaan yang ingin kita (kader


Ikatan) perjuangkan harus berangkat dari paradigma di
atas. Pikiran-pikiran ingklusif dan sikap yang terbuka
dengan tetap berdasar pada nilai-nilai universalitas
Islam merupakan model dari semangat aktualisasi
gerakan IMM untuk kemanusiaan. Dua hal di atas
menjadi penting untuk direfleksikan oleh kader ikatan
sebagai sebuah paradigma gerakan kemanusiaan IMM.
Sehingga gerakan kemanusiaan IMM betul-betul
dimantapkan sekuat-kuatnya di tengah gelisah dan
derita kemanusiaan yang melingkupi kehidupan
peradaban manusia saat ini.
Terlalu kompleks dan riskan persoalan
kemanusiaan saat ini jika hanya diselesaikan oleh satu
orang, satu kelompok, satu ormas, satu bangsa atau
 juga satu agama. Semuanya harus bergandeng
bergandenganan
tangan bersama-sama merayakan perbedaan,
membangun pengertian dan kemudian saling berbagi
asih dalam membangun peradaban kemanusiaan yang

indah dan beradab. Sejarah hitam masa lalu, dendam


kusumat sejarah, sudah saatnya dikubur dalam-dalam
dan kita membangun dunia baru yang berwarna-warni
namun beradab, damai, sejahtera, dan indah. Pada
konteks inilah memerlukan gerakan kemanusiaan
bersama yang dilandasi dengan ketulusan bukannya

61
  Lihat
http://news.detik.com/be
http://news.detik.com/berita/2986443/muhamm
rita/2986443/muhammadiyah-kritik-umat-
adiyah-kritik-umat-
islam-yang-suka-mengkafirkan-dan-tanamkan-kebe
islam-yang-suka-mengkafirkan-dan-tanamkan-kebencian.
ncian.   Di upload
 pada Tanggal 08 Agustus 2015.
IMM Untuk Kemanusiaan

99

kemunafikan . Perlu ada kesadaran bersama di tengah


kemunafikan. tengah--
tengah perbedaan untuk membangun peradaban baru
yang lebih baik dan humanis. Meminjam istilahnya Piet
H. Khaedir,62kita harus melakukan “Persekutuan
“ Persekutuan
Kemanusiaan”.
Kemanusiaan ”. Di mana atas nama kemanusiaan , kita
harus melakukan persekutuan untuk menyelamatkan
derita kemanusiaan yang sungguh kompleks saat ini.
Piet H. Khaedir mengatakan:
“Di tengah banyaknya persoalan kemanusiaan maka
yang dibutuhkan adalah semacam gerakan
revolusioner model Mazdakisme atau Narodikisme
yang merekayasa penyelesaian persoalan
kemanusiaan melalui sebuah persekutuan berbasis
kemanusiaan, bukan berbasis agama, etnis, atau
63
sebangsanya.”  
yang sebangsanya.”

Berangkat dari paradigma di atas, menurut


hemat penulis, perlu ditegaskan bahwa setiap aktifitas
kader ikatan baik perkaderan formal, non formal, dan
informal seperti Darul Arqam Dasar (DAD), Darul Arqam
Madya (DAM), dan Darul Arqam Paripurna (DAP),
pelatihan-pelatihan keinstrukturan (LID, LIM, LIP),
kegiatan-kegiatan pelatihan khusus, diskusi-kajian, dan
aktifitas-aktifitas di Ikatan seluruhnya diharapkan
menjadi wahana bagi konstruksi nalar kemanusiaan
yang sejati, menjadi wahana terciptanya alam pikiran
yang ingklusif, progresif, berkemajuan, berkeadaban,
dan berkemanusiaan universal.

62
  Piet H. Khaidir adalah Mantan Ketua Umum Dewan
Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPP IMM)
Periode 2000
63  Selengkapnya lihat Piet H. Khaidir,  Nalar Kemanusiaan
 Nalar Perubahan
Perubahan Sosial, (Jakarta: PT. Mizan Publika, 2006), 324.
IMM Untuk Kemanusiaan

100

IMMawan dan IMMawati dan intelektual Islam di


manapun berada, kita semua tidak boleh berhenti dan
memang seharusnya terus belajar untuk menjadi
manusia learning to be Human. Dengan demikian,
fanatisme buta dalam hal apa saja dan dari mana saja
yang menjadi sumber masalah serius umat manusia
saat ini dan ke depannya bisa dicairkan setetes demi
setetes, selangkah demi selangkah. Tidaklah
berlebihan, jika kita harus mengatakan konsistensi kita
sebagai kader IMM bahwa pada akhirnya kita harus
menjadi pasukan terdepan dalam menjaga hak-hak dan
martabat kemanusiaan, membelanya,
memperjuangkannya dari segala bentuk penodaan dan
penyelewengan. Lalu cita-cita kita membangun
masyarakat dan peradaban yang sebenar-benarnya
optimis untuk segera dicapai dan diwujudkan.
IMM Untuk Kemanusiaan

101

BAGIAN II

IMM
&
VISI INTELEKTUAL KEMANUSIAAN
IMM Untuk Kemanusiaan

102

Ragam Pemikiran

Tentang Intelektualisme IMM

Diskursus mengenai konstruksi model


intelektualisme IMM sebagai upaya mencari bangunan
atau arsitektur Intelektual kader IMM dirasa belum
banyak dilakukan. Upaya penggalian, pengembangan,
hingga pada wilayah mendebatkannya secara
konseptual-teoritis khususnya dalam bentuk tulisan bisa
dikatakan sangat sepih untuk tidak menyebutnya sama
sekali tidak ada. Namun, diskusi-diskusi yang
berkembang di kalangan kader IMM mengenai wacana
intelektual kader IMM itu sesungguhnya terbilang ramai,
tapi diskusi-diskusi tersebut terkadang tidak membekas
dalam bentuk tulisan, sehingga wacana-wacana
tersebut tidak bisa dikembangkan dalam wacana lebih
lanjut dalam mencari model intelektualisme IMM atau
menemukan wajah intelektual kader IMM yang
kemudian terjabarkan dengan baik, sistematis, dan
terlembaga. Ini tidak untuk mengatakan bahwa IMM
sama sekali tidak memiliki sistem gerakan intelektual
yang terjabarkan secara konseptual, tapi lebih pada
upaya amal usaha untuk mencas kembali energi baru.
Baik pada tataran wacana pemikiran dan diskursus
intelektual, maupun pada tataran gerakan praksisnya

perlu digelorakan sekuat-kuatnya.


IMM Untuk Kemanusiaan

103

Secara normative-tekstual, IMM telah


menyatakan dirinya sebagai organisasi gerakan
mahasiswa Islam yang berbasis pada gerakan
Intelektualitas. Dengan kata lain, prinsip intelektual
merupakan jantung dari esensi dan eksistensi kader
IMM. Hal ini misalnya bisa dilihat di buku Sistem
Perkaderan Ikatan bahwa kompetensi dasar yang harus
dimiliki kader IMM adalah, kompetensi intelektual,
kompetensi relegiusitas/Spiritual, Kompetensi
humanitas/sosialitas, yang kemudian disebut sebagai tri
kompetensi Dasar IMM. Ada juga yang menyebutnya
“Konsep Trinitas IMM”. Namun telaah secara
konseptual-teoritis atau penjabaran lebih lanjut
mengenai tri kompetensi dasar itu khususnya tentang
model Intelektualisme IMM lagi-lagi boleh dikatakan
belum ramai dibicar
d ibicarakan.
akan.

Sejauh pengetahuan penulis, buku yang


representatif mengkaji tentang wacana intelektualisme
IMM adalah buku semacam antologi (kumpulan tulisan)
dari para aktifis IMM yang diterbitkan oleh bidang
keilmuan DPP IMM Tahun 2007. Buku ini cukup

representatif memberikan tafsir terhadap model gerakan


intelektual kader IMM. Meskipun apa yang disuguhkan
itu lahir dari pemikiran-pemikiran personal atau hasil
ijtihad para kader, tetap saja disebut sebagai
konseptualisasi IMM tentang jatidirinya. Karena
bagaimanapun sulit rasanya untuk memisahkan antara
interpretasi kader dengan IMM itu sendiri.

Wacana tentang model intelektualisme IMM bisa


dilihat dari tulisannya Rifma Ghulam Dz, Mukhaer
Pakkana, Miftahul huda, dan Fajar Riza ul haq yang
IMM Untuk Kemanusiaan

104

mengangkat tulisan yang bertajuk tentang


intelektualisme IMM dalam buku yang ditulis bersama
yang diberi judul Peneguhan Jatidiri Kader Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah.64Dalam tulisannya Rifma
Ghulam Dz mengangkat juga wacana-wacana tentang
intelektualisme atau teoritisasi intelektual dari berbagai
pendapat dan pemikiran para tokoh seperti Julian
Benda, Antonio Gramsci, Karl Menheim, Alvin Gouldner,
Edward W. Said, Noam Chomsky, Robert J. Brym, dan
Syed Hussein Alatas.

Sebagaimana dikutip Rifma Ghulam


Dz,65Menurut Benda, dalam tulisannya tentang
pengkhianatan kaum intelektual ( La Trahison des
Clercs) bahwa sosok intelektual bagi Benda merupakan
sosok ideal yang kegiatan utamanya tidak mengejar
tujuan-tujuan praktis, melainkan lebih ke arah pencarian
dalam mengolah seni, ilmu, atau renungan metafisik.
Intelektual bagi Benda, seseorang yang memiliki moral,
yang beresiko dipenjarakan, digantung, dibakar,
disalibkan, dan juga dikeluarkan dari komunitasnya.
Selanjutnya, Karl Mannheim memandang kaum

intelektual adalah mereka yang memiliki rasionalitas


64
 Buku ini dianggap sebagai buku tafsir dari Tri Kompetensi
Dasar IMM, yang diterbitkan oleh bidang keilmuan DPP IMM
 periode 2007. Buku ini berusah berusahaa menerjem
menerjemahkan
ahkan identitas
intelektualitas, religiulitas dan humanitas IMM ke dalam nafas
konseptual dan gerakan praksis. Untuk memahami lebih mendalam
lagi tentang buku ini, selengkapnya lihat Tim DPP IMM,
IMM, Peneguhan
 Peneguhan
 Jatidiri Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, (Jakarta: DPP
IMM, 2007).
65
 Lihat Rifma Ghulam Dz, Keluar
Dz,  Keluar dari Belenggu Kebebalan,
Kebebalan, 
dalam buku  Peneguha
 Peneguhan n Jatidiri Kader Ikatan Mahasisw
Mahasiswa
a
 Muhammadiyah, (Jakarta: DPP IMM, 2007), 43-47.
IMM Untuk Kemanusiaan

105

substansional dan rasionalitas fungsional. Bukan hanya


memiliki wawasan yang tajam dan bijak, melainkan juga
mampu mengartikulasikan wawasan tersebut untuk
mencapai tujuannya. Bagi Edward W. Said, seorang
intelektual dengan ketajaman nalarnya ia harus
merepresentasikan dan mengartikulasikan ide
emansipatoris, mencerahkan orang lain, dan harus
selalu aktif bergerak dan berbuat. Yang penting dari
keinginan Rifma dalam tulisan ini berdasarkan bacaan
penulis adalah bagaimana kader IMM bisa memperkuat
basis intelektualnya sebelum melakukan gerakan
sosialnya. Seperti terpola dalam Study Groups,
pembentukan dan penyebaran jaringan intelectual Base
 Association (basis intelektual Ikatan).

Kemudian menurut Miftahul Huda, untuk


memperdalam nalar intelektual, IMM dapat memperluas
dan menyediakan ruang-ruang pengembangan basis
nalar intelektual. Ruang baca dibuka lebar, ruang pikir
disemarakkan, dan ruang tulis dibudayakan. Serta
disokong oleh sistem kaderisasi yang kuat.66 Sementara
Bagi Mukhaer Pakkana, model intelektual IMM harus

berbasis pada kekuatan ideologis dan tidak bebas


nilai.67  Wacana pemikiran tentang intelektualisme IMM

66
  Selengkapnya lihat Miftahul Huda, Sketsa Gerakan
 Intelektual IMM,
IMM,   dalam buku  Peneguhan Jatidiri Kader Ikatan
 Mahasiswa Muhammadiyah,
Muhammadiyah, (Jakarta: DPP IMM, 2007), 125.
67
  Menurutnya percumbuan antara aspek intelektual dengan
ideologi terletak pada aspek pembelaan pada kepentingan
masyarakat, sementara ketidakbebasan nila terletak pada misi
 pemberdayaan
 pemberday aan dan penguatan masyamasyarakat.
rakat. Disam
Disamping
ping itu
menurutnya IMM perlu melakukan intitusionalisasi gerakan
intelektual secara massif. Lihat Mukhaer Pakkana, Saatnya Gerakan
 Institusionalisasi
 Institusionalisasi Intelektual IMM Kemba
Kembali
li Sebagai Ger
Gerakan
akan Ilmiah-
IMM Untuk Kemanusiaan

106

yang sempat ditulis oleh beberapa tokoh IMM di atas


meskipun tulisan singkat (antologi tulisan) namun
kajiannya sangat bergizi dan energik, tapi
bagaimanapun upaya-upaya interpretasi baru perlu juga
dilakukan sebagai upaya mendorong kemajuan berpikir
atau paling tidak kristalisasi gagasan sebelumnya dan
memberi bunga baru untuk memperindah taman sari
pemikiran
pemiki ran yang sudah ada untuk menggerakan.

Selain buku Peneguhan Jatidiri Kader Ikatan


Mahasiswa Muhammadiyah di atas, interpretasi
terhadap model intelektualisme IMM muncul juga dalam
tulisannya M. Abdul Halim Sani dalam bukunya
68 
Manifesto Gerakan Intelektual Profetik. Halim Sani
mengajukan sebuah gagasan bahwa bentuk intelektual
IMM itu adalah intelektual profetik (intelektual kenabian).
Seperti disebutkan bahwa istilah intelektual profetik
dimaksudkan bagi mereka yang memiliki kesadaran
akan diri, alam, dan Tuhan. Intelektual yang dijiwai
dengan transendensi dalam perjuangannya sebagai
perwujudan khalifah di muka bumi.

Tulisan selanjutnya mengenai hal ini muncul juga


dari tulisannya Beni Pramula (Ketua Umum DPP IMM
2014-2016), Beni Pramula secara radikal mengkritik
perilaku para intelektual, akademisi, dan ilmuwan di
universitas-univiersitas, di lembaga-lembaga penelitian
yang hanya sibuk dengan dunia teorinya tapi kemudian
menurutnya alpa berperan berjuang untuk perubahan.

 Amaliah,  dalam buku  Peneguhan Jatidiri Kader Ikatan Mahasiswa


 Amaliah, 
 Muhammadiyah, (Jakarta: DPP IMM, 2007), 58.
68  M. Abdul Halim Sani,  Manifesto Gerakan Intelektual
 Profetik, (Jakarta: Samudera Biru, 2011), 42.
IMM Untuk Kemanusiaan

107

Beni juga mengkiritik kerja-kerja akademik dan


penelitian ilmiah yang cenderung mengkerdil kebebasan
berpikir. Beni Pramula mengatakan:

“Sudah cukup lama istilah intelektual terpasung dalam


pemaknaan sempit. Intelektual hanya dimaknai dan
berkutat dalam kerja-kerja akademik. semestinya
intelektualitas harus bergerak secara kritis dan
progressif serta bebas dari belenggu mantra-mantra
“penelitian ilmiah” yang cenderung mengkerdil
kebebasan berpikir. Mengkerdilkan hak berfikir
manusia sama artinya dengan melupakan peringatan
 Allah dalam Al-qur’an berapa kali kita diperingatkan
69
afalaa yatafakkaru
yatafakkaruun ”.  
un”.

Kritik tajam Beni Pramula di atas bisa dilihat


sebagai bentuk kegelisahan dari banyaknya para
pemangku ilmu tapi sedikitnya yang hadir di tengah-
tengah patologi sosial, tapi apa yang menjadi kritikan di
atas harus juga ditempatkan secara proporsional
sehingga tidak kelihatan emosional-dikotomis. Dalam
konteks gerakan para intelektual, tidak boleh juga kita
mengesampingkan, apalagi menyudutkan dan

menghardik tradisi kajian akademik-ilmiah, tradisi para


intelektual yang melakukan penelitian ilmiah. Tradisi-
tradisi seperti ini tidak mungkin bisa dilepaskan dari
nafas para intelektual. Jika terlepas, maka gerakan para
intelektual akan kehilangan energi konseptualnya.

69
 Pernyataan di atas kelihatannya sangat berarti bagi penulis,
karena dalam hitungan saya paling tidak terdapat tiga tempat
(halaman) pernyataan tersebut diulang. Selengkapnya lihat Beni
Pramula, Setengah Abad IMM; Merebut Momentum, Meretas
 Zaman, Menduniakan Gerakan,
Gerakan,   (Jakarta: CV. Mediatama
Indonesia), 6 dan 13 dan 21.
IMM Untuk Kemanusiaan

108

Hilangya energi konseptual, energi ilmiah, energi


akademik akan menjadikan gerakan para intelektual
kian tidak berdasar, pada akhirnya tidak terarah dan
kemudian mati karena tidak ada lagi energi
intelektualnya.

Namun, penting bagi kita bahwa pernyataan di


atas paling tidak menggigatkan kembali pada para
intelektual bahwa peran seorang intelektual adalah
peran total, baik memperkuat internal atau kualitas
dirinya dengan berbagai perangkat keilmuan, moralitas,
integritas, dan lebih penting lagi adalah perjuangan
mewujudkan cita-cita perubahan yang didengung-
dengungkannya. Inilah sesungguhnya yang diharapkan,
bahwa model intelektual kader IMM adalah seorang
intelektual yang berperan total sebagai seorang
intelektual.

Hal ini pernah diingatkan oleh potongan


pernyataan IMM di suara Muhammadiyah pada tahun
1970 yang secara tegas mengatakan:
mengatakan:

“Jangan hendaknya lupa, bahwa tugas pendidikan


tidak hanya mentransfer ilmu, apalagi lewat diktat-
diktat usang yang semakin tipis, tapi adalah juga
mengerjakannya dalam pribadi dan mengamalkannya
dalam masyarakat. Juga mencetak kepribadian
seorang sarjana, menjadi pribadi yang berakhlak,
bercita-cita tinggi, bertanggung jawab, luas
70
 pandangan.”  

70
  Farid Fathoni,  Kelahiran Yang Dipersoalkan; Dua Puluh
Tahun Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) 1964-1990,
(Surabaya: PT Bina Ilmu, 1990), 243.
IMM Untuk Kemanusiaan

109

Jika dilihat, semangat gerakan Ikatan Mahasiswa


Muhamm adiyah terdapat pada kata “akademisi” yang
berarti kekuatan kajian akademik-ilmiah menjadi energi
kuat bagi gerakan kader IMM. Hilangnya kata akademisi
berarti hilang juga energi gerakan kader IMM. Karena
gerakan ikatan diharapkan selalu berbasis pada kajian
akademik-ilmiah. Bahkan, IMM bertujuan untuk
melahirkan para akademisi Islam yang berakhlak mulia
dalam rangka membangun kehidupan masyarakat yang
sebenar-benarnya.

Pertanyaannya, mengapa memilih Akademisi


Islam bukannya intelektual Islam?. Sampai saat ini
gagasan fundamental dari akar kemunculan istilah ini
sejauh pengetahuan penulis belum ada yang secara
mendalam menjelaskan secara historis-filosofis-teologis-
konseptual. Ada yang beranggapan bahwa munculnya
istilah akademisi Islam dalam tujuan IMM itu
dikarenakan IMM itu berbasiskan di kampus. Jadi,
akademisi merupakan dasar bagi gerakan yang lebih
luas. Dengan kata lain, gerakan yang dibangun IMM
harus berdasarkan pada kajian-kajian akademik dan
ilmiah.
Beni Pramula dalam bukunya juga mengajukan
pertanyaan mengapa memilih akademisi Islam?71  jika
dilihat, Beni Pramula berkeinginan menolak istilah
intelektual dengan menulis “akademisi bukan intelektual”
intelektual”
menolak juga gagasan intelektual organik Antonio
Gramci dengan mengatakan “akademisi bukan

71
  Beni Pramula, Setengah Abad IMM; Merebut Momentum,
 Meretas Zaman, Menduniakan Gerakan,
Gerakan,   (Jakarta: CV. Mediatama
Indonesia),
IMM Untuk Kemanusiaan

110

intelektual organik ala gramci” menolak juga istilah


intelektual profetik dengan mengatakan “akademisi
bukan intelektual profetik”, selanjutnya juga menolak
gagasan Ali Syariati tentang seorang intelektual dengan
istilahnya yang sangat populer Rausan Fikr dengan
mengatakan “akademisi bukan Rausan Fikr ala Ali
Syariati”. Namun, tulisan-tulisan itu hanya untuk
mengomentari gagasan-gagasan tersebut dan bahkan
bernada mendukungnya. Sementara untuk memberikan
sandaran konseptual mengenai istilah akademisi Islam
belum bisa ditemukan dalam tulisan itu.

Menurut penulis, hadirnya istilah “akademisi


Islam” dalam tujuan IMM merupakan satu kesadaran
para founding fathers  IMM yang ingin melahirkan para
anggota atau kader IMM menjadi mahasiswa yang
berkualitas, memiliki kekuatan keilmuan, mendasari
gerakannya pada kajian akademik-ilmiah, dan pada
intinya cita-cita para pendiri IMM adalah ingin
melahirkan sumber daya manusia berkualitas melalui
perkumpulan IMM. Akademisi juga bermakna bahwa
antara tradisi ilmiah yang dibangun dengan gerakan
untuk mewujudkannya dua hal yang menyatu tanpa
harus mempertentangkannya. Menarik apa yang
dikatakan Rifma Ghulam Dz, bahwa “tanpa organisasi,
tanpa teori, tanpa disiplin, tanpa usaha, tanpa refleksi
terhadap praktek yang permanen, tidak akan ada
perubahan yang revolusioner.”72 

72Rifma Ghulam Dz dalam buku  Peneguha


 Peneguhann Jatidiri Kader
 Ikatan Mahasiswa
Mahasiswa Muhammadiyah, (Jakarta: DPP IMM, 2007), 54.
IMM Untuk Kemanusiaan

111

Istilah akademisi Islam selalu berkait-kelindan


antara basis konseptual dengan gerakan praksis untuk
mewujudkannya. IMM bercita-cita melahirkan sumber
daya manusia yang unggul secara akademik dengan
kekuatan intelektualnya, dan bertanggung jawab
terhadap persoalan sosial-kemanusiaan dalam bentuk
gerakan praksisnya. Menarik untuk disimak Pidato
sambutan milad IMM ke X pada Tahun 1974 yang
menyatakan:

“sebab kita bersama-sama


bersama-sama mengetahui bahwa
kekayaan utama suatu negara tidaklah terletak pada
sumber-sumber alamnya yang melimpah ruah

ataupun alamnya
satu negeri yangputera-puteri
adalah cantik mole. yang
Kekayaan utama
bercita-cita
tinggi, giat bekerja, yang hidup roh dan akalnya, serta
 penuh pengabdian untuk sesama. Merekalah harta
kekayaan utama satu negeri, dan insya Allah,
manusia-manusia pembangunan semacam itulah
yang ingin diciptakan dan disumbangkan oleh ikatan
73
kita kepada bangsa dan negara kita” .  

Sangat terasa kata-kata tulus dan pikiran-pikiran

 jernih
bahwadari
d ari para tokoh
cita-cita IMM lewat
akademisi Islamsambutan
sambu
yang tan milad di mulia
berakhlak atas,
atas ,
bukanlah tanpa dasar dan alasan kuat. Kesadaran
bahwa ternyata tantangan besar bangsa kita dari zaman
dulu hingga saat ini adalah krisis para cendekiawan,
Krisis sumber daya manusia, dan krisis anak-anak
bangsa yang betul-betul memiliki kemampuan

73
  Farid Fathoni,  Kelahiran Yang Dipersoalkan; Dua Puluh
Tahun Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) 1964-1990,
(Surabaya: PT Bina Ilmu, 1990), 258.
IMM Untuk Kemanusiaan

112

membangun bangsa ini dengan kapasitas dan kualitas.


Sehingga berangkat dari kesadaran ini, IMM ingin
secara sungguh-sungguh melahirkan para putera-puteri
bangsa yang memiliki kualitas di segala bidang
kehidupan (akademisi Islam) dan memiliki keteladanan
baik (akhlakul karimah). Sehingga disebutlah
menciptakan akademisi Islam yang berakhlak mulia
demi terwujudnya masyarakat Islam-Indonesia-dunia
yang sebenar-benarnya.

Itulah sekilas wacana dan ragam pemikiran


mengenai diskursus akademisi-intelektualisme IMM.
Bagi Penulis, pada prinsipnya interpretasi terhadap
model intelektualisme IMM masih dalam tahap
pencarian dan akan terus digali idealitasnya secara
konseptual. Makanya, tulisan singkat inipun merupakan
satu kesadaran untuk memperluas, mendalami, dan
memperkuat wacana intelektualisme IMM yang harus
dibangun dan tentunya untuk menggerakan perubahan.
IMM Untuk Kemanusiaan

113

Membaca Lagi Tradisi


Intelektualisme

Barat dan Islam

Tidaklah berlebihan jika penulis mengutarakan


definisi secara umum tentang istilah intelektual. Kata
intelektual berasal dari bahasa Inggris “intellectual 
“ intellectual ” yang
berarti “having
“having or showing good mental powers and
understanding ” (menunjukan kekuatan-kekuatan mental
dan pemahaman yang baik). Sedangkan kata “intellect 
“ intellect ”
diartikan sebagai “the
“the power of the mind by which we
know, reason and think ” (kekuatan pikiran yang
dengannya kita mengetahui, menalar, dan berpikir).
Kata di atas telah diserap kemudian menjadi bahasa
Indonesia, yang secara umum dapat diartikan sebagai
“pemikir -pemikir
-pemikir yang memiliki kemampuan
74
menganalisis terhadap masalah-masalah tertentu.”  
Kalau merujuk pada definisi intelektual dalam kamus
besar bahasa Indonesia disebutkan intelektual adalah
menunjuk pada makna cerdas, berakal, dan berpikiran
 jernih berdasarkan pada ilmu pengetahuan, memiliki

74
  Lihat Tafsir Al-Qur’an
Al-Qur’an Tematik,  Pendidikan
 Pendidikan,,
 Pengembangan
 Pengemban gan Karakter, dan Pengemba
Pengembangan
ngan Sumber Daya
 Manusia, (Jakarta : Balitbang Kementerian Agama RI, 2010), 361.
IMM Untuk Kemanusiaan

114

kecerdasan tinggi, intelektual juga disebut sebagai


cendekiawan. 75 
Dalam konteks akar istilah intelektual di Barat,
 jika merujak dalam tulisannya Yudi Latif. Dalam
tulisannya, Yudi Latif menyebut bahwa istilah intelektual
di Barat pada awalnya diperkenalkan oleh Clemenceau
yang disebut dengan istilah “les“les intellectuels”
intellectuels” lalu
kemudian dipakai secara luas di Prancis pada tahun
1898 sebagai resonansi dari ‘manifesto intelektual’
(manifeste des intellectuel) yang dibangkitkan oleh
“Kasus Dreyfus”.76  Sejarah kebangkitan Intelektual di
Eropa/Barat tidak bisa dipisahkan dengan dinamika
sikap sinisme77 antara kaum intelektual (ilmuan) dengan
pihak agamawan yang berujung pada pertentangan
hingga konflik fisik. Misalnya, sejarah Eropa dimulai
dengan pergolakan gereja dan sains abad pertengahan
ketika Galileo dieksekusi mati karena mengungkap teori
matahari sebagai pusat dunia yang ketika itu
bertentangan dengan doktrin Gereja.

75
  Lihat Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: pusat bahasa
departemen pendidikan nasional,
nasional, 2008), 594
76
 Lebih lengkap Lihat, Yudi Latif,  Intelegensia Muslim dan
 Kuasa: Geneologi Intelegensia Muslim Indonesia Abad Ke-20, Ke-20,  
(Jakarta: Democracy Project, 2012) , 20-21.
77
  Dalam sejarah modern barat, kemajuan ilmu pengetahuan
dilatarbelakangi justru dengan ketegangan terus menerus antara sains
dan teologi atau agama. Bagi sebagian kalangan barat, kemajuan
ilmu berarti kemunduran spiritual gereja dan kemajuan gereja berarti
kemunduran ilmu. Lebih lanjut lihat Muhammad Ali dalam
artikelnya,  Menengok Barat, Mengembangka
Mengembangkan n tradisi Ilmiah di
 Indonesia. Yang juga dimuat dalam jurnal  Mimbar Agama dan
 Budaya Vol.23, No. 1, 1,(Jakarta : UIN Jakarta, 2006), 3.
IMM Untuk Kemanusiaan

115

Revolusi Perancis yang muncul di abad ke-18


terutama dilatarbelakangi dengan perang katolik-
protestan, otoritarianisme raja louis IV, dan pemaksaan
doktrin gereja yang anti-sains. Nasionalisme,
sekularisme, dan anti-kekuasaan gereja muncul
bersamaan, meski kelompok-kelompok agama juga
memainkan peranan cukup penting. Revolusi perancis
dan enlightenment (pencerahan) abad ke-18 didahului
Revolusi Industri di Inggris abad ke-17, dan diikuti juga
dengan Aufklarung di Jerman abad ke-19.78 

Sementara sejarah intelektual Amerika baru


maju pada abad ke-19 dan terutama pada abad ke-20.79 
Dinamika-gerakan-kelahiran kembali tradisi intelektual
Barat merupakan hasil dari proses panjang
memerdekakan dirinya dari kuasa agama (gereja) yang
cenderung membunuh tumbuhnya nalar intelektual
manusia. Namun, gerakan perlawanan dari para ilmuan-
intelektual terhadap kuasa gereja telah melahirkan cara
pandang baru terhadap dunia. Maka muncul sikap
sekular-sekularisasi-sekularisme. Muncul juga
humanisme baru yang berwajah sekular atau yang
80
sering disebut juga sebagai humanisme modern.  
78
  Muhammad Ali dalam artikelnya,  Menengok Barat,
 Mengembangkan
 Mengembangka n tradisi Ilmiah di Indonesia. Yang juga dimuat
dalam jurnal  Mimbar Agama dan Budaya Vol.23, No. 1,(Jakarta
1, (Jakarta :
UIN Jakarta, 2006), 4.
79
  Muhammad Ali dalam artikelnya,  Menengok Barat,
 Mengembangkan
 Mengembangka n tradisi Ilmiah di Indonesia. Yang juga dimuat
dalam jurnal  Mimbar Agama dan Budaya Vol.23, No. 1,(Jakarta
1, (Jakarta :
UIN Jakarta, 2006), 4.
80
  Sebagai aliran filsafat humanisme modern meyakini
 beberapa hal: pertama, semua bentuk supranatural dianggap sebagai
mitos, dan alamlah sebagai totalitas yang ada dan sebagai sistem
IMM Untuk Kemanusiaan

116

Semua ini menandai corak intelektualisme Barat hingga


saat ini.

Selanjutnya, bagaimana pergolakan tradisi-


gerakan intelektual di dunia Islam?, melihat dunia Islam
tentu saja berbeda dengan dinamika intelektual di Barat
secara historis-filosofis-teologis. Tradisi-gerakan
intelektual di dunia Islam telah menjadi doktrin tauhidi,
begitu juga dalam konteks sejarah d dunia
unia Timur (I
(Islam)
slam)
tidak hanya memuat dimensi spiritual. Seperti ditulis
Muhammad Ali81bahwa di abad pertengahan (kira-kira
abad ke-9 sampai ke-16), kesarjanaan muslim sangatlah

materi dan energi yang berubah terus menerus. Kedua, sesuai dengan
fakta empirik manusia adalah produk evolusi alam. Ketiga, manusia
mampu memecahkan berbagai masalah melalui nalar dan metode
ilmiah. Keempat, manusia bebas memilih dan mampu menentukan
nasibnya sendiri. Kelima, tujuan tertinggi nilai manusia adalah
kebahagiaan, kebebasan, peningkatan ekonomi, budaya, etika,
terlepas dari kepentingan bangsa, ras atau agama. Keenam, antara
kepentingan pribadi dan aktualisasi diri dengan karya nyata dan
 berbagai kegiatan sosial harus berimbang
berimbang.. Ketujuh
Ketujuh,, seni harus
dikembangkan, termasuk menghargai keindahan dan kemegahan
alam. Kedelapan, humanisme melibatkan diri dalam demokratisasi,

upaya damai,
humanisme dan peningkatan
meyakini standarsosial
bahwa implikasi hidupdari
global.
nalarKesembilan,
dan metode
ilmiah telah parlementer, serta terwujudnya kebebasan berekspresi
dan kebebasan sipil pada seluruh bidang kehidupan ekonomi, politik,
dan budaya. Kesepuluh, asumsi dan keyakinan dasar tidak pernah
 berakhir sehingga humanism
humanismee bukanlah dogma baru tetapi
merupakan filosofi yang selalu berkembang. Baca Masduki,
 Humanisme Spiritual;
Spiritual; Paradigma Pengembang
Pengembanganan Masyarakat Islam
dalam Filsafat Sosial Hossen Nasr, (Jakarta: Referensi (Gaung
Persada Press Group), 2014), 33-35.
81
  Muhammad Ali dalam artikelnya,  Menengok Barat,
 Mengembangkan
 Mengembangka n tradisi Ilmiah di Indonesia. Yang juga dimuat
dalam jurnal  Mimbar Agama dan Budaya Vol.23, No. 1,(Jakarta
1, (Jakarta :
UIN Jakarta, 2006), 3.
IMM Untuk Kemanusiaan

117

maju, bahkan ketika Barat dalam kegelapan ( the dark


middle age). Sikap sarjana muslim waktu itu sangat
positif terhadap kemajuan ilmiah. Pertemuan peradaban
yunani, Barat dan Islam saling berdekatan dan saling
mempengaruhi. Disaat terjadi kontak peradaban itu
cendekiawan muslim memiliki kebiasaan mengigat yang
kuat dan sebagian juga sangat produktif menulis.
Mereka juga menerjemahkan buku-buku yunani ke
dalam bahasa arab dan sarjana Baratpun pada saat itu
belajar dari hasil terjemahan-terjemahan tersebut. Tidak
hanya menterjemahkan dan bersikap taklid terhadap
karya-karya yunani, para cendekiawan muslim saat itu
 juga melakukan kritik terhadap
terhada p karya-karya Yunani dan
bahkan terhadap karya-karya muslim pendahulu
mereka.

Sayyed Hossen Nasr dalam Muhammad Ali


mengatakan bahwa peradaban muslim abad
pertengahan adalah sistem dan kultur pendidikan yang
terbuka, masjid, madrasah, maktab, (sekolah tingkat
dasar), universitas, perpustakaan, dan laboratorium
berkembang pesat. Pada sisi lain, bahwa semangat
ilmiah (spirit of scientific thought and research ) sangat
didukung oleh doktrin Islam itu sendiri.

Sebagaimana disebutkan bahwa spirit intelektual


dalam tradisi Islam telah menjadi doktrin teologis. Al-
qur’an sendiri telah mencurahkan perhatian yang cukup
terhadap konstruktifitas gerakan intelektual. Untuk
menunjukan istilah intelektual dalam Al-Qur’an
menggunakan beberapa kata atau istilah. Sebagai
contoh, misalnya dalam Al-Qur’an disebut kata ulul ilmi
IMM Untuk Kemanusiaan

118

satu kali, ulun-nuba 2 kali; ulul albab dan ulil albab 16


kali; ulul-absar 4 kali dan ahluz-zikir 29 kali.

Sementara gelar ulama ditemukan dalam Al-


Qur’an sebanyak 2 kali, yaitu as -syu’ara’/26: 197 dan
Fatir/28: 28. Ungkapan yang berkaitan dengan
membangun intelektualitas diungkapkan Al-Qur’an
seperti qira’ah
ira’ah,, ilmu, aqal, dan fikr. Ungkapan qira’ah
dengan segala derivasinya ada sebanyak 11 kali; ilmu 
ada 41 kali; aql dengan segala derivasinya ada
sebanyak 43 kali; fikr dengan segala derivasinya 16 kali;
ilm dalam Al-Qur’an dengan berbagai derivasinya,
seperti dengan menggunakan isigah masdar, fi’il,  dan
lain-lain
lain-lain ada 120 kali dalam Al-Qur’an.82 
Nalar intelektual dalam Islam menjadi bangunan
fundamental dari akar keimanan, ibadah dan juga
muamalah. Hal ini bisa dilihat dari surat Al-Alaq yang
merupakan surat yang pertama kali turun dan membuka
lembaran kenabian (Muhammad SAW). Yang juga
menunjukan betapa perhatian Allah SWT terhadap
kebutuhan intelektual bagi umat manusia.









 
82
  Lihat Tafsir Al-Qur’an
Al-Qur’an Tematik Kementerian Agama RI,
 Pembangunan
 Pembanguna n Generasi Muda, (Jakarta : Lajnah Pentashihan
Mushaf Al-Qur’an,
Al-Qur’an, 2011), 76. 
76. 
IMM Untuk Kemanusiaan

119

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu


yang Menciptakan,
2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpa
segumpall
darah.
3. Bacalah,
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran
kalam,
5. Dia mengajar
men gajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.
English Translation :
1. Proclaim (or read) in the name of thy lord and
cherisher, who created:
2. Created man, out of A leech-like clot:
3. Proclim! And thy lord is most bountiful:
bountiful:
4. He who taught (the use of) the pen:
5. Tought man that which knew not:

 Allah SWT Tuhan semesta alam. Yang pertama


dari segala yang mengaku diri pertama, penyebab dari
segala penyebab yang menghamparkan kekuasaannya
dilangit dan di bumi, yang diketahui maupun tidak
diketahui. Allah yang maha segala-galanya itu bukannya
menurunkan wahyu pertamanya untuk menunjukan
 jatidiri (keesaannya dan kebesarannya) dengan
memerintahkan manusia untuk menyembahnya, tapi
 justru Allah Tuhan yang tunggal itu menurunkan
menuru nkan wahyu
pertamanya perintah untuk membaca (Iqra) dan menulis
(kalam) sebagai akar dari intelektualitas dan lahirnya
peradaban manusia. Sebagaimana dikatakan oleh
Muhammad Amin Suma, bahwa perubahan kehidupan
manusia dari masa jahiliyah (kebodohan) ke kehidupan
yang terpelajar, itu terwujud atau diwujudkan melalui
IMM Untuk Kemanusiaan

120

konsep ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang


menurutnya ilmu pengetahuan dan teknologi tidak lepas,
selalu disimbolkan dan bersumber pada rangkaian baca
tulis dan tulis baca yang kemudian melahirkan teori.
Konsep dan praktek ilmu pengetahuan dan lalu
melahirkan peradaban dan kebudayaan tertinggi. 83 

Dalam bahasa Al-qur’an diistilahkan dengan


qira’ah yang terambil dari kata qara’a yaqra’u 
yaqra’u  – 
– qira’atan
 –   wa-
 – qur’anan. Secara literal, qara’a artinya membaca.
wa-qur’anan.
Menurut Muhammad Amin Suma, kata qara’a
sinonimnya adalah thala’a
thala’a   yang berarti mentelaah atau
mempelajari. Lebih lanjut menurutnya, mentelaah itu
lebih dari sekedar membaca dalam pengertian biasa;
akan tetapi, lebih jauh dari itu adalah membaca dengan
berulang kali sambil melakukan analisa dengan cara-
cara yang mendalam. Aspek lain dari membaca adalah
merenungkan isi dan menkorelasikannya dengan
berbagai aspek terkait, sehingga menghasilkan suatu
konsep penalaran yang lebih bermakna.84 

Baca disamping bermakna How to read  

(bagaimana
(bagaimana membaca dalam
belajar), dan jugaarti tekstual),
lebih dalam How
lagi to
How to 
learn
understand (bagaimana memahami) hamparan realitas
ciptaan Tuhan baik yang berdimensi empiris maupun

83
  Muhammad Amin Suma, Qur’anisasi Sains dan
Saintifikasi Al-qur’an
Al-qur’an : Suatu Modal Dalam Model Integrasi
In tegrasi Ilmu
dan Perilaku, Makalah yang disampaikan pada seminar integrasi
keilmuan di UIN Jakarta Tahun 2014, 10.
84
  Muhammad Amin Suma, Qur’anisasi Sains dan
Saintifikasi Al-qur’an
Al-qur’an : Suatu Modal Dalam Model Integrasi Ilmu
dan Perilaku, Makalah yang disampaikan pada seminar integrasi
keilmuan di UIN Jakarta tanggal Tahun 2014, 12.
IMM Untuk Kemanusiaan

121

yang metaempiris. Pilar-pilar ini kemudian melahirkan


peradaban maju yang dicapai manusi
manusiaa saat ini.

Peradaban modern saat ini sungguh tidak bisa


dipisahkan dari aktifitas baca dan tulis (iqra dan qalam).
Sebagaimana dikatakan Amin Suma, bahwa di zaman
modern sekarang ini praktis tidak ada satupun aktivitas
seorang (manusia) atau lembaga yang tidak mencatat
aktivitasnya untuk dibacakan (dilaporkan) sebagaimana
 juga tidak ada tulisan/catatan atau laporan yang tidak
dibaca/dibacakan. Seluruh aktivitas manusia maupun
institusi dipenuhi oleh aktivitas baca-tulis dan tulis-baca.
Mulai dari sekolah, perguruan tinggi, pendidikan,
perbankan, perasuransian, perhotelan, rumah sakit,
perusahaan dan lain-lain. Semuanya tidak bisa lepas
dari kegiatan baca-tulis dan tulis baca.85  Hampir semua
orang dan semua lembaga terlibat dalam kegiatan Iqra
dan Qalam melalui beragam ala-alat tulis seperti
handphone, computer, laptop, aiped, dan lain-lain.

Semangat Iqra dan Qalam inilah yang telah


mendorong terciptanya peradaban Islam berabad-abad

lamanya. Bahkan
terbelakang, paraketika Barat
ilmuan dalam
Islam keadaan
hadir gelap dan
menghidupkan
kembali tradisi intelektual di Barat yang sempat
tenggelam. Makanya, Sardar menyebut bahwa gerakan
intelektual dikalangan tokoh Islam yang memberikan ciri
khas bahwa peradaban Islam adalah peradaban
intelektual. Seperti beberapa nama disebut Sardar di

85
  Muhammad Amin Suma, Qur’anisasi Sains dan
Saintifikasi Al-qur’an
Al-qur’an : Suatu Modal Dalam Model Integrasi Ilmu
dan Perilaku, Makalah yang disampaikan pada seminar integrasi
keilmuan di UIN Jakarta tanggal Tahun 2014, 26.
IMM Untuk Kemanusiaan

122

antaranya adalah Al-Farabi, Al-Kindi, Al-Khawarizmi, Al-


Biruni, Al-Razi, Al-Mas’udi, Abdul Wafa, Omar Khayyam,
Ibnu Khaldun, Al-Kindi,86 

Dalam konteks historisitas tradisi


intelektual/akademis dikalangan para tokoh-tokoh Islam
memang tak luput dari aktifitas intelektual. Yang tidak
hanya bicara tentang proses pengalihan ilmu-ilmu Islam
murni (al-qur’an dan hadits) melalui tradisi hafa lan dari
satu generasi ke generasi selanjutnya, tapi juga
dinamika intelektual ulama atau tokoh Islam kala itu
terlibat di dalam aktifitas intelektual universal. Dengan
melakukan penerjemahan terhadap karya-karya
intelektual yunani, mengomentari karya-karya tersebut,
dan sekaligus mengkritisinya. Ambil contoh, misalnya
Ibnu Rusyd yang memberi
m emberikan
kan komentar terhadap karya-
karya Aristoteles. Di antara ratusan karya-karya Ibnu
Rusyd komentar sekaligus kritiknya terhadap karya
 Aristoteles yang telah diterbitkan seperti yang ditulis
oleh Mulyadhi Kartanegara adalah : (1) al-maqulat
(categories), 1980; (2) al-ibarah (interpretation), 1981;
(3)  Al-Qiyas (Prior Analytics), 1983; (4)  Al-Burhan
(Posterior Analytic); (5)  Al-Jadal (topics), 1979. Lebih
lanjut C.F. Butterworth telah menerjemahkan (6)
komentar menengah Ibnu Rusyd atas categories dan De
Interpretatione (1983); komentarnya atas Isagoge dan
Categories (versi Ibrani), telah diterjemahkan ke dalam
bahasa inggris oleh H. A. Davidson. Categories, De
Interpretatione, Topics dan Sanggahan pada sofistik  

86  Lihat
Ziauddin Sardar,
Sardar, Kembali
 Kembali ke Masa Depan, (Jakarta:
PT Serambi Ilmu Semesta, 2003), 191.
IMM Untuk Kemanusiaan

123

 juga termasuk karya-karya


karya-ka rya komentar Ibnu Rusyd pada
tulisan-tulisan Aristoteles.87 

Ulama sekaligus Ilmuan Islam kala itu tidak


hanya menjadi komentator terhadap karya-karya
sebelumnya, tidak hanya melakukan reproduksi tapi
 juga memproduksi karya-karya
karya-ka rya baru yang tidak kalah
orisinil dan otoritatifnya dari karya-karya intelektual
sebelumnya. Menurut laporan, Al-thabari dalam
Mulyadhi Kartanegara, Ibnu Sina telah menulis empat
puluh halaman setiap hari selama empat puluh tahun,
Ibnu Sina menulis kitab al-Inshaf selama enam bulan,
yang memuat solusi terhadap 28.000 masalah filsafat.
Lebih lanjut Mulyadhi Kartanegara menyebutkan,
katakanlah satu masalah membutuhkan satu halaman,
maka Kitab al-Inshaf akan berjumlah sekitar 28.000
halaman. Dibutuhkan sekitar 20 jilid tebal untuk menjilid
karya tersebut. Dan menurutnya, kalau kita perhatikan
bahwa ia menulis kitab tersebut dalam waktu 6 bulan,
maka perbulan ia telah menulis lebih dari 3 jilid, yang
masing-masing sekitar 1000 halaman.88 

melihat Disamping Ibnu


karya-karya Sina, kita
Al-Kindi bisa juga
seorang tercengang
Filosof Muslim
pertama. Menurut George Atiyeh dalam bukunya yang
berjudul  Al-Kindi, The Philosopher of The Arab.
Sebagaimana dikutip Mulyadhi Kartanegara, disebutkan
daftar karya Al-Kindi saja sebanyak 46 halaman, dan
 jumlah judulnya
jud ulnya sebanyak
seban yak 270 buah, terdiri
te rdiri dari 33 karya

87
  Mulyadhi Kartanegara, Reaktualisas
Kartanegara,  Reaktualisasii Tradisi Ilmiah Islam,
(Jakarta: Baitul Ihsan, 2006), 88.
88 Mulyadhi Kartanegara, Reaktualisas
Kartanegara,  Reaktualisasii Tradisi Ilmiah Islam,
(Jakarta: Baitul Ihsan, 2006), 89.
IMM Untuk Kemanusiaan

124

filsafat, 8 karya logika, 11 karya aritmatika, 8 karya


sferika (geometri), 9 karya di bidang musik, 24 karya
geometri, 19 di bidang sferika langit, 29 di bidang
pengobatan (kedokteran), 10 di bidang astrologi, 16 di
bidang polemik, 7 di bidang psikologi, 12 dibidang
politik, 11 tentang meteorology, 9 karya di bidang
magnitud, 4 karya tentang ramalan, dan 34 karya
campuran.89 

Ibn Haytsam menulis sekitar 182 buku, bukunya


yang terkenal adalah buku optiknya, al-Manazhir, di
antaranya membahas tentang matematika, fisika,
metafisika, kalam, kenabian, filsafat Islam, kedokteran,
optik, dan astronomi. Al-Suyuti seorang ahli sejarah
berkebangsaan mesir, buku-buku yang di Suyuti tulis
berjumlah 600 buah. Ibn Hazm, dari spanyol, disebut
berperingkat kedua, setelah ia menulis empat ratus jilid
buku yang totalnya berjumlah 80.000 halaman. Ar-Razi
mengarang buku sebanyak 200 buah, dan kitab al-Hawi
dianggap sebagai buku induk kedokteran yang sangat
besar, terdiri dari 20 jilid. Karya Ar-Razi beberapa
kan dalam bahasa Inggris dan bahasa Latin. 90 
diterjemahkan
diterjemah
Tokoh Islam lainnya yang menyumbangkan karyanya
Quthb al-Din al-Syirazi, seorang filsof abad ke 13-14,
karya filsafat yang ditulis dalam bahasa persia sekitar
89
  Mulyadhi Kartanegara, Reaktualisas
Kartanegara,  Reaktualisasii Tradisi Ilmiah Islam,
(Jakarta: Baitul Ihsan, 2006), 90.
90
  Terjemahan karya Ar-Razi dalam bahasa Inggris
sebagaimana ditemukan Mulyadhi Kartanegara sebanyak 9 jilid
dengan masing-masing sebanyak rata-rata 600 halaman. Sementara
dalam bahasa latin diterjemahkan dengan judul continens oleh Faray
Ibn Salim dan Gir Farragut. Lebih lanjut lihat Mulyadhi
Kartanegara,  Reaktualisasi Tradisi Ilmiah Islam, (Baitul Ihsan :
Jakarta, 2006), 92.
IMM Untuk Kemanusiaan

125

2500 halaman cetak.91  Dan banyak lagi para filsuf,


ilmuan, ulama Islam yang mendedikasikan dirinya dalam
aktifitas intelektual, berpikir, membaca, berkarya, dan
menulis sehingga karya intelektualnya menghidupkan
kembali dunia yang sempat mati dan hitam. Tentu
Mereka tidak bisa disebutkan semua dalam tulisan yang
singkat ini.

Dibutuhkan tulisan yang berjilid-jilid untuk


menjelaskan karya intelektual para ulama dan ilmuan
Islam yang pernah mewarnai peradaban umat manusia
dengan kejernihan hati dan pikirannya itu. Paling tidak,
apa yang penulis singgung secara general dalam tulisan
ini memberi spirit intelektual kepada generasi Islam lebih
khusus kader IMM. Apa yang diajukan oleh Mulyadhi
Kartanegara untuk mengembalikan tradisi ilmiah di
dunia Islam lewat bukunya “Reaktualisasi Tradisi Ilmiah
Islam” menjadi penting untuk direfleksikan bagi
kebangkitan tradisi intelektual-ilmiah dunia Islam masa
kini dan yang akan datang.

Perlu ditegaskan di sini bahwa semangat

intelektualisme dalam
qur’an dan spirit daridunia Islam merupakan
kenabian itu sendiri, doktrin Al-
sehingga
memberikan corak yang berbeda dengan semangat
intelektualisme sebagaimana yang terjadi di Barat dalam
sejarahnya. Walaupun tradisi intelektualisme di dunia
Islam mengalami pasang surut dan bahkan sempat
tenggelam. Semangat intelektualisme dalam Islam tidak
hanya untuk mencapai kemajuan dan membangun

91  Mulyadhi Kartanegara, Reaktualisas


Kartanegara,  Reaktualisasii Tradisi Ilmiah Islam,
(Jakarta: Baitul Ihsan, 2006), 93.
IMM Untuk Kemanusiaan

126

peradaban, tapi lebih jauh lagi adalah untuk


membangun tatanan kehidupan yang rahmatan lil
alamiin di bumi dan untuk mempersiapkan kehidupan
hakiki setelah mati. Makanya, prinsip intelektualisme
dalam Islam tidak bebas nilai.

Maka, spirit intelektualisme yang merupakan


doktrin Al-qur’an dan fakta historis ini harus kembali
digalakkan oleh para pemuda Islam saat ini. Lebih
khusus kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)
sebagai kelompok mahasiswa yang menggusung  pena
sebagai simbol untuk terus berkarya lewat menulis dan
Intelektualitas sebagai jiwa/nafas hidup dan mati kader
IMM dalam membangun kehidupan yang beradab
sebagai cikal bakal lahirnya masyarakat yang sebenar-
benarnya untuk
un tuk kemanusiaan universal.
IMM Untuk Kemanusiaan

127

Intelektual Dalam Perdebatan: Upaya


Mencari Model Intelektual sejati 

Istilah Intelektual telah menjadi topik perdebatan


yang seksi di kalangan para intelektual. Baik intelektual
Barat, maupun intelektual Islam (Timur). Baik dalam
tataran peran, fungsi hingga hakikat sebagai seorang
intelektual. Diantaranya yang paling populer dikenal
dikalangan aktifis adalah sosok Antonio
Gramsci.92 Antonio Gramsci dalam Arizal Mutahir
mengajukan pandangannya tentang model seorang
intelektual, menurutnya “semua orang adalah intelektual,
namun tidak semua orang mempunyai fungsi intelektual
dalam masyarakat.”

Lebih lanjut Antonio Gramsci membagi beberapa


tipologi intelektual: Pertama, Intelektual Tradisional ,
yakni intelektual yang menyebarkan ide dan fungsi
sebagai mediator antara massa rakyat dengan kelas
atasnya. Kedua, Intelektual Organik, yakni kelompok

92
  Antonio Gramsci lahir pada 22 Januari 1891 di Sardinia,
Italia. Pada tahun 1915 ia Menjadi seorang jurnalis untuk Partai
Sosialis Italia. Pada tahun 1921, partai terpecah menjadi Partai
Komunis Italia, Pada tahun 1926, ia ditangkap karena menentang
fasisme. Dia meninggal ketika di tahanan pada tanggal 27 April
1937, di Roma, Italia. Lihat
http://www.biography.com/peopl
http://www.bi ography.com/people/antonio-gramsci-93179
e/antonio-gramsci-9317929
29 di
download pada tanggal 3 Juni 2015.
IMM Untuk Kemanusiaan

128

intelektual dengan badan penelitian dan studinya yang


berusaha memberi refleksi atas keadaan namun
terbatas untuk kepentingan kelompoknya sendiri. Ketiga,
Intelektual Kritis, yakni intelektual yang mampu
melepaskan diri dari hegemoni penguasa elite kuasa
yang sedang memerintah dan mampu memberikan
pendidikan alternatif untuk proses pemerdekaan.
Keempat, Intelektual Universal, yakni intelektual yang
berusaha memperjuangkan pemanusiawian dan
humanisme serta dihormatinya harkat manusia.93 

Tipologi yang diajukan Antonio Gramsci ini jika


dilihat lebih jauh lagi bahwa dari keempat tipologi
tersebut apakah itu intelektual tradisional, intelektual
organik, intelektual kritis, dan juga intelektual universal
sesungguhnya ingin menunjukan bahwa sang intelektual
itu adalah seorang manusia “sadar”. Sadar akan dirinya
dan juga sadar terhadap realitas di sekitarnya. Dengan
kesadarannya itu, dia ingin mewujudkan perubahan.

Selain Antonio Gramsci yang memberikan


interpretasi terhadap model intelektual, upaya

menjelaskan sosok intelektual muncul juga dari seorang

93
 Lihat Arizal Mutahir, Intelektual
Mutahir,  Intelektual Kolektif
Kolektif Pierre Bourdieu :
Sebuah Gerakan Untuk Melawan Dominasi, (Bantul : Kreasi
Wacana, 2011), 6. Baca dan bandingkan juga dengan bukunya Yudi
Latif,  Intelegensia Muslim dan Kuasa: Geneologi Intelegensia
 Muslim Indonesia Abad Ke-20,
Ke-20, (Jakarta:
 (Jakarta: Democracy Project, 2012) ,
20-21. Lihat juga tulisan aslinya Antonio Gramsci, 1971. Selection
 From Prison Notebook of Antonio Gramsci Gramsci,, disunting dan
diterjemahkan oleh Quintin Hoare dan Geoffrey Nowell Smith,
International
International Publishers, New York, USA, 8-7.
IMM Untuk Kemanusiaan

129

intelektual Perancis Pierre Bourdieu.94  Kalau merujuk


pada bangunan berfikir Pierre Bourdieu mengenai
seorang intelektual, Bourdieu berpandangan bahwa
seorang intelektual itu menanggung kepentingan
universal, yakni mempertahankan kebenaran dan
keberpihakan pada yang tertindas, karena intelektual
menurutnya merupakan fraksi subordinat, terdominasi
dari kelas dominan ( dominated Fraction of dominant
class). Dengan demikian, intelektual bagi Bourdieu
mempunyai solidaritas dengan kelas lain yang
terdominasi, terutama dominasi yang dilakukan dalam
kerangka kepentingan ekonomi. Lebih lanjut
menurutnya, intelektual secara tradisional mempunyai
tanggung jawab moral. Seorang intelektual mempunyai
otoritas untuk melakukan refleksi atas realitas yang
dihadapi.95 

Menurut Bourdieu, sosok intelektual mempunyai


dimensi ganda dalam pengabdiannya sebagai
intelektual. Pertama, Dimensi pengabdian internal.
Berkenaan dengan kontribusi intelektual dalam arena
yang ditempati dan karya-karya yang digeluti dan
dihasilkan. Sedangkan yang Kedua, adalah dimensi
keterlibatan seorang intelektual dalam dunia politik,
berkenaan dengan campur tangan intelektual dalam
dunia politik dan pembelaan terhadap kaum yang
dipinggirkan oleh kebijakan yang dibuat dalam arena

94
 P
 Pierre
ierre Bourdieu (1930-2002) adalah salah seorang sosiolog
 perancis terkenal.
terkenal. Ia lahir di D
Denguin
enguin (Pyrénées-Atlan
(Pyrénées-Atlantiques).
tiques).
95
  Arizal Mutahir,  Intelektual Kolektif Pierre Bourdieu :
Sebuah Gerakan Untuk Melawan Dominasi,  Dominasi,   (Bantul : Kreasi
Wacana, 2011), 9.
IMM Untuk Kemanusiaan

130

politik.96Bourdieu berpandangan bahwa menjadi


seorang intelektual adalah ketika intelektual turut ikut
campur atau terlibat dalam kehidupan politik dengan
menggunakan otoritas khusus sebagai intelektual.
Menurutnya, keterlibatan seorang intelektual di arena
politik harus berdasarkan nilai yang diembannya
sebagai intelektual otonom, yakni keutamaan,
ketidakberpihakan, kompetensi dan lain-lainnya. 97 
Makanya, Bourdieu menyebut seorang Intelektual itu
sebagai spokespersons (juru bicara) bagi kaum yang
tertindas.98 

Hal penting dari gagasan Bourdieu mengenai


sosok seorang intelektual di atas, bahwa merupakan
suatu kemuthlakan seorang intelektual tidak mungkin
 jauh dari dunia keilmuan apalagi untuk menjauhkan diri
darinya. Seorang intelektual bertanggungjawab atas
dirinya untuk terus meningkatkan kapasitas keilmuan
atau intelektualitasnya dengan terus belajar dan
berkarya. Inilah yang disebut oleh Bourdieu sebagai
pengabdian internal. Sementara di sisi lain, seorang
intelektual juga dituntut untuk terlibat langsung dalam
setiap problem sosial termasuk dalam panggung politik,
karena menurut Bourdieu, panggung politik merupakan
 jantung untuk
un tuk memperjuangkan manifestasi
ma nifestasi perubahan.
perubah an.
96
 Lihat Arizal Mutahir, Intelektual
Mutahir,  Intelektual Kolektif
Kolektif Pierre Bourdieu :
Sebuah Gerakan Untuk Melawan Dominasi,  Dominasi,   (Bantul : Kreasi
Wacana, 2011), 115.
97
 Lihat Arizal Mutahir, Intelektual
Mutahir,  Intelektual Kolektif
Kolektif Pierre Bourdieu :
Sebuah Gerakan Untuk Melawan Dominasi,  Dominasi,   (Bantul : Kreasi
Wacana, 2011), 114.
98
 Lihat Arizal Mutahir, Intelektual
Mutahir,  Intelektual Kolektif
Kolektif Pierre Bourdieu :
Sebuah Gerakan Untuk Melawan Dominasi,  Dominasi,   (Bantul : Kreasi
Wacana, 2011), 120.
IMM Untuk Kemanusiaan

131

Sebagaimana Bourdieu melihat seorang


intelektual. Ziauddin Sardar 99  seorang intelektual
Pakistan yang juga guru besar  postcoloni al Studies di
 postcolonial
City University London, melihat bahwa dunia Islam saat
ini benar-benar tidak memiliki kaum intelektual. Saat ini
menurut Sardar, ada banyak akademisi, birokrat,
profesional dan peneliti, bahkan ilmuan dan teknolog
tapi kaum intelektual benar-benar tidak ada. Sardar lebih
melihat seorang intelektual itu sebagai sosok yang
menggiginkan perubahan bukan hanya sekedar
kekuasaan, memiliki pikiran terbuka, analitis, kritis,
imajinatif, dan kreatif. Mereka selalu bekerja dan
melakukan transformasi.100 

Seorang intelektual bagi Sardar tidak hanya


sibuk dengan kegiatan-kegiatan keilmuan, tapi juga
seorang intelektual bertanggungjawab terhadap
perubahan. Karena perubahan hanya bisa digerakkan
oleh para intelektual. Gerakan perubahan dan
pembaruan di belahan bumi manapun termasuk
Eropa/Barat selalu dinahkodai oleh kaum intelektual.
Katakanlah seperti yang sempat disinggung oleh Sardar
diantaranya karya kaum intelektual yang menyusun dan
menyempurnakan renaisans, seperti Motesquieu,
fontenelle, diderot, dan voltaire. Ada juga sederatan
99
  Ziauddin Sardar lahir 31 Oktober 1951, Pakistan. Sardar
adalah seorang sarjana yang berbasis di London, penulis, kritikus
 budaya dan intelektual publik yang Mengkhususk
Mengkhususkanan diri dalam
 pemikiran Islam, masa depan Islam, Studi Futures dan Ilmu
Pengetahuan dan Hubungan Kebudayaan. Lihat
http://en.wikipedia.org/wiki/Ziauddin_Sardar.   di download pada 3
http://en.wikipedia.org/wiki/Ziauddin_Sardar.
 juni 2015.
2015.
100  Lihat Ziauddin Sardar
Sardar,,  Kembali ke Masa Depan, (Jakarta:
PT Serambi Ilmu Semesta, 2003), 188.
IMM Untuk Kemanusiaan

132

nama lain yang melakukan reformasi eropa dengan


karya-karya intelektualnya, seperti Luther, Calvin, dan
Zwingli, yang menjadi pemimpin masyarakat dalam
mendobrak Gereja Katolik
Katolik Rom a.101 
Roma.

Seorang intelektual tidak harus terpenjara oleh


 jurusan, bidang studi, disiplin keilmu keilmuan,
an, atau
profesionalismenya di dunia akademik. Untuk
menggambarkan intelektual terpenjara ini, meminjam
istilahnya ziauddin Sardar, “disiplin keilmuan yang tidak
disiplin”. Sardar melihat bahwa kebanyakan sarjana dan
pakar muslim memandang dunia bukan sebagaimana
adanya, tapi sebagai sebuah tantangan yang
menyenangkan yang menurut Sardar sebagian besar
dari itu merupakan ilusi dari pikiran mereka sendiri.
Mereka tidak bisa melihat bahwa disiplin keilmuan
mereka merupakan ajang kekuasaan politik, di mana
objektifitas dan netralitas hanyalah pembenaran retoris
untuk mengontrol, dan integritas hanyalah nama lain
dari kepentingan diri.102  Bagi Sardar, kaum intelektual
merupakan satu-satunya kelompok dalam masyarakat
yang mampu bergerak keluar dari batasan spesialisme
atau profesionalisme sempit dan melihat berbagai
persoalan dari sudut pandang yang holistik dan
sesungguhnya.

 Apa yang disuarakan Ziauddin Sardar adalah


bahwa tidak ada perubahan tanpa seorang intelektual.
Intelektuallah yang menggerakan perubahan,

101
  Lihat Ziauddin Sardar,  Kembali ke Masa Depan, (Jakarta:
PT Serambi Ilmu Semesta, 2003), 190.
102 Lihat Ziauddin Sardar, Kembali
Sardar,  Kembali ke Masa Depan, (Jakarta:
PT Serambi Ilmu Semesta, 2003), 177.
IMM Untuk Kemanusiaan

133

intelektuallah yang berani melakukan otokritik terhadap


kedzoliman, ketidakadilan, penindasan, dan
kesewenang-wenangan, dan intelektuallah yang
diharapkan menggerakan dan menuntun perubahan.
Maka karena itu, seorang intelektual harus
memerdekakan dirinya dari penjara-penjara jurusan,
konsentrasi, fakultas, atau yang lainnya yang membatasi
dirinya untuk menjadi seorang intelektual. Intelektual
harus memiliki pandangan yang komprehensif,
mendalam, inklusif, dan tajam mengenai persoalan-
persoalan sosial dan lain-lain.

Sebagaimana Sardar, Naquib Alatas 103 juga


memandang bahwa seorang intelektual tidak mengakui
batasan-batasan apapun yang dibuat oleh disiplin
keilmuan tertentu, intelektual bagi Naquib Alatas adalah
harus bersifat lintas disiplin. Sikap intelektual juga tidak
dapat diciptakan oleh latihan formal yang berorientasi
pada disiplin keilmuan dalam bentuk silabus dan masa-
masa pendidikan tertentu. Lebih lanjut Alatas
mengatakan bahwa pencarian intelektual bukanlah
sebuah profesi sehingga tidak tunduk kepada berbagai
faktor yang menentukan
104
kemunculan dan
perkembangan profesi.   Sebagaimana Sardar, Alatas

103
  Syed Muhammad Naquib Al-attas, lahir di Bogor pada
Tahun 1931, merupakan seorang ilmuan ulung asal tanah melayu
 bertaraf internasi
internasional.
onal. Gagasannya yang paling populer adalah
mengenai islamisasi ilmu disamping tentang pendidikan Islam,
wacana-wacana sosial-Islam dll. Untuk membaca lebih lengkap
mengenai Naquib Al-attas selengkapnya lihat, Wan Mohd Nor Wan
Daud,  Filsafat dan Praktek Pendidikan Islam Syed M. Naquib Al-
 Attas, (Bandun
(Bandung: g: Mizan, 2003).
104  Lihat Ziauddin Sardar,  Kembali ke Masa Depan, (Jakarta:

PT Serambi Ilmu Semesta, 2003), 189.


IMM Untuk Kemanusiaan

134

 juga melihat bahwa seorang intelektual mem


memiliki
iliki posisi
penting dalam menggerakan perubahan,
mengartikulasikannya dan menyelesaikan persoalan-
persoalan sosial.

Dalam pandangan Alatas sebagaimana dikutip


ziauddin Sardar menyebutkan bahwa, “tidak adanya
kaum intelektual berarti tidak adanya kepemimpinan
dalam wilayah pemikiran dalam: (1) mengedepankan
 persoalan, (2) mendefinisikn
mendefinisikn persoalan, (3) menganalisis
 persoalan, (4) memecahkan persoalan. Bahkan,
mengedepankan persoalan menuntut kemampuan
intelektual tersendiri. Sebuah masyarakat yang tidak
memiliki kelompok intelektual yang efektif tidak akan
mampu menjelaskan berbagai persoalan.” 105   Baik
Sardar maupun Alatas, sama-sama meyakini bahwa
seorang intelektual itu dia harus bersifat lintas disiplin
keilmuan dan tidak terpenjara oleh jurusan/study
tertentu.

Kembali ke analisis Bourdieu mengenai seorang


intelektual, Bagi Bourdieu
Bourdieu,, disamping
disamp ing memiliki peran

yang
pentingbesar dalam
lagi bagi melakukan
seorang perubahan,
intelektual menurutyang lebih
Bourdieu
adalah seorang intelektual harus istiqomah
mempertahankan otonomi sebagai intelektual. Yakni
merdeka sebagai intelektual dalam berkarya dan
menyuarakan kepentingan kelompok yang terpinggirkan
oleh kuasa ekonomi dan politik. Bourdieu melihat bahwa
kekuasaan ekonomi dan politik telah menghancurkan

105  Lihat
Ziauddin Sardar,  Kembali ke Masa Depan, (Jakarta:
PT Serambi Ilmu Semesta, 2003), 189.
IMM Untuk Kemanusiaan

135

tatanan dunia sosial dan meluluhlantahkan otonomi


intelektual.

Dalam pandangan Bourdieu, di satu sisi,


kekuasaan politik mengancam otonomi intelektual
melalui pengawasan yang berlebihan terhadap aktivitas
intelektual, mematikan setiap gerak dan bahkan hingga
melakukan mekanisme sensor atas karya intelektual.
Sementara penetrasi uang/ekonomi telah menjadikan
intelektual abai akan panggilan utama sebagai
intelektual.106 

Dalam konteks historis, otonomi intelektual

menurut Bourdieu, merupakan sejarah perebutan untuk


memperoleh otonomi intelektual. Bourdieu menyebutnya
independence ”.107 
“Historical struggle are struggle for independence”.
Bagi Bourdieu, yang paling utama dari seorang
intelektual adalah berjuang untuk membebaskan
karyanya dari ketergantungan ketika berhubungan
dengan pihak luar, yakni kuasa agama, ekonomi, politik
bahkan kuasa akademis sekalipun. 108 

Gagasan-gagasan yang muncul dari Bourdieu ini


merupakan titik tertinggi dari kegelisahan Bourdieu
sebagai seorang intelektual yang melihat kaum

106
 Lihat Arizal Mutahir, Intelektual
Mutahir,  Intelektual Kolektif Pierre Bourdie
Bourdieu
u
: Sebuah Gerakan Untuk Melawan Dominasi, (Bantul : Kreasi
Wacana, 2011), 10.
107
 Lihat Arizal Mutahir, Intelektual
Mutahir,  Intelektual Kolektif Pierre Bourdie
Bourdieu
u
: Sebuah Gerakan Untuk Melawan Dominasi, Dominasi,   (Bantul : Kreasi
Wacana, 2011), 121.
108
 Lihat Arizal Mutahir, Intelektual
Mutahir,  Intelektual Kolektif Pierre Bourdie
Bourdieu
u
: Sebuah Gerakan Untuk Melawan Dominasi, Dominasi,  (Bantul : Kreasi
Wacana, 2011), 122.
IMM Untuk Kemanusiaan

136

intelektual di zamannya banyak dikendalikan oleh


kepentingan para kapital (ekonomi), dan para penguasa
(politik) yang kemudian meruntuhkan cita-cita sebagai
seorang intelektual ketika dihadapkan dengan
kepentingan untuk memperjuangkan kepentingan
masyarakat luas, dengan kepentingan segelintir para
kapitalis dan penguasa.

Sebagaimana Arizal Mutahir dalam tulisannya,


bahwa Bourdieu melihat kemandirian dan kemerdekaan
intelektual kerap dirampas oleh hegemoni politik,
ekonomi, bahkan media yang sering melakukan
hubungan haram menentukan kebijakan dan arah politik
dunia. Intelektual kian dipinggirkan dalam pembahasan
kebijakan publik. Menghadapi kenyataan itu, Bourdieu
menggagas sebuah gerakan mengembalikan otonomi
intelektual yang disebut dengan Collective Intelektual
(intelektual kolektif) sebagai jawaban atas tantangan
yang dihadapi intelektual.

Gagasan collective intelektual Bourdieu berbeda


dengan pandangan-pandangan sartre dan Michael

Foucault tentang peran intelektual di ranah sosial.


Misalnya Sartre melihat bahwa seorang intelektual
punya tanggungjawab untuk terlibat di semua problem
sosial. Kemudian bagi Foucault, seorang intelektual
harus terlibat dalam persoalan sosial yang sesuai
dengan kompetensi dan pengalamannya. Sementara
bagi Bourdieu, seorang intelektual tidak seharusnya lagi
melihat batas-batas. Menurut Bourdie dalam Arizal
Mutahir, intelektual kolektif merupakan gerakan yang

digalang
gerakan bersama
gabunganoleh
daripara intelektual
beragam di segala
kualifikasi danbidang,
bakat
IMM Untuk Kemanusiaan

137

intelektual yang kemudian bekerjasama untuk


memperjuangkan kebebasan dunia dari segala
tekanan.109 

Menurut Bourdieu, seorang intelektual kolektif


paling tidak memiliki tiga karakteristik: Pertama,
intelektual kolektif merupakan gabungan beragam
intelektual dengan berbagai kompetensi dan otoritasnya.
Sehingga intelektual yang tergabung di dalamnya bisa
saling kontrol. Kedua, Jaringan intelektual yang luas.
Intelektual kolektif bersifat lintas budaya, bangsa dan
negara. Ketiga, Intelektual kolektif mempunyai
keutamaan nilai yang dijunjung bersama, yakni
pembelaan pada otonomi dan tidak memikirkan
keuntungan pribadi.110 

Mengomentari gagasan Bourdieu mengenai


seorang intelektual, Arizal Mutahir menambahkan
bahwa intelektual yang merdeka berarti intelektual
tersebut tidak lagi mengakui bahkan tidak ingin
mengakui segala kewajiban dari pihak eksternal selain
permintaan intrinsik dari proyek kreatifnya.111  Lebih

lanjut Arizal Mutahir berpandangan bahwa Intelektual


bukan saja menjadi bagian organik dari kekuatan-
kekuatan sosial politik, melainkan juga merupakan

109
 Lihat Arizal Mutahir, Intelektual
Mutahir,  Intelektual Kolektif Pierre Bourdie
Bourdieu
u
: Sebuah Gerakan Untuk Melawan Dominasi, Dominasi,   (Bantul : Kreasi
Wacana, 2011),142-143.
110
 Lihat Arizal Mutahir, Intelektual
Mutahir,  Intelektual Kolektif Pierre Bourdieu
: Sebuah Gerakan Untuk Melawan Dominasi, Dominasi,   (Bantul : Kreasi
Wacana, 2011), 144.
111
  Arizal Mutahir,  Intelektual Kolektif Pierre Bourdieu :
Sebuah Gerakan Untuk Melawan Dominasi, Dominasi , (Bantul : Kreasi
Wacana, 2011), 104.
IMM Untuk Kemanusiaan

138

inisiator dan pemimpin dunia politik nasional.


Menurutnya, sang intelektual diperlukan menjadi
pemimpin nasional bagi negara-negara pasca-kolonial
atau dunia ketiga. Dalam konteks ini, Frederic Jameson
 juga mengatakan “Intelektual selalu merupakan
intelektual politis.”112 

Ketika memperdebatkan sosok seorang


Intelektual, kita akan sulit melupakan gagasan besar
seorang intelektual Islam dari Iran dan rasanya tidak
lengkap untuk tidak menyinggung gagasan-gerakan
intelektualnya, yakni Ali Syariati.113  Tidak jauh berbeda
dengan Sardar, Alatas atau juga Bourdieu dan yang

112
  Arizal Mutahir,  Intelektual Kolektif Pierre Bourdieu :
Sebuah Gerakan Untuk Melawan Dominasi, Dominasi,   (Bantul : Kreasi
Wacana, 2011), 8.
113
  Ali Syarati adalah seorang intelektual muslim Iran yang
giat menyuarakan ideologi Islam revolusioner dalam melawan
imperialisme asing dan ketidakberdayaan umat. Berusaha untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi kaum muslimin
 berdasarkan prinsip-prinsip Islam. pikiran-pikiran revolusionernya
mendapat daya tarik dari semua kalangan, khususnya kalangan
mahasiswa. Sekitar enam ribu mahasiswa dan beribu-ribu orang
dengan latar belakang yang berbeda-beda telah mengikuti kuliah-
kuliah yang disampaikannya di musim panas di institut Houssen-e
Ershad. Karena pikiran-pikirannya yang revolusioner itu Ali Syarati
dua kali dipenjara, untuk terakhir kalinya karena desakan dan protes
 publik akhirnya Ali Syarati pada tanggal 20 Maret 1975 dengan
terpaksa rezim yang berkuasa membebaskannya
membebaskannya namun dirinya tidak
diperbolehkan untuk menuangkan ide-idenya ke dalam bentuk buku
dan juga tida
t idak
k diperbolehkan menghubungi murid-muridnya. Karena
kondisi-kondisi yang sangat menekan itu Ali Syarati akhirnya
 berhasil hijrah meninggal
meninggalkan
kan Iran pergi ke Inggris tetapi ttiga
iga pekan
kemudian, pada Tanggal 19 Juni tahun 1977, ia mati sebagai seorang
syuhada. Lebih lengkap lihat, Ali Syarati,  Haji, (Bandung: Pustaka,
2009).
IMM Untuk Kemanusiaan

139

lainnya, Ali Syariati memandang seorang intelektual


harus aktif melakukan gerakan perubahan, bersikap
kritis, dan walaupun bukan nabi tapi seorang intelektual
bagi Ali Syariati harus memainkan peran kenabian bagi
masyarakatnya.

Menurutnya, seorang intelektual mempunyai


tanggung jawab dan peran yang sama (sebagaimana)
para nabi, dan para pendiri agama-agama besar, yang
pada zamannya masing-masing berperan sebagai “para
pemimpin revolusioner yang mendorong perubahan-
perubahan struktural fundamental”. Seorang intelektual
bagi syariati adalah sebuah kesadaran yang unik bagi
manusia, sebuah cahaya ilahiah, sekaligus sumber
kesadaran bagi nurani sosial. Yang penting lagi bagi
seorang intelektual menurutnya adalah dia harus
mampu turun terlibat membangkitkan tanggung jawab
dan kesadaran, serta memberikan arah intelektual dan
sosial kepada massa. Hal ini bertujuan adalah
“membantu mereka untuk menyelamatkan diri dari
kebodohan, kemusyrikan, dan penindasan”. Intelektual
seperti ini Ali syariati menyebutnya “rawsyan
“rawsyan fikr ”
(Intelektual tercerahkan).114 
Corak pemikiran-gerakan intelektual Ali Syariati
dalam pembacaan penulis sangat bercorak tauhidi
karena gagasan intelektual yang dibangunnya adalah
berbasiskan kesadaran iman atau dengan kata lain,
merupakan refleksi atas keimanan seseorang. Sangat

114
  Lihat Antony Black,  Pemikira
 Pemikiran
n Politik Islam Dari Masa
 Nabi Hingga Masa Kini,
Kini, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2006 ),
586-590.
IMM Untuk Kemanusiaan

140

menarik dalam pengantar bukunya yang berjudul Haji,


 Ali Syarati menulis:

“apakah seorang intelektual yang merasa


bertanggungjawab terhadap bangsanya, seorang
muslim yang karena agamanya merasakan hal yang
sama, atau seorang intelektual musli
muslim
m yang merasakan
hal yang sama dalam kadarnya yang lebih besar dapat
berpangku tangan? Apakah ia mengira bahwa ideologi
Barat dapat menyelamatkan bangsanya dan
memecahkan masalah-masalah mereka? Tidak!T idak!..
Wahai sahabat-sahabatku kaum intelektual dan
saudara-saudaraku kaum muslimin...baik
muslimin...baik kalian mer
merasa
asa
bertanggungjawab kepada rakyat maupun kepada
 Allah, sesungguhnya kita semua berada di dalam
sebuah perahu dan memiliki tanggungjawab yang
sama. Untuk membebaskan diri kita dan untuk memiliki
kehormatan kita kembali maka yang sebaik-baiknya
untuk kita lakukan adalah mempergunakan taktik-taktik
yang sama seperti yang dipergunakan oleh musuh-
musuh kita. Kita harus kembali pada jalan dari mana
kita telah diperosokkan. Oleh karena itu, dari kuburan-
kuburan tadi kita harus mengembalikan al-qur’an
al-qur’an ke
kota dan membacakannya kepada orang-orang yang
masih hidup (bukan kepada orang-orang yang sudah
mati)! kita harus mengambil al-qur’an
al-qur’an dari tempat
 penyimpanannya
, dan membentangkannya ke depan mata siswa, dan
membiarkan mereka untuk mempelajarinya. Karena
tidak dapat menghancurkannya maka musuh-musuh
kita menutupkan al-qur’an
al-qur’an dan menaruhnya di pojok
untuk sekedar dihormati sebagai sebuah kitab suci!
 Adalah kewajiban kita untuk mempergunakan kembali
al-qur’an
al- qur’an sebagai sebuah “kitab” karena seperti yang
IMM Untuk Kemanusiaan

141

terkandung di dalam namanya, al-qur’an,


al-qur’an, adalah
115 
sebuah kitab yang harus dipelajari.”   

 Ali Syarati mencoba mengembalikan cara


pandang doktrin Islam pada garis perjuangannya.
Menjadikan Islam sebagai satu-satunya prinsip
perjuangan dan menyerukan umat ini untuk
meninggalkan ideologi Barat yang hanya menjanjikan
kesenangan semu dan kebohongan belaka. Al-Qur’an
sebagai kitab intelektual, kitab gerakan, kitab
revolusioner, dan kitab peradaban yang harus didalami,
dipahami, dan dipegang teguh oleh para intelektual
Islam. Makanya Semangat, gerakan, dan prinsip dasar
intelektual Islam haruslah bertumpu dan berbasis pada
kesadaran tauhidi, berakar dari kesadaran Islam (Al-
qur’an dan sunnah). Seperti yang diserukan Ali Syarati
di atas.

Melihat pemikiran para tokoh di atas, baik itu


 Antonio Gramsci, Pierre Bourdieu, Michael Foucault,
Sartre, Naquib Alatas, Ziuddin Sardar, maupun Ali
Syarati kiranya bisa disimpulkan bahwa seorang

intelektual
kebenaran, adalah
mereka penggerak perubahan,
yang tidak hanya sibuk pejuang
dengan
kuliah di kelas, yang tidak hanya
ha nya sibuk membuat skripsi
skripsi,,
tesis dan disertasi, mereka yang tidak hanya sibuk
dengan mendalami jurusannya lalu melupakan ilmu-ilmu
lainnya, mereka yang tidak hanya bernostalgia di
perpustakaan, laboratorium, di gedung-gedung kampus,
atau di menara gading kemudian alpa untuk melihat
derita sosial, tapi seorang intelektual adalah mereka

115
 Ali Syarati, Haji,
Syarati, Haji, (Bandung: Pustaka, 2009). Xii.
IMM Untuk Kemanusiaan

142

yang dengan keilmuan, kemampuan, dan intelektual


yang dimiliki itu semata-mata dihibahkan untuk
perjuangan melawan setiap ketidakadilan, kedzoliman,
keserakahan, kesewenang-wenangan dan lain-lain.
Tidak hanya berjuang melakukan perlawanan, tapi juga
seorang intelektual adalah dengan misi dan nilai yang
dibawanya harus berani tampil dalam membangun
tatanan kehidupan yang adil, sejahtera, berdaulat dan
egaliter sebagai cikal bakal terwujudnya civil society .
Singkatnya, seorang intelektual tidak bisa jauh dari
realitas sosialnya, karena dialah sebagai sosok  problem
solving atau source of solution.

Intelektualisme IMM: Intelektual Integratif


#K ita B ukan S Siap
iapaa-S ia
iapa
pa,, Hanya S eba
ebagg ai
 s eor
eorang
ang i ntelektu
ntelektual
al##

“Kita bicara tentang politik


tentang  politik bukan semata-mata karena
kita jurusan Ilmu Politik, tapi kita sebagai seorang
Intelektual, kita bicara tentang kehidupan sosial bukan
semata-mata karena kita seorang sosiolog tapi kita
sebagai seorang Intelektual, kita bicara hukum bukan
karena semata-mata kita Jurusan Hukum dan
advokat, tapi kita sebagai seorang intelektual, kita
bicara tentang ekonomi, bukan karena kita semata-
mata seorang ekonom, tapi kita sebagai seorang
intelektual, kita pandai berkomunikasi dan menulis
bukan semata-mata karena kita jurusan komunikasi
dan media, tapi kita sebagai seorang intelektual, kita
khutbah di atas mimbar menyerukan kebenaran
bukan karena semata-mata kita kyai dan ustadz, tapi
kita sebagai seorang intelektual, kita bicara tentang
sains bukan semata-mata kita seorang ilmuan, tapi
kita sebagai seorang Intelektual. Jikapun suatu saat
IMM Untuk Kemanusiaan

143

kita harus mengangkat senjata dan bertempur di


medan perang, bukan karena kita TNI atau kopassus
tapi kita sebagai seorang intelektual yang melawan
setiap bentuk kolonialisasi dan imperialisme demi
memperjuangkan kebenaran, mengiginkan
kedaulatan, keadilan, kesejahteraan dan
kemerdekaan hakiki” .(Amirullah/Amir)

Setelah mencandra wacana mengenai sosok


intelektual baik dalam tataran historis-filosofis-ideologis-
teologis-praksis sebagaimana sekilas telah disinggung
penulis di atas. Maka selanjutnya, penulis merasa perlu
untuk mengajukan bentuk intelektualisme yang
seharusnya dikonstruksi oleh kader Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah (IMM). Hal ini barangkali untuk
mempertegas intelektualisme IMM atau lebih khusus lagi
model intelektual kader IMM yang diinginkan dalam
tulisan ini. Menurut penulis, secara garis besar model
intelektualisme IMM atau model intelektual kader IMM
bisa di bagi menjadi dua hal yang saling berkait-kelindan
yang selanjutnya membentuk satu model yang integratif
non dikotomik.

1. Intelektual berkiprah

Di sini penulis lebih tertarik menggunakan


istilah intelektual berkiprah. Walaupun
sebelumnya telah dibahas beragam pandangan
mengenai bagaimana seharusnya seorang
intelektual menterjemahkan dirinya. Apakah itu
dari Antonio Gramsci, Pierre Bourdieu, Michael
Foucault, Sartre, Naquib Alatas, maupun

Ziauddin Sardar, sesungguhnya mereka sama-


sama berkonklusi bahwa seorang intelektual itu
IMM Untuk Kemanusiaan

144

harus terjun bersama rakyat dan


memperjuangkan kebenaran. Maka, di sini
penulis mengusulkan atau memberi nama lain
dari model intelektual kader IMM adalah
intelektual berkiprah. Intelektual berkiprah yang
dimaksud adalah seorang intelektual yang
mengabdikan dirinya bergumul dengan
kehidupan masyarakat. Menjadi penggerak
perubahan, selalu berjuang untuk kepentingan
masyarakat luas serta tidak terpenjara oleh
 jurusan, bidang studi atau konsentrasi
keilmuannya, walaupun di sisi lain kader IMM
dituntut juga menjadi pribadi yang profesional,
tapi memahami juga ilmu-ilmu lainnya sebagai
alat perjuangan. Jadi, model intelektual kader
IMM yang coba diajukan mengikuti kerangka
berpikir beberapa tokoh di atas adalah model
intelektual berkiprah. 

Implikasi dari kader IMM sebagai pribadi


intelektual berkiprah adalah menuntut kader IMM
selalu resah dengan setiap masalah-masalah
sosial dan kemudian terjun di dalamnya.
Menuntut kader IMM untuk berkiprah di semua
dimensi kehidupan, apakah itu berkiprah di LSM,
kelompok tani, kelompok buruh, kelompok
bisnis/pengusaha, berkiprah di politik, berkiprah
di media, berkiprah di dunia pendidikan,
berkiprah di dunia kesehatan, berkiprah sebagai
advokat, atau menjadi apapun yang pada
prinsipnya adalah mengabdi untuk kepentingan
umat-bangsa-kemanusiaan dan menegakkan
kebenaran. Dengan memegang teguh core value
IMM Untuk Kemanusiaan

145

(nilai inti) sebagai pondasi perjuangan yaitu


akhlakulkarimah sebagai ciri dari seorang
intelektual Islam. Sebagaimana tujuan IMM yakni
terbentuknya akademisi-intelektual Islam yang
berakhlak mulia.

Intelektual berkiprah paling tidak bisa


dilihat dari gambar di bawah ini:

menjadi Politisi
(eksekutif,
legislatif,
yudikatif,
lembaga2
negara, dll)
pimpinan
perguruan
wiraswasta
tinggi, dosen,
(pengusaha)
guru, peneliti,
dll.

Intelektual
Berkiprah

pengerak di menjadi
LSM, pimpinan
pengiat/lembaga Muhamdyah,
sosial, dll MUI, dll

bergelut di
Media

2. Intelektual Rabbani

Intelektual Rabbani di sini adalah sebuah


penegasan dari komitmen kader Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) sebagai
intelektual Islam yang terpancar dalam dirinya
nilai-nilai rabbani (ketuhanan). Nilai, spirit, dan

cita-cita yang diemban


adalah tidak oleh intelektual
hanya semata-mata rabbani
perjuangan
IMM Untuk Kemanusiaan

146

untuk manusia dan mendapatkan penghargaan


darinya, tapi merupakan sebuah kesadaran kritis
untuk menegakan cita-cita rabbani di muka bumi
dan kemudian jiwanya hanya dipenuhi
pengharapan akan curahan balasan rahmat
Tuhan tanpa secara ambisius ingin mendapatkan
penghargaan dari manusia.

Penulis sengaja mengajukan model


intelektual rabbani ini sebagai identitas-jiwa dari
intelektual yang harus dibangun oleh kader IMM.
Tentu ini memberi corak yang berbeda dengan
intelektual lainnya yang tercerabut dari nilai-nilai
ketuhanan dan cenderung ingkar kepada Tuhan.
Hingga pada titik menyerang Tuhan, karena
Tuhan dalam pikiran mereka tidak bisa
menyelesaikan derita manusia dan patologi
sosial. Sebagaimana Niestzhe mengatakan
Tuhan telah mati, Tuhan telah terkubur. Jadi,
manusia tidak perlu takut dosa apalagi takut
neraka karena itu semua hanyalah ilusi. Atau
para intelektual yang menghilangkan dimensi
moralitas/akhlak dalam perjuangannya sebagai
seorang intelektual. Di mana seks bebas,
narkotika, mabuk-mabukan menjadi life style 
para intelektual ingkar Tuhan.

Hal di atas tidak sedikit menimpa para


aktivis mahasiswa saat ini yang mungkin punya
cita-cita kerakyatan dan kemanusiaan yang
tinggi, tapi tidak peduli dengan persoalan

moralitas. Tidak juga seperti mereka para


intelektual yang mengusung nama Tuhan
IMM Untuk Kemanusiaan

147

sebagai simbol perjuangannya, tapi kemudian


sangat kering terhadap nilai-nilai ke-Tuhanan.
Mereka membohongi Tuhan, mereka menjual
nama Tuhan untuk meraup kepentingan pribadi,
nafsu kekuasaan, hasrat material yang besar,
lalu melupakan misi ke-Tuhanan di bumi
sebagaimana yang mereka simbolkan dalam
gerakannya.

Intelektual Rabbani yang diajukan dalam


tulisan ini adalah sebuah gagasan yang diajukan
untuk kembali merenungi, menyadari, dan
secara sungguh-sungguh menginternalisasikan
kesadaran rabbani dalam setiap aktifitas
kehidupan khususnya dalam lapangan
perjuangan sehingga nilai-nilai itu betul-betul
terwujud. Intelektual Rabbani ini juga
sesungguhnya untuk mempertegas bahwa
intelektualisme yang dianut kader IMM tidak bisa
melepaskan dirinya dari spirit Qur’ani. Baca dan
tulis yang mengawali perjuangan kenabian
(perjuangan kenabian identik dengan perjuanga
perjuangann
intelektual) menjadi sumber bersandarnya
konstruktifitas intelektualisme kader IMM. Karena
kualitas keilmuan berkelindan erat dengan
kualitas ketakutan pada Allah (Innama yakhsya
al-laha min ibadihi al-ulama.). Abdullah Yusuf Ali
dalam Muhammad Ali menafsirkan ulama
sebagai “those who have the inner knowledge
which comes through their acquaintance with the
spiritual world”. Menurut Muhammad Ali,
intelektualitas atau sifat keilmiahan dalam Islam
IMM Untuk Kemanusiaan

148

tidak lepas dari dimensi ke-Tuhanan dan


spiritual.116 

 Aktifitas intelektual selalu diawali deng


dengan
an
aktifitas mengigat Tuhan ( bismirabbika).
Makanya, kenapa kata Iqra dan qalam  dalam
surat al-alaq kemudian dibarengi dengan kata
bismirabbika dan warabbuka?, ternyata Allah
sedang mengajarkan kepada Muhammad
khususnya dan umat manusia umumnya bahwa
dalam membangun ilmu pengetahuan haruslah
didasari dengan spirit Rabbani. Ilmu
pengetahuan tidak bisa dipisahkan dengan
sumber yang menciptakan pengetahuan (obyek
empirik maupun metaempirik) yakni Allah SWT.
Ilmu pengetahuan tidak bercerai berai dengan
kesadaran rabbani sebagai sumber dari segala
yang ada termasuk sumber dari segala
pengetahuan.

Menurut Muhammad Amin Suma,


sebagai maha pendidik, Allah SWT telah secara

langsung dan nyata memberikan percontohan


konkrit kepada manusia untuk supaya memulai
segala sesuatu yang baik dan benar dengan
menyebut nama Allah. Implikasi dari gagasan ini
menurutnya, mengharuskan setiap intelektual
muslim untuk memulai aktifitas keilmuan, aktifitas
akademiknya dengan mengigat dan menyebut

116
  Muhammad Ali dalam artikelnya,  Menengok Bara Barat,
t,
 Mengembangkan
 Mengembangka n tradisi Ilmiah di Indonesia. Yang juga dimuat
dalam jurnal  Mimbar Agama dan Budaya Vol.23, No. 1,(Jakarta
1, (Jakarta :
UIN Jakarta, 2006), 2.

IMM Untuk Kemanusiaan

149

nama Allah termasuk aktifitas belajar-mengajar,


perkuliahan, musyawarah, membuka sidang,
rapat-rapat dinas, lebih khusus lagi aktifitas
117

membaca dan
aktifitas menulis. perjuangan
gerakan Termasuk juga sosial-
dalam
kemanusiaan.

Lebih lanjut kalimat “bacalah


“bacalah dengan
menyebut Nama Tuhanmu” memiliki makna
bergeraklah demi Tuhanmu, bekerjalah demi
Tuhanmu. Jadikanlah seluruh kehidupanmu,
wujudmu, dalam cara dan tujuanmu,
kesemuaannya demi Allah SWT.118Meskipun
pada akhirnya dedikasi itu untuk kepentingan
kemanusiaan. Inilah sebetulnya dua hal yang
tidak mungkin untuk dipisahkan bahwa kecintaan
kepada Tuhan dengan ragam dedikasinya yang
tulus pada akhirnya untuk kemanusiaan.
Perjuangan kemanusiaan yang secara tulus juga
pada akhirnya manifestasi dari cinta dan
pengabdian pada Tuhan.

Bagi penulis, kerja intelektual, kerja


keilmuan, upaya-upaya pengetahuan dan
perjuangan untuk menegakkannya merupakan
kerja Iman dan tuntutan tauhid. Kesemuaannya

117
  Muhammad Amin Suma, Qur’anisasi Sains dan
Saintifikasi Al-qur’an
Al-qur’an : Suatu Modal Dalam Model Integrasi 
Integrasi  Ilmu
dan Perilaku, Makalah yang disampaikan pada seminar integrasi
keilmuan di UIN Jakarta tanggal...2014. 16.
118
  Lihat Tafsir Al-Qur’an
Al-Qur’an Tematik Kementerian Agama RI,
 Pembangunan
 Pembanguna n Generasi Muda, (Jakarta : Lajnah Pentashihan
Mushaf Al-Qur
Al-Qur an, 2011), 77. 
77. 

IMM Untuk Kemanusiaan

150

di pusatkan untuk mewujudkan cita-cita rabbani.


Membangun kehidupan yang beradab,
berkeadilan, sejahtera, egaliter, berakhlak dan

berkemajuan
merupakan di atas kemanusiaan
cita-cita basis intelektualitas
yang
bersumber dari Tuhan. Karena bersumber dari
Tuhan, berarti cita-cita Tuhan juga. Maka tidak
ada alasan bagi intelektual Islam, secara khusus
kader IMM memisahkan antara nilai
intelektualitas dan nilai ke-Tuhanan. Inilah yang
sesungguhnya membedakan antara intelektual
Islam dengan Intelektual sekuler (Barat).

Kalau Pierre Bourdieu menekankan


kepada seorang intelektual untuk menjaga
otonomi intelektualnya dari gempuran kekuatan
politik dan ekonomi dengan menggagas
Intelektual kolektif sebagai jawabannya. Maka
intelektual rabbani (intelektualitas kader IMM)
dalam konteks ini sesungguhnya hanya dituntut
untuk istiqomah menjaga nilai-nilai rabbani
dalam dirinya. Muhammad SAW merupakan
model paripurna dari intelektual Rabbani. Juga
diikuti oleh para sahabat seperti Abubakar,
Umar, Usman, Ali dan lain-lainnya.

Perjuangan intelektual yang dilakukan


Nabi Muhammad SAW dalam gerakan
membebaskan kehidupan manusia yang terjajah
secara ekonomi, perbudakan yang tidak ber-
kemanusiaan, perampasan hak-hak kaum

lemah, pelecehan ras, budaya, dan pengkotak-


kotakan manusia, sistem ekonomi yang
IMM Untuk Kemanusiaan

151

menindas, dan pembodohan/pembelotan


manusia dari keberagamaan yang benar
(monotheisme/Allah yang esa) demi kepentingan

kekuasaan dan
merupakan isu-isu keserakahan
pokok yang di ekonomi
angkat
Muhammad saw. Maka, tantangan Muhammad
saw cukuplah besar. Muhammad saw harus
berhadapan dengan gempuran para pemangku
kekuasaan dan para pemilik modal. Sehingga
godaan-rayuan-tawaran berupa jabatan
kekuasaan dan kehidupan mewah (tahta,
kekuasan, dan wanita) menghampiri kehidupan
Muhammad saw. Meski demikian, Muhammad
saw tetap mampu menjaga otonomi
intelektualnya, tetap istiqomah menjaga nalar
intelektualnya yang berbasiskan pada nilai-nilai
rabbani itu.

Makanya, Allah SWT sangat memahami


bahwa tantangan yang dihadapi oleh hamba-
hambanya yang memperjuangkan kebenaran
sangatlah besar. Sehingga Allah SWT
mengigatkan kepada para pejuang kebenaran,
penyuara keadilan, atau kepada para intelektual
lewat firmannya dalam Al-qur’an : “jagalah dirimu
dan keluargamu dari siksaan api neraka”.  
Menjaga diri bukanlah hal yang mudah, menjaga
diri lebih mudah dari menjaga keluarga dan
orang lain. Karena dari diri itulah embrio lahirnya
segala kebaikan dan keburukan. Maka Allah
mengigatkan kepada kita para intelektual
“jagalah dirimu, jagalah dirimu, jagalah dirimu”.
Dari segala mara dan bahaya berupa rayuan

IMM Untuk Kemanusiaan

152

tawaran dari para pemangku kekuasaan dan


para penguasa modal yang membawa
persokongkolan manipulatif supaya tetap

istiqomah memperjuangkan
sedang diperjuangkan.
diperjuangkan. cita-cita agung yang

Jadi, model Intelektual Rabbani


(intelektualisme kader IMM) adalah berakar dari
kesadaran ke-Tuhanan, bergerak untuk
kemanusiaan, dan diorientasikan untuk
pengabdian kepada Allah SWT. Intelektual
rabbani merupakan aktor di setiap perubahan
sosial, karena intelektual rabbani adalah sumber
dan penggerak perubahan itu. Akhirnya,
intelektualisme kita (kader IMM) adalah berkiprah
demi perubahan untuk kemanusiaan universal.
Bergerak dengan seperangkat nilai Al-qur’an dan
tertanam di dalamnya watak rabbani. Bahwa
segala bentuk Kesewenang-wenangan,
kedzoliman, ketidakadilan, kediktatoran,
ketimpangan, serta segala bentuk kemungkaran
merupakan musuh sejati seorang Intelektual
Rabbani. Hal ini sejalan dengan salah satu nilai
dasar ikatan bahwa segala bentuk ketidakadilan,
kesewenang-wenangan, dan kemungkaran
adalah musuh sejati IMM untuk dilawan dan
merupakan kewajiban setiap kader IMM di
manapun berada.119 
Untuk mengambarkan model intelektual
rabbani bisa digambarkan sebagai berikut:

119
  Lebih lanjut lihat  Pedoman/s
 Pedoman/sistem
istem perkaderan ikatan
ikatan,,
(Jakarta: DPP IMM, 2011), xi.

IMM Untuk Kemanusiaan

153

3. Intelektual Integratif
Intelektual integratif dimaksudkan sebagai
sebuah pandangan-sikap komprehensif
mengenai sosok intelektual sejati. Intelektual
yang memiliki pribadi komprehensif non
dikotomik. Tentang menjunjung tinggi
profesionalitas, komprehensifitas keilmuan,

gerakan
sebagai praksis, moralitasyang
satu-kesatuan (Akhlak), dan ideologi
mencirikhaskan
pribadi kader IMM sebagai seorang
intelektual/cendekiawan Islam. Harus dinyatakan
secara tegas bahwa intelektualisme IMM
merupakan intelektual ideologis. Namun di sisi
lain, intelektual IMM juga membuka diri selebar-
lebarnya untuk memahami semua paradigma
keilmuan dari perspektif manapun atau dari
ideologi manapun serta ingklusifitas bergaul
IMM Untuk Kemanusiaan

154

dengan kelompok manapun tanpa memandang


perbedaan-perbedaan
perbedaan-perbedaan yang ada.
Secara ideologis, IMM jelas bersandar

pada ideologi
berbasis pada gerakan
Al-qur’an Muhammadiyah yang
dan hadits  dengan
pemaknaan yang segar, moderat dan
berkemajuan. Karena bersandar pada ideologi
Muhammadiyah, IMM tentu saja mengambil jalan
sebagai seorang intelektual Islam yang berjiwa
moderat, mencerahkan, dan berkemajuan.
Intelektual integratif merupakan satu
kesadaran yang harus dihembuskan sekuat-
kuatnya bahwa di satu sisi kader IMM harus
mendalami wacana keilmuan-intelektual di dunia
Islam secara kuat. Sementara di sisi lain juga
ikut mendalami wacana keilmuan-intelektual dari
berbagai sumber dan penjuru. Baik itu
paradigma Barat, Asia, Timur dll. Mampu
memahami, Mendalami, dan menjelaskan juga
isu-isu terkini yang faktual dengan kerangka
berpikir yang argumentatif-empiris. Pada
akhirnya gerakan praksis untuk mewujudkannya
merupakan muthlak dilakukan dengan beragam
bentuk dan strategi. Yang semuanya adalah
dilakukan untuk kepentingan kemanusiaan.
Gambar di bawah ini paling tidak bisa
mengambarkan keinginan dari gagasan di atas:
IMM Untuk Kemanusiaan

155

IMM
Al-qur'an & Hadits
For Humanity (ideologi
Muhammadiyah)

 Aksi praksis
praksis (lewat mendalami Wacana
gerakan lapangan, Intelektual di dunia
gerakan media, Islam
gerakan menulis, dll)

mendalami Wacana
mendalami isu-isu Intelektual di dunia
sosial-kemanusia Barat-timur-asia dll.
terkini

Maksud lain dari pemberian istilah intelektual


integratif adalah sebagai upaya mempertegas corak
universalitas intelektual kader IMM. Universalitas yang
dimaksud di sini yaitu paradigma IMM tentang sosok

intelektual yang utuh dan totalitas tanpa adanya


dikotomisasi antara satu dengan yang lain. Kader IMM
harus secara tegas memilih sebagai seorang intelektual
yang senantiasa bisa bergerak keluar dari batasan
spesialisme atau profesionalisme yang sempit.

Corak intelektual kader ikatan tidak mengakui


batasan-batasan apapun yang dibuat oleh disiplin
keilmuan. Paradigmanya adalah bersifat lintas disiplin.
Sebagaimana kesadaran yang dibangun Sardar dan
 Alatas. Karena dengan sikap seperti ini, panda
pandangan
ngan
IMM Untuk Kemanusiaan

156

yang komprehensif, mendalam, inklusif, dan tajam


mengenai persoalan-persoalan sosial-kemanusiaan bisa
dibangun dengan baik oleh kader IMM, tapi juga tidak

mengesampingkan spesialisme
harus dicapai dengan baik pula. keilmuan. Hal ini tetap

Di samping hal di atas, kader IMM harus


berkeyakinan bahwa perubahan hanya bisa digerakkan
oleh para intelektual. Oleh karenanya, kader IMM
bertanggungjawab
bertanggun gjawab terhadap perubahan. Inilah yang
penulis beri istilah sebagai intelektual berkiprah.
Sehingga tidak ada lagi dikotomisasi antara bangunan
keilmuan yang kuat melalui paradigma bersifat lintas
disiplin tadi dengan gerakan kuat untuk mewujudkannya
sebagai kesadaran batin bagi perjuangan manifestasi
perubahan. Termasuk berkiprah di kancah politik.

Menurut hemat penulis, sangat sulit untuk


memisahkan antara kaum intelektual dengan
perjuangan politik, karena bagaimanapun perubahan
yang besar selalu bermula atau bahkan berbasis pada
kebijakan politik/berada di tangan kekuasaan. Ini berarti
bahwa corak intelektual kader IMM pun tidak bisa keluar
dari nalar politik. Sehingga pandangan-pandangan yang
mensterilkan kader IMM dari nalar politik (politik dalam
makna yang luas) haruslah ditolak dengan tegas
setegas tegasnya. Seperti pandangan Abdul Halim Sani
yang mengatakan bahwa kader ikatan bergerak bukan
dalam nalar politik tapi nalar ilmu.

 Adapun pernyataan
pern yataan Sani tersebut:

“Masyarakat ilmu yang menjadi tugas dari ikatan


merupakan kewajiban dari ikatan untuk memilih yang

IMM Untuk Kemanusiaan

157

menjadi gerakan adalah basic keilmuan


keil muan atau bergerak
dalam nalar ilmu bukan dalam nalar politis. Gerakan
ikatan dalam bidang ilmu ini yang mem
membedakan
bedakan ikatan
dengan organ pergerakan yang lain serta ortom yang
berada di lingkungan
li ngkungan Muhamm
Muhammadiyah.
adiyah. Latar belakang
gerakan ikatan dalam ilmu menjadikan pilihan sadar
dimana melihat basic dari kader bergerak dalam
dataran akademisi yang terbiasa dengan logika ilmiah
bukannya emosional.”120 

Siapapun kader ikatan tidak ada yang


menyangkal bahwa nalar gerakan IMM tentu saja
berbasis pada nalar ilmu dan logika ilmiah sebagaimana
kesadaran yang dibangun Sani di atas. Sebab sejak
kelahirannya, IMM mendeklarasikan diri dan dibaiat
sebagai organisasi yang meletakkan nalar ilmu sebagai
 jantung gerakan organisasi. Tanpa detakan jantung
yang normal dan sehat, maka sulit badan bergerak
apalagi melakukan gerakan mewujudkan perubahan,
 justru yang terjadi menunggu
menungg u detik-de
detik-detik
tik perceraian
antara badan dan roh (kematian).

Begitu juga dalam konteks IMM sebagai sebuah


organisasi mahasiswa Islam yang ditakdirkan atau
mentakdirkan dirinya sebagai organisasi yang bertujuan
melahirkan mahasiswa-mahasiswa Islam yang memiliki
nalar ilmu (akademisi) dan berakhlak mulia dalam
gerakannya. Yang berarti menempatkan ilmu di maqam
tertinggi identitas gerakan ikatan. Makanya, ada
semboyan yang mengatakan “ilmu amaliyah amal
ilmiah” berilmu sebelum beramal dan beramal

120
  Selengkapnya lihat M. Abdul Halim Sani,  Manifest
 Manifesto
o
Gerakan Intelektual Profetik, (Jakarta: Samudera Biru, 2011),

IMM Untuk Kemanusiaan

158

berdasarkan ilmu (melakukan kajian akademis-teoritis


sebelum melakukan gerakan dan melakukan gerakan
berdasarkan kajian akademis-teoritis) merupakan

kesadaran
 jika batiniyah para pendiri IMM. Sangatlah keliru
ada paradigma yang mencoba memisahkan antara
nalar ilmu dan nalar politik.

Jika politik dipahami sebatas dan sesempit


hanya memenuhi keserakahan pribadi dengan memburu
kekuasaan lewat partai politik misalkan, mungkin hal ini
bisa saja dikritisi secara proporsional, tapi tidak
kemudian nalar politik dikesampingkan, diacuhkan,
diharamkan apalagi dikutuk. Jika itu dilakukan, maka
menurut hemat penulis, cara pandang ini sangat keliru,
emosional, dan terkesan dikotomis. Seolah-olah ilmu itu
untuk ilmu dan tidak bertanggungjawab terhadap
persoalan sosial-kemanusiaan. Semestinya yang harus
dikristalisasikan adalah integrasi semua potensi yang
ada. Untuk IMM dan politik ini akan dibahas lebih lanjut
di bagian lain buku ini.

Jadi, keinginan besar dari tulisan sederhana ini


sesungguhnya bagaimana kembali membangun
paradigma integratif non dikotomik. Pandangan-
pandangan yang dikotomik perlu ditolak karena tidak
sesuai dengan semangat sejarah IMM. Prinsip-prinsip
gerakan IMM dalam sejarahnya selalu bercorak
integratif-komprehensif. Seperti yang ditulis Farid
Fathoni yang menyebutkan, paling tidak Kader ikatan
haruslah memiliki empat (4) spektrum sifat sebagai
salah satu kompetensi dasar bagi kader Ikatan, yaitu;
IMM Untuk Kemanusiaan

159

4. Memiliki keyakinan dan sikap keagamaan yang


tinggi agar keberadaan Ikatan di masa yang
akan datang mampu memberi warna masyarakat

yang muliawawasan
5. Memiliki m eninggalkan
meninggalkan
dan nilai-nil
nilai-nilai
ai agamawi.
kecakapan memimpin
karena keberadaan kader ikatan baga bagaimanapun
imanapun
merupakan potensi kepemimpinan umat dan
kepemimpinan bangsa.
6. Memiliki wawasan kecendekiawanan,
kecendekiawanan , mengigat
mengiga t
spesialisasi dan profesionalisasi mempersempit
cakrawala berpikir dalam sub-sub bidang
kehidupan yang sempit.
7. Memiliki wawasan dan keterampilan
berkomunikasi, mengigat bahwa masa yang
akan datang industri informasi akan
mendominasi sistem budaya kita. Hal ini juga
inhern dengan watak Islam yang dalam keadaan
apapun juga selalu siap melaksanakan amar
ma’ruf nahi mungkar sebaga essensi dari
komunikasi Islam.121 

Keluasan pandangan, kedalaman pikiran, dan


kejernihan batin para generasi awal ( assabiqunal
awwalun) IMM yang menggagas paradigma bagaimana
seharusnya kepribadian kader IMM sebagai seorang
intelektual. Intelektual yang utuh, totalitas, komprehensif
dan integratif. Paling tidak terlihat dari pernyataan di
atas, dan pidato-pidato Dzajman Al-Kindi setiap Milad
IMM. Yakni intelektual yang diharapkan juga menjadi

121
  Selengkapnya lihat Farid Fathoni,  Kelahiran Yang
 Dipersoalkan;
 Dipersoalkan; Dua Puluh Tahun IIkatan
katan Mahasiswa Muhamma
Muhammadiyah
diyah
(IMM) 1964-1990, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1990), 307.

IMM Untuk Kemanusiaan

160

pemimpin-pemimpin umat, bangsa, dan kemanusiaan


universal saat ini
ini dan ke depannya.
depannya.

Mengenai intelektual integratif di atas, dan


hubungannya dengan intelektual berkiprah dan
intelektual rabbani yang pada akhirnya berkait-kelindan
diantaranya, paling tidak bisa digambarkan seperti
berikut ini:

Intelektual Intelektual

Rabbani Integratif

Intelektual
Berkiprah

Berangkat dari pemikiran di atas, inilah yang


ditegaskan penulis bahwa kita bukan siapa-siapa, hanya
sebagai seorang intelektual. Kita bicara tentang politik
bukan semata-mata karena kita jurusan Ilmu Politik, tapi
kita sebagai seorang intelektual, kita bicara tentang
kehidupan sosial bukan semata-mata karena kita
seorang sosiolog, tapi kita sebagai seorang Intelektual,
kita bicara hukum bukan karena semata-mata kita
 jurusan hukum dan advokat, tapi kita sebagai seorang
intelektual, kita bicara tentang ekonomi, bukan karena
kita semata-mata seorang ekonom, tapi kita sebagai
seorang intelektual, kita pandai berkomunikasi dan
IMM Untuk Kemanusiaan

161

menulis bukan semata-mata karena kita jurusan


komunikasi dan media, tapi kita sebagai seorang
intelektual, kita khutbah di atas mimbar menyerukan

kebenaran
ustadz, tapi bukan karenaseorang
kita sebagai semata-mata kita kita
intelektual, kyaibicara
dan
tentang sains bukan semata-mata kita seorang ilmuan,
tapi kita sebagai seorang intelekttual. Jikapun suatu saat
kita harus mengangkat senjata dan bertempur di medan
perang, bukan karena kita TNI atau kopassus tapi kita
sebagai seorang intelektual yang melawan setiap bentuk
kolonialisasi dan imperialisme demi memperjuangkan
kebenaran, mengiginkan kedaulatan, keadilan,

kesejahteraan
kesejahteraan dan
d an kemerdekaan
kemerdekaan hakiki.
IMM Untuk Kemanusiaan

162

BAGIAN III

SPIRITUALITAS UNTUK CINTA


KEMANUSIAAN
IMM Untuk Kemanusiaan

163

Titik Temu Antara


Spiritualitas dan Religiusitas

Istilah spiritualitas bukanlah sesuatu yang asing


bagi kita. Penyebutan spiritualitas sangat dekat dengan
nilai agama-agama meskipun ada yang berusaha
memisahkan spiritualitas dari agama, dengan jargon
“spiritualitas tanpa agama”. Misalnya di Barat,
spiritualitas cenderung terpisah atau memisahkan
dirinya dari keterlibatan agama. Bagi mereka,
spiritualitas tidak seharusnya berhubungan dengan
agama bahkan tidak ada kaitannya sama sekali dengan
agama.

Seperti yang ditulis oleh Komarudin Hidayat


ketika mengikuti dialog tentang spiritualitas dan gerakan
122
perdamaian di Madhuban Februari 1992.   Komar
menyebutkan bahwa agama dalam pandangan
mayoritas dari mereka adalah penuh dengan mitos-
mitos, aturan-aturan rumit, dan selalu mengajak konflik.
Mereka melihat pemeluk agama cenderung tidak
toleran. Lebih lanjut Komar ketika menanyakan kepada

122
  Dari hasil wawancara Komarudin Hidayat sekitar 80
 peserta yang datang dari 20 negara pada kegiatan tersebut, sebagi
sebagian
an

 besar
entah dari mereka
mereka
hindu, tidak
yahudi lagi perc
maupun percaya
aya dan
Islam. menaruh
lebih lanjut mi
minat
nat pada
Lihat agama
agama,,
Komarudin
Hidayat, Tragedi Raja Midas, (Jakarta: Paramadina,
Paramadina, 1998). 220.

IMM Untuk Kemanusiaan

164

mereka bahwa Islam itu agama perdamaian, dan


mengapa tidak mencoba mendalami Islam? mereka
menjawab: maaf, yang kami kenal tentang umat Islam

adalah
damai. masyarakat
Secara fisikayang tidak senang
mereka mencerminkan
bentrok,hidup
dan
secara intelektual sering mengesankan kurang toleran.
Karena itu kami kurang tertarik pada agama, tetapi kami
tetap merindukan Tuhan. Kami akan memilih mencari
kedamaian dalam spiritualitas, tetapi bukan agama
ungkap mereka.

Sama dengan pandangan Danah Zohar dan Ian


Marshal123  pada pertengahan 2000 M yang cenderung
memojokan agama dalam hubungannya dengan
spiritualitas. Danah Zohar mengatakan bahwa orang
yang mempunyai SQ (spiritual quotient ) tinggi dapat
menjadi cerdas secara spiritual, sekalipun tanpa
beragama. Lebih lanjut dia mengatakan bahwa
spiritualitas
spiritualitas adalah sesuatu yang menghidupkan atau
semangat. Spiritualitas bagi Danah Zohar dan Ian
Marshal tidak harus dikaitkan dengan kedekatan
terhadap aspek ketuhanan, karena seorang humanis
ataupun atheis menurut mereka dapat memiliki
spiritualitas yang tinggi.

Dalam konteks ini, spiritualitas betul-betul


dimaknai terpisah sama sekali dengan agama. Lalu
apakah spiritualitas itu? apakah mengikuti kerangka

123
  Danah Zohar, salah seorang tokoh yang cukup berhasil
mensistematiskan dan mempopulerkan SQ bersama suaminya, Ian

Marshall dalam
 Intellegence.  Lihatbukunya,
 Intellegence.  Spiritual
tesis, Yayah Intelligence
Khaeriah, the Ultimate
 Pendidikan Spiritual
 Pada Anak Usia Dini, hlm
Dini, hlm 30. 
30.  

IMM Untuk Kemanusiaan

165

berfikir kebanyakan masyarakat Barat di atas, atau


muthlak kita tolak. Selanjutnya bagaimana seharusnya
wajah spiritualitas Islam yang hendak kita bangun dan

manifestasikan dalambuku
Tentu sudah ratusan kehidupan keberagamaan
dan ribuan kita?.
tulisan mengupas
hal ini, namun demikian, tidaklah salah jika dalam tulisan
ini mengupas kembali beberapa hal penting mengenai
spiritualitas.

Spiritualitas mengandung beberapa pengertian,


baik secara kebahasaan maupun secara terminologis.
Secara kebahasaan, perkataan spiritualitas berasal dari
perkataan spirit yang berarti roh, jiwa, semangat, atau
keagamaan.  Jadi, spiritualitas secara kebahasaan bisa
diartikan sebagai segala aspek yang berkenan dengan
 jiwa, sema
semangat,
ngat, dan keagamaan yang mempengaru
mempengaruhi hi
kualitas hidup dan kehidupan seseorang. 124  Kita juga
mengenal istilah-istilah lain dari pusat spiritual yang kita
sebut dengan berbagai istilah: heart   (Inggris), qalb 
 (Persia), dan hsin (Cina).125 
(arab), dil  (Persia),

Dalam Islam sendiri, istilah spiritualitas menurut


Hossen Nasr dapat ditemukan dalam istilah ruhiyah/
ruhaniyah  dan ma’nawiyah
ma’nawiyah..  Menurutnya, kedua istilah
itu berasal dari bahasa arab, diambil dari bahasa al-
qur’an. Yang pertama diambil dari kata ruh, yang
bermakna roh, yang tentangnya al-qur’an
memerintahkan kepada nabi, untuk mengatakan, ketika

124
  Lihat Tafsir Al-Qur’an
Al-Qur’an Tematik Kementerian Agama RI,
Spiritualitas dan Akhlak, (Jakarta : Lajnah Pentashihan Mushaf Al-

Qur’an,125
2010), 471. Rahasia
471. 
  Sukidi,   Sukses Hidup Bahagia, Kece
Kecerdasan
rdasan
Spiritual, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002), 14.

IMM Untuk Kemanusiaan

166

dia ditanya tentang hakikat roh, “sesungguhnya ruh


adalah urusan Tuhanku” (Qs. Al-isra/17:85). Yang
kedua, berasal dari kata ma’na
ma’na,,  yang secara harfiah

berarti “makna” yang mengandung konotasi kebatinan,


“yang hakiki” sebagai lawan dari “yang kasat mata” dan
 juga “ruh” sebagaimana istilah ini dipahami secara
tradisional-yakni, berkaitan dengan tataran realitas yang
lebih tinggi dari pada yang bersifat material dan
kejiwaan dan berkaitan langsung dengan realitas Ilahi itu
sendiri. Selanjutnya dalam tulisan lain, Nasr ketika
menulis tentang kekesatriaan spiritual   mengatakan
bahwa ketika berbicara tentang spiritualitas Islam, maka

harus
bahasa memperhatikan realitas
Arab menurut Nasr disebutspiritual
futuwwahyang
dan dalam
dalam
bahasa persia  jawanmardi dan dalam bahasa Inggris
dapat diterjemahkan mystical youth atau spiritual
chivalry. Menurut Nasr, memiliki futuwwah atau
 jawanmardi berarti dihiasi sifat keberanian dan
kedermawanan, yang berhubungan dengan
kekesatriaan yang bergerak menuju jenjang makna yang
paling tinggi dari alam tindakan lahiriah menuju alam
kehidupan spiritual, tanpa menafikan dunia tindakan
lahiriah. 126 

Dalam ensiklopedia America, spiritualism


kadang-kadang mengacu pada sebuah aliran filsafat
manusia, lawan dari aliran materialism. Kadang-kadang
 juga digunakan untuk menunjuk sebuah sekte agama
atau kelompok umat beragama dari kalangan kristen

126

  Selengkapnya
Spiritual,dalam
Spiritual,dalam lihat SeyyedTematis
buku  Ensiklopedi Hossen Spiritualitas
Nasr,  Kekesatriaa
 Kekesatriaan
n
Islam
 Manifestasi, (Bandung: Mizan, 2003), 394.

IMM Untuk Kemanusiaan

167

yang menekankan doktrin bahwa ruh orang yang sudah


mati masih hidup sebagai seorang pribadi yang dapat
berkomunikasi dengan orang yang masih hidup melalui
127

seorang yang dikenal sebagai medium.  


Sementara untuk istilah agama setidaknya bisa
ditelesuri dari istilah yang berasal dari bahasa sankskrit.
 Ada yang berpendapa
berpendapatt bahwa kata itu terdiri ataatass dua
kata, a berarti tidak dan gam berarti pergi, jadi agama
artinya tidak pergi; tetap di tempat; diwarisi turun
temurun. Selanjutnya dikatakan bahwa gam berarti
tuntunan. Agama juga mempunyai tuntunan, yaitu kitab
suci. Seperti yang dikatakan Amsal Bakhtiar, bahwa
istilah agama dalam bahasa asing bermacam-macam,
antara lain : religion, religio, religie, godsdienst, dan  al-
din.128 

Istilah agama selanjutnya bisa dilihat dari kata


Religi yang merupakan berasal dari bahasa latin. Amsal
Bakhtiar menyebut bahwa istilah Religi  juga asalnya
relegere, yang berarti mengumpulkan, membaca.
 Agama memang kumpulan cara-cara
cara -cara mengabdi kepada
Tuhan dan harus dibaca. Lebih lanjut Amsal Bakhtiar
menyebutkan pendapat lain juga yang mengatakan
bahwa kata itu berasal dari Religare yang berarti
mengikat. Maksudnya adalah ajaran-ajaran agama
memang memiliki sifat mengikat bagi manusia, yakni

127
  Lihat Tafsir Al-Qur’an
Al-Qur’an Tematik Kementerian Agama RI,
Spiritualitas dan Akhlak, (Jakarta : Lajnah Pentashihan Mushaf Al-
Qur’an, 2010), 471. 
471. 
128

  Amsal
 Kepercayaan Bakhtiar,
Manusia,  Filsafat
Manusia, (Jakarat
 (Jakarat : PT.Agama, Wisata Persada
Raja Grafindo Pemikir
Pemikiran
an dan
2012),
10.

IMM Untuk Kemanusiaan

168

mengikat manusia dengan Tuhan.129  Sementara dalam


bahasa Arab, istilah agama dapat ditemukan dengan
kata  Al-Din  yang terdiri dari huruf dal, ya, dan nun.

Menurut Amsal
dengan dain Bakhtiar,
  yang berartidari huruf-huruf
utang ini bisa
dan dengan dibaca
din yang
mengandung arti agama dan hari kiamat.130 

Menurut Dawam Rahardjo, Istilah al-din, dalam


 Al-qur’an mengandung banyak arti, antara lain ibadah,
(hari) pembalasan, atau juga agama, hukum dan
undang-undang. Kalau penggunaannya dalam hadits
diperhitungkan, maka al-din  juga bisa berarti pena
penalaran,
laran,
nasihat, peraturan atau adat kebiasaan. Menurutnya,
pada umumnya, al-din dalam al-qur’an diterjemahkan
sebagai agama. Lebih lanjut dikatakan agama dalam arti
sempit, yang umumnya didefinisikan oleh ilmuwan,
peneliti empiris, khususnya di bidang antropologi, sering
didefinisikan sebagai gejala yang menyangkut hubungan
dengan yang kudus atau yang gaib.131  Selanjutnya
Komaruddin Hidayat menyebutkan bahwa dalam studi
keagamaan sering dibedakan antara kata Religion dan
Religiousity, yang biasa dialih bahasakan menjadi
“agama” pada mulanya lebih berkonotasi sebagai kata

129
  Amsal Bakhtiar,  Filsafat Agama, Wisata Pemikir
Pemikiran
an dan
 Kepercayaan Manusia, (Jakarat
Manusia, (Jakarat : PT. Raja Grafindo Persada 2012),
11.
130
  Amsal Bakhtiar,  Filsafat Agama, Wisata Pemikir
Pemikiran
an dan
 Kepercayaan Manusia, (Jakarat
Manusia, (Jakarat : PT. Raja Grafindo Persada 2012),
10.
131

 Selengkapnya
Qur’an, Tafsir lihat M. Dawam
Sosial berdasarkan Rahardjo,
Rahardjo, Ensiklopedia
Konsep -Konsep  Ensiklopedia
Konsep-Konsep Al-:
Al-
Kunci, (Jakarta
Kunci, (Jakarta
Penerbitt Paramadi
Penerbi Paramadina),
na), 130.

IMM Untuk Kemanusiaan

169

kerja, yang mencerminkan sikap keberagamaan atau


kesalehan hidup berdasar
b erdasarkan
kan nilai-nilai
nilai-nilai k e-Tuhanan.132 
ke-Tuhanan.

Di Barat, agama telah banyak diperdebatkan


oleh para pemikir, misalnya menurut E.B Tylor dalam
 Amsal Bakhtiar mengatakan
men gatakan bahwa agama adalah
kepercayaan kepada wujud yang spiritual ( the believe in
spiritual beings). Tylor membedakan antara yang suci
dan yang agung (the sacred and sublime ) dia
mengibaratkan, jika William Shakespeare memasuki
ruangan, kita akan berdiri, tetapi yesus memasuki
ruangan kita akan berlutut ( if william shakespeare
walked into the room, we should stand, but yesus christ
walk into the room, we should kneel ).
). Menurutnya, yang
pertama adalah ungkapan kekaguman, sedangkan yang
kedua adalah kepatuhan
kepatuhan dan penyembahan.

Menurut J.G Frazer, agama adalah


penyembahan kepada kekuatan yang lebih agung
daripada manusia, yang dianggap mengatur dan
menguasai jalannya alam semesta. Sementara Freud
menganggap agama adalah bayangan dari rasa atau
gagasan yang khayali (the projection of fear or wishful
thinking ).
). Mengenai agama, Durkheim berpendapat
bahwa agama adalah alam gaib yang tidak dapat
diketahui dan tidak dapat dipikirkan oleh akal manusia
sendiri. Menurutnya, agama adalah suatu bagian dari
ilmu pengetahuan yang tidak dapat diperoleh dengan

132

 Moralitas  Agama
Lihat Komaruddin Hidayat, Tragedi
dan Krisis Modernisme,  (JakartaRaja
Modernisme, Midas :
: Paramadina
1998), 61.

IMM Untuk Kemanusiaan

170

tenaga pikiran saja.133Beberapa pandangan pemikir atau


ilmuan ini setidaknya mencerminkan bahwa perdebatan
tentang agama di Barat cukup hangat dan sangat

dinamis.
Untuk tidak berlarut dalam perdebatan tentang
agama seperti perdebatan-perdebatan para pemikir
Barat di atas, menarik untuk diutarakan penjabaran Ibnu
Djarir tentang religiusitas, setidaknya bisa
mengambarkan dengan baik tentang apa yang
dimaksud dengan religiusutas itu. Menurut Ibnu Djarir,
istilah religiusitas berasal dari kata religiusity. Untuk
memahami maknanya, bisa diurutkan: religion   (agama),
religios  (beragama), dan religiosity   (keberagamaan).
Menurutnya, keberagamaan (religiosity ) mencakup lima
dimensi : keyakinan agama, praktik agama (ritual),
pengetahuan agama, pengalaman agama, dan
konsekuensi agama (amalan agama, termasuk
moral).134 

Jika dilihat pengertian-pengertian tentang


spiritualitas dan religiusitas di atas, setidaknya kita
mendapat gambaran ternyata terdapat berbagai varian
pemikiran tentang keduannya. Ada yang memisahkan
antara spiritualitas dengan religiusitas, bahkan
mengklaim tidak memiliki keterkaitan sedikitpun, dan
ada yang berpandangan sebaliknya.

133
  Amsal Bakhtiar,  Filsafat Agama, Wisata Pemikir
Pemikiran
an dan
 Kepercayaan Manusia, (Jakarat
Manusia, (Jakarat : PT. Raja Grafindo Persada 2012),
12.
134

 Anak Usia  Lihat


Dini, tesis,28.
Dini, hlm
 hlm Yayah Khaeriah,
kemudian lihat  Pendidikan Spiritual
juga di bagian catatan Pad
Pada
kakia
hlm 28.

IMM Untuk Kemanusiaan

171

Bisa dilihat pandangan yang dikotomik dan


sekularistik banyak muncul dari para pemikir atau ilmuan
Barat-Eropa. Hal ini bisa dimaklumi karena mereka

memiliki sejarah sinis bahkan konflik dengan agama.


Sehingga melahirkan gerakan sekularisasi dengan
menyuarakan humanisme sekuler, di mana semua
berpusat pada manusia. Berbeda dengan kebanyakan
pemikir dan ilmuan Timur-Islam mereka selalu mesra,
harmonis, dan tidak pernah ada pertentangan yang
radikal antara ilmu dan agama. Karena agama (Islam)
sendiri menjadi sumber inspirasi dan spirit tradisi
intelektualisme. Sehingga antara spiritualitas dan

religiusitas dalam Islam


mengisi, bersenyawa danmerupakan dua hal yang saling
tak terpisahkan.

Dalam konteks titik temu antara spiritualitas


dengan religiusitas dalam Islam, setidaknya spiritualitas
bisa dilihat dari empat ranah yang saling mengisi dan
tak terpisahkan, yaitu ranah kognitif, afektif, konatif dan
psikomotorik. 135  Ranah kognitif meliputi konseptual-
teoritis, yakni pengertian, pengetahuan dan pemahaman
tentang ajaran Islam. Ranah afektif merupakan
penghayatan ajaran Islam. Ranah konatif meliputi
kebulatan tekad, kemauan, dorongan dan motivasi yang
kuat untuk melaksanakan konsep iman, kesucian jiwa,
kesehatan mental, kecerdasan emosi dan kecerdasan
spiritual. Sementara ranah psikomotorik merupakan
keterampilan menerapkan konsep iman, kesucian jiwa,
kualitas mental, kualitas kecerdasan emosi, dan kualitas

135

  Selengkapnya lihat Tafsir Al-Qur’an


Al-Qur’an Tematik
Kementerian Agama RI, Spiritualitas dan Akhlak, (Jakarta : Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur’an,
Al-Qur’an, 2010), 472.

IMM Untuk Kemanusiaan

172

kecerdasan spiritual yang teraktualisasi dalam tataran


kehidupan praktis.

Jika digambarkan seperti di bawah ini:

Aspek
Kognitif

Aspek Aspek
Psikomorik
Spiritualitas Afektif

Aspek
Konatif

Gambar di atas memberi penekanan bahwa


konsep spiritualitas saling berkait-kelindan antara
pemahaman terhadap nilai agama (Islam), pendalaman,
penghayatan, kebulatan tekad, kemauan, dorongan, dan
motivasi yang kuat untuk melaksanakan konsep iman,

dan keterampilan menerapkan konsep iman, kesucian


 jiwa, kualitas mental, dan kualitas kecerdasan spiritual
tersebut menjadi teraktualisasi dalam tataran kehidupan
praktis. Dengan kata lain, aspek kognitif, afektif, konatif
dan psikomotorik, keempatnya membentuk spiritualitas.
Tidak bisa spiritualitas tanpa memahami Islam, begitu
 juga pemahaman terhadap Islam belumlah cukup tanpa
pendalaman
pendalama n dan penghayatan
penghayata n terhadap apa yang
dipahami, tidak cukup sampai pendalaman atau

penghayatan, tapi juga dari pemahaman hingga


IMM Untuk Kemanusiaan

173

penghayatan itu berimplikasi pada teraktualisasinya


konsep iman atau ajaran Islam dalam kehidupan praktis.

Jika ditarik dari beberapa penjelasan nabi, ini


sangat terkait dengan hati sebagai sumber tindakan.
Hati dikatakan oleh nabi sebagai segumpal daging yang
amat mempengaruhi baik dan tidaknya tindakan
seseorang. Dalam kesempatan lain, nabi juga
menjelaskan tentang apa itu Iman, Islam, dan Ihsan,
semua ini sesungguhnya bagian penting dari konsep
Islam dalam hubungannya dengan spiritualitas. Iman
merupakan integrasi antara hati, lisan dan tindakan yang
saling berpaut di antaranya. Begitu juga soal Islam dan
ihsan. Pada akhirnya saling mempengaruhi antara
ritualitas beragama dengan spiritualitas.

Ritualitas beragama tanpa ada pemahaman dan


penghayatan terhadap pesan agama sulit melahirkan
spiritualitas. Oleh karenanya,
karenanya , lebih tepat dikatakan
bahwa spiritualitas adalah usaha perenungan yang
mendalam seseorang untuk bisa merasakan kehadiran
Tuhan dalam hidupnya. Sehingga memberikan efek
kedamaian, kebahagiaan dan ketenangan dalam diri
seseorang. Maka ritualitas dalam beragama (ibadah)
sangat berpengaruh besar dalam menghadirkan rasa
spiritualitas. Namun penting juga diingat bahwa tidak
selalu ritualitas yang dilakukan oleh seseorang dalam
prakteknya memberikan perasaan spiritualitas yang
tinggi, melainkan ritualitas yang dilakukan itu hanyalah
pelaksanaan kewajiban ibadah dalam ritual keagamaan
saja jika tidak dibarengi dengan perenungan yang
mendalam akan eksistensi kebesaran Tuhan dan
IMM Untuk Kemanusiaan

174

menghadirkan Tuhan di dalam setiap ibadah dan


aktifitas yang profan.

Sependapat dengan apa yang dikatakan oleh


G inandzar 136bahwa spiritualitas dan ritualitas adalah
 Ary Ginandzar 
dua hal yang berbeda. Namun berkait-kelindan di antara
keduannya. Lebih jauh lagi Komaruddin Hidayat 137 
menyebutkan bahwa spiritualitas dalam Islam adalah
bagaimana seorang mukmin membangun jalinan kontak
antara kehendak suci di langit dan orientasi manusia di
Bumi, ketika seorang mukmin melakukan zikir dan
sholat bisa dilihat sebagai institusi iman di mana sebuah
keyakinan dan orientasi keilahian diterjemahkan dan
dikaitkan dengan orientasi praksis untuk menciptakan
salam di antara sesama manusia. Dalam istilah
Komaruddin Hidayat “Kebertuhanan” dan
“keberprimanusiaan”.

Menarik pandangan
Menarik p andangan Muhammad Fethullah Gulen
yang memberikan makna tentang spiritualitas dalam
hubungannya dengan religiusitas. Bagi Gulen,
spiritualitas tidak hanya dimaknai dan diukur dari
simbolitas-simbolitas semata. Gerakan spiritualitas Islam
menurut Gulen harus bergerak dari yang “kulit” menuju
“esensi”, dan dari yang “tampak” menuju “inti” dalam
segala hal. Bagi Muhammad Fethullah Gulen, sholat
bukanlah sekadar rangkaian gerak duduk dan berdiri,

136
  Lihat Ary Ginandzar Agustian,  Rahasia Sukses
 Membangun Kecerda
Kecerdasan
san Emosi dan Spiritual,
Spiritual,   (Jakarta : Arga
Publising 2007), Lihat juga vidio ceramah ESQ Ary Ginandzar CD

2. 137
  Komaruddin Hidayat, Tragedi Raja Midas : Moralitas
 Agama dan Krisis Modernisme,
Modernisme, (Jakarta
 (Jakarta : Paramadina 1998), 230.

IMM Untuk Kemanusiaan

175

sebagaimana halnya zakat juga bukan sekadar


mengeluarkan sebagian harta demi gugurnya sebuah
kewajiban tanpa kita mau peduli penyalurannya.

Demikian juga, jika puasa yang kita lakukan hanya berisi


lapar dan dahaga, maka ia tidak pernah dapat menjadi
perisai yang melindungi kita dari perbuatan maksiat?
Bukankah jika haji yang kita lakukan tidak kita tunaikan
dengan benar, maka ia hanya akan menjadi perjalanan
pelesir dari satu kota ke kota lain? Tulis Gulen. Maka
menurut Gulen, jika semua itu terjadi, maka ibadah akan
menjadi seperti permainan anak kecil. 138 

Oleh karenanya, kaum spiritual melakukan


ibadah tidak hanya untuk menunjukan identitas sebagai
penganut agama yang taat, untuk mendapat pujian dari
sesama bahwa dirinya orang yang beragama yang baik,
atau untuk menunjukan bahwa dia penganut teis bukan
ateis. Namun bagaimana kemudian ritualitas atau
ibadah-ibadah seperti yang disebutkan Gulen di atas
menjadi sesuatu yang bermakna.

Bisa dikatakan, hilangnya spiritualitas dalam


kehidupan merupakan implikasi dari kegagalan
seseorang memahami, menghayati dan
mengaktualisasikan sifat-sifat agung Tuhan baik dalam
ibadah vertikal maupun
maupu n aktifitas yang profan
profan.. Begitu
sebaliknya, spiritualitas tidak kunjung hadir jika
seseorang jauh dari pemahaman, dan penghayatan
keagamaan yang benar. Mengutip teori cermin Al-
Ghazali yang mengatakan, “aktivitas manusia yang tidak

138
  Lihat Muhammad Fethullah Gulen,  Bangkitnya
Spiritualitas Islam, (Jakarta:
Islam, (Jakarta: Republika, 2012), 30.

IMM Untuk Kemanusiaan

176

diterangi cahaya keilahian bagaikan orang berjalan di


lorong yang gelap. Sebaliknya, orang yang sekedar
percaya kepada Tuhan tanpa menumbuhkan sifat-sifat

agung Tuhan di dalam dirinya bagaikan ibl is” 


IMM Untuk Kemanusiaan

177

Merawat Spiritualitas

Menyelamatkan Kemanusiaan

Di bagian awal buku ini telah disingung sekilas


betapa krisis kemanusiaan tengah melanda kehidupan
manusia masa kini. Dunia kita saat ini dalam kondisi
tidak aman dan terancam. Gejolak peperangan dan
konflik terus menghantui masa depan kehidupan
peradaban manusia, kita menyaksikan tidak sedikit
terjadi peperangan dan konflik yang menelan korban
ribuan hingga jutaan manusia terjadi di beberapa
belahan dunia, khususnya konflik di Timur Tengah dan
Eropa. Belum lagi krisis kemanusiaan seperti
pencemaran lingkungan, penggundulan hutan,
pembakaran hutan dan pembalakkan liar, serta program
alih fungsi hutan lindun menjadi hutan produksi telah
mengundang bencana banjir yang meluluhlantahkan
tatanan kehidupan, melunturnya nilai-nilai tradisi,
perubahan nilai-nilai yang cepat, makin canggihnya pola
kejahatan, penipuan dan kriminalitas, human trafficing  
(penjualan manusia) terutama penjualan anak-anak dan
perempuan muda, serta organ tubuh manusia,
pelanggaran HAM yang terus meningkat, penggusuran
warga atas nama penegakan hukum dan penertiban
namun pada kenyataannya mendzolimi masyarakat
papa dan lemah, ancaman teknologi yang kian
mengkhawatirkan, perampokan sumber daya alam oleh
negara kuat dan maju, korupsi melanda setiap institusi
pemerintahan
pemerintahan maupun non pemerintahan akibatnya hak-

IMM Untuk Kemanusiaan

178

hak kemanusiaan terabaikan, kebijakan penguasa yang


anti kemanusiaan, serta bencana moralitas yang
menghardik nilai-nilai kemanusiaan yang kian

melengkapi perjalanan peradaban kita saat ini.


Peradaban yang masih sakit dan tuna kemanusiaan.
Peradaban yang mengubur dimensi spirituali
spiritualitas.
tas.

Sepertinya manusia masih belum siuman bahwa


krisis kemanusiaan ini secara tidak langsung merupakan
dampak dari krisis spiritual. Dengan kata lain, krisis
moral yang hampir merambah ke seluruh lini kehidupan
kita sesungguhnya berasal dan bermuara dari krisis
“spiritual”. Era kemajuan peradaban manusia yang
ditandai dengan majunya ilmu pengetahuan dan
tekhnologi telah memojokan arti penting spiritualitas bagi
manusia.

Pada satu sisi, perkembangan ilmu pengetahuan


dan tekhnologi merupakan karya agung umat manusia
yang tidak pernah ada dalam pergulatan sejarah nenek
moyang manusia sebelumnya. Oleh karenannya,
kemajuan luar biasa ini harus diapresiasi sebagai
capaian luar biasa yang berimplikasi pada kemudahan
sekaligus kemajuan kehidupan manusia di bumi. Namun
pada sisi lain, manusia masa kini tidak sedikit telah
kehilangan orientasi hidup, dimensi-dimensi spiritual dan
metafisis telah dikesampingkan hingga dipojokan
sedemikian rupa, dengan anggapan bahwa dimensi ini
tidak bermanfaat sama sekali bagi penyelesaian
kehidupan manusia. Mereka cenderung memuja dunia
yang materialistik saja. Pandangan seperti inilah oleh
Ken Wilber menyebutnya sebagai pandangan dunia
yang “datar” mengenai alam semesta, yang tidak

IMM Untuk Kemanusiaan

179

mengandung apa-apa selain materi.139Sehingga yang


terjadi Manusia modern telah dilanda kehampaan
spiritual. Kemajuan pesat dalam lapangan ilmu

pengetahuan, teknologi dan filsafat rasionalisme sejak


abad 18 tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok
manusia dalam aspek nilai-nilai transendental. 140 
Kenapa hal itu bisa terjadi?, tepat untuk dikatakan
bahwa hal itu terjadi (krisis spiritual) sebagai akibat dari
kehendak kita untuk memutuskan begitu saja hubungan
dengan Tuhan.

Memang dalam sejarahnya, masyarakat Barat


sejak renaisans asyik berkecimpung dengan masalah
empirik yang hanya menekuni dimensi luar yang
senantiasa berubah, bukan menguak masalah yang
lebih mendalam, yaitu pada tataran hakikat keberadaan
manusia dan alam. Paradigma positivisme seolah
menjadi agama baru yang diyakini satu-satunya
kebenaran bagi apa yang disebut sebagai “kebenaran
ilmiah”. Di mana yang tidak ilmiah akan disingkirkan
sebagai sesuatu yang tidak benar dan tidak berguna.

Paradigma positivisme yang berbasis pada


perkawinan antara rasionalisme dengan empirisme
dengan sebuah penekanan bahwa kebenaran itu harus
bisa dibuktikan secara empiris dan harus dapat
dipertanggungjawabkan secara rasional telah

139
  Selengkapnya lihat H.J Witteveen, Tasawuf In Action;
Spiritualisasi Diri di Dunia yang tak lagi ramah, (Jakarta: PT.
Serambi Ilmu Semesta, 2004), 34.
140
  Lihat Sri Mulyati,  Mengenal dan Memahami Tareka
Tarekat-
t-
Tarekat Muktabarah di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2004),
3.

IMM Untuk Kemanusiaan

180

memperkosa realitas kebenaran yang lebih luas, yakni


kebenaran material-imaterial, fisika-metafisika, jasmani-
rohani atau juga empiris-metaempiris. Seperti yang
141
dikatakan Seyyed Hussen Nasr,   bahwa “Skeptisisme
dan nihilisme rasionalistik dan pasca-rasionalistik, yang
menolak secara serius klaim otoritas spiritual dalam
menyediakan akses pengetahuan objektif tentang
realitas kosmik dan metakosmik ”. Padahal sejatinya
pandangan yang sepihak dan dikotomis tersebut
menjebak diri sendiri pada penderitaan yang
berkepanjangan.

Penyakit lain dari dunia modern yang berdampak


hingga saat ini adalah paham sekularisme. Suatu
paham yang menjauhkan benda dari makna spiritualnya.
Di Barat, sekularisme muncul pertama kali dalam usaha
untuk membebaskan negara dari campur tangan agama
(Kristen). Kemudian sekularisme merambah ke
pemikiran, selanjutnya seni dengan semua cabangnya,
dan akhirnya agama menyerah kepada kecenderungan
itu.142Sikap sinisme antara kelompok ilmuan dengan
kaum agamawan itu sungguh telah melahirkan tradisi
sekularisme hingga saat ini, dengan paradigmanya yang
dikotomik. Padahal sejatinya peradaban manusia bisa
dibangun dan dilestarikan jika kekuatan agama dan ilmu
atau jasmani dan rohani bisa dijadikan sebagai
pondasinya. Menarik apa yang dikatakan Filsuf Alfread
Whitehead, bahwa masa depan manusia tergantung

141
  Selengkapnya lihat Seyyed Hossein Nasr:  Ensiklope
 Ensiklopedi
di

Tematis142Spiritualitas Islam Manifestasi, (Bandung: Mizan, 2003), 3.


  Sri Mulyati,  Mengenal dan Memahami Tarekat-Tareka
Tarekat-Tarekatt
 Muktabarah di Indonesia,
Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2004), 4.

IMM Untuk Kemanusiaan

181

sejauh mana kekuatan agama dan ilmu pengetahuan


mampu bekerjasama dan berdamai.143Lepas dari
perdebatan
perdeba tan di Barat, bahwa ternyata tradisi dikotom
dikotomik
ik

dan disintegrasi ini tidak dikenal di dalam pergulatan


sejarah keilmuan Islam.

Jika, kita melihat pada permulaan dua


dasawarsa terakhir abad kedua puluh, kita menemukan
diri kita dalam suatu krisis global; suatu krisis yang
sekaligus kompleks dan multidimensional, yang aspek-
aspeknya sudah menyentuh setiap sudut kehidupan
kita. Kesehatan dan mata pencarian, kualitas lingkungan
dan hubungan sosial, ekonomi, tekhnologi, dan politik.
Krisis yang merambat pada dimensi-dimensi intelektual,
moral, dan spiritual; suatu krisis yang belum terjadi
dalam catatan sejarah umat manusia. Untuk pertama
kalinya, kita dihadapkan pada ancaman pemusnahan
ras manusia yang real, dan seluruh
se luruh bentuk kehidupan di
planet bumi.”144  Demikian juga disampaikan Fritjof
Capra, bahwa sejak awal abad dua dasawarsa terakhir
abad ke-20, kita menemukan diri kita berada dalam
suatu krisis global yang serius.145  Saat ini krisis yang
multidimensional itu terus terjadi hingga pada titik yang
sangat menakutkan.

143
  Lihat H.J Witteveen, Tasawuf In Action; Spiritualisasi
 Diri di Dunia yang tak lagi ramah, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu
Semesta, 2004), 34.
144
  Sukidi,  Kecerdasan Spiritual , (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2002), 2.
145
 Selengkapnya lihat Fritjof Capra, Titik Balik Peradaban:
Sains, Masyarakat dan Kebangkitan Kebudayaan, ter. M. Thoyibi
(Yogyakarta:
Taufik, Yayasan
Taufik, Dialektika
 Dialektika Bentang
Islam Budaya, 1997),
dan Humanisme
Humanisme; 3. LihatAli
; Pembacaan juga Zulfan
Shari ati,
(Jakarta: Onglam Books, 2015), 3.

IMM Untuk Kemanusiaan

182

Dalam konteks Indonesia misalnya, kita melihat


ternyata masyarakat Indonesia juga sudah materialistis
dan sekularistis. Materi menjadi tolok ukur segalanya,

kesuksesan, dan kebahagiaan ditentukan oleh materi.


Orang berlomba mendapatkan materi sebanyak-
banyaknya. Akibatnya, manusia sering lepas kontrol.
Semakin terlihat manusia menghalalkan segala cara
untuk mencapai tujuan-tujuan yang serakah. Nilai-nilai
kemanusiaan semakin surut, toleransi sosial, solidaritas
serta ukhuwah insaniyah dan Islamiyah kian memudar,
intinya realitas memotret perilaku manusia makin
individual. Belum lagi perilaku keserakahan yang

diekspresikan dengan tindakan korupsi, kolusi,


nepotisme, kekerasan, dan tindaka-tindakan tuna moral
lainnya seolah menjadi hidangan siang malam di tengah
kehidupan berbangsa dan bertanah air kita.

Ritualitas religius dan ideologi pancasila


sepertinya belum mengisi relung jiwa masyarakat
Indonesia dan belum membentuk spiritualitas berbangsa
dan bernegara. Hal ini bisa dilihat dari kasus demi kasus
yang mewarnai kehidupan ke-Indonesiaan kita.

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI mencatat,


saat ini sebanyak 311 kepala daerah, atau sekitar 65
persen dari total kepala daerah di Indonesia tersandung
kasus korupsi. Sementara itu, dari tindakan korupsi
tersebut, nilai potensi kerugian korupsi dari 311 kepala
daerah itu mencapai 36,7 triliun rupiah, dari total 1,760
triliun rupiah dana APBN 2012.146  Itu yang sempat
146
http://bareskrim.com/2014/01/10/311-kepala-daerah
http://bareskrim.com/2014/01/1 0/311-kepala-daerah-di-
-di-
indonesia-tersandung-kasus-korupsi/ di download 23 februari 2016

IMM Untuk Kemanusiaan

183

tercatat, sementara yang belum terungkap bisa saja


masih sangat banyak. Pada saat Menteri Dalam Negeri
(Mendagri) Gamawan Fauzi masih menjabat,

mengungkapkan, sudah 297 kepala daerah terdiri


gubernur, bupati dan wali kota masuk penjara karena
melakukan pelanggaran hukum, di antaranya terkait
kasus korupsi. Selain itu, sekitar 2.000 anggota DPRD
dan PNS di seluruh Tanah Air juga masuk penjara.147 

Perilaku tuna kemanusiaan di atas setidaknya


telah sukses memiskinkan rakyat dan bangsa Indonesia.
Terkait dengan angka kemiskinan, Badan Pusat Statistik
(BPS) melaporkan pada Maret 2015, jumlah penduduk
miskin di Indonesia mencapai 28,59 juta orang (11,22
persen), bertambah sebesar 860.000 orang ketimbang
dengan kondisi September 2014 yang sebesar 27,73
persen) .148  Selain Kemiskinan, jutaan
 juta orang (10,96 persen).
rakyat Indonesia mengalami giji buru. Menteri Sosial,
Khofifah Indar Parawansa, menyebutkan hingga saat ini
"Di Indonesia terdapat 32 juta balita, sebanyak 5,4 juta
di antaranya mengalami gizi buruk,".149 

Indonesia juga sedang menghadapi darurat


kekerasan seksual atau kekerasan pada anak.

147
http://sp.beritasatu.com/home/mendagri-sudah-298-kepal
http://sp.beritasatu.com/hom e/mendagri-sudah-298-kepala-a-
daerah-dipenjara-karena-korupsi
daerah-dipenj ara-karena-korupsi/37939
/37939   lihat juga
http://www.kemendagri.go.i
http://www.kem endagri.go.id/news/2013/06/02
d/news/2013/06/02/kemdagri-tren-
/kemdagri-tren-
kepala-daerah-tersandung-korupsi-terus-meningkat di download 23
februari 2016
148
http://bisniskeuangan.kom
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2
pas.com/read/2015/09/15/19025
015/09/15/19025
1226/Kemiskinan.Maret.2015.Le
1226/Kemi skinan.Maret.2015.Lebih.Parah
bih.Parah.Ketimbang.Tiga
.Ketimbang.Tiga.Tahun.L
.Tahun.L
alu di download
149 23 februari 2016
http://bangka.tribunnews.com
http://bangka .tribunnews.com/2015/05/31/54-juta-bali
/2015/05/31/54-juta-balita-
ta-
di-indonesia-alami-gizi-buruk di download 23 februari 2016

IMM Untuk Kemanusiaan

184

Berdasarkan data lembaga perlindungan anak pada


tahun 2010-2014 tercatat 21,6 juta kasus pelanggaran
hak anak. Dari jumlah ini, 58 persen dikategorikan

sebagai kejahatan seksual. Sisanya berupa kekerasan


fisik, penelantaran dan lainnya. 150Sehingga pantas saja
komnas perlindungan anak telah mencanangkan
Indonesia darurat kekerasan seksual yang diikuti
dengan keluarnya Impres nomor 5 tahun 2014 tentang
gerakan nasional menentang kekerasan seksual anak
sejak awal tahun 2015 lalu. Selain kekerasan seksual,
kondisi moralitas generasi bangsa semakin
mengkhawatirkan. Badan Koordinasi Keluarga

Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan, sekitar 63


persen remaja usia sekolah SMP dan SMA di Indonesia
mengaku sudah pernah melakukan hubungan seks dan
p ersen di antaranya melakukan aborsi.151 
21 persen

Belum lagi trend perselingkuhan saat ini sangat


meresahkan, bahkan perselingkuhan telah
menyumbang angka perceraian yang cukup tinggi. Pada
tahun 2007 saja perselingkuhan menyebabkan 10.444
pasangan bercerai dari total kasus 15.771 perceraian di
Indonesia. Berdasarkan data yang dihimpun oleh
Pengadilan Agama di seluruh Indonesia. Selingkuh
menempati urutan kedua dalam faktor perselisihan
150
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/um
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/10/
um/15/10/
09/nvyiqc354-indonesia-darurat-kekeras
09/nvyiqc35 4-indonesia-darurat-kekerasan-seksual-an
an-seksual-anak
ak di
download 23 februari 2016
151
  Menurut Direktur Remaja dan Perlindungan Hak-Hak
Reproduksi BKKBN, M Masri Muadz, data itu merupakan hasil
survai oleh sebuah lembaga survai yang mengambil sampel di 33
 provinsi di Indonesia pada
tahrir.or.id/2008/12/22/63-persen-rem
tahrir.or.id 2008. http://hi
http://hizbut
/2008/12/22/63-persen-remaja-pernah-berhubun zbut
aja-pernah-berhubungan-seks-
gan-seks-
 buah-buruk-dari-sekularisme
 buah-buruk-dari -sekularisme//

IMM Untuk Kemanusiaan

185

keluarga yang menyebabkan perceraian. Faktor utama


yaitu ketidakharmonisan pribadi sebanyak 55.095 kasus
dan faktor politis sebanyak 281 kasus.152 Sementara dari

tahun ke tahun angka tersebut terus meningkat. Kasus


perceraian dalam lima tahun terakhir, 2010-2014,
meningkat 52 persen. Sebanyak 70 persen perceraian
diajukan oleh istri. Hal itu terutama karena ketidaksiapan
menikah yang ditandai dengan rumah tangga tidak
harmonis, tidak ada tanggung jawab, persoalan
ekonomi, dan kehadiran pihak ketiga.

Berdasarkan data Pusat Penelitian dan


Pengembangan (Puslitbang) Kehidupan Keagamaan
Kementerian Agama (Kemenag) menyebutkan, angka
perceraian di Indonesia lima tahun terakhir terus
meningkat. Pada 2010-2014, dari sekitar 2 juta
pasangan menikah, 15 persen di antaranya bercerai.
 Angka perceraian yang diputus
dipu tus pengadilan
peng adilan tinggi aga
agama
ma
seluruh Indonesia tahun 2014 mencapai 382.231, naik
sekitar 100.000 kasus dibandingkan dengan pada 2010
sebanyak 251.208 kasus.153 

Dalam hal pengrusakan alam dan lingkungan


hidup, Indonesia juga sedang menghadapi darurat
karena beberapa tahun terakhir terjadi pembakaran
hutan secara besar-besaran. Seperti

152
http://news.detik.com/berita/1304065/selingkuh-peny
http://news.detik.com/berita/1304065/selingkuh-penyebab-
ebab-
10-ribu-kasus-perceraian-poli
10-ribu-kasus-perceraian-poligami-hanya-937-kasus
gami-hanya-937-kasus
153
http://health.kompas.com/rea
http://health.kompas.com/read/2015/06/30/151500123/K
d/2015/06/30/151500123/Kas
as
us.Perceraian.Meningkat.70.Persen.Diajukan.Istri
us.Perceraian.Meningkat.70.Persen.Diajukan.Istri didownload pada
hari Rabu 24 Februari 2016

IMM Untuk Kemanusiaan

186

dilaporkan154Kepala Bidang Lingkungan dan Mitigasi


Bencana Lapan, Parwati Sofyan menyebutkan bahwa
total luas lahan dan hutan terbakar yang tersebar di

seluruh wilayah Indonesia telah mencapai 2,1 juta


hektare. Sementara itu, Kepala Pusat Data dan
Informasi BNPB, Sutopo Purwo Nugroho
menambahkan, luas lahan dan hutan yang terbakar
tersebut setara dengan 1,9 juta luas lapangan sepak
bola atau mencapai 32 kali luas wilayah Ibu Kota
Jakarta. Belum lagi yang terjadi di Propinsi Riau yang
 juga menelan
m enelan korban
k orban nyawa
n yawa karna
ka rna kabut
kabu t asap berbulan-
berbulan -
bulan.

Masih banyak lagi tragedi kehidupan yang


diciptakan oleh manusia sendiri, baik dalam hubungan
dengan dirinya, dengan sesama manusia, dengan alam,
dan hubungan dengan Tuhan. Di dalam relasi dengan
dirinya, manusia,
manus ia, dan alam, sepertinya nilai-nilai
nilai -nilai
spiritualitas-kemanusiaan telah dikubur dalam-dalam
oleh manusia di era ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
 Akibatnya, yang hadir adalah nilai-nilai
nilai-n ilai kebinatang
kebinatangan an
yang bisa memporak-porandakan bangunan peradaban
yang terlanjur sakit saat ini. Menurut Murtadha
Muthahhari,155setidaknya unsur-unsur kemanusiaan itu
yakni: Akal, Intelek, Kesadaran diri, Iman, Hasrat bagi
kesempurnaan, dan Pengetahuan. Sementara unsur-
unsur kebinatangan dilihat dari; hasrat, bangunan

154
http://news.okezone.com/rea
http://news.okezone.com/read/2015/10/30/337/12
d/2015/10/30/337/1240755/lu
40755/lu
as kebakaran
155 hutan di indonesi
indonesiaa setara empa
empatt kali pulau bali
 Lihat Ali Hosein Hakeem, Membela
Hakeem,  Membela Perempuan,
Perempuan, Menakar
 Feminisme dengan Nalar Agama
Agama,, (Jakarta: Al-Huda, 2005), 116.

IMM Untuk Kemanusiaan

187

hubungan karena ikatan darah, permusuhan, dan cinta


terhadap materi-materi duniawi.

Melihat realitas kehidupan di atas, baik skala


lokal, nasional, lebih-lebih dunia internasional,
sepertinya manusia mulai merasakan kehilangan
orientasi hidup, di mana makna hidup telah didahului
dan diperkosa oleh nafsu dan keserakahan materialistik
tanpa melibatkan peran spiritualitas. Jika demikian
wajah kehidupan kita, tepat untuk dikatakan bahwa
manusia tengah dilanda badai penyakit spiritual yang
dibuatnya sendiri. Manusia memilih memutus hubungan
dengan Tuhan. Lalu tampil tanpa rasa malu menebar
keserakahan dan ketidakadilan. Seperti yang
digambarkan oleh seorang penyair sebagaimana ditulis
Fethullah Gulen tentang panaroma kehidupan masa kini
dengan syairnya mengatakan :

“Rasa malu telah terkelupas di dalam jiwa


manusia, kehinaan membanjiri pelosok sahara
dan desa, berapa banyak wajah jelek dibalik
d ibalik tabir
kasa, tak ada kejujuran. Janji jadi bualan.
 Amanat dianggap mainan. Dusta dianggap
biasa. pengkhianatan merebak dimana-mana.
Tuhan, Betapa menakutkan perubahan ini!
 Agama hilang. Iman melayang. Agama jatuh.
runtuh.”156 
Iman pun runtuh.”

Syair di atas setidaknya mengambarkan kondisi


manusia saat ini yang tengah di landa penyakit spiritual.
Dimana kejujuran merupakan barang langkah yang
156
  Lihat Muhammad Fethullah Gulen,  Bangkitnya
Spiritualitas Islam, (Jakarta:
Islam, (Jakarta: Republika, 2012),12.

IMM Untuk Kemanusiaan

188

susah di cari, janji jadi bualan, amanat dianggap


mainan, pengkhianatan menjadi hal yang biasa,
sehingga agama hanya menjadi topeng kesholehan.

Padahal Iman telah melayang, agama telah jatuh


tersungkur tak berdaya disebabkan iman telah runtuh
dan hancur berantakan. Karena kita banyak
menampilkan diri kita yang palsu (the false self, the false
I ).
). Kebohongan, tipu muslihat, mental hipokrit, korupsi,
kolusi, nepotisme, kekejaman, kediktatoran, dan krisis
kemanusiaan lainnya, yang ditutupi dengan topeng-
topeng kepalsuan dalam hidup ini.

Pada saat itulah manusia telah mengalami derita


spiritual yang justru menghukumi dirinya, karena pada
akhirnya erosi spiritual dan moral yang terjadi di dalam
diri sebuah masyarakat, pasti akan menyebabkan
terputusnya anugerah ilahi. Seperti yang dikatakan Carl
Gustav Jung seorang psikolog terkemuka menyebut
krisis spiritual sebagai penyakit eksistensial ( existential
illnes). Inilah yang disebut Jung sebagai Jiwa yang
menderita (a suffering soul ) yang belum menemukan
maknanya.157 Atau dalam istilahnya Stanislav Grof
menyebutnya sebagai spiritual emergency. 

Selain Jung dan Grof, Michael Kearney juga


menamakan krisis spiritual ini sebagai penyakit jiwa

157
  Psikologi terkemuka Carl Gustav Jung, misalnya
menyebut krisis spiritual sebagai penyakit eksistensial (existential
( existential
illnes),
illnes), di mana eksistensi diri kita mengalami penyakit alienasi
(keterasingan diri) baik dari diri sendiri, lingkungan sosial, maupun
teralienasi dari tuhan. atau “jiwa yang menderita” (a( a suffering soul )
yang belum menemukan makna. Lihat Sukidi, Rahasia
Sukidi, Rahasia Sukses
Sukses Hidup
 Bahagia, Kecerd
Kecerdasan
asan Spiritual, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2002), 8.

IMM Untuk Kemanusiaan

189

(soul pain) di mana diri manusia teralienasi dan sarat


dengan ketidakbermaknaan hidup. Demikian sebutan-
sebutan lain seperti keterasingan spiritual ( spiritual
alienation) krisis spiritual (spiritual crises), patologi
spiritual (spiritual pathology ),
), dan penyakit spiritual
(spiritual illnes)  yang semuanya mengambarkan
terkoyaknya ruang spiritual (spiritual space) dalam diri
kita.158Jika demikian adanya, di mana krisis spiritual
telah melanda, pada saat itu juga manusia mengalami
frustasi, bimbang, gelisah, tidak tahu arah hidup, dan
pada akhirnya serakah. Dan yang paling parah,
puncaknya adalah krisis tentang makna dan tujuan

hidup (meaning and purpose of life ).


Manusia telah kehilangan makna hidup
disebabkan hilangnya kesadaran dan keyakinan
transenden, hilangnya basis metafisis yang pasti.
Seperti yang dikatakan Immanuel Kant yang melihat
bahwa secara moral hidup ini tidak akan bermakna,
kalau tidak ada basis metafisis yang pasti. Basis itu
menurut Kant, yakni: Pertama, keyakinan bahwa setiap
orang memiliki kebebasan (Freedom) untuk menentukan
pilihan hidupnya secara otonom. Kedua, adanya
keabadian hidup setelah mati. dan Ketiga, Tuhan akan
menyelenggarakan pengadilan akhirat secara tuntas
dan adil.159Jika basis metafisis atau transenden ini
hilang dalam jiwa manusia, maka pada saat itu pula

158
  Sukidi,  Kecerdasan Spiritual , (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka159
Utama, 2002), 9.
  Komaruddin Hidayat, Tragedi Raja Midas : Moralitas
 Agama dan Krisis Modernisme
Modernisme,,  (Jakarta: Paramadina 1998), 247.

IMM Untuk Kemanusiaan

190

terjadi apa yang disebut dengan krisis meaning and


 purpose of life itu.

Di tengah kehilangan makna hidup, di mana ilmu


pengetahuan dan tekhnologi tidak lagi menjadi satu-
satunya solusi atau jawaban terhadap penyelesaian
persoalan hidup, meskipun kehidupan dilimpahi
kenikmtan materi dan kemudahan tekhnologi, tapi pada
hakekatnya malah justru menjebak manusia tergelincir
ke dalam derita kemanusiaan. Sebagaiman
Sebagaimana a dikatakan
Seyyed Hossen Nasr, manusia modern yang sering
digolongkan the post industrial society, suatu
masyarakat yang telah mencapai tingkat kemakmuran
materi sedemikian rupa dengan perangkat teknologi
yang serba mekanis dan otomatis, bukannya mendekati
kebahagiaan hidup, melainkan sebaliknya, kian
dihinggapi rasa cemas justru akibat kemewahan hidup
yang diraihnya. Mereka telah menjadi pemuja ilmu dan
tekhnologi, sehingga tanpa disadari integritas
kemanusiaannya tereduksi, lalu terperangkap pada
 jaringan sistem rasionalitas teknologi yang sangat tidak
human.160 Dalam Istilah Rollomay seorang psikolog
humanis disebut sebagai “manusia dalam
kerangkeng”.161  Sebuah istilah yang mengambarkan
penderitaan
penderitaan manusia modern.

Pada saat itu pula manusia mulai merindukan


 jalan hidup yang bermakna. Dan memang Manusia
seharusnya mengkonstruksi kembali hubungannya

160
  Lihat Zulfan Taufik,  Dialektika Islam dan Humanisme
Humanisme;;
 Pembacaan
161 Ali Shari
Shari ati, (Jakarta: Onglam Books, 2015), 90.
  Zulfan Taufik,  Dialektika Islam dan Humanisme
Humanisme;;
 Pembacaan Ali Shari’ati,
Shari’ati, (Jakarta: Onglam Books, 2015), 91.

IMM Untuk Kemanusiaan

191

dengan Tuhan maupun hubungannya dengan dirinya


sendiri. Kita memang semestinya hidup dengan
semangat ilahiah, di mana kehidupan yang di jalani
semata-mata berpusat pada kesadaran ke-Tuhanan,
bukan sebaliknya berpusat pada manusia sebagaimana
humanisme sekuler atau juga humanisme modern yang
meracuni kehidupan manusia di abad ini. Manusia
bahkan ditempatkan sebagai Tuhan yang
mengendalikan dan sepenuhnya berkuasa menentukan
kehidupan di bumi.

Tiada jalan lain, kecuali kita memperbaiki


kembali paradigma kehidupan kita yang sekularistik,
materialistik, liberalistik, dan antroposentristik menuju
paradigma yang utuh dan tidak terpecah-pecah. Di
mana dimensi spiritualitas harus dihadirkan dalam nafas
kehidupan kita, harus hadir di tengah kehidupan praksis
kita, harus menjadi pondasi disetiap aktifitas politik,
ekonomi, dan sosial kita. Sebab dunia dengan pernak-
pernik peradababnnya sedang terancam saat ini hanya
bisa diselamatkan dengan landasan kehidupan yang
spiritualitas-kemanusiaan. Inilah yang terus disuarakan
“Merawat Spiritualitas, Merawat Kemanusiaan” sebagai
bentuk upaya menyelamatkan peradaban kita saat ini
dan di masa depan.

Merawat Spiritualitas adalah upaya menumbuhkan


kembali hidup dengan semangat dan nilai-nilai ke-
Tuhanan. Puisi rumi ini mengambarkan bagaimana
Tuhan memanggil hambanya dengan penuh kasih
sayang dan kepeduliaan. Jalaludin Rumi dalam syairnya
mengatakan:

IMM Untuk Kemanusiaan

192

“air berkata kepada benda bernoda, “kemarilah!”


benda bernoda itu menjawab, “tapi saya malu
sekali.” Air berkata, “bagaimana kamu bisa bersih
162 
tanpaku”. (Rumi, Matsnawi, II, 1366 -67).
-67).  
Syair Rumi yang sarat akan makna ini
mengambarkan bagaimana kasih sayang Tuhan pada
makhluknya begitulah besar, Tuhan tidak sedikitpun
menutup pintu kasih sayangnya bagi manusia, hanya
saja manusialah yang terkadang merasa dirinya malu,
lalu pesimis dengan kehidupan, pesimis dengan masa
depan hubungan denganNya. Padahal, manusia hanya
perlu membuka pintu hatinya, karena sesungguhnya
membangun spiritualitas adalah membuka pintu hati
untuk mengizinkan Tuhan masuk ke dalamnya. Ada
sebuah syair yang sangat kaya makna berbunyi:

“ketika mata hati terbuka, kita dapat meli hat hat


realitas dalam yang tersembunyi di balik bentuk-
bentuk luar dunia ini. ketika telinga hati terbuka,
kita dapat mendengar apa yang tersembunyi di
balik kata-kata, kita bisa
b isa mendengar kebenaran...
Hati adalah sebuah candi yang dapat
menyemayamkan Tuhan. Semua hati adalah
candi, dan membuka hati adalah mengizinkan
kehadiran Tuhan.”  

Syair di atas mengambarkan betapa peran


dimensi terdalam dari diri kita tida bisa diremehkan

162
 Lihat Ajid Thohir, Gerakan Politik Kaum Tarekat; Telaah
 Historis Gerakan Politik Antikolonialisme Tarekat Qadaqiyah-
 Nagsabandiyah di Pulau Jawa, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2002),
 Nagsabandiyah
9.

IMM Untuk Kemanusiaan

193

begitu saja, hal-hal yang tak nampak oleh penglihatan


dan pendengaran lahiriyah mampu diserap dan
didengarkan oleh hati yang suci, di mana Tuhan
bersemayam di dalamnya. Pada dasarnya, apa yang
kita cari dalam setiap gerak kehidupan kita
sesungguhnya berada dalam diri kita sendiri, sepanjang
hati terbuka untuk menerima pancaran anugerah Tuhan.
ada syair mengatakan:

“seluruh kearifan sudah ada dalam diri kita;


segala cinta juga sudah ada pada diri kita,
seluruh kebahagiaan. Tetapi itu semua
tersembunyi dalam diri kita sampai hati kita
terbuka”.  
terbuka”.

 Akhirnya, peradaban kita saat ini yang begitu


maju dengan segala pernak-perniknya tak selalu
membawa keberuntungan bagi manusia. Ilmu
pengetahuan dan tekhnologi yang dipuja-puja manusia
abad ini hanya mampu memberi jawaban yang tidak
bertanggung jawab yang pada akhirnya membuat
manusia tidak mendapatkan kehidupan yang bermakna.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi tidak
dibarengi dengan kemajuan pada dimensi moralitas-
spiritualitas. Implikasinya, kehidupan manusia di dunia
ini bagaikan “hidup di surga yang rasa neraka”.

Dunia kita saat ini tengah diambang ancaman


kerusakan dan peperangan yang melibatkan hantu-
hantu perusak yang bernama “tekhnologi canggih”
berupa alat-alat perang yang terbarukan. Senjata
andalan yang bernama nuklir yang saat ini sudah

IMM Untuk Kemanusiaan

194

puluhan ribu banyaknya163tengah dipersiapkan untuk


penghancuran bumi oleh manusia itu sendiri. Kita bisa
bayangkan satu nuklir saja, bisa membuat satu negara
bisa menjadi neraka tanpa kehidupan, apalagi ribuan
 juta nuklir. Jika dimensi spiritualitas tak hadir dalam
kehidupan kita di abad ini, maka ilmu pengetahuan dan
tekhnologi yang kita bangga-banggakan justru
merupakan lonceng kiamat yang dibuat manusia sendiri.
Trompet kiamat tidak lagi ditiupkan oleh malaikan israfil,
tapi trompet kehancuran itu akan ditiup manusia sendiri.
Bumipun hancur, tak ada lagi kehidupan. Inilah mungkin
yang disebut kiamat itu. Kiamat terjadi karena dimensi

spiritualitas tidak ikut dalam rangkain kehidupan


manusia.

Jalan untuk menyelamatkan peradaban dan


dunia kita saat ini dan ke depan tak ada jalan lain,
kecuali manusia harus kembali pada fitrahnya. Merawat
spiritualitas tidak berarti meninggalkan dunia,
menghardik materi dan membencinya, bukan itu. Tapi
merawat spiritualitas adalah membangun kemajuan

163Sejak 1945, sudah ada 2.051 uji coba nuklir yang


dilakukan manusia. Yang terakhir adalah uji coba bom hidrogen
milik Korea Utara. Berdasarkan Institut Penelitian Perdamaian
Internasional Stockholm, ada sembilan negara yang memiliki nuklir
di dunia. Jika dijumlahkan, total nuklir yang ada di dunia mencapai
16.300 buah. Di antara negara yang menyimpan nuklir terbanyak,
seperti Inggris 225 Buah Nuklir, China 250, Prancis sebanyak 300,
Amerika sebanyak 7.300, Rusia memiliki nuklir terbanyak yakni
8.000 bom nuklir. Ditambah dengan negara-negara seperti India,
Pakistan, Korea Utara, Israel, dan Iran. Lihat
http://www.merdeka.com/dunia
http://www.m erdeka.com/dunia/lima-negara-ini-pegan
/lima-negara-ini-pegang-rekor-
g-rekor-
 pemilik-nuklir-terbanyak-sejagat/inggris.html.
 pemilik-nuklir-terbanyak-seja gat/inggris.html.   Lihat juga
http://nationalgeographic.co.i
http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/10/n
d/berita/2015/10/negara-negara-
egara-negara-
 pemilik-senjata-nuklir
 pemilik-senj ata-nuklir

IMM Untuk Kemanusiaan

195

dengan tetap berdiri pada akar-akar nilai Ilahiah yang


transendental, yang selama ini dihinakan oleh ilmu
pengetahuan dan tekhnologi kita.

Merawat spiritualitas berarti membangun tahta


kehidupan yang beradab, bermoral, berkemajuan, dan
Berkemanusiaan. Tentu ini merupakan tugas besar
sejarah yang harus diemban oleh generasi baru abad
ini. Mencerahkan kembali perjalanan peradaban kita
yang terancam punah. Tugas sejarah ini harus diambil
atau diperankan oleh para pemuda yang masih yakin
dan berpegang pada dimensi religiusitas-
spiritualitas.Tugas besar ini harus diemban oleh para
pemuda muslim, lebih-lebih tugas besar sejarah ini
harus diperankan oleh kader-kader Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah (IMM). Sebagai kekuatan gerakan
Mahasiswa Islam moderat di negara mayoritas muslim
di Dunia, yang membingkai pondasi perjuangannya
dengan tradisi intelektualisme, cita-cita humanisme
religius, dan kekuatan jatidiri yang berbasis pada
religiusitas-spiritualitas.
IMM Untuk Kemanusiaan

196

Spiritualitas IMM untuk


Cinta Kemanusiaan

Catatan Kritik Terhadap Spiritualitas yang


Melangit

Di bagian depan, kita telah menguraikan sekilas


tentang bagaimana potret kehidupan manusia di abad
ini yang mengalami erosi spiritual atau penyakit kronis

rohaniah
bermakna. yang membuat
Akibatnya, derita dan kehidupan tidak lagi
tragedi kemanusiaan
yang amat dahsyat menimpa kehidupan manusia yang
diklaim maju dan berperadaban saat ini. Namun
sejujurnya, peradaban di abad ini adalah peradaban
yang tuna moral dan tuna kemanusiaan. Bahkan
peradaban yang terancam punah. Penyebabnya,
dimensi religiusitas-spiritualitas tidak ikut merawat,
membina, dan membangun peradaban. Bahkan yang

terjadi,
dilecehkandimensi religiusitas-spiritualitas
serendah-rendahnya. ini telah
Dimensi religiusitas-
spiritualitas telah dianggap sebagai penghambat
kemajuan, penghambat jalannya peradaban, sehingga
masih kuat anggapan bahwa hidupnya religiusitas-
spiritualitas sama dengan matinya peradaban. Dengan
kata lain, dimensi ini merupakan musuh bagi peradaban.
 Apakah iya peradaban
perada ban manusia bisa bertahan tanpa
dimensi religiusitas-spiritualitas?
Penulis sengaja menyingung sekilas tentang
khazanah spiritualitas dalam Islam yang diwakili oleh

IMM Untuk Kemanusiaan

197

tradisi sufistik atau tasawuf yang juga banyak kalangan


menganggapnya sebagai penghambat kemajuan di
dunia Islam.164  Namun demikian, tidaklah salah jika
mata hati dan mata air spiritualitas dari para sufi-sufi
agung itu ditelaah kembali secara teliti, mendalam, dan
arif untuk memberikan penyegaran aktifitas spiritual kita.
Dengan tidak melakukan sakralisasi terhadap hal
tersebut. Artinya, merupakan langkah arif jika kita tetap
memberikan catatan dan kritik, ketimbang
menghakiminya apalagi sepenuhnya meninggalkan
mata hati dan mata air spiritualitas para sufi-sufi agung
itu.

Sebagai organisasi gerakan mahasiswa Islam


yang berhaluan moderat, Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah (IMM) tentu saja memahami dimensi
religiusitas-spiritualitas dengan pendekatan yang
ingklusif, progresif, kreatif, produktif, dan berkemajuan.
Dengan tetap menggalih kekayaan Islam dari berbagai
mazhab dan tradisi untuk diolah secara kritis, teliti, dan
arif. Lalu memberikan warna baru yang segar dan
memajukan. Sebagai sebuah catatan, memang kita

tidak sepenuhnya menerima tradisi-tradisi sufistik yang


kebanyakan asyik dengan duniannya sendiri.
Mengesampingkan dunia nyata (materi),
meremehkannya, menganggapnya noda, atau kejayaan

164
  Biasanya tradisi tasawuf dan para sufi sulit mendapat
tempat di hati penguasa. seperti yang dikatakan Ahmad Amin, ketika
terjadi pertentangan
pertentangan antara kaum sufi dan kaum syari’ah maka
 pemerintah
 pemerin tah biasannya berpihak pada kaum syari’ah dengan alasan;
(1), Apabila sikap zuhud mempengaruhi masyarakat maka
masyarakat akan malas bekerja dan ini akan merugikan negara. (2),
Sikap zuhud kaum sufi sebagai pertanda sikap tunduk hanya kepada
tuhan; ini berarti kepada selain tuhan mereka tidak mau tunduk.

IMM Untuk Kemanusiaan

198

dunia dianggap sesuatu yang bisa mencemari kesucian


spiritualitas atau hubungan manusia dengan Tuhan.
Pada konteks ini, Islam di wajah para sufi hanya untuk
mengapai Tuhan, sekaligus tidak untuk mengapai
kehidupan yang berkemajuan (materi-duniawi).
Kita perlu memberikan catatan kritik terhadap
aktifitas spiritual yang tidak berpengaruh bagi
produktifitas dan progresifitas kehidupan manusia di
bumi. Oleh karenanya, menurut hemat penulis,
paradigma spiritualitas Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah (IMM) tidak bersifat dikotomik.
Spiritualitas tidak hanya untuk mencapai dunia

metaempiris (berhubungan dengan Tuhan), tetapi lebih


penting lagi spiritualitas adalah sarana untuk mencapai
kehidupan yang lebih baik dan berkemajuan. Makanya
spiritualitas harus memberi daya dorong terhadap
semangat perubahan hidup, produktifitas, kreatifitas,
dan gerakan-gerakan yang mengarah untuk kemajuan
dengan berbasis pada etika dan moralitas
moralitas ilahiah.
ilahiah.
Oleh karenanya, paradigma spiritualitas IMM
tidak hanya mengawang-ngawang di atas langit dengan

hasrat mencapai dan ingin menyatu dengan Tuhan, lalu


kemudian menganggap kehidupan di bumi sebagai noda
dan dosa yang harus dijauhi sebagaimana kebanyakan
ajaran tasawuf misalnya, atau ajaran-ajaran dunia
mistisisme yang lainnya. Seperti ajaran filsafat mistiknya
pytagoras yang berpendapat bahwa roh manusia
bersifat kekal dan berada di dunia sebagai orang asing.
Badan jasmani merupakan penjara bagi roh.
Kesenangan roh yang sebenarnya adalah di alam
samawi. Untuk mendapatkan hidup senang di alam

IMM Untuk Kemanusiaan

199

samawi, manusia harus membersihkan rohnya dengan


meninggalkan
meninggalkan hidup materi dan berkontem
berkontemplasi
plasi..
Selanjutnya juga ajaran filsafat emanasi plotinus
yang mengatakan bahwa wujud ini memancar dari
Tuhan yang maha esa. Roh berasal dari Tuhan dan
akan kembali pada Tuhan, tetapi dengan masuknya ke
alam materi, roh menjadi kotor, dan untuk dapat kembali
ke tempat asalnya roh harus dibersihkan terlebih dahulu.
Penyucian roh dilakukan dengan meninggalkan dunia
dan mendekati Tuhan sedekat mungki
mungkin.
n.

Kemudian dalam Ajaran Budha dengan faham


nirwananya, meyakini untuk mencapai nirwana orang
harus meninggalkan dunia dan memasuki hidup
kontemplasi. Hal serupa juga dalam ajaran Hinduisme
yang mendorong manusia untuk meninggalkan dunia
dan mendekati Tuhan untuk mencapai pesatuan Atman
Brahman.165 
dan Brahman.

Dalam dunia sufistik atau Tasawuf yang telah


dibahas sebelumnya, pada umumnya mereka
menyuarakan penyucian hati dan menjauhi dunia yang
kotor. Makanya dunia Tasawuf bagi mereka merupakan
inti Islam yang harus dijalani. Sebagai contoh, tasawuf
dengan beberapa doktrinnya yang dinilai ekstrim,
mislanya imam Al-Ghazali mengatakan “tasawuf adalah
fardu ain”. Selanjutnya Asy-Syazili mengatakan “barang
siapa yang tidak mau mempelajari ilmu ini, maka
dikhawatirkan ia mati dalam keadaan melakukan dosa

165
  Lihat Tafsir Al-Qur’an
Al-Qur’an Tematik Kementerian Agama RI,
Spiritualitas dan Akhlak, (Jakarta : Lajnah Pentashihan Mushaf Al-
Qur’an, 2010). 455-456.
455-456.

IMM Untuk Kemanusiaan

200

besar, sementara ia tidak mengetahui hal itu”. 166 Begitu


 juga dengan tarekat yang terjebak dan terkungkung
dengan perilaku-perilaku yang dianggap sacred tapi
sesungguhnya menghilangkan spirit Islam sebagai
agama progressif-universal.167  Dari penjelasan di atas
dan beberapa penjelasan sebelumnya, setidaknya
tergambar bahwa spiritualitas yang dipraktekan oleh
para sufi khususnya di abad pertengahan merupakan
spiritualitas yang melangit namun melupakan bumi
tempat berpijak. Spiritualitas yang asyik dengan
duniannya sendiri. Hingga saat ini juga tidak sedikit
praktek ibadah-spiritualitas yang tercerabut dari
kehidupan sosial-kemanusiaan. Dalam istilahnya
Nazaruddin Umar, sebagai perilaku yang menunjukan
“egoisme spiritual”.168 

Ego spiritual Menurut Nazaruddin Umar ialah


orang-orang yang terlalu mengedepankan hubungan
vertikalnya dengan Tuhan tanpa mau tahu lingkungan

166
  Lihat Tafsir Al-Qur’an
Al-Qur’an Tematik Kementerian Agama RI,
Spiritualitas dan Akhlak, (Jakarta : Lajnah Pentashihan Mushaf Al-
Qur’an, 2010). 457 
457 
167
  Trimingham memberikan gambaran dan menyebutkan
ciri-ciri tentang tarekat.  Pertama, penghormatan
 penghormatan kepada syekh, atau
mursyid dari murid secara menyeluruh, karena mursyid adalah
 pewaris barakah yang diterma dari mursyid sebelumny
sebelumnya.
a.  Kedua,
 prinsip pentahbisan (pembai
(pembaitan)
tan) dengan pemberian sanad esoterik
dan otoritas dalam pelaksanaan amaliah tertentu.
 Ketiga,Penghormatan
 Ketiga, Penghormatan yang berkaitan dengan makam orang-orang
suci seperti para wali yang mempunyai karamah dan barakah. Lihat
Tafsir Al-Qur’an
Al-Qur’an Tematik Kementerian Agama RI, Spiritualitas dan
 Akhlak, (Jakarta : Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an,
Al- Qur’an, 2010).
462. 168
 Lihat Nasaruddin Umar,  Egoisme Spiritual, tulisannya di
republika.co.id,
republika.co.id, Rabu, 03 Februari 2016 , 08:23:00 wib

IMM Untuk Kemanusiaan

201

masyarakat sekitarnya. Bahkan ia cenderung menghin-


darinya karena seolah-olah dirinya sudah tidak selevel
dengan mereka. Tindakan dan perilakunya seolah
memandang remeh orang lain. Bahkan secara tidak
sadar memberikan pernyataan yang menghakimi orang
lain seolah-olah dirinya mewakili penilaian Tuhan. Ia
mengklaim dirinya sebagai orang-orang kelas atas
dalam dunia spiritual. Ia memilih-milih sahabat dan
menghindari orang-orang yang justru memerlukan per-
hatian dan kasih sayang serta bimbingan. Termasuk
 juga menurut
m enurut Nasaruddin
Nasa ruddin Umar
Uma r dalam ego spiritual ialah
menikmati pujian orang-orang yang mengaguminya
lantaran banyaknya ibadah yang dilakukan. Hal inilah
yang disebut oleh Nasarudin Umar bahwa perilaku ego
spiritual ini tak ada ubahnya dengan ego duniawi yang
lebih menekankan ego individualitasnya.

Jadi, pandangan-pandangan yang sangat


dikotomik seperti ini pada kenyataannya bukanlah
semangat yang dibawa Islam. Pesan-pesan Islam dan
contoh-contoh langsung dari perjalanan spiritualitas
kenabian, sarat dengan nilai-nilai universalitas
(membangun kehidupan dunia yang berkemajuan dan
mencapai kebahagiaan hakiki di akhirat).

Meskipun demikian, sebagai catatan juga, para


sufi-sufi agung itu memiliki khazanah pemikiran yang
sangat baik dan mendalam dalam hubungannya dengan
cinta kemanusiaan. Beberapa tokoh sufi semisal
Jalaludin Rumi dan Ibnu Arabi memiliki pemikiran yang
cukup dalam tentang bagaimana hubungan spiritualitas
yang mereka jalani dengan konsep cinta kemanusiaan.
Ibnu Arabi saja menulis tentang “agama cinta” dalam

IMM Untuk Kemanusiaan

202

sebuah syair terkenal dari karyanya, Tarjuman Al-


 Asywaq, dia menyinggung tentang sifat tak terbatas dan
tak terjelma dari hati sang manusia sempurna, yang
berkekekalan mengalami teofani (penampkan,
manifestasi) zat Ilahiah. Sementara Rumi menyingung
perkara yang sama ketika mengatakan,
m engatakan, contohnya, “akal
tak berdaya dihadapan agama cinta”. Bahkan Rumi
mengatakan: “kematian terburuk adalah hidup tanpa
cinta”. Namun, mengatakan bahwa pengertian “agama
cinta“ ini bagi keduanya adalah identik. Bagi rumi, cinta
bersama keindahan dan sukacita yang mengiringinya
merupakan jantung dan sumsum agama, tema sentral
segenap spiritualitas, sedangkan bagi ibnu Arabi, cinta
adalah suatu alternatif cara untuk menyadari kebenaran
tak terbatas.169 

Dalam soal spiritualitas dan cinta kemanusiaan,


bahkan Ibn Arabi mengatakan: “sebermula, aku selalu
menolak sahabat yang tidak seiman dengan
keimananku. Tapi hatiku kemudian menjadi rumah bagi
segala keyakinan. Hati adalah padang rumput bagi
kawanan rusa; biara bagi para rahib kristen; kuil bagi
para pemuja; ka,bah bagi para penziarah; lembaran-
lembaran taurat; sebuah kitab al-qur’an. Aku menganut
agama cinta, ke mana pun perjalanan ini ditempuh.
Cintalah agamaku dan imanku.”170  Syair Ibnu Arabi ini
sangat sarat akan makna. Atas nama cinta yang juga
merupakan dasar-dasar fundamental agama, tidak ada

169
  Muhammad Isa Waley dalam  Ensiklopedi Tematis
Spiritualitas
170 Islam Manifestasi, (Bandung: Mizan, 2003), 159.
  Safa Khulusi, Sastra Arab, dalam  Ensiklopedi Tematis
Spiritualitas Islam Manifestasi, (Bandung: Mizan, 2003), 419.

IMM Untuk Kemanusiaan

203

alasan bagi siapapun untuk menghardik, berlaku


diskriminasi, ketidakadilan atau saling penggusur dan
membumihanguskan atas nama perbedaan. Sebab
dengan cinta kemanusiaan merupakan roh dari cinta
kepada Tuhan.

Begitu juga dengan pandangan Rumi, meskipun


Rumi menyebut sifat Ilahiah dapat dibagi menjadi dua
kategori: yaitu belas kasih (rahmah) atau kelembutan
dan kemurkaan (ghadab) atau kekerasan. Meskipun
kategori pertama merupakan aspek intrinsik zat Tuhan,
mengigat Rahmat-ku mendahului Murka-ku. Begitu juga
manusia memiliki unsur kelembutan dan kekerasan. 171 
Kemurkaan Tuhan berperan hanya sebagai subordinasi
dari kasih dan dengan mempertimbangkan kasih.
 Artinya, karena kasih (Rahmah) kepada semua makhluk
ciptaannya, maka kemurkaan Tuhan itu sesungguhnya
telah dilampui oleh kasih (rahmahnya).

Itulah beberapan catatan kritik dari praktek


Spiritualitas Islam dalam dunia sufistik atau tasawuf.
Lepas dari kekurangan dan kelebihannya, hal yang perlu
kita tegaskan sebagai sebuah paradigma yang utuh
(Islam kaffah) yakni kita sangat percaya dan yakin
bahwa Islam sebagai agama universal ajaran-ajarannya
tentu tidak bersifat dikotomis dan terbelah antara satu
dengan yang lain. Termasuk persoalan dunia materi
maupun dunia spiritual. Sikap dualisme inilah yang
kemudian melahirkan cara pandang terhadap manusia
dan kehidupan
kehidupan menjadi pincang dan tidak utuh. Menurut
171
  Muhammad Isa Waley dalam  Ensiklopedi Tematis
Spiritualitas Islam Manifestasi, (Bandung: Mizan, 2003), 161.

IMM Untuk Kemanusiaan

204

Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibany, bahwa Islam


adalah tidak dapat menerima materialisme yang tersisih
dari ruh. Atau sebaliknya spiritualisme yang terpisah dari
materi. Materi tidaklah muthlak buruk menurut Islam.
sebaliknya tidaklah spiritualisme itu muthlak baik. Yang
diakui oleh Islam menurut Al-Syaibany ialah
persenyawaan yang harmonis antara materi dan
ruh.172Makanya, Al-qur’an dengan tegas menolak
pandangan yang dikotomis melupakan persoalan materi
demi persoalan yang spiritual-ukrawi atau sebaliknya
meninggalkan spiritualitas-ukhrawi dengan alasan
mengejar materi-duniawi.173  Islam secara konseptual
telah menawarkan pandangan hidup (wordview) yang
komprehensif dan sesuai dengan fitrah manusia, tinggal
bagaimana manusia khususnya umat Islam

172
  Selengkapnya lihat Omar Muhammad Al-Toumy Al-
Syaibany,  Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,
Cetakan Pertama, 1979), 130.
173
 Dalam beberapa ayat Al-Qur’an
Al-Qur’an mengatakan: “Dan“Dan carilah
 pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan
(kebahagiaan))
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.
kerusakan ”. (Al-Qashash:
(Al-Qashash: 77).
Ayat lain: “Katakan
“Katakanlah
lah siapa yang mengharamkan persiapan Allah
yang dikeluarkan-Nya dan rezeki-rezeki
rezeki- rezeki yang baik? ” ( Al- A’raf: 32).
32).
“Makan dan minumlah kamu tapi jangan berlebihan, sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang
orang-orang yang berlebihan.” (Al-
(Al-A’raf: 31).
Sementara hadits-hadits nabi juga banyak berbicara tentang itu
diantaranya adalah beliau mengatakan “sesungguhnya tuhanmu
 punya hak atas kamu, dirimu punya hak atas kamu, keluargam keluargamu u
 punya hak atas dirimu maka berikanlah yang berhak aka
akann haknya”
haknya”..
Hadits lain juga mengatak an:
an: “Badanmu punya hak tertentu
atasmu”.  
atasmu”.

IMM Untuk Kemanusiaan

205

mengoperasionalkannya dalam kehidupan sehari-hari


atau justru meninggalkannya.

Secaradan
pengalaman khusus disebut spiritualitas
pengetahuan Islam adalah
akan keesaan dan
realisasinya dalam pemikiran, perkataan, sikap, dan
perbuatan, serta berangkat dari kemauan, jiwa, dan
kecerdasan. Puncak dari spiritualitas Islam adalah
menjalani hidup dan melakukan perbuatan yang
senantiasa sejalan dengan kehendak Ilahi, mencintai-
Nya dengan segenap wujud, dan akhirnya mengenal-
Nya melalui pengetahuan integratif dan iluminatif, yang
realisasinya tidak akan pernah dapat terpisahkan dari
cinta, dan tidak akan mungkin tanpa kehadiran
perbuatan yang benar. Kemudian pada akhirnya
berimplikasi pada kemajuan kehidupan sosial-
kemanusiaan. Religiusitas-spiritualitas sejatinya dapat
mempengaruhi
mempengaru hi konstruksi kehidupan yang lebih baik
dan kehidupan
kehidupan yang cinta kemanusiaan.
kemanusiaan.

Spiritualitas IMM, Spiritualitas Revolusioner

Jika perlu diberi istilah, istilah yang tepat untuk


menunjukan spiritualitas IMM adalah “spiritualitas
revolusioner”.174 Paradigma spiritualitas yang cenderung
menghendaki perubahan secara menyeluruh dan
mendasar. Spiritualitas yang tidak asyik dengan
dunianya sendiri, spiritualitas yang tidak hanya dekat
dan menyatu dengan Tuhan, tetapi juga spiritualitas
yang dekat dan menyatu dengan kemanusiaan.

174
  Revolusioner dalam bahasa Indonesia memiliki makna
yaitu cenderung menghendaki perubahan secara menyeluruh dan
mendasar. Selanjutnya Lihat KBBI.

IMM Untuk Kemanusiaan

206

Spiritualitas yang tidak melangit tetapi spiritualitas yang


mengakar dan hidup segar di bumi. Intinya, spiritualitas
revolusioner adalah spiritualitas jalan Nabi. Di mana
konstruksi spiritualitasnya adalah dari refleksi ke aksi,
dari kontemplasi ke tindakan, atau dari ibadah ke amal
tanpa putus. Dengan kata lain, ibadah-ibadah yang
berbasis religiusitas-spiritualitas, seperti sholat untuk
sosial-kemanusiaan, puasa untuk kepekaan sosial-
kemanusiaan, haji untuk persatuan sosial-kemanusiaan
dan lain-lain. Semuanya untuk membangun peradaban
manusia yang sesuai dengan fitrah dan kehendak Ilahi.

Dalam konteks spiritualitas revolusioner ini,


menarik untuk ditelaah tulisannya H.J Witteveen dalam
bukunya “Tasawuf In Action; Spiritualisasi Diri di Dunia
ramah” , ketika menulis tentang paradigma
yang tak lagi ramah” 
spiritualitas seorang mistikus dan musisi agung India
Hazrat Inayat Khan175dengan konsep tasawuf
universalnya 176  yang menekankan karakter universal

175
  Hazrat Inayat Khan lahir di Baroda pada 5 Juli 1882,
dengan nama panggilan kecil Chotamiya. Ia dilahirkan dari keluarga
ke luarga
terpandang. Ayahnya adalah Masyaik Rakhmat Khan, seorang
musisi besar dari sinklot (punjab) yang sangat terpengaruh oleh
gerakan wahabiyah. Ibunya adalah Khatijabi, yakni anak
a nak perempuan
dari Maulana Bakhsh yang juga seorang musisi.
176
  Tasawuf universal adalah pesan tentang cinta, harmoni,
dan keindahan. Cinta dan harmoni dalam kehidupan duniawi
membawa kita pada kesatuan Ilahi. Kesadaran akan cinta dalam
kalbu memungkinkan kita untuk melepaskan sesama dari lingkaran
 pikiran dan kepentingan kita yang terbatas. Cinta memmembawa
bawa kita
untuk merasakan kesatuan Ilahi. Cinta adalah sumber kebajikan, dan
karenanya sumber modal sosial. Cinta merupakan sumber moral
universal. selanjutnya lihat H.J Witteveen, Tasawuf In Action;
Spiritualisasi Diri di Dunia yang tak lagi ramah, (Jakarta: PT.
Serambi Ilmu Semesta, 2004).

IMM Untuk Kemanusiaan

207

dari aktifitas sufi-mistis. Menurut Witteveen, spiritualitas


universalnya Hazrat Inayat Khan telah mempengaruhi
kemajuan sosial dan ekonomi. Hazrat Inayat Khan
melihat prestasi duniawi sebagai langkah menuju
pengembangan spiritual. Seperti dikutip H.J Witteveen,
Hazrat Inayat Khan mengatakan dalam the soul,
Whence and Whither: “apa yang menyebabkan jiwa
hadir datang ke dunia adalah keinginan
ke inginan untuk mendekati
dunia, memilikinya, untuk memanfaatkannya demi
keuntungannya, dan untuk melindunginya dari segala
j iwa”.177  
sesuatu yang akan merebutnya. Itulah sifat jiwa”.

Pandangan Hazrat Inayat Khan di atas bisa


dilihat sebagai antitesa terhadap tradisi tasawuf atau sufi
yang cenderung tercerabut dari akar kemajuan material
atau progresifitas di dunia. Hazrat Inayat Khan
menyarankan bahwa seluruh metode tasawuf sejatinya
harus dibangun dengan keseimbangan. Ketiadaan
keseimbangan menurutnya akan merusak kehidupan.
Bahkan keseimbangan adalah intisari pencapaian
spiritual.178Oleh karenanya, spiritualitas adalah praktik

177
  Lihat H.J Witteveen, Tasawuf In Action; Spiritualisasi
 Diri di Dunia yang tak lagi ramah, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu
Semesta, 2004), 121.
178
  Menurut Hazrat Inayat Khan, manusia memerlukan
sebuah kendaraan untuk melakukan perjalanan. Kendaraan itu
menurut Khan adalah dua roda yang harus saling menjaga
keseimbangan. Sama dengan manusia yang harus menjaga
keseimbangan antara pikiran dan hati, keseimbangan antara
kekuatan dan kebijaksanaan, keseimbangan antara aktifitas dan
istirahat. Keseimbangan inilah menurut Khan yang bisa
memungkinkan manusia untuk menghadapi tekanan dari
 perjalanannya dan memungki
 perjalanannya memungkinkan
nkan dia untuk maju dan memulus
memuluskan
kan
 jalannya..
 jalannya

IMM Untuk Kemanusiaan

208

yang tidak hanya terkait dengan pikiran, tetapi juga


tindakan. Karena Semua agama tidak didasarkan hanya
pada kebenaran, tetapi juga pada tindakan. Segala hal,
baik materil maupun spiritual, dicapai dengan tindakan.
Seorang mistikus harus melihat tindakan adalah yang
terpenting. Hazrat Inayat Khan mengatakan;
“spiritualitas sama sekali bukanlah halangan untuk
kemajuan duniawi. Suatu kesuksesan duniawi ketika
diperoleh melalui kekuatan spiritualitas memiliki
landasan yang lebih kuat”.179  Dalam konteks ini,
spiritualitas harus menjadi landasan yang lebih kuat
untuk membangun kehidupan yang berkemajuan. Inilah
yang kita konstruksi adalah spiritualitas revolusioner.
Paradigma Spiritualitas Revolusioner ini juga
mengigatkan kita pada konstruksi spiritualitas Kyai
 Ahmad Dahlan melalui teologi Al-Maunnya.
Al-Mau nnya. Pemaknaan
Q.S. al- Ma'un, yang intinya menjelaskan kriteria kualitas
keberagamaan seseorang tidak diukur dari banyaknya
ibadah mahdhah yang dilakukan tetapi juga ibadah
sosial, seperti memperhatikan nasib fakir miskin, anak
yatim piatu, dan tanggung jawab sosial-kemanusiaan
seluruhnya. Bahkan dalam surah itu juga dinyatakan;
celakalah bagi orang shalat yang shalatnya tidak
membawa dampak sosial kemasyarakatan. Aktifitas iba-
dah dan spiritual yang dilakukan tanpa memperdulikan
lingkungan masyarakat di mana ia berada merupakan
penistaan terhadap agama itu sendiri.

179
  H.J Witteveen, Tasawuf In Action; Spiritualisasi Diri di
 Dunia yang tak lagi ramah, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta,
2004), 161.

IMM Untuk Kemanusiaan

209

Bisa dikatakan, konstruksi spiritualitas Kyai


Dahlan adalah spiritualitas untuk cinta kemanusiaan. Di
mana aktifitas ibadah kepada Tuhan merupakan
landasan untuk mendedikasikan diri bagi kepentingan
sosial-kemanusiaan. Bisa juga disebut bahwa
spiritualitas Kyai Dahlan adalah spiritualiats
Revolusioner. Spiritualitas yang memberi daya dobrak
kemajuan di bumi dan melawan setiap bentuk
penindasan, ketidakadilan, otoriterian, dan berbagai
penyimpangan yang menghardik nilai-nilai
kemanusiaan.

Spiritualitas revolusioner adalah bukan hanya


 jalan untuk memikirkan keselamatan diri sendirsendiri,
i, tetapi
 jauh dari itu, paradigma
paradigm a spiritualitas revolusioner adalah
 jalan untuk memikirkan nasib peradaban dan nasib
kemanusiaan. Tepat yang dikatakan Fethullah Gulen,
bahwa manusia Rabbani atau sang spiritualitas itu
adalah bukanlah orang-orang yang hanya sekedar
(yahya) tapi sang spiritualitas itu menurut Gulen
“hidup “ (yahya
adalah mereka yang “membuat orang lain hidup” (yuhyi 
( yuhyi ))..
Orang-orang yang menghabiskan hidup mereka dalam
keikhlasan dan ketulusan untuk mengurus orang lain
sampai-sampai mereka tidak sempat mengurus diri
mereka sendiri, bagi Gulen mereka itulah para pewaris
yang sah atas sejarah manusia. 180 

Pemberian istilah “spiritualitas revolusioner”


memberi penekanan pada dua hal penting,
180
  Lihat Muhammad Fethullah Gulen,  Bangkitnya
Spiritualitas Islam, (Jakarta:
Islam, (Jakarta: Republika, 2012),154.

IMM Untuk Kemanusiaan

210

Pertama,  yaitu aktifitas ketaatan kepada Allah


SWT dengan segenap cinta kepadanya. Ini berkaitan
dengan ibadah-ibadah mahdzoh yang kita lakukan
sebagai manifestasi iman. Ibadah-ibadah ini sebagai
bentuk relasi dengan Allah yang berada di dunia
metaempiris (dunia yang tak terjangkau oleh
kemampuan manusia). Di mana hubungan dengan Allah
melalui ibadah-ibadah yang kontemplatif itu melahirkan
kenyamanan dan rasa rindu yang terus menerus tiada
habisnya dengan Allah sehingga membentuk etika dan
moralitas Ilahiah, tapi tidak seperti kebanyakan sufi yang
ingin mendekap Allah atau dalam istilah sufi ingin
menyatu dengan-Nya. Sehingga tidak ada lagi
perbedaan antara Allah dengan dirinya. Karena saking
asyiknya merayu untuk bercumbu dengan Allah,
kemudian melupakan kehidupan di bumi (realitas sosial-
kemanusiaan).

Kedua,  pemberian kata revolusioner di depan


spiritualitas sebagai penekanan bahwa spiritualitas
merupakan dasar dan pijakan bagi gerakan
pembebasan manusia di bumi. Sebagai daya dorong
untuk membangun kehidupan di bumi yang berkeadilan,
egaliterian, aman, sejahtera, dan berkemajuan
berdasarkan nilai-nilai Ilahiah.

Intinya, spiritualitas revolusioner adalah


membawa semangat langit untuk perubahan di bumi
sebagaimana amanah yang diberikan oleh Allah sebagai
khalifah fil ard . Bukan sebaliknya, setelah asyik
mengapai Allah di langit (dunia metaempiris) lalu tidak
ingin kembali lagi ke bumi. Bukan itu semangat yang
dibawa oleh paradigma spiritualitas revolusioner, tapi

IMM Untuk Kemanusiaan

211

semangat spiritualitas revolusioner adalah semangat


kenabian yang bernilai revolutif. Seperti yang dikatakan
Muhammad Iqbal bahwa Nabi bukanlah seorang sufi.
Iqbal mengambarkan peristiwa perjalanan Nabi
Muhammad Saw ketika Mi’raj , Menurut Iqbal,
seandainya Nabi seorang mistikus atau sufi, tentu beliau
tidak ingin kembali ke bumi karena telah merasa
tenteram bertemu dengan Tuhan dan berada di sisi-Nya,
tapi ternyata Nabi kembali ke bumi untuk mengerakkan
perubahan sosial, untuk mengubah jalannya sejarah. 181 
Dasar pemikiran ini semakin menguatkan pandangan
kita bahwa spiritualitas revolusioner adalah spiritualitas
 jalan kenabian. Spiritualitas yang tidak tercerabut dari
akar universalitas Islam.

Paradigma spiritualitas yang disuguhkan di


dalam tulisan sederhana ini tidak hanya sekedar sebuah
nalar spiritualitas yang dibangun secara teoritis-
konseptual, tapi juga harus menjadi sebuah kesadaran
yang menggerakan tindakan atau gerakan praksis di
tengah kehidupan sosial-kemanusiaan kita. Pada
konteks inilah menurut hemat penulis, dengan semangat
spiritualitas revolusioner, kader IMM tidak hanya
menjadi Part of solution  (bagian dari solusi), atau
 problem solver   (penyelesai masalah), tetapi lebih jauh
lagi secara tegas mengukuhkan dirinya sebagai Source
of Solution  (sumber solusi) dari berbagai persoalan
umat, bangsa, dan kemanusiaan saat ini dan di masa
depan. Bukan sebaliknya menjadi  part of problem 
(bagian dari masalah) atau bahkan source of problem 
181
  Selengkapnya lihat Kuntowijoyo,  Paradigma Islam
Islam;;
 Interpretasii untuk Aksi, (Bandu
 Interpretas (Bandung:
ng: Mizan, 2008), 483.

IMM Untuk Kemanusiaan

212

(sumber masalah) di tengah kehidupan keummatan,


kebangsaan, dan kemanusiaan yang sakit dan
menderita saat ini.

Konsep spiritualitas revolusioner inilah yang


semakin menguatkan gerakan kemanusiaan kader IMM.
Sehingga konstruksi religiusitas-spiritualitas yang
berbasis kepada kesadaran Ilahiah untuk
memperjuangkan visi kemanusiaan benar-benar
termanifestasi di dalam kehidupan kader IMM. Dengan
kata lain, spiritualitas revolusioner adalah Spirituality for
Humanity   (spiritualitas untuk kemanusiaan) atau

Spirituality to all (spiritualitas untuk semua).


IMM Untuk Kemanusiaan

213

BAGIAN IV

IMM dan Dakwah Kemanusiaan


IMM Untuk Kemanusiaan

214

Membaca Zaman
 Arus perubahan sosial yang begitu cepat seolah
tidak terbendungkan. Wajah kehidupan sosial dewasa
ini tentu menghendaki kita untuk “Re-thinking 
“Re-thinking ” akan
langkah-langkah strategis dakwah Islam. Meski
diskursus mengenai konsep dakwah dominan muncul
mengenai metode, tekhnik, dan strategi dakwah sebagai
respon perubahan zaman yang ti
tidak
dak terelakan.
Gagasan tentang dakwah kontemporer atau

disebut juga dakwah kontekstual, sesungguhnya


bukanlah sesuatu yang dikatakan baru, melainkan hal ini
telah lama diperdebatkan oleh kalangan pemikir Islam,
ulama, lebih-lebih kaum cendekia. Respon terhadap
perubahan sosial ini katakanlah pada tahun 1962 sudah
menjadi bahan pembicaraan dikalangan cendekiawan
dan Majlis Ulama Indonesia kala itu seperti yang ditulis
oleh Dawam Rahardjo diantaranya adalah respon Buya
Hamka melihat perubahan sosial yang ada dan perlunya

paradigma baru
Buya tentang
Hamka dakwah.
menulis tentang ““Da’watul
Da’watul Islam”
Islam ”
dalam majalah Gema Islam dan beberapa cendekiawan
Islam seperti Brigjen Sudirman M. Sarbini dan Sucipto
Yudodiharjo (dikalanga
(dikalangann tokoh militer), dan A. Marwan
dari kalangan pengusaha kemudian membentuk
Perguruan Tinggi Dakwah Islam (PTDI) juga melahirkan
paradigma baru tentang Dakwah. Bagi mereka, definisi
dakwah adalah kegiatan “membawa masyarakat dari
IMM Untuk Kemanusiaan

215

satu kondisi ke kondisi yang lebih baik”. 182Gagasan-


gagasan yang muncul tentang interpretasi baru
mengenai dakwah Islam saat itu sesungguhnya selalu
mengacu pada teori perubahan sosial.
Menurut Dawam Rahardjo, teori perubahan
sosial itu mengasumsikan terjadinya progress atau
“kemajuan” dalam masyarakat. Menurutnya , untuk
memahami apa yang disebut sebagai “kemajuan”, ada
dua interpretasi: Pertama,  kemajuan dalam arti bahwa
masyarakat berjalan maju dari satu tahap ke tahap lain
tanpa penilaian bahwa tahap yang lebih lanjut itu lebih
baik dari tahap sebelumnya, karena tahap itu hanyalah
merupakan hasil perubahan bentuk saja. Kemudian
kedua,  maju memiliki makna bahwa tahap berikutnya
lebih baik (isi dan sifatnya) dari sebelumnya. 183 
Modernisasi yang melahirkan perubahan atau
kemajuan di berbagai sektor kehidupan sosial telah
membawa dampak perubahan yang tidak hanya dalam
konteks material, tapi juga membawa perubahan
terhadap cara pandang manusia tentang kehidupan.
Menjamurnya gaya hidup konsumerisme, hedonisme,
instanisme, hegemoni media dan lelahnya peran
keagamaan untuk tidak mengatakan telah hilang dalam
kehidupan modern menjadi penting untuk diamati.
Muncul lagi apa yang disebut sebagai
“postmodernisme”, yang oleh Ahmed sebagaimana
dikemukakan oleh Komaruddin Hidayat, dapat dilihat
dari karakter yang menonjol dari postmodernisme antara

182
  Dawam Rahardjo,  Intelektual Intelegensia dan Perilak
Perilaku
u
 Politik 183
Bangsa, (Bandung: Mizan 1999), 153.
Bangsa,
  Dawam Rahardjo,  Intelektual Intelegensia dan Perilak
Perilaku
u
 Politik Bangsa,
Bangsa, (Bandung: Mizan 1999), 153.

IMM Untuk Kemanusiaan

216

lain adalah: Pertama, timbulnya pemberontokan secara


kritis terhadap proyek modernitas; memudarnya
kepercayaan kepada agama yang bersifat transenden
dan semakin literasinya pandangan pluralisme-
relativisme kebenaran. Kedua, meledaknya industri
media massa, sehingga ia bagaikan perpanjangan dari
sistem indera, organ dan saraf manusia, yang pada
urutannya membuat dunia menjadi terasa kecil.
Lebih dari itu menurutnya, media massa telah
menjelma bagaikan “Agama” dan “Tuhan“ sekuler,
dalam artian bahwa perilaku orang tidak lagi ditentukan
oleh agama, tetapi tanpa disadari telah diatur oleh
media massa. Ketiga, munculnya radikalisme etnis dan
keagamaan. Ahmed melihat fenomena ini muncul
sebagai reaksi atau alternatif ketika orang semakin
meragukan terhadap kebenaran sains, tehnologi dan
filsafat yang dinilai gagal memenuhi janjinya untuk
membebaskan manusia, tetapi sebaliknya yang terjadi
adalah penindasan. Keempat, semakin menguatnya
wilayah perkotaan (urban) sebagai pusat kebudayaan,
dan wilayah pedesaan sebagai daerah pinggiran. Pola
ini juga berlaku bagi menguatnya dominasi negara maju
atas negara berkembang. Kelima, semakin terbukannya
kelas-kelas sosial atau kelompok untuk mengemukakan
pendapat secara lebih bebas.184  Disamping yang
disebutkan Ahmed di atas, kita juga menghadapi era
tekhnologi informasi yang begitu pesat kemajuannya.
Penggunaan tekhnologi informasi era ini sudah menjadi
kebutuhan fundamental. Tekhnologi informasi telah ikut
memengaruhi cara berfikir manusia dalam memaknai
184
  Komaruddin Hidayat, Tragedi Raja Midas : Moralitas
 Agama dan Krisis Modernisme
Modernisme,,  (Jakarta : Paramadina 1998), 152.

IMM Untuk Kemanusiaan

217

kehidupan. Penggunaan alat komunikasi yang berbasis


internet juga ikut memengaruhi aspek kehidupan
lainnya, seperti hubungan sosial, ekonomi, politik,
pendidikan, dan pola perilaku manusia.
Perubahan sosial yang terus berjalan maju ke
depan, dan diyakini terus mengalami perubahan dari
waktu ke waktu menghendaki perlunya dinamisasi
paradigma dakwah yang juga mengadaptasikan dirinya
dengan realitas yang ada, atau paling tidak
progresifitasnya selangkah lebih maju dari realitas yang
ada.
Hal ini bukan berarti menghilangkan sama sekali
tradisi dakwah tradisional yang merupakan khazanah
kekayaan Islam. Hanya yang diperlukan adalah adanya
“New Creativity ” untuk menyampaikan pesan langit
untuk dipahami oleh manusia di Bumi. Misalnya dalam
konteks Muhammadiyah sebagai gerakan Islam,
gerakan sosial, dan gerakan pembaruan yang kemudian
sekarang dipahami Muhammadiyah sebagai gerakan
Kemajuan daripada gerakan pembaruan (Tajdid)
diharapkan menjadi pelopor dalam merespon fenomena
sosial dewasa ini, sehingga gerakan Muhammadiyah
tidak berada dipinggir tepi dan sepih apalagi menjadi
basi dalam pola dakwah amar ma’ruf nahi mungkarnya.
m ungkarnya.
Lebih khusus lagi untuk kelompok Intelektual
muda Muhammadiyah seperti Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah (IMM) melalui kader-kadernya
diharapkan bisa melahirkan gagasan-gagasan yang
perawan (New ideas) melalui aktivitas perkaderan,
pelatihan, dan diskusi-diskusi yang ada. Jangan sampai
kader IMM sebagai anak intelektual Muhammadiyah
yang diharapkan mengembangkan Islam berkemajuan

IMM Untuk Kemanusiaan

218

 justru mengalami
mengalam i kevakuman berpikir dan kelesuan
intelektual, apalagi terjadi kematian berpikir ditubuh
kader IMM. Jika hal ini terjadi, maka kader IMM akan
menjadi penonton dalam pertarungan pemikiran yang
merupakan ciri khas dari masyarakat tekhnologi
informasi dewasa ini.
Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi kader
IMM untuk mengupayakan reinterpretasi , rethinking  dan
  dan
reaktualisasi   dalam meramu model dakwah
kontekstualnya dan merakit konsep yang menyentuh
lapangan dakwah baru, termasuk diantaranya
mempersiapkan kader yang punya paradigma dakwah
universal dan kontekstual.
IMM Untuk Kemanusiaan

219

Melihat Paradigma
Dakwah Muhammadiyah
Konsep gerakan amar ma’ruf nahi mungkar
secara implisit merupakan doktrin gerakan kemanusiaan
Islam. Namun, secara eksplisit konsep amar ma’ruf nahi
mungkar sangat dekat sekali dengan Muhammadiyah
bahkan menjadi simbol dan doktrin gerakan
Muhammadiyah dan Ortom.
Dalam ensiklopedi Muhammadiyah, secara
etimologi definisi “amar 
“amar ” berarti perintah, “ma’ruf 
“ma’ruf ” berarti
sesuatu yang dianggap baik atau perbuatan yang
dianggap baik; “nahi 
“nahi ” berasal dari kata “nahyu
“nahyu”” yang
artinya larangan, “mungkar 
“mungkar ” berarti suatu perbuatan,
ucapan atau sikap yang dianggap buruk atau salah.
Kemudian “amar ma’ruf” berarti menyuruh atau
mendorong manusia untuk berbuat baik, sementara
“nahi mungkar ” artinya melarang manusia baik individu

maupun masyarakat melakukan perbuatan buruk atau


salah.
Lebih lanjut disebutkan bahwa “amar
“ amar ma’ruf ”
dipahami sebagai satu usaha agar seseorang atau
kelompok orang atau masyarakat melakukan kebaikan
sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh agama
Islam. “nahi
“nahi mungkar ” merupakan satu usaha agar
seseorang atau kelompok orang atau masyarakat
meninggalkan dan menjauhi segala perbuatan buruk
atau salah berdasarkan ajaran Islam, terutama
perbuatan buruk atau salah yang dapat merusak agama

IMM Untuk Kemanusiaan

220

(akidah, ibadah, dan muamalah), diri manusia


(jasmaiah, rohaniah dan akal), harta benda (mulai dari
cara mendapatkannya sampai kepada penggunaannya),
keturunan (kejelasan nasab, hak pendidikan dan
pewarisannya). 185 
Istilah amar ma’ruf nahi mungkar k emudian
menjadi salah satu identitas perjuangan
Muhammadiyah. Sebagaimana yang disebutkan
misalnya dalam anggaran dasar Muhammadiyah pasal 1
ayat 1 dinyatakan bahwa Muhammadiyah sebagai
gerakan islam dan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar,
berakidah Islam dan bersumber pada Al-qur’an dan
186
hadits. 
Muhammadiyah sebagai gerakan Dakwah
mendasarkan pikirannya pada beberapa doktrin Al-
Qur’an diantaranya adalah :






104. Dan hendaklah ada 


ada di antara kamu segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar 187;

185
  Lihat Ensiklopedi Muhammadiyah, (Jakarta : PT Raja
Grafindo
Grafindo Persada, 2005), 20.
186
  Lihat Anggaran Dasar Muhammadiyah. Bandingkan juga
dengan buku Studi Kemuhammadiyahan :  Kajian Historis, Ideologi
Organisasi, (Surakarta
Organisasi,  (Surakarta : LPID, 2012), 67.
187
  Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada
Allah; sedangkan munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan
kita dari pada-Nya.

IMM Untuk Kemanusiaan

221

merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali


Imran/3: 104)









110. Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan

untuk manusia,
mencegah menyuruh
dari yang munkar,kepada yangkepada
dan beriman ma'ruf,Allah.
dan
sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi
mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
(QS. Ali Imran : 110)








125. Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan
Tuhan-mu-mu dengan
hikmah188  dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
188
 Hikmah: ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat
membedakan antara yang hak dengan yang bathil.

IMM Untuk Kemanusiaan

222

yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih


mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS.
 Al-Nahl : 125)
Dalam literatur-literatur
189
Kemuhammadiyahan, sering disebutkan bahwa
sasaran dakwah Muhammadiyah ditujukan kepada
perseorangan dan masyarakat. Lebih lenjut disebutkan
dakwah untuk perseorangan ditujukan kepada yang
telah beragama Islam (bersifat pemurnian) dan yang
belum beragama Islam (bersifat seruan dan ajakan
untuk memeluk agama Islam). Sedangkan dakwah
untuk masyarakat dilakukan dalam rangka perbaikan
hidup, bimbingan serta peringatan untuk
selalu
melakukan yang ma’ruf dan menjauhi yang mungka r.
 Amar ma’ruf nahi munkar menurut Dawam
Rahardjo dimaknai sangat berkait erat dengan dakwah
atau semangat perjuangan. Dawam memberikan contoh
bagaimana istilah amar ma’ruf nahi munkar kadang -
kadang digunakan dalam gerakan perjuangan-
perjuangan tertentu misalnya gerakan ketika orang
menentang lottere, yang bernama Hwa Hwe, di orde
baru, kemudian porkas dan terakhir SDSB, perjuangan
melawan korupsi dan pelacuran juga menurutnya bisa
berada di bawah bendera amr ma’ruf nahi mungkar.190  
Lebih lanjut disebutkan bahwa istilah amr ma’ruf
nahi mungkar mengandung konotasi “berjuang
menentang” “membasmi” atau “memberantas”

189
Syamsul Hidayat, Mahasri Shohabiya dan Sudarno
Shobron, Studi Kemuhammadiyahan : Kajian Historis, Ideologi
 (Surakarta : LPID, 2012), 67.  
Organisasi, (Surakarta
Organisasi,
190  DawamRahardjo,  Ensiklopedi Al-
Al-Qur’an
Qur’an : Tafsir Sosial
 Berdasarkan Konsep-Konse
 Berdasarkan Konsep-Konsep
p Kunci, (Jakarta: Paramadina, 2002),
619.

IMM Untuk Kemanusiaan

223

konotasinya adalah bentuk negatif dari suatu


perjuangan. Tekanan makna penyebutan istilah tersebut
lebih berat kepada aspek nahy mungkar nya.
nya. Sedangkan
penggunaan amr ma’ruf   berarti “anjuran kebaikan”
dalam konteks kehidupan kebangsaan menurut dawam,
istilah amr ma’ruf   lebih tepat digunakan dalam rangka
menegakkan kedisiplinan nasional.191 
Yang menarik dari interpretasi Dawam Rahardjo
adalah menafsirkan amar ma’ruf nahi mungkar dalam
spirit gerakan perjuangan. Amar ma’ruf nahi mungkar
dilihat sebagai doktrin perjuangan untuk menegakan
masyarakat yang berkeadaban. Lebih jauh menurut
penulis amar ma’ruf nahi mungkar   disamping doktrin
untuk melawan segala perilaku destruktif seperti korupsi,
ketidakadilan ekonomi, ketidakadilan sosial, patologi
sosial, dan lain-lain.  Amar ma’ruf nahi mungkar  juga
menjadi doktrin untuk membangun kehidupan yang
(civil sociaty ) menuntut kaum believer untuk
ma’ruf (civil
menjadi pribadi kreatif, produktif, inovatif, pribadi teladan
(pribadi kenabian).
Sementara dalam pandangan Din Syamsuddin,
dakwah adalah keseluruhan aktivitas untuk mengajak
orang kepada Islam. Bagi Din Syamsuddin, dakwah
dapat mengambil bentuk lisan (da,wah bil-lisan atau
billisanil maqal, bisa juga disebut tabligh), bentuk tulisan
(dakwah bil kitabah), dan bentuk pengembangan
masyarakat (dakwah bilhal atau billisanil hal ). ). Yang
menarik dari pandangan Din Syamsudin mengenai
model dakwah, menurutnya, dakwah mengandung arti
191 
Dawam Rahardjo,  Ensiklopedi Al-
Al-Qur’an:
Qur’an: Tafsir Sosial
 Berdasarkan Konsep-Konse
 Berdasarkan Konsep-Konsep
p Kunci, (Jakarta: Paramadina, 2002),
619.

IMM Untuk Kemanusiaan

224

social control (amar ma’ruf nahi mungkar). Lebih lanjut


Din Syamsuddin menyebutkan bahwa aktivitas dakwah
merupakan aktivitas yang integral, maka dakwah dapat
dilakukan lewat berbagai jalur kehidupan, seperti sosial,
ekonomi, ilmu, dan tekhnologi, pendidikan, dan
keseniaan.192 

Pelaku-pelaku agent of control   sesungguhnya


mereka sedang menjalankan misi dakwah amar ma’ruf
nahi mungkar. Mereka yang memainkan peran sosial
Control nya
nya terhadap kekejian politik, control terhadap
ketidakadilan sosial, kesewenang-wenangan penguasa

dan
sertajuga control ekonomi
dominasi terhadap dari
persoalan
kaum penegakan hukum
kapital yang bisa
menyengsarakan masyarakat lemah, menurut penulis
 juga mereka adalah pendakwah profetik yang tidak
hanya bereforia dengan suasana ceramah
ceramah di masjid tapi
secara langsung berhadapan dengan realitas sosial
yang menghimpi
me nghimpitt kehidupan masyarakat lemah.

Dalam konteks Muhammadiyah, secara


normative dan historis, landasan gerakan
Muhammadiyah lahir dan bertumpu pada pemikiran
yang merupakan dasar fundamental gerakan
Muhmmadiyah seperti yang disebutkan di atas. Meski
demikian, dasar pemikiran di atas bukanlah sesuatu
yang sifatnya stagnan, pasif, dan dianggap sacred
bebas dari pengembangan-pengembangan yang
bersifat faktual dan kontekstual. Menurut penulis,
landasan-landasan normative tentang amar ma’ruf nahi
192
  Din Syamsuddin,  Etika Agama Dalam Membang Membangunun
 Masyarakatt Madani,
 Masyaraka Madani, (Jakarta
 (Jakarta : PT. Logos Wacana Ilmu, 2000), 127.

IMM Untuk Kemanusiaan

225

mungkar bersifat dinamis, terbuka untuk


diinterpretasikan dalam konteks kekinian, dan juga
bersifat merespon kehidupan ke-depan. Dalam istilah
Muhammadiyah sangat populer dengan pemaknaan
Berkemajuan”.  Islam puritan, sekaligus Islam
“Islam Berkemajuan”.
yang menyatu dengan zaman.
Maka dalam tulisan ini, penulis ingin
menegaskan bahwa konsep gerakan amar ma’ruf nahi
mungkar dalam spektrum gerakan yang luas
(menyentuh semua ranah kehidupan manusia,
beragama, berbangsa dll). Walaupun penegasan ini
sesungguhnya bukanlah hal yang baru bagi
Muhammadiyah. Sekarang ini Muhammadiyah telah
mengembangkan interpretasi amar ma’ruf nahi mungkar
pada dimensi yang universal atau apa yang disebut
sebagai dakwah universal.
Memang historisitas kelahiran Muhammadiyah
lebih populer sebagai gerakan kelompok Islam yang
mengangkat tema-tema seperti tajdid, dan purifikasi.
Terutama dalam aspek teologis-syari’ah (fikih).
Selanjutnya, gerakan Kyai Dahlan dengan payung
Muhammadiyahnya mengambil peran yang lebih luas
lagi, seperti aksi-aksi sosial yang teraktualisasi di dalam
gerakan menyantuni anak yatim dan fakir miskin.
Gerakan mencerdaskan serpihan-serpihan anak-anak
kauman yang bisa dikatakan mayoritas mereka adalah
kaum lemah, kaum pinggiran, komunitas tidak berdaya
yang sulit mendapatkan pendidikan pada zamannya.
Dalam Islam disebut sebagai kelompok Dhuafa dan
Mustad’afin.
Tidak berhenti disitu, seiring dengan proses
waktu, Muhammadiyah mengembangkan
mengemb angkan gerakan

IMM Untuk Kemanusiaan

226

sosial Islam pada aspek yang lain semacam gerakan


peduli kesehatan masyarakat terwujud dengan adanya
lembaga-lembaga
lembaga -lembaga kesehatan Muhammadiyah, dan
aksi-aksi sosial lainnya.
Masyarakat luas cenderung lebih mengenal dan
lebih suka mengambarkan Muhammadiyah dengan
mengatakan bahwa Muhammadiyah itu adalah
organisasi yang bergerak di bidang pendidikan dan
kesehatan. Pertanyaan kemudian benarkah asumsi-
asumsi yang demikian? Penulis lebih jauh lagi ingin
bertanya apakah Muhammadiyah sengaja hanya
dilahirkan untuk mengembang misi pendidikan dan
memasyarakatkan gerakan kesehatan lewat sekolah,
universitas, PKU dan rumah sakitnya?
Universalitas gerakan dakwah Muhammadiyah
harus dilihat dalam perspektif yang komprehensif. Kita
harus katakan bahwa semangat historisitas
Muhammadiyah yang memainkan perannya
mencerahkan masyarakat dan bangsa lewat gagasan
Islam berkemajuan, Islam kontekstual dan kristalisasi
islam rahmatan lil alamiin melalui pendidikan dan
kesehatan adalah merupakan ciri khas yang tidak
mungkin dipisahkan dari Muhammadiyah untuk tidak
mengatakan milik Muhammadiyah. Karena
Muhammadiyah sadar bahwa dengan pendidikanlah
umat dan rakyat Indonesia bisa terbangun dari
keterbelakangannya, bisa mempersiapkan masa
depannya dengan baik.
ba ik.
Muhammadiyah sadar, pendidikan menjadi faktor
determinan menjadikan sebuah bangsa itu menjadi
bangsa yang maju dan besar, tapi dalam konteks
Muhammadiyah sebagai gerakan universal sebagai

IMM Untuk Kemanusiaan

227

akibat dari gagasan tajdid (pembaruan), Islam


berkemajuan dan Islam kontekstual, maka
Muhammadiyah masa kini dituntut harus berani keluar
dalam lapangan dakwah yang universal. Gerakan
Muhammadiyah harus terus berjalan ke depan
menyentuh seluruh dimensi kehidupan global.
Kita tahu misalnya dalam konteks universalitas
gerakan Muhammadiyah ke depan, bisa terlihat dari
ramuan pemikiran para tokoh Muhammadiyah yang
kemudian menjadi wacana penting di MUKTAMAR
Muhammadiyah ke-46 yang pada akhirnya menjadi
keputusan visi Muhammadiyah di Tahun 2025, di
antaranya: pada aspek Islam sebagai Agama
Monoteisme/Tauhid Muhammadiyah masa depan
mengupayakan menanamkan keyakinan, memperdalam
dan memperluas pemahaman, meningkat pengalaman,
serta menyebarluaskan ajaran Islam dalam berbagai
aspek kehidupan, pada aspek pemikiran Islam
Muhammadiyah berikhtiar memperdalam dan
mengembangkan pengkajian Islam dalam berbagai
aspek kehidupan untuk mendapatkan kemurnian dan
kebenaranya.
Pada aspek Islam, dalam konteks relasi vertikal
dan horizontal (ibadah mahdzoh dan gairu mahdzoh)
Muhammadiyah terus meningkatkan semangat ibadah,
 jihad, zakat, infak, wakaf, shadaqah,
shadaqah , hibah dan amal
shalih lainnya. Pada aspek pengembangan Sumber
Daya Manusia, Muhammadiyah terus berikthiar
meningkatkan harkat, martabat dan kualitas
sumberdaya manusia agar berkemampuan tinggi serta
berakhlak mulia. Sementara pada aspek pendidikan,
Muhammadiyah terus memajukan dan memperbaharui

IMM Untuk Kemanusiaan

228

pendidikan dan kebudayaan, mengembangkan ilmu


pengetahuan, tekhnologi dan seni, serta meningkatkan
penelitian.
Pada aspek ekonomi, Muhammadiyah berikhtiar
untuk memajukan ekonomi dan kewirausahaan ke arah
perbaikan hidup yang berkualitas, meningkatkan kualitas
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, memelihara,
mengembangkan dan mendayagunakan sumberdaya
alam dan lingkungan untuk kesejahteraan,
mengembangkan komunikasi, ukhwah, dan kerjasama
dalam berbagai bidang dan kalangan masyarakat dalam
dan luar negeri, memelihara keutuhan bangsa dan
berperan aktif dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, membina dan meningkatkan kualitas serta
kuantitas anggota sebagai pelaku gerakan,
mengupayakan penegakan hukum, keadilan dan
kebenaran serta meningkatkan pembelaan terhadap
masyarakat. 193 
Muhammadiyah juga sangat populer dengan
paradigma dakwah culturalnya. Munculnya gagasan
dakwah cultural ini juga tidak terlepas dari respon
Muhammadiyah terhadap perubahan sosial, ekonomi
dan budaya yang sedang gencar-gencarnya terjadi yang
pada akhirnya perubahan itu memengaruhi
keberagamaan seseorang atau masyarakat. Bagi Abdul
Munir Mulkhan, dakwah kultural adalah bagaimana
menyajikan Islam dalam beragam menu yang berbeda
bagi masyarakat yang berbeda. Abdul Munir Mulkhan
mencoba membagi praktik Islam dalam dua model,
yaitu: syariah dan sufi, model pertama menurutnya lebih
193
  Hasil MUKTAMAR Muhammadiyah ke-46. Lebih
lengkap lihat juga di web resmi Muhammadiyah.

IMM Untuk Kemanusiaan

229

mudah diterima pedagang, pegawai, dan kelas sosial


lebih tinggi, dan model kedua lebih mudah diterima
petani, buruh, dan yang mengalami transisi sosial-
budaya atau masyarakat industri yang mengalami
rasionalisasi dan materialisasi besar-besaran.
Praktik Islam model pertama menurutnya
dikembangkan melalui dakwah rasionalisasi, dan yang
kedua melalui spiritualisasi atau sufistisasi. Dalam
konteks internal Muhammadiyahpun menurut Abdul
Munir Mulkhan juga terlihat memiliki karakter praktek
keberagamaan yang berbeda. Beliau menyebutkan
misalnya Muhammadiyah di perkotaan cenderung
berbeda dibandingkan di pedesaan.
Seperti ditulis oleh Abdul Munir Mulkhan tentang
Penelitian Tahun 1997-1999 di Jember Jawa Timur
menunjukan empat bentuk praktek Islam murni, yaitu
model Al-Ikhlas, kiai Dahlan, MUNU (Muhammadiyah-
NU), dan MARMUD (Marhaenis-Muhammadiyah), atau
MUNAS (Muhammadiyah-Nasional) dari warga
Muhammadiyah yang seluruhnya terdaftar sebagai
anggota dengan NBM. 194  Melihat kenyataan ini, maka
pendekatan cultural dalam dakwah kontemporer menjadi
sangat penting.
Sesungguhnya secara konsep, Muhammadiyah
telah memiliki rumusan gerakan dakwah universal yang
bagus untuk tidak mengatakan cukup matang dan final.
Hal ini ditandai dengan gagasan-gagasan
kader/pimpinan Muhammadiyah dari masa ke-masa baik
melalui seminar, worshop, tulisan-tulisan, maupun lewat
194  Abdul Munir Mulkhan,  Kesalehan Multikultural: Ber-
 Islam Secara Autentik-Kontekstual di Aras Peradaban Global,
(Jakarta: PSAP Muhammadiyah 2005), 215.

IMM Untuk Kemanusiaan

230

Muktamar dan Tanwir Muhammadiyah. Yang sangat


mudah dilihat adalah adanya lembaga-lembaga di PP
Muhammadiyah sebagai representasi gagasan gerakan
universalitas Muhammadiyah yang telah menyentuh
semua dimensi kehidupan. Meski demikian, yang jauh
lebih penting menurut penulis adalah adanya kesadaran
pimpinan Muhammadiyah untuk serius melakukan
pemberdayaan dan distribusi kader. Contoh kecilnya
adalah Muhammadiyah belum terlihat serius mendorong
anak-anak muda Muhammadiyah untuk menjadi
magister, doktor dan profesor disegala lini keilmuan.
Sebab, mereka kader-kader inilah merupakan pelaku-
pelaku dakwah, pelaku agent of change yang
menjelankan nalar dakwah universal dan visi Islam
berkemajuan itu.
Sementara ini, Muhammadiyah belum massif
atau masih terkesan “enggan”  memberikan beasiswa
kepada kader-kader muda Muhammadiyah khususnya
di ortom untuk dikuliahkan di dalam maupun di luar
negeri dengan berbagai disiplin keilmuan yang beragam.
Sehingga menurut penulis, jika keengganan ini
berlangsung lama, apalagi berusaha untuk dikekalkan,
maka cita-cita universalitas gerakan dakwah amar
ma’ruf nahi mungkar Muhammadiyah yang la hir dari
kesadaran ideologis hanya akan menjadi catatan di atas
kertas dan lamunan mimpi yang sulit terwujud.
Melainkan Muhammadiyah hanya menjadi
tukang comot dan tukang klaim. Sebagaimana yang
terlihat akhir-akhir ini. Meskipun dia bukan kader
Muhammadiyah, hanya modal sekedar kenal
Muhammadiyah lewat SDN atau kakeknya orang
Muhammadiyah, tapi lantaran dia seorang pejabat,

IMM Untuk Kemanusiaan

231

tenaga ahli atau tokoh apapun, merupakan kebahagiaan


tersendiri bagi Muhammadiyah untuk mengklaimnya
m engklaimnya “dia
kader Muhammadiyah”. Tidak sedikit juga
Muhammadiyah dimanfaatkan oleh kepentingan-
kepentingan tertentu yang meminjam label
Muhammadiyah untuk mencari posisi aman. Seorang
teman saya pernah mengatakan : “kalau mau besar dan
dianggap di Muhammadiyah, tidak perlu menjadi kader
yang mati-matian mengurus Muhammadiyah (baik lewat
IPM, IMM, Pemuda Muh, NA), cukup sekolah di
Muhammadiyah lalu sukses dan kaya, maka akan
segera disambut sebagai warga Muhammadiyah yang
populer dan dihormati”.
Menurut penulis, hal di atas merupakan tradisi
yang kurang baik bagi Muhammadiyah walaupun
sebagian orang mengatakan hal itu adalah bagian dari
kecerdasan tokoh-tokoh Muhammadiyah. Maka,
rumusan untuk mencapai universalitas gerakan dakwah
Muhammadiyah ke depan adalah harus diawali dengan
sebuah kesadaran bahwa sudah saatnya bagi
Muhammadiyah untuk lebih serius melakukan
pemberdayaan kader di segala aspek keahlian.
Sehingga akan lahir tokoh-tokoh Muhammadiyah yang
ahli di semua bidang ilmu pengetahuan ( sosial science,
natural science dan humanities ) yang tidak hanya ahli di
bidang ilmu pengetahuan, tapi juga terlahir sebagai
kader Muhammadiyah ideologis yang berdarah-
berdarah dalam kawasan perkaderan, pergulatan
kepemimpinan. Mereka itulah kader IPM, IMM, NA,
PEMUDA, Tapak Suci, Hizbul Wathan yang harus
diberdayakan.

IMM Untuk Kemanusiaan

232

Gambaran arah dakwah Muhammadiyah penting


untuk dilihat secara analitis-kritis oleh kaum Muda
Muhammadiyah seperti kader Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah (IMM), karena arah dakwah
Muhammadiyah ke depan akan banyak dinahkodai oleh
kaum muda Muhammadiyah masa sekarang. Di sisi lain,
keberadaan IMM sebagai Organisasi Otonomnya
Muhammadiyah yang menegaskan dirinya bahwa
kepribadian Muhammadiyah adalah landasan
perjuangan IMM yang berarti kader IMM tidak mungkin
untuk memisahkan dirinya dengan khittah perjuangan
Muhammadiyah. Ada semboyan misalnya mengatakan
“IMM Oke, Muhammadiah Yes” bukan sebaliknya “IMM
Yes, Muhammadiyah No”. Jadi, arah dakwah
Muhammadiyah di atas memberi gambaran pada kita
untuk dilihat secara analitis-kritis dinamis-progressif
dalam membangun gerakan dakwah IMM yang lebih
kontekstual menyentuh aspek universalitas-
kemanusiaan.
IMM Untuk Kemanusiaan

233

Mengenang dan Merefleksikan


IMM Kita
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)
sebagai bagian dari Muhammadiyah tentu dalam
gerakannya tetap mengacu pada nilai-nilai fundamental
kemuhammadiyahan baik dalam konteks gerakan sosial,
kemahasiswaan, kebangsaan, pendidikan, lebih-lebih
sebagai gerakan Islam. Secara historis, IMM memang
dilahirkan untuk menjawab problem internal dan problem
eksternal. Problem internal yakni untuk menjawab
kebutuhan yang ada di tubuh Muhammadiyah itu sendiri.
Sementara problem eksternal, IMM terlahir untuk
menjawab beragam problem kebangsaan yang sedang
carut marutnya. Ditubuh Muhammadiyah, IMM sengaja
dilahirkan untuk mempersiapkan kader-kader intelektual
muda Muhammadiyah atau ulama intelektual atau
intelektual ulama yang diharapkan dipundaknya
Muhammadiyah bisa dititipkan.
Sementara secara eksternal, IMM dilahirkan
untuk menjadi solusi ditengah carut marutnya persoalan
kebangsaan. Ini berarti bahwa IMM dituntut untuk
memainkan peran kebangsaannya. Jika dilihat disaat
kelahirannya, IMM langsung dihadapkan dengan
beragam dinamika kebangsaan yang begitu rumit.
Dimana organisasi kemahasiswaan pemuda sedang
gencar-gencarnya berhadapan dengan gerakan PKI dan
CGMI yang mengancam eksistensi mereka.

IMM Untuk Kemanusiaan

234

IMM (1964-1971) diumur yang masih sangat


muda harus menghadapi situasi kritis, harus
berhadapan dengan MANIPOL USDEKnya Bung Karno,
NASAKOM, dan ancaman PKI. Dalam literatur
mengenai sejarah IMM disebutkan, di masa ini gerakan
dakwah IMM lebih banyak diarahkan pada pembinaan
personil, penguatan organisasi, pembentukan, dan
pengembangan IMM di kota-kota maupun perguruan
tinggi.
Pada tahun (1971-1975), masa-masa ini
orientasi gerakan dakwah IMM mulai banyak diarahkan
pada pengembangan organisasi seperti melalui
program-program sosial, ekonomi, masalah-masalah
kemahasiswaan, umat dan bangsa lebih-lebih masalah
pendidikan.
Sehingga disebutkan
disebutkan pada masa ini di antara ide
dan gagasan pemikiran IMM adalah banyak diarahkan
pada pemikiran berbasis pendidikan. Dalam hal ini, IMM
menyadari bahwa pendidikan adalah suatu usaha
human investment yang penting untuk melukis dan
mewarnai masa depan bangsa; pendidikan merupakan
salah satu unsur terpenting untuk menumbuhkan dan
membina mental attitude bangsa.
IMM (1985) mulai banyak mencurahkan
perhatiaannya pada gerakan dakwah kebangsaan,
menyikapi isu-isu sosial dan politik kebangsaan. Masa
ini dikenal dengan masa kebangkitan IMM. Hingga
periode 2003-2006 (diketua oleh Ahmad Rofiq), IMM
memusatkan perhatiaan pada isu-isu kemanusiaan dan
kebangsaan.195 
195
  Ensiklopedi Muhammadiyah, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2005) .

IMM Untuk Kemanusiaan

235

Historisitas Jatuh bangun perjalanan Ikatan


Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) menjadi cermin bagi
kader IMM untuk melihat secara jernih, meletakkan
perangkat dan kawasan gerakan dakwah baru atau
paling tidak kristalisasi gagasan sebelumnya dalam
wacana dan aktualisasi untuk kekinian.
Kita pernah mengalami perjalanan yang penuh
dengan jatuh bangun. Dalam perjalanannya, IMM
pernah tenggelam selama 10 tahun, kemudian siuman
dan kembali menghirup udara segar setelah dilakukan
Muktamar luar biasa. Hal ini menimpa kepengurusan
DPP IMM tahun 1975-1985. Dimana IMM Pusat
mengalami krisis kepemimpinan, mengalami kevakuman
selama lebih kurang sepuluh tahun lamanya. Sehingga
menimbulkan kegelisahan dari para alumni dan tokoh
Muhammadiyah. Bahkan mengundang kritik dari
beberapa tokoh Muhammadiyah di antaran
antaranya
ya Bapak
Prodjokusumo. Ketika itu pak H.S Prodjokusumo
mencurahkan pikiran dan perasaannya dengan menulis
sebuah artikel yang berjudul : IMM Bangkitlah.
Selanjutnya kegelisahan itu muncul pula dari pak
Umar Hasyim beliau mencurahkan perasaan dan
kritiknya dengan menulis : “Merenungi
“ Merenungi Sejarahmu, kita
 jadi heran, ketika sejak muktamar ke-4 tahun 1975 itu
anda dengan lelapnya tidur nyenyak selama sepuluh
tahun, karena pada bulan april 1986 engkau baru
berhasil bermuktamar dan memilih kepengurusan DPP
lagi. Sungguh luar biasa sekali suasana dunia di mana
anda berada ini demikian gegap gempitannya, tetapi
anda bisa lelap tidur ””..196 
196
  Ensiklopedi Muhammadiyah, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2005) .

IMM Untuk Kemanusiaan

236

Kenyataan sejarah ini harus dibayar mahal oleh


kader IMM dewasa ini. sejarah pahit ini harus dibayar
dengan kerja keras, kerja tekun, kerja cerdas, kerja
ikhlas dalam membangun spektrum dakwah lebih luas
lagi (dakwah keumatan, dakwah kebangsaan dan
dakwah kemanusiaan) atau paling tidak seperti yang
penulis sebutkan adalah kristalisasi/aktualisasi gagasan
yang telah ada. Tentu, kader IMM tidak ingin kembali ke
masa lalu, disaat kevakuman, kekosongan gerakan,
dakwah yang terlupakan akibat kosongnya
kepemimpinan, di mana orang-orang disekitar meratapi
kesedihan dan mengharapkan hadirnya nafas baru yang
menghidupkan IMM Pusat kala itu. Jadi, fakta sejarah ini
harus di bayar mahal oleh kader IMM di manapun
berada melalui gerakan berbasis pada kualitas dan
kuantitas organisasi.
Sengaja disinggung sekilas napak tilas sejarah di
atas sebagai refleksi perjalanan dakwah IMM yang
penuh dengan suka duka. Baik dalam konteks dakwah
internal, hingga perjuangan-perjuangannya dalam
persoalan keumatan, kebangsaan dan kemanusiaan.
Hal fundamental yang ingin dikemukakan pada bagian
ini adalah tentang pentingnya mengkonstruksi dakwah
internal sebagai kekuatan untuk dakwah keumatan,
kebangsaan, dan kemanusiaan. Dengan kata lain, cita-
cita perjuangan untuk membangun kehidupan umat,
bangsa, dan kemanusiaan yang baldatun toyybatun
warabun gaffur   atau peradaban yang humanis-religius-
spiritualis akan sangat ditentukan oleh dakwah internal
IMM. Dakwah internalah sebagai akar atau pondasi bagi
suksesnya dakwah yang lebih luas.

IMM Untuk Kemanusiaan

237

IMM dari Dakwah Internal Menuju


Dakwah Kemanusiaan

Gerakan dakwah IMM berbasis internal ini


dilakukan sebagai upaya untuk menanamkan,
memperkuat dan mengembangkan nilai-nilai ke-Islaman,
keilmuan dan progresifitas pemikiran serta karakter
kepemimpinan di kalangan kader IMM. Dari sisi ke-
Islaman, kader IMM memiliki watak yang heterogen. Ada
yang berlatarbelakang pondok pesantren, ada yang
berlatarbelakang keluarganya memang dari
Muhammadiyah, ada yang bukan dari pondok
pesantren, tapi memiliki latarbelakang keagamaan yang
baik, dan ada juga yang baru mengenal Muhammadiyah
bahkan baru mengenal sholat, hingga yang
berlatarbelakang preman, pelacur, pecandu narkotika,
dan lain-lain, lalu kemudian bergabung dengan IMM.
Heterogenitas atau watak kader yang pluralitas
seperti ini menghendaki adanya gerakan dakwah
berbasis internal yang dilakukan secara massif. Gerakan
dakwah internal ini bisa saja mengambil bentuknya
dengan kajian ke-Islaman secara rutin, pelatihan-
pelatihan, silaturrahim di antara kader secara intensif
dan model-model lainnya. Hal ini dilakukan disamping
internalisasi nilai-nilai ke-Islaman dan penguatan
wacana ke-lslaman juga menjadi wadah untuk
membangun silaturrahim pemikiran, dan silaturrahim
spiritual di antara IMMawan dan IMMawati.

IMM Untuk Kemanusiaan

238

Internalisasi nilai-nilai ke-Islaman kader IMM


paling tidak memuat tiga tema besar dalam diskursus
Islam, yakni memperdalam pemahaman tentang tauhid
universal, ibadah universal, dan akhlak universal. 197 Tiga
aspek ini menjadi pokok-pokok ke-Islaman yang
fundamental untuk difahami dan direfleksikan dalam
rutinitas kehidupan kader IMM. Aspek tauhid, ibadah
dan pada akhirnya membentuk kepribadian yang
berkarakter (akhlak mulia) tidak hanya dipahami sebagai
ajaran normative-formalistis. Lebih dalam lagi bahwa
bagi kader IMM secara khusus harus melihat ajaran-
ajaran tersebut merupakan doktrin perjuangan,
perubahan, kemajuan, dan sebuah ideologi yang
menggerakan progresifitas kehidupan yang
mencerahkan, mensejahterakan dan memajukan.

Tauhid Sebagai Spirit Gerakan


Dalam aspek tauhid, kader IMM harus steril dari
segala cara pandang-keyakinan yang bisa merusak
hubungan dengan Tuhan. Apakah itu kepercayaan
dalam bentuk Animisme, dinamisme maupun
kepercayaan deisme, panteisme, dan

197
  Penulis
Penulis sengaja menggunakan kata “Universal” dalam
dimensi tauhid, ibadah dan akhlak. Bagi penulis watak keislaman
yang harus dibangun oleh kader IMM adalah watak keislaman dari
 bangunan tauhid yang kuat, ibadah yang benar dan ak
akhlak
hlak kenabian
kenabian..
 Nilai-nilai itu tidak hanya untuk men
mendapat
dapat kepuasan dirinya tapi
nilai itu harus hidup dalam dirinya sebagai nilai yang fungsional-
universal, yang menggerakan perubahan dan menentang segala
tindakan dan kehidupan yang kontradiktif dengannya yang pada
akhirnya didedikasikan untuk kemasl
kemaslahatan
ahatan kemanusiaan-Jagad raya
 beserta isinya.
isinya.

IMM Untuk Kemanusiaan

239

panenteisme.198Tauhid adalah segala-segalanya bagi


kader IMM. Tauhid merupakan sumpah setia kader IMM
pada kebenaran absolut, pada sumber keadilan dan
kebijaksanaan. Berikrar tidak ada Tuhan selain Allah
disamping sebagai pintu pertama untuk diakui sebagai
seorang muslim, tapi di sisi lain juga sesungguhnya kita
telah melepaskan diri dari segala bentuk ketergantungan
dan penjara kehidupan, dari ketergantungan pada
sistem sosial, ekonomi, dan politik yang menindas
menjadi manusia yang bebas dari semua itu dan
mengantungkan harapannya pada kebenaran absolut
sebagaimana ikrar dan sumpah setia itu. Makanya,
tauhid bagi kader IMM haruslah menjadi landasan
perjuangan, landasan bangunan keilmuan, dan sebagai
spirit gerakan yang terus menentang segala bentuk
kesewenang-wenangan yang membuat derita kehidupan
manusia.
Begitu juga Ikrar kita bahwa Muhammad SAW
merupakan nabi dan rasul Allah terakhir yang membawa
model gerakan pembebasan baru, haruslah dimaknai
sebagai doktrin yang menggerakan. Kita tahu
Muhammad SAW sendiri menghadapi musuh pertama

198
  Paham deisme mengatakan bahwa tuhan pencipta alam
dan sesudah alam diciptakan-Nya, ia tidak memerhatikan dan
memelihara alam lagi. Paham deisme memandang alam tidak butuh
tuhan lagi begitu juga wahyu dan do’a dalam deisme tidak
diperlukan. Panteisme berpendapat bahwa seluruh alam ini adalah
tuhan dan tuhan adalah seluruh alam. Sementara panenteisme
 berpandangan
 berpandan gan bahwa semua dalam tuhan. Bagi panenteisme tuhan
adalah pengatur dari materi yang sudah ada, bekerja sama dengan
alam, dan tergantung pada alam. Lebih lanjut lihat Amsal Bakhtiar,
 Filsafat Agama: Wisata Pemikiran dan Kepercayaan Manusia,Manusia,  
(Jakarta : PT. Rajagrafindo, 2012), 88-99.
88- 99.

IMM Untuk Kemanusiaan

240

yaitu dirinya sendiri. Beliau Membebaskan dirinya dari


komunitas sosial yang eksploitatif dengan
berkontemplasi di Gua Hira hingga wahyu Tuhan datang
menyapanya. Setelah sukses melepaskan dirinya dari
sistem sosial yang menindas, maka barulah sang nabi
itu bergerak melakukan pencerahan dari lorong ke
lorong, dari pintu ke pintu, dan dari orang terdekat,
keluarga, sahabat, tetangga, masyarakat, hingga
deklarasi terbuka melawan sistem yang demikian
eksploitatifnya serta menyimpang tanpa sedikit rasa
takutpun.
Kalau ikrar pertama merupakan ikrar dan
deklarasi pada kebenaran absolut, yakni ikrar
pembebasan. Bebas dari Tuhan-Tuhan palsu
(kesyirikan), dan juga bebas dari sistem sosial, ekonomi
dan politik yang menindas, akibat dari pemalsuan
Tuhan. Sementara ikrar (kesaksian) yang kedua
merupakan sumpah setia para kaum tauhidi untuk
mencontohi model gerakan Muhammad SAW sebagai
model manusia paripurna yang menjalankan komitmen
ketuhanan (tauhid) secara kaffah. Tokoh intelektual,
pemimpin agung, dan nabi yang mampu
m ampu menyi
menyinari
nari alam
pikiran dan hati manusia dengan cahaya ilmu dan
kebenaran. Tidak hanya itu, beliau mampu menjaga
otonomi intelektualnya tanpa mampu diintervensi oleh
siapapun. Tauhid yang puritan dan liberatif ini harus
diinternalisasi secara massif sebagai sebuah bentuk
paradigma Islam untuk identitas dan gerakan kader
IMM.
IMM Untuk Kemanusiaan

241

Merujuk pada pandangan Hasan Hanafi dalam


bukunya Dari Akidah ke Revolusi,199mengenai posisi
tauhid dalam gerakan perubahan. Hanafi mengajukan
satu pertanyaan fundamental mengenainya. Apakah
tauhid itu bersifat teoritis atau praksis? dalam
analisisnya, Hanafi memandang bahwa tauhid itu pada
hakekatnya terkadang bersifat ilmiah dan terkadang juga
bersifat praksis. Menurutnya, Ilmu Tauhid merupakan
landasan teoritis bagi aktivitas praksis. Karena tauhid
tidak bersifat pasif namun aktif. Secara bahasa tawhid
merupakan “kata benda aktif”, bukan “kata benda pasif”
yang menunjukan pada suatu proses. Maka tauhid
menurutnya merupakan kerja emosional yang di
dalamnya seseorang menyatukan segala kekuatan dan
kemampuannya menuju hakikat yang satu dan muthlak.
Bagi Hasan Hanafi, mekanisme kerja tauhid harus
mengesakan sikap, kemudian mengesakan masyarakat,
dan mengesakan dunia dalam satu sistem, yaitu sistem
wahyu.
Inti dari gagasan Hasan Hanafi di atas adalah
bagaimana menghidupkan kembali makna tauhid yang
aktif tidak hanya sekedar teoritis, yang menggerakan
perubahan, tidak hanya persoalan keimanan yang
kemudian dipahami sebatas pada ritualitas semata.
Tauhid harus dikorelasikan secara kuat dengan
persoalan amaliah praksis. Jika dilihat secara historis,
embrio lahirnya konsep tauhid (konsep ahad) dengan
gerakan revolusi akidah, revolusi sosial, revolusi
ekonomi, dan revolusi budayanya yang tanpa mengenal
199
  Selengkapnya Lihat Hasan Hanafi,  Dari Akidah Ke
 Revolusi, (Jakarta: Paramadina, 2013),

IMM Untuk Kemanusiaan

242

kata kompromi yang kemudian berhasil melahirkan


tatanan masyarakat baru yang lebih maju dan
berkeadaban di Jazirah Arab. Dengan kata lain, tauhid
menjadi landasan teoritis bagi perjuangan revolusi sosial
Nabi Muhammad SAW dengan para sahabatnya
melawan kuasa para kafir Qurais.
Semangat tauhid terhadap gerakan revolusi
terhadap ketidakadilan ekonomi, di mana sistem
ekonomi (riba) yang menghendaki yang kaya semakin
kaya dan yang miskin semakin terpuruk dalam
kemiskinan, melawan sistem sosial yang memperbudak,
melawan sistem budaya yang antikemanusiaan dengan
semangat egaliterianisme, dan melawan setiap bentuk
hegemoni yang menguntungkan segelintir orang dan
membiarkan yang lainnya tergeletak di dalam
ketidakberdayaannya, dan melawan akidah yang penuh
dengan kebohongan dan kepalsuan karena Tuhan
sengaja diciptakan untuk merawat hegemoni mereka di
bidang ekonomi, politik, sosial, dan lain-lain.
Melakukan hegemoni ekonomi, politik, sosial,
ketidakadilan dan sengaja membuat yang lain tetap di
dalam kesengsaraanya adalah merupakan model dari
perilaku kafir qurais hingga saat ini. Inilah yang disebut
Hasan Hanafi sebagai bentuk baru dari kesyirikan. Syirik
karena mereka dengan keserakahannya keluar dari
lingkar sistem Tuhan. Dan inilah musuh yang nyata bagi
gerakan yang disemangati oleh Tauhid. Artinya, konsep
tauhid sejak awal telah mendeklarasikan dirinya
melawan kesyirikan yang berwajah tiranik ini.
Jika gerakan IMM dalam sejarahnya selalu
bergelut di dalam paradigma dakwah pencerahan

IMM Untuk Kemanusiaan

243

terhadap penyakit masyarakat apa yang disebut dengan


TBC (Takhayul, Bid,ah, dan Khurafat). Menyerukan
dakwah pencerahan terhadap perilaku masyarakat yang
sesajean, menyembah pohon dan batu, pergi ke dukun,
meminta pertolongan kepada maqam para kyai, ulama,
dan bentuk-bentuk kurafat lainnya yang berbau syirik.
Dalam konteks ini, menurut hemat penulis, kita perlu
memberi tafsir baru terhadap bentuk kesyirikan atau apa
yang disebut takhayul dan khurafat di atas. Tanpa
menghilangkan pemaknaan ini, kita juga harus berani
memberi interpretasi baru terhadap bentuk takhayul dan
khurafat kontemporer. Meskipun ada beberapa kader
yang sudah pernah mewacanakan hal tersebut, namun
terasa masih sepih dalam diskursus kader IMM. 200  Di
antara takhayul dan khurafat baru yang penulis
maksudkan adalah di mana manusia modern saat ini
menyembah uang, menyembah materialisme,
menyembah kekuasaan yang tiranik, menebarkan
ketidakadilan dan penindasan yang menyebabkan
penderitaan manusia lainnya. Bentuk khurafat dan
takhayul baru adalah korupsi yang menyengsarakan,
kebijakan penguasa yang menghardik rakyat dan
200
  Di antara kader IMM yang berani memberi tafsir baru
terhadap gerakan melawan kesyirikan sebagaimana Hasan Hanafi di
atas adalah IMMawan Fajar Rizaul Haq yang saat ini tengah
 beraktifitas
 beraktifitas di direktur Ma’arif Insti
Institut.
tut. Dengan mengatakan; “musuh
 besar keberimanan kita adalah kemusyrikan dan setiap bentuk
 pengeksploitasian
 pengekspl oitasian (manusia dan lingkun
lingkungan)
gan) dan realitas-realitas
ketidakadilan merupakan bentuk kemusyrikan juga. Menurutnya
kemusyrikan yang pertama bersifat transendental-ilahiah sedangkan
yang kedua merupakan kemusyrikan yang bersifat sosial empiris.”
Lebih lanjut lihat Fazar Riza Ul Haq, Gerakan Kemanusiaan
 Intelektualisme,, dalam buku  Peneguhan Jatidiri Kader Ikatan
 Intelektualisme
 Mahasiswa Muhammadiyah,
Muhammadiyah, (Jakarta: DPP IMM, 2007), 129.

IMM Untuk Kemanusiaan

244

menguntungkan segelintir orang-kelompok,


neokolonialisme yang merampok sumber kekayaan
negara-negara lemah dan tidak berdaya (termasuk
negeri kita tercinta Indonesia), melalui kekuasaan yang
disuap dan dikekang kemerdek
kemerdekaannya.
aannya. Mereka mencuri
sumber minyak, pertambangan emas, perak, tembaga
dll, mereka mencuri kayu, gading, karet, kopi, kelapa,
mereka menguasai laut dan daratan strategis yang
sangat kaya, mereka menguasai perbankkan dan
sektor-sektor riil kehidupan suatu bangsa. Kemudian
dengan kekayaan yang dirampok di negeri-negeri itu
mereka membangun dan memperindah negerinya di
atas duka dan penderitaan negeri lainnya. Sebuah
kedzoliman dan penindasan yang melukai kemanusiaan.
Perilaku-perilaku di atas sesungguhnya model
dari kafir qurais-kafir qurais baru yang memperkaya diri
dan sukunya, tapi kemudian menindas yang lainnya.
Sebuah syirik yang dilawan oleh semangat tauhid.
Menurut penulis, kajian-kajian tauhid yang mencerahkan
dan menggerakkan perlu di massifkan di internal IMM
khususnya di Komisariat dan Cabang. Sehingga
semangat totalitas Islam diharapkan bisa bernyawa di
relung jiwa imawan dan imawati.

Ibadah Untuk Kemanusiaan


Kemanusiaan
Kemudian dalam aspek Ibadah, tentu saja kader
IMM bukanlah sosok munafik yang pandai berkhutbah,
berlogika, berargumentatif pada kawasan teoritis-
konseptual
dan amal semata,
sholeh tapi perpaduan
betul-betul antara ilmu,
menjadi iman
kesadaran
kontemplatif sehingga terwujud dalam penghambaan

IMM Untuk Kemanusiaan

245

kepada Allah yang tunggal. Ibadah dalam makna vertikal


(hubungan menghambakan diri pada Tuhan yang
tunggal sebab dari segala sebab) merupakan urat nadi
kehidupan keberagamaan kader IMM.
Maka tidak harus lagi ditemukan kader IMM yang
punya pemikiran yang tajam, intelektualitas tinggi,
kepekaan sosial dan rasa kemanusiaannya cukup
bagus, karakter kepemimpinan yang baik serta
berkompeten di bidang politik dan aspek-aspek lainnya,
tapi kemudian absen dari penghambaan diri kepada
 Allah SWT. Paling tidak indikator aktualisasi ibadah
vertikal yang dimaksud adalah melaksanakan perintah
sholat sebagai wujud cinta dan rindu Tuhan.
Ibadah pada hakekatnya adalah cinta. Tanpa
cinta maka ibadah hanya akan menjadi topeng yang
menampilkan kepalsuan, kebohongan dan kemunafikan.
Ibadah kepada Allah SWT berarti curahan ketulusan
cinta kepada sang khalik dan pemberi cinta dan kasih
sayang yang tiada tara. Selayaknya ibadah yang kita
lakukan adalah proses untuk terus belajar mencintai
 Allah hingga pada taraf kita mencintainya sepenuh hati.
Sebagaimana para nabi dan rasul. Meskipun rasa cinta
yang melangit pada zat yang muthlak itu tapi juga pada
akhirnya membumi bagi kecintaan pada kemanusiaan.
Inilah yang dicontohkan para Nabi dan Rasul, mereka
para intelektual sepanjang zaman itu. Meskipun asyik
bercinta dengan Tuhanya dalam sujud dan rukuknya
tapi kemudian kecintaan itu untuk mempertegas
kecintaan mereka pada kemanusiaan. Sehingga cinta

Tuhan adalah cinta kemanusiaan.

IMM Untuk Kemanusiaan

246

Jika sosok nabi Muhammad SAW diangkat


sebagai figur central untuk diteladani, maka kita akan
menemukan integrasi secara kuat antara intelektualitas,
ritualitas vertikal, dan sosialitas yang tercermin dari
kepribadiannya. Banyak hadits yang menceriterakan
bahwa ibadah (sholatnya) nabi sampai-sampai kakinya
bengkak, terutama sholat malam. Dengan kata lain, nabi
menghabiskan malam-malamnya dengan ibadah, tapi
kemudian nabi tidak pernah melupakan umatnya,
masyarakatnya, dan juga manusia seluruhnya.
Betapapun besarnya cinta seorang nabi kepada Tuhan
tapi tidaklah membuatnya melupakan bumi dia berpijak.
Pengorbanan dan kiprahnya untuk umat dan manusia
seluruhnya justru merupakan pembuktian dari
kecintaanya yang paling dalam kepada Tuhan. Seperti
yang dikatakan Muhammad Iqbal bahwa Nabi bukanlah
seorang sufi. Iqbal mengambarkan peristiwa perjalanan
Nabi Muhammad Saw ketika Mi’raj, menurut Iqbal,
seandainya Nabi seorang mistikus atau sufi, tentu beliau
tidak ingin kembali ke bumi karena telah merasa
tenteram bertemu dengan Tuhan dan berada di sisi-Nya.
Tapi ternyata Nabi kembali ke bumi untuk mengerakkan
perubahan sosial, m engubah jalannya sejarah.201 
sosial, untuk mengubah
Ini berarti bahwa Ibadah vertikal disamping
sebagai wahana menghambakan diri kepada Tuhan,
tapi juga sebagai wahana untuk merefleksikan kondisi
sosial. Sehingga ibadah-ibadah seperti sholat, haji, dan
puasa merupakan cara Tuhan mendidik manusia untuk
lebih berjiwa sosial dan menggerakan perubahan sosial.
201
  Lihat Kuntowijoyo,  Paradigma Islam Interpretasi untuk
 Aksi, (Bandung: Mizan, 2008), 483.

IMM Untuk Kemanusiaan

247

Ibadah-ibadah ini merupakan energi bagi terciptanya


kehidupan yang berkeadilan dan berkemajuan demi
terangkatnya martabat kemanusiaan.

Akhlak sebagai ciri khas gerakan


Semua gerakan atau organisasi mahasiswa
Islam tentu berprinsip dan bercirikhaskan pada moralitas
Islam. Selama nama Islam ditempelkan di nama-nama
lembaga dan organisasi apapun maka akhlak menjadi
nomor satu. Karena kata “Islam” sendiri menunjuk pada
moralitas, integritas, tanggung jawab, keunggulan atau
singkatnya akhlakul karimah. Keberanian menempelkan
nama Islam di nama organisasi atau lembaga tertentu
berarti keberanian untuk menjadikan organisasi dan
lembaga itu bercorak akhlakul karimah. Hanya saja
kadang-kadang cara kita mengukur akhlak dan tidaknya
sesuatu melahirkan sedikit perbedaan-perbedaan. Lalu
bagaimana dengan watak gerakan IMM yang juga
merupakan kelompok gerakan mahasiswa Islam,
apakah memiliki corak tersendiri?
Barangkali dikesempatan ini harus ditegaskan
setegas-tegasnya bahwa IMM lahir sebagai mana
alasan Islam hadir. Kelahiran IMM merupakan refleksi
dari bobroknya moralitas-akhlak mahasiswa, umat,
bangsa, politik, pendidikan, ekonomi, kehidupan sosial,
dll (baca sejarah IMM). Tanpa refleksi dan kesadaran
ini, maka IMM barangkali tidak akan pernah ada. Maka
secara tegas IMM mengatakan dirinya sebagai gerakan
Islam yang beraqidah Islam bersumber pada Al- Qur’an
dan As-Sunnah. Dengan cita-cita dan tujuan besar
mengusahakan terbentuknya akademisi-intelektual

IMM Untuk Kemanusiaan

248

Islam yang berakhlak mulia demi terwujudnya


masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

Usaha atau Islam


akademisi-intelektual proses
yang menuju
berakhlakterbentuknya
mulia harus
diterjemahkan secara nyata dalam program-program
atau kegiatan-kegiatan ikatan. Internalisasi, ideologisasi,
dan dinamisasi nalar Islam ala Muhammadiyah harus
dihidupkan sekuat-kuatnya baik dalam bentuk agenda-
agenda kajian secara intensif, pelatihan-pelatihan,
perkaderan-perkaderan formal maupun non formal
(semacam sekolah ideologi-kajian ideologi
Muhammadiyah, sekolah pemikiran, sekolah filsafat, dll).
 Akhlak yang ingin diperkuat oleh kader ikatan
adalah akhlak yang tidak mengenal batas. Apakah batas
sosiologis, ekonomis, budaya, kelompok, agama, etnik,
maupun negara-bangsa. Akhlak yang hendak diperkuat
adalah akhlak ingklusif bukannya eksklusif, akhlak
universal bukannya partikular, akhlak untuk manusia
seluruhnya bukan sekedar akhlak untuk umat
sebatasnya. Demikianlah kehendak Al-qur’an
sebagaimana akhlak yang dicontohkan oleh Rasulullah
dan beberapa generasi awal Islam.
Sebagaimana di bagian lain buku ini juga penulis
secara tegas mengatakan bahwa kepribadian kader
IMM harus mencerminkan perilaku yang ingklusif,
toleran, santun, damai, penuh kasih, tolong menolong,
memiliki moral force, kedalaman Ilmu, dll. Pada
prinsipnya, Al-qur’an dan semangat akhlak Nabi
merupakan landasan teologis-filosofis-historis-ideologis
yang harus secara gigih dipegang kuat oleh kader IMM.
Misalkan secara umum dan sangat populer kita kenal

IMM Untuk Kemanusiaan

249

seperti kepribadian amanah, jujur, berani


menyampaikan dan menegakan kebenaran serta
berkepribadian pintar-cerdas. Nilai-nilai seperti ini
haruslah benar-benar dikejewantahkan oleh kader IMM
di manapun berada.
b erada.
Di samping hal di atas, watak kader IMM tidak
mudah melemparkan atau menuduh seseorang atau
kelompok lain yang berbeda dengan tuduhan sesat,
kafir, atau bid’ah. Kekisruhan, konflik horizontal, saling
mengumbar benci disebabkan perbedaan bukanlah
merupakan watak dari pribadi-pribadi kader IMM.
Sebagaimana telah penulis sebutkan sebelumnya
bahwa watak Islam yang menekankan kasih sayang,
kesantunan, tawasuth, dan toleransi merupakan
landasan dari kepribadian kader IMM. Hal ini juga
selaras dengan hasil ramuan pemikiran di Muktamar
Muhammadiyah yang ke-47 tertuang melalui
rekomendasinya menyebutkan "Akhir-akhir ini energi
umat juga tersedot dalam persoalan pertentangan
antara pengikut kelompok Sunni dengan Syiah.
Muhammadiyah mengajak umat Islam, khususnya
warga Persyarikatan, untuk bersikap kritis dengan
berusaha membendung perkembangan kelompok takfiri
melalui pendekatan dialog, dakwah yang terbuka,
mencerahkan, mencerdaskan, serta interaksi sosial
yang santun,".202  Saling mengumbar dendam, saling
menghakimi dan melakukan kekerasan antar umat
beragama serta inter umat beragama dengan berbagai
202 Lihat
Lihat  http://n
http://news.detik.com
ews.detik.com/berita/2986443/muhamm
/berita/2986443/muhammadiya
adiya
h-kritik-umat-islam-yang-suka-mengkafirkan-dan-tanam
h-kritik-umat-islam-yang-suka-mengkafirkan-dan-tanamkan-
kan-
kebencian

IMM Untuk Kemanusiaan

250

tuduhan apapun, baik kafir, sesat, liberal atau saling


menuduh bid’ah antara satu dengan yang lain dengan
fanatik buta dan dengan kekerasan merupakan perilaku
yang tidak sesuai dengan watak dan semangat Islam.
Pandangan-pandangan seperti ini merupakan
corak dari kepribadian Muhammadiyah. Kepribadian
Muhammadiyah berarti kepribadian IMM juga,
kepribadian IMM sesungguhnya adalah kepribadian
setiap kader IMM di manapun berada. Inilah yang
secara tegas penulis katakan di bagian lain buku ini
adalah bahwa kesadaran yang mesti kita bangun
sekuat-kuatnya adalah dari kesadaran paradigmatik
(mendalami pemikiran-pemikiran seperti ini secara kuat)
hingga pada kesadaran mengaktualisasikan paradigma
ini dalam kehidupan publik. Inilah yang penulis sebut
dari dunia idealitas ke realitas. Paradigma akhlak
sebagaimana secara singkat dijelaskan di atas harus
dibumikan, digelorakan, disemarakkan, dan
dibudayakan lewat agenda-agenda perkaderan,
kegiatan-kegiatan pelatihan, acara-acara seminar,
dialog-dialog, diskusi-diskusi rutin, dan lain-lainya.
Sehingga paradigma akhlak seperti di atas
menjadi IMM Identity, IMM Ideology, IMM Value and
IMM Culture yang bernafas di setiap pribadi-pribadi
kader IMM. Inilah yang penulis sebut sebagai “akhlak
untuk kemanusiaan”. yakni hadirnya pribadi -pribadi
kader IMM yang menjadi rahmat bagi sekalian alam
sebagaimana hadirnya sang revolusioner sejati
Muhammad SAW yang menjadi rahmat bagi sekalian

manusia.

IMM Untuk Kemanusiaan

251

Gerakan “Cinta Ilmu” 


Kita barangkali pernah mendengar riak-riak
dalam diskursus kader IMM. Riak-riak itu adalah
munculnya tipologi kader IMM yang berdasarkan faktor
sosiologis-kultural. Sebagai contoh adanya klasifikasi
atau tipologisasi yang mengatakan kalau IMM di
Jakarta, Jawa Timur, dan Sumatera Utara itu lebih ke
kader politik, IMM Yogyakarta, Jawa Tengah atau yang
lainnya lebih ke kader intelektual-ideologis, kalau IMM
Sulawesi, NTB, dan bagian Indonesia timur cenderung
ke ideologis-konservatif. Begitu seterusnya, ada
semacam pemetaan kader intelektual-politis, kader
intelektual-akademik (intelektual murni), kader
intelektual-ideologis, kader ideologis-konservatif dan
seterusnya dengan melihat faktor sosiologis dan daya
dinamika pendukung di daerah-daerah tersebut. Penulis
tidak tahu gagasan ini muncul dari mana dan oleh
siapa?. Dan apakah benar tipologisasi ini benar-benar
menyapa realitas di setiap daerah?. Barangkali hal ini
tidak perlu didiskusikan secara panjang lebar, apapun
model dan corak di setiap daerah masing-masing yang
penting tetap harus berakar pada semangat keilmuan
yang tinggi, karena pada akhirnya basis intelektuallah
yang menuntun pilihan gerakan kader IMM. Apakah itu
sebagai kader politik, pengusaha, pengamat, advokat,
penggerak sosial, wartawan, dosen, guru, dll. Sebab
tanpa basis intelektual yang cukup maka peran-peran
sosial yang akan dimainkan kader IMM dipastikan
“ompong“ meskipun menempati jabatan dan posisi
penting di berbagai bidang yang digeluti. Di sinilah

IMM Untuk Kemanusiaan

252

pentingnya massifikasi agenda-agenda yang berbasis


pada pembangunan kapasitas keilmuan dan kompetensi
kader.
Gerakan “cinta ilmu” sesungguhnya bukanlah hal
baru bagi kita (kader IMM). Semenjak didirikannya pada
Tahun 1964 IMM telah menyatakan jatidirinya sebagai
sebuah kelompok intelektual yang menjunjung tinggi
tradisi keilmuan-akademik. Kesadaran pada gerakan
intelektualisme begitu kuat terlihat pada simbol dan
identitas
identitas IMM, baik yang ad
adaa di logo, maupun
maup un di konsep-
konsep dasar organisasi. Seperti Intelektualitas dalam tri
kompetensi dasar, makna pena dalam logo sebagai
sebuah kesadaran menulis dan berkarya yang harus
dibangun, dan bahkan dalam tujuan IMM pun
diorientasikan dalam rangka terciptanya akademisi-
intelektual (cendekiawan) Islam yang berakhlak mulia.
Secara organisatoris, ini merupakan komitmen IMM
pada terciptanya kultur dan tradisi intelektualisme di
tubuh IMM sehingga cita-cita menjadi seorang
cendekiawan muslim bisa terwujud.

Bisa dinyatakan secara tegas bahwa


latarbelakang kelahiran IMM lebih disebabkan murni
faktor kebutuhan stok kader intelektual di tubuh
Muhammadiyah. Dengan kata lain, alasan
intelektualisme merupakan alasan yang fundamental
melatarbelakangi kelahiran IMM. tanpa alasan ini, bisa
saja IMM tidak akan diinisiasi untuk dilahirkan di alam
nusantara ini. Sehingga simbol, identitas, tujuan, dan
keputusan-keputusan awal IMM selalu berbasis pada

gerakan intelektual (gerakan cinta ilmu). Namun dalam


perjalanannya,
perjalana nnya, komitmen organisasi ini kian

IMM Untuk Kemanusiaan

253

dipertanyakan lantaran simbol dan prinsip-prinsip


gerakannya yang fundamental itu telah disakiti dan
dikhianati oleh banyak kadernya. Semangat organisasi
yang mengedepankan tradisi dan budaya Logos atau
“cinta ilmu” masih menjadi sebuah ajara n organisasi
yang enggan untuk membumi. Masih berputar-putar
dalam buku AD-ART, SPI, pedoman organisasi, dan
keputusan-keputusan organisasi. Ditambah lagi dengan
konflik-konflik internal ikut menyelimutinya yang
menambah kuat tenggelamnya aktifitas intelektual.
Konsep-konsep dasar IMM menyangkut

semangat “Cinta Ilmu”


enam penegasan IMM, seperti
simbol Tri Kompetensi
pena dalam logodasar,
IMM
dan lain-lainnya masih belum menuntun perilaku kader
Ikatan dengan tidak bermaksud sweeping
generalization.  Untuk meyakinkan argumentasi di atas,
tidaklah salah jika kita harus mengajukan pertanyaan,
berapa aktifis tulen IMM yang jadi guru besar di
berbagai universitas? Berapa yang sudah menulis buku
dan karya-karya otoritatif yang dibaca khalayak umum?
Berapa yang menjadi peneliti? Kini IMM sudah berumur
52 tahun tuliasan tulisan/buku yang berbicara tentang
gerakan IMM bisa dihitung jari?. Dan pertanyaan-
pertanyaan semisalnya.
Sebagai refleksi, ternyata aktifis IMM merupakan
kelompok minoritas yang menyumbang karya-karya di
bidang keilmuan (intelektual) untuk tidak mengatakan
sama sekali tidak ada. Domain yang merupakan basis
IMM yakni Perguruan Tinggi Muhammadiyah pun kader
IMM (alumni-alumni IMM) masih berada di posisi
minoritas dalam pertarungan intelektual. Padahal

IMM Untuk Kemanusiaan

254

sesungguhnya mereka merupakan kelompok mayoritas.


Inilah yang mungkin disebut sebagai mayority the
mentality minority yang juga dialami oleh para kadernya
di pimpinan komisaraiat, mayoritas tapi bermental
minoritas. Jika bisa dikatakan Bermental inlander,
bermental jongos, atau bermental budak merupakan
konsekuensi dari macetnya tradisi “cinta ilmu”. Tentu
saja hal ini tidak untuk diratapi secara berlebihan yang
menyebabkan kader merah marung ini menambah
deretan inferioritas baru. Refleksi ini lebih pada koreksi
ke dalam supaya kita harus tancap gas berjamaah
merawat, membangun, dan memperkuat lagi tradisi
logos di tubuh IMM.
Penulis pernah menulis di Tabloid Kauman DPP
IMM Tahun 2014 (tabloid yang hidup tak segan mati tak
mau) dengan segala kesadaran, penulis menyatakan
secara tegas bahwa Core dari gerakan IMM adalah
akan sangat ditentukan sejauhmana aktifitas intelektual
dikalangan kadernya. Karena pada akhirnya basis
intelektuallah yang menjadi  power bagi ekspansi kader
IMM di berbagai sektor kehidupan (politik, pendidikan,
ekonomi, sosial, hukum, dll).
Dalam konteks ini, sebagaimana penulis tulis,
Michael Foucault pernah mengatakan bahwa ada
hubungan erat antara pengetahuan ( Knowledge) dan
kekuatan (Power ).
). Menurutnya, siapa yang memegang
pengetahuan dia yang berkuasa. Francis Bacon
menulis, “pengetahuan adalah kekuatan”.203 Begitu juga
203
  Muhammad Ali dalam artikelnya,  Menengok BaraBarat,
t,
 Mengembangkan
 Mengembangkan tradisi Ilmiah di Indonesia. Yang juga dimuat

IMM Untuk Kemanusiaan

255

Habermas mengemukakan keterkaitan antara ilmu


kepentingan.204 Ralph Waldo Emerson
pengetahuan dan kepentingan.
berkeyakinan bahwa kekuatan hanya bisa dibangun
dengan pengetahuan, dia mengatakan ”There ” There is no
”, Benjamin Franklin bahkan
knowledge that is not power ”,
lebih jauh melihat bahwa investasi pengetahuan bisa
memberi andil besar untuk kepentingan apapun, dengan
mengatakan “an investment in knowledge always pays
the best interest”   Umair Muhammad Khan juga
menyadari bahwa pengetahuan adalah kebutuhan
fundamental yang oleh siapapun dan di manapun
sangat membutuhkannya, dia menyebutnya “knowledge
“ knowledge
is power, power is necessary everywhere”.
everywhere”. Mungkin ada
 jutaan atau miliaran manusia di dunia ini (untuk tidak
menyebutnya semua) yang memiliki kesadaran yang
sama akan pentingnya pengetahuan/ilmu hubungan
eratnya dengan kemajuan khususnya kekuatan dan
kekuasaan, di antaranya seperti : Robert Noyce, Will
Durent, Peter Drucker, Alfin Toffler, James Madison,
Horace Mann, Hellen Keller, Ben Carson, dan Napoleon
Hill, dalam beberapa tulisannya sama-sama menyadari
pengetahuan akan memberi kekuatan dengan sebuah
kesadaran bahwa “knowledge is power ”. ”.  Hal ini
bukanlah kata-kata mutiara semata tapi memang
merupakan sebuah kesadaran sejarah bahwa tanpa ada
gerakan cinta dan aktualisasi
aktualisasi terhadap “logos” atau cinta
dalam jurnal  Mimbar Agama dan Budaya Vol.23, No. 1,(Jakarta
1, (Jakarta :
UIN Jakarta, 2006),
204  Akhyar Yusuf Lubis,  Epistemologi Fundasional:
Fundasional: Isu-Is
Isu-Isu
u
Teori Pengetahuan, Filsafat Ilmu Pengetahuan, dan Metodelogi,
(Bogor: Akademia,
Akademia, 2009), 88.

IMM Untuk Kemanusiaan

256

ilmu maka sulit membayangkan kemajuan menjadi


benar-benar nyata.

tentangDalam konteks sebagai


Muhammadiyah Muhammadiyahpun,
gerakan ilmu wacana
sempat
diperdebatkan pada Tahun 1985 ketika Buya Syafi’i
Ma’arif pertama kali menggulirkan wacana
Muhammadiyah sebagai gerakan ilmu.205Meskipun ada
beberapa yang bernada tidak sepakat karena dinilai
untuk menjadi gerakan dakwahpun Muhammadiyah
kelihatan lesu apalagi beranjak sebagai gerakan ilmu.
Tapi menarik Buya Syafi’i Ma’arif berpandangan dengan

mengatakan “jika ilmu
didukung dengan gerakan atau aktivisme
pengetahuan tanpa
maka tujuannya
tidak jelas. Jadi, ilmu pengetahuan itulah yang
menjelaskan mau kemana arah gerakan dan aktivisme
itu”.

Pada perjalanannya, kesadaran pentingnya


gerakan cinta ilmu dari waktu ke waktu kian mendapat
tempat dan memasuki alam pikiran kader-kader
Muhammadiyah secara kuat. Bahwa ternyata tanpa
basis “logos” cita-cita tajdid-kemajuan hanya akan
menjadi mimpi di siang bolong. Meskipun sesungguhnya
gerakan ilmu itu sudah dimulai sejak Kyai Ahmad
Dahlan mendirikan Muhammadiyah. Dalam naskah yang
berjudul naskah Tali Pengikat Hidup Manusia, Kyai
 Ahmad Dahlan pernah
pe rnah mengatakan:

“Peringatan sedikit supaya menjadikan pikiran: ...


orang itu harus dan wajib mencari tambahnya

205
 Lihat Suara Muhammadiyah edisi No. 15 TH Ke-100 1-15
Agustus 2015. Hal 54-55.

IMM Untuk Kemanusiaan

257

 pengetahuan, jangan sekali merasa cukup


dengan pengetahuannya sendiri, apakah pula
menolak pengetahuan orang lain. ...sehabis-
habisnya pendidikan akal, itulah dengan ilmoe
manteq (pembicaraan, yang cocok dengan
kenyataannya) semua ilmu pembicaraan harus
dengan belajar. Sebab tidak ada bagi manusia,
yang bisa tahu pelbagai-bagai nama dan
bahasa, bilamana tidak ada yang mengajarnya,
 juga yang mengajar itu mengerti dari-pada
d ari-pada guru-
gurunya dan demikian selanjutnya.”  

Kemudian puncak kesadaran ini menjadi


kesadaran kolektif pada Muktamar Muhammadiyah ke-
47. Hal ini ditandai dengan munculnya rekomendasi di
Muktamar itu pada poin pertamanya yang
merekomendasikan “gerakan membangun masyarakat
dengan ilmu”. Muhammadiyah menilai budaya ilmu di
Indonesia masih rendah dan menjadi sebuah masalah
yang serius bagi bangsa. Muhammadiyah juga
memandang bangsa Indonesia perlu membangun

keunggulan dengan mengembangkan masyarakat ilmiah


melalui budaya baca, menulis, berpikir rasional,
bertindak strategis, bekerja efisien, dan menggunakan
teknologi untuk hal postif dan produktif. 206 

Mengomentari rekomendasi Muhammadiyah


yang mengusulkan gerakan membangun masyarakat
dengan ilmu, Haedar Nasir (Ketua Umum PP
Muhammadiyah 2015-2020) dalam suatu kesempatan
206
 Lihat rekomendasi hasil Muktamar Muhammadiyah ke-47
di Makassar.

IMM Untuk Kemanusiaan

258

mengatakan “ Muhammadiyah
Muhammadiyah Membangun masyarakat
pelopornya ”.207  Artinya dalam konteks
ilmu. Ya.. IMMlah pelopornya”.
hubungan rekomendasi ini dengan eksistensi IMM
sebagai anak intelektual Muhammadiyah, maka barang
tentu harapan besar dalam memelopori gerakan ilmu
akan banyak diarahkan kepada anak-anak muda
Muhammadiyah lebih khusus lagi diarahkan kepada
kader-kader IMM yang merupakan anak intelektual
Muhammadiyah karena berbasis pada perguruan tinggi
dan tradisi-tradisi intelektual yang merupakan ciri khas
dari gerakan IMM.
Dengan kata lain, kader IMM diharapkan menjadi
bagian penting dalam menghidupkan atmosfir intelektual
dan dinamisasi tajdid di Muhammadiyah bahkan IMM
menjadi penentu masa depan Muhammadiyah. Jika
tidak, maka kehadiran IMM sebagai anak intelektual
Muhammadiyah akan semakin marak dipertanyakan
atau bahkan mungkin dianggap anak yang gagal dan
mengecewakan. Sementara begitu banyak yang
menaruh harapan terhadap dinamisasi intelektual (ilmu
dan tekhnologi) berbasis dan berkembang kuat di
perguruan tinggi-perguruan tinggi Muhammadiyah.
Harapan ini pernah juga disampaikan Buya Syafi’i
Ma’arif dengan mengatakan “dengan
“dengan adanya 176
 perguruan tinggi menjadi peluang untuk
mengembangkan ilmu dalam Muhammadiyah. dari
 pusat-pusat ilmu itulah diharapkan nanti akan
melahirkan tokoh-tokoh bangsa dengan wawasan
207 Disampaikan
pada saat silaturrahim DPP IMM dengan PP
Muhammadiyah pada Tanggal 08 Oktober 2015 di Gedung PP
Muhammadiyah
Muhammadiyah Jakarta.

IMM Untuk Kemanusiaan

259

kemanusiaan, kebangsaan, keummatan, dan


”.208 
 persyarikatan”.
 persyarikatan
Harapan di atas secara tidak langsung
merupakan harapan juga untuk kader-kader IMM yang
merupakan warga besar dari perguruan tinggi
Muhammadiyah. Oleh karenanya, dipundak kader IMM
lah Muhammadiyah sebagai gerakan ilmu itu dititipkan.
Haedar Nasir pernah mengatakan secara tegas, “ Kalau
Kalau
ada orang yang mengatakan kurang tajdidnya
Muhammadiyah, maka yang bertanggung jawab adalah
IMM ””..209 
Jika diamati ternyata pergeseran cara pandang
banyak orang khususnya cendekiawan dan pemikir yang
mempertanyakan
cenderung mulai klaim
tidak modernis Muhammadiyah
relevan lagi yang
untuk dilabelkan
pada Muhammadiyah dan juga semakin melemahnya
tradisi pemikiran di tubuh Muhammadiyah kian banyak
dipertanyakan. Sebagai contoh kritik ini muncul dari
 Azyumardi Azra dan Muzamil Qoma Qomar.r. Menurut
 Azyumardi Azra, pengelom
pengelompokan
pokan berdasarkan tipologi
modernis dan tradisional, yang diwakili Muhammadiyah
dan NU, kini seolah-olah tidak relevan lagi. Menurutnya,
bila diamati secara lebih teliti, NU sering terkesan
menampilkan sikap “modernis” dan sebaliknya
Muhammadiyah malah terlihat “tradisionalis”.
Hal serupa disampaikan juga oleh Mujamil
Qomar guru besar UIN Syarifhidayatullah Jakarta
dengan mengatakan, “bila Muhammadiyah
dikategorikan modernis, itu sebenarnya dilihat dari
aspek sosial pendidikan, tetapi dilihat dari
perkembangan peta pemikiran keagamaan akhir-akhir

208
 Lihat Suara Muhammadiyah edisi No. 15 TH Ke-100 1-15
Agustus 2015. Hal 54-55.
209 Disampaikan pada saat silaturrahim DPP IMM dengan PP

Muhammadiyah pada Tanggal 08 Oktober 2015 di Gedung PP


Muhammadiyah
Muhamm adiyah Jakarta.

IMM Untuk Kemanusiaan

260

ini, agaknya citra modernis itu lebih memihak pada


NU.”210 
Berangkat dari pikiran-pikiran di atas, baik
secara historis-normative-ideologis dan kenyataan-
kenyataan empiris yang ada, kader IMM harus
mengembalikan IMM pada visi dan jiwanya. Visi dan
 jiwa itu adalah IMM sebagai
sebag ai organisasi
organ isasi intelektual. Dia
lahir dengan alasan intelektualisme, dia hidup juga
karena alasan intelektualisme, dia bertahan di tengah
arus zaman juga dikarenakan intelektualisme dan
bahkan dia melampui zaman karena tradisi
intelektualismenya. Inilah yang dikehendaki sejarah,
yang ada dalam simbol dan ideologi yang menyertai
kelahiran IMM hingga saat ini. jika idealitas ini tidak
diperjuangkan dalam lapangan praksis melalui aktifitas-
aktifitas organisasi di semua level pimpinan, maka
bersiap-siaplah IMM akan segera dimuseumkan.

Sudah saatnya kader IMM di manapun berada


menyadari eksistensinya sebagai kader sebuah
organisasi yang visi dan jiwanya berbasis pada logos
yang juga menentukan hidup dan matinya.

Pada tahap pertama, gerakan cinta ilmu


merupakan kesadaran IMM yang menghendaki dirinya
lahir dan juga bertahan hidup. Namun pada tahap
kedua, kesadaran ini harus masuk dalam jiwa dan
pikiran-pikiran kadernya. Sehingga antara kesadaran
organisasi dengan kesadaran person-person kader IMM
berjalan seiring dan berkait-kelindan. Karena pada
akhirnya kaderlah yang menjadi indikator dari

210
  Lihat Mujamil Qomar,  Fajar Baru Islam Indonesia
Indonesia,,
(Bandung: PT Mizan Pustaka, 2012), 65.

IMM Untuk Kemanusiaan

261

manifestasi kesadaran intelektualisme organisasi itu.


 Akhir kata, mari tancap gas berjamaah membangun
gerakan cinta ilmu. Mencari ( search), meneliti
(research), membaca (read and understand ), ), diskusi
(discuss) dan membentuk forum-forum dan lembaga
yang bisa menjadi center bagi aktifitas intelektualisme di
masing-masing level pimpinan. Kesadaran seperti ini
 juga pernah muncul dalam tulisannya Rifma Ghulam Dz
dan Miftahul Huda bahwa untuk membangun dan
memperkuat basis intelektual di tubuh IMM menurutnya
haruslah terpolah dalam Study Groups pembentukan
dan penyebaran jaringan Intelectual Base Association
(basis intelektual ikatan) begitu juga untuk
memperdalam nalar intelektual, IMM dapat memperluas
dan menyediakan ruang-ruang pengembangan basis
nalar intelektual. Ruang baca dibuka lebar, ruang pikir
disemarakkan, dan ruang tulis dibudayakan. Serta
disokong oleh sistem kaderisasi yang kuat. 211 

Tidak berhenti di situ, gerakan cinta ilmu ini


harus berlanjut dengan tradisi melanjutkan studi s2 dan
s3 di dalam negeri maupun di luar negeri. Karna tanpa
kesadaran inipun, manifestasi intelektualisme akan
bertahan pada tangga yang paling bawah di tengah
pertarungan intelektual yang mengedepankan kualitas
dan profesionalisme saat ini. Kemudian di sisi lain, kita
 juga membu
membutuhkan
tuhkan pengakuan intelektual ( intelectual
recognition). Gerakan cinta ilmu ini adalah gerakan yang
211
  Selengkapnya lihat Miftahul Huda, Sketsa Gerakan
 Intelektual IMM,
IMM,   dan Rifma Ghulam Dz,  Keluar dari Belenggu
 Kebebalan, dalam buku  Peneguhan Jatidiri Kader Ikatan
 Mahasiswa Muhammadiyah,
Muhammadiyah, (Jakarta: DPP IMM, 2007), 125.

IMM Untuk Kemanusiaan

262

tidak terputus dan terus berlanjut bagaikan mata rantai.


Sehingga mantan-mantan pimpinan di tingkat PK, PC,
DPD, dan juga DPP dengan semangat saling asih, asah,
asuh bahu-membahu dengan spirit fastabikulkhairat
diantara kader ikatan baik yang kecil (kader aktif)
maupun yang tua (kader alumni) bisa ikut menguatkan
realisasi gerakan cinta ilmu dengan melanjutkan studi ke
 jenjang yang lebih tinggi (s2 dan s3). Namun
Nam un pada
akhirnya, kegigihan, kemauan keras, tekad, keberanian,
motivasi yang kuat, dan perjuanganlah yang menjadi
kata kunci.
IMM Untuk Kemanusiaan

263

Menggalang Kembali Dakwah IMM


ack to Campus  

Dalam beberapa diskusi dengan teman-teman


Imawan dan imawati khususnya rekan-rekan pengurus
DPD yang berkunjung di Jakarta, juga diskusi lewat
media sosial dan juga diskusi-diskusi terbuka dengan
DPP membincangkan tentang langkah strategis gerakan
dakwah IMM ke depan, penulis selalu memunculkan
wacana bahwa kader IMM harus segera sadar bahwa
keberadaan komisariat adalah menjadi faktor
determinan akan masa depan gerakan IMM di masa
mendatang. Dalam beberapa diskusi-diskusi itu, penulis
tanpa bosan-bosan selalu mengatakan bahwa IMM
harus secara serius dengan langkah-langkah kongkrit
untuk kembali menkonsulidasikan “Back
“Back to campus”
campus”
menggalang, memperkuat dan memperteguh gerakan
IMM berbasis komisariat.
Keberadaan komisariat bagi IMM bagaikan dapur
organisasi, di sanalah tempat diproduksinya, dimasak
dan diolahnya bahan-bahan mentah untuk kemudian
dimasak menjadi masakan yang sudah menjadi matang,
siap saji, dan juga enak. Karena enak, maka dia menjadi
mahal. Tapi, jika dapur itu memasak masakan yang
setengah matang apalagi sama sekali belum matang
ditambah lagi rasanya tidak enak maka masakan itu
tidak layak untuk dijual dan mungkin sangat susah untuk

IMM Untuk Kemanusiaan

264

mencarikan pembelinya. Penulis menyebutnya sebagai


“Produk tak laku”.
laku”.
Bagi penulis, seperti itulah gambaran betapa
urgensinya eksistensi komisariat sebagai Madrasah Al
Ula atau kita menyebutnya seperti rumah Arqam Bin abil
 Arqam tempat dididik, diproses
diprose s dan dibentuknya
karakter menjadi tokoh pergerakan, pengusaha,
negarawan (pemimpin dunia dan pemikir yang
berpengaruh di zamannya), sebut saja mereka yang
terlahir dari rumah Arqam Bin abil Arqam itu adalah
seperti sosok Abubakar As siddik (pribadi kharismatik,
amanah dan dermawan, mencurahkan kekayaannya
untuk gerakan dakwah membebaskan manusia dari
tirani teologis, ekonomi dan sosial) Umar Bin Khattab
(pribadi tangguh, berani, sederhana dan pemimpin
dunia, iblispun takut padanya), Usman Bin Affan (pribadi
kharismatik, sosok yang mencurahkan hidupnya
berjuang dalam gerakan tauhid membebaskan manusia
dari belenggu kesesatan), kita juga mengenal sosok Ali
Bin Abi Thalib (pribadi yang cerdas dan kuat
hafalannya).
Kesadaran bahwa Komisariat bagi IMM ibarat
dapur, dan bagaikan rumah Arqam bin Abil Arqam
sumber terlahirnya tokoh pergerakan, pemimpin umat
manusia, para source of solution dan para pemikir
(filsof) harus kembali digalakkan sebagai bentuk
kesadaran akan signifikansi peran komisariat.
Sekilas melihat kondisi komisariat mungkin
secara dominan mengalami stagnasi gerakan (dalam
arti luas) untuk tidak mengatakan telah mati. Khususnya
kita harus berbesar hati untuk mengakui bahwa gerakan
dan konsulidasi IMM di PTN dan PTS belum terlihat

IMM Untuk Kemanusiaan

265

mengalami kemajuan atau bahkan mungkin bersifat


statis. Kader IMM kadang-kadang merasa besar dan
hidup dalam ruang sempit PTM.
Konsulidasi atau kaderisasi IMM masih terasa
belum banyak menyentuh wilayah PTN/PTS, kita tidak
sedang menafikan bahwa di beberapa PTN/PTS di
daerah-daerah atau di pusat sudah ada komisariat dan
cabang IMM, tapi tidak sedikit juga komisariat dan
cabang itu bersifat ghaib (antara ada dan tiada atau
hidup tak segan mati tak mau). Misalnya, di beberapa
PTN potensial seperti UI, ITB, IPB dan lain-lainnya
konsulidasi IMM sangat vakum dan mungkin sama
sekali IMM tidak pernah ada sehingga namanyapun
begitu asing bagi mahasiswa di dalamnya?. Begitu juga
yang terjadi di PTN dan PTS di daerah-daerah. Gerakan
dan konsulidasi IMM di kampus non PTM masih terlihat
sepih. Hal ini mestinya menyadarkan kita bahwa tanpa
basis kader di PTN dan PTS IMM akan sulit
mengembangkan dirinya dalam dimensi gerakan yang
lebih luas.
Tidak berhenti di PTN dan PTS saja, Bila melihat
IMM di perguruan tinggi Muhammadiyahpun, penulis
atau mungkin yang lain juga masih malu untuk
mengatakan telah mengakar kuat, mendominasi,
menjadi pelopor dan pelangsung gerakan
Muhammadiyah di PTM, menjadi organisasi mahasiswa
super power (superior) dan membanggakan dalam
makna yang holistik.
holistik.
Sejauh ini memang IMM di PTM tidak juga terlalu
kuat dan menggembirakan seperti yang dibayangkan
oleh sebagian orang. Komisariat di PTM masih berjalan
tertatih-tatih, masih membangun tradisi keluh kesah di

IMM Untuk Kemanusiaan

266

mana-mana, masih bersifat stagnan, ada yang


menyebutnya “anak manja”, apalagi untuk mengatakan
IMM PTM telah sangat matang. Tapi, hal ini tidak untuk
membuat generalisasi bahwa semua komisariat PTM di
seluruh Indonesia mengalami hal yang sama, tentu
tidak. Ada juga komisariat-komisariat PTM yang sudah
bagus. Tapi hal ini tidak sebanding dengan keberadaan
komisariat PTM yang masih berjalan tertatih-tatih, atau
penulis menyebutnya “hidup tak segan mati tak mau itu”
yang bisa disebut masih di level mayoritas.
Pertanyaannya siapa yang bertanggung jawab
terhadap masa depan ekspansi IMM ke-depan? Dari
mana gerakan ini harus dimulai? Dan seperti apa modul
gerakannya? untuk menjawab pertanyaan ini idealnya
harus ada forum-forum khusus yang konsen dan serius
membicarakan modul dan langkah-langkah strategis ke
depan. Tapi sederhananya kita harus tegas meneriakan
bahwa agenda ekspansi ke depan adalah tanggung
 jawab semua kader IMM tanpa terkecuali (kader,
pimpinan, FOKAL IMM) dan Muhammadiyah. hal ini
harus menjadi kesadaran bersama, sehingga pola
gerakan dalam konteks ini adalah sebuah cita-cita
kolektif yang memiliki perangkat gerakan yang mapan.
Lalu dari mana gerakan ini harus dimulai?. Menurut
penulis, hal ini bisa dimulai dari gerakan lapis bawah
yaitu pimpinan cabang dan pimpinan Komisariat atau
akan lebih baik lagi gerakan ini harus dirancang dan
menjadi kebijakan lapisan atas yaitu DPP dan DPD
Sehingga menjadi semacam gerakan nasional (DPP >
DPD > PC > KORKOM > PK > Kader-kader).
Sebagaimana diperhelatan MUKTAMAR Solo
yang lalu Beberapa unsur pimpinan pusat IMM telah

IMM Untuk Kemanusiaan

267

menyadari masih belum optimalnya ekspansi gerakan


IMM di PTN. Lebih jauh lagi obrolan dan wacana untuk
memperkuat gerakan IMM berbasis komisariat
khususnya komisariat Non PTM lebih khusus lagi
komisariat PTN semakin gencar dibicarakan di Rapat
Kordinasi Nasional (RAKORNAS) IMM di Banjarmasin
Kalimantan Selatan. Acara yang dihadiri oleh seluruh
Badan Pelaksana Harian (BPH) DPP IMM dan DPD
seluruh Indonesia itu sama-sama menyadari lemahnya
gerakan IMM di PTS dan PTN. Forum RAKORNAS
sama-sama mengusulkan kembali Memperkuat
eksistensi IMM di PTM dan memassifkan ekspansi
gerakan IMM di PTN dan PTS seluruh Indonesia.212 
Kesadaran akan pentingnya ekspansi gerakan
IMM berbasis komisariat, khususnya untuk komisariat
PTN dan PTS muncul karena dirasanya gerakan IMM di
non PTM belum mengalami progresifitas dan optimal.
Disamping itu, non PTM dirasa menjadi kampus yang
strategis sebagai basis kaderisasi dan basis gerakan
IMM. Wacana-wacana ini dalam pandangan penulis
akan menjadi sia-sia jika DPP, DPD dan PC IMM tidak
serius menurunkan wacana ini dalam lapangan praksis.
Mulai dari mempersiapkan model dan strategi
gerakannya secara teoritis-konseptual, hingga

212
  Dalam pandangan Abdul Rahman (sekjend DPP IMM)
dalam pengantarnya di RAKORNAS bahwa masa depan IMM
kedepan akan banyak ditentukan oleh eksistensi IMM di PTN. Dia
menyebut bahwa mahasiswa-mahasiswa PTN memiliki keunggulan
tersendiri dibandingkan dengan mahasiswa PTM dan PTS. Maka
IMM harus secara serius dan massif mempersiapkan strategi gerakan
ekspansi IMM di PTN. Disampaikan di asrama haji banjarmasin
 pada sabtu 21 februari
februari 2015.

IMM Untuk Kemanusiaan

268

konsulidasi ditingkat alumni, Muhammadiyah, dan


seluruh kader IMM di setiap level pimpinan.
Jadi, memang agenda ini harus diseriuskan
lewat kepemimpinan IMM periode Pasca setengah Abad
IMM. Dari gerakan berbasis kampus, menuju gerakan
berbasis daerah, nasional dan gerakan transnasional
yang kuat. Hal ini seharusnya menjadi cita-cita satu
abad IMM untuk ikhtiar bersungguh-sungguh
mewujudkan gerakan IMM  Akar Rumput. Di mana
semua kampus yang ada di Republik ini sudah bisa
dipastikan sebagai basis gerakan Ilmu Amaliyah dan
 Amal Ilmiyah IMM yang kuat.
Mungkin ada yang berpikir bahwa gagasan IMM
berbasis pada “Back
“Back to campus”
campus” merupakan gagasan
mundur dan nalar tidak progressif, wacana yang tidak
relevan lagi. Terserahlah sebagian orang/kader bisa
mengatakan hal demikian. Tapi secara normative-
empiris bahwa kesadaran untuk “Back
“ Back to Campus”
Campus ”
menjadi agenda yang perlu mendapat perhatian serius
dari semua kalangan (kader, pimpinan, alumni dan
Muhammadiyah). Secara normative kenapa gerakan
IMM berbasis kampus ini harus sungguh-sungguh
digalakkan, karena memang IMM adalah merupakan
organisasi gerakan mahasiswa, yang berarti dia harus
berbasis, berakar dan menguat di dalam kampus.
Sementara secara empiris, gerakan IMM berbasis
kampus belum terlihat mengalami kemajuan, apakah itu
di PTM lebih-lebih di PTN dan PTS. Maka
mengharuskan IMM menggalang kembali kekuatan
komisariat di kampus-kampus sebagai basis kekuatan
gerakan IMM yang lebih luas.

IMM Untuk Kemanusiaan

269

Dakwah IMM berbasis kampus tidak bermakna


hanya menyangkut kegiatan-kegiatan keagamaan IMM
di komisariat atau kampus, tetapi gerakan dakwah IMM
berbasis komisariat atau kampus adalah membangun
gerakan dakwah yang bersifat kuantitas dan kualitas.
Pertama, Gerakan Dakwah IMM berbasis pada
kuantitas.  Misi IMM untuk mengenalkan wajah Islam
yang puritan, yang menggerakan dan yang berkemajuan
itu dilakukan melalui proses perkaderan. Komisariat
harus mampu mengkader (DAD dan DAM) mahasiswa
di kampus
kam pus sebanyak-banyaknya.
sebanyak-banyaknya.
Semakin banyak mahasiswa yang ikut
perkaderan IMM maka semakin bagus. Ada anggapan
sebagian orang/kader mengatakan bahwa tidak perlu
banyak-banyak mangkader mahasiswa/i karena itu tidak
ada artinya, cukup mengkader sedikit tapi berkualitas.
 Anggapan ini penulis menyebutnya “mitos
mitos”.
”. Kuantitas
adalah muthlak dibutuhkan dalam sebuah organisasi,
tidak berarti bahwa organisasi kader itu tidak
membutuhkan kader yang banyak secara kuantitas.
Kadang-kadang ukuran besar dan tidaknya sebuah
organisasi bisa juga dilihat seberapa banyak kader atau
anggota sebuah organisasi itu, apalagi IMM sampai
dengan hari ini belum memiliki data yang valid untuk
 jumlah kader
kade r Se-Indonesia.
Bagi penulis, kualitas itu lahir dari proses seleksi
dari sekian banyak orang yang ada. Jika di sebuah
komisariat ada 200 kader maka diasumsikan bahwa 200
kader itu semuanya berkualitas, logika ini sangat sulit
diterima dan Impossible. Tapi, jika di sebuah komisariat
itu berhasil mengkader katakanlah 400 kader atau
anggota, maka bisa saja diasumsikan dari sekian itu

IMM Untuk Kemanusiaan

270

yang berkualitas adalah 300 kader. Cara berpikir yang


kedua ini adalah cara berpikir yang rasional dan logis
ketimbang mengharapkan semua yang pernah ikut
perkaderan IMM diasumsikan semuannya berkualitas-
loyalitas. Maka langkah dakwah IMM dalam konteks ini
adalah mengembangkan strategi dakwah IMM berbasis
Kuantitas, dengan mengenalkan IMM, Muhammadiyah
dan Islam berkemajuan kepada mahasiswa/i melalui
proses perkaderan seperti DAD dan DAM sebanyak-
banyak tanpa batas-batas tertentu.
Kedua, Gerakan Dakwah IMM berbasis Kualitas
kader.  setelah kita berikhtiar mengupayakan proses
perkaderan untuk melahirkan kader secara kuantitas,
maka selanjutnya adalah gerakan dakwah berbasis
pada bagaimana membangun kualitas kader. Agenda-
agenda komisariat baik yang bersifat jamaah maupun
personal harus diupaya
d iupayakan
kan dilakukan untuk membangun
m embangun
kualitas kader. Baik itu kualitas Intelektual, kualitas
spiritual, kualitas sosial, kualitas emotional, kualitas
kepemimpinan, kualitas jasmaniah dan lain-lain.
Kegiatan komisariat harus bertumpu, mengakar dan
berbasis pada kegiatan-kegiatan yang mengarah pada
pembangunan sumber daya manusia. Kegiatan-kegiatan
yang selama ini cenderung mengarah pada kegiatan
ceremonial, sebisa mungkin untuk dikurangi dan fokus
pada kegiatan-kegiatan yang bisa menyiapkan kualitas
kader sebagai aktualisasi visi jangka panjang
melahirkan kader yang bisa menjalankan visi dakwah di
segala sektor kehidupan. Hal ini lebih pada strategi
dakwah internal. Penguatan kualitas Internal (kader)
sebagai mesin dakwah menjadi sangat penting di
tengah masalah umat, bangsa dan kemanusiaan yang

IMM Untuk Kemanusiaan

271

semakin complecated. Inilah yang penulis sebut sebagai


“dakwah internal ””.. 
Kegiatan bidang-bidang di komisariat secara
garis besar harus mengarah pada pembangunan
Sumber Daya Manusia (SDM) kader. Katakanlah
misalnya bidang Organisasi  diarahkan untuk
melakukan sekolah keorganisasian, pelatihan
manajemen organisasi, dan lain-lain, Bidang kader  
disamping melaksanakan perkaderan formal DAD, juga
diharapkan mengarap kegiatan sekolah kader, follow up
kader secara berkala dan lain-lain, Bidang keilmuan 
harus secara konsisten menyediakan wadah keilmuan
bagi seluruh kader komisariat seperti diskusi rutin
secara konsisten, sekolah filsafat, membentuk lembaga-
lembaga keilmuan, intinya bidang keilmuan harus
sekuat-kuatnya menyemarakan gerakan cinta ilmu,
Bidang Hikmah  diarahkan untuk membina dan
menguatkan mental advokasi (dalam pengertian yang
universal) misalnya sekolah politik, Training advokasi
kebijakan publik, dan lain-lain, Bidang ekonomi dan
kewirausahaan  diarahkan untuk melakukan agenda-
agenda mempersiapkan kader yang Enterpreneur
Oriented   seperti pelatihan kewirausahaan, membentuk
usaha-usaha kecil di komisariat katakanlah membuat
warung kopi, jual pulsa yang dikelola oleh bidang
ekonomi dan kewirausahaan, dan lain-lain, Bidang
Sosial dan pemberdayaan masyarakat, disamping
membangun kepekaannya dengan turun langsung
dalam momen-momen bencana baik yang berskala
regional maupun nasional, membentuk desa binaan,
bidang ini juga harus mengadakan kegiatan-kegiatan
yang berbasis pada pemahaman tentang kehidupan

IMM Untuk Kemanusiaan

272

sosial dan kemasyarakatan yang terus berkembang dan


mengalami kemajuan cepat dewasa ini. Katakanlah
seperti “Forum kajian sosial dan Masyarakat” yang
memang intens minimal 1 kali dalam 2 minggu
melakukan kajian atau diskusi dengan melibatkan
alumni yang kompeten di bidang sosial dan
pemberdayaan masyarakat,
masyarakat, ddan
an lain-lain.
lain-lain.
Bidang media dan komunikasi diarahkan pada
pembentukan jatidiri kader yang cinta akan menulis dan
cinta akan media. Maka bidang media dan komunikasi di
komisariat diharapkan bisa melaksanakan kegiatan-
kegiatan yang menyentuh langsung pembentukan kader
 jurnalis atau kader menulis. Katakanlah
Katakan lah kegiatan yang
harus digarap itu seperti pelatihan Jurnalistik, membuat
media online sendiri atau minimal ada blog setiap
komisariat se-Indonesia untuk menyampaikan berita
tentang kegiatan komisariat, membuat media IMM di
tingkat komisariat minimal seperti Buletin, dan lain-lain.
Bidang seni budaya dan olahraga   diharapkan
bisa membentuk lembaga-lembaga kesenian, forum
kajian budaya atau minimal 1 kali dalam 2 minggu
melakukan kajian tentang kebudayaan, konflik etnik,
budaya, agama dan isu-isu tentang seni, budaya,
pluralisme-multikulturalisme, dan juga tentang dunia
olahraga. Untuk mengakomodir dan merangkul kader-
kader yang punya kecenderungan di olahraga maka
bidang seni budaya dan olahraga komisariat bisa
mengadakan kegiatan-kegiatan olahraga atau paling
tidak senantiasa ikut serta di setiap momentum
kompetisi olahraga di kampus atau di daerah masing-
masing.

IMM Untuk Kemanusiaan

273

Sementara bidang IMMawati  disamping


melaksanakan diskuswati, juga diharapkan menggarap
kegiatan-kegiatan yang berbasis pada pembentukan
karakter IMMawati universal, bidang IMMawati
komisariat sudah seharusnya memasuki kawasan kajian
atau pengajian yang tidak saja membahas tentang
keperempuanan, membahas tentang menjadi istri
sholehah misalnya, yang selama ini kadang-kadang
menjadi trend di kalangan IMMawati, khususnya di level
komisariat. Tapi jauh lebih dari itu, IMMawati juga sudah
saatnya memantapkan dirinya ikut bicara tentang peran
sosial IMMawati, peran kebangsaan IMMawati, peran
IMMawati dalam advokasi publik melalui pelatihan-
pelatihan ke-IMMawatian dan lain-lain.
Begitu juga dengan Bidang Tabligh dan Kajian
Ke-Islaman  yang menurut hemat penulis merupakan
bidang yang sangat strategis bagi gerakan pencerahan
pemikiran keagamaan di IMM. Selama ini bidang tabligh
dan kajian keislaman terkesan konservatif-tradisionalis.
Hal ini ditunjukan dengan kegiatan-kegiatannya yang
masih sebagian besarnya berkutat pada persoalan
“Ibadah dan akhlak”. Padahal domain bidang ini
sangatlah luas, seluas khazanah Islam itu sendiri.
Makanya ke depan ini, bidang tabligh dan kajian ke-
Islaman harus berperan menjadi instrumen atau
lokomotif bagi lahirnya kader-kader moderat, progressif,
dan berkemajuan dalam konteks pemikiran ke-Islaman.
Tentu dengan menyediakan forum-forum kajian yang
segar dan menggerakan, kelompok-kelompok diskusi
yang ikut mengkaji isu-isu ke-islaman kontemporer
disamping
disamping penguatan
pe nguatan Ibadah dan akhlak.

IMM Untuk Kemanusiaan

274

Gambaran kegiatan komisariat yang berbasis


pada pembangunan sumber daya manusia (SDM) kader
di atas hanya disinggung secara general. Pada intinya
adalah diharapkan pimpinan dan kader IMM komisariat
kreatif, inovatif dan produktif melaksanakan kegiatan-
kegiatan yang mengarah pada terciptanya kualitas kader
sebagai wujud dari kesadaran untuk mempersiapkan
kader yang selanjutnya akan menjadi tokoh-tokoh
penting menuntun sejarah perjalanan umat dan bangsa
ke depan. Sebagai aktualisasi dari spirit amar ma’ruf
nahi mungkar . Gerakan amar ma’ruf nahi mungkar
disamping disadari sebagai tanggung jawab personal
 juga menjadi
menjad i tanggung jawab penguasa/pemerintah.
pengua sa/pemerintah.
Seperti yang disebutkan Dawam Rahardjo
bahwa Menegakan kebajikan ( virtue goodness) dan
melaksanakan amr ma’ruf nahi mungkar itu adalah
esensi tugas negara. Menurutnya, sebuah negara, yakni
kekuasaan yang memiliki wewenang mempergunakan
kekerasan jika diperlukan, kekuasaan diadakan untuk
menegakkan kebajikan bagi masyarakat dan
memelihara kebajikan tersebut dengan
menyelenggarakan mekanisme amr ma’ruf nahi
mungkar.213 
Implikasi dari hal ini tentu memaksa kader IMM
untuk memperjuangkan model gerakan dakwah dari
gerakan IMM di kampus-kampus dengan merebut
 jabatan-jabatan
 jabatan-j abatan strategis di kampus
kampu s seperti ketua
HMPS/HMJ, Ketua BEM, Ketua DPM dan PRESMA.
Upaya ini dilakukan sebagai usaha untuk menciptakan

213
  Dawam Rahardjo,  Ensiklopedi Al-
Al-Qur’an
Qur’an : Tafsir Sosial
 Berdasarkan
 Berdasarkan Konsep-Konse
Konsep-Konsep
p Kunci, (Jakarta: Paramadina, 2002),
642.

IMM Untuk Kemanusiaan

275

kegiatan-kegiatan kemahasiswaan yang bernilai amar


ma’ruf nahi mungkar di organis asi Intra kampus (seperti,
HMJ, DPM, BEM dan juga Presma) sehingga gerakan
dakwah IMM di kampus mengalami progresifitas-inklusif.
Kemudian Pada saatnya nanti kader IMM dituntut untuk
mengisi berbagai sektor strategis kehidupan berbangsa
dan bernegara, katakanlah di Eksekutif, Legislatif,
Yudikatif, Sektor usaha non pemerintah (menjadi
pengusaha) hingga mendominasi jabatan-jabatan
strategis di perguruan tinggi/Universitas.
Jika dakwah internal itu sukses membentuk
kualitas kader, maka dengan sangat mudah IMM
menancapkan akar sekuat-sekuatnya menuju dakwah
yang lebih besar. Yakni dakwah keumatan, dakwah
kebangsaan dan dakwah kemanusiaan. Dakwah
keumatan dimaksudkan tidak hanya dakwah seperti
yang sering dipahami secara konservatif-tradisionalis.
Tapi dakwah keumatan yang diamksud adalah dakwah
pencerahan baik melalui lisan, tulisan, dan lebih-lebih
tindakan yang menggugah dan menggerakan
perubahan di tengah kebodohan, kemiskinan, dan
keterbelakangan yang meliliti kehidupan umat Islam saat
ini. Disamping itu juga, kader IMM bisa secara langsung
ikut terlibat sebagai  part of solution bahkan source of
solution di tengah persoalan umat.
Begitu juga dengan dakwah kebangsaan dan
dakwah kemanusiaan, akan sangat ditentukan sejauh
mana proses dakwah internal yang digodok di IMM.
Dakwah kebangsaan yang dimaksudkan adalah kader
IMM mendedikaskan diri untuk kemajuan bangsa dan
negara. Tidak hanya ikut menjadi bagian tapi harus
menjadi pelopor untuk mengurus negara dengan

IMM Untuk Kemanusiaan

276

berbagai kemampuan dan latarbelakang masing-


masing. Begitu seterusnya dengan dakwah
kemanusiaan. Pada intinya dalam bagian ini yang
hendak dipertegas adalah bahwa dakwah internal
merupakan pondasi untuk melangkah ke dakwah yang
lebih besar. Yakni dakwah keumatan, kebangsaan, dan
kemanusiaan.
IMM Untuk Kemanusiaan

277

BAGIAN V

Massifikasi IMM Sebagai Gerakan


Media dan Menulis
IMM Untuk Kemanusiaan

278

Era Media Era Pembelaan


Terhadap Keadilan?

Hadirnya media massa (termasuk internet)


dewasa ini telah memberi pengaruh kuat bagi tatanan
kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan perubahan-
perubahan di segala lini kehidupan. Internet yang lahir
pada tahun 1983 dan mulai berkembang pesat sejak
diciptakannya teknologi World Wide Web (WWW) tahun
1991, telah banyak mengubah sisi kehidupan
manusia.214Media telah tampil menjadi komponen
penting dalam kehidupan dewasa ini sehingga
mediapun disebut sebagai pilar keempat
demokrasi.215Medi
Mediaa massa sering disebut-s
d isebut-sebut
ebut sebagai
kekuatan keempat setelah kekuatan legislatif, eksekutif
dan yudikatif.
Gagasan media sebagai pilar keempat
demokrasi dicuatkan oleh Jurgen Habermas (1996)
yang mengusulkan harus ada ruang publik yang bisa

214
Agus Mulyanto, e-dakwah sebagai alternatif media
dakwah,, kaunia, vol. ii, no. 1, april 2006, 2.
dakwah
215
  Demokrasi sebagai suatu sistem telah dijadikan alternatif
dalam berbagai tatanan aktivitas bermasyarakat dan bernegara di
 beberapa negara termasuk memberikan ruang bagi media massa
yang bebas untuk menjalankan fungsi persnya. Salah satu konsep
dari sistem negara yang demokrasi menurut Huntington (2008),
sebagaimana dikutip Jamhur Poti adalah adanya peran media massa
yang bebas.

IMM Untuk Kemanusiaan

279

mengontrol pemerintah (the 'publicsphere' ))..216  Dalam


konteks media sebagai pilar demokrasi, menurut Jamhur
Poti, bahwa media massa diharapkan dan juga bisa
diandalkan dapat berperan sebagai pengawas (watch
dog function) untuk mengungkap kebenaran dan
kesalahan yang dilakukan oleh penyelengara
pemerintahan
pemerintaha n atau
a tau yang memili ki kekuasaan. 217 
m emiliki
Di tengah kehidupan yang kian demokratis
seperti saat ini, media semakin diharapkan
kehadirannya menjadi bagian terpenting untuk
mengangkat informasi dan berita yang diharapkan bisa
memperjuangkan kepentingan rakyat luas, masyarakat
pinggiran, dan kepentingan pembangunan nasional.
Bukan sebaliknya, media informasi (khususnya media
elektronik, cetak dan online) membela dan bersekongkol
dengan kepentingan individu dan kelompok tertentu
(partai politik, pengusaha dan lain-lain). Yang pada
akhirnya media sebagai pilar demokrasi malah menjadi
pengkhianat demokrasi karena demokrasi diadakan
berbasis pada orientasi membangun kesejahteraan
rakyat. Sebagaimana juga Denis McQuail, 1987:126),
dalam Jamhur Poti mengatakan bahwa kebebasan
media massa atau pers harus diarahkan agar dapat
memberikan manfaat nyata bagi masyarakat dan
khalayaknya, bukan hanya sekadar untuk
216
 M. Tata Taufik, Dakwah
Taufik,  Dakwah Era Digital, (Kuningan : Pustaka
Al-Ikhlas, 2013), 153.
217
  Jamhur Poti, demokratisasi media massa, Dalam prinsip
kebebasan, Jurnal Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan, Vol. 1, No.
1, 2011, 18. 
18. 

IMM Untuk Kemanusiaan

280

membebaskan media massa dan pemiliknya dari


kewajiban harapan dan tuntutan masyarakat.218 
Menurut Vivi Ariyanti, kebebasan
mengemukakan pendapat (freedom of expression)
merupakan refleksi praktis dari kebebasan berpikir
(freedom of thought) yang bersifat individual dan
merupakan salah satu bentuk Hak Asasi Manusia (HAM)
yang sangat fundamental. Di Indonesia menurutnya,
nilai-nilai kebebasan pers telah diakomodir di dalam
UUD 1945 yang telah diamandemen, yaitu diatur dalam
Pasal 28 E Ayat (2) dan (3) serta Pasal 28 F.
Implementasi dari Pasal 28 Undang-undang Dasar 1945
adalah dengan keluarnya Undang-undang Nomor 40
Tahun 1999 tentang Pers. Pers yang meliputi media
cetak, media elektronik dan media lainnya merupakan
sarana untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan dan
tulisan.219 
Dengan eksistensinya yang semakin seksi,
berpengaruh kuat, dan merupakan bagian dari pilar
demokrasi, media kemudian dalam prakteknya menjadi
kian bias dan tidak sedikit menghasilkan efek negatif
dalam kehidupan sosial. Media yang bias dalam
tayangan dan pemberitaanya telah memengaruhi pola
hidup dan pola perilaku kehidupan masyarakat
(khusunya kaum muda). Tayangan TV berupa berita,
sinetron, acara gosip dan lain-lain sedikit tidak telah

218
  Jamhur Poti, demokratisasi media massa, Dalam prinsip
kebebasan, Jurnal Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan, Vol. 1, No.
1, 2011, 18.
219
  Vivi Ariyanti,  Kebebasan Pers Dalam Perspek
Perspektif
tif
 Peradilan Pidana
Pidana,, Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol.4 no.1
Januari-Juni
Januari-Juni 2010 pp,1-13.

IMM Untuk Kemanusiaan

281

sukses menggiring cara pandang dan cara hidup


masyarakat ke arah yang cenderung dekonstruktif.
Di Indonesia misalnya, setiap hari bahkan
mungkin setiap menit dan detik, kita disuguhkan dengan
tayangan-tayangan sinetron cinta dan romantisme para
remaja/pelajar yang melibatkan anak SMP dan SMA
dengan gaya hidup hedonis, materialis, pacaran
(negatif), pergaulan bebas, dan serba-serbi pakaian dan
perilaku yang cenderung dekonstruktif serta tidak
mencirikhaskan budaya bangsa.

Disamping sinetron, muncul juga acara yang


tidak kalah seksi dan menarik khususnya bagi kalangan
muda/mudi yaitu acara gosip berupa Cek & Ricek, kiss,
dan lain-lain. Yang banyak diisi dengan pemberitaan-
pemberitaan artis yang memuat konten-konten yang
cenderung negatif (kawin cerai, atau cerai kawin, gaya
hidup hedon, bebas, dan perilaku-perilaku yang Non
Educate) yang pada akhirnya tayangan-tayangan model
ini telah menjadi sekolah baru bagi kaum muda, lebih
khusus para pelajar (SMP, SMA dan lebih-lebih lagi SD)
untuk belajar meniru dan bertindak atas apa yang
dilihatnya.
Wacana kebaikan, moralitas, dan kearifan
budaya bangsa yang mereka dapatkan di sekolah harus
berbenturan dengan tayangan televisi yang cenderung
kontra produktif dengan materi/pengajaran yang mereka
terima di sekolah. Kadang-kadang tayangan-tayangan di
televisi lebih menghegemoni cara berpikir mereka
ketimbang pesan-pesan moral-keilmuan yang mereka
dapatkan di sekolah. Realitas ini semakin terlihat nyata
dalam kehidupan sosial kita.

IMM Untuk Kemanusiaan

282

Seperti yang dikatakan oleh Nenad Jevtic,


bahwa betapa media memengaruhi kehidupan manusia
khususnya anak-anak dan remaja. Menurutnya, media
dengan sangat kuat telah memengaruhi cara-cara
individu dan kelompok berpakaian, berbicara,
berperilaku, dan berpikir. Media, dalam bentuk film,
televisi, radio, dan media cetak serta media komunikasi
elektronik dan kemudian Internet yang menghubungkan
individu satu dengan yang lain dan dunia. Menurutnya
hal ini memiliki pengaruh kuat membentuk cara-cara di
mana pemirsa atau pengguna memandang dunia dan
tempat mereka sendiri dalam dunia itu dan remaja
seringkali sangat dipengaruhi dan tunduk pada
tersebut.220 
pengaruh tersebut.
Beberapa dekade terakhir ini muncul lagi trend
media televisi yang intens menyuguhkan tayangan-
tayangan berupa berita atau informasi di masyarakat,
sebut saja misalnya Metro TV, TVOne, Kompas TV,
DetikTV, JktTV, aNewsTV dan banyak lagi yang lainnya.
Mereka berlomba-lomba menyuguhkan peristiwa-
peristiwa yang terjadi di masyarakat, dari peristiwa
pemulung, hingga pemangku jabatan, dari peristiwa
pendidikan kumuh dipinggir Indonesia seperti di Papua,
Kalimantan, NTT, NTB hingga peristiwa korupsi yang
mengakar dari daerah dan berbasis di Pusat, dari
peristiwa konflik/tawuran pelajar dan mahasiswa hingga
konflik dan adu jotot anggota dewan di senayan, di
daerah-daerah dan lain-lain. Namun sayang,
220
 Nenad Jevtic,
Jevtic,The
The Influence Of Media On Teenagers,
http://www.nokesoft.com/fdv/Radovi_P
http://www .nokesoft.com/fdv/Radovi_PDF_2011/The
DF_2011/The%20Influence%
%20Influence%
20of%20Media%20on%20Teenagers.pdf.   Diupload pada tanggal 5
20of%20Media%20on%20Teenagers.pdf.
Januari 2015. 
2015. 

IMM Untuk Kemanusiaan

283

pemberitaan media-media tersebut lebih banyak


mengarah ke konten negatif asalkan menarik, kita lebih
banyak menyaksikan suguhan berita tentang kekerasan,
dari kekerasan masyarakat biasa hingga kekerasan
yang dilakukan pejabat negara, tentang tawuran,
tentang perilaku amoral, dan korupsi pejabat/tokoh
masyarakat, tentang pendidikan yang bobrok, tentang
negara yang amburadur, tentang perseteruan antara
lembaga negara, para penegak hukum yang melanggar
hukum bahkan dimakan hukum (karena kasus hukum)
dan lain-lain. Sedikit tidak hal ini membentuk cara
pandang masyarakat kita, khususnya kaum muda dan
pelajar semakin negatif, pesimistik, dan krisis
kepercayaan pada apa yang disebut “baik 
“ baik ” dan “benar 
“benar ”
itu. Media pada posisinya seperti ini mengambarkan
seolah-olah kehidupan sosial tidak ada lagi yang baik
dan benar semuanya kacau dan berantakan
Tidak salah misalnya Jamhur Poti menyebutkan
bahwa kebebasan media massa saat ini telah menjadi
kebablasan karena apa yang disuguhkan oleh media
massa itupun sarat dengan kepentingan. Menurutnya,
media massa tidak selamanya “jujur” tapi mengandung
pesan tertentu.221  Meski media massa mendapatkan
angin segar kebebasannya sehingga diharapkan bisa
memberikan suguhan informasi yang obyektif dan apa
adanya. Namun, kadang-kadang apa yang diharapkan
itu sangat sulit terwujud karena setiap media membawa
kepentingannya masing-masing sebagaimana dikatakan
Jamhur Poti di atas, bahkan demi kepentingan itu,

221
  Jamhur Poti, demokratisasi media massa, Dalam prinsip
kebebasan, Jurnal Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan, Vol. 1, No.
1, 2011.

IMM Untuk Kemanusiaan

284

media kemudian berani menyuguhkan informasi yang


tidak obyektif atau memplintir ( spinning of word ).
). Tidak
salah Joko Tri Haryanto misalnya mempertanyakan
obyektifitas pemberitaan media massa hari ini.
Menurutnya, keberadaan media massa tidak senetral
seperti apa yang dipahami oleh masyarakat pada
umumnya. Media massa tidak netral dan dia dilahirkan
untuk memenuhi kepentingan kelompok/ideologi
tertentu. Lebih lanjut dia mengatakan bahwa media
massa hari ini tidak sedikit yang menjadi “ Ahlu Fitnah
Jamaah”.222 
Wal Jamaah”.
 Ada pengalaman pribadi penulis ketika
mengamati pemberitaan
pemberitaan media
m edia massa khususnya
khususnya media
online secara intens selama 6 bulan. Hasilnya memang
membuktikan bahwa media massa merupakan
perpanjangan tangan dari kepentingan orang atau
kelompok tertentu. Apakah itu kepentingan Partai Politik,
kepentingan kapitalisme (pengusaha), dan juga
kepentingan ideologi tertentu.
Sebagai contoh, beberapa media di Indonesia
sebut saja seperti detik.com, kompas.com, viva.co.id,
tribunnews.com, merdeka.com, rmol,com,
republika.com, sindonews.com, okezone.com,
metrotv.com dan lain-lainnya. Dari hasil penelitian kecil-
kecilan penulis tersebut, ternyata media-media ini
merupakan perpanjangan tangan dari kepentingan
penguasa, partai politik, pengusaha, dan ideologi
tertentu. Viva.co.id adalah perpanjangan dari Aburizal
Bakri dengan partai golkarnya, sindo dan okezone
merupakan perpanjangan tangan dari kepentingan Hary

222
  Joko Tri Yanto,  Analisis Teks Berita, Majalah Ilmiah
Populer Volume V No. 10 Juli Desember 2014, 4.

IMM Untuk Kemanusiaan

285

Tanoesoedibyo dengan berbagai peran politiknya


hingga kemudian mendirikan Perindo, Metrotv.com
merupakan perpanjangan tangan dari bisnisnya Surya
Paloh yang kemudian mendirikan Nasdem, Detik.com
merupakan media asuhan pemerintah yang selalu
memberitakan kebaikan pemerintah, alias media yang
terbungkam oleh kekuasaan tanpa ada daya kritis
sedikitpun, begitu seterusnya. Apa yang hendak kita
pertegas bahwa media merupakan perpanjangan tangan
dari kepentingan orang dan kelompok tertentu.
Disamping munculnya arus media elektronik/TV,
Cetak, dan online yang sungguh tak terbendung seperti
yang disinggung di atas, muncul lagi trend baru yang
cukup besar yakni penggunaan jasa Internet sebagai
media komunikasi. Di mana makhluk yang bernama
manusia dengan mudah saling sapa-menyapa, berbagi
cerita atau berhubungan antar satu dengan yang lain
tanpa mengenal batas-batas sosiologis, etnic, budaya
maupun agama. Semuanya disatukan oleh jasa internet
sebagai media informasi dan komunikasi. Mungkin inilah
wujud dari apa yang dikatakan oleh Marshall McLuhan
pada tahun 1960 tentang apa yang disebut sebagai
"global village"223  Desa Global atau kampung dunia. Di
mana dunia yang dulu dianggap besar dan tidak bisa
dijangkau sekarang bagaikan kampung kecil karena
setiap orang dengan mudah saling menyapa dan
berkomunikasi melalui jasa internet.
Di Indonesia saja dari tahun ke tahun fenomena
penggunaan internet semakin meningkat. Di mana
seseorang lebih suka mengekspresikan perasaan dan

223
 Suomen Toivo,  social media - the new po
power
wer of politica
politicall
influence,, version 1.o ari-matti auvinen, 4-5.
influence

IMM Untuk Kemanusiaan

286

pikirannya lewat media sosial. Misalnya, hasil laporan


Kementerian Komunikasi dan Informatika
(Kemenkominfo) tahun 2013 mengungkapkan bahwa
pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 63 juta
orang. Dari angka tersebut, 95 persennya menggunakan
internet untuk mengakses jejaring sosial. Direktur
Pelayanan Informasi Internasiona
Internasionall Ditjen Informasi dan
Komunikasi Publik (IKP), Selamatta Sembiring
mengatakan,, situs jejaring sosial yang paling banyak
mengatakan
diakses adalah Facebook dan Twitter. Indonesia
menempati peringkat 4 pengguna Facebook terbesar
setelah USA, Brazil, dan India.224 
Menurut Sembiring, di era globalisasi,
perkembangan telekomunikasi dan informatika (IT)
sudah begitu pesat. Teknologi membuat jarak tak lagi
 jadi masalah dalam berkomunikasi. Internet tentu saja
menjadi salah satu medianya. “Indonesia menempati
peringkat 5 pengguna Twitter terbesar di dunia.
Menurutnya Posisi Indonesia hanya kalah dari USA,
Brazil, Jepang dan Inggris,”. Sementara data dari
Webershandwick, perusahaan public relations dan
pemberi layanan jasa komunikasi, untuk wilayah
Indonesia disebutkan ada sekitar 65 juta pengguna
Facebook aktif. Sebanyak 33 juta pengguna aktif per
harinya, 55 juta pengguna aktif yang memakai
perangkat mobile dalam pengaksesannya per bulan dan
sekitar 28 juta pengguna aktif yang memakai perangkat
224
 Berita Kemen
Kementerian
terianKamis,
Kamis, 07 November 2013 11:03 am |

 bint005
http://kominfo.go.id/index.ph
http://kominfo.go.id/index.php/content/detail
p/content/detail/3415/Kominfo+%3A+ |
/3415/Kominfo+%3A+
Pengguna+Internet+di+Ind
Pengguna +Internet+di+Indonesia+63+J
onesia+63+Juta+Orang/0/beri
uta+Orang/0/berita_satker#.
ta_satker#.
VJrtIsAU. Diupload
VJrtIsAU.  Diupload tanggal 24 Desember 2014.

IMM Untuk Kemanusiaan

287

mobile per harinya. Pengguna Twitter, berdasarkan data


PT Bakrie Telecom, memiliki 19,5 juta pengguna di
Indonesia dari total 500 juta pengguna global. Kemudian
Twitter menjadi salah satu jejaring sosial paling besar di
dunia sehingga mampu meraup keuntungan mencapai
USD 145 juta. Produsen di jejaring sosial adalah orang-
orang yang telah memproduksi sesuatu, baik tulisan di
blog, foto di instagram, maupun mengupload video di
youtube. Kebanyakan pengguna twitter di Indonesia
adalah konsumen, yaitu yang tidak memiliki blog atau
tidak pernah mengupload video di youtube. Namun
sering update status di twitter dan facebook. Selain
twitter, jejaring
jeja ring sosial lain
lain yang dikenal di Indone
Indonesia
sia
adalah path dengandengan jumlah
jumlah pengguna 700.000 di
Indonesia. Line sebesar 10 juta pengguna, Google+ 3,4
 juta pengguna dan Linkedlin 1 juta pengguna. 225 
Kemudia untuk data Tahun 2014, Menkominfo
mengeluarkan beritanya pada Kamis, 08 Mei 2014
menyebutkan bahwa Pengguna Internet di Indonesia
Capai 82 Juta.226 
Disamping data yang disebutkan di atas, internet
 juga menyediakan ragam situs atau program yang
disuguhkan. Bagi penulispun begitu banyaknya sajian

225
  Lihat, Berita Kementerian
KementerianKamis,
Kamis, 07 November 2013
11:03 am | bint005 |
http://kominfo.go.id/index.ph
http://komi nfo.go.id/index.php/content/detail
p/content/detail/3415/Kominf
/3415/Kominfo+%3A+
o+%3A+
Pengguna+Internet+di+Ind
Pengguna +Internet+di+Indonesia+63+J
onesia+63+Juta+Orang/0/beri
uta+Orang/0/berita_satker#.
ta_satker#.
VJrtIsAU. Diupload tanggal 24 Desember 2014.
VJrtIsAU. Diupload
226
  Lebih lanjut Lihat, Berita Kementerian
KementerianKamis,
Kamis, 07

 Novembe
 November r nfo.go.id/index.php/content/detail
2013 11:03
http://kominfo.go.id/index.ph
http://komi am /3415/Kominfo+%3A+
| bint005
p/content/detail/3415/Kominfo+%3A+ |
Pengguna+Internet+di+Ind
Pengguna +Internet+di+Indonesia+63+J
onesia+63+Juta+Orang/0/beri
uta+Orang/0/berita_satker#.
ta_satker#.
VJrtIsAU. Diupload
VJrtIsAU.  Diupload tanggal 24 Desember 2014.

IMM Untuk Kemanusiaan

288

situs atau program di internet menjadi sangat sukar


untuk dijelaskan dan dijelajahi. Dibawah ini misalnya
bisa dilihat gambarnya.

Gambaran keberadaan media massa dan lebih


khusus lagi internet di atas memberi pemahaman pada
kita bahwa masyarakat dunia, khususnya Indonesia
tengah berada di dalam ’”masyarakat
’”masyarakat tekhnologi dan
informasi ”, di mana penggunaan media sosial tidak bisa
lagi dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia
dewasa ini. Di manapun berada, media tetap menjadi
 jantung kehidupan dan alat komunikasi
komun ikasi telah menjad
menjadii
kekasih hati yang senantiasa di bawa ke mana-mana.
Bahkan mungkin ketika di WC masih bisa
menyempatkan diri untuk facebukan, BBM, twitter, WA,

IMM Untuk Kemanusiaan

289

baca berita, dan lain-lain. Inilah fenomena sosial yang


harus dibaca secara analitis-kritis oleh kader IMM.
Dari kebebasan media sebagai pilar keempat
demokrasi sampai dengan pengaruh era tekhnologi dan
informasi (khususnya media internet) yang begitu kuat
telah merubah tatanan kehidupan masyarakat secara
cepat. Bahkan pada titik tertentu kekuatan media dan
internet telah menjadi “senjata super canggih” bagi
kepentingan ekonomi, politik, hingga neokolonialisme
dan neoimperialisme yang dilakukan oleh negara-
negara kuat (kapitalisme) dengan cukong-cukongnya.
Padahal sejatinya, media merupakan perpanjangan
tangan rakyat untuk memperjuangkan keadilan,
kesejahteraan
kesejahteraan dan hak-hak yang semestinya.
semestinya.
IMM Untuk Kemanusiaan

290

Gerakan undamental IMM: 


Gerakan Menulis dan Media Massa

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) telah


dengan tegas mendeklarasikan dirinya sebagai salah
satu organisasi gerakan mahasiswa Islam yang
bersandar pada Al-qur’an dan Hadits sebagai  dasar
fundamental spirit perjuangan para kadernya. Tokoh-
tokoh IMM generasi awal dengan kesadaran kritisnya
telah meletakkan dasar-dasar organisasi yang
diantaranya adalah IMM dilahirkan diyakini sebagai
wadah terbaik untuk membina, menggodok dan
mengkader mahasiswa/i Islam agar menjadi seorang
akademisi, cendekiawan, atau intelektual Islam yang
memadukan antara keilmuan, keimanan dan amal
shaleh sekaligus amal usaha (akhlakul kariimah) dalam
aktifitas kesehariaanya. Sehingga dengan kualitas diri
yang dimiliki, maka kemudian mereka bisa menjalankan
misi kemanusiaan, yakni gerakan amar ma’ruf nahi
mungkar dalam spektrum yang universal.
Sebagaimana sebelumnya disebutkan bahwa
IMM adalah organisasi yang memiliki haluan gerakan
yang tidak jauh dari cita-cita dan tujuan Muhammadi
Muhammadiyah.
yah.
Yang dilahirkan sebagai gerakan Islam amar ma’ruf nahi
mungkar dalam perspketif yang holistik. IMM sebagai
sebuah organisasi yang terlanjur mengatakan dirinya
gerakan Islam amar ma’ruf nahi mungkar , maka
kemudian IMM dihadapkan dengan beban berat yang

IMM Untuk Kemanusiaan

291

harus dipikul. Beban untuk terus mengkibarkan pesan-


pesan moral, membumikan ajaran langit supaya bisa
teraplikasi di bumi, menyerukan Islam berkemajuan,
Islam kontekstual, Islam rahmatan lil aalamiin, dan Islam
yang damai dan penuh cinta kasih antara sesama di
tengah laju perubahan sosial yang cukup besar.
Wajah sosial yang berubah secara signifikan
akibat dari ledakan aktivitas media dan informasi,
khususnya Internet menjadikan aktifitas gerakan dakwah
tidak lagi hanya selalu dimaknai dalam bentuk
komunikasi lisan (khutbah, ceramah atau pidato-pidato
keagamaan di surau, langgar dan masjid) sebagaimana
tradisi/metode klasik pada umumnya. Saat ini, dakwah
kemudian harus dilihat secara kritis-progresif tanpa
harus meninggalkan tradisi-tradisi masa lalu yang
merupakan khazanah keislaman yang tentu sudah
berjalan berabad-abad lamanya dan terbilang sukses di
zamannya.
Sekarang IMM sebagai organisasi mahasiswa
Islam yang dalam setiap aktivitas dan gerakannya
senantiasa diorientasikan pada am ar ma’ruf nahi
mungkar dihadapkan pada tantangan gerakan dakwah
berbasis media massa khususnya internet sebagai
mediumnya. Maka suka atau tidak suka, kader IMM
dipaksa untuk terlibat dalam pertarungan media massa,
khususnya pemanfaatan internet sebagai instrumen
yang canggih dewasa ini. Mengapa kader IMM harus
memilih media massa dan pemanfaatan internet sebagai
basis gerakannya? dan Apa signifikansi instrumen
media massa dan internet bagi progressifitas gerakan
dakwah IMM?.

IMM Untuk Kemanusiaan

292

Pertanyaan-pertanyaan di atas menjadi penting


untuk dijawab secara kritis-proggresif, karena gerakan
IMM sebagai organisasi mahasiswa Islam yang secara
konsisten memilih jalan tajdid, modernis dan
berkemajuan. Tentu ke depannya akan banyak
dipengaruhi oleh aktivitas kader IMM berbasis menulis
dan media atau aktifitas yang b berbasis
erbasis pada tekhnologi
dan informasi. Paling tidak ada beberapa alasan kenapa
kader IMM harus memusatkan perhatiannya pada
gerakan dakwah berbasis media massa dan khususnya
internet. Agus Mulyanto, setidaknya mencatat terdapat
tiga alasan mengapa dakwah berbasis media dan
internet menjadi penting: Pertama,  Umat Islam telah
tersebar di seluruh penjuru dunia. sehingga Internet
merupakan sarana yang mudah dan murah untuk salingsaling
menyapa dan berhubungan dengan komunitas muslim
yang lain. Kedua,  Citra Islam yang buruk akibat
pemberitaan yang berat sebelah dan cenderung
memojokan Islam oleh banyak media Barat perlu
diperbaiki. Dengan jasa Internet maka menurutnya bisa
memudahkan kita untuk menyebarkan pemikiran-
pemikiran yang jernih dan benar serta pesan-pesan
ketuhanan ke seluruh dunia. Ketiga,  Pemanfaatan
Internet untuk dakwah menunjukkan bahwa kaum
muslim dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan
bertentangan dengan akidah.227 
peradaban selama tidak bertentangan
Melalui media massa, khususnya media internet
tidak saja mempermudah jalinan komunikasi antara
227

Agus Mulyanto,
dakwah,kaunia,vol.
dakwah,kaunia,vol. e-dakwah
II, no. 1, april sebagai
2006. 6. alternatif
Lihat juga media
Fathul Wahid,
e-Dakwah: Dakwah Melalui Internet, (Yogyakarta: Gaya Media,
2004).

IMM Untuk Kemanusiaan

293

komunitas muslim di dunia sebagaimana yang


disebutkan oleh Agus Mulyanto di atas, tapi lebih dari
itu, dengan jasa internet umat Islam dan khususnya
kader IMM bisa menjalin komunikasi dan kontak
kemanusiaan dengan seluruh masyarakat dunia tanpa di
batasi oleh tembok-tembok penghalang berupa agama,
ideologi, budaya, etnik serta bangsa yang berbeda.
Internet telah memberi kesempatan berlian kepada umat
Islam lebih khusus kader IMM sebagai kelompok muda
yang menyatakan dirinya modernis dan berkemajuan
untuk menyajikan pemikiran Islam yang puritan-
universal, Islam yang tradisional-modernis, Islam yang
damai, berkemajuan, dan rahmat bagi sekalian alam.
Dengan jasa internetlah sajian-sajian Islam yang benar
dan tepat bisa dilakukan, sehingga bisa dibaca oleh
masyarakat dunia.
Menyikapi betapa pentingnya eksistensi media
massa dan khususnya internet dalam kaitannya dengan
gerakan IMM sebagai organisasi mahasiswa Islam yang
mengorientasikan gerakannya pada spirit amar ma’ruf
nahi mungkar, maka perlu menjadi perhatian khusus
bagi IMM secara organisatoris. Dalam konteks media
massa (baik media elektronik, cetak, maupun online),
kader IMM diharapkan menjadi bagian penting dalam
pengelolaan media-media yang ada. Sebagaimana
disebutkan di atas bahwa pemberitaan media tidak bisa
melepaskan dirinya dari kepentingan kelompok dan
ideologi tertentu. Media yang pada umumnya dikenal
seharusnya tampil netral dan obyektif pada akhirnya
menjadi harapan semu dan mitos belaka. Maka barang
tentu terjadi tarik ulur seribu macam kepentingan dalam
pemberitaan media, termasuk di dalamnya adalah

IMM Untuk Kemanusiaan

294

kepentingan ideologi, lebih-lebih kepentingan ekonomi


dan politik yang cenderung eksploitatif.
Melihat persoalan ini, maka memunculkan
pertanyaan yang menantang bagi IMM secara implisit
dan kader IMM secara eksplisit. Di manakah posisi IMM
di tengah dinamika perubahan sosial ini? Di mana juga
kader IMM harus berdiri memosisikan dirinya di tengah
dinamika media yang amat rumit penuh kepentingan ini?
Pertanyaan di atas akan melahirkan jawaban-
 jawaban yang beragam, tapi yang pasti ad adalah
alah IMM dan
kader-kadernya tidak akan menjadi penonton setia
dalam dinamika media massa dewasa ini apalagi
berdiam diri menanti ajalnya. Pilihan pertama, kader
IMM melalui kekuatan dan jaringan yang ada, berikhtiar
mendistribusikan kader-kadernya ke berbagai media
massa (baik media elektronik, cetak, maupun online).
Kedua, dengan sumber daya manusia dan kekuatan-
kekuatan lain yang mendukung, kader IMM menciptakan
media massa sendiri yang mempuni dengan media-
media yang ada. Media yang dibentuk ini pada saatnya
nanti akan menjadi media alternatif bagi masyarakat.
Kedua pilihan di atas tentu bukan sesuatu yang mudah
untuk segera dicapai, keduanya sama-sama sulit untuk
tidak mengatakan tidak bisa diwujudkan.
 Aktualisasi dari cita-cita
cita-c ita di atas diperlukan ikhtiar
dari kader-kader IMM dan IMM secara organisatoris.
Pilihan untuk menjadi aktor penting di berbagai media
dan menciptakan media sendiri bukanlah tanpa alasan.
Secara simbolis-filosofis, IMM adalah organisasi yang
mengorientasikan gerakannya lewat menulis, maka
kemudian di logo IMM ada simbol pena yang bermakna
bahwa kader IMM harus punya kecakapan menuangkan

IMM Untuk Kemanusiaan

295

gagasan-gagasannya lewat karya tulis. Jika makna


simbolis-filosofis ini tidak dioperasionalkan lewat
aktivitas kepemimpinan dari level bawah hingga level
atas (PK, PC, DPD dan DPP), maka amanah filosofis-
simbolis organisasi itu telah dikhianati dan dikejami
dengan kelalaian kadernya untuk tidak mengatakan
bahwa hal itu telah hilang sirna dalam aktifitas kader-
kader IMM.
IMM Untuk Kemanusiaan

296

Gerakan “Mari Menulis”;


Kembalikan
Kembalikan IMM pada pena
gerakannya.

Jika kita kembali menengok sejarah awal IMM, di


mana dinamika gerakan IMM sesungguhnya sudah
bersentuhan dengan budaya tulis atau budaya media.
Pada tahun 1967, tiga tahun setelah IMM didirikan,
didirikan, para
generasi awal IMM saat itu telah menerbitkan bulletin
IMM yang namanya Buletin DERAP IMM. Buletin inilah
yang secara intens memberitakan atau
menginformasikan kegiatan-perkembangan IMM dari
setiap cabang-cabang IMM yang sudah
terbentuk. 228Pada saat Farid Fathoni mengutip beberapa
isi buletin tersebut terutama menyangkut tantangan dan
hambatan gerakan IMM, terlebih tantangan di internal
228
  Bulletin Derap IMM, No.4 Th. II, Februari 1967 telah
memberitakan informasi mengenai perkembangan gerakan IMM di
cabang-cabang seperti yang dikutip Farid Fathoni di halaman 4
Buletin Derap IMM berisi: “.... Namun sampai hari-hari
hari -hari ini, DPP
IMM masih banyak menerima keluh kesah, laporan dari cabang-
cabang IMM, tentang adanya sikap yang tidak pada tempatnya dari
Bapak Pimpinan Muhammadiyah
Muhammadiyah set
setempat
empat terhadap IMM di tengah-
tengah keluarga besar Muhammadiyah ini belum diperlukan. Bapak-
 bapak kita tersebut, men
menganggap
ganggap IMM sebagai bukan anak
kandungnya yang mesti dibantu perkembanganya, dan sebaliknya

lebih
lanjut menganak
lihat Farid emaskan
em askan AF,
Fathoni organisasi IslamYang
 Kelahiran lainnya (HMI).”
Dipersoalkan:Lebih
Dipersoalkan: Dua
 Puluh Tahun Ikatan Mahasisw
Mahasiswa a Muhammadiyah (IMM) 1964-1990,
1964-1990,  
(Surabaya: PT Bina Ilmu, 1990), 95.

IMM Untuk Kemanusiaan

297

Muhammadiyah, buletin DERAP IMM sudah berumur


tahun kedua No.4 (berarti sudah empat kali terbit).
Berarti, sekitar tahun 1965 atau 1966 buletin itu sudah
ada.
Bisa dibayangkan oleh kita pada tahun 1965
tempo dulu di mana printer belum ada (mungkin ada tapi
tidak semudah sekarang), komputer, mesin cetak, leptop
untuk menulis, kamera, HP atau blackbary-android
seperti sekarang ini sehingga memudahkan segala
informasi itu dalam waktu detik bisa didapatkan.
Sementara tempo dulu sama sekali sarana-sarana itu
belum ada, tapi dengan bermodalkan ala kadarnya
kader IMM generasi awal telah menunjukan tekadnya
sebagai kader intelektual yang gerakannya berbasis
pada tradisi menulis dan media sebagai sarananya.
Inilah mungkin yang dimaksudkan  Assabi qunalawwalun 
 Assabiqunalawwalun
IMM itu bahwa pena sebagai simbol IMM
mengisyaratkan bahwa kader IMM harus melakukan
 jihad intelektual (kerja-kerja
(kerja -kerja intelektual) yang
mengedepankan tradisi menulis dan membaca atau
sebaliknya membaca dan menulis sebagai gerakan
fundamentalnya.
Maka menurut hemat penulis, gerakan IMM “mari
menulis”   harus benar-benar kembali sekuat-kuatnya
menjadi perhatian serius dikalangan kader IMM.
Menggigat progressifitas intelektual atau menulis
bukannya mengalami kemajuan, tapi sebaliknya terlihat
mengalami kelesuan. Oksigen intelektual yang terus
berkurang, macetnya dinamika keilmuan khususnya
menulis di tubuh kader ikatan menjadi kegelisahan dan
sungguh mengkhawatirkan bagi IMM yang menyatakan
dirinya sebagai organisasi mahasiswa Islam yang

IMM Untuk Kemanusiaan

298

berbasis pada tradisi akademik-ilmiah (Tradisi


akademik-ilmiah berarti tradisi menulis dan meneliti).
Usia IMM pasca setengah abad ini seharusnya sudah
berjalan matang dalam mengembangkan gerakan
berbasis pada tulisan atau lebih khusus gerakan
berbasis media massa. Namun, pada kenyataannya
diumur yang sudah setengah abad lebih ini, tulisan-
tulisan/buku tentang IMM masih dihitung jari
dibandingkan dengan organisasi tetangga kita.
Dalam tulisan ini, penulis mengajak bagaimana
kita merefleksikan jati diri kita sebagai kader sebuah
organisasi yang menjadikan “ pena”
 pena” (alat untuk menulis)
sebagai senjata gerakan dalam mewujudkan gerakan
amar ma’ruf nahi
n ahi mungkar. Upaya pengembangan kader
yang punya cita rasa sebagai seorang yang sadar
menulis dan sadar media adalah proyek mendesak
untuk segera digarap oleh pimpinan
pimpinan dan kader IMM.
Secara implisit, bidang media dan komunikasi di
IMM harus fokus dan berorientasi pada gerakan kader
“mari menulis”.
menulis”. Kegiatan-kegiatan yang
mengembangkan kemampuan menulis perlu
mendapatkan dukungan dari semua kader IMM,
pimpinan, dan alumni. Pada tingkatan komisariat,
gagasan “mari
“mari menulis”
menulis” dimanifestasikan melalui
kegiatan pelatihan-pelatihan. Seperti pelatihan menulis
karya ilmiah (artikel, essay, makalah dll) dan pelatihan
 jurnalistik (menulis dan meliput berita dll). Kegiatan
pelatihan seperti ini tidak bersifat ceremonial belaka, tapi
kemudian harus diikuti dengan ikhtiar untuk membentuk
wadah-wadah menulis atau media kampus. Pimpinan
Komisariat seluruh Indonesia harus dengan segala daya
dan upaya untuk bisa menciptakan media komisariat

IMM Untuk Kemanusiaan

299

atau media kampus seperti (tabloid, web, blog, atau


paling tidak seperti mimbar jum’at) walaupun hal itu
sederhana. Hal ini penting untuk dilakukan dalam
rangka menyediakan wadah bagi kader IMM untuk
menyajikan gagasan-gagasan segarnya yang selama ini
menurut penulis masih banyak bersemayam di setiap
pikiran-pikiran kader IMM. Pada hal gagasan yang
berharga itu harus ditulis, akhirnya di baca, kemudian
menggerakan orang lain untuk berlomba-lomba dalam
kebaikan (fastabikulkhairat ) dan menggerakan
perubahan.
Jadi menurut penulis, pelatihan jurnalistik dan
pelatihan menulis karya ilmiah229harus menjadi program
wajib bagi pimpinan komisariat atau paling tidak oleh
Kordinator Komisariat setiap tahunnya. Sehingga kader
IMM di setiap komisariat seluruh Indonesia dipastikan
sudah ada media kampus sendiri. Media kampus
tersebut kemudian diharapkan menjadi wadah para
kader menuangkan pokok-pokok pikirannya tentang
berbagai problematika kemanusiaan dewasa ini, berikut
dengan solusi-solusi intelektual yang segar dan

229
  Muhammad Ali dalam tulisannya mengenai istilah “ Karya
 Ilmiah”” dia mengomentari bahwa Istilah karya ilmiah telah
 Ilmiah
ditafsirkan secara berbeda. Menurutnya sebuah karya disebut ilmiah
(atau scientific) di barat umumnya karena karya ilmiah itu rasional,
induktif empiris, dapat diukur dan dapat diterapka
diterapkan
n secara u
universal
niversal..
di pihak lain, kalangan Islam memahami konsep ilmu secara agak
 berbeda. Misalnya dalam al- al-qur’an
qur’an al-rasyikhuna fi al-ilm 
al-ilm 
 berkonotasi tidak sebatas mereka yan
yang
g memiliki ilmu pengetahuan
yang mendalam tetapi juga mereka yang percaya terhadap dimensi

trancendental kitab suci.Barat,


artikelnya,  Menengok Lebih Mengembangka
lanjut lihat Muhammad
Mengembangkan n tradisi Ali dalam
Ilmiah di
 Indonesia. Yang juga dimuat dalam jurnal  Mimbar Agama dan
 Budaya Vol.23, No. 1,
1,(Jakarta : UIN Jakarta, 2006).

IMM Untuk Kemanusiaan

300

menggerakan. Begitu juga sajian beragam dinamika


keilmuan dari berbagai multiperspektif. Sehingga
wacana-wacana kemanusiaan, kebangsaan, keilmuan,
pemikiran, dan diskursus intelektual di kalangan kader
IMM khususnya di level komisariat tidak mengalami
kebekuan dan terkubur dibawa malanisme dan
hedonisme yang melingkupi. Penulis ingin menekankan
setidaknya kader IMM di level komisariat dan cabang
bisa menulis opini, artikel dan berita.
Setelah melakukan ijtihad dan ikhtiar
menggalakan kegiatan berbasis (mari menulis) di tingkat
komisariat atau kordinator komisariat sebagai terobosan
melahirkan benih-benih kader yang sadar menulis dan
sadar media. Selanjutnya gerakan (mari menulis) harus
berlanjut di level Pimpinan Cabang, Dewan Pimpinan
Daerah (DPD) dan Dewan Pimpinan Pusat (DPP).
Di tingkat cabang, gerakan “mari menulis”
“mari menulis”
dikembangkan dengan model gerakan yang
sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan model
gerakan komisariat, tapi di level cabang diharapkan
komunitas dan wadah menulis (majalah, tabloid dll)
semakin matang. Begitu seterusnya untuk level DPD
dan juga DPP. Orientasi dari gerakan “mari
“mari menulis”
menulis” di
level Pimpinan Cabang adalah bagaimana melahirkan
kader di tingkat cabang yang memiliki kemampuan
menulis artikel, opini atau karya tulis lainnya yang bisa
dimuat di media-media di daerah setempat. Dan kader
yang bisa diorbitkan menjadi wartawan pada media-
media tersebut. Begitu juga kader di level Dewan
Pimpinan Daerah diharapkan bisa mewarnai tulisan-
tulisan ilmiah di berbagai media dan jurnal di tingkat
propinsi serta mendorong kader-kader terbaiknya untuk

IMM Untuk Kemanusiaan

301

menjadi wartawan dan pimpinan media di wilayahnya


masing-masing.
Lebih lanjut di tingkat Dewan Pimpinan Pusat
(DPP) dengan jaringan dan sumber daya manusia yang
dimiliki, secara gesit diharapkan melakukan konsulidasi
dan gerakan mewujudkan cita rasa kader yang cinta
akan ilmu pengetahuan, punya kemampuan menulis
karya ilmiah dengan baik dan berjiwa jurnalistik.
Kebijakan-kebijakan strategis oleh kepemimpinan di
tingkat Dewan Pimpinan Pusat (DPP) ikut menentukan
terciptanya kader ikatan yang berkompeten di bidang
 jurnalistik dan berkemampuan menulis karya ilmiah
dengan baik. DPP IMM harus berijtihad menyediakan
konsep, strategi dan formulasi yang tepat untuk
menseriuskan gerakan menciptakan kader jurnalis dan
penulis. Sumber daya yang ada seoptimal mungkin
untuk dimanfaatkan, katakanlah seperti jaringan alumni
(khususnya alumni yang di media), PP Muhammadiyah,
amal usaha muhammadiyah (kampus Muhammadiyah
Se-Indonesia), Pemerintah dan lain-lain.
Kebijakan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) IMM
yang mengacu pada by concept, by strategic dan by
management terkait dengan upaya melahirkan kader
 jurnalis dan penulis diharapkan
diharapka n menjadi pengua
penguatt
gerakan “mari
“mari menulis”
menulis” di tingkat kepemimpinan di
bawahnya. Katakanlah DPP IMM membangun
kerjasama dengan Majlis Pendidikan Tinggi (DIKTI) PP
Muhammadiyah dengan membuat kesepakatan bahwa
di perguruan tinggi Muhammadiyah diharuskan ada
media kampus yang dikelola IMM, bekerjasama dengan
media-media nasional untuk training jurnalistik atau
menulis di daerah-daerah, serta upaya-upaya lain yang

IMM Untuk Kemanusiaan

302

bersifat dinamis-progressif dalam penggalian,


pengembangan dan pemberdayaan kader yang punya
cita rasa sebagai penulis dan jurnalis.
Ger akan
akan “mari
“mari menulis”
menulis” yang dimanifestasikan
lewat pelatihan jurnalistik dan pelatihan menulis karya
ilmiah diorientasikan sesuai dengan tingkatan masing-
masing. Di level komisariat, gagasan ini diorientasikan
untuk terciptanya jurnalistik/wartawan dan penulis
kampus di komisariat masing-masing. Di tingkat cabang,
daerah, dan pusat juga diorientasikan lahirnya jurnalistik
dan penulis-penulis produktif berdasarkan domainnya
masing-masing. Jadi, gerakan menciptakan kader yang
sadar jurnalistik dan menulis ini harus integratif-
interkonektif, yakni sebuah mata rantai yang saling
menguatkan mulai dari tingkat komisariat hingga tingkat
pusat atau sebaliknya kekuatan dan konsulidasi pusat
untuk pemberdayaan komisariat
komisariat dan cabang.
Setelah memperbincangkan gagasan “mari “mari
menulis”” lewat membangun kesadaran jurnalistik dan
menulis
girah menulis karya ilmiah melalui pelatihan-pelatihan
sesuai dengan tingkatan kepemimpinan masing-masing.
Selanjutnya adalah gerakan membangun dakwah IMM
universal, kontekstual, dan global melalui internet
sebagai mediumnya. Sebagaimana telah disebutkan di
atas bahwa penggunaan internet yang cukup tinggi
menjadi fenomena baru yang menimpa kehidupan umat
manusia di dunia dan di Indonesia pada khususnya.
Maka dakwah inklusif melalui internet (media sosial
berupa Youtube, FB, Twitter, Path dll) menjadi muthlak
harus dilakukan oleh kader IMM. Pertanyaan kemudiaan
yang muncul adalah apa yang harus di  prepare untuk
mewujudkan gagasan gerakan dakwah melalui internet?

IMM Untuk Kemanusiaan

303

dan bagaimana seharusnya kader IMM berijtihad


merancang bangun model gerakan dakwahnya dengan
menggunakan jasa internet tersebut?.
Sesungguhnya tidak sedikit kader IMM di PK,
PC, DPD, lebih-lebih DPP yang telah memanfaatkan
 jasa internet untuk mengadvoka
mengadvokasi
si segala tindakan
kemungkaran, ketidakadilan, kesewenang-wenangan
secara politik, ekonomi, pendidikan dan lain-lain sebagai
bentuk nahi mungkar. Dan menggunakan jasa internet
sebagai instrumen menyampaikan pesan-pesan
kebaikan, keadilan, dan kemajuan sebagai manifestasi
dari girah amar ma’ruf.  Namun, hal itu masih dirasa
sangat kurang dan belum menjadi kesadaran bersama
para kader IMM dan IMM secara organisatoris. Jadi,
untuk menjawab tantangan ini sekaligus pertanyaan di
atas, maka lagi-lagi langkah yang diambil adalah
langkah pembinaan, pencerahan dan pengembangan
melalui training/pelatihan bagaimana semestinya
penggunaan internet sebagai alat yang super canggih to
do the best for amar ma’ruf nahi mungkar di tengah
ledakan gaya hidup tekhnologi dan informasi yang
menimpa kehidupan global saat ini.
Pelatihan-pelatihan untuk lebih jauh memahami
cara dakwah berbasis media ini harus segera
digalakkan di seluruh level kepemimpinan khususnya di
level komisariat. Penulis selalu memberi catatan bahwa
komisariat sebagai madrasah al ula, embrio melahirkan
kader IMM di level kepemimpinan di atasnya dan juga
sebagai faktor determinan blue print kader masa depan
haruslah di beri “infus”   yang cukup berbagai
keterampilan, kemampuan intelektual yang mumpuni,
keterampilan menulis dan pemanfaatan media internet

IMM Untuk Kemanusiaan

304

sebagai media perjuangan kader IMM. Sehingga


gerakan IMM berbasis media dan menulis ini berakar
dan berbasis di level pimpinan komisariat seluruh
Indonesia. Pelatihan-pelatihan yang mengembangkan
kemampuan media, informasi dan lebih khusus
penggunaan media internet pada akhirnya
diorientasikan pada gerakan dakwah IMM berbasis
media.
Kalau kita mengacu pada wacana hangat di
forum RAKORNAS IMM tahun 2015 di Banjarmasin
yang lalu, ada angin segar bagi gerakan dakwah IMM
berbasis media, yakni adanya keinginan menggunakan
instrumen internet sebagai media konsulidasi dan
gerakan organisasi. Wacana penting saat itu adalah
akan dibentuknya Web resmi masing-masing DPD IMM
Se-Indonesia oleh DPP IMM. Secara tekhnis mulai dari
pelatihan cara penggelolaannya serta pengawasannya
akan dibantu oleh DPP IMM. 230  Hanya saja wacana
tersebut tak kunjung menjadi nyata.
Maka kesimpulan penting dari secuil toresan
tulisan sederhana ini adalah bagaimana seharusnya
kader IMM menyadari akan bergesernya realitas sosial
saat ini yang tentu saja harus ditangkap sebagai ladang
dakwah. Strategi dakwah tidak lagi selalu dimaknai
membaca teks di atas mimbar, ceramah di masjid-
masjid, tapi lebih dari itu tekhnologi informasi kemudian
menjadi instrumen dakwah yang efektif untuk
menyampaikan pesan-pesan moral kebaikan,
menyampaikan kebenaran (amar ma’ruf nahi mungkar ))..
Sebagai contoh, jutaan manusia yang mengkases

230
  Disampaikan pada saat RAKORNAS di Asrama Haji
Banjarmasin pada Sabtu 21 Februari 2015.

IMM Untuk Kemanusiaan

305

internet menjadi lahan dakwah jika penguasaan


tekhnologi informasi betul-betul menjadi gerakan/strategi
dakwah baru. Di Muhammadiyah dikenal dengan istilah
dakwah cultural.
Kemudian gerakan menulis bagi kader IMM
adalah satu model gerakan yang secara muthlak perlu
dibudayakan kembali sekuat-kuatnya, apakah menulis
karya ilmiah (sesuai dengan kapasitas keilmuan
keilmuan masing-
masing -
masing), menulis motivasi Islam, atau juga menulis buku
apa saja yang penting kita menulis tetap
mengedepankan ciri intelektual-akademis sebagaimana
ciri khas kader IMM secara simbolis.
Model gerakan IMM ke depan harus bertumpu
pada gerakan menulis dan juga pada gerakan dakwah
media tekhnologi informasi, lebih khusus lagi
pemanfaatan Internet sebagai instrumen strategis masa
kini. Sehingga dakwah pencerahan dan advokasi-
advokasi kemanusiaan saat ini dan ke depannya bisa
digelorakkan, dimasyarakatkan, dan diwujudkan baik
melalui media, menulis (opini, artikel, jurnal, buku, dll),
dan lebih
lebih khusus melalui internet
internet sebagai mediumnya.
IMM Untuk Kemanusiaan

306

BAGIAN VI

POLITIK UNTUK KEMANUSIAAN


IMM Untuk Kemanusiaan

307

ISLAM POLITIK
DAN KE-INDONESIAAN

Politik Sebagai Usaha Mencapai The G ood L ife

Pada dasarnya semua sektor kehidupan


manusia bisa dikatakan “politik” selalu menyertai. Hal
inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lain,
binatang tidak berpolitik, tumbuh-tumbuhan tidak
berpolitik, ikan di laut tidak berpolitik, bahkan malaikat
Tuhan tidak berpolitik. Dengan kata lain, politik hanya
untuk manusia dan hanya manusia sajalah yang
berpolitik. Sehingga Aristoteles filsuf yunanipun
mengatakan bahwa manusia adalah zoon politicon
(hewan berpolitik).231 D
 Disampi
isamping
ng Zoon politicon, manusia
 juga disebutkan Aristoteles sebagai
sebaga i homo sapiens atau 
homo socius. Yang berarti bahwa kehidupan sosial dan
politik merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan
dari rangkaian kehidupan
keh idupan manusia.
manusia.

Jika dilihat dari ragam istilahnya, istilah politik


dalam bahasa inggris disebut  politic, politik dalam
bahasa latin disebut  politucus, dalam bahasa yunani
disebut  politicos, berasal dari kata  polis yang bermakna
city “kota”. Sementara politik dalam bahasa Indonesia

231
 Ayi Sofyan, Etika
Sofyan,  Etika Politik Islam, (Bandung: Pustaka Setia,
Setia,
2012), 34.

IMM Untuk Kemanusiaan

308

dipahami dengan tiga arti, yaitu: Pertama, segala urusan


dan tindakan (kebijaksanaan, siasat, dan sebagainya)

mengenai
negara lain.pemerintahan suatu negara
Kedua, tipu muslihat atau terhadap
atau kelicikan. Ketiga,
dipakai nama sebuah disiplin pengetahuan, yaitu Ilmu
Politik.232 Pada dasarnya politik adalah usaha mengapai
kehidupan yang baik. Dalam istilah Plato dan Aristoteles
dinamakan sebagai en dam onia atau the good life.
Plato dan Aristoteles menganggap politics sebagai suatu
usaha untuk mencapai masyarakat politik yang terbaik.
Dengan ini manusia menurutnya akan hidup bahagia
karena memiliki peluang untuk mengembangkan bakat,
bergaul dengan rasa kemasyarakatan yang akrab, dan
hidup dalam suasana morali tas yang tinggi.233 
m oralitas

Disamping terdapat sisi kebaikan sebagaimana


Plato dan Aristoteles di atas, politik juga acapkali
berhadapan dengan kegiatan yang tak terpuji. Seperti
yang dikatakan Peter Merkl; politik dalam bentuk yang
paling buruk adalah perebutan kekuasaan, kedudukan,
dan kekayaan untuk kepentingan diri sendiri ( politics
 politics at
its worst is a selfish grab for power, glory, and riches ).234 

Dalam Islam sendiri Istilah politik dikenal dengan


siyasah. Kata siyasah secara harfiah memiliki arti:
pemerintahan, pengambilan keputusan, pembuatan
kebijakan, pengurusan, pengawasan, perekayasaan,
232
 Lihat Ayi Sofyan,  Etika Politik Islam, (Bandung: Pustaka
Setia, 2012), 60-61
233
  Lihat Miriam Budiardjo,  Dasar-Das
 Dasar-Dasar
ar Ilmu Politik
Politik,,
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2013), 13-1
234
 Miriam Budiardjo, Dasar-Das
Budiardjo,  Dasar-Dasar
ar Ilmu Politik, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2013), 16.

IMM Untuk Kemanusiaan

309

dan arti lain-lainnya. Sementara secara istilah, siyasah


adalah “ pengurusan
 pengurusan kemaslahatan
kemaslahatan umat manusia sesuai
235 

dengan syara.” 
batasan   Ibn Abid
terkait dengan al-Diinmenurutnya:
siyasah, mencoba memberi
siyasah
adalah kemaslahatan untuk manusia dengan
menunjukkannya kepada jalan yang menyelamatkan,
baik di dunia maupun di akhirat. Siyasah berasal
daripada Nabi, baik secara khusus maupun secara
umum, baik secara lahir maupun secara batin. Segi lahir
siyasah berasal dari para pemegang kekuasaan (para
sultan dan raja) bukan dari ulama; sedangkan secara
batin berasal dari ulama pewaris nabi bukan dari
 pemegang kekuasaan.236  

Definisi-definisi politik di atas pada intinya ingin


mengambarkan bahwa politik itu berkaitan dengan
kemahiran, menghimpun kekuatan, meningkatkan
kuantitas dan kualitas kekuatan, mengawasi dan
menggunakan untuk mencapai tujuan tertentu di dalam
negara dan institut lainnya, karena politik pada akhirnya
ingin memenangkan pertarungan untuk merealisasikan
tujuan atau cita-cita politik.
Pada wilayah yang lebih luas, yakni politik dalam
suatu negara (state), maka politik akan selalu berkaitan
dengan masalah kekuasaan ( power   power ),
), pengambilan
keputusan (decision making ), ), kebijakan publik ( public
 public
 policy ),
), dan alokasi atau distribusi (allocation or
235
  Lihat H.A Djazuli,  Fiqh Siyasah: Implementas
Implementasii

 Kemaslahatan Umat Dalam Rambu- Rambu


 Kemaslahatan  Rambu Syari’ah , 
 ,  (Jakarta:
Kencana, 2003), 26.
236
  H.A Djazuli,  Fiqh Siyasah: Implementas
Implementasii Kemaslahata
Kemaslahatan n
Umat Dalam Rambu- Rambu
 Rambu Syari’ah,
Syari’ah, (Jakarta: Kencana, 2003), 27.

IMM Untuk Kemanusiaan

310

distribution). Sebagaimana Ramlan Surbakti menyebut


bahwa politik merupakan proses pembuatan,

pelaksanaan,
kepentingan
kepenti dan237  penegakan
ngan umum. keputusan untuk

Dalam konteks ini, paling tidak ada beberapa


pandangan mengenai politik: Pertama, politik ialah
usaha-usaha yang ditempuh warga negara untuk
membicarakan dan mewujudkan kebaikan bersama.
Kedua, politik ialah segala hal yang berkaitan dengan
penyelenggaraan negara dan pemerintahan. Ketiga,
politik sebagai segala kegiatan yang diarahkan untuk
mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam
masyarakat. Keempat, politik sebagai konflik dalam
rangka mencari atau mempertahankan sumber-sumber
yang dianggap penting.238  Seperti juga definisi politik
menurut Robert A. Dahl dalam Ayi Sofyan menyebut
politik “..any persistent of human relationships that
involves, to a significant extent, control, influence, power
or authority” (sistem politik sebagai hubungan manusia
yang mencakup bentuk-bentuk pengawasan, pengaruh,
kekuasaan atau otoritas secara luas).239 

Dilihat dari definisi ini, memang politik sulit


dipisahkan dari bicara tentang kekuasaan, pengaruh,
dan otoritas untuk mengatur. Namun pada hal lain,
politik tidak selalu dimaknai untuk memburu kekuasaan,
237
  Ramlan Surbakti,  Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana
Widiasarana IIndonesi
ndonesia),
a), 25.
238
  Lebih lengkap Lihat Ramlan Surbakti,  Memahami Ilmu
 Politik, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia), 3.
239
 Lihat Ayi Sofyan,  Etika Politik Islam, (Bandung: Pustaka
Setia, 2012), 61.

IMM Untuk Kemanusiaan

311

tapi politik diorientasikan untuk mencari kebaikan dan


kemajuan bersama meskipun tanpa “kekuasaan”.

Dinamika Relasi Islam dan Politik

Persoalan politik dalam Islam disebut-sebut


sebagai persoalan yang pertamakali muncul.
Sebagaimana disebutkan Adonis, bahwa persoalan
kekuasaan (khilafah) merupakan persoalan yang awal
dalam Islam sampai melahirkan perselisihan yang paling

berat karena
organik. memiliki
Tidak keterkaitan
hanya dengan kepemimpinan
persoalan agama secara
(khilafah), tapi juga merambat pada persoalan budaya,
ekonomi, dan sosial. 240  Begitu juga dalam tulisannya
Harun Nasution menyebut bahwa persoalan yang
pertama-tama dalam Islam bukanlah persoalan tentang
keyakinan malahan persoalan politik. 241 
Muhammad SAW di satu sisi merupakan
rasulullah (nabi utusan Allah) juga di sisi lain dilihat

sebagai seorang
kategorisasi pemimpin.
bahwa MuhammadBahkan
sawada yang membuat
merupakan tokoh
yang berpengaruh sepanjang sejarah manusia. 242  jika

240
  Lihat Adonis,  Arkeologi Sejarah-Pemik
Sejarah-Pemikiran
iran Arab-Islam
Arab-Islam,, 
(Yogyakarta: PT. Lkis Pelangi Aksara, 2007), 133-135.
241
 Harun Nasution,  Islam ditinjau dari berbagai aspek Jilid
II , (Jakarta: UI Press, Cetakan 2013), 88.
242
  Michael H. Hart dalam bukunya yang berjudul seratus
tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah, menjatuhkan
 pilihannya kepada nama Muhammad saw sebagai
se bagai to
tokoh
koh nomor satu
di antara seratus tokoh yang paling berpengaruh di dunia. Bagi
Michael H. Hart Nabi Muhammad satu-satunya manusia dalam
sejarah yang berhasil meraih sukses-sukses luar biasa baik ditilik

IMM Untuk Kemanusiaan

312

dilihat lebih
lebih jauh lagi bahwa era Nabi Muhammad SA
SAW
W
mencerminkan era persatuan, usaha, pendirian, dan

bangunan
kehidupan umat
politik.serta menampilkan ruh yang mewarnai
Bangunan masyarakat yang dilakukan
Rasulullah menurut Dhiauddin Rais bisa dilihat dari
beberapa faktor di antaranya:  pertama,  sifat sistem
sosial yang didirikan oleh Rasulullah SAW. kedua, 
pengakuan akan prinsip kebebasan berpikir untuk
segenap individu. Ketiga,  penyerahan wewenang
kepada umat untuk merinci detail sistem ini, seperti
tentang metode manajerialnya, dan penentuan
beberapa segi formatnya.243 Sebagai sebuah kenyataan
yang tidak bisa disangkal bahwa piagam madinah
merupakan satu corak gaya politik nabi yang akomodatif
dan berorientasi kepada kedamaian, kesejahteraan dan
kebaikan umum.244 
Setelah nabi wafat, persoalan politik ( khilafah)
terus berevolusi sesuai dengan zaman dan generasi.
Dari fase kenabian, kemudian fase al-khulafa al-

 
dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi. Muhammad saw
merupakan seorang nabi dan pada saat yang bersamaan tampil
sebagai seorang pemimpin tangguh, tulen, dan efektif. Kini tiga
 belas abad sesudah wafatnya, pengaruhny
pengaruhnyaa masih tetap kuat dan
mendalam serta berakar. Tulis Michael H. Hart. Selengkapnya lihat
Michael H. Hart,  seratus tokoh yang paling berpengar
berpengaruh
uh dalam
 sejarah, (Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, 1982).
243
  Lihat M. Dhiauddin Rais, Teori Politik Islam, (Jakarta:
Gema Insani Press, 2011), 4.
244
  Poin-poin piagam madinah itu antara lain: penghormatan
kepada pemeluk agama yang berbeda, hidup bertetangga secara
damai, kerjasama dalam keamanan, dan perlindungan terhadap
 pihak-pihak yang teraniaya. Lihat Ayi Sofyan,  Etika Politik Islam,
(Bandung:: Pustaka Setia, 2012), 16.
(Bandung

IMM Untuk Kemanusiaan

313

Rasyidun,  fase abad klasik, abad pertengahan, dan


abad moderen, hingga fase kontemporer. 245Berevolusi

bahkan
berbeda..dengan
berbeda corak dan
Dari model modeldinasti,
khilafah, kepemimpinan yang
hingga sistim
politik yang beragam. Perbedaan-perbedaan pandangan
dikalangan umat Islam ini (termasuk beragam model
sistem politik) terjadi bukanlah sesuatu bencana dan
terkutuk, tapi justru merupakan sesuatu yang lumrah
terjadi. Seperti yang disebutkan oleh Bakhtiar Effendy
merupakan sebuah kenyataan bahwa watak Islam
adalah sebuah agama yang multiinterpretatif, membuka
kemungkinan kepada banyak penafsiran mengenainya
(a polyinterpretable religion).246 

245
  Paling tidak ada empat fase dalam sejarah perjalanan
 politik Islam yaitu fase:  Pertama, fase kenabian SAW. fase ini
terhitung ketika nabi SAW berhijrah dan membentuk negara
madinah (622-632). Dimana nabi berperan sebagai pemimpin agama
sekaligus juga sebagai kepala negara.  Kedua, fase al-khulafa al-
 Rasyidun (632-661 M). Fase ini berlangsung pada masa
kepemimpinan
kepemimpi nan Abu Bakar (632-
(632-634
634 M), Umar bin Khattab (634-644
M), Usman bin Affan (644-656 M), dan Ali bin Abi Thalib (656-
661).  Ketiga, fase abad klasik, abad pertengahan, dan abad moder.
Ini berlangsung mulai dari dinasti Umayah (661-750 M), Abbasiyah
(750-1258 M), sampai pada periode turki Usmani (1281-1924).
 Keempat, fase kontemporer. Ini dimulai dengan penghapusan
kekhalifahan turki (1924 M). Pada fase ini tidak adanya lagi
kekhalifahan dalam sistem politik Islam, dan fase ini bisa dilihat
menjadi nyata ketika pasca perang dunia II yang diikuti dengan
diproklamirkannya negara-negara muslim dengan sistem politik
yang beragam. lihat Ismail Marzuki,  Ideologi & Politik Hukum
 Islam; Kajian Partai
Partai Politik PKS,
PKS, (Jakarta:
 (Jakarta: PUSTIKOM, 2012), 8.
246
  Menurut Bakhtiar Effendi Politik Islam tidak bisa
dilepaskan dari sejarah Islam yang multiinterpertatif semacam ini.
sehingga tidak ada pandangan yang tunggal mengenai bagaimana
seharusnya Islam dan politik dikaitkan secara pas, muncul pendapat
yang berbeda beberapa bahkan saling bertentangan mengenai

IMM Untuk Kemanusiaan

314

Perbedaan pandangan mengenai model politik


Islam khususnya hubungan Islam dan negara, menurut
247

Munawir
kalangan Sjadzali
umat Islam  paling
dalamtidak terdapat
melihat Islamtiga aliran
dan di
politik
(ketatanegaraan);  Aliran pertama,  berpendirian bahwa
Islam bukan semata-mata agama dalam pengertian
Barat, yakni hanya menyangkut hubungan antara
manusia dan Tuhan, sebaliknya Islam adalah satu
agama yang sempurna dan lengkap dengan pengaturan
bagi segala aspek kehidupan manusia termasuk
kehidupan bernegara. Aliran Kedua, berpendirian bahwa
Islam adalah agama dalam pengertian Barat, yang tidak
ada hubungannya dengan urusan kenegaraan.  Aliran
Ketiga, menolak pendapat bahwa Islam adalah suatu
agama yang serba lengkap dan bahwa dalam Islam
terdapat sistem kenegaraan. Aliran ini juga menolak

hubungan yang pas antara Islam dan Politik. Selengkapnya lihat


Bakhtiar Effendi,  Islam dan Negara; Transformas
Transformasii Gagasan dan
 Praktik Politik Islam di Indonesia, (Jakarta: Demokrasi Project,
2011), 5.
247  Lebih lengkap lihat Abuddin Nata,  Metodologi Stud
Studii
 Islam,, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, cetakan ke-20, 2013),
 Islam
322-323. Selanjutnya untuk melihat pemetaan aliran pemikiran di
atas yakni Paradigma model pertama dianut oleh intelektual muslim
seperti; Abu A’la al Maududi (1903-1979
(1903 -1979 M), Muhammad Rasyid
Ridho (1865-1935 M), Hasan al Bana (1906-1949 M), dan Sayyid
Qutub (1906-1966 M). Paradigma model kedua dianut oleh
cendekiawan muslim seperti Ahmad Lutfi Sayyid (1872-1963 M),
Taha Husayn (1889-1973 M), dan Ali Abd al Raziq (1888-1966).
Sedangkan model ketiga dianut oleh kelompok yang disebut-sebut
sebagai kelompok reformis (yang mencoba mensintesa dari pola
tradisionalis dan sekularis), diantaranya adalah Muhammad Husayn
Haikal (1888-1956 M). Selengkapnya Lihat Ismail Marzuki,
 Ideologi & Politik Hukum Islam; Kajian Partai Politik PKS, PKS,  
(Jakarta: PUSTIKOM, 2012), 8.

IMM Untuk Kemanusiaan

315

anggapan bahwa Islam adalah agama dalam pengerti


p engertian
an
Barat yang hanya mengatur hubungan antara manusia

dan
dalammaha
Islampenciptanya.
tidak terdapatAliran
sisteminiketatanegaraan,
berpendirian bahwa
tetapi
terdapat seperangkat tata nilai etika bagi kehidupan
bernegara.
Bagi kelompok yang percaya akan sifat Islam
yang sempurna dan menyeluruh yang secara totalitas
menawarkan pemecahan terhadap semua masalah
kehidupan. Mereka memandang paling tidak, Islam
meliputi tiga hal: “D” yang terkenal itu (dîn( dîn, agama;
dunyâ, dunia; dan dawlah, negara). Maka dengan itulah
menurut mereka Islam adalah sebuah totalitas yang
padu yang menawarkan pemecahan terhadap semua
masalah kehidupan. Islam harus diterima dalam
keseluruhannya, dan harus diterapkan dalam keluarga,
ekonomi dan politik. Bagi pandangan ini, realisasi
sebuah masyarakat Islam dibayangkan dalam
penciptaan sebuah negara Islam, yakni sebuah “negara
ideologis” yang didasarkan kepada ajaran -ajaran Islam
yang lengkap.248  Pandangan bahwa Islam din wa
dawlah (Islam adalah agama dan negara), sebagai
contoh, prinsip ini dianut oleh al-ikhwanul al-muslimun
yang kemudian menjadi prinsip organisasinya. Seperti
dikatakan oleh Hasan Al-Banna salah seorang tokoh al-
al-muslimun: “Islam itu adalah tata aturan yang
ikhwanul al-muslimun:
lengkap, meliputi semua segi kehidupan. Islam adalah
negara dan bangsa atau pemerintahan dan masyarakat,

248
  Bakhtiar Effendi,  Islam dan Negara; Transformas
Transformasii
Gagasan dan Praktik Politik Islam di Indonesia, (Jakarta:
Demokrasi Project, 2011), 3.8

IMM Untuk Kemanusiaan

316

moral dan kekuasaan, rahmat dan keadilan, peradaban


dan undang-undang, ilmu pengetahuan dan hukum”.249 

denganPendapat Hasan Al-Banna dipara


Pendapat-pendapat atas jugaorientalis
sejalan
sebagaimana dikutip Dhiauddin Rais 250yang
mengatakan bahwa Islam merupakan satu sistem aturan
yang lengkap termasuk mengatur negara. Hal ini bisa
dilihat dari pendapatnya Dr. V. Fitzgerald mengatakan
“Islam bukanlah semata agama (a ( a religion) namun juga
merupakan sebuah sistem politik ( a political sistem )
meskipun pada dekade-dekade terakhir ada beberapa
kalangan dari umat Islam yang mengklaim sebagai
kalangan modernis, yang berusaha memisahkan kedua
sisi itu, namun seluruh gugusan pemikiran Islam
dibangun di atas fundamen bahwa kedua sisi itu saling
bergandengan dengan selaras dan tidak dapat
dipisahkan satu sama lain”.
Pendapat yang sama muncul juga dari Prof. C.
 A. Nallino mengatakan, “Muhammad telah membangun
dalam waktu bersamaan agama ( a religion) dan negara
(a state). Dan batas-batas teritorial negara yang dia
bangun itu terus terjaga sepanjang hayatnya.” Selanjut
pendapat dari Prof. R. Strotmann mengatakan, “Islam
adalah suatu fenomena agama dan politik karena
pembangunnya adalah seorang nabi, yang juga seorang
politikus yang bijaksana, atau seora ng negarawan.” Dan
pendapat yang paling populer bahkan menjadi rujukan
249
  Marzuki Wahid dan Rumadi,  Fikih Madjhab Negara
Negara::
 Kritik atas politik hukum Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Lkis,
2011), 6.
250
  Selengkapnya lihat M. Dhiauddin Rais, Teori Politik
 Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 2011), 5-6.

IMM Untuk Kemanusiaan

317

utama bagi pendukung pemikiran ini adalah pernyataan


Prof. Gibb yang mengatakan bahwa, “dengan demikian,

 jelaslah bahwa Islam


agama individual, bukanlah
namun sekedar kepercayaan
ia meniscayakan berdirinya
suatu bangunan masyarakat yang independen. Ia
mempunyai metode tersendiri dalam sistem
pemerintahan,
pemerintaha n, perundang-undangan, dan institusi.”  
Meskipun demikian, pandangan-pandangan
tentang hubungan Islam dan negara tidaklah bersifat
tunggal dan monolitik. Bagi sebagian besar pemikir
muslim menolak pandangan bahwa Islam sebuah

agama dan sekaligus


Mesir seperti negara.
Muhammad ‘ImâraSeorang pemikir
, menolak Muslim
pandangan di
atas. Dalam pandangan Muhammad Imara
sebagaimana dikutip Bakhtiar Effendi mengatakan,
“Islam sebagai agama tidak menentukan suatu sistem
pemerintahan tertentu bagi kaum muslim, karena logika
tentang kecocokan agama ini untuk sepanjang masa
dan tempat menuntut agar soal-soal yang selalu akan
berubah oleh kekuatan evolusi harus diserahkan kepada
akal manusia (untuk memikirkannya), dibentuk menurut
kepentingan umum dan dalam kerangka prinsip-prinsip
umum yang telah digariskan agama ini.”251 
Di Indonesia yang konsisten menolak pandangan
di atas di antaranya adalah Syafi’i Ma’arif. Beliau sangat
keras menolak pandangan yang mengatakan bahwa
Islam adalah Din (agama) sekaligus Daulah (negara).
Menurut Syafii Ma arif , Din adalah sesuatu yang
immutable (tetap), sedangkan daulah adalah sesuatu

251
  Bakhtiar Effendi,  Islam dan Negara; Transformas
Transformasii
Gagasan dan Praktik Politik Islam di Indonesia, (Jakarta:
Demokrasi Project, 2011), 15.

IMM Untuk Kemanusiaan

318

yang mutable (berubah) sesuai tuntutan ruang dan


waktu. Bagi Syafii Ma’arif , Din (agama) tidak bisa

disetarakan
dikhawatirkan dengan Daulah
mengagungkan negara (negara), karena
sebagaimana
mengagungkan Din. Sebagaimana Hegel yang
memandang negara sebagai makhluk seperti Tuhan ( a
god-like creature).252  Syafii Ma’arif mencoba
mengajukan tesis bahwa teori politik Islam yang harus
dibangun pada masa modern adalah teori politik yang
mengacu kepada prinsip egaliter dalam bentuk syura
(saling berkonsultasi). Menurutnya, apakah teori ini akan

melahirkan
Syafii tidak sebuah demokrasi
lagi menjadi krusialkhas Islam,
karena sejakbagi Buya
awal Al-
qur’an sudah memproklamasikan egaliterianisme
sebagai implementasi tauhid dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.253 
Berangkat dari pandangan-pandangan di atas,
sudah menjadi kenyataan bahwa perbedaan perspektif
tentang relasi Islam dan politik terjadi karena perbedaan
umat Islam dalam mendekati Al-qur’an dan termasuk
perbedaan melihat sejarah kehidupan nabi. Artinya,
perbedaan-perbedaan itu muncul lebih kepada dinamika

252
  Meski menolak pandangan yang mengatakan Islam
sebagai  Din dan sekaligus  Daulah, Syafii Ma’arif memandang
keberadaan negara menjadi penting sebagai “pedang penolong”
karena menurutnya tanpa ini Islam dengan semua ajarannya yang
sempurna dan komprehensif tidak mungkin ditancapkan pada
realitas sosial. Jadi, Syafii Ma’arif melihat negara
ne gara sebagai alat tentu
tidak bisa disamakan dengan Din.
dengan  Din. LihatAhmad Syafii Ma’arif, Teori
 Belah Bambu Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1965), (Jakarta:
Gema Insani
253 Press, 1996), 183.
  Ahmad Syafii Ma’arif, Teori Belah Bambu Masa
 Demokrasi Terpimpin (1959-1965), (Jakarta: Gema Insani Press,
1996), 194.

IMM Untuk Kemanusiaan

319

pemikiran umat Islam menginterpretasikan Islam (Al-


qur’an dan as-sunnah). Hal ini juga dikarenakan dalam

 Al-kur’an tidak disebutkan secara eksplisit tentang politik


Islam.
Jika dilihat perbedaan pemikiran dalam kaitan
relasi Islam dan politik bukanlah sesuatu yang baru.
Seperti yang disebutkan di atas, semenjak nabi wafat,
interpretasi relasi Islam dan politik sangat beragam dan
terus berkembang dari sistem feodalisme hingga
demokratis dengan berbagai variannya masing-masing.
Tapi menarik, meskipun perbedaan pandangan ini

merupakan
pandangan itubarang
terus lama, hinggasehingga
berdinamika saat ini tidak
perbedaan
jarang
melahirkan benturan. Di Indonesia saja sampai dengan
saat ini, aliran-aliran pemikiran politik Islam terus
berdinamika meskipun sumbunya sangat kecil, Karena
umat Islam Indonesia sendiri lebih bercorak Islam
Wasatiyah (Islam moderat/Islam jalan tengah). Berbeda
dengan dinamika relasi Islam dan politik di Timur
Tengah yang cenderung “dekonstruktif ”. Tarik menarik
kepentingan syiah dan sunni di arena perebutan kuasa
tidak sedikit menelan korban jiwa, tidak hanya itu,
negara-negara arab hingga saat ini hidup dalam
ketertatihan bahkan diambang kepunahan.
IMM Untuk Kemanusiaan

320

Islam dan Politik di Indonesian: Dari


Dikotomisasi ke Integrasi

Di Indonesia sendiri perdebatan mengenai


hubungan Islam dan politik sangat dinamis, khususnya
hubungan umat Islam dan negara yang kemudian
memunculkan polemik serius dikalangan para tokoh,
baik yang umumnya dikenal sebagai aktivis Islam
(santri) dengan aktivis nasionalis (abangan).254  Aktivis
Islam (kaum santri) direpresentasikan oleh Muhammad
Natsir, Agus Salim dkk. Sementara di pihak aktivis
nasionalis (kaum abangan) direpresentasikan oleh
Soekarno, Muhammad Hatta dkk. Perdebatan-
perdebatan yang cukup serius pada tahun 1945 di awal
kemerdekaan dan juga perdebatan-perdebatan majlis
konstituante mengenai masa depan konstitusi negara
pada tahun 1950 antara dua kelompok yang
memperjuangkan Islam sebagai dasar negara dengan
pihak nasionalis yang mengusung pancasila dan

254
  Mengomentari antara kelompok Islam dan kelompok
nasionalis sebagaimana kategorisasi kelompok santri (muslim yang
taat) dan kelompok abangan (muslim yang tidak taat) menurut
Bakhtiar Effendy, kategorisasi di atas menurutnya tidaklah terletak
 pada tingkat ketaatan religius (atau keimanan
keimanan)) mereka, melaink
melainkan
an
 pada cara me
mereka
reka menafsi
menafsirkan
rkan dan memah
memahami
ami ajaran- ajaran Islam.
Karena itu, meskipun harus menolak gagasan negara Islam, orang
orang seperti Soekarno dan Hatta tidaklah kurang Islam
dibandingkan rekan-rekan mereka sesama Muslim yang berusaha
keras untuk mendirikan negara Islam. Syafii Maarif juga
menyebutkan bahwa Hatta adalah seorang muslim yang taat. Lihat
Ahmad Syafii Maarif,  Islam Dalam Bingkai Keindonesiaan dan
 Kemanusiaan,
 Kemanusiaan, (Bandung: Mizan, 2009), 24.

IMM Untuk Kemanusiaan

321

mempertahankannya sebagai dasar negara melahirkan


sikap kecurigaan dan sinis di antara mereka. Seperti

yang
antaradikatakan Bachtiar
Islam dan negaraEffendy bahwa hubungan
di Indonesia politik
pada sebagian
besar babakan sejarahnya adalah kisah antagonisme
dan kecurigaan satu sama lain. 255 
Muhammad Natsir memperkenalkan gagasan
kebangsaan Islam. Natsir mengkhawatirkan bergulirnya
gagasan nasionalisme Soekarno menjadi suatu bentuk
‘ashabiyah  baru. Gagasan itu, dalam pandangannya,
dapat mengandung fanatisme yang kemudian

memutuskan
kaum tali dari
Muslimin berbagaiyang
ukhuwwah mengikat
bangsa.” Bagi seluruh
Natsir,
gagasan nasionalisme harus mempunyai sejenis
landasan teologis. Natsir juga percaya bahwa
nasionalisme Indonesia harus berwatak Islami. Dalam
konteks ini Natsir menulis: “Perger akan
akan Islamlah (yakni
SI) yang lebih dulu membuka jalan medan politik
kemerdekaan di tanah ini, yang mula-mula

255   Kecurigaandan Hubungan yang tidak mesra antara Islam


dan negara di Indonesia menurut Bakhtiar Effendy disebabkan
 perbedaan pandangan antara pendiri Republik Indonesia, men
mengenai
genai
hendak dibawa kemanakah Indonesia yang baru merdeka. Apakah
negara ini bercorak Islam atau Nasionalis. Konstruk kenegaraan
yang pertama mengharuskan agar Islam, karena sifatnya yang
holistik dan kenyataan bahwa agama itu dianut oleh sebagian besar
 penduduk, harus ddiakui
iakui dan diterima sebagai dasar ideol
ideologi
ogi negara.
Tetap i di sisi lain atas pertimbangan bahwa Indonesia adalah sebuah
Tetapi
negara yang secara sosial-keagamaan bersifat heterogen, demi
 persatuan negara, maka bentuk kenegakenegaraan
raan yang kedua men
mendesak
desak
agar negara ini didasarkan kepada Pancasila, sebuah ideologi yang
sudah di-”dekonfessionalisasi”.
di-”dekonfessionalisasi”. Lebih lanjut lihat Bakhtiar Effendi,
 Islam dan Negara; Transformasi Gagasan dan Praktik Politik Islam
di Indonesia, (Jakarta: Demokrasi Project, 2011), 66.

IMM Untuk Kemanusiaan

322

menanamkan bibit persatuan Indonesia yang


menyingkirkan sifat kepulauan dan keprovinsian, yang

mula-mula
sama senasibmenanam
di luar persaudaraan dengan
batas Indonesia kaum
dengan taliyang
ke-
Islaman.”256  Dalam kesempatan lain, ia bahkan
menegaskan bahwa, “tanpa Islam, maka nasionalisme
Indonesia itu tidak akan ada; karena Islam pertama-
tama telah menanamkan benih-benih persatuan
Indonesia, dan telah menghapuskan sekat-sekat
isolasionis
isolasi b eragam".257 Disamping itu,
onis pulau pulau yang beragam".
Natsir berpendapat bahwa kemerdekaan bukanlah

tujuan akhir harus


kemerdekaan pergerakan nasionalis
dipandang Islam.
tidak lebih dari baginya,
sekadar
tujuan untuk sampai kepada ridha Allah. Makanya
dengan alasan-alasan inilah Natsir memperjuangkan
cita-cita politiknya 258  dengan cara menjadikan Islam
sebagai hukum di tanah air.

256
  Bakhtiar Effendy,  Islam dan Negara; Transformas
Transformasii
Gagasan dan Praktik Politik Islam di Indonesia, (Jakarta:
Demokrasi Project, 2011), 81-82.
81- 82.
257  Bakhtiar Effendy,  Islam dan Negara; Transformas
Transformasii
Gagasan dan Praktik Politik Islam di Indonesia, (Jakarta:
Demokrasi Project, 2011), 83.
258
  Cita-cita politik Muhammad Natsir diantaranya adalah :
 Pertama, membebaskan manusia dari segala bentuk supertisi,
memerdekakannya dari segala rasa takut kecuali kepada Allah Sang
Maha pencipta serta memegang perintah-perintah-Nya agar
kebebasan rohani manusia dapat dimenangkan.  Kedua, segala
macam tirani harus dilenyapkan, eksploitasi manusia diakhiri, dan
kemiskinan diberantas untuk mencapai maksud-maksud tersebut.
Menurut Natsir Tirani dan eksploitasi manusia dilenyepkan
 bilamana penderitaan dan penyakit masya
masyarakat
rakat dapat dihilan
dihilangkan,
gkan,
yang kesemuaannya bersumber pada kemusyrikan dan kekufuran.
 Ketiga, chauvinismeyang merupakan akar intoleransi dan
 permusuhan
 permusuh an di antara man
manusia
usia wajib diperangi.  Keempat, cita-cita

IMM Untuk Kemanusiaan

323

Merespon argumentasi dan serangan dari


Muhammad Natsir, Soekarno membela diri dengan

menyatakan bahwa nasionalisme yang disuarakannya


“bukanlah  jingo nasionalism atau chauvinisme, dan
bukanlah suatu copy atau tiruan daripada nasionalisme
Barat.” Ia juga menambahkan, nasionalismenya adalah
sebuah nasionalisme yang toleran, bercorak ketimuran,
dan bukan nasionalisme yang agresif seperti yang
berkembang di Eropa. Soekarno mengklaim bahwa
nasionalismelah yang menjadikan orang-orang
Indonesia “perkakasnya Tuhan”, dan membuat mereka
259

“hidup dalam
Soekarno roh.”  
menyatakan:
“Tidakkah lebih baik, tidakkah lebih laki-laki
(jantan), kalau kita berkata: “Baik kita terima
negara dipisah dari agama, tetapi kita akan
kobarkan seluruh rakyat dengan apinya Islam,
sehingga semua utusan di dalam badan
perwakilan itu, adalah utusan Islam, dan semua
putusan putusan badan perwakilan itu
bersemangat dan berjiwa Islam!”260 
Tidak berhenti disitu saja, perseteruan ideologis
antara yang mengklaim kelompok Islam dan kelompok

 politik Natsir selanj


selanjutnya
utnya adalah memban
membangungun masya
masyarakat
rakat yang
 bebas dari chauvinisme, tirani
tirani,, dan eksploitasi. Menurutny
Menurutnyaa Tauhid
adalah modal perjuangan kaum muslim. Selengkapnya lihat M.
Amien Rais, Tauhid Sosial: Formula Menggempur Kesenjangan,
(Bandung: Mizan, 1998), 86.
259
  Bakhtiar Effendy,  Islam dan Negara; Transformas
Transformasii
Gagasan dan Praktik Politik Islam di Indonesia, (Jakarta:
Demokrasi
260 Project, 2011), 83-84.
83- 84.
  Bakhtiar Effendy,  Islam dan Negara; Transformas
Transformasii
Gagasan dan Praktik Politik Islam di Indonesia, (Jakarta:
Demokrasi Project, 2011), 86.

IMM Untuk Kemanusiaan

324

nasionalis berlangsung secara penuh dalam pertemuan-


pertemuan BPUPKI, yang dilaksanakan antara akhir Mei

hingga pertengahan Agustus 1945. Seraya menegaskan


kembali alur penalaran teologis dan sosiologis
sebelumnya, kelompok yang pertama menyatakan
bahwa Indonesia harus menjadi sebuah negara Islam,
atau Islam harus menjadi dasar ideologis negara. 261 
Sedang kelompok yang kedua, seperti Soekarno,
Muhammad Hatta dan Supomo, mengusulkan
dibentuknya sebuah negara kesatuan nasional di mana
masalah-masalah negara harus dipisahkan dari
262

masalah-masalah agama.
dengan dijebloskannya   Perseteruan
beberapa ini berakhir
pimpinan masyumi ke
penjara seperti Muhammad Natsir dan Syafruddin
Prawiranegara oleh Soekarno karena dianggap
melawan negara dan kemudian berakhir dengan
dibekukanya Partai Masyumi oleh Soekarno pada Tahun
1960263 
Kekalahan menjadikan Islam sebagai ideologi
dan agama negara oleh aktivis-aktivis Islam disebut oleh

261
  Paling tidak ada tiga argumen yang paling mendasar
mengenai gagasan mendirikan negara Islam; Pertama, watak holistik
Islam. Kedua, keunggulan Islam atas semua ideologi dunia lain, dan
Ketiga, kenyataan bahwa Islam dipeluk oleh mayoritas warga negara
Indonesia.
262
  Bakhtiar Effendy,  Islam dan Negara; Transformas
Transformasii
Gagasan dan Praktik Politik Islam di Indonesia, (Jakarta:
Demokrasi Project, 2011), 99-100.
99- 100.
263
  Bakhtiar Effendy,  Islam dan Negara; Transformas
Transformasii
Gagasan dan Praktik Politik Islam di Indonesia, (Jakarta:
Demokrasi Project, 2011), 147. Untuk paparan lebih lengkap
mengenai perdebatan para aktivis Islam dan nasionalis, lihat Robert
W. Hefner, Civil Islam; Islam dan Demokratisasi di Indonesia,
(Yogyakarta:
(Yogyakarta: ISAI, 2001).

IMM Untuk Kemanusiaan

325

Bachtiar Effendy sebagai kekalahan total. Bahkan ada


yang menyebut kekalahan Islam politik telah berhasil

dikalahkan baik secara konstitusional, fisik, birokratis,


lewat pemilihan umum maupun secara simbolik.
Merupakan sebuah kenyataan bahwa Sikap
antogonisme, sinisme, perseteruan keras aktivis Islam
dan aktivis nasionalis dalam menentukan dasar negara
Republik Indonesia dan aktivis Islam berada dalam
posisi yang kalah merupakan pil pahit yang harus ditelan
oleh aktivis Islam. Bahkan mulai pemilu 2004 hingga
pemilu 2014,264  partai-partai yang mengklaim dirinya

partaidibandingkan
 jika Islam tidak mendapat dukungan secara
dengan partai-partai signifikan
yang umumnya
mengusung simbol-simbol nasionalis-demokratis.
Berangkat dari kenyataan sejarah di atas,
intelektualisme Islam Era Orde Baru atau dalam istilah
Bachtiar Effendy disebut “generasi intelektual Islam

264
  Berdasarkan hasil keputusan KPU
411/KPTS/KPU/2014 tentang Penetapan Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) secara umum dalam
 pemilihan umum 2014. Berikut hasil perolehan suara setiap partai.
Partai Nasdem 8.402.812 (6,72 persen), Partai Kebangkitan Bangsa
11.298.957 (9,04 persen), Partai Keadilan Sejahtera 8.480.204 (6,79
 persen), Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 23.681.471 (18,95
 persen), Partai Golkar 18.432.312 (14,75 persen), Partai Gerindra
14.760.371 (11,81 persen), Partai Demokrat 12.728.913 (10,19
 persen), Partai Amana
Amanatt Nasional 9.481.621 (7,59 persen), Partai
Persatuan Pembangunan 8.157.488 (6,53 persen), Partai Hanura
6.579.498 (5,26 persen), Partai Bulan Bintang 1.825.750 (1,46
 persen), Partai Keadil
Keadilan
an dan Persatuan Indonesia 1.143.094 (0,91
 persen). Lihat
http://nasional.kompas.com/rea
http://nasional.kompas.com/read/2014/05/09/23570
d/2014/05/09/2357075/Disahkan
75/Disahkan.KP
.KP
U.Ini.Perolehan.Suara.Pemilu.Legislatif.2014.   dan media-media
U.Ini.Perolehan.Suara.Pemilu.Legislatif.2014.
lainnya. di download pada tanggal 4 Juni 2015

IMM Untuk Kemanusiaan

326

baru/intelektualisme Islam baru” dan oleh M. Syafi’i


 Anwar menyebutnya para “Santri Baru” memperlihatkan

corak pemikiran politik Islam yang berbeda dengan era


pra kemerdekaan dan pasca kemerdekaan (orde lama).
Di era Orde Baru sejak awal perkembangannya tahun
1970-an, khususnya pada tahun 1980-an. Diskursus
intelektual mereka, mengusung wacana untuk
mengharuskan (1) peninjauan kembali landasan teologis
atau filosofis politik Islam; (2) pendefinisian kembali cita-
cita politik Islam; dan (3) penilaian kembali cara-cara di
mana cita cita politik tersebut dapat dicapai secara
265

efektif.
membentuk   Bagi mereka,
negara Islamsikap
hanyamemaksakan diri untuk
akan terus merintangi
pembaruan Islam dan politik Islam tingkat tinggi. 266 
Mereka menilai bahwa pancasila dan UUD 45 tidaklah
bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam bahkan
pancasila merupakan butiran-butiran yang bersumber
dari Islam itu sendiri
Semangat untuk melakukan pendefinisian
kembali aspirasi-aspirasi sosial-politik Islam yang baru,
disemangati oleh adanya keinginan untuk membangun
tatanan-tatanan politik yang egalitarian dan demokratis
serta politik yang berbasiskan pada penciptaan proses-
proses ke arah pemerataan ekonomi dan kesejahteraan
sosial. Tema-tema inilah yang menjadi pokok gagasan
politik oleh Intelektualisme Islam baru. Dengan
mengusung corak pemikiran politik Islam yang
265
  Bakhtiar Effendy,  Islam dan Negara; Transformas
Transformasii
Gagasan dan Praktik Politik Islam di Indonesia, (Jakarta:
Demokrasi Project, 2011), 149.
266
  Robert W. Hefner, Civil Islam; Islam dan Demokratisasi
di Indonesia, (Yogyaka
(Yogyakarta:
rta: ISAI, 2001), 224.

IMM Untuk Kemanusiaan

327

transformatik dan subtantivistik. Menurut M. Syafi’i


 Anwar, pemikiran politik cendekiawan muslim di era

Orde Baru dapat ditipologikan menjadi 5 corak


pemikiran-respon-sikap dari mereka yaitu, formalistik,
substantivistik, transformatik, totalistik, idealistik, dan
realistik.267 
Meskipun ada tipologisasi seperti di atas, tapi
sesungguhnya generasi intelektual era Orde Baru sama-
sama menerima pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar
negara. Dengan sebuah paradigma bahwa Indonesia
bukan negara agama, bukan pula negara yang

mengakui adanya
saja bukan salahsatu
negara agamaIndonesia
sekuler. resmi, danadalah
tentu

267
  Di antara nama-nama
nama- nama tokoh yang dimasukkan M. Syafi’i
Anwar dalam tipologi pemikiran tersebut yaitu; tokoh yang
 pemikirannyaa bercorak formali
 pemikiranny formalistik
stik ini diantaranya adalah
Muhammad Natsir, Amien Rais, A.M Saefuddin, dan Jalaluddin
Rakhmat. Yang bersifat substantivistik seperti Abdurrahman Wahid,
 Nurcholish Madjid, Harun Nasution, Munawar Sjadzali dll,
 pemikiran yang bercorak transformatik
transformatik seperti Dawam Rahardjo, M.
Amin Aziz, dll. Corak pemi
pemikiran
kiran idealis
idealistik
tik tterliha
erlihatt seperti pemikiran
A. Syafii Maarif. Dan Corak Pemikiran realistik seperti pemikiran
Taufik Abdullah. Selengkapnya lihat M. Syafi’i Anwar,  Pemikiran
dan Aksi Islam Indonesia; Sebuah Kajian Politik tentang
cendekiawan muslim orde baru, (Jakarta: Paramadina, 1995),143-
184. Tapi meskipun tipologi yang dibuat oleh M. Syafi’i Anwar di
atas mengenai corak pemikiran para cendekiawan muslim mengenai
 politik Islam menurut saya tidaklah selalu sama. Di antara mereka
tentu memiliki kekhasan, identitas berpiki
berpikir,
r, kecenderungan dan lain-
lainnya dalam pemikirannya tentang hubungan Islam dan politik dan
hubungan Islam dan negara. Sebagai contoh Amien Rais tidaklah
muthlak seperti Muhammad Natsir yang menolak pancasila dan
UUD 1945. Sebagaimana yang dikatandikat an M. Syafi’i Anwar. Lebih
lanjut lihat M. Syafi’i Anwar,  Pemikiran dan Aksi Islam IIndonesia;
ndonesia;
Sebuah Kajian Politik tentang cendekiawan muslim orde baru,
(Jakarta: Paramadina, 1995),143-184.

IMM Untuk Kemanusiaan

328

berdasarkan pancasila dimana semua agama dan


masing-masing pemeluknya diperlakukan sama sebagai
268
warga negara Indonesia. Sehingga perjuangan
intelektualisme Islam baru tidak lagi mempermasalahkan
dasar negara, tapi mereka lebih fokus kepada isu-isu
tentang kesejahteraan sosial, pemerataan-
pembangunan ekonomi, isu-isu pendidikan, dan
pengembangan lebih jauh gagasan tentang penguatan
tatanan politik yang lebih egalitarian. Tokoh-tokoh
generasi intelektual Islam baru inilah yang membawa
corak baru model politik Islam di Indonesia. 269Disamping

itu, sikap dan


nonkonfrotatif pandangan
dianggap berhasil politik mereka tempat
dan mendapat yang

268
  Nasaruddin Umar,  Antara Negara dan Agama Negara
Negara,,
lihat di 
di www.depag.co.i
www.depag.co.id, d, 4.
 4.
269
  Dalam catatan Bachtiar Effendy bahwa sejak awal
 perkembanganya
 perkemban ganya intelektuali
intelektualisme
sme Islam baru pada 1970-an, para
 pemikir dan aktivis Muslim yang baru tumbuh seperti Nurcholish
Madjid, Djohan Effendi, Ahmad Wahib, Utomo Dananjaya, Usep
Fathuddin (yang kepedulian utamanya adalah pembaruan
teologis/religius), Mintaredja, Sulastomo, Bintoro Tjokroamidjojo,
Sa’dillah Mursid, Ridwan Saidi, Akbar Tanjung (para pendukung
reformasi politik/birokrasi), dan Sudjoko Prasodjo, M. Dawam
Rahardjo, Tawang Alun, Adi Sasono dan Ekky Syachruddin (para
 penganjurr transformasi sosial). Dan pada 1980-an, bersam
 penganju bersama-sama
a-sama
dengan mitra-mitra mereka yang lebih muda (meski tidak harus
dalam pengertian umur) termasuk Munawir Syadzali, Abdurrahman
Wahid, Amien Rais, Kuntowijoyo, Watik Pratiknya, Yahya
Muhaimin, Halide, Jalaluddin Rakhmat, dan Fuad Amsyari. mereka
mengorganisir berbagai forum diskusi dan pertemuan yang relevan
 bagi pengemban
pengembangan
gan lebih jauh gagasan tentang penguatan tatanan
 politik yan
yang
g lebih egalitarian serta peme
pemerataan
rataan ekonomi yang lebi
lebih
h
adil. Lihat Bakhtiar Effendy,  Islam dan Negara; Transformas
Transformasii
Gagasan dan Praktik Politik Islam di Indonesia, (Jakarta:
Demokrasi Project, 2011), 238.

IMM Untuk Kemanusiaan

329

di hati penguasa dan juga publik, meskipun ada banyak


yang menolaknya.

Dampak dari model baru politik Islam yang


dipelopori oleh para intelektualisme Islam baru
memunculkan kebangkitan Islam di ranah publik dan
 juga di jantung
jantung-jantung
-jantung kekuasaan. Seperti yang
disebutkan oleh Robert W. Hefner bahwa pada akhir
tahun 1970-an dan 1980-an, Indonesia mengalami
kebangkitan Islam yang secara historis belum pernah
terjadi sebelumnya. Hefner melaporkan bahwa terjadi
peningkatan yang signifikan dalam pembangunan

masjid, shalat jum’at, pendidikan


270 agama, pengumpulan
zakat, dan naik haji ke mekkah.  
Disamping itu, pemerintah melakukan politik
merangkul dikalangan intelektual Islam (umat Islam). Di
mana umat Islam dibukakan pintu oleh pemerintah untuk
mengisi kekuasaan. Jika dilihat bahwa sebelum tahun
1990-an atau selama dua dasawarsa awal kepemimpina
Soeharto, umat Islam nyaris tidak pernah diikutkan
dalam pembagian kekuasaan. Soeharto lebih suka
bekerja sama dengan golongan minoritas terdiri dari
kristen, katolik, dan kelompok etnis cina dengan
dukungan militer dan golkar sebagai mesin politiknya.
Namun, kemudian pada awal 1990-an, Seoharto
melakukan perubahan kebijakan dengan mengajak serta
kelompok Islam untuk masuk ke panggung kekuasaan.
Pada saat itulah kelompok Islam dengan cepat
menguasai jajaran birokrasi. Tentu hal ini memberi
dampak pada gerakan islamisasi birokrasi tidak hanya di
pusat-pusat kekuasaan
kekuasaan di Jakarta, tetapi juga di daerah-
daerah -
 
270
 Lebih lengkap lihat Robert W. Hefner, Civil Islam; Islam
dan Demokratisasi di Indonesia, (Yogyakarta: ISAI, 2001), 40.

IMM Untuk Kemanusiaan

330

daerah. Di mana posisi-posisi yang dikuasai kelompok


kristen dan katolik, dari waktu ke waktu diambil alih oleh
271
kelompok Islam.  
Menguatnya gerakan transformasi, subtansiasi,
idealisasi, realisasi nilai-nilai etik Keislaman, ditambah
dengan gerakan Islam kultural 272  yang juga tanpa
melupakan sisi-sisi politis, formalistik, dan juga simbol-
simbol Keislaman telah membawa perubahan drastis
politik Islam di Indonesia. Gerakan Islam kultural juga
ikut memberi corak baru perubahan kehidupan
kebangsaan kita. Menurut Taufik Abdullah bahwa

dengan
merupakanhadirnya Islam
simbol kultural,sudah
nasional berbagai gedungtempat
menjadi yang
aktivitas Islam, berbagai universitas menjadi pusat
kegiatan dakwah anak muda, bahkan praktis kantor-
kantor mempunyai tempat shalat. Hal ini menurutnya
boleh dianggap sebagai peralihan dari “Islam nasional
yang politik” menjadi “Islam nasional yang kultural”. 273 
Hingga saat ini, kebangkitan
kebang kitan Islam di ranah publik
sangat signifikan. Mulai dari tayangan-tayangan televisi
yang banyak menyuguhkan acara-acara islami, semakin
meluasnya trend memakai busana muslim/muslimah
dikalangan umat Islam (dikalangan artis, birokrasi,

271
  Jajang Jahroni,  Ketika Nasionalisme Membusuk, Journal
Studi Islamika Indonesia, Volume 12, Number 3, 2005, 581.
272
  Dimensi politik dari Islam kultural berkaitan dengan cara
mensubtansiasikan nilai-nilai dan etik keislaman secara inklusif
dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang pluralistik yang tidak
semata-mata terbatas pada pergumulan politik maupun kekuasaan,
tetapi memberikan makna islami kepada medan budaya dalam arti
luas. 273
  M. Syafi’i Anwar,  Pemikira
 Pemikiran
n dan Aksi Islam Indonesi
Indonesia;
a;
Sebuah Kajian Politik tentang cendekiawan muslim orde baru,
(Jakarta: Paramadina, 1995),133.

IMM Untuk Kemanusiaan

331

sekolah, polisi, TNI, dll), maraknya pengajian-pengajian


di berbagai tempat, dan lain-lainnya. Yang sebelumnya

tidak pernah ada dalam sejarah perjalanan bangsa ini.


Peluang dan Tantangan Peran Politik Generasi
Baru Muslim Indonesia

Perdebatan tentang pancasila dan keinginan


mendirikan Indonesia sebagai negara Islam kini tinggal
menjadi kenang-kenangan sejarah, sejak munculnya
generasi intelektual baru tahun 80-an, bisa dikatakan
sejak itupula pertentangan yang amat keras antara
kelompok yang diklaim berpandangan nasionalis dan
islamis itu mulai mencair menjadi bersatu padu dalam
rumah besar Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan pada pancasila dan Bhineka tunggal Ika.
Kini generasi baru Islam Indonesia ikut
menikmati suasana kehidupan kebangsaan yang penuh
dengan suasana yang menghargai kebhinekaan,
menghargai kenyataan multikultural, dan suasana

kehidupan kebangsaan yang demokratis. Namun bukan


tanpa tantangan, tanpa masalah, dan tanpa ancaman
meskipun terbuka besar peluang kaum muda Islam saat
ini untuk terjun mengurus
men gurus negara.
Peluang, karena tidak ada lagi dikotomisasi
antara Islam politik dengan negara yang tidak jarang
melahirkan sikap antagonisme atau sinisme, semuanya
melebur menjadi satu yakni di rumah besar NKRI
dengan kehidupan yang demokratis. Dengan sendirinya

sesungguhnya tidak nasionalis,


kristen, atau partai ada lagi klaim
yangpartai Islam, partai
ada adalah partai
politik yang berkomitmen memajukan Indonesia.

IMM Untuk Kemanusiaan

332

Sehingga dengan peluang-peluang di tengah kehidupan


yang demokratis ini, mereka bisa memasuki arena real

 politik  untuk
 untuk mengurus negara.
Pada sisi lain, tantangan yang dihadapi kaum
muda Islam sekarang dan ke depan setidaknya bisa
dilihat dari realitas politik yang sangat buruk dan
dekonstruktif saat ini. Generasi tahun 80-an atau juga
90-an hingga generasi yang dilahirkan reformasi tidak
sedikit mencoreng cita-cita politik yang mereka bangun
sendiri. Tidak sedikit dari mereka terjebak pada istana
kerakusan yang membelenggu cita-cita politik yang

mereka bangun
dulu. Mereka dalamdalam
terjebak perjuangan-perjuangan mereka
lingkaran setan kekuasaan.
Mereka ikut merampok uang rakyat dan memperkaya
diri sendiri dan kelompoknya dengan perilaku korupsi,
kolusi dan nepotisme (KKN). Pada akhirnya, tidak sedikit
mereka harus bersahabat dengan jeruji besi di penjara
kedurhakaan.
Realitas politik yang buruk ini setidaknya bisa
dilihat dari kasus-kasus korupsi yang menimpa sejumlah

tokoh
bergerakpolitik
dalamyang mengatasnamakan
klaim kesuciannya ternyata Tuhan dan
juga terlibat
dalam skandal korupsi yang sangat memalukan
sekaligus merugikan nama baik umat Islam. Mereka
telah menyendera dan memerkosa nama baik Tuhan.
Sebagai contoh, tertangkap tangannya Presiden Partai
Keadilan Sosial (PKS), partai yang dianggap Islamis
dalam kasus suap sapi impor pada tahun 2013, presiden
PKS akhirnya terdakwa dalam kasus ini. Kemudian
tertangkapnya Ketua Umum Partai Demokrat, Anas
Urbaningrum yang merupakan simbol intelektual Islam
yang juga merupakan mantan Ketua Umum PB HMI

IMM Untuk Kemanusiaan

333

Periode 1997-1999, di mana Anas terlibat.  dalam


skandal kasus korupsi dana proyek hambalang. Diikuti

lagi dengan ditetapkannya Surya Dharma Ali sebagai


tersangka kasus korupsi dana haji. kita tahu Surya
Dharma Ali merupakan Ketua Umum Partai Persatuan
Pembangunan (PPP) partai yang mensimbolkan dirinya
sangat Islami, tidak tanggung-tanggung yang di bawa
adalah ka,bah sebagai rumah besar umat Islam, pada
saat bersamaan Surya Dharma Ali menjabat sebagai
Menteri Agama, dan juga mantan Ketua Umum
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) periode

1985-1988.
tokoh lainnyaMasih banyak lagi
yang dianggap kasus
sebagai korupsi Muslim
intelektual tokoh-
yang dulu mengusung cita-cita politik yang agung. Kini
mereka sedang menikmati kehidupan spiritualnya di
dalam jeruji besi kedurhakaan. Inilah yang saya katakan
sebagai sebuah realita politik yang memalukan dan
menyakitkan, dan sekaligus menjadi tantangan dan
ancaman bagi generasi Islam baru saat ini dan ke
depannya.

banyak Digenerasi-generasi
era demokrasi yang begitu
emas terbuka saat
organisasi ini,
gerakan
mahasiswa Islam yang dulu mereka cukup gemilang,
namun demikian mereka sukses masuk di jantung
kekuasaan lalu terjebak di dalam praktek-praktek
penyimpangan kekuasaan, entahkah itu perilaku KKN
maupun yang lainnya. Apa yang salah dengan semua
ini? apakah integritas mereka yang tidak kuat
menghadapi godaan kekuasaan dan kemewahan? Atau
sistem demokrasi kita yang koruptif, sehingga mereka
terbawa dalam jebakannya?. Sebab tanpa uang, tanpa
korupsi (dalam bahasa yang populer dipakai “ngolah”)

IMM Untuk Kemanusiaan

334

dan nepotisme,
nepotisme, kita tidak bisa masuk mengurus negara,
dengan kata lain, negara ini dibawa kuasa kapitalisme.

Siapapun yang ingin berkuasa harus menghamba pada


kekuatan kapitalisme?, atau dinamika di organisasi
mahasisiwa khususnya organisasi-organisasi
mahasiswa Islam saat ini yang sudah terbiasa dengan
perilaku koruptif, peralihan kepemimpinan yang diwarnai
dengan money politik atau suap menyuap?, sehingga
berdampak pada konstruksi mental korupsi di manapun
mereka berada?. Pertanyaan-pertanyaan semacam ini
menjadi refleksi bagi aktifis-aktifis gerakan mahasiswa

Islam, khususnya
Muhammadiyah (IMM). kader Ikatan Mahasiswa
Secara tidak langsung dampak dari realitas
politik seperti yang disebutkan di atas melahirkan sikap
krisis kepercayaan rakyat Indonesia terhadap aktifis
organisasi Islam. Bukan hal yang aneh, saat ini publik
meragukan integritas jebolan para aktifis gerakan
mahasiswa khususnya organisasi gerakan mahasiswa
Islam. Sepertinya publik trauma dengan fakta-fakta yang

mengejutkan
para mantan tentang perilaku
aktifis Islam. korupsi
Namun yang kita
demikan, menimpa
tidak
boleh mengambil sikap yang pesimistik, ujian dan
tantangan semacam ini harus disikapi secara optimistik.
Jika dulu tantangan umat Islam dalam relasinya dengan
negara bersifat antagonis, karena pandangan politik
yang berhadap-hadapan dengan negara sehingga tidak
 jarang umat Islam disudutkan. Sekarang justru
tantangannya adalah bahwa ternyata di tangan umat
Islam khususnya aktifis-aktifis Islam lah bangsa ini
dititipkan. Karena sejak tahuan 80-an atau 90-an dan
lebih khusus lagi pasca reformasi mereka berbondong-

IMM Untuk Kemanusiaan

335

bondong mengisi kekuasaan baik di eksekutif, legislatif,


yudikatif, dan lembaga-lembaga negara lainnya.

Setelah kekuasaan ada dipangkuan umat Islam,


khususnya aktifis-aktifis Islam, lalu mampukah mereka
mewujudkan cita-cita kemerdekaan untuk membangun
keadilan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesi?, melindungi segenap tanah air dan tumpah
darah Indonesia, serta memajukan kehidupan bangsa?.
Pertanyaan-pertanyaan ini tidak mudah untuk dijawab,
pada akhirnya serahkan pada diri kita masing-masing
sebagai bahan refleksi. Bagi penulis, kita masih optimis,

di tangan orang-orang
sederhana, bertanggung yang
jawab,cerdas, amanah,
egaliter, jujur,
kuat, berani
dan memiliki jiwa nasionalisme yang tulus, maka
Indonesia akan mencapai kejayaannya.
IMM Untuk Kemanusiaan

336

Rekonstruksi Nalar Politik


Muhammadiyah: Menuju Kesadaran
Baru

Wacana Muhammadiyah dan politik selalu


menarik dan tidak akan pernah sepih diperdebatkan baik
oleh para pengamat, ilmuan, lebih-lebih oleh internal
keluarga Muhammadiyah itu sendiri. Diantaranya,
dikarenakan Muhammadiyah sebagai gerakan civil Islam
yang terbesar tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di
dunia telah ikut menyumbang penyelesaian persoalan
kebangsaan dan kemanusiaan
kemanusiaan sejak
sejak abad 19 hingga
saat ini. Bukanlah hal yang mudah bagi organisasi
gerakan Islam khususnya dan organisasi keagamaan
umumnya di belahan dunia manapun bisa bertahan
sampai berumur satu abad lebih di tengah dinamika
politik, sosial, dan dunia yang saling menggusur dan
membumihanguskan atas nama kepentingan dan
keserakahan. Muhammadiyah telah menunjukan
kemampuannya melewati itu semua dengan eksistensi
dan banyak prestasinya yang layak mendapatkan
apresiasi dunia. Tanpa berlebihan, bisa kita katakan,
tidak ada satu organisasi gerakan keagamaan di dunia
ini yang bisa tampil seperti Muhammadiyah dengan
gerakan pendidikan, kesehatan, dan pelayanan-
pelayanan sosial yang jumlahnya cukup besar, ribuan
sekolah, ratusan rumah sakit dan perguruan tinggi, dan

IMM Untuk Kemanusiaan

337

ribuan masjid dan panti asuhan berdiri tegak di pusat-


pusat kota, di daerah-daerah, hingga pelosok-pelosok

desa. Sehingga wajar saja wacana tentang


Muhammadiyah dan politik tidak akan pernah sepih
diperbincangkan.

Eksistensi Muhammadiyah yang ditunjukan


dengan spirit dakwah melalui tiga pilar gerakan yakni
healing (pelayanan kesehatan), schooling (pendidikan),
dan feeding (pelayanan sosial) dianggap sukses dan
merupakan prestasi luar biasa jika dibandingkan dengan
organisasi gerakan kegamaan di belahan dunia
manapun apalagi di Indonesia. Sebuah model
organisasi keagamaan yang hanya bisa ditemukan di
Indonesia yang jika diceritakan di belahan dunia lain
akan bernada tidak percaya dan merasa
m erasa terheran-heran.
Dilihat dari kacamata ekonomi, organisasi ini layaknya
sebuah korporasi besar. Jika dilihat dari kacamata
sosiologis-politik layak dikatakan sebagai sebuah
negara yang mungkin tidak kalah hebatnya dengan
negara-negara bagian di Eropa karena organisasi ini
merupakan organisasi yang rapi secara struktural dari
pusat hingga pelosok desa lengkap dengan
infrastruktrur dan kekuatan sumber daya manusianya
dengan tidak berniat berlebihan meskipun di sana sini
begitu banyak kekurangan dan kelemahannya. Hanya
menggambarkan sebuah kenyataan historis bahwa satu
abad lebih Muhammadiyah mampu melewati tantangan
zaman dan membuat prestasi yang begitu “luar biasa”.

Hal yang ingin dilihat juga bahwa organisasi ini


bisa bertahan tidak semata-mata karena gerakan
kultural di bidang pendidikan, kesehatan, dan pelayanan

IMM Untuk Kemanusiaan

338

sosial yang secara sungguh-sungguh dibangun oleh


para kadernya, tapi juga tidak terlepas dari perkara

politik yang menyelimuti perjalanannya. Persoalan


pendidikan, kesehatan, dan aksi-aksi sosial lainnya juga
melibatkan dimensi “politik”. Hal inilah yang menjadikan
perbincangan mengenai relasi antara Muhammadiyah
dan politik akan tetap menarik dan terus ramai
diperdebatkan. Di satu sisi Muhammadiyah bertahan
dan bisa membangun karena gerakan kulturalnya, tapi
 juga gerakan kultural Muhammadiyah tentu saja tidak
bisa terlepas dari “politik” sebagai penyokongnya. 

Menarik memang untuk dilihat relasi antara


Muhammadiyah dan politik yang dalam sejarahnya
meski Muhammadiyah bukan organisasi politik apalagi
parpol, namun Muhammadiyah pernah menjadi gerakan
politik dengan melahirkan partai politik dan tokoh-tokoh
politik serta negarawan. Sebagai contoh beberapa partai
politik pernah didirikan tokoh Muhammadiyah seperti
MIAI, PII, Masyumi, Parmusi, PAN, PMB dan beberapa
Partai-Partai baru akhir ini yang juga banyak dipelopori
oleh aktivis-aktivis Muhammadiyah. Sementara
beberapa tokoh politik dan negarawan pernah dilahirkan
Muhammadiyah seperti Ki Bagus Hadikusumo, Kasman
Singodimejo, Kahar Mudzakir, Muhammad Natsir,
Muhammad Roem, Sukarno, Sudirman, Suharto hingga
 Amien Rais sampai deretan ke bawahnya.
bawahn ya. Hal itu
menunjukkan bahwa dalam perjalanann
perjalanannya
ya
Muhammadiyah dengan kadernya yang terlibat dalam
politik telah berkonstribusi besar terhadap bangsa dan
negara.

IMM Untuk Kemanusiaan

339

Meskipun demikian, beberapa dekade terakhir


banyak warga Muhammadiyah merasa tersingkirkan

dalam peran kebangsaan. Dengan kata lain,


Muhammadiyah secara politik dinilai gagal
mengantarkan kader-kadernya untuk mengurus negara
sebagai bentuk keterlibatan riil melakukan perubahan
nyata di masyarakat luas. Justru Muhammadiyah dinilai
memberatkan jalan bagi kader-kader Muhammadiyah
untuk menuju pemimpin bangsa dengan berbagai
peraturan dan kebijakan-kebijakannya. Hal inilah
menimbulkan gelisah hingga kritik dari kelompok-

kelompok tertentu di Muhammadiyah, khususnya


 Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) yang
merasakan langsung kondisi yang dianggap terdzolimi
secara politik, alias tidak dihitung secara politik. Namun
bagi sebagian lain kegelisahan dan kritik di atas
khususnya oleh AMM dianggap sebagai perilaku tidak
dewasa, eksklusif, dan emosional.

Menarik untuk disimak tulisannya Zuly Qadir di


Kompas274  yang mengatakan bahwa kekecewaan
sebagian politisi asal Muhammadiyah dapat dikatakan
sebagai sikap dan perilaku politik tidak dewasa. Bahkan
disebut oleh Zuly sebagai sikap dan perilaku politik
sektarian dan eksklusif karena memaksa harus
mendapat dukungan resmi dari persyarikatan
Muhammadiyah. Menurut Zuly, perilaku politik
Muhammadiyah bukanlah perilaku politik dukung
mendukung. Tulisannya ini muncul sebagai penyokong
pandangan Din Syamsudin saat menjadi Ketua Umum

274
Lihathttp://nasional.kompas.com/read
Lihathttp://nasional.kompas.com/read/2014/05/22/1548450
/2014/05/22/1548450
/Sikap.Politik.Muhammadiyah

IMM Untuk Kemanusiaan

340

PP Muhammadiyah yang mengatakan "Muhammadiyah


tidak berafiliasi dengan capres dari partai politik mana

pun menjelang
menjelang Pemilu
Pemilu Presiden 9 Juli
Juli 204 mendatang".
Setiap kali momentum politik baik nasional
maupun lokal, wacana Muhammadiyah dan politik
memang relatif banyak diangkat, tentu saja hal ini
muncul karena ada kelompok atau kader yang ingin
mendapatkan dukungan kuat dari Muhammadiyah
sehingga wacana pentingnya peran politik
Muhammadiyah yang riil tidak saja teoritis seringkali
menguat,
mengua t, tapi juga di sisi lain ada kelompok kader yang
mengklaim dirinya loyal-ideologis bersikap defensif
tampil sebagai benteng pertahanan untuk mensterilkan
Muhammadiyah dari kepentingan politik. Dengan
sebuah spirit bahwa Muhammadiyah bukan organisasi
politik dan tidak memiliki hubungan khusus dengan
partai politik apalagi sebagai partai politik. Pandangan
ini memunculkan sikap kehati-hatian Muhammadiyah
dalam menyikapi isu politik sehingga tidak jarang kader
Muhammadiyah yang konsen di politik praktis alias
politisi banyak dicurigai gerak-geriknya.
gerak -geriknya. Sehingga pada
titik ini, kader-kader politik ini tidak jarang merasa
“terdiskriminasi”  dan kurang mendapat apresiasi peran
kebangsaannya. Namun lain hal ketika mereka sudah
sukses dan menjadi pejabat strategis bangsa hubungan
itu kemudian akan menjadi mesra, romantis, harmonis-
ideologis karena cepat-cepat mereka disebut sebagai
kader Muhammadiyah.

Dalam konteks hubungan Muhammadiyah


dengan partai politik juga melahirkan pandangan yang
plural non monolitik. Secara garis besar menurut hemat

IMM Untuk Kemanusiaan

341

saya, ada dua pandangan yang menguat tentang hal ini.


Pertama,  ada yang berpandangan Muhammadiyah

memang bukan organisasi politik apalagi partai politik,


tapi Muhammadiyah mau tidak mau harus mengakui
bahwa Muhammadiyah memiliki hubungan khusus
dengan salah satu partai politik. Pandangan ini mencoba
meyakinkan warga Muhammadiyah bahwa
Muhammadiyah memiliki hubungan yang dekat dengan
salah satu partai politik, katakanlah Partai Amanat
Nasional (PAN). Kelompok-kelompok yang mengusung
pandangan ini seringkali menyebut bahwa lewat salah

satu partai inilah aspirasi-aspirasi Muhammadiyah


banyak diakomodir dan diperjuangkan. Kedua, 
pandangan yang menyebut Muhammadiyah sama sekali
tidak ada hubungan dengan partai politik manapun.
Semua partai politik adalah sama, bagi Muhammadiyah
tidak ada yang khusus, tidak ada yang spesial,
semuanya sama. Hal ini sebagai bentuk upaya sterilisasi
Muhammadiyah dari infiltrasi partai politik tertentu yang
mendorong Muhammadiyah pada politik praktis dukung-

mendukung.
 Apapun perdebatan di atas, ada satu hal yang
harus memang disepakati secara bulat kolektif-kolegial
oleh semua kader Muhammadiyah, yaitu
Muhammadiyah bukan organisasi politik dan tidak akan
pernah bermetamorfosis menjadi partai politik.
Konsistensi historis Muhammadiyah dalam konteks ini
perlu dirawat, dijaga, dan dipahami secara arif oleh
semua kader Muhammadiyah dari latar belakang
apapun.

IMM Untuk Kemanusiaan

342

Jika dilihat kembali secara historis,


Muhammadiyah pernah dua kali menolak permintaan

agar diubah menjadi partai politik. Pertama,  pada 1927


KH Agus Salim pernah meminta KH Ahmad Dahlan agar
mengubah Muhammadiyah menjadi partai politik, tetapi
secara tegas ditolak oleh Kiai Ahmad Dahlan. Kedua, 
ketika awal Orde Baru Presiden Soeharto pernah
meminta KH AR Fachruddin agar Muhammadiyah
diubah menjadi partai politik, tetapi dengan halus ditolak
Pak AR. Dengan jumlah anggota, simpatisan dan kader
yang mencapai
mencapai 35 juta orang orang ber KTA dan

pengaruhnya meluas hingga ke negara-negara ASEAN,


Eropa dan AS, maka Muhammadiyah rentan akan
bujukan dan rayuan untuk terjun langsung di dunia
politik praktis dan berubah menjadi partai
politik.275 Amien Rais sendiri sebagai
seba gai tokoh politik yang
lahir dari rahim Muhammadiyah cenderung mengambil
sikap bahwa Muhammadiyah harus tetap sebagai
organisasi sosial-keagamaan, Muhammadiyah tidak
boleh menjadi partai politik, Muhammadiyah juga tidak

perlu secara resmi diri


mensubordinasikan mendirikan partai politik
pada kekuatan maupun
politik tertentu.
 Adapun keterlibatan dalam partai politik menurut Amien
Rais dibiarkan untuk diperankan dan menjadi tanggung
 jawab orang-orang
oran g-orang Muhammadiyah.
Muhammad iyah.

Kesadaran-kesadaran seperti di atas relatif bisa


diterima oleh semua kader Muhammadiyah bahwa
merupakan kenyataan historis dan pilihan ideal,

275
  Lihat Abdul Halim dalam http://www.voa-
islam.com/read/indonesiana/20
islam.com/rea d/indonesiana/2015/08/12/38548/m
15/08/12/38548/muhammadiyah-dan-
uhammadiyah-dan-
 politik-praktis/#sthash.nxGvui
 politik-praktis/#sthash.nxGvuipJ.dpuf
pJ.dpuf

IMM Untuk Kemanusiaan

343

Muhammadiyah tetap sebagai civil Islam yang tidak


akan pernah menjadi organisasi politik apalagi partai
politik. Pengalaman politik Muhammadiyah lengkap
dengan cita-cita politiknya dianggap pilihan tepat saat ini
di tengah krisis kepercayaan dan wajah “politik” yang
sangat memalukan. Tentu saja bukan dalam rangka
sakralisasi karena bisa saja suatu saat kondisi berubah
dan kemudian Muhammadiyah mengharuskan
mengambil langkah lain.

Jika dilihat secara historis semenjak


Muhammadiyah berakhir dari keanggotaan Partai
Masyumi pada 8 September tahun 1959, PP
Muhammadiyah
Muhammadi yah mengel
m engeluarkan
uarkan maklumatnya No. 761/1-
 A/U-B/M/P-M tanggal
tangga l 12 September 1959. Adapun isi
maklumatnya antara lain adalah:
1) Sifat dan kedudukan Muhammadiyah tetap
sebagai semula, yaitu:
a. Muhammadiyah adalah gerakan agama Islam
yang memilih bidangnya sendiri, ialah bidang
masyarakat.
b. Muhammadiyah bukan dan tidak akan
menjadi partai politik. Sekali Muhammadiyah
tetap Muhammadiyah, bergerak mencapai
tujuannya dan selalu melakukan amar ma’ruf
nahi mungkar untuk kebaikan masyarakat
seluruhnya.
c. Anggota Muhammadiyah yang duduk dalam
pemerintahan, dewan-dewan perwakilan atau
partai politik, adalah atas nama mereka
masing-masing.
d. Muhammadi
Muhammadiyah yah menghargai dan dapat
bekerjasama dengan segala pihak yang

IMM Untuk Kemanusiaan

344

menghormati dan mengindahkan cita-cita


Muhammadiyah, serta mengutamakan
276
“ukhwah Islamiyah”.  
Dalam konteks pilihan politik Muhammadiyah, kita
bisa melihatnya dalam Khittah perjuangan
Muhammadiyah, sebagaimana dikutip Hajrianto Y.
Tohari sebagai berikut:
Pertama, Muhammadiyah meyakini bahwa
 politik dalam kehidupan bangsa dan negara
merupakan salah satu aspek dari ajaran Islam dan
urusan keduniawiaan (al-umur addunyawiyat)

yang harus selalu dimotivasi, dijiwai, dan dibingkai


oleh nilai-nilai luhur agama dan moral yang utama.
Karena itu diperlukan sikap moral yang positif dari
seluruh warga Muhammadiyah dalam menjalani
kehidupan politik untuk tegaknya kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Kedua, Muhammadiyah meyakini bahwa
negara dan usaha-usaha membangun kehidupan
berbangsa dan bernegara, baik melalui

 perjuangan politik maupun


m aupun melalui ppengembangan
engembangan
masyarakat, pada dasarnya merupakan wahana
yang muthlak diperlukan untuk membangun
kehidupan dimana nilai-nilai ilahiah melandasi dan
tumbuh subur bersamaan dengan tegaknya nilai-
nilai kemanusiaan, keadilan, perdamaian,
ketertiban, kebersamaan, dan keadaban untuk

276
  Maklumat tersebut ditanda tangani oleh KH. M. Farid
Ma’ruf dan M. Djindar Tamimy selaku wakil ketua dan sekretaris
PP Muhammadiyah. lebih lanjut lihat Farid Fathoni, Kelahiran
Fathoni,  Kelahiran Yang
 Dipersoalkan;
 Dipersoalkan; Dua Puluh Tahun Ikatan Mahasiswa Muhamm
Muhammadiyah
adiyah
(IMM) 1964-1990, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1990), 98.

IMM Untuk Kemanusiaan

345

terwujudnya “Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun


Ghafur”.

Ketiga, Muhammadiyah memilih


 perjuangan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara melaui usaha-usaha pembinaan atau
 pemberdayaan masyarakat guna terwujudnya
masyarakat madani (civil society) yang kuat
sebagaimana tujuan Muhammadiyah untuk
mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya. Sedangkan hal-hal yang berkaitan
dengan kebijakan-kebijakan kenegaraan sebagai

 proses dan hasil dari fungsi politik pemerintahan


akan ditempuh melalui pendekatan-pendekatan
secara tepat dan bijaksana sesuai prinsip-prinsip
 perjuangan kelompok kepentingan yang efektif
dalam kehidupan negara yang demokratis.
Keempat, Muhammadiyah mendorong
secara kritis atas perjuangan politik yang bersifat
 praktis atau berorientasi pada kekuasaan (Real
Politics) untuk dijalankan oleh partai-partai politik

dan lembaga-lembaga formal kenegaraan dengan


sebaik-baiknya menuju terciptanya sistem politik
yang demokratis dan berkeadaban sesuai dengan
cita-cita luhur bangsa dan negara. Dalam hal ini
 perjuangan politi
politik
k yang dilakukan oleh kekuatan-
kekuatan politik hendaknya benar-benar
mengedepankan kepentingan rakyat dan tegaknya
nilai-nilai utama sebagaimana yang menjadi
semangat dasar dan tujuan didirikannya negara

Republik
1945. Indonesia yang diproklamasikan Tahun

IMM Untuk Kemanusiaan

346

Kelima, Muhammadiyah senantiasa


memainkan peranan politiknya sebagai wujud dari

dakwah amar ma’ruf nahi mungkar dengan jalan


mempengaruhi proses dan kebijakan negara agar
tetap berjalan sesuai dengan konstitusi dan cita-
cita luhur bangsa. Muhammadiyah secara aktif
menjadi perekat kekuatan bangsa dan berfungsi
sebagai wahana pendidikan politik yang sehat
menuju kehidupan nasional yang damai dan
berkeadaban.
Keenam, Muhammadiyah tidak berafiliasi

dan tidak mempunyai hubungan organisatoris


dengan kekuatan-kekuatan politik dan organisasi
manapun. Muhammadiyah senantiasa
mengembangkan sikap positif dalam memandang
 perjuangan politik dan menjalankan fungsi kritik
sesuai dengan prinsip amar ma’ruf nahi mungkar
demi tegaknya sistem politik kenegaraan yang
demokratis dan berkeadaban.
Ketujuh, Muhammadiyah memberikan

kebebasan kepada setiap anggota Persyarikatan


untuk menggunakan hak pilihnya dalam
da lam kehidupan
 politik sesuai hati nurani masing-ma
masing-masing.
sing.
Penggunaan hak pilih tersebut harus merupakan
tanggung jawab sebagai warga negara yang
dilaksanakan secara rasional dan kritis, sejalan
dengan misi dan kepentingan Muhammadiyah,
demi kemaslahatan bangsa dan negara.
Kedelapan, Muhammadiyah meminta

anggotanya yang aktif tugas


benar melaksanakan dalamdan
politik untuk benar-
kegiatan politik
secara sungguh-sungguh dengan

IMM Untuk Kemanusiaan

347

mengedepankan tanggung jawab (al-amanah),


akhlak mulia (al-akhlak al-karimah), keteladanan

(al-uswah al-hasanah), dan perdamaian (al-


ishlah). Aktifitas politik tersebut harus sejalan
dengan upaya memperjuangkan misi
 persyarikatan dalam melaksanakan da’wah amar
ma’ruf nahi mungkar, dan Kesembilan, adalah
Muhammadiyah senantiasa bekerjasama dengan
 pihak atau golongan manapun berdasarkan
berdasarkan prinsip
kebaikan dan kemaslahatan, menjauhi
kemudharatan, dan bertujuan untuk

memperjuangkan nilai-nilai kehidupan berbangsa


dan bernegara ke arah yang lebih baik, maju,
demokratis, dan berkeadaban.277 
Khittah perjuangan Muhammadiyah di atas
memberi dasar pemikiran bahwa Muhammadiyah
menempatkan politik sebagai sebuah kekuatan yang
harus dikelola dengan baik. Perjuangan politik dan
perjuangan melalui pengembangan masyarakat muthlak
dilakukan meskipun perjuangan politik (politik praktis)

bukanlah
sepertinya jalan
hanya Muhammadiyah. Perjuangan
urusan Pribadi kadernya dan Politik
posisi
Muhammadiyah layaknya sebagai rumah besar yang
memberi suntikan moral, prinsip dan cita-cita
perjuangan.
Pemikiran mengenai khittah perjuangan
Muhammadiyah di atas memberi gambaran yang jelas
tentang relasi Muhammadiyah dan politik. Penegasan
yang dinyatakan melalui maklumatnya No. 761/1-A/U-

  277
  Lihat Hajriyanto Y. Tohari,  Muhammadiyah dan
 Pergulatan Politik Islam
Islam Modernis,
Modernis, (Jakart
 (Jakarta:
a: PSAP Muhammadiyah
Muhammadiyah,,
2005), xv-xvii.

IMM Untuk Kemanusiaan

348

B/M/P-M tanggal 12 September 1959 dan khittah


perjuangan,
perjuang an, merupakan sikap politik Muhammadiyah
yang mendapat apresiasi dan dianggap tepat dan ideal
bagi Muhammadiyah yang menyatakan dirinya sebagai
gerakan Islam amar ma’ruf nahi mungkar yang dominan
bergerak pada domain pencerdasan, pencerahan, dan
pemberdayaan.

Meski demikian, hal ini bukanlah sesuatu yang


sakral-dogmatik-ortodoks yang bersifat muthlak dan
final. Tentu saja masih dibuka ruang dialog untuk terus
mencari idealitas sikap politik Muhammadiyah yang
memungkinkan aktualisasi visi amar ma’ruf nahi
mungkarnya bisa dicapai dengan mudah, efektif, dan
merespon bahkan melampui zaman.

Jika dilihat beberapa dekade terakhir, peran


kebangsaan Muhammadiyah di kancah politik nasional
semakin mengendor dan semakin meminggir. Hal ini
ditandai dengan sebuah fakta sepertinya
Muhammadiyah tidak lagi menarik untuk dirangkul
mengisi kursi kekuasaan. Dengan kata lain,
Muhammadiyah tidak lagi dihitung sebagai sebuah
kekuatan politik meskipun bukan organisasi politik yang
harus ikut membangun bangsa lewat kursi kekuasaan.
katakanlah kursi menteri. Atau juga kader
Muhammadiyah dalam beberapa dekade terakhir ini
gagal mengelola kekuatan politiknya sehingga pressur
politiknya masih dianggap “sebelah mata”.? 

Jika Muhammadiyah
hubungan kita merefleksidengan
kembali historisitas
negara relatif
harmonis dan menguntungkan. Pada era orde baru

IMM Untuk Kemanusiaan

349

ketika Indonesia di pimpin Presiden Soekarno, Bung


Karno mengajak kader Muhammadiyah untuk
membangun Indonesia di kursi kekuasaan. Soekarno
mengajak kader-kader Muhammadiyah seperti Prof M
Rasyidi menjadi menteri agama, Mulyadi Djoyoutomo
menjadi menteri sosial, dan lain-lainnya. Begitu juga di
era orde baru hubungan baik Presiden Soekarto tak bisa
dilepaskan dari relasi geneologi, dimulai mendiang
menyunting kader organisasi Aisyiah Ibu Fatmawati
menjadi istri. Meskipun sesungguhnya Soeharto
cenderung menjaga jarak dengan Muhammadiyah

karena sikap kritis kader Muhammadiyah terhadap


kekuasaannya, tetapi kedekatan personal dengan
Muhammadiyah membuat hubungan pemerintah orde
baru dengan Muhammadiyah sangat positif dan
menguntungkan. Misalnya Soeharto mengajak sejumlah
kader Muhammadiyah menduduki jabatan strategis,
katakanlah seperti Prof Mukti Ali, Prof Munawar Sadzali,
Tarmizi Taher diangkat sebagai menteri agama, dan
sejumlah kader lain menjabat menteri tertentu.

Sejak orde lama dan berlanjut hingga orde baru,


Muhammadiyah memiliki relasi yang harmonis dengan
pemerintah. Tidak berhenti di situ, jika dilihat situasi
hubungan baik Muhammadiyah dan pemerintah
berlanjut sampai masa Presiden BJ Habibie, Presiden
 Abdurrahman Wahid, dan Presiden Megawati. Presiden
 Abdurrahman Wahid misalnya mengajak Ketua MPR M
 Amien Rais menyusun kabinet. Meskipun terjadi konflik
politik dengan M Amien Rais, Abdurrahman Wahid tidak
memutus silaturahim dengan Muhammadiyah.

IMM Untuk Kemanusiaan

350

Bisa dikatakan beberapa dekade terakhir


khususnya era Presiden Susilo Bambang Yudhiyono
(2004-2014), Muhammadiyah tidak dirangkul untuk
mengisi kekuasaan kecuali sedikit diwakili oleh Malik
Fadjar. Hubungan Muhammadiyah dengan
pemerintahan SBY relatif “tidak harmonis” karena
dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya mungkin
sikap pimpinan Muhammadiyah yang “face to face”  face”  
dengan SBY. Ketidakharmonisan hubungan ini tidak
hanya dalam soal diajak dalam kekuasaan, tapi juga
dalam soal komunikasi Muhammadiyah dan

Pemerintahan SBY cenderung mengalami jalan buntu.


Kenyataan ini pernah disampaikan Ketua PP
Muhammadiyah Dahlan Rais yang menyatakan bahwa
pimpinan dan organisasi otonom maupun badan usaha
Muhammadiyah belum pernah satu kali pun bertemu
Presiden Yudhoyono dalam forum resmi selama sepuluh
tahun terakhir.278  Sehingga wajar saja banyak orang
menyebut periode SBY adalah era terburuk hubungan
Muhammadiyah
Muhammadi yah dengan pemerintah.
pemerintah.

Era Pemerintahan Jokowi-JK disebut-sebut


sebagai periode berakhirnya ketidakharmonisan
Muhammadiyah dan Pemerintah, karena keduanya telah
bermitra jauh hari sebelum menjabat pimpinan negara.
Seperti gambaran Chairil Anwar yang menyebutkan
bahwa Jokowi sebagai orang Solo, Joko Widodo biasa
berkunjung dan bekerjasama dengan Muhammadiyah
dan universitas Muhammadiyah di Solo. Sedangkan
Jusuf Kalla memiliki sejumlah kerjasama dengan

278
http://www.pikiranrakyat.com/politik/2014/09/11/296532/
http://www.pikiranrakyat.com/politik/2014/09/11/296532/
 presiden-sby-relasi-terburuk-muh
 presiden-sby-relasi-terburuk-muhammadiyah
ammadiyah

IMM Untuk Kemanusiaan

351

Muhammadiyah dan universitasnya, seperti Jusuf Kalla


School Government di Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. Memperkuat argumentasinya, Chairil Anwar
memandang Joko Widodo-Jusuf Kalla menjadikan para
pemimpin Muhammadiyah sebagai penasihat kampanye
maupun menyusun kabinet seperti Prof Syafii Maarif,
Prof Din Syamsudin, Prof Malik Fadjar. Sejumlah
pimpinan Muhammadiyah dan kader menjadi relawan
inti mereka selama kampanye pemilihan presiden.
Sehingga relasi Muhammadiyah dengan pemerintah
relatif harmonis jika dibandingkan sepuluh tahun

terakhir.
Meski demikian, apa yang disampaikan Chairil
 Anwar di atas bukanlah sesuatu yang begitu
mengembirakan. Sebab, era Jokowi-Jk pun
Muhammadiyah masih tersisihkan secara politik.
Padahal seperti disebutkan di atas, tidak sedikit tokoh
Muhammadiyah beserta dengan kader mudanya pasang
badan memperjuangkan suksesi kemenangan Jokowi-Jk
meskipun posisi hanya sebagai pembantu bukan
sebagai faktor strategis-penentu. Ketersisihan
Muhammadiyah secara politik di era Jokowi-Jk bisa
dilihat dari sebuah fakta bahwa lagi-lagi Muhammadiyah
tidak dirangkul untuk mengisi kekuasaan. Jika di era
SBY, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan masih
dipercayakan pada kader Muhammadiyah tapi berbeda
dengan era Jokowi tidak satupun kader Muhammadiyah
yang diajak di kabinetnya sebagai representasi dari
Muhammadiyah dengan pertimbangan profesionalitas,
kualitas, dan integritasnya.
 Apa yang hendak ingin kita katakan bahwa sudah
menjadi kenyataan beberapa dekade terakhir

IMM Untuk Kemanusiaan

352

Muhammadiyah tersisihkan secara politik untuk tidak


mengatakan sama sekali terdzolimi secara politik.
Terima atau tidak bahwa di era Jokowi-Jk justru
Muhammadiyah semakin memperlihatkan
ketidakberdayaannya secara politik. Meskipun dibanyak
tempat Din Syamsudin seringkali tidak
mempermasalahkan Muhammadiyah tidak berada di
kabinet asalkan jangan dihalangi usaha-usaha yang
dikembangkan Muhammadiyah untuk membangun
bangsa. Argumentasi-argumentasi Din Syamsudin
seperti ini pada satu sisi ada benarnya, tapi juga di sisi

lain bisa dilihat sebagai bentuk komunikasi menghibur


diri pasca kegagalannya beberapa dekade terakhir
untuk mengantarkan kader Muhammadiyah berada di
kabinet pemerintahan. Khususnya penentuan kabinet di
era Jokowi-Jk.
Kenyataan-kenyataan politik inilah memunculkan
dilema hingga gelisah terhadap kian meminggirnya
peran kebangsaan Muhammadiyah untuk mengisi
kekuasaan katakanlah mengisi kabinet, yang dalam

sejarahnya Muhammadiyah tetap “diperhitungkan”.


Sepertinya menjadi sorotan banyak kalangan tidak
hanya warga Muhammadiyah, tetapi juga para elit
Muhammadiyah yang merasakan hal yang sama, tetapi
mencoba menyembunyikan perasaannya. Wacana-
wacana mengenai relasi Muhammadiyah dan politik
(real politic ) kembali muncul secara menguat
dipermukaan. Hal ini ditandai dengan maraknya
seminar, dialog, perdebatan-perdebatan sebagai usaha

melakukan redefenisi
Menarik peran tulisan
untuk dilihat politik Muhammadiyah.
Prof. Din Syamsudin
yang disampaikan dalam pidato iftitahnya pada

IMM Untuk Kemanusiaan

353

Muktamar Muhammadiyah di Makkassar tentang pilihan


sikap politik Muhammadiyah. Barangkali ini sebagai
respon Din setelah mendapat banyak kritikan dan
curahan kekecewaan dari warga Muhammadiyah karena
Muhammadiyah satu dekade terakhir absen dalam
mengurus negara di kekuasaan (kabinet). Sepuluh
tahun Din menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyah,
hubungan Muhammadiyah dan pemerintah relatif “t idak
harmonis”.
Dalam tulisannya, Din merespon kegelisahan
sekaligus kekecewaan kebanyakan warga

Muhammadiyah, Din mengatakan:


“ Memang,
Memang, kalau Muhammadiyah menginginkan ada
kadernya yang berperan di lembaga legislatif dan
eksekutif (kabinet) maka Muhammmadiyah harus
mendorong sebagian kadernya untuk menjadi fung-
sionaris partai-partai politik (tentu sebagai pimpinan
bukan sekedar pekerja dalam partai). “Ketiadaan” kader
Muhammadiyah dalam kabinet, umpamanya, adalah
karena tiadanya kader Muhammadiyah yang memiliki
 peran penentu dalam partai-partai politik (misalnya
279
sebagai ketua umum atau sekretaris jenderal partai)”.
partai) ”.  

Tidak hanya itu, menurut Din, Muhammadiyah


saat ini dihadapkan dengan dilema karena
Muhammadiyah sejatinya adalah gerakan kebudayaan,
bukan gerakan politik-kekuasaan. Namun, karena
Muhammadiyah adalah gerakan keagamaan, apalagi
mementingkan ajaran amar makruf nahyi munkar, maka
Muhammadiyah tentu terlibat menegakkan moral dan
etika dalam kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan,

279
  Selengkapnya lihat pidato iftitah Din Syamsudin pada
Muktamar Muhammadiyah di Makassar.

IMM Untuk Kemanusiaan

354

dan kenegaraan. Menurut Din, sejak era reformasi di


mana ruang politik dibuka lebar sehingga banyak kader-
kader Muhammadiyah yang tergoda untuk terjun dan
menaruh masa depan di medan politik. Sehingga pada
satu sisi hal ini menjadi dilema meskipun bisa menjadi
peluang.

Maka menurut Din Syamsuddin, ke depan


Muhammadiyah akan dihadapkan pada tiga pilihan:
Pertama, Muhammadiyah tetap pada jatidirinya sebagai
gerakan dakwah pencerahan yang berorientasi kultural,
yakni berorientasi pada penguatan landasan budaya
dalam masyarakat, dengan tetap menjalankan aktifitas
politik tapi sebatas politik moral atau politik amar makruf
nahyi munkar. Kedua, Muhammmadiyah tetap pada
 jatidirinya sebagai gerakan dakwah pencerahan yang
berorientasi kultural, namun Muhammadiyah
memandang penting jalur dakwah lewat politik (da’wah
bis siyasah), maka Muhammadiyah mendirikan sebuah
partai politik sebagai amal usaha, atau mengembangkan
“hubungan khusus” dengan partai politik terten tu,
sebagai partai utama. Ketiga, Muhammadiyah tetap
pada jatidirinya sebagai gerakan dakwah pencerahan
yang berorientasi kultural, dan mengembangkan
kedekatan yang sama dengan semua partai politik.

Ketiga pemetaan pilihan di atas sepertinya Din


Syamsuddin tidak memberikan kepastian mana yang
lebih tepat bagi pilihan Muhammadiyah saat ini dan ke
depannya. Berdasarkan bacaan saya, justru Din
Syamsuddin tetap pada pendiriannya bahwa
Muhammadiyah harus tetap menjadi gerakan
kebudayaan bukan “politik” (real politics). Dalam konteks

IMM Untuk Kemanusiaan

355

ini, menarik untuk dikaji pernyataan penting Din yang


mengatakan:

“pilihan Muhammadiyah untuk menjadi gerakan


kebudayaan dan peradaban sudahlah tepat. Jika pilihan
ini dipertahankan dan ditingkatkan maka
Muhammadiyah akan semakin mengukuhkan diri
sebagai elemen masyarakat madani yang riil dengan
kemandirian tinggi. Sebagai dampak sistemiknya,
bangsa dan negara akan terjaga dan mengalami
kemajuan serta kejayaan. Dalam hal inilah,
Muhammadiyah dan orang-orang Muhammadiyah tidak

sekedar 280 
menjadi Pembantu Pemerintah tapi Penentu
Negara”.  

Pandangan Din di atas terlihat berbeda dengan


pandangan Prof. Dr. Syafi’i Ma’arif. Jika Din
memandang Muhammadiyah sebagai gerakan
kebudayaan bisa menjadi faktor penentu bangsa, justru
Buya Syafi’i menegaskan bahwa untuk menjadi penentu
arah dan masa depan bangsa, Muhammadiyah harus
mengurus bangsa di kekuasaan ( real politics). Kalau
tidak, Muhammadiyah hanya akan terus berperan
sebagai pembantu bangsa.
ba ngsa.
Buya Syafi’i mempertanyakan kembali peran
politik kebangsaan Muhammadiyah memasuki umurnya
di abad kedua. Buya Syafii mencoba mengusulkan
redefinisi mengenai hubungan Muhammadiyah dengan
politik (real politic ).
). Menarik dikemukakan hasil refleksi
Buya Syafi’i Ma’arif yang melihat Muhammadiyah tidak
lagi menjadi faktor penentu arah negara, tetapi

280
  Lihat pidato iftitah Din Syamsudin pada Muktamar
Muhammadiyah
Muhammadiyah di Makassar.

IMM Untuk Kemanusiaan

356

kelihatannya sekarang hanya sekedar menjadi faktor


pembantu baik melalui pendidikan, kesehatan, maupun
aksi-aksi sosial lainnya.
Menurut Buya Syafi’i Ma’arif , “Muhmmadiyah
sebagai organisasi Islam terbesar yang berkemajuan di
Indonesia, gerakannya
gerakannya dalam kehidupan bernegara saa
saatt
ini hanya berperan sebagai pembantu negara saja.
Padahal sebelum kemerdekaan, Muhammadiyah
mampu berperan dalam ikut menentukan arah negara
melalui kader-kadernya pada menjelang dan awal
kemerdekaan Republik Indonesia, peran-peran

Muhammadiyah
281 itu, nampaknya semakin menipis pada
saat ini.”  
Sebagai pembantu yang dimaksud oleh Buya
Syafi’i Ma’arif adalah Muhammadiyah membantu negara
lewat penyelenggaraan pendidikan, kesehatan, dan
sosial kemanusiaan. Namun demikian, Buya Syafi’i
melihat dalam konteks ama
amarr ma’ruf nahi mungkar ,
Muhammadiyah masih terlihat sangat ompong dan tidak
bisa berbuat apa-apa. Dengan nada kritik buya syafi’i

ma’arif mempertanyakan Muhammadiyah yang tidak ikut


terlibat mengurus negara, dengan mengatakan: “dalam
bacaan saya, Muhammadiyah dari awal memang tidak
dirancang untuk mengurus negara, sampai hari ini. jadi,
apakah 100 tahun yang akan datang akan tetap seperti
itu? inilah yang saya pertanyakan.” 
Pasca carut-marut penentuan kabinet Jokowi-Jk,
saya melihat gagasan Buya Syafi’i Ma’arif di atas
semakin menguat. Dalam banyak tulisan dan dalam

banyak kesempatan, Buya Syafi’i selalu menyampaikan


281
 Lihat Suara Muhammadiyah edisi No. 15 TH Ke-100 1-15
Agustus 2015. Hal 54-55.

IMM Untuk Kemanusiaan

357

kegelisahannya karena Muhammadiyah sebagai


kekuatan bangsa yang dalam sejarahnya telah ikut
menentukan arah bangsa, sekarang hanya sekedar
memainkan peran sebagai pembantu bangsa. Di tengah
kisruh skandal besar PT. Freeport yang melibatkan
Ketua DPR RI Setya Novanto dan Menteri ESDM
beserta kelompok mafia lainnya, PP Muhammadiyah
mengadakan pengajian bulanan yang mengangkat tema
“etika publik elit negeri” di situ hadir Buya Syafi’i
menyampaikan gagasannya tentang masa depan
Indonesia. Buya Syafi’i mengajukan pertanyaan yang

sama apakah Muhammadiyah di abad ke-2 ini hanya


sekedar pembantu bangsa atau penentu arah bangsa?

Kalau pembantu bangsa, Muhammadiyah cukup


dengan gerakan membantu bangsa dengan pelayanan
kesehatan, pendidikan dan aksi-aksi sosial lainnya, tapi
sebagai penentu arah masa depan bangsa maka
Muhammadiyah harus mengurus negara (berada di
kekuasaan). Dalam bacaan saya, Buya Syafi’i Ma’arif
mencoba menyegarkan kembali interpretasi kita tentang
konsep amar ma’ruf nahi mungkar. Dalam konteks ini ,
penegasan makna dari Buya Syafi’i adalah amar ma’ruf
dimaknai membantu bangsa, sementara nahi mungkar
dimaknai penentu masa depan bangsa.

Kegelisahan Buya Syafi’i di atas tentu saja


dilatarbelakangi oleh berbagai faktor, baik faktor internal
maupun faktor eksternal. Pada faktor internal warga
Muhammadiyah terlihat tradisional-konservatif melihat
politik, politik masih dipandang sebagai barang haram
yang harus dikutuk, paling tidak dijauhi atau dianggap
remeh sehingga pada konteks ini perlu dilakukan

IMM Untuk Kemanusiaan

358

rekonstruksi cara berpikir warga Muhammadiyah


tentang pentingnya politik khususnya real politics.
Kemudian Faktor Eksternal, bangsa Indonesia semakin
mengkhawatirkan karena perjalanan bangsa kian
menjauh dari cita-cita kemerdekaan ditambah dengan
moralitas para elit yang tidak tahu malu melakukan
perzinahan dengan kepentingan asing dan memperkaya
diri dengan jalan terkutuk (korupsi) sehingga Indonesia
diambang gulung tikar. Kenyataan-kenyataan seperti
inilah mengharuskan kader-kader Muhammadiyah
dengan prinsip-prinsip ideologisnya menjadi penentu
masa depan bangsa. Tentu saja politik ( real politik )
sebagai mediumnya.

Entah bagaimana modelnya yang dianggap


ideal, yang pasti bahwa di abad kedua ini
Muhammadiyah dengan berbagai latar belakang
kadernya harus memberikan ruang yang cukup bagi
aktifitas politik ( real politics) dengan tidak menganggu
kenyamanan Muhammadiyah sebagai civil Islam di satu
sisi. Kesadaran para elit Muhammadiyah dari tingkat
nasional sampai ranting tentang pentingnya peran real
Muhammadiyah di jantung kekuasaan menjadi sesuatu
yang penting di abad kedua ini. Ditambah dengan
kesadaran warga Muhammadiyah mengenai pentingnya
politik bagi cita-cita nahi mungkar. Jika tidak, maka
sama halnya Muhammadiyah membiarkan bangsa ini
terombang-ambing dalam kesakitannya di tangan para
perampok, pecundang, dan pengkhianat bangsa.

Menurut hemat penulis, kesadaran di atas perlu


direkonstruksi sekuat-kuatnya bagi corak
Muhammadiyah di abad kedua ini. Wacana

IMM Untuk Kemanusiaan

359

Muhammadiyah tidak hanya pembantu tapi juga


penentu betul-betul bisa dikejewantahkan salah satunya
melalui peran politik (real politik ) kader Muhammadiyah.
Di abad kedua ini Muhammadiyah betul-betul bisa
mengawal dan mewujudkan cita-cita kemerdekaan
sebagaimana yang tertuang di dalam butir-butir
pancasila dan UUD 45. Sehingga cita-cita humanisasi
untuk membangun masyarakat Indonesia
Indonesia yang sebenar-
benarnya bisa terwujud.

Gerakan yang perlu didorong ke depan ini


dibawah kepemimpinan Haedar Nasir, memang sudah
waktunya para pimpinan Muhammadiyah baik tingkat
pusat, propinsi, maupun kabupaten/kota hingga ke
ranting melakukan gerakan reformasi politik internal
untuk menegaskan kepada seluruh anggota, simpatisan
dan kader Muhammadiyah tentang pentingnya politik
(real politics). Mereka harus benar-benar faham
mengenai politik, tidak hanya faham tentang keagamaan
saja. Bahkan kalau dirasa banyak manfaatnya, para
simpatisan, kader dan pengurus Muhammadiyah
didorong untuk menjadi pengurus parpol meski masih
aktif sebagai anggota Muhammadiyah. Namun bukan
berarti Muhammadiyah
Muhammad iyah perlu berubah menjadi gerakan
politik apalagi parpol.

Kita optimis dibawah kepemimpinan Haedar


Nasir, Muhammadiyah relatif terbuka memandang
politik. Ingklusifitas sangat diperlukan sehingga kehati-
hatian yang berlebihan dan tidak terkontrol
menyebabkan kader Muhammadiyah anti dan sinis
terhadap politik bisa ditempatkan secara tepat dan
menguntungkan. Menarik pernyataan Haedar Nasir

IMM Untuk Kemanusiaan

360

yang mengatakan bahwa "Beberapa posisi


diperbolehkan untuk rangkap jabatan. Tetapi, kalau
posisi strategis seperti ketua umum dilarang rangkap
 jabatan seperti merangkap menjadi pengurus partai
politik".282 Bisa saja ini menjadi angin segar bagi aktifitas
politik kader Muhammadiyah yang lebih produktif-
progresif-substantif ke depannya.

Jadi, arah baru politik Muhammadiyah di abad


kedua ini yang perlu dipertimbangkan adalah
Muhammadiyah harus membuka ruang sebesar-
sebesarnya kepada kadernya untuk berkiprah pada
arena politik (real politics) dengan semangat bahwa
Muhammadiyah memandang penting politik sebagai
nahi mungkar (faktor penentu). Kemudian di sisi lain
Muhammadiyah tetap menjadi gerakan kultural tanpa
terikat dengan salah satu partai politik manapun apalagi
menjadi partai politik.
282
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam
nusantara/15/08/10/nsuwf6346-larang
nusantara/15/08/10/nsuwf6346-larang-rangkap-jabatan-terten
-rangkap-jabatan-tertentu
tu
muhammadiyah-tak-alergi-politik

IMM Untuk Kemanusiaan

361

IMM DAN POLITIK:

DARI NALAR KE AKSI

Nalar Ilmu dan Politik Sebagai Satu Kesatuan


Kesatuan

Corak gerakan Ikatan Mahasiswa


Muhammadiyah (IMM) tidak jauh berbeda dengan spirit
dan gerakan Muhammadiyah. Di masa-masa awal,
ternyata gerakan kemasyarakatan menjadi ciri khas dari
aktifitas kader IMM. Bedanya adalah IMM berbasis di
kampus sebagai simpul-simpul kekuatan intelektual,
sementara Muhammadiyah lebih heterogen terdiri dari
berbagai latar belakang yang secara langsung
memasyarakat dengan segala aktifitas pengabdiannya.

Namun sebagai ayah dan anak, gerakan


keduanya selalu berorientasi pada cita-cita
kemanusiaan (kemasyarakatan). Beberapa fakta historis
IMM283  melaporkan bahwa aktifitas awal kader-kader
IMM banyak bersentuhan langsung dengan kehidupan
kemasyarakatan dengan berbasiskan pada kekuatan
diskursus intelektual di berbagai universitas/kampus di
Yogyakarta. Artinya sejak awal kelahirannya secara
langsung IMM tidak bersentuhan dengan dinamika

283
  Selengkapnya baca Farid Fathoni,  Kelahiran Yan
Yangg
 Dipersoalkan;
 Dipersoalkan; Dua Puluh Tahun Ikatan Mahasiswa Muhamm
Muhammadiyah
adiyah
(IMM) 1964-1990, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1990)

IMM Untuk Kemanusiaan

362

politik (real politik ) perebutan jabatan dan kekuasaan,


tapi sejak awal IMM dibesarkan dengan dinamika dan
tradisi intelektualisme (kajian-kajian intelektual di
kampus-kampus) dan humanisme (pengabdian
masyarakat). Namun secara teoritis-normatif-ideologis
IMM memang disiapkan sebagai kekuatan intelektual
yang diharapkan bisa menjawab persoalan internal
(internal IMM, Muhammadiyah) dan persoalan eksternal
(umat Islam, bangsa dan negara serta persoalan
kemanusiaan seluruhnya).

Jadi, Merupakan kenyataan historis bahwa


memang IMM dilahirkan sebagai bibit-bibit intelektual
dan kekuatan intelektual di Muhammadiyah yang dicita-
citakan sebagai pemimpin yang nanti bisa menjawab
berbagai tantangan kehidupan di semua sektor. Baik itu
pendidikan, sosial, politik, hukum, kesehatan, ekonomi,
kebudayaan, pertahanan dan keamanan, dan lain-lain.
Dengan satu kekuatan dan semangat yakni
intelektualisme (tradisi intelektual) dan humanisme
(pengabdian
(pengabdi an kemanusiaan).
kemanusiaan).

Jika dilihat diskursus tentang IMM khususnya


nalar politik IMM sebagai kekuatan intelektual relatif
sangat sepih diperdebatkan atau didialogkan dalam
bentuk tulisan, jika dibandingkan dengan wacana-
wacana relasi Muhammadiyah dan politik. Sehingga
wajar saja di kalangan kader IMM sendiri terjadi
perlambatan pemikiran (khususnya tentang politik) untuk
tidak menyebut matinya nalar intelektual.
Dalam konteks ini, ada satu tulisan yang menarik
untuk ditelaah lebih jauh mengenai relasi IMM dan
politik. Dalam bukunya Manifesto Gerakan Intelektual

IMM Untuk Kemanusiaan

363

Profetik,  Abdul Halim Sani melontarkan gagasan terkait


dengan nalar kader IMM dalam hubungannya dengan
politik. Meskipun tulisan ini hanya menyingungnya
sekilas. Sani mengatakan:
“ Masyarakat
Masyarakat ilmu yang menjadi tugas dari ikatan
merupakan kewajiban dari ikatan untuk memilih yang
menjadi gerakan adalah basic
bas ic keilmuan atau bergerak
dalam nalar ilmu bukan dalam nalar politis. Gerakan
ikatan dalam bidang ilmu ini yang membedakan ikatan
dengan organ pergerakan yang lain serta ortom yang
berada di lingkungan Muhammadiyah. Latar belakang
gerakan ikatan dalam ilmu menjadikan pilihan sadar
dimana melihat basic dari kader bergerak dalam
dataran akademisi yang terbiasa dengan logika ilmiah
284
bukannya emosional ” 
”.   

Pandangan Sani di atas cukup menarik untuk


ditelaah secara kritis. Sani berangkat dengan sebuah
kesadaran bahwa IMM merupakan organisasi yang
bergerak dalam basic keilmuan sehingga nalar kader
IMM adalah nalar ilmu. Kemudian Sani menolak

tumbuhnya nalar politis (bersifat politik). Artinya antara


nalar ilmu dan nalar politis dua hal yang dipisahkan
Sani. Sepertinya Sani berkeinginan untuk
menyampaikan penegasan bahwa intelektual IMM
adalah intelektual tanpa nalar politis. Pertanyaan
kemudian, apakah nalar intelektual itu
itu harus bebas dari
nalar politik? Atau nalar ilmu itu sepenuhnya harus
bebas dari nalar politis?.

284
  Lihat M. Abdul Halim Sani,  Manifesto Geraka
Gerakan
n
 Intelektual Profetik,
Profetik, (Jakarta: Samudera Biru, 2011)

IMM Untuk Kemanusiaan

364

Di sini terlihat sekali gagasan Sani sangat


dikotomik. Ada semacam sterilisasi kader IMM dari hal-
hal yang bersifat politik. Baik secara teoritis (nalar
politiknya) maupun secara praktis ( action politiknya).
Dikotomisasi semacam ini tidak hanya membawa
dampak pemisahan antara nalar ilmu dan nalar politis
sebagaimana Sani di atas, tapi juga berdampak secara
sistemik terhadap paradigma keilmuan. Dikotomisasi
paradigma keilmuan antara satu rumpun ilmu dengan
berbagai aspek lainnya merupakan gejala penyakit
kronis yang sudah lama menjangkit para ilmuwan.
Menurut penulis, kerangka
kerang ka berfikir yang dibangun SSani
ani
di atas sudah mulai dan banyak ditinggalkan. Saat ini
dunia tengah membangun kerangka berfikir yang
integratif-interdisiplin atau meminjam istilah Fitjrof Capra
(1975)285  perlu menggunakan pendekatan
“Multidisciplinary, Holistic Approach to Reality ” tidak
terkotak-kotak atau berpikir yang parsialitas, apalagi
untuk ilmu-ilmu sosial.

Pada konteks ini, pada dasarnya manusia


disamping makluk rasional yang terus mencari ilmu
pengetahuan, juga sebagai Zoon politicon (hewan
berpolitik) dan sebagai homo sapiens atau homo socius 
seperti yang dikatakan aristoteles itu. Merupakan fitrah
kemanusiaan bahwa manusia sebagai makhluk yang
cinta akan ilmu pengetahuan dan kehidupan sosial dan
politik (nalar ilmu sekaligus nalar sosial-politik). Apalagi
bagi kader IMM sangat riskan bisa dipisahkan antara

285
 Agus Zaenal Fitri, Holistik
Fitri,  Holistik Pemikiran Pendidikan: Upaya
 Membangun Manusia Yang Berkarakter , dalam buku  Pendidikan
 Holistik Pendekatan
Pendekatan Lintas Pe
Perspektif,
rspektif, (Jakarta:
 (Jakarta: Kencana, 2012), 35.

IMM Untuk Kemanusiaan

365

nalar ilmu dan nalar politik bagi aktivis intelektual-


ideologis seperti kader Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah (IMM).
Dikotomisasi yang dibuat Sani di atas menurut
hemat penulis sangat merugikan untuk tidak
menyebutnya berbahaya. Sebab, banyak kader-kader
IMM di komisariat-komisariat bahkan cabang
mensterilkan IMM dari wacana-wacana politik hingga
pada titik yang membahayakan yakni anti politik, karena
beranggapan nalar IMM itu nalar ilmu bukan nalar
politis. Artinya anggapan yang kurang tepat ini semakin
diperkuat dengan gagasan Sani yang juga kurang tepat.
Sebagai contoh kecil, dampak dari hal ini adalah kader-
kader di komisariat bahkan mungkin cabang tidak
terbiasa dengan wacana-wacana politik kampus,
dinamika politik kampus (high politics maupun real
 politics)) karena beranggapan IMM itu tidak “berpolitik”.
 politics
 Al hasil jaba
jabatan
tan di DPM, BEM dan lain-la
lain-lain
in di kampus
bukanlah milik kader IMM. Sepertinya kader IMM lebih
memilih untuk menjadi rakyat biasa saja. Tidak perlu jadi
pemimpin kampus, tidak perlu terlibat dalam politik
kampus dan seterusnya. Menurut penulis, kekeliruan
berfikir ini perlu direkonstruksi. Pemisahan atau
dikotomisasi yang sering muncul perlu dibendung
dengan memperkuat dan memperluas kajian-kajian
yang lebih serius lagi terkait dengan hubungan satu ilmu
dengan ilmu lain, hubungan satu dimensi dengan
dimensi lain, dan lebih khususnya lagi relasi nalar ilmu
dan nalar politik. Bagaimana mereka saling berkait-
kelindan? Apa penting ilmu untuk politik? Dan apa
penting politik untuk ilmu? Apakah orang yang berilmu
tidak harus berpolitik? Dan bagi yang berpolitik tidak

IMM Untuk Kemanusiaan

366

mesti berdarah-darah dengan nalar ilmu?. Pada intinya


 jawabannya adalah nalar ilmu dan nalar politik
merupakan satu-kesatuan.

Pandangan Alumni tentang Relasi IMM dan


Politik

Pada wilayah yang lebih luas lagi, perbedaan


perspektif mengenai relasi IMM dan politik seringkali
muncul di tingkatan kader alumni. Antara yang
berpandangan bahwa kader IMM tetap sebagai
akademisi murni (barangkali yang dimaksud di sini
adalah ilmuan, peneliti, dosen, guru, dll) sehingga titik
tekan dari pandangan ini bahwa kader IMM harus
menjadi akademisi Islam yang berakhlak mulia
sebagaimana tujuan IMM bukan politisi Islam yang
berakhlak mulia. Pandangan ini juga menyuarakan agar
kader IMM harus tetap pada garis perjuangannya
sebagai pelopor, pelangsung, dan penyempurna amal
usaha Muhamamadiyah. Kader IMM harus menjadi
intelektual Muhammadiyah yang menjaga,
mengembangkan, dan memajukan amal usaha
Muhammadiyah sebagai bentuk dedikasi terhadap
persyarikatan
persyari katan juga terhadap bangsa.
Pandangan di atas di satu sisi muncul sebagai
rasa kekhawatiran terhadap amal usaha
Muhammadiyah yang terus dikepung oleh kepentingan

ideologi lain atau oknum-oknum yang tidak senafas


dengan garis perjuangan Muhammadiyah tapi kemudian
memanfaatkan amal usaha Muhammadiyah yang hanya

IMM Untuk Kemanusiaan

367

sekedar sebagai lembaga cari nafkah. Sehingga amal


usaha Muhammadiyah menjadi kering dari semangat
dakwah dan pencerahan. Sehingga diperlukanlah kader
IMM sebagai kader intelektual-ideologis Muhammadiyah
untuk mengembangkan amanah itu. Kelompok yang
berdiri pada pandangan ini selalu menekankan pada
para kader untuk bersungguh-sungguh menyiapkan
kualiatas diri, kompetensi, profesionalitas, dan pribadi
integritas supaya bisa dipersiapkan untuk memimpin
 Amal Usaha Muhammadiyah khususnya Perguruan
Tinggi dan Rumah Sakit Muhammadiyah.

Sementara bagi sebagian kader alumni yang


lainnya memiliki pandangan berbeda bahwa IMM
sebagai anak intelektual Muhammadiyah harus
memainkan peran kebangsaannya dengan kata lain
harus terjun untuk mengurus negara (real politics).
Tanpa harus meninggalkan
meningga lkan corak akademis sebagai
pondasi gerakan kader IMM. Pandangan ini
menyuarakan kader IMM harus melepaskan diri dari
 jubah kebesaran Amal Usaha Muhammadiyah. Menurut
pandangan ini, terkungkung dengan aktifitas di Amal
Usaha Muhammadiyah seringkali menjadikan kader
IMM terkucilkan di arena yang lebih luas, khususnya
arena kebangsaan. Perebutan kekuasaan, jabatan,
pangkat di lingkup Amal usaha Muhammadiyah telah
mengecilkan peran kader IMM sebagai kader universal.
Tidak hanya itu, konflik-konflik yang terjadi di Amal
Usaha Muhammadiyah khususnya Perguruan Tinggi
Muhammadiyah telah mencerai-beraikan semangat
ikatan. Makanya menurut pandangan ini kader IMM
harus berani keluar dari lingkup kecil amal usaha
Muhammadiyah dan mengarap lapangan yang lebih

IMM Untuk Kemanusiaan

368

luas yaitu memainkan peran kebangsaan dan sosial di


segala lini kehidupan berbangsa dan bernegara.
Bertarung di sana untuk merebut kekuasaan, jabatan,
pangkat, posisi, dan lain-lainnya. Sebagai jembatan
perjuangan keummatan, persyarikatan, lebih-lebih
membela kepentingan bangsa dan negara. Menurut
pandangan ini kader IMM harus mengkonstruksi spirit
pemikiran “dari Muhammadiyah untuk Bangsa”, atau
dari “umat untuk bangsa” bukan sebaliknya dari
Muhammadiyah untuk Muhammadiyah atau dari umat
untuk umat tapi dari Muhammadiyah-umat untuk
kemanusiaan universal. Pandangan ini banyak muncul
di kalangan alumni yang berkecimpung di partai politik,
eksekutif, legislatif, yudikatif maupun yang lainnya.
Selain dua pandangan di atas, banyak juga yang
berpandangan bahwa IMM sebagai organisasi
mahasiswa yang di dalamnya terdapat anggota yang
heterogen maka diperlukan distribusi potensi kader di
seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.

Secara umum, pandangan pertama dan


kedualah yang seringkali berhadap-hadapan. Hal ini
tentu dipengaruhi oleh banyak faktor, bagi kader-kader
IMM (khususnya kader alumni) yang berkiprah di dunia
kampus/universitas, mereka cenderung berpandangan
pada perspektif yang pertama. Barangkali para alumni
ini didorong oleh kegelisahannya ternyata di berbagai
kampus atau universitas, kader IMM belum banyak
mewarnai, baik sebagai guru besar, peneliti, maupun
mengisi jabatan-jabatan kampus seperti rektor, dekan,
ketua jurusan dan lain-lain termasuk di PTM. Sehingga
perlu dilakukan pengejewantahan kader sesuai dengan
tujuannya yakni menjadi akademisi Islam.

IMM Untuk Kemanusiaan

369

Sebagai contoh, menarik untuk dilihat pendapat


Prof. Dadang Kahmad sebagai salah satu alumni yang
bergerak di dunia kampus sebagai guru besar yang
mengatakan bahwa kader IMM memang harus menjadi
seorang akademisi sebagaimana tujuan IMM. Di forum
resmi Darul Arqam Paripurna (DAP) IMM di Makassar
Sulawesi Selatan, Dadang Kahmad saat menjadi
pembicara pada acara tersebut memberikan penegasan
melalui pesannya kepada para peserta bahwa jadilah
akademisi gak usah jadi politisi.286  Barangkali tanpa
bertujuan berpikir dikotomik, Dadang Kahmad ingin
memberikan penegasan sekaligus penyadaran bahwa
kader IMM di seluruh universitas dan semua level
kepemimpinan harus melakukan proses pematangan diri
dengan proses-proses yang bercorak akademis
(membaca, menulis, diskusi, riset, dan ritual-ritual
intelektual lainnya). Dadang Kahmad ingin mengigatkan
dan membangun kesadaran bahwa kekuatan kader IMM
terletak pada kekuatan “akademisnya”.
Hal yang serupa disampaikan Prof. Bambang
Setiadji yang juga salah seorang alumni yang fokus dan
mengabdikan diri di lingkungan universitas/kampus
(beberapa periode menjadi Rektor Universitas
Muhammadiyah Surakarta). Menurut Bambang Setiadji,
kader IMM memang harus berorientasi akademis
sebagaimana tujuan IMM. Untuk merealisasikan tujuan
itu, kader IMM harus punya semangat belajar yang
tinggi ketimbang mahasiswa-mahasiswa lain, harus
berprestasi, punya karya, dan visioner. Oleh karena itu

menurutnya, kader IMM harus bekerja keras untuk bisa


286
  Disampaikan di forum DAP IMM pada tanggal 13
desember 2015 di Universitas Muhammadiyah Makassar

IMM Untuk Kemanusiaan

370

melanjutkan studi di universitas-universitas ternama di


luar negeri.287  Setidaknya dua pandangan ini mewakili
perspektif pendapat yang menggiginkan kader IMM
untuk berkiprah di dunia “akademis”.
Sementara pandangan kedua seringkali muncul
dari kader-kader alumni yang berkiprah di arena
kebangsaan (real politics) seperti yang berkiprah di
berbagaii partai politik dan lembaga eksekutif, legislatif
berbaga
maupun yudikatif atau juga lembaga-lembaga negara
lainnya. Mereka menyuarakan agar kader IMM terjun
untuk menjadi kader bangsa ( real politics), Pandangan
model kedua ini muncul karena kegelisahan mereka
bahwa ternyata di sektor kebangsaan (eksekutif,
legislatif, yudikatif dll) kader IMM juga belum banyak
mewarnai, masih terhitung jari. Dengan kata lain, kader
IMM masih minus mengisi kekuasaan
kekuasaa n jika dibandingkan
dengan kader alumni organisasi tetangga. Kegelisahan-
kegelisahan inilah melahirkan arus pemikiran bahwa
kader IMM sebagai kader intelektual harus menjadi
kader bangsa atau negarawan.
n egarawan.

Selanjut beberapa contoh pandangan kedua


yang menggiginkan kader IMM terjun di ranah
kebangsaan atau sebagai negarawan ( real politics) bisa
dilihat dari beberapa pandangan para tokoh IMM di
bawah ini:
 Ahmad Rofiq seorang mantan ketua umum DPP
IMM yang terbilang muda dan sudah mengisi posisi
strategis d partai politik, dalam testimoninya pada
malam puncak Milad
Milad IMM
IMM ke-51 di Jakarta, dengan

287
  Disampaikan di forum DAP IMM pada tanggal 17
Desember 205 di Universitas Muhammadiyah Makassar.

IMM Untuk Kemanusiaan

371

semangat menegaskan serta mengajak kader IMM


untuk tidak dininabobokan oleh kebesaran amal usaha
Muhammadiyah khususnya perguruan tinggi
Muhammadiyah. Kader IMM menurutnya, harus mampu
keluar dari paradigma bahwa setelah menjadi pimpinan
IMM, kader IMM selalu berpikir bisa bekerja di amal
usaha Muhammadiyah. Menurutnya, cara berpikir-tradisi
seperti ini harus segera ditinggalkan. Kader IMM harus
siap dan mampu bertarung dengan dinamika kehidupan
di luar, bahkan pada titik ekstrem, Ahmad Rofik pada
sambutan/testimoninya mengatakan biarlah ortom-ortom
lain seperti IPM, NA dan yang lainnya yang mengurus
amal usaha Muhammadiyah, IMM cukup mengurus
Bangsa saja.288 
Selain Ahmad Rofik, pandangan ini muncul juga
dari Manager Nasution yang berkiprah di isu-isu HAM
dan salah satu komisioner Komnas HAM RI.
Menurutnya, visi gerakan IMM ke depan harus
diorientasikan pada visi kebangsaan-kemanusiaan. Di
umur yang menuju satu abad ini, IMM menurutnya,
harus menunjukan dedikasi kebangsaannya lewat
peran-peran di sektor kebangsaan yang lebih riil, tidak
lagi sepenuhnya bergantung kepada amal usaha
Muhammadiyah. Selain itu, arah gerakan IMM ke depan
menurutnya harus berbasiskan pada tradisi membaca,
menulis, berkarya (tradisi intelektual) sehingga bisa lebih
288
  Disampaikan di malam puncak perayaan Milad IMM Ke-
51 di Gedung dakwah PP Muhammadiyah Jakarta pada tanggal 28
Maret 2015.

IMM Untuk Kemanusiaan

372

siap dan bisa memenangkan pertarungan di domain


yang lebih luas khususnya domain kebangsaan. 289 
Sementara menurut Dr. Patrialis Akbar 290yang
merupakan salah satu alumni yang berkiprah di lembaga
eksekutif (sebagai menteri), pernah di legislatif (anggota
DPR), hingga sekarang di Yudikatif (Hakim MK)
mengatakan, IMM di satu sisi sebagai kader
Muhammadiyah namun di sisi lain kader IMM juga
merupakan kader bangsa yang lahir dari rahim IMM dan
Muhammadiyah. Patrialis Akbar barangkali melihat
kader IMM harus punya jatidiri kemuhammadiyahan dan
kebangsaan atau bisa disimbolkan “dari Muhammadiyah
untuk Bangsa”. Untuk melihat pernyataan Patrialis Akbar
mengenai itu bisa dibaca ketika beliau menyampaikan
testimoni Milad IMM Ke-51, beliau mengatakan:
“Semoga dengan perayaan milad IMM yang ke 51 ini
kita IMM semakin baik semakin mampu mencetak
kader-kader Muhammadiyah dalam rangka
mempersiapkan kader-kader Bangsa. Untuk itu ada
beberapa hal yang saya kira penting untuk saya
ingatkan kembali kepada kita semua bahwa hadirnya

289
  Disampaikan di sekretariat DPP IMM ketika
mengomentari dan memberikan ucapan selamat Milad IMM Ke-51
di Gedung dakwah PP Muhammadiyah Jakarta sekitar tanggal 22
Maret 2015.
290
  Dr. Patrialis Akbar adalah seorang alumni IMM yang
secara aktif ber-IMM mulai pada Tahun 1977-1983. Sebagaimana
umumnya diketahui beliau adalah seorang tokoh IMM yang punya
 prestasi yang cukup menarik dalam peran kebangsaan,
kebangsaan, beliau pernah
 berada di lembaga legislatif sebagai anggota DPR, pernah di
lembaga eksekutif sebagai menteri Hukum dan HAM, dan terakhir
menduduki jabatan di lembaga yudikatif yakni sebagai Hakim
Mahkamah Konstitusi (MK) ketika saya khususnya mewawancarai
 beliau untuk mem
memberikan
berikan testimoni milad IMM ke-51 di kantornya
di gedung MK.

IMM Untuk Kemanusiaan

373

IMM tentu adalah merupakan bagian yang tidak bisa


dipisahkan dengan kehadiran muhammadiyah itu

sendri. Sesuai dengan cita-cita luhur oleh kyai Ahmad


Dahlan (Pendiri Muhammadiyah). Bahwa
Muhammadiyah didirikan pertama sekali adalah
dalam rangka dakwah Islamiyah yaitu bagaimana
Muhammadiyah mampu menunjukan sikap yang
konsisten dengan ajaran islam, ajaran sunnah
rasulullah saw. Oleh karena itu Muhammadiyah
memiliki visi antara lain bahwa Muhammadiyah
adalah anti terhadap TBC (tahayul, bid’ah dan
kurafat). Sebetulnya inti dari perjuangan

Muhammadiyah itu adalah bagaimana kita


mengembalikan amal Muhammadiyah yang tidak
menganut TBC. Sekarang faktanya di masyarakat
adalah bahwa penyakit TBC masih merajalela di
masyarakat. Oleh karena itu saya kira IMM sebagai
bagian dari intelektualitas Muhammadiyah perlu
kembali merapatkan barisan, melakukan kajian yang
mendalam, membantu Muhammadiyah agar kita
bersama-sama dengan Muhammadiyah mengigatkan
masyarakat kita agar betul-betul melepaskan diri dari

TBC. Kedua, adalah sebagai kader IMM dan kader


Muhammadiyah tentu tidak bisa melepaskan diri dari
kepedulian kita terhadap penyelenggaraan bangsa
dan negara Indonesia tercinta ini, dimana kita adalah
bagian dari anak bangsa yang harus memainkan
 peran yang begitu signifikan terhadap perjalanan
bangsa ini. agar bangsa ini bisa meraih harapan
sesuai dengan pembukaan UUD 45 antara lain
menjadikan masyarakat yang sejahtera. Oleh karena
itu IMM harus selalu berupaya dengan semaksimal

mungkin bagaimana melahirkan tokoh-tokoh


intelektual yang berintegritas, tokoh-tokoh yang
memiliki kapasitas di dalam memimpin bangsa dan
negara ini, tokoh-tokoh yang memiliki leadership,

IMM Untuk Kemanusiaan

374

kepemimpinan yang mumpuni yang bisa diterima oleh


kepemimpinan
seluruh kalangan masyarakat bahkan juga pada saat

tertentu menjadi tokoh-tokoh yang independen tetapi


 pada saat lain juga adalah tokoh-tokoh yang menjalin
291
kebersamaan dengan para tokoh-tokoh
tokoh-tokoh lainnya”.  
 Apa yang dikatakan oleh Patrialis Akbar di atas
atas,,
saya melihat ada semacam kesadaran sekaligus
kegelisahan dari Patrialis Akbar bahwa semangat kader
IMM untuk berkompetisi menjadi kader bangsa
khususnya di lembaga Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif
terlihat sangat kurang mendapat perhatian para kader.
Sehingga eksistensi kader IMM pada peran kebangsaan
bisa dikatakan masih berada pada level minoritas jika
dibandingkan dengan eksistensi kader IMM di ranah
akademis (dosen dan guru). Menurut Patrialis Akbar,
gerakan IMM ke depan harus dilakukan massifikasi
gerakan yang berorientasi pada pembentukan kualitas
intelektual, terciptanya karakter kader sebagai pemimpin
yang berkualitas. Dengan kata lain, sebagai seoraseorang
ng
pemimpin yang berkualitas, kader IMM disamping
memiliki basis intelektual tapi juga memiliki kepandaian
dalam membangun hubungan dengan tokoh-tokoh lain
dan juga pada saat-saat tertentu tetap bersikap
independen dalam memperjuangkan kebenaran, artinya
diharapkan dari rahim IMM lah munculnya para
pemimpin bangsa yang berkarakter negarawan.
Visi atau keinginan ini akan benar-benar menjadi
nyata tentu semuanya bertumpu pada sejauh mana
kualitas perkaderan IMM dilakukan. Baik perkaderan

291  Disampaikan di kantor Mahkamah Konstitusi,


Diwawancara sekitar pada Tanggal 23 satu minggu sebelum malam
 puncak Milad IMM Ke-51 Tahun. Lihat juga di Media Kauman Kauman,,
Gaya Baru Ikatan, Terbi
Terbitan
tan kelima Periode Maret T
Tahun
ahun 2015.

IMM Untuk Kemanusiaan

375

formal, informal, dan nonformal atau dalam bahasa IMM


Perkaderan Utama (Darul Arqam Dasar, Darul Arqam
Madya, dan Darul Arqam Paripurna), Perkaderan
Khusus (Latihan Instruktur Dasar, Latihan Instruktur
Madya, dan Latihan Instruktur Paripurna), Perkaderan
Pendukung Pokok (semacam pelatihan-pelatihan,
seperti pelatihan jurnalistik, sekolah politik, pelatihan
kewirausahaan, pelatihan menulis karya ilmiah dll), dan
yang jauh lebih penting lagi adalah Perkaderan
Pendukung Tambahan (seperti kelompok studi, forum
kajian, penokohan kader, distribusi kader dan upaya-
upaya lain yang bisa mendukung pengembangan karir
kader IMM).
Dalam konteks dinamika kader IMM di kampus-
kampus baik pada saat merebut kepemimpinan di
Dewan Perwakilan Mahasiswa, Badan Eksekutif
Mahasiswa, dan yang lainnya, maka diperlukan sikap
inklusifitas sebagaimana yang disarankan oleh Patrialis
 Akbar di atas. Kemudian yang lebih penting lagi adalah
karakter kader IMM sebagai sosok yang berintegritas
ketika menjadi pemimpin baik di kampus ketika menjadi
mahasiswa, organisasi kepemudaan, hingga menjadi
pemimpin bangsa ataupun dunia harus betul-betul
menjadi ciri utama dari pribadi-pribadi kader IMM.
Pandangan Patrialis Akbar di atas tidak bersifat
dikotomis meskipun di satu sisi menekankan untuk
menjadi kader IMM dan Muhammadiyah secara
istiqomah, tapi juga tidak lupa pada peran kebangsaan
sebagai dedikasi nyata dalam kehidupan luas. Begitu

sebaliknya kader yang sudah berkiprah di berbagai


elemen kehidupan khususnya yang sukses menjadi
pemimpin-pemimpin bangsa juga tetap istiqomah

IMM Untuk Kemanusiaan

376

berdedikasi kepada Muhammadiyah. Menurut saya,


Patrialis Akbar sangat sadar dan betul-betul merenungi
pesan Kyai Dahlan yang terkenal itu: jadilah dokter,
guru, insinyur, profesor, pengusaha, politisi dan apapun
 jua tetapi jangan lupa terhadap Muhammadiyah dengan
kata lain tetaplah menjadi kader Muhammadiyah. 292 
Melihat beberapa pandangan para tokoh IMM di
atas, lepas dari segala kecenderungannya masing-
masing, setidaknya memberi gambaran dua hal penting
pada kita, bagi pandangan pertama meletakan dasar
perjuangan yakni semangat intelektualisme dengan
spirit akademiknya untuk menjadi peneliti, guru besar,
profesional, pakar di bidang masing-masing, dan kader-
kader yang kompeten secara akademik. Sementara hal
penting bagi pandangan kedua adalah membuka
kesadaran, menggerakan semangat menjadi “kader
(real politik ) sehingga bisa menjadi  part of
bangsa” (real
solution atau source of solution  dari setiap masalah
yang dihadapi bangsa. Pada titik inilah semangat yang
dibangun adalah kader IMM harus menjadi negarawan
tidak hanya politisi.
Mempertimbangkan Jalan Tengah, Membangu
Mempertimbangkan M embangun
n
Kesadaran Baru

Pandangan-pandangan di atas sangatlah positif


 jika tidak saling dibenturkan alias tidak dibuat dikotomik.
Tentu saja pandangan yang arif, komprehensif, tepat
dan berdaya guna adalah bagaimana keduanya menjadi

292  Menjadi kader Muhammadiyah berarti di dalam dirinya


tetap terpatri nilai-nilai luhur Islam-Kemuhammadiyahan, dan tetap
mengabdikan dirinya dalam rangka dakwah persyarikatan yaitu
dakwah pencerahan amar ma’ruf nahi mungkar. 
mungkar.  

IMM Untuk Kemanusiaan

377

dua hal yang saling mengisi, dengan kata lain kekuatan


akademis sebagai kekuatan politik, dan kekuatan politik
sebagai kekuatan akademik. sehingga dua kesadaran
sekaligus harus dibangun yakni kesadaran akademis
atau intelektualisme dan kesadaran politis. Bukan
kesadaran yang terkotak-kotak, terpecah-pecah dan
saling menghardik satu sama lain.

Sesungguhnya yang ingin dibangun kembali


lewat tulisan sederhana ini adalah menguatkan
kesadaran kader IMM sebagai “intelektual politis”. Baik

pada
(actiontataran ). teoritis
politik ). ( nalar bukan
IMM memang politis) organisasi
maupun praktis
politik,
apalagi partai politik dan sama sekali tidak ada
hubungannya dengan partai politik manapun
sebagaimana khittah Muhammadiyah. Tetapi sebagai
komunitas intelektual, kader-kader IMM harus
memainkan peran politik. Di sinilah menurut penulis poin
pentingnya, sebuah penegasan komitmen sebagai
seorang intelektual.

Secara umum ketika bicara tentang politik,


setidaknya ada dua domain yang pada saatnya bisa
menjadi pilihan gerakan kader IMMdalam memainkan
peran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pertama, melalui kegiatan-kegiatan politik yang
berorientasi pada perjuangan kekuasaan/kenegaraan.
Ini disebut sebagaireal politik/politik praktis. Kedua,
melalui kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang bersifat
pembinaan atau pemberdayaan masyarakat maupun
kegiatan-kegiatan politik tidak langsung, ini disebut
sebagaihigh politik.Diantaranya juga gerakan yang
bersifat mempengaruhi kebijakan negara dengan

IMM Untuk Kemanusiaan

378

perjuangan untuk mewujudkan kehidupan yang lebih


baik di tingkat masyarakat dan negara.293  Termasuk
pengabd ian-pengabdian
pengabdian-pengabd ian yang bersifat akademik (di
sekolah dan universitas) dalam rangka mempengaruhi
perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pada dua ranah ini baik real politik maupun high politik
sama-sama menunjukan pentingnya politik ( siyasah)
sebagai strategi untuk memperjuangkan perubahan.
Dengan kata lain untuk memperjuangkan perubahan
amar ma’ruf dan lebih-lebih nahi mungkar sangat efektif
dicapai melalui dakwah lewat politik (dakwah bis
siyasah). Pada k
konteks
onteks inilah
inilah perlu ditata dan dibangun
kembali nalar dan kesadaran bahwa politik adalah
sesuatu yang sangat urgen dalam pergulatan kehidupan
kader IMM.
Beberapa alumni IMM yang juga terlibat sebagai
tokoh senior dalam perpolitikan Indonesia ( real politik )
seperti Muhammad Amien Rais 294misalnya dalam
beberapa tulisannya terus membangun kesadaran umat
Islam dan khususnya para intelektual muslim bahwa
politik itu penting. Kita tahu Amien Rais disamping
sebagai tokoh politik ia juga merupakan salah seorang
intelektual Islam atau cendekiawan muslim Indonesia
yang pikiran-pikirannya sangat konstruktif-revolutif.
Menurut Amien Rais intelektual Islam/muslim perlu
terlibat dalam politik (secara universal) karena politik

293
  Lihat Hajriyanto Y. Tohari,  Muhammadiyah dan
 Pergulatan Politik Islam
Islam Modernis,
Modernis, (Jakart
 (Jakarta:
a: PSAP Muhammadiyah
Muhammadiyah,,
2005), xiii.
294  Muhammad Amien Rais adalah salah seorang tokoh

 pendiri Ikatan Mahasiswa Muhammadiy


Muhammadiyah ah dan pernah menj
menjadi
adi
ketua III DPP IMM. Amien Rais dikenal sebagai cendekiawan
Islam/Intelektual Islam yang menggerakan reformasi.

IMM Untuk Kemanusiaan

379

bisa menjadi alat untuk memperjuangkan cita-cita


kemanusiaan dan ketuhanan. Dalam pandangan Amien
Rais Islam adalah agama yang kaffah menyentuh
segala bidang kehidupan. Islam juga menurutnya
menganjurkan untuk terjun pada kegiatan politik secara
wajar, konstitusional, legal, terbuka, demokratis, dengan
mengindahkan akhlak dan moral agama itu sendiri.
Menurut Amien Rais pandangan yang menghukumi
politik sebagai sesuatu yang kotor, kegiatan politik
bukan sebuah kegiatan yang dianjurkan agama, dan
kemudian mengatakan yang berpolitik biar mereka saja
dan orang Islam tidak usah berpolitik. Hal ini bagi Amien
Rais adalah sebuah cara pandang yang menyeleweng
dan keliru.295  Perjuangan politik menurut Amien Rais
adalah perjuangan untuk mengaktualisasikan tauhid itu
sendiri disamping aktualisasi dalam aspek ekonomi,
intelektual dan lain-lain. Maka disebut juga sebagai
Tauhid Politik.296Jika ditelaah secara mendalam
sepertinya gagasan atau kesadaran Amien
tentangpolitik di atas banyak diilhami oleh pikiran-pikiran
297
Muhammad Natsir. Bedanya dengan Natsir, Amien
295
  Lihat M. Amien Rais, Tauhid Sosial: Formula
 Menggempur Kesenjangan
Kesenjangan,, (Bandun
(Bandung:
g: Mizan, 1998), 229.
296
  Amien Rais, Tauhid Sosial: Formula Menggempur
an, (Bandun
 Kesenjangan,
 Kesenjang (Bandung:
g: Mizan, 1998), 87.
297
  Cita-cita politik Muhammad Natsir sebagaimana ditulis
Amien Rais diantaranya adalah :  Pertama, membebaskan manusia
dari segala bentuk supertisi, memerdekakannya dari segala rasa takut
kecuali kepada Allah Sang Maha pencipta serta memegan
memegang g perintah-
 perintah-Nya agar kebebasan rohani manusia dapat dimendimenangkan.
angkan.
 Kedua, segala macam tirani harus dilenyapkan, eksploitasi manusia
diakhiri, dan kemiskinan diberantas untuk mencapai maksud-
maksud tersebut. Menurut Natsir Tirani dan eksploitasi manusia
dilenyepkan bilamana penderitaan dan penyakit masyarakat dapat

IMM Untuk Kemanusiaan

380

Rais barangkali lebih moderat, inklusif, dan


konstitusional memandang politik. Khusus dalam
kaitannya dengan relasi Islam dan negara, tapi
kesadaran keduanya sama, bahwa politik merupakan
aktualisasi dari semangat tauhid ( semangat
 pembebasan).
Berangkat dari pandangan-pandangan di atas,
perlu dibangun kesadaran sekuat-kuatnya tentang
pentingnya politik, baik secara nalar maupun praktis.
Dengan kekuatan ideologis sesungguhnya kader IMM
merupakan person-person-kelompok yang berhak
memimpin jalannya sejarah Indonesia termasuk menjadi
faktor penting penentu masa depan Indonesia. Oleh
karenanya, nalar dan sikap yang dikotomik merupakan
sesuatu yang keliru dan sangat merugikan. Karena
keliru dan merugikan maka seharusnya segera
ditinggalkan dan kemudian kita membangun kesadaran
baru yakni dengan menjadi kader yang utuh, holistik,
komprehensif dan integratif dengan sekuat-kuatnya
tampil sebagai pribadi intelektual (mendalami ilmu
pengetahuan dan tekhnologi) dan memiliki nalar
maupun sikap politis.
dihilangkan, yang kesemuaannya bersumber pada kemusyrikan dan
kekufuran. Ketiga,
kekufuran.  Ketiga, chauvinismeyang merupakan akar intoleransi dan
 permusuhan
 permusuh an di antara man
manusia
usia wajib diperangi.  Keempat, cita-cita
 politik Natsir selanj
selanjutnya
utnya adalah memban
membangun
gun masya
masyarakat
rakat yan
yangg
 bebas dari chauvinisme, tirani, dan eksploitasi. Menurutny
Menurutnyaa Tauhid
297
adalah modal perjuangan kaum muslim.  

IMM Untuk Kemanusiaan

381

Tri Kompetensi Dasar IMM Sebagai Ideologi


Politik

Ideologi selalau menyertai setiap aktifitas atau


gerakan,, karena ideologi merupakan
gerakan merupa kan sistem-sistem
sistem-s istem
keyakinan yang menjadi prinsip dan pegangan individu
dan kelompok tertentu. Sehingga tidak heran ideologi
selalu menyertai perjuangan/aktifitas, baik itu di bidang
politik, ekonomi, pendidikan, pertahanan-keamanan, dan
lain-lain.
Secara etimologis, ideologi berasal dari bahasa
yunani, yaitu idea dan logia. Idea berasal dari idein yang
berarti ‘melihat’. Idea  juga diartikan sesuatu yang ada di
dalam pikiran sebagai hasil perumusan sesuatu
pemikiran atau rencana. Kata logia mengandung makna
‘ilmu pengetahuan atau teori’ sedang kata ‘logis’ berasal
dari kata logos  dari kata legein  yaitu ‘berbicara’. Jadi
secara bahasa, ideologi adalah pengucapan atau
pengutaran terhadap sesuatu yang terumus di dalam
pikiran. Kemudian secara terminologis, ideology is
manner or content of thinking characteristic of an
individual or class (ideologi adalah cara hidup tingkah
laku atau hasil pemikiran yang menunjukan sifat-sifat
tertentu dari seorang individu, kelompok atau suatu
kelas).298 
Selanjutnya secara jelas untuk memahami apa
itu ideologi, pandangan Alastair C. MacIntyre

298
  Lihat Moh. Suardi,  Ideologi Politik Pendidika
Pendidikan
n
 Kontemporer, (Yogyakarta: Budi Utama, 2012), 9.

IMM Untuk Kemanusiaan

382

sebagaimana ditulis William F. O’neil   tentang Ideologi


setidaknya memberi arah deskripsi yang jelas tentang
apa itu ideologi. Alastar C. MacIntyre menjelaskan tiga
hal penting mengenai
m engenai ideologi:
“yang pertama adalah bahwa ideologi berupaya untuk
mengambarkan karakteristik-karakteristik umum
tertentu alam, atau masyarakat, atau kedua-duanya,
karakteristik-karakteristik yang tidak hanya ada di
tampilan-tampilan tertentu dari dunia yang sedang
berubah, yang hanya bisa diselidiki lewat pengkajian
empiris... yang kedua adalah adanya perhitungan
tentang hubungan antara apa yang dilakukan dengan
apa yang seharusnya dilakukan, keterkaitan antara
hakikat dunia dengan hakikat moral, politik, dan
 panduan-panduan perilaku
perilaku lainnya. Artinya .... sebuah
alat perumus dalam sebuah ideologi (adalah) bahwa
ia tidak sekedar memberitahu kita tentang bagaimana
dunia ini sebenarnya, dan bagaimana kita musti
berperilaku, melainkan ia berkenaan dengan arah
yang diberikan oleh yang satu terhadap yang lain. Ia
melibatkan sebuah kepeduliaan, entah itu tersirat
ataukah terang-terangan moral serta pernyataan-
 pernyataan yang mengungkapka
mengungkapkan n penilaian
(evaluasi)... yang ketiga, ideologi tidak hanya
dipercayai oleh anggota-anggota kelompok sosial
tertentu, melainkan diyakini sedemikian rupa sehingga
ia setidak-tidaknya merumuskan sebagian
keberadaan (eksistensi) sosial mereka bagi mereka...
konsep-konsepnya tertanam di dalam, dan keyaki
keyakinan-nan-
keyakinanya dijadikan syarat oleh sebagian dari
tindakan serta transaksi ini: yakni penampilan yang
299
kan kehidupan sosial kelompok tersebut ””..  
mencirikan
menciri

299
  William F. O’neil,  Ideologi-Ideologi Pendidikan
Pendidikan,,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), 32.

IMM Untuk Kemanusiaan

383

Tidak jauh berbeda dengan Alastair C.


MacIntyre, ideologi menurut Sargent di dalam bukunya 
contemporery political ideologies (ideologi-ideologi
politik kontemporer) seperti yang ditulis William F. O’neil 
mengatakan:
“... sebuah ideologi adalah sebuah sistem nilai atau
keyakinan yang diterima sebagai fakta atau
kebenaran oleh kelompok tertentu. Ia tersusun dari
serangkaian sikap terhadap berbagai lembaga serta
 proses masyarakat. Ia menyedi
menyediakan
akan sebuah potret
dunia sebagaimana adanya dan sebagaimana
seharusnya dunia itu bagi mereka yang meyakininya.
Dan, dengan melakukan itu, ia mengorganisir
kerumitan atau kompleksitas yang besar di dunia
menjadi sesuatu yang cukup sederhana dan bisa
dipahami. Derajat organisasi atau penataan itu, juga
 penyederhanaanya
 penyederhanaa nya yang tampak pada potret tadi,
cukup bervariasi dari satu ideologi ke ideologi lain;
dan semakin meningkatnya kompleksitas dunia
membuat potret tadi jadi kabur. Di sini yang sama,
 potret dasar yang disediakan oleh ideologi tampaknya
300
konstan”.  
tetap cukup mapan dan konstan”.
Melihat pandangan di atas, ideologi bisa
dimaknai sebagai sistem keyakinan, sistem nilai, sistem
pemandu perilaku sehingga yang nampak dalam
kehidupan adalah eksistensi dari sistem keyakinan yang
secara kuat dipegang teguh oleh orang atau kelompok
tertentu.
Dalam konteks relasi IMM dan politik, IMM tentu
saja memiliki seperangkat ideologi yang menjadi sistem

300
  William F. O’neil,  Ideologi-Ideologi Pendidika
Pendidikan,
n,
(Yogyakarta:
(Yogyakarta: Pustaka Pelaj
Pelajar,
ar, 2002), 32.

IMM Untuk Kemanusiaan

384

keyakinan sebagai guide dalam perjuangan politik (baik


real politic maupun high politik ).
). Di sini yang hendak
diangkat adalah tri kompetensi IMM sebagai ideologi
politik. Dengan kata lain, spirit, nilai-nilai, dan prinsip-
prinsip di dalam tiga pilar kekuatan kader IMM itu harus
masuk dalam alam pikiran-jiwa setiap kader ikatan dan
bernas dalam setiap rangkain kehidupan kader IMM.
Oleh karenanya, menurut hemat penulis, konstruksi
nalar politik kader tidak boleh jauh dari ketiga pilar
tersebut yakni, Intelektualitas, Humanitas, dan
Spiritualitas. Untuk menjadi negarawan atau leader
dalam kehidupan
kehidupan berbangsa
berbangsa dan bernegar
bernegara,
a, tentu saja
kader IMM harus berangkat dengan kekuatan Intelektual
(ilmu dan pengetahuan) sebagai lampu yang menerangi
 jalan. Tanpa kekuatan intelektualitas sebagai cahaya
penerang jalan maka bukan tidak mungkin kader IMM
hanya akan melestarikan kebodohan-kebodohan
bangsa yang teramat lama sehingga kemiskinan,
keterbelakangan dan ketidakadilan sosial barang yang
tak kunjung terwujud atau malah menyumbang
kebodohan baru yang menyi
m enyiksa
ksa batin bangsa.
Selanjutnya, bahwa tidak cukup dengan
kemampuan intelektual, kader IMM juga punya
seperangkat nilai ideologis yang memberi nafas
gerakan, yang kita kenal sebagai kekuatan religiusitas-
spiritualitas. Nafas religius-spiritual inilah yang
memberikan suntikan nilai. Dengan nilai-nilai bentukan
religius-spiritual itu, pada akhirnya tidak hanya bicara
 jujur tapi bagaimana berlaku jujur, tidak hanya amanah
yang dikampanyekan tapi perbuatanlah yang
menunjukan keamanahan, begitu seterusnya
keserakahan, ketidakadilan, memperkaya diri, dan

IMM Untuk Kemanusiaan

385

berbagai model spiritual crises lainya bisa dipadamkan


dengan pikiran-jiwa yang religius-spiritual. Singkatnya,
nilai-nilai inilah yang menuntun untuk apa kader ikatan
hidup? untuk apa memimpin? dan untuk apa menjadi
negarawan?. Hal inilah yang kita sebut sebagai
kesadaran berorientasi transendensi.
Bagian selanjutnya adalah Humanitas ( humanity )
yang menjadi gagasan besar dalam buku ini.
Sebagaimana pada bagian lain buku ini telah dijelaskan
secara eksplisit visi kemanusiaan IMM. Namun
demikian, dalam konteks relasi IMM dan politik atau
nalar politik IMM perlu ditegaskan kembali bahwa hidup
dan perjuangan kader IMM lebih khusus lagi dalam
lapangan politik (real politik maupun high politik )
semata-mata diorientasikan untuk kepentingan
kemanusiaan. Lapangan politik harus menjadi arena
untuk memperjuangkan kepentingan kemanusiaan.
Bukan kepentingan pribadi, bukan juga kelompok, dan
bahkan bukan untuk umat (agama) tertentu. Pada
konteks inilah kehadiran kader IMM dipentas politik tidak
hanya untuk kepentingan yang partikularitas dan
sektarian tapi hadir untuk kepentingan yang lebih
universalitas-egaliterian.
Tentu saja hal di atas bukan sesuatu yang
mudah untuk terwujud ketika berhadapan dengan
panggung politik (khususnya real politik ),), banyak yang
pesimis bahwa ajaran nilai (religius-spiritual) tidak berarti
apa-apa ketika berhadapan dengan dinamika politik
yang cenderung pragmatis-transaksional. Bahkan
agama sekalipun cenderung tidak berdaya ketika
berhadapan dengan tarik-menarik kepentingan politik.
Sikap pesimis ini seolah menjadi paradigma baru untuk

IMM Untuk Kemanusiaan

386

tidak menyebutnya ideologi baru di kalangan para politisi


(eksekutif dan legislatif) ditambah dengan sokongan
sistem perekrutan kekuasaan atau pemimpin bangsa
yang bersifat kapitalistik-liberalistik. Sayangnya, sikap
pesimis ini tidak hanya dialami oleh pelaku politik ( real
 politik ),
), tapi juga dirasakan oleh mereka-mereka yang
mengklaim dirinya baik, suci, jujur, adil, religius dan
sejenisnya yang tidak terlibat secara langsung di dalam
arena politik (real politik ).
). Mereka beranggapan bahwa
siapapun yang masuk politik ( real politik ) pasti kotor,
pasti pragmatis, pasti korupsi dan pasti “tukang ngolah”.
Sehingga kesimpulannya, arena politik adalah arena
hitam (orang yang tidak benar). Hal inilah yang ditolak
keras oleh Amien Rais bahwa sikap yang mengkutuk
politik sebagai sesuatu yang kotor adalah sikap yang
keliru dan menyeleweng.
Dengan segala perasaan pesimis dan
ketidakberdayaan di atas, Pertanyaannya, apakah
kondisi yang demikian dibiarkan saja sebagai sesuatu
yang wajar-wajar saja? atau mungkin menjadi ideologi
baru bahwa politik disepakati sebagai arena bagi orang-
orang yang siap menjadi “hitam”? atau sebaliknya
paradigma optimistik yang harus dikonstruksi? bahwa
politik harus dijadikan arena dakwah baru ( dakwah bis
siyasah)?
Pertanyaan-pertanyaan di atas menjadi penting,
bagaimana seharusnya kita menjawab dan
menyikapinya. Tentu saja paradigma yang optimis harus
terus digalakkan sekuat-kuatnya bahwa dengan
berpegang pada kekuatan ideologis (intelektual-religius-
spiritual-humanitas) yang berbasis pada orientasi

IMM Untuk Kemanusiaan

387

transendensi, kita bisa membangun tatanan kehidupan


kebangsaan-kemanusiaan
kebangsaan-ke manusiaan yang lebih
lebih baik
Pada konteks inilah perlu ada seperangkat
ideologi yang menjadi prinsip dan pegangan perjuangan.
Bagi kader IMM, disamping berpusat pada kesadaran
 Al-qur’an dan As-Sunnah, kita juga memiliki tiga pilar di
atas yang merupakan ideologi gerakan kader IMM.
Tanpa penjiwaan dari tri kompetensi IMM di atas, maka
kita telah kehilangan sesuatu yang sangat berharga.
Hilang bukan karena dihapus di tanfidz, di pedoman
organisasi, di SPI atau hilang sebagai ideologi
organisasi, tapi kekuatan ideologis itu hilang di dalam
penjiwaan kita, atau kita sendiri yang mengasingkan diri
dari sesuatu yang berharga itu?.
Oleh karenanya, menurut hemat penulis, tri
Kompetensi IMM harus menjadi ideologi “politik” kader
IMM untuk menjadi  part of solution atau source of
solution di tengah persoalan-krisis yang dihadapi
bangsa dan kemanusiaan, termasuk krisis serius yang
dihadapi bangsa saat ini adalah krisis kepemimpinan.
Pada konteks inilah jika kita berijtihad menjiwai nilai-nilai
tri kompetensi IMM sebagai ideologi politik, berarti kita
sedang secara kuat memulai mengkonstruksi cita-cita
baru kader IMM untuk bangsa dan kemanusiaan.
Dengan segala optimisme, tekad kuat bahwa politik
301
untuk kemanusiaan   perlu di adzankan ke seluruh

301
  Politik untuk kemanusiaan merupakan perwujudan dari
ideologi di atas, bukan lagi kepentingan partikular yang menjadi
orientasi tapi kepentingan yang universal. memperkaya diri-
kelompok, korupsi, kolusi, nepotisme adalah musuh. Politik untuk
kemanusiaan adalah tekad untuk membangun bangsa yang mandiri,
kuat, bermartabat dan berkemanusiaan. Dengan hadirnya leader
yang kuat Indonesia bisa memanfaatkan kekuatan sumber daya alam,

IMM Untuk Kemanusiaan

388

basis-basis perkaderan IMM se-Indonesia, ke seluruh


kader Ikatan di manapun berada. Bahwa tekad kuat kini
telah dimulai kembali, yakni agenda IMM untuk
“Selamatkan Indonesia dan Kemanusiaan” di masa
mendatang.
Berangkat dari paradigma, spirit, dan keyakinan
di atas, harapan bahwa kader IMM sebagai core factor
gerakan Muhammadiyah di masa mendatang yang
diharapkan menjadi penentu arah masa depan bangsa
dan kemanusiaan semakin optimis terwujud. Sebab
tiada lain, dipundak kader IMM sebagai kekuatan
intelektual Muhammadiyahlah segala harapan-harapan
itu diletakan.

Gagasan Buya Syafii Ma’arif yang menggiginkan


Muhammadiyah di abad kedua benar-benar menjadi
faktor penentu masa depan bangsa sebagaimana peran
Muhammadiyah di masa-masa pra-kemerdekaan, betul-
betul akan terwujud
terwujud dengan munculnya arus kekuatan
baru di tubuh Muhammadiyah, yakni kekuatan kader

IMM
denganyang punya
politik (real perhatian serius
politic dan high dalam ). relasinya
politic ). Dengan
penjiwaan ideologis yang kuat, maka cita-cita untuk
melahirkan banyak negarawan di tubuh Muhammadiyah
di abad kedua ini bukan sesuatu yang tidak mungkin
untuk terwujud. Sehinggan manifestasi visi dan cita-cita
membangun sumber daya manusia secara serius, menguatkan semua
sektor baik pertanian, kelautan, ekonomi, pertambangan, dll, demi
dan untuk kejayaan bangsa dan kemanusiaan yang adil dan beradab.
Sebagai bahan pendalaman dan perbandingan terkait politik untuk
kemanusiaan, selengkapnya lihat, Tamsil Linrung,  Politik Untuk
 Kemanusiaan,
 Kemanusia an, Mainstream Baru Gerakan Politik Indonesia,
(......:PT. Tali Writing dan Publishing House, 2014).

IMM Untuk Kemanusiaan

389

membangun umat, bangsa dan kemanusiaan yang adil,


makmur, beradab dan berkemajuan bisa tercapai.
Wallahua’alam 
IMM Untuk Kemanusiaan

390

DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Jurnal


Ma’arif,Ahmad Syafii.Islam Dalam Bingkai
Keindonesiaan dan Kemanusiaan.Bandung:
Mizan, 2009.

......... .... Teori Belah Bambu Masa Demokrasi Terpimpin


.........
(1959-1965).Jakarta: Gema Insani Press, 1996.

Rais,M. Amien.Tauhid Sosial: Formula Menggempur


Kesenjangan. Bandung: Mizan, 1998.

Hefner,Robert W. Civil Islam; Islam dan Demokratisasi


di Indonesia. Yogyakarta: ISAI, 2001.

Nasr,Seyyed Hossen. dkk.Ensiklopedi Tematis


Spiritualitas Islam Manifestasi.Bandung: Mizan,
2003.

Russell,Bertrand. Sejarah Filsafat Barat; Kaitannya


dengan kondisi sosial politik zaman kuno hingga
sekarang.Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cetakan
III, 2007.
Kuntowijoyo.Paradigma Islam Interpretasi untuk
 Aksi.Bandung: Mizan, 1991.
1991 .

Rafsanjani.Keadilan Sosial.Bandung: Penerbit Nuansa,


2001.

Hofmann,Murad W.  Agar Umat Tak Terlindas Zaman,


Dialog Antarperadaban Islam-Kristen.Jakarta:
PT. Serambi Ilmu Semesta, 2015.

Hanafi,Hasan.Dari Akidah Ke Revolusi.Jakarta:


Paramadina,
Paramadi na, 2013.

IMM Untuk Kemanusiaan

391

Syarati, Ali.Haji.Bandung: Pustaka, 2009.

Mulkhan, Abdul
kemanusiaan Kiai Munir.Jejak pembaruan
Ahmad sosial dan
Dahlan. Jakarta: PT
Kompas Media Nusantara, 2010.

.............Kesalehan Multikultural: Ber-Islam Secara


 Autentik- Kontekstual di Aras Peradaban
Global.Jakarta: PSAP Muhammadiyah, 2005
2005..

Syamsuddin,Din.Etika Agama Dalam Membangun


Masyarakat Madani. Jakarta: PT. Logos
Wacana Ilmu, 2000.

Khaidir,Piet H. Nalar Kemanusiaan Nalar Perubahan


Sosial.Jakarta: PT. Mizan Publika, 2006.

Latif, Yudi.Intelegensia Muslim dan Kuasa: Geneologi


Intelegensia Muslim Indonesia
Indonesia Abad Ke-
20.Jakarta: Democracy Project, 2012.

Sardar,Ziauddin. Kembali ke Masa Depan.Jakarta: PT


Serambi Ilmu Semesta, 2003.

Masduki.Humanisme Spiritual; Paradigma


Pengembangan Masyarakat Islam dalam
Filsafat Sosial Hossen Nasr. Jakarta: Referensi
Gaung Persada Press Group, 2014.

Bakhtiar, Amsal.Filsafat Agama: Wisata Pemikiran dan


Kepercayaan Manusia.Jakarta: PT Grafindo
Persada, 2012.

Hidayat,Komaruddin. Tragedi Raja Midas; Moralitas


 Agama dan Modernisme. Jakarta:
Krisis Modernisme.

Paramadina, 1998.
Paramadina,
Kartanegara,Mulyadhi. Reaktualisasi Tradisi Ilmiah
Islam.Jakarta: Baitul Ihsan, 2006.

IMM Untuk Kemanusiaan

392

Murata,Sachiko. The Tao of Islam. Bandung: Mizan,


1996.

Johnson,Elaine B. Contextual Teaching &


Learning.Bandung: MLC, 2006.

Tafsir Al-Qur’an Tematik Kementerian Agama RI,


Pembangunan Generasi Muda, Jakarta: Lajnah
Pentashihan Mushaf Al- Qur’an, 2011. 

............, Pendidikan, Pengembangan Karakter, dan


Pengembangan Sumber Daya Manusia.Jakarta:
Balitbang Kementerian Agama RI, 2010.

............Spiritualitas dan Akhlak.Jakarta: Lajnah


Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2010. 

Sutanto,Jusuf. Spiritual Wisdom; Belajar mengatur


kehidupan dari penggembala kuda. Jakarta: PT
Mizan Publika.

Black,Antony.Pemikiran Politik Islam Dari Masa Nabi


Hingga Masa Kini.Jakarta: PT Serambi Ilmu
Semesta, 2006.

Fathoni,Farid.Kelahiran Yang Dipersoalkan; Dua Puluh


Tahun Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)
1964-1990. Surabaya: PT Bina Ilmu, 1990.

Tim PP Muhammadiyah, Ensiklopedi Muhammadiyah.


Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005.

Tim DPP IMM, Peneguhan Jatidiri Kader Ikatan


Mahasiswa Muhammadiyah.Jakarta: DPP IMM,
2007.

Tim DPP IMM.Pedoman/Sistem Perkaderan


Ikatan.Jakarta: DPP IMM, 2011.
2011 .

IMM Untuk Kemanusiaan

393

Pramula,Beni.Setengah Abad IMM; Merebut


Momentum, Meretas Zaman, Menduniakan
Gerakan.Jakarta: CV. Mediatama Indonesia.
Mutahir, Arizal.Intelektual Kolektif Pierre Bourdieu:
Sebuah Gerakan Untuk Melawan
Dominasi.Bantul: Kreasi Wacana, 2011.

Wan Daud, Wan Mohd Nor.Filsafat dan Praktek


Pendidikan Islam Syed M. Naquib Al-
 Attas.Bandung: Mizan, 2003.

Khaeriah, Yayah Pendidikan Spiritual Pada Anak Usia


Dini. Tesis SPS UIN Jakarta, 2010.
Sukidi.Rahasia Sukses Hidup Bahagia, Kecerdasan
Spiritual. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2002.

Rahardjo,M. Dawam.Ensiklopedia Al-Qur’an,


Al-Qur’an, Tafsir
Sosial berdasarkan Konsep-Konsep Kunci. 
Jakarta: Penerbit Paramadina
Paramadina..

.............Intelektual Intelegensia dan Perilaku Politik


Bangsa. Bandung:
Bandung : Mizan 1999.
1999 .
Gulen,Fethullah. Bangkitnya Spiritualitas Islam.  Jakarta:
Republika, 2012.

Witteveen, H.J.Tasawuf In Action; Spiritualisasi Diri di


Dunia yang tak lagi ramah.Jakarta: PT. Serambi
Ilmu Semesta, 2004.

Mulyati, Sri.Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat


Muktabarah di Indonesia.Jakarta: Prenada

Media, 2004.

IMM Untuk Kemanusiaan

394

Capra,Fritjof. Titik Balik Peradaban: Sains, Masyarakat


dan Kebangkitan Kebudayaan, ter. M. Thoyibi.
Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1997.
Taufik,Zulfan.Dialektika Islam dan Humanisme;
Pembacaan Ali Shari’ati. Jakarta: Onglam
Books, 2015.

Hakeem,Ali Hosein.Membela Perempuan, Menakar


Feminisme Dengan Nalar Agama. Jakarta: Al-
Huda, 2005.

Thohir,Ajid.Gerakan Politik Kaum Tarekat; Telaah


Historis Gerakan Politik Antikolonialisme
Tarekat Qadaqiyah-Nagsabandi
Qadaqiyah-Nagsabandiyah
yah di Pulau
Jawa.Bandung: Pustaka Hidayah, 2002.

Wahid,Fathul e-Dakwah: Dakwah Melalui


Internet.Yogyakarta: Gaya Media, 2004
2004..

Sofyan,Ayi.Etika Politik Islam.Bandung: Pustaka Setia,


2012.

Budiardjo,Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik.Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama, 2013.
Tohari, Hajriyanto Y. Muhammadiyah dan Pergulatan
Politik Islam Modernis. Jakarta: PSAP
Muhammadiyah, 2005.
Djazuli,H.A.Fiqh Siyasah: Implementasi Kemaslahatan
Umat Dalam Rambu-Rambu Syari’ah.  Jakarta:
Rambu-Rambu Syari’ah.
Kencana, 2003.

Surbakti,Ramlan. Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: PT.

Gramedia Widiasarana Indonesi


Indonesia.
a.

IMM Untuk Kemanusiaan

395

 Adonis. Arkeologi
 Arkeologi Sejarah-Pemikiran Arab-
IslamYogyakarta: PT. Lkis Pelangi Aksara,
2007.
Rais,M. Dhiauddin.Teori Politik Islam.Jakarta: Gema
Insani Press, 2011
2011..

Marzuki,Ismail.Ideologi & Politik Hukum Islam; Kajian


Partai Politik PKS. Jakarta: PUSTIKOM, 2012.

 Anwar, M. Syafi’i.Pemikiran dan Aksi Islam Indonesia;


Sebuah Kajian Politik tentang cendekiawan
muslim orde baru.Jakarta: Paramadina,
Paramad ina, 1995.

Effendi,Bakhtiar.Islam dan Negara; Transformasi


Gagasan dan Praktik Politik Islam di
Indonesia.Jakarta: Demokrasi Project, 2011.

Nata,Abuddin.Metodologi Studi Islam . Jakarta: PT.


Rajagrafindo
Rajagrafindo Persada, cetakan ke-20, 2013.

Wahid Marzuki,dan Rumadi.Fikih Madjhab Negara: Kritik


atas politik hukum Islam di Indonesia.
Yogyakarta: Lkis, 2011.

 Al-Syaibany, OmarMuhammad Al-Toumy.


Al-Toum y.Falsafah
Pendidikan Islam.Jakarta: Bulan Bintang,
Cetakan Pertama, 1979.

Hidayat, Syamsul. Dkk., Studi Kemuhammadiyahan:


Kajian Historis, Ideologi Organisasi. Surakarta:
LPID, 2012.

Lubis,Akhyar Yusuf.Epistemologi Fundasional: Isu-Isu


Teori Pengetahuan, Filsafat Ilmu Pengetahuan,

dan Metodelogi. Bogor: Akademia, 2009.


Qomar,Mujamil.Fajar Baru Islam Indonesia, (Bandung:
PT Mizan Pustaka, 2012.

IMM Untuk Kemanusiaan

396

Taufik, M. Tata.Dakwah Era Digital. Kuningan: Pustaka


 Al-Ikhlas, 2013 .
2013.

Fitri,Agus Zaenal.Pendidikan Holistik Pendekatan Lintas


Perspektif.  Jakarta: Kencana, 2012.

Suardi,Moh. Ideologi Politik Pendidikan


Kontemporer.Yogyakarta: Budi Utama, 2012.

F. O’neil,William .  Ideologi-Ideologi
Pendidikan.(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.
2002.  

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa

Departemen
Departemen Pendidikan
Pendidikan Nasional, 2008.
Suara Muhammadiyah edisi No. 15 TH Ke-100 1-15
 Agustus 2015.

Jahroni,Jajang.Ketika Nasionalisme Membusuk, Journal


Studi Islamika Indonesia, Volume 12, Number 3,
2005.

William Schweiker, Humanizing Religion, The Journal of


Religion, Vol. 89, No. 2 April 2009.

 Ali,Muhammad..Menengok
 Ali,Muhammad Barat, Mengembangkan
tradisi Ilmiah di Indonesia. jurna
 jurnall Mimbar Agama
dan Budaya Vol.23, No. 1. Jakarta: UIN Jakarta,
2006.

Mulyanto, Agus e-dakwah sebagai alternatif media


dakwah, kaunia, vol. ii, no. 1. april 2006.

Poti,Jamhur.Demokratisasi Media Massa, Dalam prinsip


kebebasan, Jurnal Ilmu Politik dan Ilmu
Pemerintahan, Vol. 1, No. 1. 2011. 

IMM Untuk Kemanusiaan

397

 Ariyanti,Vivi.Kebebasan Pers Dalam Perspektif


Peradilan Pidana, Jurnal Dakwah dan
Komunikasi, Vol.4 no.1 Januari-Juni
Januari-Ju ni 2010.
2010 .
Yanto,Joko Tri. Analisis
 Analisis Teks Berita, Majalah Ilmiah
Populer Volume V No. 10 Juli Desember 2014.

Toivo,Suomen.Social Media - The New Power of


Political Influence, version 1.o ari-matti auv
auvinen.
inen.

Suma,Muhammad Amin.Qur’anisasi Sains


S ains dan
Saintifikasi Al-qur’an
Al-qur’an:: Suatu Modal Dalam Model
Integrasi Ilmu dan Perilaku. Makalah seminar
integrasi keilmuan di UIN Jakarta Tahun 2014
2014..
Bahan Bacaan di Internet

http://kominfo.go.id/index.php/content/detail/3415/Komin
fo+%3A+Pengguna+Internet+di+Indonesia+63+Juta+Or 
ang/0/berita_satker#.VJrtIsAU.  
ang/0/berita_satker#.VJrtIsAU.

Lihat
http://news.detik.com/berita/2986443/muhammadiyah-
kritik-umat-islam-yang-suka-mengkafirkan-dan-
tanamkan-kebencian
http://suraupos.com/ini-daftar-negara-yang-melegalkan-
 pernikahan sesama-jenis/  

http://www.beritasatu.com/nasional/288109-komnas-
ham-pemerintah-indonesia-harus-melar
ham-pemerintah-indonesia-harus-melarang-pernika
ang-pernikahan
han
sejenis.html

http://www.merdeka.com/dunia/lima-negara-ini-pegang-
rekor-pemilik-nuklir-terbanyak-sejagat/inggris.html.  

http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/10/negara-
negara-pemilik-senjata-nuklir

IMM Untuk Kemanusiaan

398

http://muhammadiyahstudies.blogspot.co.id/2013/04/ma
kna-teologi-al-maun-di-dua-generasi.html

http://bareskrim.com/2014/01/10/311-kepala-daerah-di-
indonesia-tersandung-kasus-korupsi/

http://www.rmol.co/read/2016/02/03/234501/Egoisme-
Spiritual-

http://sp.beritasatu.com/home/mendagri-sudah-298-
kepala-daerah-dipenjara-karena-korupsi/37939

http://www.kemendagri.go.id/news/2013/06/02/kemdagri

-tren-kepala-daerah-tersandung-korupsi-terus-
meningkat

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/09/15/190
251226/Kemiskinan.Maret.2015.Lebih.Parah.Ketimbang.
Tiga.Tahun.Lalu

http://bangka.tribunnews.com/2015/05/31/54-juta-balita-
di-indonesia-alami-gizi-buruk

http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/1

0/09/nvyiqc354-indonesia-darurat-kekerasan-seksual-
anak

http://hizbut-tahrir.or.id/2008/12/22/63-persen-remaja-
pernah-berhubungan-seks-buah-buruk-dari-sekularisme/
http://news.detik.com/berita/1304065/selingkuh
penyebab-10-ribu-kasus-perceraian-poligami-hanya-
937-kasus

http://health.kompas.com/read/2015/06/30/151500123/K
asus.Perceraian.Meningkat.70.Persen.Diajukan.Istri

IMM Untuk Kemanusiaan

399

http://news.okezone.com/read/2015/10/30/337/1240755/
luas-kebakaran-hutan-di-indonesia-setara-empat-kali-
pulau-bali
http://news.detik.com/berita/2986443/muhammadiyah-
kritik-umat-islam-yang-suka-mengkafirkan-dan-
tanamkan-kebencian

http://www.nokesoft.com/fdv/Radovi_PDF_2011/The%2
0Influence%20of%20Media%20on%20Teenagers.  

http://nasional.kompas.com/read/2014/05/09/2357075/Di
sahkan.KPU.Ini.Perolehan.Suara.Pemilu.Legislatif.2014

www.depag.co.id,  
www.depag.co.id,

http://nasional.kompas.com/read/2014/05/22/1548450/Si
kap.Politik.Muhammadiyah

http://www.voaislam.com/read/indonesiana/2015/08/12/3
8548/muhammadiyah-dan-politik-
praktis/#sthash.nxGvuipJ.dpuf

http://www.pikiranrakyat.com/politik/2014/09/11/296532/

presiden-sby-relasi-terburuk-muhammadiyah
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam
nusantara/15/08/10/nsuwf6346-larang-rangkap-jabatan-
tertentu muhammadiyah-tak-alergi-politik
IMM Untuk Kemanusiaan

400

Index
 Ali syari’ati, 58

 Al-Khawarizmi, 124
 A. Marwan, 218  Al-Kindi, 124
abangan, 325  Al-Mas’udi, 124
 Abdul Halim Sani, 58  Al-Razi, 124
 Abdul Munir Mulkhan, 52  Al-thabari, 125
 Abdul Wafa, 124  Alvin Gouldner , 106
 Abdullah Yusuf Ali, 150 amar , 223
 Abdurrahman Wahid, 355 amar ma’ruf , 223
absolut, 77 amar ma’ruf nahi mungkar , 47
abstrak, 63  Amer
 Am erikika
a , 24
 Abubakar As siddik, 268  Amien Rais, 344
 Aburizal Bakri, 289  Amsal Bakhtiar , 72
 Adil, 34 analitis, 134
 Adonis, 315  Anas Urbaningrum, 338
afektif , 175  Animisme, 243
agama , 24 antitesis, 57
 Agus Mulyanto, 296 antogonisme, 330
 Agus Salim, 325 antologi, 105
 Ahmad Rofiq, 238, 376  Antonio Gramsci, 106
 Ahma
 Ah mad d Syafi
Sya fiii Ma’ar
Ma’ arif 
if , 23 antropologi, 172
 Ahmed, 219 antroposentris, 58
akademisi, 109 antroposentristik, 194
akomodatif , 317 apartheid, 21
 Aksi , 59 aqal , 120
aktualisasi, 79  AR Fachruddin, 347
 Alastair C. MacIntyre, 387  Arab, 24
 Al-Biruni, 124 argumen, 65
 Al-Farabi, 124  Aristoteles, 125
 Alfin Toffler , 260  Arizal Mutahir , 130
 Alfread Whitehead, 183 arogan, 20
 Al-Ghazali, 179  Arqam Bin abil Arqam, 268
al-Hawi , 127 arsitektur , 104
 Ali Bin Abi, 269  Ary Ginandzar , 177

IMM Untuk Kemanusiaan

401

ashabiyah, 326 Calvin, 134


 Asy-Syazili, 203 Calvinis, 55

 Aufklarung, 117 Carl Gustav Jung, 191


 Ayi Sofyan, 315 cendekia, 218
 Azyumardi Azra, 264 cendekiawan, 116, 263
Chairil Anwar , 356
B  China, 24
Cicero, 69
Bakhtiar Effendy, 318 civil society , 145
Bali, 33 Clemenceau, 116
Bambang Setiadji, 375 Collective Intelektual , 139
bangsa, 140 core, 34
Banjarmasin, 271 Corliss Lamont, 71
Baraclan, 25 Cristianity state, 28
barbarian, 26
Belanda, 51

Belarusia, 24
Belgia, 28 Dadang Kahmad, 374
Ben Carson, 260 Dahlan Rais, 356
Benda, 69 Danah Zohar , 167
Beni Pramula, 60 Darul Arqam Dasar , 101
Benjamin Franklin, 259 Darul Arqam Madya, 101
berkiprah, 147 Darul Arqam Paripurna, 101

Bertrand Russell, 73 Darwinisme, 54


bid’ah, 48 Dawam Rahardjo, 171
birokrat, 134 dawlah, 320
birokratis, 330 dehumanisasi, 50
BJ Habibie, 355 deisme, 243
Brazil, 291 dekonstruktif , 324
Brigjen Sudirman, 218 demokrasi, 73
budaya, 42 demoralisasi, 33
Bung Karno, 237 Denis McQuail, 284
Buya Hamka, 218 DER AP IM
IMM
M, 300
Dhiauddin Rais, 317
C  dhu’afa, 87
diderot, 134
cakrawala, 162 diferensiasi , 45

IMM Untuk Kemanusiaan

402

dikotomik, 201 emansipasi, 60


dikotomis, 52 emansipatoris, 107

dikotomisasi, 158 embrio, 307


dil , 169 empati, 85
Din, 322 empiris, 172
Din Syamsuddin, 227 empirisme , 20
dinamisme, 243 enlightenment , 117
disaster , 96 etika, 41
disintegrasi , 184
diskriminatif , 28 F 
diskursus, 59
dogma, 72 Fajar Riza ul haq, 105
dogmatik, 353 fanatisme, 99
doktrin, 89 Farid Fathoni, 43
domain, 45  fasta
 fas tabi
bikk ulk
ulkhair
hair at , 303
dominan, 48 Fatmawati, 354
dominator , 92 feeding , 51
Donald Trump, 27 feminim , 62
Dr. V. Fitzgerald, 321 fenomena, 78
dualisme, 64 fikr , 120
Dzajman Al-Kindi, 163 filosofi , 39
filosofis, 44
filsafat , 62

fisik, 79
E.B Tylor , 172 fontenelle, 134
Edward W. Said, 106 formalistis , 242
egalitarian, 82 fraksi, 131
egaliter , 29 Francis Bacon, 259
egaliterian, 28 Frederic Jameson, 141
Ego spiritual, 204 Fritjof Capra, 96
egoisme spiritual, 204 fundamental, 84
ekonomi, 22 fungsional, 107
Eksekutif , 279 futuwwah, 169
eksistensialisme , 75
eksklusif , 48, 49 G 
eksploitatif , 244
Elaine B. Johnson, 63 Galileo, 117

IMM Untuk Kemanusiaan

403

Garut, 94 Horace Mann, 260


Gellius, 70 horizon, 62
gemah ripah loh jinawi , 38 hsin, 169
George Atiyeh, 126 human, 69
godsdienst , 171 human investment , 238
human trafficing , 37
H  humane, 69
humanis, 46
H. A. Davidson, 125 humanisasi, 59
H.J Witteveen, 209 humanisme, 45
Habermas, 259 humanistik, 85
Haedar Nasir , 262 humanitarian, 69
Hajrianto Y. Tohari, 349 humanitarianisme, 69
HAM, 20 humanitas, 29
Hamka, 218 humanities, 69
harmonis, 74
Harun Nasution, 316

Hary Tanoesoedibyo, 289
Hasan Al-Banna, 320 Ian Marshal, 167
Hasan Hanafi, 245 Ibn Abid al-Diin, 313
Hazrat Inayat Khan, 210 Ibn Haytsam, 126
healing , 51 Ibnu Arabi, 205
heart , 169 Ibnu Djarir , 173

hedonisme, 219 Ibnu Khaldun, 124


Hegel, 323 Ibnu Rusyd, 125
hegemoni, 20, 37, 219 idealitas, 47, 61
Hellen Keller , 260 identitas, 91
heterogen, 241 ideologi, 22, 89
Heterogenitas, 241 ideologisasi, 91
high politics, 371 Ihsan, 176
hipokrit, 191 ilmiah, 110
historis , 44 ilmu, 120
historisitas , 124 iluminatif , 208
holistik, 135 imajinatif , 134
homo sapiens, 312 Iman, 176
homo socius, 312 imaterial, 182
homoseksual, 21, 30 Immanuel Kant, 192

IMM Untuk Kemanusiaan

404

IMMawan, 101 Jalaludin Rumi, 194


IMMawati, 101  jalur Gaza, 22
immutable, 322 James Madison, 260
imperialisme , 164 Jamhur Poti, 283
implikasi, 57  jasmani, 79
India, 291 Jawa Tengah, 255
individualitas , 69 Jawa Timur , 255
industri, 21  jawanmardi , 169
Inggris, 27 Jean-Paul Sartre, 70
ingklusif , 48 Jember , 233
inhern, 162 Jepang, 291
inlander , 258 Jerman, 25, 117
insaniyah, 43  jihad, 231
instanisme, 219 John Dewey, 63
integratif , 52 Joko Tri Haryan
Haryanto
to, 288
intelektual, 47 Joko Widodo, 356
intelektualisme , 104 Julian Benda, 106
intellect , 115  jumud, 48
intellectual , 115 Jurgen Habermas, 283
interaksi , 99 Jusuf Kalla, 35
internalisasi , 91
interpretasi, 59 K 
intimidasi , 27
intrinsik, 140 kader , 91
Iran, 24, 39 kaderisasi, 107
ISIS , 24 Kahar Mudzakir , 344
Islam , 24, 38 Kalimantan, 287
islamis, 336 kamuflase, 42
Islamofobia, 28 kapital, 20, 29
isolasionis , 327 kapitalisme, 294
Italia, 72 Karl Marx, 65
Karl Menheim, 106
Kasman Singodimejo, 344

Kasus Dreyfus, 116
J.G Frazer , 173 kebudayaan, 36
 jahiliyah, 43 kemanusiaan, 20
Jakarta, 267, 376 Ken Wilber , 181

IMM Untuk Kemanusiaan

405

KH Agus Salim, 347 kuntowijoyo, 58


khairu ummah, 87

khalifah, 108 L 
Khofifah Indar Parawansa,
186 Leader , 43
khurafat, 48 Legislatif , 279
Ki Bagus Hadikusumo, 344 lesbian , 30
Kiai Ahmad Dahlan, 46 LGBT, 33
kognitif , 175 liberal , 99
kolektif , 95 liberalistik, 194
kolonialisme, 40 liberasi, 60
Komaruddin Hidayat, 81 logika, 274
komitmen, 43 logos, 258
kompetensi, 104 Lombok, 33
komprehensif , 136 Luther , 134
komprehensifitas, 47
konatif , 175 M 
konferensi, 33
konsekuensi, 56 M Rasyidi, 354
konseptual, 45 M. Sarbini, 218
konsistensi , 101 M. Syafi’i Anwar , 331
konspirasi, 26, 33 ma’na, 169
konstitusi , 34 ma’nawiyah, 169

konstitusional, 330 ma’ruf , 223


konstruksi, 104 Madhuban, 166
konsumerisme, 219 mainstream, 47
konteks, 57 Makassar , 375
kontemplasi, 209 Malik Fadjar , 355
Manager Nasution, 34
kontemporer , 233
Korea Utara, 24 manifestasi, 61
korupsi, 339 Manifesto, 58
koruptif , 339 manipulatif , 155
kreatif , 134 Manuel Valls, 27
kriminalitas, 37 Marshall McLuhan, 290
kristalisasi , 93 Masduki, 68
kritis, 131 maskulin, 62
kultural, 343 Massifikasi, 282

IMM Untuk Kemanusiaan

406

material, 79, 182 Muhammad Roem, 344


materialisasi, 233 Muhammad SAW , 153
materialistik, 181, 194 Muhammadiyah , 47
Max Weber , 55 Mukhaer Pakkana, 105
Mazdakisme, 100 Muktamar , 261
mazhab, 22, 68 Mukti Ali, 355
mediator , 130 multidimensional, 184
Mesir , 23 multiinterpretatif , 82
metaempiris, 182 multikulturalisme, 33
metafisik, 106 Mulyadhi Kartanegara, 125
metafisis, 181 Mulyadi Djoyoutomo, 354
metakosmik, 183 Munawir Sjadzali, 318
Mi’raj , 214 Murtadha Muthahhari, 189
Michael Foucault, 139 mustad’afin, 20
Michael Kearney, 191 mutable, 322
Miftahul huda, 105 Muzamil Qomar , 264
mistisisme , 202 Myanmar , 21
mitos, 167
modern, 68 N 
modernis, 263
Modernisasi, 219 nahi mungkar , 223
modernitas, 46, 49 nalar , 20
monolitik, 96 Napoleon Hill, 260

monopoli, 20 Narodikisme, 100


Monoteisme, 231 nasionalis, 325
monotheisme, 154 nasionalisme , 326
moralitas , 30 Nasionalisme, 117
Motesquieu, 134 Nasrani, 54
Nazaruddin Umar , 204
Muhammad Imâra, 322
Muhammad Abduh, 47 Nazi, 21
Muhammad Ali, 119 negara, 140
Muhammad Amin Suma, 122 negatif , 62
Muhammad Fethullah Gulen, Nenad Jevtic, 286
178 neoimperialisme, 294
Muhammad Hatta, 325 neokolonialisme, 40
Muhammad Iqbal, 214 nepotisme, 339
Muhammad Natsir , 325 Nietszche, 68

IMM Untuk Kemanusiaan

407

Nietzsche, 75 Patrialis Akbar , 378


nihilisme rasionalistik, 182 PBB
PB B , 22, 27
Noam Chomsky, 106 pelopor , 46
normative, 104, 242 peradaban, 20, 24
nostalgia, 48 permanen, 113
NTB, 255 perspektif , 68
NTT, 287 Peter Drucker , 260
Peter L. Berger , 39
O  Peter Levine, 68
Peter Merkl, 313
objektif , 61 Pico, 72
Omar Khayyam, 124 Pierre Bourdieu, 131
Omar Muhammad Al-Toumy
Al -Toumy Piet H. Khaedir , 56
 Al-Syaibany, 207 Plato, 312
optimis, 102 pluralisme, 33
organik, 112 pluralitas, 95
Organik , 130  political interest , 39
orisinil, 125  politicos, 312
ortodoks, 353 politik, 21, 36
otokritik, 135 politis, 160, 255
otonomi, 72  politucus, 312
otoritarianisme, 117 positivisme , 182
otoritas, 36, 73  postcolonial Studies
Studies, 133
otoritatif , 125 postmodernisme, 219
praksis, 66
P  Prancis, 25
priayi, 55
Pakistan, 133 pribumi, 38
Palestina, 22
 problem solving , 145
Pancasila, 34, 333 Prodjokusumo, 239
panenteisme, 243 produktif , 119
panteisme, 243 Prof. C. A. Nallino, 321
Papua, 287 Prof. Gibb, 321
Paradigma, 85 Prof. R. Strotmann, 321
Paris , 25 profan, 177
Parvez Manzoor , 86 profesional, 134
Parwati Sofyan
Sofyan, 188 profesionalisme, 135
pasif , 47

IMM Untuk Kemanusiaan

408

Profetik, 58 realitas, 47, 61, 131


progresif , 45 refleksi, 130
progress, 218 reformasi, 49
proletar , 20 regulasi, 34
proletarianisasi, 21 reinterpretasi , 221
protestan, 55 relativisme , 219
psikis, 79 relevansi, 70
psikomotorik, 175 religie, 171
purifikasi, 229 religio, 170
pytagoras, 202 religion, 170
religiusitas , 46
Q   renaissance , 21, 68
rethinking , 222
Qalam, 124 retoris, 135
qalb, 169 Revolusi, 117
qira’ah, 120 revolusioner , 100
Rifma Ghulam Dz, 105
R  Ritualitas, 177
Ritualitas religius, 185
Rabbani, 148 Robert A. Dahl, 315
radikal , 25, 47 Robert J. Brym, 106
radikalisme, 89 Robert Noyce, 260
Rafsanjani, 39 Robert W Hefner , 47
rahmatan lil aalamiin, 88 Rockmore, 70
raja louis IV, 117 rohani, 79
Ralph Waldo, 259 rohingnya, 21
Ramlan Surbakti, 314 Rollomay, 193
ras, 42 Roma, 21, 134
rasional, 51
romawi, 68
rasionalisasi , 233 ruhaniyah, 169
Rasionalisme, 20 ruhiyah, 169
rasionalitas , 107
Rasyid Ridha, 47

Rausan Fikr , 112
reaktualisasi , 222 sains, 116
Reaktualisasi, 128 sakral, 353
real politik , 337 santri, 325

IMM Untuk Kemanusiaan

409

Sargent, 389 suku, 42


Sayyed Hossen Nasr , 119 Sulawesi, 255
schooling , 51 Sumatera Utara, 255
sektarian, 82 Supomo, 329
sekular , 83 supranatural, 75
sekularisme, 117 Surabaya, 55
sekularistik, 194 surga, 81
Sembiring, 291 Suriah , 22
Setya Novanto, 362 Surya Dharma Ali, 338
simbolisme, 89 Surya Paloh, 289
sinisme, 330 Susilo Bambang Yudhiyono,
Sinti, 21 355
sistematis, 104 Sutopo Purwo Nugroho, 189
Skeptisisme , 182 Syafruddin Prawiranegara,
social movement , 45 329
Soeharto, 347 Syahril Syah, 93
Soekarno, 325 syariah, 232
Soetomo, 54 Syed Hussein Alatas , 106
sofis, 68 syura, 323
Solo, 271
source of solution, 145 T 
spektrum, 161
spesialisme , 135, 158 tajdid, 94

SPI, 393 takfiri , 99


spirit , 51 Takhayul, 48
spiritual, 79, 275 tanfidz, 393
spiritualitas, 84 Tarmizi Taher , 355
spiritualitas Islam, 178 tasawuf , 200
spiritualitas revolusioner , 209 Taufik Abdullah, 335
spokespersons, 133 Tauhid , 80
Stanislav Grof , 191 tawasuth, 253
structural violence, 38 teknolog, 134
subordinat, 131 tekstual, 104
substansional, 107 Teologi, 49
Sucipto Yudodiharjo, 218 teologis, 45
sufi, 200 teori, 64
sufistik, 200 teosentris, 58

IMM Untuk Kemanusiaan

410

terminologis, 168 voltaire , 134


teroris, 29
terorisme , 21, 89 W 
thala’a, 122
toleran, 91 Washington, 30
Tradisional , 130 welas asih, 49
transendental, 44 WHO, 23
transformasi, 43 Will Durent, 260
tri kompetensi, 45 William F. O’neil, 388
Tuhan, 21 William Shakespeare, 172
tuna moral, 185

U  yahudi, 21
Ukraina, 23 Yaman, 23
ulul ilmi , 120 Yang , 62
ulun-nuba, 120 Yin, 62
Umair Muhammad Khan, 259 Yogyakarta, 255
Umar bin Khattab, 98 Yudi Latif , 116
Umar Hasyim, 239 Yudikatif , 279
universal, 43
Usman Bin Affan, 268 Z 

, 133
V  Ziauddin Sardar 
zoon politicon , 311
Valla, 75 Zuly Qadir , 345
Varro, 69 Zwingli, 134
Vivi Ariyanti, 284
IMM Untuk Kemanusiaan

411

TENTANGPENULIS

Amirullah  populer dipanggil Amir,


lahir di Roka Kecamatan Belo,
Kabupaten Bima, Nusa Tenggara
Barat, pada 09 September 1990.
Pendidikan formal diselesaikannya
di kampung halaman di Madrasah
Ibtidaiyyah Roka-Belo 2002,
Madrasah Tsanawiyah Darul Ma’arif
2005, Madrasah Aliyah Darul
Ma’arif 2008. 

menyelesaikan S1 Pendidikan Agama Islam di Institut


 Agama Islam Muhammadiyah (IAIM) Bima Tahun 2012.
Sekarang penulis sedang menyelesaikan studi s2 di
Sekolah Pasca Sarjana (SPS) UIN Syarifhidayatullah
Jakarta pada Islamis Studies dengan konsentrasi
Islamic Education (Pendidikan Islam).

Di IMM penulis telah mengikuti perkaderan Darul


 Arqam Dasar (DAD) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

(IMM) yang dilaksanakan oleh IMM komisariat IAIM


Bima Pada Tahun 2009. Mengikuti perkaderan Darul
 Arqam Madya (DAM) IMM Nusa Tenggara Barat Se-
Nusa-Tenggara dan Bali yang dilaksanakan oleh IMM
Cabang Bima di Kota Bima pada Tahun 2010.Mengikuti
Darul Arqam Paripurna (DAP) IMM yang dilaksanakan
DPP IMM di Serang Banten pada Tahun 2014,
Mengikuti pelatihan Instruktur Dasar (LID) Se-Nusa
Tenggara Barat pada tahun 2011, Mengikuti Pelatihan

Instruktur
di Jakarta Paripurna (LIP)
Timur Tahun yang
2015. dilaksanakan
Selain DPP IMM
di IMM penulis juga
aktif mengikuti worshop dan pelatihan di forum-forum
Nasional, seperti Mengikuti worshop Enterpreneurship

IMM Untuk Kemanusiaan

412

mahasiswa Se-Kopertais 4 Surabaya yang dilaksanakan


di Hotel Nikki kota Denpasar Bali pada Tahun
2011.Mengikuti pertemuan SILATNAS Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) PTM Nasional di Bandar Lampung
pada tahun 2012 (dipercayakan sebagai ketua sterring
comite atau pimpinan sidang sementara). Mengikuti
MUKTAMAR IMM di Solo JATENG pada tahun 2014
(dipercayakan sebagai salah satu Presidium Sidang
Muktamar). Mengikuti temu Badan Eksekutif Mahasiswa
(BEM) Nusa Tenggara Barat (NTB) yang dilaksanakan
di NTB pada Tahun 2012 (dipercayakan sebagai ketua
pimpinan sidang tetap). Serta Ikut terlibat menjadi
narasumber pada dialog kebangsaan, diskusi aktual di
tingkat organisasi kemahasiswaan dan organisasi
kepemudaan ketika aktif di daerahnya baik yang
diadakan oleh KNPI, IMM,HMI, PMII, BEM dan lain-lain.

Penulis sangat aktif dan tekun berorganisasi,


baik organisasi intra kampus maupun ekstra kampus. Di
intra kampus penulis pernah menjabat sebgai Ketua

umum Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) IAIM Bima


Periode 2010-2011, pernah menjabat sebagai Presiden
Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) IAIM
Bima periode 2011-2012. Sementara di IMM, Penulis
pernah menjabat Pimpinan komisariat IMM IAIM Bima
KABID SOSEK Tahun 2010. Pernah menjabat sekretaris
bidang Kader PC IMM Bima Tahun 2011, pernah
menjabat ketua bidang organisasi PC IMM Bima Tahun
2012, pada tahun 2013 terpilih menjadi Ketua Umum PC

IMM Bima, dan pada tahun 2014-2015 menjadi


sekretaris bidang kader DPD IMM Propinsi Nusa
Tenggara
Tengga ra Barat. Anggota Korps Mubaligh
Muhammadiyah Kota Bima Tahun 2013. Wakil

IMM Untuk Kemanusiaan

413

Sekretaris Keagamaan dan sosial, Komite Nasional


Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Bima Tahun
2013-2016. Penulis juga merupakan Pendiri KOMKAFIL
(Komunitas Mahasiswa Kajian Filsafat) Kota Bima.

Di Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ikatan


Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), penulis pernah
menjabat sebagai Ketua lembaga Kajian Isu dan
Sekretaris Eksekutif/SE DPP IMM Periode 2014-2016.
Pada Muktamar IMM XVII di Jakarta tahun 2016, penulis
mendapat suara terbanyak ketiga pada pemilihan
formatur dan kemudian diamanahkan sebagai ketua
DPP IMM bidang kader periode 2016-2018. Kiprahnya di
media dan jurnalistik, penulis menjadi Pimpinan Redaksi
media online kabarpergerakan.com

Penulis telah menerbitkan beberapa tulisan baik


dalam bentuk artikel maupun opini di berbagai media,
majalah, dan jurnal. buku “IMM untuk Kemanusiaan Dari
Nalar ke Aksi” Merupakan buku kedua penulis. Setelah
menerbitkan buku yang berjudul “Pendidikan,
“ Pendidikan, Agama,
Politik, dan Multikulturalisme”
Multikulturalisme” (Antologi Tulisan) yang
kata pengantarnya Prof. Dr. Malik Fadjar. Selain itu
penulis juga menjadi Editor beberapa buku, seperti buku
Merdeka Paripurna; Refleksi Ke-

Anda mungkin juga menyukai