Ibnu Arsib
Pengantar Penulis
Segala puja dan puji tiada bertempat lain kecuali tertuju kepada Allah Swt.
berkat, rahmat dan nikmat-Nya, sehingga saya dapat menyusun tulisan ini yang
budaya tulis-menulis yang menjadi salah satu kekuatan HMI dari semenjak
Salam sejahtera tak lupa dan tak henti-henti kita ucapkan kepada junjungan kita,
risalah dari Allah Swt. Dialah (Muhammad Saw) pembawa obor perubahan yang
ummat manusia.
saling berkaitan dari satu judul terhadap judul yang lain. Tulisan ini merupakan
kumpulan tulisan-tulisan penulis yang aktif menulis tentang HMI semenjak tahun
sesuai dengan apa yang seharusnya diharapkan dengan apa yang terjadi. Dan juga
sebab-sebab lainya, yang pada intinya sebab itu beradu dalam rasa (Qalb) dan
pikiran(Fikr). Maka oleh karena itu, kumpulan tulisan-tulisan ini yang diterbitkan
Yakusa Blog, saya susun kembali dengan sedikit perubahan. Tulisan-tulisan ini
Semenjak menjadi Instruktur HMI di HMI Cabang Medan, tahun 2016, penulis
sebagai seorang mahasiswa dan sekaligus juga Instruktur HMI, awalnya tidak
percaya tulisan ini bisa menjadi tersusun. Motivasi menulis lembar demi lembar
membukukannya yang Insya Allah dapat berguna bagi kader-kader HMI saat ini.
Membaca, berdiskusi, dan menulis adalah suatu tradisi HMI yang hari ini sudah
sangat menurun jika dibandingkan dengan kuantitas HMI yang terus meningkat.
Hal yang tiga tersebut menjadi aktivitas rutin saya setiap hari, baik itu saya
Dalam buku yang saya tulis ini, tidak lepas dari kajian, analisa, teori, realita
zaman serta semangat ber-HMI yang saya tulis dalam bahasa-bahasa sederhana,
juga suatu tulisan yang bersifat otokritik yang konstruktif. Tujuannya adalah agar
lebih mudah untuk dipahami kader-kader HMI masa kini. Buku ini juga
merupakan buku pertama saya dan bentuk sumbangsih kecil bagi suatu organisasi
yang sangat besar, HMI. Organisasi yang pendirinya, Lafran Pane, telah menjadi
Negara Indonesia lewat berjuang di HMI. Dan juga telah melahirkan tokoh-tokoh
bangsa.
kedua orangtua saya, di mana mereka terus mendukung saya untuk selalu menulis,
walau terkadang mereka sering protes karena sering menghabiskan waktu di meja
belajar ketika saya berada di rumah. Mereka sangan menginginkan saya supaya
cepat lulus kuliah dan menjadi sarjana dan kerja disuatu perkantoran, selayaknya
anak teman-teman mereka. Akan tetapi, saya bertentangan dengan mereka, saya
Terimaksih juga kepada keluarga besar HMI Komisariat UISU yang tak dapat
saya sebut satu persatu dalam buku ini. Di sinilah awal-awal saya banyak
Pembentukan karakter dan pola pikir saya dapatkan di HMI Komisariat UISU.
baik Instruktur Tua dan Instruktur Muda, karena kita terus komitmen dalam
Terimakasih juga kepada teman-teman Pengurus HMI Cabang Medan, baik itu di
masa periode kita dan periode sekarang, karena masih komitmen untuk terus
Tentunya tak lupa, ini sangat khusus sekali kepada seluruh kader HMI Cabang
Medan dan umumnya seluruh kader HMI se-Indonesia. Ada saudara Taufik
Hidayat, Adit, Ardi, Lowrend, Fitrah, Mus’ab, Abdul Rahman, Egi, Agung
Muhammad Ridho, untuk seluruh HMI-Wati baik yang dikenal maupun belum
dikenal dan teman-teman yang tak dapat saya sebutkan satu persatu namanya
dalam buku ini. Semoga kita semuanya dapat selalu berkumpul di Ngopi Kita
(Ngobrol Pintar Kader Insan Cita) di Pendopo Sekretariat HMI Cabang Medan.
Tiada gading yang tak retak. Begitu pulalah dengan karya ini. Mohon sumbangsih
dan sarannya dengan tujuan semata-mata untuk perbaikan. Mohon maaf juga
apabila ada yang tersindir dengan karaya ini. Bukan maksud hendak
“menyerang”, tapi karena niat ingin menyadarkan kita semua supaya kita tetap
semangat ber-HMI. Dengan Secangkir Kopi Tentang Semangat Ber-HMI ini dapat
membuka wacana dan semangat ber-HMI di era masa kini. Selamat membaca,
monggo diseruput.
Ibnu Arsib
Secangkir Kopi Tentang Semangat Ber-HMI
Tengah malam itu cuaca sangat dingin. Hujan rintik-rintik membasahi halaman
rumah yang aku tempati. Rumah itu sering aku sebut UNISA, kependekan dari
universitas-universitas yang kita kenal seperti UI, UII, UGM, UISU, USU,
UNIMED dan nama-nama universitas lainnya. Rumah itu aku sebut Unisa
(universitas), karena setiap harinya kader-kader HMI ada di rumah itu. “Mereka-
Ada yang diskusi, ada yang sharing pendapat, ada yang bercanda tawa, ada yang
setiap malam di kala kami sedang berdiskusi lepas tengah malam dan di kala aku
menikmati aroma kopi seperti seorang yang penikmat narkoba yang lagi sedang
sakau.
Setelah aku menyeduh dan mengaduk-aduk kopi panas ke meja di mana tempat
biasa aku membaca dan menulis. Rasanya malam itu aku kurang bergairah untuk
menulis. Untuk merefresh aku pun menghidupkan laptop dan menghidupkan wifi
dari salah satu smart phone teman yang lagi sedang asyik bermimpi di alam sana.
Rencana ingin membaca berita-berita media online malam. Tapi entah kenapa,
kepentingan kelompok.
“Ah…lebih baik aku buka Fb, mana tahu ada pesan dari teman-teman.” Terucap
dalam hati.
dalam pesan itu biasa-biasa saja. Tapi, semakin aku baca pesan itu semakin serius.
“Aku pengen diskusi, sebenrnya ber-HMI itu untuk apa Bang?” Demikian kalimat
NKRI kan bg, kalo aku sederhananya ber-HMI kan berdakwah, ditambah lagi aku
tau bahwa Abu Bakar Ba’asyir adalah alumni kan bg, plus Arifin Ilham juga
alumni. Maksudnya ber-HMI itu untuk ummat, untuk pemerintah, atau untuk
Awalnya aku tak paham dengan maksud tulisan itu. Pertanyaannya sangat serius
tapi pake logat anak-anak Medan, jadi sedikit sulit. Setelah aku baca sampai tiga
kali, aku pun mulai paham maksud keluhannya itu. Pasukan tangankupun berpacu
“Satu yang harus mantum pahami.” Kalimat pertama dariku, Mantum itu
maksudnya adalah singaktan dari Mantan Ketua Umum. Yang mengirimkan pesan
itu adalah salah satu Mantan Ketua Umum Komisariat yang ada di HMI Cabang
Medan.
“Hari ini Kader-Kader HMI kita telah terdegradasi. Nah, ente sebagai orang yang
resah seperti abang ini, harus memunculkan ide-ide untuk mengkonstruksi HMI
lagi. Kekecewaan terhadap kualitas HMI saat ini sudah pernah terjadi di awal-
awal tahun 80-an hingga 90-an. di tahun 1994-1999, HMI mendapat “darah” segar
untuk bangkit. tapi, di setelah reformasi, HMI mulai memudar hingga krisis
sampai hari ini. Situasi nasional dan internasional yang dipengaruhi teknologi
memanfaatkan sisi positifnya. HMI tetap untuk ummat dan bangsa, jika kader-
kader menjalankan apa yang tertuang dalam Al-Qur'an, Hadist, Tujuan HMI
“Pergerakan itu dijalankan dengan banyak cara, ada dengan sendiri, ada dengan
kelompok. Banyak pula metodenya, ada dengan menulis, tentunya ketika itu
sendri, ada dengan berceramah, ada dengan bersedekah, dan banyak lainnya.
Kita Harus Tetap Bersemangat Ber-HMI. Aku merasa bukan dia dan aku saja
yang meresakan hal-hal yang ia sebutkan tadi. Bukan dia dan aku saja yang
merasakan bahwa saat ini HMI mengalami degradasi. Pasti banyak kader-kader
Rintikan hujanpun semakin terdengar deras, malam makin dingin, secangkir kopi
masih aktif sekarang harus tetap semangat ber-HMI dan menjalankan misi-misi
organisasi.[]
Tiga Pilar Pemikiran HMI
Lahirnya suatu organisasi tentulah mempunyai suatu tujuan, dimana tujuan itu
terkadang berangkat dari suatu permasalahan yang sedang dihadapi dan atau
berangkat dari suatu cita-cita yang ingin dicapai. Setiap organisasi akan
dalam suatu aturan main organisasi sehingga menjadi landasan aktivitas suatu
organisasi tersebut.
Himpunan Mahasiswa Islam atau yang lebih akrab disebut dengan singkatan
HMI, adalah organisasi mahasiswa Islam tertua di Indonesia, berdiri sejak tahun
1947. HMI secara sosial-historis telah mengakar di negeri tercinta ini. Ruh-ruh
lakunya, baik secara institusi maupun individual seorang kader. Pemikiran HMI
berangkat dari latar belakang keadaan yang dialami pada masa itu, sebelum HMI
berdiri hingga sampai akhir ini, HMI masih konsisten berada ditengah-tengah
perubahan sosial.
HMI”, kalau kita lihat dalam bukunya Hariqo Wibawa Satria, tiga pilar tersebut
diistilahkan dengan “Wawasan”. Tiga pilar pemikiran yang kita dimaksud adalah
kondisi dari tiga tersebut menjadi latar belakang berdirinya HMI di Indonesia.
Tiga pilar pemikiran tersebut hingga sampai akhir ini mengakar dalam diri HMI
yang diaplikasikan oleh kader-kadernya. Tiga pilar tersebut masih menjadi ciri
Pilar Keislaman
Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin menjadi nafas HMI. Pilar ini,
bentuk daripada ciri khas HMI bahwa organisasi ini adalah suatu organisasi yang
Pemikiran keislaman ini juga terlihat dari tujuan HMI dahulu sebelum ada
perubahan, yaitu pada poin yang kedua, di mana disebutkan menegakkan dan
ajaran agama Islam, 2). Keharusan pembaharuan pemikiran dalam Islam, dan 3).
Perlu kita ketahui bahwa, dalam pemikiran keislaman di HMI, tidak pernah
Ulama (NU),Al-wasliyah dan golongan Islam lainnya, selagi dia Islam, kitabnya
Al-quran dan Hadist, Tuhannya Allah SWT dan Nabinya Muhammad SAW,
diterima masuk dalam HMI. Karena organisasi ini bergerak secara independen,
tidak berada dalam naungan organisasi keagamaan dan tidak pula dalam naungan
pemerintah.
Di HMI, tidak ada perdebatan masalah mazhab yang diikuti. Secara pelaksaan
masing. Tidak ada perdebatan antar kader HMI, mana yang benar dan mana yang
salah. Misalnya, terkait melakukan qunut atau tidak melakukan dalam shalat
Shubuh. Dalam pemikiran keagamaan ini, yang ditekankan adalah bagaimana agar
Pilar Keindonesiaan
Adapun maksud dari pilar pemikiran ini, HMI sangat identik dengan pemikiran
Belanda melakukan Agresi Militer II ke Indonesia. Bukan hanya itu, HMI ikut
dikenal dengan peristiwa Madiun tahun 1948 yang dipimpin oleh Muso.
HMI akan menjadi garda terdepan mempertahankan Indonesia ketika ada oknum-
oknum atau kelompok yang ingin meruntuhkan keutuhan berbangsa dan bernegara
di Indonesia. Hal ini telah dibuktikan oleh perjuangannya ketika adanya ancaman
meruntuhkan negeri ini. Kondisi keindonesiaan dan atau kebangsaan adalah
Hal di atas dapat kita buktikan dengan tujuan awal berdirinya HMI, yaitu
Indonesia. Hariqo lebih lanjut menuliskan bahwa, tujuan tersebut memiliki lima
makna pemikiran, yaitu: 1). Aspek politik, membebaskan bangsa Indonesia dari
rakyat Indonesia.
Pilar Kemahasiswaan
merebut kemerdekaan. Karena itu, perlu ada pembinaan dan pengembangan calon
cendekiawan yang memiliki pengetahuan luas di segala bidang dengan dasar iman
Lafran Pane pernah mengatakan, HMI adalah organisasi kader yang lahir karena
lokomotif modernisasi yang didasari agama Islam dan dibingkai dengan ideologi
Tekad tiga pemikiran HMI di atas yang merupakan ciri khasnya menjadikan ia
(baca: HMI) selalu diminati oleh banyak orang, baik mahasiswa Muslim yang
ingin bergabung, maupun khalayak ramai. Di samping itu, HMI dapat eksis terus
dalam kurun waktu dan setiap perjalanan sejarah kenegaraan dan kebangsaan
Indonesia yang karena sifatnya independen dan juga berpihak pada kebenaran.
Jadi, pada garis besarnya, pemikiran HMI lahir hanya untuk kepentingan nasional
menegakkan dan menyiarkan Islam. Hal ini dapat dibuktikan dengan kiprah HMI
telapak tangan. Setiap manusia harus melalui berbagai proses perjalanan menuju
kematangan pola pikir dan pola laku. Demi mempermudah perjalanan tentu
dibutuhkan sesuatu bekal untuk mencapai tujuan. Begitu pula ketika membentuk
Islam di Indonesia, yang diinisiasi oleh seorang mahasiswa Islam, bernama Lafran
Pane pada tahun 1947, tentunya mempunyai latar belakang dan tujuan
pembentukan. HMI di dirikan bukan untuk dijadikan basis politik, akan tetapi
sebagai basis intelektual-intelektual muda Islam. Jika kita pinjam bahasanya Cak
pesantren yang kuliah di Perguruan Tinggi dan basic-nya ilmu agama Islam yang
mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari sekolah umum yang basic ilmunya ilmu-
mahasiswa Muslim yang berasal dari sekolah umum dapat menguasai ilmu agama
sehinggga dapat mengisi segala lini yang ada dalam masyarakat Indonesia. Tak
perlu lagi kita sebutkan tokoh-tokoh intelektual yang lahir dari rahim HMI,
Dengan demikian, jika kita ambil substansi dari apa yang saya jelaskan di atas,
kader-kader HMI yang berkualitas. Maka untuk itu, menurut saya ada lima konsep
adalah, Islam yang menjadi azas HMI dan sebagai agama setiap kader, harus
tidak bersifat sempit dan tidak pula liberal. Artinya, pemahaman keislaman
seorang kader tidak takliq (tertutup). Pemahaman Islam seorang kader HMI harus
kelompok Islam selama kelompok itu masih memegang teguh Al-Qur’an dan Al-
Hadist.
Kedua, pemahaman ideologi. Maksudnya adalah, seorang kader harus betul-betul
ideologi terus berkembang yang dapat mempengaruhi pola pikir dan pola laku
sekularisme, dan ideologi sesat lainnya. Jika kader-kader HMI tidak dapat
membendung itu, maka kader-kader kita yang beragama Islam akan hancur.
Solusinya adalah, Islam bukan hanya dijadikan sebagai agama, akan tetapi
Organisasi tidak akan dapat berjalan baik jika tidak ada yang menggerakkannya.
namanya aturan main berorganisasi. Jika kader-kader HMI ingin sukses dalam
kehidupan ber-HMI.
negara semakin tinggi, dan tidak akan berniat merusak-rusak atau tidak akan
menghianati negara dalam bentuk perbuatan buruk. Dengan pemahaman ini,
kepada negara dan bangsa, mewujudkan kedamaian dan keadilan akan menjadi
tugas bersama.
notabenenya seorang mahasiswa muslim, harus sadar akan funsi dan perannya
sebagai agent of change and agent of control social. Ia sadar bahwa dia adalah
generasi penerus bangsa dan agama, maka harus mempersiapkan diri sejak dini.
Dengan sadar akan statusnya sebagai seorang mahasiswa sekaligus juga seorang
pelajar, maka nilai-nilai keilmuan menjadi ciri khasnya. Ia akan sadar bahwa,
Lewat penjelasan yang singkat tersebut, kiranya lima konsep dasar tersebut, dapat
menjadi bahan kajian dan renungan bagi kita seorang kader HMI. Pemahaman-
pemahaman terkait apa yang kita sebutkan di atas harus terus ditingkatkan oleh
reaksi-reaksi atau tantangan berat dari organisasi mahasiswa, pemuda dan pelajar
yang ada di Yogyakarta atau di daerah lain, seperti di Solo dan Malang pada masa
itu.
Bagi para pendiri HMI, menghadapi berbagai reaksi yang datang silih berganti,
selalu diterima dengan jiwa besar, sabar dan dengan kepala dingin. Mereka
kesulitan.” Adanya reaksi-reaksi tersebut bukan untuk dihindari, akan tetapi justru
berikut:
PMY yang dipimpin oleh Milino Ahmad, menganggap bahwa HMI merupakan
atau kekurangan anggota dan pengaruh. Tidak mengherankan lagi jika mereka
tidak setuju terhadap kelahiran HMI, dan menghendaki supaya HMI
membubarkan diri.
tidak menyenangi agama, sedankan HMI dengan tegas dan komitmen menjunjung
yang tidak terlalu lama, ternyata bukan HMI yang bubar atau mati. Karena
kekuatan, dengan Perserikatan Mahasiswa Malang (PMM) pada bulan April 1948,
kenapa, tanggal 19 Desember 1948, PMI hilang lenyap tertelan zaman hingga
sekarang ini.
Kedua, reaksi dari organisasi Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI) yang berfusi
dengan Ikatan Pelajar Indonesia (IPI), yang berdiri pada tanggal 27 September
1945, kemudian berganti nama menjada Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia (IPPI).
Serikat Mahasiswa Islam (SMI) secara ideologis menentang dan terus mencoba
Ketiga, reaksi dari organisasi Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII). Reaksi
GPII tidak sama dengan reaksi PMY dan SMI. Jika reaksi PMY dan SMI bersifat
ideologis, akan tetapi reaksi dari GPII terhadap awal-awal didirikannya HMI
adalah kurang pengertiannya serta kurang memahami tuntutan sejarah. Anggota-
anggota GPII pada masa itu menganggap bahwa belum masanya mendirikan HMI.
Di tubuh GPII sendiri terdapat GPII Seksi Pelajar. Dengan berdirinya HMI,
mengatakan: “Mahasiswa juga adalah Pemuda dan Pelajar.” Dan wadanya adalah
Isu bahwa HMI memecah belah mahasiswa yang dipropagandakan PMY berhasil
mempengaruhi GPII. GPII menuding bahwa HMI adalah pemecah belah Pemuda
dan ummat Islam. Pada mulanya berhasil juga dipropagandakan, terbukti tidak
berdirinya HMI identik dengan pisahnya Pakistan dari India, kemudian menjadi
negara Islam. Hal demikian sangat dirasakan para pembina dan anggota HMI pada
masa itu. Sebab, setiap kelompok besar atau kecil, ketika ada tokoh HMI yang
sedang lewat atau datang, maka spontan disambut dengan kata-kata yang bernada
Pertentangan-pertentangan yang timbul dan hampir meluas itu tidak cukup dengan
mulut dan pemikiran saja, bahkan suatu ketika terjadi pergulatan fisik antara para
“penegak HMI” dengan pihak yang belum memahami kelahiran HMI. Demikian
tiga bulan HMI berdiri. Dalam organisasi ini terdapat juga anggota GPII, baik ia
sebagai anggota maupun sebagai pengurus. Maka dari itu, secara otomatis, reaksi
Walau PII berdiri setelah HMI, yang jaraknya hanya hitungan bulan, sikap dan
Kongres I PII di Sala, tanggal 14-16 Juli 1947. Waktu itu, dalam forum Kongres
PII ada kebiasaan siapa-siapa yang ingin menyambut atau berbiacara di antara
hadirin. Lafran Pane, yang sebagai Ketua PB HMI waktu itu, tidak mendapat
PII menganggap bahwa HMI tidak ada dan statusnya HMI di kalangan umat Islam
masih disangsikan.
Keadaan yang sangat tragis itu berjalan selama sepuluh bulan, antara bulan
Februari sampai bulan November 1947. Hingga akhirnya, pada Konferensi Besar I
Demikianlah beratnya reaksi yang datang kepada HMI. Dengan jiwa besar dan
kepala dingin, Lafran Pane, Asmin Nasution, Maisaroh Hilal, Karnoto dan teman-
temanya yang lain menyaksikan kenyataan itu. Setiap waktu mereka sanggup
menghadapi dengan tenang reaksi-reaksi pedas dari organisasi lain, baik reaksi
yang datang silih berganti dari internal umat Islam maupun luar umat Islam.
Belum lagi jika kita lihat tantangan HMI ketika Agresi Militer Belanda II dan
tantangan mengahadpi Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun, di mana
Lafran Pane dan teman-temannya pada masa itu yakin, bahwa di satu masa kelak,
kelahiran HMI akan bisa diterima oleh semua pihak, bahkan akan merasakan
kelahiran HMI dibutuhkan oleh sejarah. Hal demikian terbukti hingga saat ini,
bahwa HMI sangat besar jasanya kepada negara baik dalam mempertahankan
Seyogiyanya suatu rumah tentu ada penghuninya. Rumah yang indah nan bersih
kalau tidak ada penghuninya lama-kelamaan rumah tersebut akan terlihat kotor
dan bahkan bisa rusak. Kalaupun ada penghuninya, mereka harus melukan
aktivitas yang baik, seperti merawatnya agar rumah tersebut tetap indah dan
bersih.
Franz Magnis Suseno, dalam bukunya yang berjudul Mencari Makna Ke-
hingga 1990-an - peny), saya makin banyak mengenal orang-orang muda dari
HMI karena sering diundang ceramah, pada umumnya tentang tema seperti Etika
“Bagi saya, HMI bukan sebuah nama saja, melainkan salah satu ‘sekolah kader
bangsa Indonesia’ yang saya kenal sebagai terbuka, kritis, serta simpatik.”
gagasan yang maju, kepribadiannya yang utuh dan sikapnya yang baik.
Ya..., pertanyaan di atas perlu sekali untuk kita renungkan saat ini. Apakah
segudang aktivitas kita sebagai kader HMI saat ni menunjang untuk kemajuan
intelektual kita? Jangan sampai “rumah” kita yang indah dan bersih ini tak
sebagai kader dan pada HMI sebagai rumah kaum intelektual muda Islam.
Kembali penulis kutipkan tulisannya Franz Magnis Suseno dalam buku yang
sama, dia mengatakan bahwa HMI adalah “dapur” kader intelektual Islam di
Dalam usianya yang sudah tua (tujuh puluh satu tahun tepatnya bulan Februari
dan tantangan, baik itu datangnya dari dalam (internal) maupun datangnya dari
luar (eksternal). Indonesia tempat ia tumbuh dan berkembang, tentunya HMI tidak
bisa lepas dari hiruk pikuk keadaan sosial, hukum, ekonomi, politik dan keadaan-
keadaan lainnya.
HMI bukan hanya dipandang secara regional akan tetapi dipandang secara
sudah tidak disangsikan lagi dan ini suatu menjadi kekuatan untuk melakukan
mudah masuk ke dalam kader itu sendiri. Kader HMI sering terperangkap oleh
Ada sesuatu yang mulai hilang baik disadari atau tidak sadari, tidak terawat
tahun 2018 dan 2019 nanti. Kader HMI harus mampu menjaga independensi HMI
Dalam Tafsir Independensi HMI, yang ditafsirkan dari pasal 6 Anggaran Dasar
independen HMI adalah sifat organisasi secara etis merupakan karakter dan
pikir, pola sikap dan pola laku setiap kader HMI baik dalam dinamika dirinya
Watak independen HMI yang tercermin secara etis dalam pola pikir, pola sikap
dan pola laku setiap kader akan membentuk “independensi etis HMI”, sementara
Independensi etis yang pada hakekatnya merupakan sifat yang sesuai dengan
secara kodrati cenderung pada kebenaran (hanief). Watak dan kepribadian kader
sesuai dengan fitahnya akan membuat kader HMI selalu setia pada hati nuraninya
Dengan demikian melaksanakan independensi etis bagi setiap kader HMI berarti
pengaktualisasian dinamika berpikir dan bersikap dan berprilaku baik
watak asasi kader HMI dan teraktualisasi secara riil melalui watak dan
terbuka dan merdeka, obyektif rasional dan kritis, progresif dan dinamis,
bernegara).
korektif dan konstitusional agar perjuangan dan segala pembangunan bangsa dan
HMI. Untuk itu, kader HMI (secara pribadi) dan HMI (secara organisassi) harus
implementasi HMI kepada anggota adalah sebagai berikut: (a). Kader HMI dalam
bentuk apapun dengan pihak luar selain segala sesuatu yang telah diputuskan
dan mengembangkan minat dan potensi dalam rangka membawa hakikat mission
HMI. Alumni HMI harus menyalurkan aspirasi kualitatifnya secara tepat dan
lembaga sosial, wadah aspirasi politik, lembaga pemerintahan atau pun jalur-jalur
lainnya yang semata-mata hanya karena hak dan tanggung jawabnya dalam
peranan kader dan HMI dalam rangka ikut bertanggung jawab terhadap agama,
bangsa dan negara. Dasar itu dilakukan semata-mata untuk kepentingan nasional
bukang kepentingan golongan atau partai politik dan bukan untuk pihak penguasa
sekalipun.
menempuh resiko. Ini adalah suatu konsekuensi yang dihadapi sikap seorang
pemuda. Mahasiswa yang kritis terhadap masa kini dan kemampuannya untuk
Dengan sifat dan garis independen yang menjadi watak organisasi berarti HMI
harus mampu mencari, memilih dan menempuh jalan atas dasar keyakinan dan
kader HMI harus berkualitas sebagaimana digambarkan dalam kualitas insan cita
HMI.
berkata, ada tiga kekuatan kunci saling bertaut telah menciptakan HMI begitu
Independensi. Ketiga kekuatan tersebut merupakan kesatuan tidak tercerai dan dia
Nah, agar HMI terus kuat dan dapat menjadi tumpuan masyarakat, seperti yang
harus dipupuk dan dirawat dengan baik. Bagi setiap kader harus terus
lainnya, yang terpenting juga dalam kondisi politik praktis saat ini yang saling
menarik massanya, tentunya HMI menjadi target. Maka dari itu, HMI dan
kadernya dapat menjaga juga merawat independensi agar dapat berpihak pada
Sekretariat HMI Komisariat yang ada di HMI Cabang Medan. Entah berapa gelas
kopi sudah dihapuskan dan entah berapa “balok” (baca: batang) r*k*k (sensor,
nanti ada yang masih BO) beradu di mulut. Awalnya kita membicarakan tentang
budaya menulis di HMI saat ini. Yang saya maksud di sini bukan menulis
percakapan sehari-hari lewat media sosial online. Akan tetapi, tulisan-tulisan yang
mengatakan jarang sekali kita menemukan adanya tulisan kader-kader HMI yang
di muat di media cetak atau media online. “Ah...mungkin kau gak up to date,
asyik lihat vidio Instagram?”, tanyaku dalam canda pada salah satu teman. “Iya
Bang, kita ambil saja contoh ketika perlombaan menulis esai yang
“Ummm...ini kau karena juara satu ini?”, tanyaku lagi dalam canda.
Kalau kita baca literatur-literatur HMI. Kader-kader HMI di zaman tak enak
(dahulu), banyak sekali kader-kader HMI yang menulis. Lafran Pane, Nurcholish
Madjid, Ahmad Wahib, Endang Saifuddin Anshari, Yudi Letief, Fachry Ali,
Alfan Alfian dan sederetan nama-nama lainnya. Mereka sadar waktu itu, bahwa
dalam dunia keilmuan. Menyampaikan ide atau gagasan lewat tulisan, sehingga
Menulis menjadi tradisi intelektual yang selalu mereka lakukan. Maka tidak
heran, kader-kader HMI sebelum kita banyak bisa menulis buku, mereka terkenal
Nah, untuk saat sekarang. Apakah tradisi menulis mulai turun? Bisa kita jawab
‘tidak’, bisa juga kita katakan ‘ya’. Kenapa demikian? Tradisi kader HMI yang
jumlahnya dalam setiap hari lewat media sosial online, tapi hanya percakapan
sehari-hari. Bisa dikatakan menurun, karena yang kita maksud bukan menuliskan
atau esai-esai lainnya, sangat minim tulisan kader-kader HMI tentang yang
demikian.
Dapat kita teliti, atau amati bersama. Bagaimana minat kader HMI untuk menulis
maupun media cetak. Dari ribuan bahkan jutaan kader HMI saat ini, berapa
persenkah yang menjalankan tradisi menulis? Bukankah dengan menulis kita bisa
mentransfer ilmu-ilmu yang kita dapat kepada orang lain? Akankah kita lenyap
apabila tidak ada lagi tradisi menulis? Terus siapa yang menuliskan peristiwa di
Saya pikir, berkurangnya tradisi menulis bukan hanya terjadi HMI Cabang
Medan. Mungkin masih ada beberapa HMI Cabang di seluruh Nusantara yang
mengalami hal yang sama. Nah, untuk itu, kita harus mempunyai motivasi yang
Terlepas apa yang ia tulis, sesuai genre yang ia suka. Yang intinya kader HMI
harus menulis. Kiranya tulisan tersebut pun yang baik dan bernuansa ilmu
pengetahuan alam, sosial, budaya, politik, agama dan bagian ilmu pengetahuan
lainnya.[]
Hakikat Menjadi Seorang Kader HMI
Menjadi kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) untuk saat ini tidaklah sulit.
Secara formalitasnya, setelah dinyatakan lulus Latihan Kader I (LK I) atau nama
HMI dinyatakan sah menjadi seorang kader HMI. Demikianlah syarat formalitas
kader HMI? Nampaknya begitulah yang banyak terjadi dilingkungan HMI saat
ini. Status kader hanya formalitas belaka. Tidak terlihat bagaimana ciri kader yang
benar-benar kader HMI. Tidak mencerminkan sebagai kader HMI. Maka dari itu,
Perlu sekali kita ketahui dan harus tertanam di dalam hati kader HMI, bahwa yang
dimaksud dengan kader itu adalah sekelompok orang yang terorganisir secara
terus menerus akan menjadi tulang punggung bagi kelompok yang besar. Dengan
demikian seorang kader mempunyai tanggung jawab yang besar di dalam suatu
Kader disebutkan sebagai tulang punggung, dapat kita bayangkan jika seseorang
tidak memiliki tulang punggung, maka seseorang tersebut tidak akan kuat berdiri
dan mudah roboh. Begitulah pentingnya kader sebagai tulang punggung di HMI.
Maka dari itu, ciri atau hakekat seorang kader HMI harus terwujud dalam empat
hal yang paling pokok. Pertama, seorang kader HMI harus bergerak dan terbentuk
dalam HMI yang mengenal aturan main dalam ber-HMI. Seorang kader HMI
masing-masing.
Kedua, seorang kader HMI mempunyai komitmen kuat (permanen) yang terus
menerus ia lakukan sesuai dengna tujuan dan arah perjuangan HMI. Dia tidak
mengenal semangat musiman dalam ber-HMI, akan tetapi komitmen itu utuh dan
kebenaran.
Ketiga, seorang kader memiliki bobot dan kualitas diri sebagai tulang punggung
yang lebih besar. Maka, fokus seorang kader HMI adalah peningkatan kualitas,
baik itu kualitas iman dan ilmu. Akan tetapi tidak menyampingkan juga
kader) harus menjadi salah satu titik fokus seorang kader HMI.
Terakhir, keempat, seorang kader memiliki visi (pandangan), misi (tujuan) dan
lingkungannya. Maka dengan ini gerakan-gerakan amal sholeh (amal baik) harus
kehidupan sehari-hari oleh setiap kader HMI. Hakekat menjadi seorang kader
HMI seperti yang saya jelaskan di atasdapat terwujud dengan cara mandiri karena
Kedua faktor tersebut harus dilewati oleh setiap kader HMI supaya betul-betul
“Awalnya aku tak percaya kalau HMI ini dikatakan telah degradasi. Akan tetapi,
setelah perjalananku sampai hingga saat ini, aku baru percaya bahwa rumah kita
Tulisan di atas adalah perkataan seorang kader HMI, teman saya, dan bahkan
teman banyak kader-kader HMI, yang kami harapkan dapat membawa HMI ini
lebih baik dan kembali menghidupkan ruh HMI yang telah lama hilang di Cabang
Medan. Kata-kata di atas masih terus terngiang di telinga saya. Sore hari itu,
Awalnya ia tidak percaya bahwa HMI kita saat ini sangat jauh menurun dan betul-
dengan saya. Lewat literatur-literatur yang ada tentang HMI, walau tidak seratus
persen, saya percaya memang HMI saat ini sudah mengalami degradasinya.
Awalnya penilaian kami sangat berbeda, tapi di sore hari itu, apa yang pernah
Lewat literatur-literatur yang sifatnya kritik dan otokritik terhadap HMI, dapat
memberikan data penjelasan kepada kita bahwa HMI saat ini telah mengalami
degradasi. Baik itu secara kualitas dan kuantitas. Dapat kita perhatikan dan
Kritik. Bukan hanya lewat tulisan Sang sejarawan HMI itu, ada juga dari buku-
buku yang lain, dari tulisan-tulisan yang lain, baik di media cetak ataupun di
media online yang membicarakan bahwa HMI saat ini mengalami kemunduran.
Apa hal yang mengakibatkan kemunduran ini? Saya hendak menuliskan dan juga
literatur, bahwa faktor menurunnya HMI saat ini adalah karena ruh HMI telah
hilang, sehingga mengakibatkan kader-kadernya jauh dari harapan HMI, tidak ada
Apa sebanarnya yang menjadi ruh HMI? Jikalau kita teliti dan tekun
memperhatikan sejarah HMI, kita akan dapat mengetahui apa sebenarnya yang
menjadi ruh utama HMI. Menurut hasil yang saya kaji, mungkin sudah banyak
juga yang mengetahui hal ini. Ruh HMI itu adalah Islam.
Dengan Islam sebagai ruh HMI, maka HMI tidak akan pernah mengalami
degradasi. Apabila ruh ini selalu tertanam di dalam hati para kader-kader HMI,
maka HMI akan meningkat secara kualitas dan kuantitas. Karena ajaran Islam
adalah ajaran yang betul-betul akan kebenarannya. Dalam sejarahnya, HMI lahir
di kala itu (1947) karena kondisi umat Islam di Indonesia. Baik kondisi Islam
dalam masyarakat biasa dan juga kondisi Islam di dunia perguruan tinggi dan
sehingga mengakibatkan kepincangan dalam sosial. Maka HMI hadir dengan ruh
Islam. ajaran Islam dipakai ketika itu sesuai dengan tujuannya seorang kader
tersebut dan apabila tidak sesuai dengan tujuannya, maka ajaran Islam itu ia
kesampingkan dan memakai konsep lain. Kader-kader HMI tidak takut lagi
kepada Allah Swt. akan tetapi lebih takut kepada sesuatu yang ia anggap penolong
berhala” di HMI.
Realitanya hari ini juga, HMI dan kader-kadernya sedikit sekali yang menerapkan
sumber konsep teori dari orang-orang yang menentang Islam. Dalam praktik
intelektualnya “meningkat”. Lihat sajalah etika atau akhlaknya ketika ada rapat-
rapat besar di HMI, seperti Kongres, Konferensi, bahkan di RAK sekalipun. Tapi
Kader-kader kita, mayoritas lebih senang hal-hal yang praktis dan pragmatis
pembicaraan yang tematis daripada yang filosofis. Kader-kader kita lebih senang
berorganisasi (kulutural).
meningkatkan kualitas iman, ilmu dan mencari ridha Allah Swt. Maka dengan
keadaan yang terus-menerus seperti ini, maka tidak heranlah HMI kurang diminati
Maka tidak ada cara lain jika HMI ini ingin kembali jaya, mulai dari tingkatan
HMI yang terendah hingga yang tertinggi, nilai-nilai Islam harus diterapkan
secara total. Di HMI jangan mencari keuntungan pribadi. Sesuatu yang benar
tertanam di hati kader, maka ber-HMI itu lebih nikmat dan dapat meningkatkan
kualitas kita sebagai kader. Dengan tertanamnya nilai-nilai Islam di HMI, maka
HMI akan melahirkan sosok pemimpin yang Islami, akademisi yang Islami,
politisi yang Islami, pengusaha yang Islami dan dapat mengisi segala lini
masyarakat dengan jiwa Islam, sehingga bermanfaat bagi seluruh umat manusia.[]
Jangan Bunuh HMI
Ada suatu tingkah laku seseorang atau sekelompok kader HMI saat ini yang
sangat susah dirubah dan ditinggalkan. Fenomena ini telah menjadi penyakit yang
menyatu, mendarah daging atau sudah akut pada mayoritas kader. Penyakit
tersebut membuat HMI semakin memudar, mundur dan kronis. Membuat HMI
hilang dan lupa akan perjuangannya. Peran HMI sudah mulai tidak menyentuh
pada kebenaran secara vertikal dan horizontal sehingga Allah Swt. pun tidak
ridho, masyarakat sudah mulai kurang simpatik pada HMI dan mahasiswa Islam
Sejarah HMI yang selalu dibangga-banggakan kader HMI telah menjadi barang
usang akibat adanya suatu penyakit. Tahukan Anda penyakit atau fenomena apa
yang saya maksud tersebut, yang efek negatifnya sangat kita rasakan secara
Bukan maksud untuk menyinggung Anda yang sudah terinveksi penyakit yang
atau anti-virusnya. Penyakit ini adalah suatu realita yang kita alami di rumah
(HMI) kita sendiri. Secara tidak sadar, penyakit kronis ini membuat kita terpecah-
berebut “kursi” numer onedi setiap tingkatan HMI. Tidak menutup kemungkinan
pada politik praktis saat ini yang tarik-menarik dan mengikat. Hal ini tentu
Saya melihat ada kader-kader HMI saat ini tidak mampu berada di posisi tengah
yang notabenenya seorang mahasiswa harus bisa menjadi jembatan atau kalau kita
Akan tetapi, yang terlihat adalah mereka berada di belakang para pelaku politik
praktis. Anda kurang percaya apa yang saya katakan? Saya tidak hendak beradu
argumen (berdebat) dengan Andah. Silahkan Anda amati sendiri di daerah Anda
ber-HMI.
Apa yang mereka harapkan?Saya tidak tahu pasti apa yang mereka harapkan.
meningkatakan nilai jual dan mengejar percikan uang logam dari pelaku-pelaku
untuk mencari jabatan di HMI supaya terkenal dan berharap dipanggil para
politisi. Kalau tidak dipanggil ia akan “melacurkan” diri. Saya heran kenapa
kader-kader HMI saat ini, ambisius terhadap jabatan di HMI. Bahkan untuk
Besar (PB) terpublis di media. Sudah meniru seperti Pemilihan Umum di negara
ini. Saya pikir ini budaya-budaya politik praktis. Di HMI kiranya tidak perlu
seperti itu. Cukup kita melihat kualitas calonnya saja, bagaimana ia berproses di
HMI.
Menurut saya, makin banyak promosi atau iklan calon Ketua Umum, maka
kekecewaan yang sangat besar. Lagi pula percuma saja seperti itu, tooh sudah ada
gerbong atau lumbung suara hesil intervensi dan instruksi dari berbagai pihak.
Kambing pun bisa menang jadi Ketua Umum kalau sudah ada gerbong dan ridho
Selanjutnya, terjun dalam dunia politik praktis demi mengharap percikan uang
logam. Saya ingin bertanya kepada Anda, boleh ya? Untuk apakah uang haram
itu? Bukankah agama Islam, yang menjadi azas organisasi kita telah melarang kita
Saya pikir, dengan tingkah laku tersebut, ia telah mencorang harga dirinya sendiri
sebagai mahasiswa yang sedang dalam dunia belajar. Ia telah menguliti dirinya
sendiri untuk siap disantap oleh “anjing-anjing”. Menelanjangi dirinya dan
bersedia “diperkosa” oleh elit-elit politik. Terdengar suara busuk yang begitu bau
dari pelakunya.
Apa yang harus dilakukan? Saya pikir Anda harus menjawabnya sendiri. Sudah
kader HMI kan? Marilah kita gali nilai-nilai luhur yang ada di HMI. Jikalau tidak
mau berubah, tinggalkanlah HMI. Jangan bunuh HMI dan janan bunuh kader-
kader yang ingin ber-HMI dengan tujuan yang murni untuk kebaikan. Fastabiqul
Khairat…!!![]
Anggota HMI Harus Utamakan Akhlak Dalam Berorganisasi
untuk mencapai aqhlaqul karimah.” Demikian pula tertuang dalam salah satu
Usaha Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang diatur oleh pasal 5 ayat (1)
HMI adalah suatu wadah yang diisi oleh mahasiswa-mahasiswa Islam (anggota
Rasulullah Saw. yang kita sebutkan di atas, pun kiranya menjadi motivasi anggota
HMI terkadang terlalu mengutamakan rasio dan bahkan terpengaruh cara berpikir
Tidaklah salah memang kita sebagai seorang anggota HMI yang notabenenya
pengetahuan dan daya pikir kita. Akan tetapi, jangan sampai kita melupakan atau
menyampingkan suatu akhlak mulia (aqhlakul karimah). Seharusnya ilmu dan
kecerdasan yang kita peroleh dapat memperkuat akhlak kita dalam berorganisasi.
Akhlak Islam menganjurkan bahwa cita-cita hidup kita semata-mata adalah untuk
sesama manusia juga akan kita dapatkan. Pun kiranya di HMI, kita mencari
Jika kita melahit kondisi anggota-anggota HMI saat ini, banyak sekali yang telah
sekitar kita, masih ada anggota-anggota HMI yang melanggar akhlak kepada
Allah Swt. Misalnya, Allah Swt. memerintahkan kita untuk shalat, akan tetapi
anggota HMI melanggar perintah Allah Swt. tersebut dengan berbagai alasan ini
dan itu. Kemudian, akhlak sesama anggota, terus kita temukan anggota-anggota
HMI yang saling memburuk-burukkan, padahal itu sama saja menggigit jarinya
sendiri.
dengan “mengangkangi” aturan main ber-HMI. Banyak anggota HMI lebih patuh
HMI (Islam) dan aturan organisasi HMI. Hal ini membuktikan bahwa, anggota-
pribadi Muslim untuk mencapai aqhlaqul karimah dan untuk mencapai tujuan
mulia harus menjadi prioritas utama bagi anggota HMI, baik hubungan secara
baik kepada sesama anggota HMI, masyarakat, dan kepada lingkungan sekitar.[]
HMI; Anak Kandung Ummat atau Anak Kandung Pejabat?
Dewasa ini banyak kalangan, baik dari internal maupun eksternal HMI, yang
pun muncul, bagaimanakah kualitas HMI saat ini? Apakah yang diperjuangkan
HMI sekarang? Berpihak ke manakah HMI saat ini? Dan banyak pertanyaan
lainnya.
Di dalam lingkungan HMI sehari-hari, kita sering kali menyebutkan bahwa “HMI
adalah anak kandung ummat”, “Di mana ada ummat di situlah HMI”. Lantas
benarkah demikian, apakah itu sekedar sloganistik dan juga sekedar penyemat?
Secara kualitas HMI, kita harus jujur bahwa HMI saat ini sangat menurun
kualitasnya. Hal itu dapat dibuktikan bahwa mayoritas kader HMI saat ini lebih
berbagai HMI Cabang se-Nusantara, betapa banyak masalah sedang dialami yang
sekedar kegiatan periodik dan sifatnya normatif. Jarang sekali kita mendengar,
adanya kader HMI berdebat bahkan sampai pada tahap tinggi terkait pemikiran
(ide-ide intelektual). Hal tersebut telah banyak dituliskan dalam buku yang
disusun oleh Agussalim Sitompul dengan judul HMI Mengayuh Di Antara Cita
dan Kritik.
Nah, sekarang apakah yang diperjuangkan HMI? Dengan terkurasnya pemikiran
kader-kader HMI terhadap hal-hal yang struktural dan taktis, tentunya pemikiran
seharusnya diperjuangkan HMI, seperti yang diamanahkan oleh azas HMI dan
Konstitusi HMI tidak terealisasi lagi secara global di seluruh wilayah Indonesia.
Dengan kondisi demikian juga, orientasi kader yang terus mencari jabatan maka
tergambarkan bahwa yang diperjuangkan kader bukan lagi tujuan universal HMI
yang termaktub dalam pasal 4 Anggaran Dasar HMI hasil Kongres XXIX
disegani.” Jarang sekali kita temukan, dengan jabatan strategis itu dia lebih kuat
Lantas, berpihak ke manakah HMI saat ini? Rakyat Indonesia (selanjutnya kita
sebut ummat) di tahun 2018 dan di tahun 2019 akan mengikuti pesta demokrasi.
Indonesia akan mengikuti pesta demokrasi pemilihan kepala daerah, dan tahun
2019 nanti akan mengikuti pesta demokrasi pemilihan legislatif dan presiden.
Nah, yang menjadi pertanyaannya, di manakah posisi HMI saat pesta berturut-
turut tersebut?
Kembali kepada judul dan slogan yang kita tuliskan di atas tadi, apakah posisi
kader HMI atau HMI itu sendiri berada dalam lingkaran para pejabat atau ummat?
rakyat Indonesia saat ini kepada para pejabat-pejabat atau kepada calon-calon
pejabat, seperti alumni HMI yang mencalonkan diri. Atau sebaliknya, kader-kader
HMI malah membantu para pejabat untuk berkampanye dengan menjual janji-
janji manis, dengan bermacam visi-misi dalam “keranjang” agama dan ummat.
lingkaran itu, maka hal itu membuktikan bahwa HMI adalah anak kandungnya
pejabat.
Jika memang kita masih mengakui bahwa HMI itu adalah anak kandung ummat,
dan bukan anak kandung pejabat, tentunya kita sebagai seorang kader harus lebih
dekat dengan ummat itu sendiri. Ketika kita memiliki alumni HMI yang menjadi
disebutkan dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) HMI. Tidak bisa lebih, apalagi
terkait intervensi politik. Seharusnya, dengan alumni kita yang menjadi pejabat
bagian daripada HMI, walaupun hanya secara garis historis. Akan tetapi, ia
(alumni yang menjadi pejabat tersebut) mempunyai kewajiban terhadap HMI,
Maka dari itu semua, untuk meningkatkan kualitas HMI, apa yang harus
diperjuangkan HMI dan di manakah posisi HMI, suasana intelektual HMI harus
persoalan yang dialami rakyat secara permanen. Kader-kader HMI berjuang tidak
tetapi harus utuh dan konsisten. Berjuang untuk ummat yang ada di Indonesia dan
tuduhan tidak baik itu, yang menyerang HMI bukanlah hal baru untuk
mahasiswa pada masa itu menudah memecah belah mahasiswa. Di zaman Orde
Lama, HMI pernah ingin dibubarkan oleh Bung Karno akibat pengaruh dari
secara politik dan paham pemikiran yang menyimpang datang bergantian seiring
bergantinya zaman.
Tujuan mereka yang menuduh HMI dengan berbagai macam isu, bertujuan supaya
HMI tidak diminati oleh mahasiswa Muslim. Mereka ingin menghancurkan HMI.
Menurut saya, itu hanya mimpi. Pekerjaan sia-sia saja. Toh, ternyata sampai hari
ini, tidak ada yang bisa. Dan HMI masih menjadi organisasi pilihan mahasiswa
Di suasana kampus, ada beberapa pertanyaan titipan dan statemen titipan ketika
HMI mengajak mahasiswa untuk bergabung dari berbagai pihak yang tidak suka
dengan HMI. Seperti, ada yang mengatakan bahwa HMI itu adalah organisasi
liberal, HMI itu organisasi sekuler, HMI organisasi Syi’ah dan lain-lainnya.
yang sebetulnya apa yang ia katakan tadi tentang istilah liberal, sekuler dan yang
lainnya tidaklah ia pahami. Dia belum membaca bagaimana HMI itu dan apa yang
diperjuangkan HMI.
Benarkah HMI itu organisasi liberal? Bahkan ada yang mengatakan HMI itu
sekuler. Nah, untuk memastikan ini, sebetulnya saya tidak mungkin membahasnya
dalam tulisan singkat ini. Kiranya nantinya ada kesempatan untuk menulis yang
khusus membahas terkait tema yang demikian. Jadi begini saja, saya menyarankan
Pertama, masuk dan bergabunglah dengan HMI, Anda akan merasakan HMI itu
secara langsung. Kedua, lakukanlah penelitian kepada HMI itu sendiri. Ketiga,
bergaullah dengan kader-kader HMI tanpa hasuk masuk menjadi kadernya. Jika
karena unsur kebencian dan tidak suka dengan HMI, karena tidak mampu
berkompetisi dengan HMI jangan menyudutkan HMI. Itu menjadi pekerjaan sia-
sia. Hal itu membuat Anda (yang memfitnah HMI) semakin terpuruk lagi.
Semakin tidak berkembang dan tidak diminati mahasiswa. Karena pada dasarnya
buruk.
Saya perlu jelaskan sedikit, bahwa HMI itu tidaklah liberal, bahkan tidak pula
liberalisme. Secara lazimnya, banyak orang memahami liberal ini dengan istilah
kebebasan atau bebas. Ya, di HMI kita diberikan kemerdekaan.Tapi perlu di ingat
Jika Anda hari ini pacaran dan melakukan praktik pacaran yang jelas-jelas
dilarang Islam, apakah Anda akan menyalahkan Islam atau perilaku Anda?
Anda melihat hari ini pejabat negara kita yang koruptor banyak dari yang
beragama Islam, apakah Anda akan mengatakan bahwa Islam itu korupsi, atau
Islam mengajarkan korupsi? Tentunya tidak. Semua yang dilakukan itu adalah
Maka dari itu, saya mengajak kepada teman-teman mahasiswa baru dan teman-
“Perempuan adalah tiang negara, bila kaum perempuannya baik maka baiklah
negaranya”.
Penuturan kata-kata di atas adalah suatu syair yang kita ketahui dari arab.
Pedoman Dasar Kohati (PDK). Syair tersebut adalah suatu harapan atau suatu
gambaran keadaan realitas dalam negara yang apabila perempuannya baik maka
Perkataan syair tersebut, penulis pernah mendengarnya dari suatu film kerajaan di
Indonesia, yaitu film Angling Dharma. Perkataan yang persis seperti di atas
pernikahan mereka. Sungguh memang perempuan menjadi sosok yang sangat luar
Landasan yang lebih kuat lagi tentang kedudukan tinggi perempuan bagi kita yang
menyebutkan kedudukan seorang ibu sampai tiga kali dan keempat kalinya
barulah ayah. Kejadian hadist itu ketika seorang sahabat bertanya tentang hal itu.
Betapa Nabi Allah juga berangkat dari perjuangan membela kaum perempuan
perempuan nan sangat mulia hatinya dan kuat imannya, yaitu adanya ummul
mukminin atau perempuan shaliha (muslimah yang taat) yaitu Siti Khadijah (isteri
pertama Rasulullah SAW), Siti aisyah (isteri Rasulullah SAW. atas berkatnya
hadist-hadist bisa dapat diketahui secara pasti) dan Siti Fatimah (putri Rasulullah
dan isteri imam Ali). kiranya tokoh-tokoh tersebut dapat menjadi inspirator
tokoh-tokoh muslimah lainnya yang telah banyak berjuang untuk kebaikan selama
Marilah kiranya kita lihat keadaan mayoritas perempuan Muslim Indonesia hari
belum sama sekali paham dengan apa yang dialaminya saat ini. Perempuan
mencerminkan sebagai Muslimah yang baik. Saat ini, perempuan yang beragama
Perempuan yang menutup auratnya dikatakan tidak zamani dan kolot, sedangkan
suatu tranddan dikatakan maju. Sungguh pola pemikiran yang salah pada
dirinya.
pakaian ala Belanda mereka tidak mau bahkan lagu-lagu Barat menjadi lagu-lagu
nasionalismenya, dengan sikap itu perempuan ikut berjuang untuk negara dengan
Apakah mereka berjuang dengan cara apa yang bisa dibuatnya untuk
sekarang kita lihat lewat begitu saja didepan mata kita setiap harinya. Hal itu
menjadi suatu kebanggaan bagi mereka, lebih miris lagi saat ini banyak kita lihat
Berangkant dari kondisi ini, jauh-jauh hari sudah lama realitas ini ditangkap oleh
satu kelompok intelektual muslimah, maka dari itu dibentuklah Korps HMI Wati
(KOHATI), suatu lembaga semi-otonom dibawah naungan Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI). Di dalam lembaga semi-otonom ini jelas diisi oleh mahasiswi-
mahasiswi Islam (Muslimah) atau sering kita sebut HMI-Wati yang telah dikader,
pembangunan negara.
ilmu agama sebagai landasan atas keimanan, ilmu pengetahuan dan tekhnologi
untuk kemudahan dalam aktivitas di dunia, serta keterampilan yang tinggi dengan
Labih lanjut, tujuan KOHATI yang diisi HMI-Wati adalah terbinanya muslimah
yang berkualitas insan cita. Dimana kita ketahui kualitas insan cita dalam tafsir
tujuan HMI itu terdiri dari : (a). Kualitas Insan Akademis, (b). Kualitas Insan
Pencipta, (c). Kualitas Insan Pengabdi, (d). Kualitas Insan yang bernafaskan Islam
dan (e). Kualitas Insan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil
berkualitas atau menjadi sosok perempuan yang ideal, ada kualifikasi yang sudah
dibuat telah menjadi konsep pengembangan kualitas diri HMI-Wati. Dengan itu,
masa kini.
Dari hal-hal di atas, akan lahirlah HMI-Wati yang menjadi sosok perempuan yang
ideal, perempuan yang penuh keimanan, perempuan yang akan berguna untuk
negara dan bangsa dan juga keluarganya. HMI-Wati tidak mudah terpengaruh
siap menghadapinya dan tidak menjadi korban. HMI-Wati tidak akan menjadi
Dengan kualitas insan citanya, dan proses yang dialaminya (proses psikologi dan
intelektual), jadi HMI-Wati dengan kemampuan atau kualitas iman yang kuat,
intelektual yang tinggi, perempuan yang mandiri dan perempuan yang bermoral.
Allah Swt menegaskan: “Barang siapa mengerjakan amal kebajikan, baik laki-
laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik, dan akan kami berikan balasan dengan pahala
yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. An-Nahl; 16 : 97).[]
Kader-Kader HMI Yang Sedang Kronis
Ide tulisan ini terlintas cepat di pikiran saya waktu tengah malam, sekitar pukul
00.30 Wib, ketika duduk di halaman depan tempat tinggal saya (kontrakan). Saat
saya me-review kembali aktivitas yang saya lakukan dari mulai bangun tidur
hingga hendak mau tidur. Saya takut dia liar ke mana-mana, ide yang terlintas ini
Proses ketika mengingat ulang kembali aktivitas saya lakukan dari pagi hari
hingga malam hari, saya terhenti pada satu aktivitas dimana ketika saya berdiskusi
dengan beberapa kader-kader HMI Cabang Medan. Sebut sajalah nama mereka si
Anu,Fulan, Hidun dan yang lainnya. Mereka dari Komisariat-komisariat yang ada
Dari tujuh orang yang menjadi teman saya berdiskusi pada waktu itu, tidak satu
pun dapat menjelaskan bahkan tidak satu orang pun yang pernah membaca
nasional atau pun Sejarah HMI Cabang Medan, sejarah cabangnya sendiri.
Apalagi ketika diminta menjelaskan Nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI, sungguh
Dari kepolosan mereka menjawab dengan tidak mengetahui dan tidak pernah
membaca tentang ke-HMI-an, saya begitu geram dan “marah”. Tapi kemarahan
itu saya “lemparkan” dengan senyuman yang terpaksa ramah. Tidak etis rasanya
marah pada mereka atau bahkan mengatakan mereka buta akan sejarah HMI.
Bukan bermaksud dari mereka lalu saya mengeneralkan seluruh kader HMI buta
juga akan ke-HMI-an. Tapi saya berani menjamin, diantara seluruh kader HMI di
Indonesia ini mayoritas jumlahnya banyak yang tidak mengetahui, belum “duduk”
dan bahkan tidak dapat menjelaskan ke-HMI-an, apalagi NDP HMI. Saya yakin
Kalaulah seorang kader tidak paham akan ke-HMI-an, secara sejarah, konstitusi,
mission, filosofis pendirian dan perjuangan, bagaimana mungkin dia (baca: kader)
HMI cinta, loyal dan militan kepada HMI? Bagaimana mungkin dia tahu garis
perjuangan HMI? Maka sering timbul kecintaan yang “buta” dan tahu HMI atas
Bolehlah kiranya saya mengatakan bahwa saat ini mayoritas kader HMI sedang
kader-baik itu kualitas intelektualnya, krisis moralitas, krisis etika, krisis religius,
krisis ideologi, krisis independensi dan krisis kualitas HMI lainnya. Kita pun
Kenapa di era kemajuan zaman ini malah menurun kualitas kader HMI?
Bukankah di zaman sekarang ini kita sebagai kader HMI lebih mudah mengakses
hedonis dan pragmatis yang lebih cepat berkembang biak dan kita biarkan di
tubuh HMI? Padahal kita mengetahuinya itu suatu penyakit yang sangat
kader.
(keintelektualan). Cenderung juga kita menghadapi krisis kader yang tidak sesuai
Tulisan ini sebenarnya berawal dari diskusi ringan saya dengan seorang kader
HMI Cabang Medan. Pembicaraan kami terkait kondisi HMI saat ini,
terkhususnya kondisi kader-kader HMI saat ini. Kondisi atau fenomena yang
dimaksud tersebut memang sudah lama ada di HMI. Ini mungkin baru ia (teman
saya tersebut) rasakan setelah melihat teman-temannya ada yang kurang aktif dan
bahkan tidak aktif lagi selepas Basic Training atau Latihan Kader I (LK I).
Hukum Seleksi Alam berlaku. Itulah kira-kira fenomena yang kita maksud. Pada
dalam hal spesies makhluk hidup. Tapi ini lebih tepatnya kita gunakan dalam
dapat kita katakan: satu per satu “hilang”, tidak aktif karena mungkin tidak
Anggota Muda yang habis Maperca saja terseleksi oleh alam ya Bang?”,
ungkapnya dalam tanya. “Ternyata seorang kader yang sudah LK I pun ada juga
“Ooohh...itu sudah biasa”, saya jawab dengan sedikit jutek. “Jadi itu bagaimana
kurang aktif. Padahal seleksi masuk LK I susah kali di HMI Cabang Medan ini”,
tanya lagi. “Yaa..., seleksi alam memang berlaku. Bukan di HMI saja, bahkan
sendiri. Ada sesuatu faktor penyebab yang membuat kurang aktifnya mereka.
Banyak memang kader HMI selepas Latihan Kader tidak terlihat lagi aktivitasnya.
Berbagai faktor penyebabnya pun tentu mempengaruhinya. Ada sesuatu hal yang
harus dilakukan supaya hal tersebut dapat diperkecil peminatnya. Menurut saya,
Pertama,harus ada motivasi yang kuat untuk setiap setiap kader HMI. Ber-HMI
dorongan secara sadar yang kuat untuk ber-HMI. Kedua, harus mempunyai tujuan
(visi-misi) di HMI yang terarah dan jelas. Ketiga, harus ikhlas dalam mengerjakan
kejenuhan itu sudah sifat alamiahnya manusia. Maka dari itu, buatlah suatu
harus ditingkatkan. Apa yang dilakukan itulah yang didapatkan. Hasil tidak akan
pernah menghianati proses. Yang namanya proses, hasilnya bisa cepat datang
Sebetulnya judul di atas sudah lama saya simpan dalam catatan pribadiku. Setelah
sekaranglah baru dapat sedikit saya tuliskan bagaimana maksud judul itu. Tulisan
ini pun tidaklah dalam bentuk artikel ilmiah sebagaimana tulisan-tulisan saya
sebelumnya tentang HMI. Tulisan ini lebih cenderung seperti catatan ringan saja,
atau semacam catatan kaki dan menurut saya sangat perlu untuk direnungkan.
Mulanya saya dilema pikiran apakah ikut Pelatihan Khusus untuk menjadi
Instruktur di HMI (Senior Course atau Training Instruktur) sekitar Februari 2016
lalu. Setelah ber-ijtihad dengan diri sendiri, saya pun memutuskan untuk ikut dan
Menjadi instruktur HMI berari siap mengabdikan diri untuk HMI, menjadi
Seperti apakah yang dimaksud “jalan sunyi” itu? Kata-kata ini (jalan sunyi) saya
dapatkan dari seorang instruktur HMI yang menjadi Master of Training kami
Februari 2016, Roni Gunawan. Saya juga tidak tahu darimana istilah itu ia
dapatkan.
Dikatakan “jalan sunyi” kerena sedikit sekali kader yang melewati proses ini
(menjadi instruktur), adapun yang ikut pelatihannya cukup banyak, tapi pada
pertengahan jalan habis tereliminasi (seleksi) oleh alam sendiri. Hal ini juga
menjadi instruktur. Menurut saya ini juga bagian dari kelemahan HMI saat ini
menurun.
Sudah lebih dari satu tahun, tepatnya satu tahun dua bulan, sayatelah berada
di“jalan sunyi” ini. Awalnya saya dan teman-teman (seangkatan) itu berjumlah
belasan orang, tapi sekarang yang aktif hanya sedikit. Dengan alasan dan kendala,
teman-teman yang lain pun sudah ada yang tidak aktif dan kurang aktif. Tentunya
Di usiayang seumur jagung ini, sata pun bertambah semangat berada di “jalan
sunyi” setelah beberapa teman-teman kader HMI Cabang Medan ikut bergabung
di “jalan sunyi”. Seleksi alam juga tetap berlaku kepada mereka. Semua proses
harus dilewati setelah forum SC. Apalagi di HMI Cabang Medan, untuk menjadi
instruktur HMI sangat banyak sekali hal-hal yang harus dilewati supaya menjadi
Instruktur Penuh dan baru dapat dapat dilantik dan serta baru bisa menjadi Master
Menjadi instruktur di HMI (jalan sunyi), sangat berat peran dan tanggung
jawabnya. Selain wawasan keilmuan yang harus mumpuni, sikap atau akhlak juga
harus dijaga. Banyak sekali “zona nyaman” yang harus ditinggalkan. Jika seorang
dan psikologi, maka seorang instruktur tersebut akan “mati” sendiri. Instruktur
terlibat di dalamnya secara langsung. “Jalan sunyi” ini adalah satu pilihan di mana
kita harus siap mengabdi. Siap tenaga dan waktu terkuras demi perkaderan HMI
dan juga semuanya harus dilalui dengan ikhlastanpa pamrih. Instruktur HMI se-
memperbaiki HMI yang mana pada saat ini mengalami kemerosotan secara
kualitas dan kuantitas. Semoga Allah Swt. merahmati dan meridhoi kita.[]
BPL HMI Sebagai Benteng Pertahanan HMI
pola pikir, visi, orientasi serta berwawasan ke-HMI-an yang paling dasar. Posisi
dan peranan Latihan Kader adalah untuk meletakkan dasar-dasar bagi setiap kader
HMI agar siap mengemban amanah dan tanggungjawab guna membangun bangsa
Pelatihan (training) di HMI sangat menentukan gerak dan dinamika para kader
dan juga gagasan dasarnya maka akan salah pula pengembangan bentuk-bentuk
BPL HMI adalah badan pembantu HMI (pasal 2 PD BPL HMI) yang
tingkat HMI Cabang (pasal 3 PD BPL HMI). Walau BPL hanya sebagai badan
di atas tadi, lembaga ini (baca: BPL HMI) di setiap tingkatan harus mampu
merumuskan suatu konsep pelatihan agar kader yang dihasilkan dari “rahim”
Secara tugasnya, BPL harus (a). Menyiapkan pengelola latihan atau Sumber Daya
Manusia (SDM) atas permintaan pengurus HMI setingkat (PB HMI dan atau HMI
Cabang). (b). Selain menyiapkan SDM sebagai pengelola latihan, lembaga ini
Dan (f). BPL harus memberikan informasi kepada pengurus HMI setingkat
Selanjutnya, wewenang BPL HMI dibagi berdasarkan tingkatan, yaitu: (a). BPL
pelatihan di tingkat nasional yang meliputi Latihan Kader III (LK III), Pusat
menyiapkan pengelolaan pelatihan yang meliputi Latihan Kader I (LK I), Latihan
Kader II (LK II) dan latihan-latihan ke-HMI-an lainnya. Dan yang terakhir, (c).
BPL (di setiap tingkatan) dapat menyelenggarakan training lain yang berkenaan
adalah suatu lembaga atau badan pertahanan HMI. Selain daripada itu, BPL HMI
tentunya di isi oleh para orang-orang yang sudah mengikuti pelatihan khusus
untuk menjadi seorang instruktur. Di mana, seorang instruktur adalah suatu status
yang sangat langka, dan hanya sedikit kader HMI yang mencapai dan sanggup
sangat luas wawasannya. Jika tidak demikian, berarti statusnya seorang instruktur
Selain alasan yuridis seperti yang kita jelaskan tersebut, BPL menjadi badan atau
lembaga pertahanan HMI, maksudnya adalah saat ini, seperti yang kita ketahui
bahwa HMI “diserang” dari berbagai arah, dari berbagai sisi dan dari berbagai
media. Misalnya dari sisi ideologi, banyak kader-kader kita mulai terpengaruh
Dari segi aktivitas, budaya dan karakter misalnya, kader-kader kita mayoritas
semakin menipis. Belum lagi jika kita lihat pada segmen keagamaannya, banyak
sekali hari kader yang melalaikan perintah Tuhannya sendiri. Dan banyak segi-
Oleh karena itu, BPL sebagai lembaga yang mempunyai tugas dan fungsi dalam
ranah perkaderan menjadi benteng pertahanan dari hal-hal yang negatif seperti
yang kita sebutkan tadi. Personil BPL, yang notabenenya seorang instruktur HMI,
HMI. Dan BPL HMI terus menerus mengkaji dan mebuat suatu pelatihan yang
yang berkualitas. Berkualitas dari segi agama (iman), berkualitas dari segi
yang bermanfaat bagi orang banyak (ummat), hal demikianlah yang disebutkan
gerakan amal shaleh (amal kebaikan). Hal itu, mayoritas kita dapatkan dari medan
training yang dikelola oleh BPL HMI. Kiranya lembaga BPL HMI terus dapat
eksis dan tetap menjaga diri dalam kesucian perkaderan HMI. Jangan sampai BPL
HMI terpengaruh akan hal-hal yang sifatnya praktis tidak membangun HMI
Jika dahulu awal-awal reformasi banyak kritikan atau otokritik kepada Himpunan
HMI Mengayuh Di Antara Cita dan Kritik dan juga di berbagai literatur lain.
Kritikan tersebut memang benar adanya. Di mana kader HMI secara kualitas
Hal tersebut masih dirasakan saat ini. Menurunnya kualitas intelektual kader HMI
kader HMI. Kader-kader HMI lebih menyukai kegiatan-kegiatan yang taktis dan
mencari tujuan dengan praktis, daripada hal-hal yang strategis. Tradisi seperti
membaca, menulis, diskusi, seminar, penelitian dan tradisi intelektual lainnya jauh
Budaya-budaya hedonis menjadi sesuatu yang akut bagi kader-kader kita. Kader
dengan dunia maya. Seharusnya kader-kader HMI menjadi aktivis sosial, sekarang
Yang kita sebutkan di atas adalah bagian dari penurunan kualitas kader yang
sering di kritik oleh orang-orang banyak. Akan tetapi, hari ini kita juga
organisasional. Mungkin faktor ini sudah pernah disinggung oleh warga HMI,
akan tetapi secara praktiknya yang sudah klimaks baru kita lihat sekarang. Faktor
yang kita maksudkan tersebut adalah kurang taatnya kader-kader HMI pada aturan
hukum (rule of law) atau aturan main (rule of game) dalam ber-HMI, yaitu
Konstitusi HMI.
Kader-kader kita lebih patuh kepada seseorang yang ia segani atau lembaga yang
dengan Konstitusi HMI. Aturan main ini telah banyak dikangkangi oleh kader
suatu aturan telah dikesampingkan maka yang terjadi adalah kehancuran. Jika
demikian yang terjadi, tidaklah ada bedanya dengan istilah homo-homo ni lupus
(yang kuat memakan yang lemah). Dan sering memaksakan dan menghalalkan
Bukti konkrit dari faktor tersebut adalah dipaksakannya kehendak pribadi atau
HMI. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya terlihat bentrok antar sesama kader
HMI. Lihat contohnya, beberapa HMI Cabang yang ada dari Sabang hingga
bubarnya HMI.
Untuk itu, setiap kader HMI harus betul-betul mempelajari, memahami dan
Konstitusi HMI baik dalam bentuk soft copy maupun hard copy. Jika kita ingin
Tadi siang ketika saya tertidur, saya bermimpi yang berkaitan dengan HMI, lebih
tepatnya berkaitan dengan Konferensi HMI Cabang Medan XLIII yang sedang
berlangsung. Saya yakin, mimpi itu bukan sekedar bunga tidur. Mimpi itu adalah
luapan emosional yang tidak terungkapkan atau tidak terluapkan di alam nyata,
kemudian dia (mimpi tersebut) memberontak keluar dari alam bawah sadar:
mimpi. Saya juga yakin, itu bukan sekedar mimpi yang harus dilupakan begitu
saja. Mimpi itu sangat berarti dan harus saya tuliskan. Karena menurut saya,
mimipi itu adalah potret kader-kader HMI saat ini, tepatnya juga potret keadaan
Bagaimanakah cerita mimpi saya itu? Saya harap Anda sabar dulu untuk ingin
saya, mimpi itu adalah “bisikan” Tuhan lewat alam bawah sadar: mimpi. Kalau
saya sadar, pasti saya tidak mampu menangkap bisikan itu. Kalau Anda
menganggap ini lelucon dan hanya sekedar mimpi, tidak apa-apa. Yang penting
Anda bisa maksud. Bukankah banyak Nabi dan atau orang-orang mendapat
wahyu, hidayah atau petunjuk lewat mimi? Sampai-sampai ada yang mengaku
jadi malaikat dan jadi Nabi. Itu memang orang sinting. Tapi, saya tidak mengaku
Malaikat, Nabi atau menjadi penyelamat di tengah kronisnya HMI saat ini. Saya
hanyalah kader HMI yang biasa-biasa saja. Kalau tidak sesuai, ya...saya kritisi dan
kasih saran. Kalau saya salah, Anda jangan membiarkan saya dalam “jurang”
kesalahan itu.
Bagaimana mimpi saya itu? Baik, karena Anda bertanya terus, saya akan
orang yang ada dalam mimpi tersebut, walau saya kenal mereka. Mimpi itu kira-
kira begini: “Ada satu orang calon Ketua Umum HMI Cabang Medan periode
2017-2018 menghampiri saya dengan wajahnya yang cukup kecewa. Dia kecewa
dan kesal karena hasil Rapat Harian Pengurus HMI Komisariat (salah satu HMI
Komisariat di HMI Cabang Medan) “dikangkangi” dan tidak dihargai lagi oleh
Di dalam mimpi itu, saya langsung tanyakan kepada Pengurus Komisariat yang ia
Secara organisasi, kepada siapakah Kader HMI tunduk? Tentu pada aturan main
organisasi tooh. Lantas kenapa “berhala-berhala” itu ditakuti dan mau ikut
Menurut saya, kalau itu benar-benar bagian dari adab, ya...sah-sah aja. Tapi kalau
tujuan mengharapkan “intervensi” supaya mendapat dukungan, menurut yang
Begitulah kira-kira mimpi saya itu. Tidak terlalu panjang memang. Karena mimpi
itulah saya terbangun, kemudian memaksa saya meraih pena dan kertas yang
berada di dekat saya. Kiranya Anda memahami maksud dari mimpi itu.
Sebagai seorang Kader HMI-yang katanya dekat dengan ummat, anak kandung
ummat, dan ummat adalah manifestasi Tuhan di muka bumi ini. Kepada siapakah
dan “harus pilih ini-harus pilih itu”. Atau Kader HMI menghambakan diri kepada
(tersurat dan tersirat) menjadi pegangan Kader HMI selain adanya otoritas-praktis
organisasi lainnya.
membawa perubahan HMI ke arah yang lebih baik menjadi bagian dari faktor-
“berhala-berhala” kontemporer.
Perlu kiranya kita ketahui dan pahami secara sadar-seperti kata-kata bijak
mengatakan: “Setiap orang ada masanya dan setiap masa ada orangnya”. Nah,
sekarang kita telah menjadi kader dan Pengurus HMI (baik disetiap tingkatan),
tentunya ini pun masa kita ber-HMI dan menorehkan sejarah kita. Di HMI tidak
supaya tahu mana etis-tidak etis, supaya tahu baik-tidak baik dan supaya tahu arif-
tidak arif. Nilai-nilai positifnya kita pegang dan siap diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
Jangan nanti setelah selesai ber-HMI, baru kita “sibuk turun” ke gelanggang HMI.
Walau memang masih ada tanggungjawab historis dan menjaga nama baik
begitu” dan “harus pilih si ini-harus pilih si Anu, karena “kepentingan”. Saya pikir
perilaku yang seperti itu (menurunkan “firman”) tidaklah etis dan tidak arif.
Cukuplah ide-ide kontruksi (moril) dan sumbangan materil yang halal tanpa
pamrih diberikan kepada HMI. Mengingat itu sebagai bentuk terimakasih kita
kepada HMI karena telah memberikan suatu pengalaman yang mengajarkan kita
tentang kehidupan.
Untuk seorang kader HMI, garis independensi di HMI sudah jelas dirumuskan.
kader sehari-hari. Cukuplah kita menghamba kepada Sang Khalik, Tuhan yang
Bismillahirrahmanirrahim
(“Kami rela Allah Tuhan kami, Islam agama kami dan Muhammad Nabi dan
RasulAllah”)
Dengan kesadaran dan tanggung jawab, kami pengurus …….. dengan ini berjanji
dan berikrar :
Mahasiswa Islam (HMI) di seluruh Cabang HMI pasti pernah mengucapkan bunyi
ikrar dan janji di atas, bahkan ada yang mengucapkannya lebih dari satu kali.
Secara prosedur pelatihan, walau sedikit berubah redaksi bahasa, setiap kader
(ikrar), jika dia telah mengikuti seluruh training formal HMI berarti sebanyak
itulah ia berarjanji dan berikrar kepada HMI. Nah, itu masih dalam pelatihan
HMI. Jika kita telusuri lagi lebih jauh, pada pelantikan kepengurusan HMI di
Apakah ikrar dan janji tersebut diucapkan hanya sebagai pelengkap syarat formal
saja? Tidakkah di dalam isinya itu ada nilai-nilai yang sakral untuk dijadikan
norma dalam berorganisasi? Saya melihat hari ini banyak sekali kader-kader HMI,
tidak menutup kemungkinan saya juga, melanggar nilai-nilai dalam isi ikrar
tersebut.
bahwa tanda-tanda orang munafik itu ada tiga. Yaitu, jika berbicara ia bohong,
Jika kita merujuk kepada hadist Rasulullah Saw. tersebut, terbuktilah bahwa
Alasannya adalah banyak sekali kader-kader HMI yang melanggar apa yang ia
katakan di dalam ikrar tersebut sebagai bentuk janji, tapi dilanggar. Misalnya,
Allah Swt. diakui sebagai Tuhan yang menciptakannya dan Maha Kuasa, akan
tetapi pada praktik dalam berorganisasi, ada kader-kader kita yang lebih takut
Tuhan.
Di dalam ikrar dan janji tersebut, kader-kader mengatakan bahwa Islam adalah
berorganisasi, kader-kader kita sangat jauh dari nilai-nilai dan prilaku yang Islami.
Dan banyak pula yang lebih mengikuti “Sunnah nabi-nabi” di HMI daripada
Lebih lanjut lagi, kader-kader kita mengatakan, dalam berorganisasi harus tunduk
Himpunan lainnya), ternyata pada praktiknya labih banyak yang dilanggar dengan
tujuan untuk memuluskan tujuannya. Segala cara pun dihalalkan untuk mencapai
tujuan. Tidak peduli ia membunuh siapa, yang terpenting apa yang ia inginkan
harus ia dapatkan. Tidakkah kita ingat ikrar dan janji yang kita ucapkan
sebelumnya?
Dengan sedikit perenungan ini, saya membuat hipotesa bahwa banyak sekali
orang-orang munafik di rumah kita, HMI. Kiranya ikrar dan janji yang kita
ucapkan itu harus benar-benar tertanam di dalam hati, pikiran kita dan dibuktikan
terhadap Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), baik yang nampak dalam media
online maupun dalam forum-forum diskusi. Kritikan itu terjadi bukan tanpa sebab,
karena ada suatu sebablah sehingga kritik pedas pun datang pada HMI.
Komisariat HMI) hari ini kurang jelas ke mana arah perjuangannya. Sangat terasa
sekali ada sesuatu yang hilang di HMI. Seperti, budaya-budaya intelektual HMI,
kalau adapun itu, pasti tidak berbanding lurus dengan banyaknya kader-kader
dan independensi kader HMI pun banyak yang telah menggadaikannya, bahkan
lihat, di sana-sini, kader HMI melakukan aksi, akan tetapi ia seperti: “Angkat
untuk mengisi kantong yang sedang kritis. Terkadang, kader-kader HMI lebih
bangga bertemu dengan seorang pejabat dibanding bertemu dengan seorang rakyat
yang sedang kesusahan. Kader-kader HMI terlihat bangga berfoto, bahkan selfie
dengan seorang pejabat tersebut. Bahkan yang lebih miris lagi, ada seorang kader
Dan ada pula kader-kader HMI, yang diberi amanah untuk mengemban misi HMI,
pajabat, ia akan mendapatkan uang dan kantong tipis akan jadi tebal.
Kalau ingin mencari uang, jangan di HMI, lebih baik bergabung dengan Go-Jek,
menjadi Driver Go-Jek. Pekerjaan itu lebih menjamin untuk mendapatkan uang
halal. Jika Anda mengatakan karena cinta pada hijau-hitam, tooh Go-Jek juga
dan dapat membantu ekonomi Anda. Sedangkan jika Anda menggadaikan atau
Menjadi kader HMI bukan untuk mencari jabatan dan kepentingan materi (uang)
Seorang kader HMI harus sadar dan meluruskan orientasinya dalam berorganisasi.
Ber-HMI bukan untuk mencapai tujuan pribadi, jika tujuan pribadi Anda tidak
sesuai dengan tujuan HMI, maka jangan masuk HMI atau keluarlah dari HMI.
Carilah suatu organisasi atau komunitas yang sesuai dengan tujuan Anda. Jika
Anda seorang kader HMI ingin mencari uang di HMI, saya sarankan kembali
lebih baik Anda menjadi Driver Go-Jek. Itu lebih baik dan halal. Janganlah
dengan tujuan HMI yang berada pada pasal 4 Anggaran Dasar HMI. Tujuan HMI,
Sitompul, 2008:11).
Menurut hemat penulis, perkaderan adalah jantung dari HMI. Tidak akan hidup
organisasi ini (baca: HMI) apabila perkaderannya tidak berjalan. Tentunya kita
seperti ini, “HMI tidak perlu ada. Karena apa yang dilakukan HMI dapat
dilakukan oleh Corps Mahasiswa (CM), bisa dilakukan PPMI, KAMI dan
organisasi lainnya pada masa itu. Akan tetapi, yang membedakan HMI dengan
organisasi tersebut”.
Nah, perkaderan adalah hal yang sangat sakral dalam HMI, sangat menentukan
bagi HMI, selain tantangan eksternal lainnya. Perkaderan harus dilakukan secara
sadar, sistematis, terencana dan terukur. Perkaderan jangan dijadikan motif untuk
Visi dan misi seorang kader untuk menjalankan dan mensukseskan perkaderan itu
memang sah-sah saja. Akan tetapi, yang kita sayangkan saat ini, banyak sekali
para kader HMI, ketika ingin menuju suatu jabatan di HMI, perkaderan pun hanya
di jadikan sebagai slogan-slogan saja. Tidak terdapat solusi dan tidak terdengar
seorang kader tersebut, yang ingin menuju jabatan sebagai pimpinan di tingkatan
kepemimpin HMI. Di tambah lagi, tidak pernah terjun dalam perkaderan HMI
bagaimana perkaderan HMI itu. Slogan-slogan seorang Calon Ketua Umum pun
Untuk itu, kiranya Perkaderan HMI tidak dijadikan motif untuk “kepentingan”,
tidak pula hanya dijadikan sebagai slogan-slogan untuk menarik simpatik para
kader. Dan untuk setiap kader yang menentukan, yang mempunyai hak pilih,
atau mendukung karena kedekatan yang tidak bertujuan pada HMI, karena ada
“berhala-berhala” yang tiba-tiba turun gunung dan hal-hal negatif lainnya yang
Apabila Perkaderan HMI sudah dibawah “ketiak” kepentingan dan hanya slogan-
slogan saja, mari kita nantikan sama-sama hancurnya HMI kita ini. Supaya HMI
terus terjaga dan eksis dalam tuntunan zaman, mari dukung dan perbaiki
perkaderan HMI.[]
Syarat-Syarat HMI Sebagai Organisasi Kader
Dalam catatan harian Ahmad Wahib yang telah dibukukan dengan judul
sebagai berikut:
kurang sadar akan apa yang sesungguhnya menjadi arah dari gerak organisasi.
demagogi, yang karenanya tak akan bersifat isolatif dan membuka diri bagi dialog
Sungguh sayang bahwa sampai kini bahasa slogan dan eksploitasi sentimen-sen-
timen massa masih sering dipakai di kalangan pimpinan HMI. Sama sekali tidak
terasa adanya kehidupan kebudayaan dalam HMI yang akan selalu merangsang
kita untuk bergerak mencapai kemajuan dalam pembaharuan dan pematangan ide-
sebagai bagian. Anggapan seperti ini telah kurang “memberi waktu” untuk
mengadakan “pertemuan dengan masalah-masalah luar. Kurangnya dialog dengan
sikap kreatif maka suasana merdeka harus dijaga dan jiwa bebas ditumbuhkan.
syarat mutlak bagi hadirnya dan mampu berkembangnya sikap kreatif. Tidak ada
kreatifitas yang bisa bertahan terhadap ujian keaslian dan keunikannya sebagai
hasil daya cipta, jika tidak dilandasi oleh perasaan bebas dari segala macam
fungsionaris atau bagian diberi kesempatan untuk mencapai karier atau prestasi
yang setinggi mungkin. Ini merupakan faktor penggerak dalam organisasi dengan
demikian menyesuaikan dengan naluri-naluri asli yang ada dalam diri manusia.
Asal saja dalam berkompetisi tak ditinggalksn sama sekali faktor koperasinya,
sesuai dengan kemungkinan kemampuannya saat itu, maka kompetisi yang begini
suatu karier lebih tinggi adalah jelek, tidak ikhlas, ada interest dan sebagainya.
Ikhlas dan tidaknya seseorang tidak bisa diketahui oleh orang lain, karena itu
persoalan hati. Tapi semua yang terjadi dalam Himpunan ini, memang
organisasi berarti menimbulkan vitalitas dan dinamika dalam kehidupan dan rasa
organisasi kader, tidak ada keharusan bahwa keputusan atau sikap organisasi
harus juga menjadi sikap pribadi tiap-tiap anggota, dalam statusnya sebagai
individu. Hal ini terkecuali kalau pribadi itu berbicara dalam status sebagai wakil
organisasi. Dalam arena dimana dia berada sebagai individu biasa yang telanjang,
suatu gerakan untuk mempermak manusia dalam satu mode, dalam suatu skema
dan kategori. Mereka tidak tahu manusia itu individual. Ini membunuh
kemanusiaan kita. Dalam organisasi kader, hal seperti ini tidak boleh terjadi. Right
to dissent mesti dihormati. Karena itu keputusan bersama sama dengan mufakat
itu tidak perlu. Sistem voting adalah sistem yang lebih demokratis dan
berkemanusiaan.
Artinya, hal itu bagi HMI merupakan suatu keharusan untuk secara periodik bisa
mengembangkan diri.
Kedua belas, Struktur organisasi dan mekanismenya diatur sesuai dengan tujuan
dari proses perkaderannya.Yang kita lihat kini ialah struktur organisasi dari
Himpunan (struktur pimpinan dengan job classification-nya) sama sekali belum
generator kemajuan. Struktur yang ada sekarang sangat tidak tepat bagi sebuah
organisasi kader.
pikiran-pikiran baru. Artinya, sayang sekali dalam tingkat sekarang ini syarat ke
Masalah posisi akhir-akhir ini kelihatan menjadi masalah sensitif dalam rangka
menilai pikiran-pikiran lain. Mereka menilai posisi sebagai posisi dan tidak bisa
menilai posisi sebagai batu penyangga yang bisa perlu dan tidak perlu dalam
Dan yang terakhir adalah, sesuai dengan fungsinya yaitu pengembangan individu,
maka anggotanya merupakan suatu flux (constant flow) dan karenanya tidak
permanen.
Demikianlah beberapa syarat organisasi kader yang harus kita penuhi kalau kita
Jikalau kita melihat suatu perhimpunan atau suatu wadah, misalnya seperti
perguruan pencak silat, dipimpin oleh seorang pelatih yang tidak paham
bagaimana silat, apa yang akan terjadi pada wadah itu? Tentunya kita tahu, wadah
tersebut akan kesusahan dalam perjalanannya dan orang tidak akan yakin pada
seseorang itu (yang tidak paham silat), kemudian memutuskan akan pindah ke
wadah lain, sedangkan wadahnya yang pimpin yang tidak bisa silat tadi akan
bubar. Jikalau kita menginginkan supaya wadah pencak silat atau suatu wadahnya
lain bisa berjalan baik dan mencapai tujuannya, tentunya wadah itu dipimpin oleh
permisalannya. Lembaga pendidikan akan baik (secara sistem dan praktik) apabila
dikelola dan dipimpin oleh orang yang paham tentang bagaimana pendidikan itu,
kemungkin besar di dalamnya dipimpin atau dikelola oleh orang-orang yang tidak
Tentunya dalam bernegara juga begitu, negara akan baik apabila dipimpin oleh
seorang negarawan, dak rakyatnya juga seorang yang mencintai negaranya. Saya
sangat sependapat dengan Cak Nun (bukan Cak Nur), yang mengatakan negara ini
baik kalau sudah dipimpin seorang negarawan, dan hal ini (seorang negarawan)
bersifat independen, tidak terikat pada pihak lain, kecuali pada kebenaran (lihat
tafsir tujuan independensi HMI). Peran HMI adalah sebagai organisasi perjuangan
Dalam tulisan ini terkait judul ini, penulis tidak banyak membahas tentang apa itu
tentang perkaderan lebih efektif dibahas dalam tulisan-tulisan lain yang khusus
Kalau kita lihat struktur organisai HMI, terdapat ada dua struktur organisasi di
HMI. Struktur yang pertama adalah Struktur Kekuasaan, yang dipegang oleh
Kepemimpinan, yang dipegang oleh Pengurus Besar HMI, Pengurus HMI Cabang
dan Pengurus HMI Komisariat. Dan untuk membantu tugas Pengurus Besar HMI
maka dibentuklah Badan Koordinasi dan juga untuk membantu tugas pengurus
Secara detail dalamsatu pasal pada AD/ART HMI tidak ada pembagian ranah-
ranah perkaderan, hal ini mengingat bahwa perkaderan tugas disetiap struktur
kepemimpinan. Dalam HMI, memang dikenal dengan dua jenis perkaderan,
panitianya bisa Pengurus Komisariat bisa juga Pengurus Cabang, tapi yang tetap
Komisariat), dan Latihan Kader III dilaksanakan oleh PB HMI dan bisa juga oleh
BADKO HMI.
aktivitas lainnya yang dilakukan secara organisasional maupun kader itu sendiri
tugasnya Pengurus Cabang Medan, tentunya itu dari dahulu telah disepakati,
Pengurus Cabang ranahnya adalah perkaderan (setiap kader telah diajarkan begitu,
mahasiswa Muslim dan pembinaan kader dan ditingkat PB HMI bertugas dalam
menjaga stabilitas kebijakan politik tetapi tidak terlibat sebagai pelaku politik
Sebagai ranah perkaderan dan dalam menjaga independensinya, ada dua lembaga
yaitu di tingkat HMI Cabang dan di tingkat HMI Komisariat. Nah, ditingkat HMI
Cabang, yang sangat diidentikkan dengan perkaderan (baik formal maupun
kader-kader HMI, maka dari itu aktivitasnya harus “suci” dan “bersih” tidak
terikat pada sesuatu yang “memanfaatkan” HMI secara kelembagaan dan secara
individu seorang kader. HMI Cabang harus terus konsisten pada pekerjaannya
masalah ini, lebih lanjut telah dijelaskan oleh Sejarawan HMI, Agussalim
Kita (kader HMI) sering terjebak dalam suatu konflik atau dinamika-dinamika
HMI, terkhususnya di HMI Cabang, sering terjadi dinamika yang tidak menuju
pada perbaikan atau masih banyak memilih Ketua Umum berdasarkan unsur
politis, kedekatan dan karena satu kelompok. Jarang sekali memilih pemimpin
Tentunya kita tahu, sosok pemimpin sangat diperlukan dalam suatu wadah.
Seperti yang sudah penulis jelaskan di ataa tadi, berjalannya suatu wadah dengan
baik, apabila yang memimpinnya paham tentang di mana, dan apa yang sedang
Kita harus jujur, hari ini, HMI mengalami suatu permasalahan dalam perkaderan.
Hal ini ditandai dengan banyak masalah yang terjadi disetiap tingkatan
kepengurusan dan banyaknya kritikan dari dalam dan dari luar terkait kualitas
HMI Cabang, memang sudah diatur dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) HMI
pasal 29 ayat (3). Akan tetapi, menurut penulis, itu masih sangat normatif.
Kiranya setiap kader dalam rapat harus bisa membuat kriteria yang lebih baik
(tanpa menyampingkan pasal tadi) supaya Ketua Umum sekaligus Formateur yang
Indikator “paham perkaderan” yang penulis maksud disini bukan hanya paham
secara teoritis seperti apa yang ada di dalam konstitusi, teori-teori yang terdapat di
dalam buku atau konsep yang masih dalam pemikiran. Selain itu, seorang calon
pemimpin HMI Cabang harus juga sudah pernah dan sedang dalam terjun ke
medan training HMI. Lebih jelasnya, kita harus berani katakan, dan harus berani
pilih, Ketua Umum HMI Cabang harus seorang Instruktur. Tapi, aturan HMI
(pasal 29 ayat 3 ART HMI) tidak menghalangi seseorang yang sudah lulus
persyaratan untuk mencalonkan diri. Akan tetapi, alangkah lebih baik dia adalah
seorang Instruktur, karena secar otomatis seorang istrutuk HMI telah lolos seperti
jabatan, karena satu gerbong dan unsur-unsur yang tidak memperbaiki HMI
kedepannya. Dalam tulisan ini, kiranya jangan dimaksudkan hanya dalam HMI
Cabang saja, kiranya di Korkom HMI, Badko HMI dan PB HMI harus juga
Apa yang saya sampaikan tadi mungkin tidak bisa menjawab segala pertanyaan
dan permasalahan yang ada. Permasalahan dapat kita selesaikan ketika yang
paham apa masalahnya. HMI sebagai organisasi perkadran harus dipimpin oleh
seorang kader yang betul-betul paham (secara teori dan praktik) tentang
Perlu kita ingat dan jangan membiasakan memilih Ketua Umum HMI disetiap
unsur-unsur yang tidak baik lainnya. Akan tetapi, buatlah indikator yang dapat
membangun HMI secara organisasional dan individual. Karena di HMI ini kita
sama-sama berproses, HMI bukan menjadi tujuan dan jangan sekali-kali dijadikan
mahasiswa Muslim yang menjadi kader HMI agar dapat menjalankan tugas-tugas
manusia sebagai khalifah fil ard. Dapat menjawab tantangan zaman, mampu
masyarakat. Dan dapat menjadi insan akademis yang mencipta, mengabdi dan
bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang dirindhoi oleh
Jika kita membaca secara mendalam tulisan Ahmad Wahib dalam Catatan
Hariannya yang dibukukan oleh sahabatnya, Djohan Efendi dan Ismed Natsir
pengantar Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI, jelas sekali terlihat adanya
suatu “pertarungan” yang sangat keras antara kelompoknya Ahmad Wahib dan
“Pertarungan” yang terjadi antara kedua kelompok tersebut sangat jauh sekali
berbeda antara beberapa kelompok-kelompok antar kader HMI saat ini. Jika
pertarungan yang terjadi pada saat itu antara kedua kelompok yang kita sebutkan
tadi adalah terkait masalah ide-ide pemikiran, bisa dikatakan perang ide pemikiran
atau perang strategis dalam tubuh HMI. Hal tersebut membuat suatu dinamika
kelompok antar kader HMI saat ini. Hari ini terkesan pertarungannya
keilmuannya.
Jika pertarungan antara kelompok Ahmad Wahibdengan Cak Nur bergulir dalam
lingkaran forum diskusi dan forum perkaderan HMI, hari pertarungannya terlihat
seperti pertarungan “preman”, maksudnya lebih menonjolkan kekuatan fisik
intelektual. Kelompok-kelompok yang seperti saat ini menurut penulis diisi oleh
Akibat dari dinamika yang tidak konstruktif membuat HMI semakin lemah. HMI
tidak terlihat “taji” dalam mengkritisi pemerintah yang tidak berpihak kepada
rakyat. Dan saat ini terlihat mudahnya kader-kader HMI dipecah-belah dan
Seharusnyapada saat ini, kita harus menguatkan ukhuwah Islamiyah sesama kader
dan ummat Islam di Indonesia dan di seluruh dunia. Dengan kuatnya ukhuwah
Islamiyah sesama umat Islam dan bangsa Indonesia maka persatuan dan kesatuan
dalam berorganisasi, berbangsa dan bernegara agar lebih erat. Untuk mewujudkan
masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Swt. akan lebih mudah. Seharusnya
makhluk sosial suatu masalah tidak bisa lepas dari masalah. Jika masalah yang
satu telah selesai atau hilang dengan sendirinya, maka timbullah masalah yang
lain. Memang begitulah kehidupan di dunia ini. Hal itu Allah ciptakan supaya
menguji kita, apakah kita betul-betul makhluk yang berserah diri padanya atau
tidak. Dan juga supaya kita dapat mengambil pelajaran dari setiap masalah yang
kita alami.
Dalam liku-liku perjalanan HMI pastilah menghadapi masalah, baik itu masalah di
internal dan masalah yang datang dari eksternal. Hal itu pulalah yang membuat
HMI semakin matang dan semakin berkualitas, karena ditempah oleh keadaan-
Masalah di HMI, secara internal, yang lebih urgent di HMI apabila ada
permasalahan antara dua pihak yang saling bertikai atau sedang dalam masalah.
Dalam tulisan ini saya hendak mengatakan secara langsung terkait masalah
Konferensi HMI Cabang Medan XLIII yang menghasilka dua Ketua Umum HMI
komisariat HMI). Yang pada akhirnya salah satunya disahkan oleh Pengurus
yang tersbesar bukan siapa yang menjadi Ketua Umum HMI Cabang Medan
Cabang Medan dapat berproses dengan baik sedangkan mereka belum bisa
menerima akan keputusan dari PB HMI, karena masalahnya belum selesai. Tidak
menutup kemungkinan, masalah ini juga terjadi di berbagai Cabang HMI se-
Nusantara.
Andai aku Ketua Umum PB HMI, aku akan memanggil perwakilan kedua
dari kedua belah pihak. Islam mengajarkan kepada kita, “apabila ada dua orang
berselisih maka minta dan dengarkanlah penjelasan dari mereka dan panggillah
saksinya.” Ingat, dalam hal ini bukan lewat penjelasan tertulis, karena penjelasan
tertulis tersebut tidak dapat dijamin kebenarannya dan kurang efektif dalam
mencari kepastian.
Andai aku Ketua Umum PB HMI, aku akan langsung turun tangan mengatasi
masalah yang seperti ini bersama bidang yang menangani masalah ini. Masalah
ini mungkin tidak hanya terjadi bagi HMI Cabang Medan, tapi terjadi juga bagi
manusia, siapa pun dia. Saya akan tunduk dan patuh kepada aturan organisasi dan
Andai aku Ketua Umum PB HMI, aku akan mengundurkan diri dari jabatan
jikalau tidak dapat menegakkan kebenaran di HMI dan jika tunduk kepada
Dan andai ada yang tersinggung dengan tulisan ini saya memohon maaf. Bukan
perbaikan terkait apa yang sedang terjadi. Sebagai seorang yang terlibat secara
disuarakan.[]
Aktivis HMI-Wati Yang Mencintai Perkaderan HMI
Saya ingin menuliskan kisah tentang seorang aktivis HMI yang sangat mencintai
perkaderan HMI. Dia seorang HMI-Wati sekaligus Instruktur HMI. Walau status
Instruktur HMI yang ia emban masih baru (muda), tapi kecintaannya terhadap
perkaderan HMI.
Dia begitu membenci kepada segelintir orang apabila perkaderan HMI itu
dipolitisir untuk “kepentingan” semata. Dia tidak pernah begitu mengurusi apabila
pernah sepakat dan akan terus melawan apabila perkaderan telah dikotori.
Baginya perkaderan adalah hal yang sangat suci dan harus dijaga.
Instruktur muda itu, ingat betul apa yang dikatakan oleh pemrakarsa HMI, Lafran
Pane saat memberikan pidato pada Milad HMI Cabang Yogyakarta di Gedung
Seni Sono Yogyakarta 5 Februari 1969. Dimana Lafran Pane mengatakan bahwa
kerja-kerja HMI dapat dilakukan organisasi pada masa itu, seperti Corps
Mahasiswa (CM), PPMI, KAMI dan organisasi lainnya ketika itu, tapi yang
Realitas sekarang, terkadang sering kita dengar bahwa perkaderan HMI tinggal
slogan semata. Berbicara perkaderan akan tetapi praktiknya jauh dari perkaderan
yang dimaksudkan oleh HMI itu sendiri. Ingin memperbaiki perkaderan di HMI,
akan tetapi apa yang dilakukannya tidak sesuaidengan apa yang dikatakannya.
Instruktur Muda HMI itu sangat menginginkan murninya perkaderan dilakukan.
Tidak ada “kepentingan” golongan dan sekte-sekte. Dia begitu kasihan kepada
teman-temannya di HMI, kader-kader HMI yang baru Latihan Kader karena tidak
HMI. Permasalahan pun sering terjadi dalam perkaderan yang membuat macetnya
Tentunya kita pun mengalami dan melihat ini di HMI Cabang kita masing-
seperti seorang HMI-Wati yang saya sebutkan tanpa nama itu, kiranya kita
bersama. Ajaran Islam dan Mission HMI menjadi semangat, motivasi dan
Sejatinya suatu organisasi supaya dapat mencapai tujuannya tentu harus ada
subjek penggeraknya. Apa pun nama dan jenis organisasi tersebut tidak akan
dapat beraktivitas jikalau tidak ada pengurusnya. Kenapa demikian? Karena suatu
organisasi itu sifatnya pasif (diam). Dia hanya nama saja. Wadah saja. Supaya
wadah itu dapat bermanfaat tentunya harus ada pengelolanya, supaya tujuan yang
Di dunia ini tidak ada yang kekal-abadi kecuali yang Penciptanya: Tuhan yang
ahad dan wahid. Segala yang disebut makhluk (dalam bahasa Sosial-Agama), bio
pastilah berubah-ubah dan sirna. Kalau kita kita hubungkan teori tersebut dengan
suatu organisasi maka suatu organisasi tersebut tidak akan kekal-abadi dan
Indonesia. Organisasi mahasiswa Islam ini sudah berkiprah lebih tujuh puluh
tahun di Nusantara ini. HMI tidak lepas seperti apa yang kita sebutkan tadi.
Hukum historis-psikologis sosial tentu berlaku baginya. Dia (HMI) hanya sekedar
wadah yang diam. Wadah yang bisa jaya bisa hilang. Untuk mempertahankannya
supaya tetap eksis dan dapat melakukan amal shaleh, maka harus ada yang
menggerakkannya sesuai visi dan juga misinya. Bukan untuk supaya kekal-abadi.
Karena kekekalan dan keabdian itu hanyalah milik yang Kuasa-Allah SWT.
Secara normatifnya, disebutkan bahwa HMI adalah organisasi kader (lihat AD
HMI pasal 8). Dalam penjelasan tentang kader yang dimaksudkan HMI adalah
yang menjadi anggota HMI-pastinya yang sudah memenuhi syarat dan ketentuan.
kejayaan HMI dan degradasinya HMI, itu tidak lepas dari aktivitas seorang kader
Secara normatifnya lagi, tidak selamanya seorang kader HMI berstatus sebagai
seorang kader. Ada batas waktu yang sudah ditentukan oleh aturan main HMI.
Tapi jiwa kekaderan HMI harus terus melekat sampai akhir hayatnya. Sehingga ia
Seorang kader juga adalah seorang manusia. Makhluk ciptaan yang tidak kekal-
abadi. Status kadernya juta tidak selamanya melekat pada dirinya. Supaya HMI
dapat eksis di mata ummat dan dapat menjalankan tugas-tugasnya untuk mencapai
seperti HMI dan organisasi lainnya harus melakukan perekrutan anggota. Nah.
Penurunan kuantitas rekrutmen anggota sangat dialami oleh HMI saat ini. Tidak
Berbagai upaya dan metode pun sudah dilakukan. Terkadang kita mentok juga
Yang mungkin bisa ditolak dan diterima kemudian dikembang-luaskan oleh Anda.
Surah Al-Fatihah. Pastinya seluruh ummat Islam di dunia ini tahu dan hafal
bunyinya. Kecuali yang baru lahir dan belum bisa berbicara sempurna. Anak-anak
Muslim yang berumur empat sampai lima tahun lebih pasti sudah hafal bunyinya.
Tapi apakah semuanya paham makna dan kegunaannya. Tentu tidak mayoritas.
Surah pembukan Al-Qur’an ini dan juga sering disebut induk dari surah-surah
yang ada dalam Al-Qur’an, sering dimaknai hanya sebatas surah yang dibaca
setiap shalat dan memaknainya hanya secara hubungan vertikal kepada Allah
SWT. memang itu tidak salah. Saya juga tidak cukup hujjah untuk membahasnya
secara dalam.
Nah, selain surah Al-Fatihah bermakna dan berguna secara vertikal dan menjadi
do’a, saya menarik surah ini ke dalam konsep horizontal. Hal ini memang sudah
dibahas oleh tokoh-tokoh Muslim yang menggarap ilmu-ilmu sosial dan budaya.
Seperti Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) misalnya. Dan ayah saya juga pernah
surah Al-Fatihah ini, Allah SWT. mengajarkan kepada kita suatu konsep.
Sebelum kita meminta, seperti; “Jalan yang lurus. Yaitu jalan yang diberkahi-
Nya”, yang intinya sebelum kita meminta kepada-Nya, ada sesuatu hal yang harus
kita lakukan. Yaitu apa? Kita harus mengetahui Allah sebagai Tuhan dan memuji
sifat-sifat-Nya. Lihat saja terjemahan mulai dari ayat pertama hingga ayat
keempat, semuanya memberikan pujian kepada Allah SWT. setelah itu, mulai dari
Kalau konsep itu kita dekatkan kepada pola perekrutan kader, mengajak
mahasiswa Islam supaya bergabung dengan HMI, kita harus tahu terlebih dahulu
tentang dia, sifat-sifatnya dan kemudian memujinya. Perlu diingat, tidak perlu
berlebihan cara-cara memujinya. Setelah kita telah melakukan itu barulah kita
meminta dia masuk ke HMI-menawarkan HMI. Tidak perlu dengan bahasa yang
Pendekatan dengan memakai konsep Al-Fatihah dapat juga kita lakukan dalam
kehidupan sosial kita sehari-hari. Pemaknaan dan pendekatan konsep yang saya
jelaskan tadi bukanlah suatu pendapat yang sangat benar sekali. Sebetulnya saya
khawatir juga kalau ada orang mengatakan saya memplesetkan tafsir surah
tersebut. Saya memang bukan Mufassir, tapi surah tersebut bukan juga milik para
berbudaya dari kitab Allah SWT yang suci itu. Selebihnya kembali kepada
Anda![]
Tafsir Mukaddimah AD HMI
(HMI) membaca dan memahami nilia-nilai (substansi) yang terkandung dalam isi
screeningtest Latihan Kader II (LK II) dalam materi screening Konstitusi HMI
Lantas, apakah cukup dengan mengucapkan tanpa melihat teksdan dianggap telah
tersebut menurut saya sangat bernilai sakral (suci) walaupun dia tidak sesuci ayat-
ayat Allah Swt. Karena ia mempunyai nilai-nilai yang baik, maka tentunya kita
itu HMI, karena isi Mukaddimah itulah yang melahirkan “Batang Tubuh” (pasal-
pasal) AD HMI.
Di dalam isi Mukaddimah tersebut, terdapat 6 (enam) paragraf atau alinea yang
telah mewahyukan Islam sebagai ajaran yang haq lagi sempurna untuk mengatur
Islam. di mana pada alinea ini bernilai tauhid, hal mana Allah Swt. disebutkan di
dalamnya. Selain itu, ia membicarakan Islam yang diwahyukan oleh Allah Swt.
sebagai ajaran yang haq (benar) lagi sempurna. Artinya, tidak ada lagi ajaran yang
pemimpin di muka bumi ini harus memeluk ajaran yang benar lagi sempurna agar
dapat mengatur atau memimpin ummat manusia yang berlandaskan ajaran yang
benar (Islam), bukan atas dasar ajaran manusia (seperti ajaran komunisme,
bukan atas dasar hawa nafsu dan keinginan manusia. Karena menjadi pemimpin
Allah Swt. Atas dasar itulah, seorang kader HMI harus memimpin atau menjadi
pemimpin atas dasar ajaran yang benar lagi sempurna, yaitu ajaran Islam.
kehidupan yang sesuai dengan fitrah-Nya adalah panduan utuh antara aspek
duniawi dan ukhrawi, individu dan sosial serta iman, ilmu, dan amal dalam
Nah, dalam alinea kedua tersebut mengajarkan kepada kita bahwa kehidupan yang
utuh atau kehidupan yang bahagia itu harus sesuai fitrah-Nya. Di mana panduan
hidup yang utuh itu tidak memisahkan aspek kehidupan duniawi dan ukhrawi.
bersifat individualistis. Akan tetapi kader HMI harus juga peduli terhadap sosial
(ummat). Selain pemenuhan aspek duniawi dan ukhrawi, individu dan sosial,
seorang kader juga harus meningkatkan keimanan, keilmuan dan amal sholeh.
Maka jika aspek-aspek tersebut terpenuhi oleh setiap kader HMI, maka insya
Allah, kebahagiaan hidup seorang kader HMI di dunia dan akhirat akan
didapatkan.
Indonesia telah berhasil merebut kemerdekaan dari kaum penjajah, maka umat
Subhanahu wata’ala.”
murni dari perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah. Akan tetapi, ada peran
adanya peran Yang Kuasa, Tuhan Yang Maha Esa. Sangat berbeda dengan
Nah, atas dasar perjuangan yang dikehendaki oleh Allah Swt. maka kader HMI
Pada elinea keempat menyebutkan: “Sebagai bagian dari umat Islam, maka umat
Islamiyah sesama umat Islam sedunia menuju masyarakat adil makmur yang
Jika kita tarik nilai-nilai yang terdapat dalam alinea keempat Mukaddimah AD
HMI tersebut, maka kita dapatkan bahwa alinea tersebut bernilai Ukhuwah
Islamiyah. HMI sebagai bagian dari ummat Islam di Indonesia dan dunia harus
tidak hanya berkewajiban dan berperan aktif untuk ummat Islam di Indonesia,
akan tetapi untuk Islam sedunia dengan tujuan menciptakan masyarakat adil
Dalam alinea kelima disebutkan: “Mahasiswa Islam sebagai generasi muda yang
sadar akan hak dan kewajibannya serta peran dan tanggung jawab kepada
generasi muda (kader HMI) harus sadar akan hak dan kewajibannya serta peran
dan tanggungjawabnya kepada seluruh ummat manusia yang ada di dunia ini.
Selain akan sadar atas hak dan kewajibannya, serta peran dan tanggungjawabnya
kepada seluruh ummat, kader HMI harus siap dan konsisten berbakti kepada
kebaikan itu diukur dari indikator ajaran Islam, bukan ajaran manusia. Dan tujuan
Yang terakhir, alinea keenamberbunyi: “Meyakini bahwa tujuan itu dapat dicapai
dengan taufiq dan hidayah Allah Subhanahu wata’ala serta usaha-usaha yang
Alinea terakhir ini, pada dasarnya meneguhkan suatu organisasi (HMI) yang
meyakini bahwa tujuan HMI dapat tercapai karena taufiq dan hidayah dari Allah
Swt. Selain keyakinan yang bersifat vertikal tersebut, untuk mencapai tujuan-
tujuan HMI harus membentuk usaha-usaha yang teratur, terencana dan penuh
kebijaksanaan. Maksudnya, HMI membentuk suatu pola atau metode yang sering
kita sebut pola perkaderan HMI untuk mewujudkan profil kader HMI yang
terencana, maka dibentuklah suatu norma dasar (AD HMI) dan aturan hukum
(rule of law) atau aturan main (rule of game) ber-HMI. HMI dapat berjalan
dengan baik, apabila aturan-aturan tersebut dapat ditegakkan dan tidak
Maka dari penjelasan-penjelasan singkat kita di atas, kiranyalah tulisan ini dapat
dilengkapi oleh setiap kader HMI. Dan kiranya juga kader-kader HMI dapat
berguna untuk internal pribadi kader, berguna pula untuk eksternal kader HMI.[]
Tugas Komisariat Dalam Konteks Sistem Perkaderan HMI
HMI (PB HMI), Pengurus HMI Cabang, dan Pengurus HMI Komisariat.
Selanjutnya, di dalam Anggaran Rumah Tangga HMI (ART HMI) pasal 37-39
menjelaskan lebih lanjut tentang HMI Komisariat dan tugas dan wewenang HMI
Komisariat. Menurut saya, tugas dan wewenang HMI Komisariat yang disebutkan
dalam pasal tersebut terlalu normatif, intern dan hanya bersifat yuridis atau
vertikal. Tidak dijelaskan, apa tugas atau peran HMI Komisariat dalam garis
horizontal juga ekstern. Maksudnya, dalam pasal tersebut hanya mengatur terkait
administratif saja.
Lantas apa yang menjadi tugas sentral HMI Komisariat sehingga dapat
HMI dan Eks-kader HMI (alumni), baik dalam ruang formal maupun informal,
sering disebutkan bahwa fungsi HMI Komisariat itu adalah fokus pada rekrutmen
dan pembinaan. Sedangkan HMI Cabang adalah fokus pada perkaderan, dan PB
HMI fokus pada kebijakan politik. Tidak menutup kemungkinan juga, PB HMI
dapat melakukan kerja-kerja HMI Cabang, dan HMI Cabang dapat melakukan
kerja-kerja HMI Komisariat. Akan tetapi, sudah menjadi suatu konvensi di dalam
HMI sendiri bahwa, apa yang kita sebutkan pertama tadi, telah mejadi tugasnya
masing-masing. Dan fokus pembicaraan kita kali ini adalah tugas dan fungsi HMI
Nah, setiap kader HMI yang masih berproses di tingkat HMI Komisariat, baik
sebagai pengurus atau juga belum, diharuskan memahami dan melaksanakan dua
tugas yang kita sebutkan tadi. Jaya dan merosotnya HMI, baik secara kualitas
maupun kuantitas, kunci utamanya ada pada tingkat HMI Komisariat. Perlu
diingat, apabila kuantitas kader HMI di Komisariat bertambah, maka HMI dalam
HMI. Kemudian apabila menurun dalam hal kedua-duanya (kuntitas dan kualitas),
maka akan terlihat bagamana kondisi buruk HMI itu sendiri. Baik kondisi di
Komisariat HMI. Untuk itu, kita tekankan kembali, kunci utamanya adalah di
tingkat HMI Komisariat. Maka, setiap kader dan eks-kader harus selalu merawat
Selanjutnya, rekrutmen dan pembinaan seperti apa yang dimaksudkan oleh HMI
itu sendiri? Tentunya, rekrutmen dan pembinaan yang dimaksudkan itu adalah
mewujudkan calon-calon kader HMI yang ideal dan kader-kader HMI yang
berkualitas.
HMI sebagai organisasi kader (pasal 8 AD HMI) aspek kualitas kader menjadi
titik fokus perhatian dalam proses rekrutmen, pembinaan dan perkaderan HMI.
Hal ini bertujuan supaya terbentuknya out put kader yang berkualitas sebagaimana
disebutkan dalam tujuan HMI (pasal 4 AD HMI). Maka dari itu, faktor kualitas
input calon kader menjadi faktor penentu yang sangat penting sekali untuk
diperhatikan.
lebih mengutamakan tersedianya input calon kader yang berkualitas. Maka untuk
itu, rekrutmen kader yang banyak diamanahkan kepada HMI Komisariat, harus
berusaha aktif untuk merekrut calon kader yang berkualitas tanpa menyampingkan
Rekrutmen kader yang lebih mengutamakan pada calon kader yang berkualitas
dengan cara yang baik dan terencana maksudnya adalah harus ada kriteria
dan kriteria kualitas calon kader. (Lebih lanjut lihat Hasil-Hasil Kongres HMI
harus juga memperhatikan metode dan pendekatan rekrutmen. Karena hal tersebut
merupakan cara atau pola yang ditempuh untuk melakukan pendekatan kepada
calon-calon kader agar mereka mengenal dan tertarik masuk HMI. Untuk
tingkat Perguruan Tinggi. (Lebih lanjut lihat juga Hasil-Hasil Kongres HMI
terencana, dan sistematis. Dalam kesehari-harian HMI, dikenal dua jenis aktivitas
kader HMI, yaitu aktivitas formal HMI (trainingformal) dan aktivitas non-formal
Pembinaan ini dapat dilakukan dengan kerja sama yang baik di setiap tingkatan
HMI, mulai dari tingkat Komisariat HMI sampai tingkat PB HMI. Misalnya
mewujudkan profil kader yang berkualitas, setiap tingkatan HMI harus dapat
HMI.
Dengan langkah-langkah demikian tentunya HMI akan mempunyai kader-kader
yang berkualitas. Perlu diingat bahwa, baiknya kualitas seorang kader HMI,
Untuk itu, HMI tingkat Komisariat harus terus menjaga dan merealisasikan tugas
rekrutmen calon-calon kader yang berkualitas dan tugas pembinaan anggota atau
kader-kader HMI.[]
Secangkir Kopi Tentang Komunisme
Catatan ini merupakan ulasan kembali (rivew) diskusi ringan bersama beberapa
Jln. Adinegoro No. 15 Medan, atau yang sering disebut Alimbas. Diskusi
beberapa malam yang lewat sungguh sangat menarik. Awalnya hanya sebatas
Seseorang di antara kami, sebutlah itu namanya akrabnya Bako (kalaupun ada
“Bang, aku mau nanya lah ini sedikit. Mengapa kita harus menolak komunisme,
padahal jelas komunisme itu melarang kapitalisme, sama seperti agama kita
Aku pun sedikit terkejut dengan munculnya pertanyaan itu. Maksudku, bukan
pada pertanyaannya, kalau pertanyaan yang demikian sudah biasa terdengar dan
aku baca dalam beberapa literatur. Tapi, kami yang duduk santi dan
dahulu oleh waktu dan senyam-senyumnya teman-teman yang lain. Aku tidak
yang miskin, dalam bahasa aktivis komunis yaitu buruh atau proletar, dengan
kaum pemodal, semakin lebar dan jauh.” Kembali aku menyeruput kopi, dan
“Jadi bang, kenapa harus kita tolak komunisme itu, kenapa tidak sama-sama
yang tipis itu, antara Islam dan Komunisme. Maka mereka mencoba
dan berjuang. Ya akhirnya tidak pernah berhasil, dan malah mengalami kesulitan
tersenyum.
pendapatku.
“Begini saja, aku akan menganalogikakannya seperti dua cangkir kopi ini.” Aku
“Baik, aku mau nanya ke teman-teman semuanya. Satu cangkir kopi kuberi racun
dan satu cangkir lagi tidak kuberi apa-apa. Nah, sekarang kutanya, maukah kalian
meminum kedua cangkir yang berisi kopi ini?” Mereka pun saling tatap-tatapan.
“Bagaimana, mau...?” Pertanyaan kupertegas.
“Mau bang, tapi kopi yang tidak diberi racun.” Salah satu teman menjawab.
kapitalisme, tapi kenapa kita harus menolak komunisme sebagai orang yang
beragama Islam?” Sebagian ada yang menjawab paham, dan Bako nampaknya
dalamnya ada racun. Walaupun mempunyai kesamaan ide dengan ajaran Islam,
tapi di sana ada racun yang sangat membahayakan manusia. Sama seperti kopi
tadi. Ada satu cangkir yang dapat mematikan kita, walaupun rasanya sama-sama
manis. Tapi kandungan racunnya berbahaya kalau kita minum. Jadi, komunis itu
tidak sehat untuk “dikonsumsi”, berbeda dengan Islam yang sudah sempurna, dan
Islam itu tidak ditemukan sedikitpun zat racunnya.” Aku menjelaskan sedikit lebih
agama dan tidak pula percaya dengan Tuhan. Bagi mereka yang paham
pemodal dan atau orang-orang kaya (kapital). Dan kepemilikan pribadi atas
sesuatu, seperti tanah, tidaklah ada. Seluruhnya harus dikuasai oleh negara, dan
negara yang mengaturnya. Tidak ada yang lebih berkuasa kecuali Negara, dan
negara itu dikuasai oleh mereka-mereka yang menjadi petinggi di Partai Komunis,
proletariat. Nah, hal-hal ini sungguh sangat bertentangan dengan fitrah manusia,
apalagi terkait masalah kepercayaan kepada Tuhan yang tidak mereka yakini.
Demikian kenapa aku mengatakan ada racunnya, dan komunis sangat haram untuk
“dikonsumsi”. Sebagai kader HMI yang menjadikan Al-qur’an dan Hadist sebagai
rujukan utama ajaran agama kita, kiranya ajaran Islam, baik dalam hal ibadah dan
“Nah, untuk itu, kopi yang satu ini (komunis) kita tumpahkan, dan yang satu lagi
(ajaran Islam) kita nikmati dan kita syukuri.” Aku pun menumpahkan secangkir
Beberapa tahun belakangan ini, banyak kabar berita, baik lewat media sosial
online ataupun berita dari mulut ke mulut, membicarakan terkait pemikiran kader-
kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) saat ini. Banyak kalangan, baik dari
dalam HMI (Alumni) dan dari luar HMI, sudah mulai meragukan pemikiran
kader-kader HMI saat ini. Mereka mulai meragukan perkaderan HMI atau bahkan
mencurigainya. Hal ini harus kita akui, saat ini banyak kalangan yang lebih
kecewa pada kader-kader HMI saat ini, yang tidak bisa meneruskan dan atau
pendahulu HMI.
Banyak muncul stigma masyarakat bahwa beberapa kader HMI telah terpengaruh
dan terbawa arus paham liberalisme, sekularisme, bahkan lebih parah lagi
terpengaruh oleh ideologi komunisme dan Marxisme. Stigma itu muncul bukan
tanpa sebab. Tentunya karena ada yang dilihat dari perilaku kader-kader HMI saat
ini, begitu juga dalam pola pemikirannya. Alhasil itu semua, yang pertama
Melihat fenomena kader-kader HMI saat ini, dan beberapa tahun belakangan ini,
kader-kader kita sering latah. Maksud saya adalah, di HMI memang kita
mempelajari segalanya tanpa ada batas dan tanpa ada larangan. Tujuan untuk
dengan ajaran Islam. akibat dari sifat kelatahan beberapa kader HMI saat ini, ia
pun dengan bangganya membela ideologi-ideologi yang bertentangan dengan
ajaran agama Islam. bahkan ada yang mengawinkan Islam dengan komunis
Islam Merah, seperti H. Misbach. Kelompok ini pun mengatakan bahwa komunis
Saya pernah menemukan beberapa kader HMI bangga dengan teori-teori aliran
komunisme daripada teori yang ada dalam agama Islam. Mereka menganggap
bahwa ajaran Islam tidak mampu menjawab permasalahan yang ada. Akibat dari
pencetus teori, katakanlah itu Karl Marx, Engels, Lenin, Stalin, Mao Zedong dan
yang lainnya. Menurut saya, kader-kader yang seperti ini hanya memahami Islam
secara syariat saja atau bersifat fiqiyah. Padahal ajaran itu sangat luas untuk
Sifat latah. Ya, demikian yang saya sebutkan di atas tadi. Maksud saya adalah, ada
beberapa kader HMI, baru sekali selesai membaca toeri-teori kiri (baca:
yang ditulis Karl Marx dan Engels, bukunya Tan Malaka, dan buku-buku komunis
Akibat dari sifat kelatahan tersebut, membuat seorang kader HMI menjadi
bahwa komunisme tidak bertentangan dengan Islam. Bahkan ada yang lebih
ekstrim dan lebih sesat lagi, seorang kader tersebut mulai membuang ajaran
itu.
(kader HMI secara formal dan beragama Islam) tapi, isi pemikirannya merah
(ideologi komunis). Jika pun ada yang menyangkalnya bahwa semangka itu tidak
hanya berwarna merah, tapi ada juga yang berwarna kuning, ya, saya dapat
sudah terkontaminasi dan ikut partai politik Gol*** yang berwarna kuning, atau
ikut partai politik yang lain. Untuk itu, yang terpenting adalah,sebagai seorang
Islam (pasal 3 AD HMI), tentulah menjadikan ajaran Islam yang bersumber dari
Al-Qur’an dan Hadist sebagai dasar pemikiran dan dasar perjuangan. Jikalau kita
tinjau kembali kebelakang, berdirinya HMI disebabkan salah satu karena faktor di
mana pada masa itu (pra-HMI) mahasiswa Islam berada dalam cengkraman
muncullah istilah perkaderan HMI hingga sampai yang kita rasakan saat ini,
walau di sana-sini terdapat perbedaan. Akan tetapi, tujuannya tetap sama, yaitu
Soeharto) harus dibubarkan. Maka pada tahun 1966 lewat TAP MPRS Nomor
tulisan-tulisan atau pun bentuk-bentuk diskusi. Ditambah lagi, pada tahun 1980-
Mau tidak mau HMI pun ikut beradaptasi, sehingga memunculkan polemik pada
Setelah pemerintahan Soeharto tumbang pada tahun 1998, di mana isu reformasi
dan demokrasi selalu didengungkan oleh rakyat Indonesia, maka hal itu pun
(UUD 1945) diubah (amandemen) sebanyak empat kali, dari tahun 1999 sampai
tahun 2002. Isu-isu Hak Asasi Manusia (HAM) mulai dibicarakan, penyebaran
Perlu saya jelaskan di sini, yang saya maksudkan dengan paham sesat adalah
paham-paham sesat lainnya. Singkatnya, paham sesat yang tidak perlu diikuti oleh
berkembang. Bahkan, paham-paham sesat yang kita maksudkan tadi secara sadar
atau tidak sadar masuk ke dalam diri kader atau ke dalam HMI itu sendiri. Dengan
Dalam penyebarannya, mereka pun mendesain suatu kegiatan agar dengan mudah
Islam, khususnya kader HMI terpengaruh olehnya. Bahkan kader kita menjadikan
ide-ide komunisme bagian daripada solusi terkait keadaan ini. Padahal jika kita
tidak bangga dengan teori-teori Islam yang bersumber dari Allah Swt. bahkan
membawa dan membaca Al-Qur’an dan Hadist. Sesuatu keadaan kader yang
Apa yang harus dilakukan?Menurut saya, untuk menangkal dan majaga kader-
kader HMI dari virus-virus paham sesat yang kita maksudkan di atas tadi, ada
Pertama, Islam harus betul-betul menjadi nafasnya seorang kader HMI. Artinya,
Islam. maksudnya juga, Islam jangan hanya dijadikan agama dalam bentuk pasif,
tapi Islam sebagai agama dan ideologi harus diaktivitaskan dalam kehidupan
Kedua, perkaderan yang mana menjadi tembok pertahanan HMI harus betul-betul
Hadist Rasulullah Saw. dan membaca buku-buku hikmah lainnya yang ditulis
tatapi pengetahuan dasarnya harus kuat. Karena jika kita tidak mempelajarinya,
Kelima, sebagai gerakan bersama, setiap kader HMI harus saling mengingatkan
dan saling berbagi pengetahuan. Saling mengingatkan agar pikiran seorang kader
tidak terjerumus ke dalam lembah sesat tersebut. Dan kemudian mengamalkan apa
yang menjadi perintah Islam (Al-Qur’an dan Hadist) dan missi HMI.
Selian dari yang saya sebutkan di atas, pastinya masih banyak lagi usaha-usaha
dan atau mengkrantina kader-kader HMI yang telah terpengaruh oleh virus-virus
Jika kita bertanya kepada seorang mahasiswa Muslim yang baru bergabung
dan apa tujuan Anda ber-HMI?” Banyak sekali di antara mereka menjawab, “Saya
mencari teman di HMI”, “Saya ingin belajar di HMI”, dan “Saya ingin menambah
mereka, ketika saya mewawancarai mereka pada saat test interview mengikuti
kemungkinan, jawaban itu juga banyak kita dapatkan di HMI Cabang se-
Indonesia.
Tentunya kita sendiri pun pernah mengatakan salah satu jawaban-jawaban yang
kita sebutkan tadi. Tujuan-tujuan yang privat tersebut tidaklah salah. Setiap
demikian. Di HMI itu sendiri ada dua tujuan, yang pertama tujuan pribadi seorang
kader HMI dan tujuan HMI itu sendiri. Tujuan itu juga bagian daripada motivasi
untuk ber-HMI.
Nah, setelah dinyatakan sah menjadi anggota HMI, baik sebagai anggota muda
(pasca Maperca) dan sebagai anggota biasa (pasca LK I), dalam praktiknya pun
tujuan pribadi tersebut mulai menurun. Motivasi ingin belajar dan mencari
wawasan di HMI mulai menurun, bahkan tidak jarang banyak kader-kader HMI
diharapkan) dengan das sein (apa yang terjadi) tidak berbanding lurus.
Mengapa hal ini terjadi? Menurut penulis hal ini terjadi karena penyampaian
orientasi ber-HMI belum maksimal dan situasi kondisi (budaya) organisasi HMI
maksud, tidak bisa memadukan tujuan HMI dengan tujuan privat tersebut,
sehingga terjadi tujuan yang tidak berbanding lurus. Artinya, muncul tujuan-
tujuan “gelap” di HMI, hal itu tercerminkan dalam watak, pola pikir dan pola laku
dibangun dalam lingkungan HMI tidak lagi seperti awal berdirinya HMI, atau
kultur pada saat masa-masa kejayaan HMI. Kultur intelektual dan solidaritas di
HMI mulai berkurang saat ini. Hal ini dibuktikan dengan terbentuknya kelompok-
kelompok dekonsturktif di dalam tubuh HMI itu sendiri. HMI terkesan hanya
intelektual di HMI mulai terkikis ditelan budaya hedonis dan budaya apatis.
Perlu kita sadari bahwa, HMI didirikan oleh Lafran Pane dan kawan-kawan
Tujuan-tujuan pun demikian. HMI ada bukan sekedar organisasi biasa saja, bukan
wadah berkumpul para mahasiswa Islam tanpa tujuan yang jelas. HMI dibentuk
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dari HMI sangat diharapkan oleh
bangsa dan negara Republik Indonesia. Demikian yang sudah dibuktikan oleh
dapat mengisi segala lini masyarakat Indonesia. Kita pun masih merasakan peran
Nah, yang jadi pertanyaan adalah bagaimana dengan kader-kader HMI saat ini?
Mampukah kita mengikuti jejak mulia yang mereka (alumni HMI) lakukan? Apa
yang sudah kita persiapkan untuk menghadapi tantangan zaman yang akan datang
keimanan kita, di mana saat ini kita berada dalam lingkaran sekularisme,
Maka dari itu, untuk setiap anggota HMI harus meningkatkan kesadarannya.
sekedar ngumpul-ngumpul tanpa tujuan yang jelas dan tanpa tujuan yang
sekedar ber-HMI.[]
Menikmati Secangkir Kopi NDP HMI
Tulisan pada judul kali ini bukanlah bermaksud ingin membahas tuntas dengan
lugas tentang Nilai Dasar Perjuangan Himpunan Mahasiswa Islam (NDP HMI).
Rasanya juga belum pantas dan cerdas untuk mengais isi-isi NDP tersebut,
sekalipun saat ini materi NDP menjadi spesialis saya dalam Training LK I HMI
Cabang Medan. Saya masih memerlukan proses dan memusatkan pikiran dengan
Tulisan ini hanya sebagai “catatan kaki” dalam memberikan motivasi untuk terus
belajar dan menjadikan NDP lebih menarik dan lebih nikmat bagi setiap kader
HMI, terkhususnya diri saya pribadi. Ada suatu mitos di tubuh HMI sendiri, yaitu
ada yang berpandangan bahwa NDP adalah materi yang bersifat sakral, hanya
bahkan Instruktur HMI merasa tidak pantas untuk menyampaikannya isi NDP
Cara pandang seperti yang disebutkan di atas wajib dibuang jauh-jauh ke tong
sampah. Materi pembahasan NDP yang disusun oleh Cak Nur, Endang Saifuddin
Anshari dan Sakieb Mahmud yang dipilih lewat Kongres IX HMI di Malang
yang memusatkan pemikiran dalam ideologi, sosiologi, filosofi dan aspek lainnya
saja yang lebih ditekankan. Toh yang menyusun NDP adalah manusia, kenapa
takut atau merasa tidak sanggup untuk membawakannya dalam pelatihan HMI.
Sedangkan Al-Qur’an saja ditafsirkan oleh manusia, yang tidak luput dari ke-
khilafan.
sangat nikmat sekali untuk “diseruput”. Pembahasan NDP, baik dalam suhu
Pada saat menyampaikan materi NDP di LK I HMI Cabang Medan, sering saya
sampaikan bahwa di NDP HMI tidak ada dan tidak akan membicarakan yang
sifatnya fiqh dan atau tidak membicarakan aliran-aliran fiqh yang dianut oleh
setiap Muslim, seperti bagaimana tata cara shalat, wudhu, shalat jenazah, puasa,
haji, nikah dan yang lainnya. Urusan fiqh dan mazhab, itu dikembalikan kepada
latar belakang keluarga golongan Islam di Indonesia yang berbeda. Ada dari
Di HMI tidak mengenal dan tidak memandang dari sekte mana kader tersebut
berasal. Selagi dia mahasiswa Muslim, dan dia tidak dipandang dari kampus mana
berasal, apakah dia dari kampus yang Islami dan kampus sekular. Masing-masing
kader atau anggota mempunyai hak dan kewajiban di HMI, sesuai dengan status
Anggaran Dasar (AD) HMI dan itulah yang akan diwujudkan oleh HMI.
Ada juga kader-kader kita temukan yang berpersfektif, setiap kali mendengar kata
NDP, dalam pikirannya pati membahas tentang Tuhan. Padahal bukan itu saja
Perlu kita perjelas kembali, NDP tidak hanya membahas tentang Tuhan, dimana
Tuhan apakah ada Tuhan dan lain-lain yang membahas tentang keimanan. NDP
HMI terdiri dari delapan bab pembahasan. Bab pertama membahas tentang
Ketuhanan Yang Maha Esa dan Perikemanusiaan, bab kelima membahas tentang
Individu dan Masyarakat, bab keenam membahas tentang Keadilan Sosial dan
Keadilan Ekonomi, bab ketuju tentang Kemanusiaan dan Ilmu Pengetahuan, dan
yang bab terakhir ditutup dengan kesimpulan yaitu Iman, Ilmu dan Amal.
Islam, Al-Qur’an.
Seluruh pembahasannya pun begitu menarik dan begitu nikmat untuk “diseruput”
baik secara tekstual maupun kontekstual oleh hati dan akal pikiran kita.
Menikmatinya bukan hanya sekedar menikmati di atas kertas, tapi dia harus
dipraktikkan dalam aktivitas demi menuju tujuan HMI dan menjadikan kader-
Sebelum penulis membahas apa maksud daripada judul tulisan ini, terlebih dahulu
saya mengapresiasi tulisan dari saudara saya Muhammad Mualimin, dimana dia
juga sebagai Instruktur HMI di Jakarta yang sangat produktif dalam dunia tulis
menulis, bagian daripada budaya HMI yang sudah mulai tertinggal oleh berbagai
faktor.
qureta.com pada akhir November 2017, yang kemudian aku tanggapi dengan
tulisan pula dengan judul Detik-Detik Kematian HMI, Benarkah? Yang terbit di
media Yakusa Blog. Saudara Muhammad Mualimin pun menanggapi balik secara
diterbitkan media qureta.com juga, pada 19 Desember 2017. Tulisan itu pun
Demikianlah pula yang harus kita bangun di HMI. Jika boleh meminjam
perkataan saudara saya tersebut, walau berbeda pendapat, dan sekeras apapun
reaksi dan argumentasi, asal tidak kekerasan fisik, hal itu sah-sah saja bagi kader
HMI. Kader HMI sudah terbiasa berdialektika dan kebal atas perbedaan pendapat.
HMI tidak seperti yang kau katakan. Kader-kader kita sudah malas berdialektika
dalam kajian keilmuan, apalagi kader-kader HMI saat ini menganggap bahwa
perbedaan pendapat bagian daripada perpecahan. Bahkan ada yang tak suka
berargumentasi baik dalam lisan maupun tulisan. Jarang sekali aku membaca
Di rumah kita sendiri (HMI) saat ini, sangat susah kita menemukan generasi-
generasi penulis seperti Cak Nur, Ahmad Wahib, Endang Saifuddin Anshari,
Amien Rais, Alfan Alfian, dan penulis-penulis hebat lainnya dari HMI. Kader-
Nah, dalam tulisanku kali ini pun masih berkaitan dengan tulisan saudara
Muhammad Mualimin terkait NDP HMI, yang sudah lama aku simpan dalam
gudang tulisan-tulisanku. Ide tulisan inipun menjadi kuat dan segar ketika
budaya kesehari-harian kader HMI saat ini, dengan judul Nilai Dasar Perjuangan
“Setelah lebih dari 48 tahun dijadikan dokumen resmi HMI, NDP terasa makin
makna dan intisari NDP, kader perempuan lebih asyik mendiskusikan model hijab
terbaru, film korea, gosip artis, sementara yang laki-laki sibuk main Ludo atau
Mobile Legends. Artinya, NDP hanya menjadi mantra saja, dianggap mengawang-
Setelah beberapa minggu ini penulis amati, aku sangat sependapat dengan apa
kelompok kajian keilmuan dan membahas NDP tidaklah terlihat ghirah atau
(ML). Dalam tulisan ini, penulis tidak membahas masalah muatan NDP-nya, akan
tetapi lebih terfokus pada budaya atau pola laku kader-kader HMI saat ini.
Smart Phone-nya hanya untuk bermain game Ludo dan Mobile Legends,
permain tersebut secara teoritis dan praktik lebih dikuasainya dibanding teori dan
praktik NDP HMI. Bahkan ini bukan hanya kaum HMI-Wannya saja, tapi kaum
HMI-Watinya juga.
mengatur strategi bermain agar menang. Menurut penulis, mayoritas kader HMI
saat ini tidak lagi memikirkan bagaimana strategi untuk mengembangkan HMI di
era zaman now. Banyak apologi dari mereka bahwa, bermain Ludo dan ML dapat
ditinggalkan. Karena di ML sudah belajar strategi dan taktik (stratak), jadi untuk
apalagi LK II.
Penulis bukan tidak sepakat jika kita bermain game. Akan tetapi, jika ia menjadi
rutinitas yang terorganisir, berarti dia sudah menjadi aktivitas rutin. Sudah
menjadi bagian daripada kebutuhan. Padahal, kita ketahui sendiri bahwa game
ada kader HMI, yang menghabiskan waktu malamnya (begadang) hanya untuk
malamnya dengan membaca, berdiskusi, rapat dan mengatur strategi, untuk saat
Dengan budaya seperti ini, kader-kader HMI menjadi miskin wacana, miskin ide
miskin ilmu tapi cita-citanya setinggi langit. Kader-kader HMI hanya mengaku
sebagai kader intelektual, berada dalam organisasi yang pendirinya sudah menjadi
Pahlawan Nasional Republik Indonesia. Mengaku sebagai kader umat tapi jauh
dari umat. Atau jangan-jangan kader-kader yang aktif bermain Mobile Legends
Yang lebih miris lagi, kader-kader HMI rela meninggalkan shalatnya dan tidak
peduli pada kondisi keumatan, asal terus dapat main Mobile Legends. Ini sungguh
sangat menghina NDP yang mengajarkan keimanan, peduli pada keadilan dalam
kondisi keumatan. Kesadaran keimanan, keilmuan dan amal shaleh semakin hari
semakin menipis.
Seharusnya NDP HMI, mejadi pegangan dan pedoman kader-kader HMI walau
tidak lagi menjadi nilai dan pedoman kader HMI dalam bergerak, di situlah
saatnya NDP masuk museum. Dan saya ingin menambahinya, maka Mobile
Legends pun akan menjadi materi menarik dalam training-training HMI. Tak
forum (FGD LML) dengan tema “Menguatkan Kesolitan dan Loyalitas Kader-
“Kak…kami pesan kopi tiga gelas” Salah satu temanku bernama Aditya Fernanda
memesan kopi dengan begitu cepat sebelum pelayan café yang kami tempati
“Kopi Susupanas, tapi susunya jangan banyak kali ya kak. Gimana bang,
“Kalau aku cocok saja, asal kalian suka juga.” Jawabku dengan penuh negosiasi.
meninggalkan kami.
Suasana sana malam itu sangat tenang untuk berdiskusi. Suara-suara pengunjung
malam itu tidak terlalu ribuk. Memang kedai kopi itu tempat nongkrongannya
sangat mendukung untuk berdiskusi ringan, membahas semua hal. Tempat itu
pula tidak ada anak-anak alay yang hanya menghabiskan waktu dengan bermain
puluh tahun usianya dan tidak sampai dua bulan lagi akan bertambah usia menjadi
tujuh puluh satu tahun?” Fernanda tiba-tiba nimbrung dengan pertanyaan itu.
pertanyaan itu. Aku juga sudah berniat, jangan sampai ada pembahasan tentang
HMI malam hari itu. Eh…ternyata pembahasan pertama dimulai dari HMI.
“Menurut kalian gimana, kalain juga merasakannya tooh? Aku balik bertanya.
seperti yang pernah disebutkan oleh sejarawan HMI, Agussalim Sitompul, dalam
“Terdegradasi dan memudar dari segi mana ini?” Aku kembali bertanya.
“Ah…abang ini kayak di forum aja. Kami yang nanya, malah ke kami pula yang
dilemparkan pertanyaan itu. Nampak kali abang instrukturnya. Ini kita diskusi
dengan metodeku.
training HMI. Pertanyaan yang berasal dari peserta, tidak langsung di jawab oleh
barulah sang instruktur menengahinya. Nah, metode ini sangat baik untuk
memacu supaya peserta berani berbicara dan berpendapat. Metode ini tidak seperti
dosen.
“Begini, sebenarnya aku malas membicarakan terkait HMI saat ini, atau HMI
zaman now. Sudah banyak sekali kader-kader kita, senior-senior kita, dan alumni-
alumni kita yang membicarakan hal ini. Dan mereka sudah memberikan berbagai
menyebutkannya.”
dan tidak boleh patah semangat dalam membicarakan dan membahas ini. Dan
harus dijelaskan kepada kader-kader HMI. Apa masalahnya dan bagaimana solusi
seorang instruktur. Seluruh keluarga besar HMI harus juga terlibat dalam
“Oooh…iya iya. Beberapa hari ini aku mendapat pesan yang masuk lewat inbox
FB. Isi tentang ungkapan kekecewaan terhadap HMI di masa kini. Organisasi ini
besar tapi mengapa kader-kader sangat menurut kualitasnya, dan bahkan ribut
oleh beberapa oknum, sedangkan kultural HMI, seperti membaca, menulis dan
berdiskusi, semakin menurun. Bahkan yang lebih parah lagi, ada kader-kadernya
ikut dalam hal politik praktis di Pilkada 2018 dan Pemilu 2019. Demikian mereka
“Ya, menurutku apa yang mereka gambarkan ini memang benar, dan itu fakta.
Hari ini HMI kita, dalam artian perilaku kader-kadernya, mulai dari pusat hingga
keilmuan dan keagamaan kita menurun drastis. Jika dahulu, seperti yang
di berbagai media. Nah, hari ini bagaimana? Belum lagi sistem perkaderan kita
lebih dalam.
“Apa? Kau tanya solusinya padaku, baiknya tanyalah diri sendiri, dan mari kita
“Ehh…tunggu. Tunggu dulu. Aku heran kenapa kopi yang ada dalam gelas kita
ini bertuliskan HMI 70. Apa maksudnya ini, ide siapa ini? Fitrah bertanya heran.
Aku hanya tersenyum dengan melihat ekspresi mereka. Diskusi malam itu tentang
HMI zaman now tidak kami tuntaskan. Memang baiknya begitu, ide-ide yang baik
untuk HMI saat ini tidak bakalan diterima oleh mereka-mereka yang memegang
tampuk kepemimpinan di HMI. Karena ide-ide yang baik, tidak lebih kuat dari
dengan sendirinya. Orang-orang yang tidak mempunyai jabatan dalam HMI dan
HMI. Bahkan ada sekelompok orang ingin membuat suatu dinasti kerajaan di
HMI.
HMI ini baik, maju dan atau mundur, hal itu ada di tangang kader-kader HMI
saat ini. Jika HMI ingin baik, betul-betullah menjalankan usaha-usaha HMI yang
tertuang di dalam pasal 5 AD HMI. Dan seluruh kader HMI harus patuh pada
telpon genggam aku mengajak teman-teman yang mana kami biasa menghabiskan
“Wa’alaykumsalam bang, ini kami udah ngumpul. Abang di mana?” Jawab Fitrah
menjelaskan.
“Abang baru saja selesai ngelola forum training LK I ini. Ok…aku ke sana.”
Cabang Medan kali itu. Ku hidupkan sepeda motor, tancap gas menuju tempat
kami biasa minum kopi. Menuju ke tempat kedai kopi favorit kami, aku hanya
butuh waktu selama kurang lebih lima belas menit. Itu pun karena malam hari,
jika di siang atau di sore hari butuh sekitar empat puluh menit supaya sampai ke
tujuan. Rasa-rasanya kemacetan di Medan ini sudah seperti di Jakarta. Belum lagi
jalannya yang begitu hancur, anehnya Medan mendapat penghargaan sebagai kota
terbaik. Sepertinya tim surveinya masih mengantuk dan butuh minum kopi.
“Bang…di sini.” Ahmad mengangkat tangannya saat aku lagi kebingunan mencari
mereka.
“Kok di sini, biasanyakan di sana?” Aku menunjukkan tempat kami biasa duduk
“Dari mana bang, baru selesai ngelola LK I?” Basa-basi dari salah satu teman.
Suasana malam itu lumayan panas sekali, tidak biasanya seperti ini. Aku buka
baju kemejaku dan tinggal mengenakan baju kaos oblong. Malam itu pun terasa
sangat berbeda sekali. Biasanya tempat itu tidak terlalu ramai. Entah mengapa
memang hari di kedai kopi lebih banyak jema’ahnya daripada di masjid atau
setelah satu harian aku tak merokok. Dalam tradisi HMI Cabang Medan, ada suatu
training atau di luar. Apabila ada seorang instruktur merokok itu dapat mencoreng
nama baik instruktur HMI Cabang Medan. Bagiku itu tidaklah jadi permasalahan,
jika kita obyektif, seharusnya kita semua tidak merokok. Tapi itu sangat susah
sekali, silahkan bagi yang merokok merokok, bagi yang tidak jangan merokok.
Jangan muncul pandangan negatif pada seseorang yang merokok. Apa yang
menjadi saran dokter itu bagiku busyit semua. Jadi selama tidak dalam training
“Minum aja dulu ya kak, nanti kalau aku lapar aku cari kakak. Rasanya enak jika
kakak yang mengantarkannya.” Aku hendak menolak pesan makanan dengan cara
“Aduuhhhh….instruktur yang satu ini bukan hanya jaga di forum. Tapi gombal
“Udahlah mad. Fokus aja sama makalah LK II mu itu. Sebelum deadline harus
udah dikirim. Jangan lupa konfirmasi sama panitia sebelum ngirim makalah”
“Udah Fitrah, kita dukung dong teman kita ini. Di antara kita cuman dia yang
belum Intermediate Training atau LK II. Jadi harus kita dukung dan do’akan
“Kalau dia tidak cepat-cepat ikut training lanjutan sehabis LK II, apalagi dengan
kondisi HMI saat ini, terkhususnya di Cabang kita, takutnya Ahmad menjadi
“Maksud abang, dengan keadaan psikologi HMI di Cabang kita, tidak menutup
akan berkurang. Nah, dengan semangatnya yang berkurang itukan dia bisa jadi
“LGBT”. Akau pun mengangkat kedua tanganku dengan membuat seperti tanda
“Aku belum paham bang, maksud abang tentang Anak HMI yang “LGBT” itu.”
Adit juga ikut menganggkat tangannya mempraktikkan apa yang aku lakukan
sebelumnya.
“Maksud abang Ank HMI yang “LGBT” itu adalah Anak HMI yang Lagi Gak
Butuh Training. Kalau LGBT yang original itu tentunya kita tolak, karena itu bisa
“Hahahahhaa…hahahahaa…wkwkwkwkwk…wkwkwkwkwk….” Semuanya
minumnya.”
“Ok…kak. Terimkasih ya. Oh..iya kak, kenalkan ini orang yang “LGBT”. Jawab
Semuanya pun tertawa dengan lepas dan bahagia. Keakraban dan kekeluargaan
adalah sesuatu yang sangat berharga di HMI. Karena di HMI kita berteman lebih
dari saudara. Yakin Usaha Sampai (Yakusa) menjadi slogan motivasi kita.[]
Merawat Kunci Kekuatan HMI
kritikannya kepada HMI dengan judul tulisan Bye-Bye HMI. Dapat Anda lihat di
dalam bukunya Agussalim Sitompul yang berjudul HMI Mengayuh di Antara Cita
“Ada tiga kekuatan kunci saling bertaut, telah menciptakan HMI begitu
memukau, masing-masing Latihan Kader (LK), Tradisi Intelektual, dan
Independensi. Ketiga kekuatan itu merupakan kesatuan tidak tercerai dan utuh,
elemen-elemen pokok yang saling menunjang dan membangun basis perkaderan
yang tangguh. Lewat bahasa HMI, ketiga unsur tersebut ditujukan demi meraih
tujuan HMI. Demikian lewat tiga unsur itu, HMI kemudian dipertimbangkan
sebagai gerakan pembaharu. Setelah 49 tahun (sekarang 70 tahun-peny) sejak
HMI didirikan 5 Februari 1947, ada baiknya dukungan HMI ditimbang-
timbang lagi, sembari mengukur apresiasi maupun prestasi, mengingat
banyaknya perubahan terjadi. Teristimewa ketiga kunci kekuatan itu tidak
efektif lagi.”
HMI kehilangan nama (tuah atau kekuatan batin), karena ketiga kunci kekuatan
Dalam tulisan saya ini, tidak lagi membahas tentang apa itu latihan kader, tradisi
membahas bagaimana kunci kekuatan HMI saat ini, apakah redup atau terang?
Menurut saya, kritikan Nanang Tahqiq itu banyak benarnya. Tiga kekuatan yang
kaum muda, dan wadah perkaderan anak-anak bangsa yang beriman, berilmu dan
Allah, tercipta semuanya. Dan sangat kita rasakan manfaatnya sebelum HMI saat
Bagaimanakah saat ini? Seperti yang dikatakan di atas tadi: “Kekuatan HMI tidak
sakti lagi”, saya sangat sependapat sekali dengan pernyataan tersebut saat ini.
karena untuk “kepentingan” sesuatu kelompok. Jujur saja saya katakan, sering
HMI diperdayakan untuk mobilisasi massa politik praktis. HMI saat ini kurang
Mengenai tradisi intelektual saat ini, sungguh sangat jauh berubah menurun
drastis secara kualitas, sebelumnya para kader HMI pernah mengharu biru di
dunia intelektual Indonesia secara politik (bukan politik praktis), sosial budaya,
Nah, sekarang bagaimana? Saat ini tradisi intelektual kita telah redup, sudah
sangat sering kita sebutkan. Banyak aktivis kita lebih bersemangat pada struktural
ketimbang kepada tradisi intelektual atau kultural. Yang lebih miris lagi, tradisi-
tradisi yang berkembangan pesat di HMI sat ini adalah tradisi hedonisme,
secara fisik-materialistik.
teraplikasikan dalam hidupnya sehari-hari. Akan tetapi, ada juga yang sudah
nisbi dan nafsu materialistik dan juga kesenangan belaka. Mungkin Anda lebih
Apa yang harus dilakukan? Tentunya yang kita lakukan adalah menjaga dan
bukan kekuatan secara pengertian fisik, bukan otot yang kuat dan alat
persenjataan perang. Kita tidah butuh bom, karena kita bukan teroris. Kita tidak
butuh pedang besi, kita hanya butuh pedang iman dan ilmu.
Selain tiga kekuatan yang harus kita jaga seperti yang disebutkan tadi, saya ingin
mengajak kepada kita semua, seluruh kader HMI, mari kita perkuat keagamaan
kita dan ukhuwah Islamiayah. Baik secara pemahaman dan juga praktiknya.
segala sendi-sendi kehidupan akan kuat. Karena dengan kekuatan ini, insya Allah
Mari memahami lagi lebih dalam tentang nilai-nilai kebaikan yang ada di HMI.
HMI tanpa menyampingkan kemajuan zaman. Kembali bangkit dan jayanya HMI
itu ada di tangan kader-kadernya lewat usaha yang benar-benar dan baik (amal
Pada Kongres ke-5 Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), yang berlangsung pada
24-31 Desember 1957 dan diadakan di Medan. Kongres tersebut menjadi Kongres
HMI pertama di luar pulau Jawa. Kongres ke-5 ini dihadiri oleh 16 dari 19
Dalam kongres tersebut, ada beberapa butir keputusan yang disepakati, baik yang
bersifat internal maupun bersifat eksternal. Keputusan yang bersifat internal itu
misalnya seperti, disahkannya Hymne HMI yang digubah (disusun) oleh R.M.
Akbar, seorang aktivis HMI dari HMI Cabang Medan. Kemudian merumuskan
kader HMI adalah rata-rata yang berkaitan dengan perjuangan Islam. Seperti,
Islam, dan yang terpenting adalah menuntut agar Islam sebagai dasar negara
Indonesia.
HMI menuntut dan menginginkan supaya Islam sebagai dasar negara karena awal
menjadi dasar negara. Ir. Soekarno pernah menjanjikan hal itu. Silahkan dibaca
Medanheadlines.com
Selain dalam sidang HMI, di tahun yang sama pula, pembicaraan terkait dasar
lewat Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Menurut hemat saya, Soekarno melakukan itu
karena takut dan tidak ikhlas bahwa Islam sebagai dasar negara, karena 90%
mulai terlihat. Akan tetapi, Soekarno tetap ingin mempertahankan hasil produk
pemikiran sekuler itu, yaitu Pancasila. Dan ia ingin berkuasa secara absolut.
Perlu kita tegaskan bahwa, ajaran Islam tidak hanya berhubungan dengan Tuhan
(Hablumminannas). Maka dari itu, Islam harus mencampuri dan tidak dapat
dipisahkan dari segala aspek. Islam tidak mengenal pemisahan antara agama dan
dunia. Tidak mengenal pemisahan antara agama dan negara. Islam tidak seperti
yang dikatakan oleh kaum-kaum sekuler. Maka dari itu, HMI yang berasaskan
Apa tugas kita sebagai kader HMI zaman now? Sesuatu yang harus kita lakukan
pemikiran sekuler. Dengan Islam sebagai dasar negara, maka dapat menjaga
Islam itu kalaupun besar tidak akan melanda. Kalaupun tinggi malah akan
melindungi.
Islam kita wujudkan sebagai dasar negara bukan semata-mata lantaran ummat
bahwa Islam harus menjadi dasar negara Indonesia karena berdasarkan kepada
sifat-sifat yang sempurna bagi kehidupan negara dan masyarakat, serta dapat
dalam negara. Dengan tegaknya Islam sebagai dasar dari segalanya atas
Jelas bahwa, tugas kader HMI dan kaum intelektual Muslim lainnya bukan hanya
untuk meningkatkan kualitas dirinya pribadi. Akan tetapi, seorang kader HMI
harus juga menjalan dan mewujudkan ajaran-ajaran agama Islam disegala aspek.
mencapai tujuan pribadi. Dalam tugas sederhananya, Islam harus selalu hidup
dalam aktivitas kita sehari-hari, dan dalam skala besarnya harus menjadi dasar
negara agar dapat mewujudkan negeri yang baldatun toyyibatuh warabbun ghofur
Saat ini sungguh banyak kalangan muda Muslim yang bergabung di organisasi-
Semuanya berasal dari kaum intelektual muda yang sedang bergelut dalam dunia
ilmu pengetahuan dan berjuang untuk agamanya. Akan tetapi, hari ini umat Islam
tidak merasakan akan peran dan perjuangannya. Jika ada pun, ia tidak lebih dari
gerakan reaksioner, gerakan mengikut, dan gerakan yang bukan diinisiatori oleh
organisasi tersebut saling menghujat. Kalau beda pendapat, ya itu wajar sekali.
Yang jelas tujuannya tetap masih kepada arah Islam. dan yang lebih mirisnya lagi,
mahasiswa Islam, tugas kita hari ini ialah mempelajari dan memahami Islam
maupun masyarakat.
Mengapa demikian, mempelajari dan memahami Islam sebagai aliran pemikiran?
Karena, hari ini banyak mahasiswa Muslim yang hanya menganggap Islam hanya
sekedar agama yang mengatur hubungan dengan Tuhan saja. Padahal, ajaran
Islam sangat begitu sempurna dan mengatur segala hal tanpa terkecuali. Ada
mahasiswa Muslim, tapi ia secara sadar dan tidak sadar berperilaku seperti kaum-
Nah, sekarang bagaimanakah cara kita mempelajari dan memahami Islam sebagai
aliran pemikiran kita? Menurut Ali Syari’ati (terlepas dia orang Syi’ah, sebagai
Menurut saya, tugas itu harus perlu kita tambahi di mana intelektual muda
Islam, dan tidak terpengaruh hal-hal buruk dari teknologi informasi. Untuk
memahami dan memanfaatkan sebaik-baiknya teknologi informasi tidak harus
menjadi seorang ahli tekhnologi. Jika boleh meminjam kata-kata Ziauddin Sardar,
Sebagai intelektual muda Muslim zaman now, tentunya memikul amanah demi
masa depan umat manusia yang lebih baik. Seorang intelektual muda Muslim
harus menyadari tugas ini sebagai tugas pribadi dan apapun bidang studinya, dia
harus senantiasa menumbuhkan pemahaman yang segar tentang Islam dan tentang
sebutkan di atas tadi, Islam mempunyai berbagai dimensi dan aspek, maka setiap
intelektual muda Muslim bisa menemukan sudut pandangan yang paling tepat
Jika bidang studi yang kita minati tentang politik, maka kita harus menyusun
bertentangan dengan ajaran Islam dalam segala aspek. Begitu juga dengan bidang-
Tidak ada perjuangan yang sia-sia. Dan tidak ada pula seseuatu yang menjadi
kebetulan. Seperti kata Ali bin Abi Thalib, “kejahatan yang terorganisir dapat
mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir.” Maka untuk itu, gerakan yang
baik harus dimanajemen dengan baik, dan itu bagian dari tugas terbesar para
kedangkalan rasio kita dalam hal menciptakan sesuatu yang baru. Rasanya HMI
tidak inovatif lagi, sumbangan ide pemikiran HMI saat ini tidak lagi dapat
menembus langit. Sejarah bukan semata-mata hanya untuk kita ceritakan dengan
prestasi sejarah HMI dahulu menjadi bahan evaluasi diri untuk konsolidasi
(penguatan) supaya kita sebagai manusia umumnya dan kader HMI khususnya
untuk lebih bijaksana lagi pada masa sekarang dan di masa yang akan datang.
Jutaan jumlah alumni, Kader HMI dan sejarah HMI itu sendiri terkadang menjadi
objek pembicaraan yang telah membesarkan nama HMI. Ide-ide pemikiran kader
gerakan HMI saat ini tidak jelas orientasinya, dan itu menjadi bangga-banggaan
kadernya sendiri dalam bahasa lainnya terlalu sering menepuk dada sendiri. Ada
Menurut penulis, pendapat yang demikian kurang tepat mengatakan itu dinamika.
Seharusnya dinamika itu mempunyai konsep dan misi. Konsep dan misinya bukan
dengan azas, tujuan, usaha dan pedoman-pedoman lainnya, hal itu kita sebut
pemenuhan kualitas insan cita. Maka dari itu landasan keimanannya dan
keilmuannya dapat duduk pada diri seorang kader atau anggota HMI (belum
kader) hingga menjadi alumni yang dapat direalisasikan dalam aplikasi kita
organisasi mahasiswa Islam terbesar dan tertua tapi tidak mencerminkan sebagai
contoh yang baik. Situasi lokal (HMI Cabang, Korkom, dan Komisariat) sampai
nasional (PB HMI) tidak jauh beda. Orientasinya hari ini cenderung kepada
pemenuhan kuantitas anggota, ketika orientasinya ke arah sana secara otomatis ini
menjadi orientasi politik, bukan lagi orientasi ilmu pengetahuan. Dari pencapaian
itu kita terasa dibingungkan mana “Anak HMI” dan “Aktivis HMI” menuju kader
Anak HMI
Penamaan ini (Anak HMI) tidak jarang lagi kita dengar dalam kesehari-harian kita
atau penyebutan “Anak HMI” adalah penyebutan nama yang ditujukan kepada
orang yang sudah masuk HMI. Perlu kita ingat penyebutan ini tidaklah
penyebutan formal. Bahasa ini sering digunakan oleh mereka yang kurang
keanggotaan HMI dibagi dalam tiga keanggotaan, yaitu Anggota Muda (setelah
karena berjasa kepada HMI dengan ketentuan tersendiri). Dalam hal ini tidak ada
Selain kita berbicara tentang keanggotaan di tubuh HMI, kita sering juga
mendengar istilah kader (cadre). Apakah dan bagaimanakah sebetulnya kader itu?
Akankah layak “Anak HMI” dimasukkan ke dalam kategori kader? Sebelum kita
membahas kearah yang lebih jauh terlebih dahula kita bahas peristilahan atau
Anak HMI yang kita maksudkan dalam diskusi kali ini adalah seorang mahasiswa
Islam yang masuk HMI (secara formalnya sudah Maperca). Seseorang tersebut
masuk HMI tidak jelas apa orientasinya (tujuan). Seseorang tersebut bergabung
bersama HMI karena beberapa faktor seperti, karena ingin terkenal (orientasinya
Anak HMI yang dimaksud di sini terus mengikuti pelatihan dari Masa Perkenalan
Calon Anggota (Maperca) sampai tranining selanjutnya. Anak HMI juga ada yang
hanya sampai pada status Anggota Biasa. Maksud kita lebih lanjut, Anak HMI
hanya aktif apabila ada kegiatan yang menguntungkan diri pribadinya. Landasan
perjuangannya tidak jelas, yang paling lucunya adalah ketika berbicara tentang
paham tentang HMI, padahal yang keluar dari pembicaraannya dusta. Seharusnya
landasannya harus jelas yaitu landasan atau azas HMI (Islam) dan orientasinya
Mereka terus mengaku sebagai “Anak HMI” sampai dia selesai bermahasiswa
atau sudah bekerja. Hal ini mereka lakukan demi mengamankan eksistensinya,
ditambah yang lebih mengherankan lagi mereka (baca: Anak HMI) yang masuk
(mengaku) setelah dia wisuda, ya...mungkin mereka ingin akrab dengan kader
HMI yang menjadi atasannya atau petnernya di dalam pekerjaan. Ini kita sebut
“AHG (Anak HMI Gede)”- mengaku-ngaku anak HMI. Selain dari pada itu,
karakter “Anak HMI” sering memburukkan sesama mereka, tidak akur, saling
Aktivis HMI
HMI yang kaffah), terlebih dahulu kita diskusikan apa dan bagaimana “Aktivis
HMI” itu ?
Kata aktivis ini menjadi sebutan atau panggilan kebanggaan mahasiswa atau juga
seseorang yang melakukan suatu gerekan. Kata ini sekaligus sangat disegani dan
dihormati. Tahukah kita sebelumnya, kata aktivis ini dahulu sangat dibenci di
aktivis mulanya dibenci dan dilarang, karena dianggap orang-orang yang bergerak
ini aktivis mejadi kata terhormat (dahulu sebutan itu negatif) yang dijuluki kepada
seseorang.
Secara harfiah kata aktivis dalam kamus ilmiah populer yang disusun oleh
Burhani MS dan Hasbi Lawres mengatakan aktivis adalah orang yang aktif
menjadi anggota suatu organisasi (garis bawahi aktif menjadi anggota organisasi
bukan hanya aktif pada kegiatannya saja) dan penggerak suatu kegiatan organisasi
menuju tujuan murni organisasi. Dari pengertian ini aktivis adalah seseorang yang
Seorang aktivis, di dalam dirinya sudah tertanam nilai-nilai perjuangannya, hal itu
kekuatan dan penuh semangat optimis terhadap suatu pekerjaan atau kegiatan
penggerak untuk kepentingan umat dan dilandasi ideologi yang diyakini secara
Suatu ideologi yang benar dan dapat mengarahkan kehidupannya pada kehidupan
yang baik. Seorang aktivis harus mempunyai paham, ide, atau keyakinan karena
dengan itu maka akan menentukan bentuk-bentuk watak sosialnya, watak itu akan
selanjtunya akan memberikan arah kepada jalan nasib. (Nurcholish Madjid, 2008:
273).
Begitu jualah dengan “Aktivis HMI”, seorang anggota HMI yang mempunyai
landasan berpikir, berpola sikap dan mempunyai paham atau keyakinan yang
benar. Aktivis HMI Ini tidak pandang apakah dia Anggota Muda atau Anggota
Biasa HMI. Aktivis HMI dalam perspektif kita ini adalah seseorang yang
dengan tujuannya yang mulia dan menjadi arah perjuangan (pasal 4 AD HMI),
usahanya yang relevan hingga saat ini (pasal 5 AD HMI), sifatnya yang tidak
AD HMI). 24 jam waktu sehari semalam penuh dengan HMI baik secara
(misalnya, kuliah sebagai aplikasi insan akademis dan yang lainnya). Dengan
HMI, dia meningkatkan kecintaannya kepada Pencipta alam semesta, Allah SWT.
dan juga cinta kepada umat yang akan dibela (kaum mustadha’afin) bukan
membela kaum elit yang berkuasa yang menindas (kaum mustakbirin) walaupun
dia dari kalangan HMI dulunya. Dengan sering kita dengar HMI adalah anak
Dari “Aktivis HMI” inilah yang akan membawa nama baik organisasi Himpunan.
Dengan hati dan pikirannya yang bersih, orientasinya yang jauh kedepan
dan teknologi oleh aktivis HMI, maka HMI menjadi organisasi yang terorganisir
dan organisasi yang dinamis bukan organisasi yang statis dan primordial. Maka
dari itu juga, setiap tahunnya harus ada evaluasi dan pergantian regenarasi
(kepengurusan disetiap tingkatan, baik per satu tahun dan per dua tahun masa
kepentingan atau doktrin-doktrin yang berasal dari dalam ataupun dari luar
organisasi.
Tepatlah kiranya apa yang dikatakan oleh Franz Magnis Suseno bahwa organisasi
intelektual Indonesia. Realita apa yang dikatakan oleh Franz tadi, hal itu dapat
kita lihat kader-kader HMI yang sudah berproses di HMI dahulu (sekarang sudah
menjadi alumni HMI) banyak menempati posisi strategis di segala bidang aspek
masyarakat Indonesia. Akan tetapi bagi yang tidak setia dengan perjuangan HMI
tidak mencerminkan kader HMI lagi. Mereka yang konsisten pada perjuangan
HMI, dan di dadanya masih ada HMI. Tanpa panggilan HMI pun dia akan
Sesuai dengan perjanjian kita sebelumnya, kita akan mendiskusikan tentang apa
dan bagaimana itu kader HMI. Setelah kita membahas peristilahan sehari-hari
tentang “Anak HMI” dan “Aktivis HMI” timbulah suatu pertanyaan dalam
untuk Anggota HMI di atas, yang manakah kita sebut sebagai Kadar HMI
yang kaffah “Anak HMI” ataukah “Aktivis HMI” ataukah kedua-duanya dapat
Jikalau kita bahas defenisi kader (cadre), di dalam konstitusi HMI (pada pedoman
terorganisir secara terus menerus dan akan menjadi tulang punggung bagi
kelompok yang lebih besar. Sedangkan pengertian Kader HMI secara khusunya
disebutkan adalah anggota HMI yang telah melalaui proses perkaderan sehingga
menilik ciri kader memiliki integritas kepribadian yang utuh, beriman, berilmu
dan beramal shaleh sehingga siap mengemban tugas dan agamanah kehidupan
Pengertian di atas tidak dapat digangu gugat lagi, kader organisasi manapun harus
organisasi tersebut. Hal ini dapat kita analogikan misalnya dengan seorang
mahkluk hidup, katakanlah dia manusia (sebagai mahkluk dan khalifah di muka
bumi). Apabila dia tidak mempunyai tulang punggung pastilah dia lemah dan
Secara landasan filosofisnya, kader ini adalah kaum-kaum yang sudah terlatih dan
mudah goyah. Dia mempunyai mentalitas dan semangat atau motivasi yang kuat
Lahirnya kader HMI bukanlah dengan proses yang mudah, instan dan tanpa
konsepsi yang matang. Lahirnya kader HMI yang meningkatkan kualitas dirinya
HMI (kita sebut sebagai perkaderan) dan informal, seperti up-grading, follow up
informal lainnya. Akan tetapi di dalam konstitusi anggota HMI yang sudah Basic
Training (Latihan Kader I) lah yang dapat dikatan sebagai kader. Penulis sepakat
dengan hal tersebut tapi tidak sepenuhnya (secara pikiran bebas), menurut penulis
anggota HMI yang tidak keluar dari sanapun (hanya mengikuti Maperca) jikalau
menyadari pentingnya perjuangan membela kaum tertindas dia adalah kader HMI.
Sebagai kader HMI, dia harus mampu bersikap objektif, dinamis, dan inovatif.
Artinya perbedaan atau bahkan benturan pandangan yang terjadi harus dipahami
mengawalnya. Mari kita lihat kembali sejarah di masa pemerintahan Orde Lama
dan Orde Baru. Kader-kader HMI mengisi pembangunan bangsa dan negara
menuju sumber daya manusia yang berkualitas iman dan ilmu, hal ini sebagai
Sangat kita sayangkan saat ini, “Anak HMI” lebih mendominasi di tubuh HMI
dari pada “Aktivis HMI”. Dari jumlah mayoritas ini sangat mempengaruhi kondisi
kader dan himpunan, sehingga ciri khas HMI yang terus meningkatkan tradisi
intelektual semakin terkikis. Tidak bisa kita pungkiri mari kita sadari bersama
sebagai yang merasa “Anak HMI” atau “Aktivis HMI” di lingkungan HMI (dari
Noer, Dawam Rahardjo, dan yang lainnya, tradisi itu sudah mulai hilang karena
keluar pertahun dari forum Basic Training atau training yang lebih tinggi, seperti
yang kita sebutkan dalam tulisan-tulisan sebelumnya. Kondisi ini tentu
pemikiran Islam yang kompatibel dan kontributif bagi nation-state Indonesia yang
Dari “Aktivis HMI” yang sebagai kader HMI sejati, harus mempunyai pemikiran
pemikiran menjadi satu cita-cita dan misi. Pengalaman pahit HMI di masa lalu
(pada tahun 1986) kiranya sudah cukuplah. Kita tidak ingin lebih lagi dari itu,
dahulunya pisah menjadi dua, yang kita takutkan dengan menipisnya kualitas
kader, HMI akan hilang. Adapun dia seperti mati suri. Seperti apa yang dikatakan
tentang HMI.
Solusinya adalah pengkaderan yang sebagai ujung tombak atau poros organisasi
kebutuhan masa sekarang dan yang akan datang. HMI harus lebih selektif dalam
yang mempunyai kualitas diri yang baik, yang pencariannya sesuai dengan
pengurusnya atau kedekatan senior-senior di HMI dan bukan juga karena fakor
Jelas kiranya ini semua tugas dari Aktivis HMI yang masih ada di dalam
sebagai aktivis HMI. Tugas ini sungguh sangat berat dibandingkan tugas anak
HMI. Seharusnya “Anak HMI” janganlah membuat malu HMI dengan sering
Dapat kita tarik kesimpulan atau pelajaran dari pembahasan kita di atas bahwa
kita harus dapat membedakan “Anak HMI” dan “Aktivis HMI” dan siapakah yang
menjadi Kader HMI yang kaffah? Penulis singgung kembali, dalam hal ini kader
secara formal dan kader HMI sejati yang lahir dari proses pelatih formal dan
informal.
Kader HMI formal lahir dari pelatihan-pelatihan formal HMI, dan anggota ini
masih rentan menjadi “Anak HMI”, dia masih sesuai dengan musiman. Ya...dapat
kita katakan “Anak HMI Musiman” dan menurut penulis ini menjadi penambah
menjadi 45 Indikator Kemunduran HMI. Boleh juga kita katan mereka adalah
Kader HMI sejati (kaffah) sudah panjang lebar kita jelaskan di atas, tinggal kita
bagaimana memahaminya. Kader ini lahir dari pelatihan formal dan informal,
yang penting di dalam dirinya adalah HMI, dan mengabdikan dirinya, ide
pemikirannya dan tenaganya untuk umat, kaum yang tertindas bukan kepada
kaum-kaum elit yang hari ini banyak menanam saham kepentingan di tubuh HMI
sendiri.
Kader HMI sejati ini dihasilkan dari proses dan pelatihan yang luar biasa.
Ini menjadi tugas kita bersama yang masih tetap berdiri dibarisan perjuangan HMI
nilai keislaman dan keindonesiaan pada diriki yang menjadi kader umat dan kader
bangsa, yang menjadi anak kandung umat bukan anak kandung pejabat.[]
Kita Harus Tetap Semangat Ber-HMI
Saya tidak mengetahui secara pasti berapa jumlah Warga Insan Cita (Anggota dan
Alumni HMI) yang merasa fesimis dan “emosi” melihat keadaan HMI saat ini,
baik kader-kadernya hingga organisasinya. Akan tetapi hal itu dapat kita temukan
dalam beberapa otokritikan yang datang dari berbagai warga insan cita.
Banyak di antara warga insan cita mengeluh dan menyesalkan akibat memudarnya
kualitas intelektual kader-kader HMI saat ini. Dalam era politik transaksional di
negara Indonesia saat ini, menjadi ancaman bagi independensi di HMI, baik
secara individual kader dan organisasional. Kedekatan HMI dengan para pejabat-
pejabat negara, baik di tingkat pusat maupun di daerah, hampir tak berbatas lagi.
sekat pemisah.
membuat ukhuwah (persatuan dan persaudaraan) sesama warga insan cita semakin
menipis. Dan juga budaya kultural HMI untuk meningkatkan kualitas warga insan
cita semakin memudar, bahkan hampir hilang. Hal itu dapat dibuktikan dengan
lembaga lain, atau memilih “menyendiri”. Walaupun itu bukan menjadi pilihan,
harus semangat, walau hari ini musuh terbesar kita ada dalam rumah kita sendri.
Semangat ber-HMI itu tidak mengharapkan apa-apa kecuali ridho dari Allah Swt.
HMI, sebagai organisasi kemahasiswaan yang diisi oleh mahasiswa Islam (kaum
intelektual muda Islam), tetaplah fokus pada tujuan HMI dan fokus meningkatkan
kualitas iman dan ilmu pengetahuan. Walau tidak mendapat atau tidak
ditempatkan dalam struktural HMI yang strategis, tidak ada larangan untuk
Dalam Al-Qur’an ada disebutkan bahwa, Allah Swt. tidak melihat hambanya dari
golongan mana, jabatannya apa, status sosialnya bagaimana, kaya atau miskin.
Tapi Allah melihat hambanya dari ketakwaan pada-Nya. Dalam sabda Rasulullah
Saw. menyabutkan bahwa manusia yang baik itu, bukan manusia yang
mempunyai harta dan jabatan yang tinggi. Tapi, manusia yang baik itu adalah
manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Tidak perlu apa jabatan kita di HMI,
yang penting adalah bagaimana kita terus mengerjakan hal-hal baik di HMI
Tetaplah bangga menjadi warga insan cita. Dan tetaplah semangat ber-HMI dalam
rangka mengharap ridho dari Allah Swt. Di HMI kita harus terus meningkatkan
sholeh) kepada seluruh umat. Yakinlah bahwa usaha-usaha HMI itu akan
sampai.[]
Sumber Tulisan
Desember 2017.
2. Tiga Pilar Pemikiran HMI, diterbitkan diterbitkan Yakusa Blog, 5 April 2017.
Oktober 2017.
November 2017.
5. HMI Rumah Kaum Intelektual Muda Islam, diterbitkan Yakusa Blog, 3 Mei
2017.
20 Maret 2017.
7. Menulis; Tradisi HMI Yang Mulai Hilang, diterbitkan Yakusa Blog, 9 Juni
2017.
September 2017.
2017.
15. Kader-Kader HMI Yang Sedang Kronis, diterbitkan Yakusa Blog, 23 Mei
2017.
16. Berlakunya Seleksi Alam Di HMI, Benarkah?, diterbitkan Yakusa Blog, 8 Juni
2017.
17. Di HMI Saya Memilih Jalan Sunyi, diterbitkan Yakusa Blog, 13 April 2017.
18. BPL HMI Sebagai Benteng Pertahanan HMI, diterbitkan Yakusa Blog, 26
Oktober 2017.
19. Kader Harus Taat Pada Konstitusi HMI, diterbitkan Yakusa Blog, 17 Oktober
2017.
20. Kepada Siapa Kader HMI Menghamba?, diterbitkan Yakusa Blog, 26 Mei
2017.
September 2017.
22. Kalau Di HMI Mau Cari Uang, Lebih Baik Jadi Driver Go-Jek, diterbitkan
23. Ketika Perkaderan HMI Menjadi Slogan Belaka, diterbitkan Yakusa Blog, 14
Mei 2017.
24. Syarat-Syarat HMI Sebagai Organisasi Kader, diterbitkan Yakusa Blog, 31
Oktober 2017.
26. Pertarungan Tolol Kader-Kader HMI Saat Ini, diterbitkan Yakusa Blog, 31
Oktober 2017.
27. Andai Aku Ketua Umum PB HMI, diterbitkan Yakusa Blog, 11 September
2017.
28. Aktivis HMI-Wati Yang Mencintai Perkaderan HMI, diterbitkan Yakusa Blog,
15 Mei 2017.
29. Pola Rekrutmen Kader Dengan Konsep Al-Fatihah, diterbitkan Yakusa Blog,
2 Juni 2017.
2017.
33. Jangan Menjadi Kader Semangka, diterbitkan Yakusa Blog, 4 Desember 2017.
34. Menjaga Kader HMI Dari Paham Sesat, diterbitkan Yakusa Blog, 15 Oktober
2017.
36. Menikmati Secangkir Kopi NDP HMI, diterbitkan Yakusa Blog, 17 April
2017.
37. NDP HMI vs LML, diterbitkan Yakusa Blog, 20 Desember 2017.
38. Secangkir Kopi Tentang HMI Zaman Now, diterbitkan Yakusa Blog, 27
Desember 2017.
39. Secangkir Kopi Tentang Anak HMI Yang “LGBT”, diterbitkan Yakusa Blog,
30 Desember 2017.
2017.
41. HMI Menuntut Agar Islam Sebagai Dasar Negara, diterbitkan Yakusa Blog,
17 September 2017.
42. Tugas Intelektual Muda Muslim Zaman Now, diterbitkan Yakusa Blog, 25
Desember 2017.
44. Kita Harus Tetap Semangat Ber-HMI, diterbitkan Yakusa Blog, 16 November
2017.
Profil Penulis
Medan.
Pengalaman jabatannya di HMI belum terlalu jauh. Dia pernah menjadi Ketua
menjadi Pj. Ketua Umum di HMI Komisariat UISU (Komisariat tertua di HMI
Dia juga aktif menulis diberbagai media online. Demikianlah dia apa adanya.