Anda di halaman 1dari 10

A.

Definisi penyakit HIV/AIDS

AIDS ( Aquired Immune Deficiency Syndrom) adalah penyakit yang


berat yang di tandai oleh kerusakan imunitas celluler yang di sebabkan oleh
retrovirus (HIV) atau penyakit fatal secara keseluruhan dimana kebanyakan
pasien memerlukan perawatan medis dan keperawatan canggih selama
perjalanan penyakit. (Jauhar & Bararah, 2013)

B. Etiologi

Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang di
sebut HIV dari kelompok virus yang di kenal retrovirus yang disebut
lymphadenopathy associated virus (LAV) atau human T-cell leukemia virus
(HTL-III yang juga disebut human T-cell lymphotropic virus (retrovirus).
retrovirus mengubah asamrebonokleatnya (RNA) menjadi asam
deoksiribunokleat (DNA) setelah masuk kedalam sel pejamu. penularan virus
ditularkan melalui:

1. Hubungan seksual (anal,oral,vaginal)yang tidak terlindungi (tanpa


kondom) dengan oral yang telah terinfeksi HIV.
2. Jarum suntik / tindik / tato yang tidak steril dan dipakai bergantian.
3. Mendapatkan tranfusi darah yang mengandung virus HIV.
4. Ibu penderita HIV positif kepada bayinya ketika dalam kandungan ,
saat melahirkan atau melalui air susu ibu ( ASI) (Nurarif & Kusuma,
2015,)

1
C. Komplikasi
1. Oral Lesi
Kandidiasis oral ditandai oleh bercak-bercak putih seperti krim
dalam rongga mulut, jika tidak di obati, kandidiasis oral akan berlanjut
mengenai esofagus dan lambung. Tanda dan gejala yang menyertai
mencakup keluhan menelan yang sulit dan terasa sakit di balik
sternum (nyeri retrosternal). Karena kandidia, herpes simplek,
carkoma kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis human immuno
deficiency virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan
berat badan, keletihan dan cacat.
2. Neurologik
a. Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan
kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia,
dan isolasi sosial.
b. Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia,
hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis. Dengan
efek: sakit kepala, malaise, demam, paralise total / parsial.
c. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler, hipotensi
sistemik, dan maranik endokarditis.
d. Neuropati karena inflamasi demielinasi oleh serangan Human
Immunodeficiency Virus (HIV)
3. Gastrointestinal
a. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora
normal, limpoma, dan sarcoma kaposi. Dengan efek penurunan
BB anoreksia, demam, malabsorbsi dan dehidrasi.
b. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma, sarcoma kaposi
obat illegal, alkoholik dengan anoreksia, mual muntah, nyeri
abdomen, kriterik, demam artitris.

2
c. Penyakit anoretal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi
perianal yang sebagai akibat infeksi , dengan efek inflamasi sulit
dan sakit, nyeri rektal, gatal-gatal dan diare.
4. Respirasi
Pneumocystic gejala napas yang pendek, sesak nafas (dispnea),
batuk-batuk, dan nyeri dada, keletihan dan demam akan menyertai
berbagai infeksi oportunis seperti yang di sebabkan oleh
mycobacterium intracellulare (MAI) cytomegalovirus.
5. Dermatologik
Lesi kulit stefilokokus virus herpes simpleks dan zoster
dermatitus karena xerosis,reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus
dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar, infeksi sekunder dan
sepsis.penderita AIDS juga dapat memperlihatkan folikulitis
menyeluruh yang di sertai dengan kulit yang kering dan mengelupas
atau dengan dermatitik atopik seperti ekzema dan psoriasi.
6. Sensorik
a.Pandangan :sarkoma kaposi pada konjungtiva atau kelopak
mata retinitissitomegalovirus berefek kebutaan.
b. Pendengaran: otitis eksternal akut dan otitis media ,
kehilangan pendengaran dengan efek nyeri yang berhubungan
dengan mielopati meningtis,sitomegalovirus dan reaksi-reaksi
obat.

D. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
a.ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay)
b. Western blot
c.P24 antigen test
d. Kultur HIV
2. Tes untuk deteksi gangguan system imun :
a.Hematokrit
b. LED
c.CD4 limfosit
d. Rasio CD4/CD limfosit
e.Serum mikroglobulin B2
f. Hemoglobulin

3
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama, usia, jenis kelamin, agama, suku, status, pendidikan, pekerjaan,
alamat, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, nomor CM, diagnosa
medis.
2. Status kesehatan saat ini
a. Keluhan utama : biasanya pada pasien HIV/AIDS akan
merasakan demam dan diare terus menerus.(Katiandagho, 2015)
b. Alasan masuk rumah sakit : Pasien diare terus menerus
(Katiandagho, 2015)
c. Riwayat penyakit sekarang :Biasanya pasien mengeluh
hipoksia, sesak nafas, jari tabuh, limfadenopati (Jauhar & Bararah,
2013)
3. Riwayat kesehatan terdahulu
a. Riwayat penyakit sebelumnya : Sebelumnya pasien mengeluh
mengalami penurunan BB lebih dari 10%,demam,dan batuk dengan
waktu yang cukup lama.
b. Riwayat penyakit keluarga : Biasanya penyakit HIV di tularkan
dari ibu ke anaknya.
c. Riwayat pengobatan : Pemberian obat ARV terdiri atas
beberapa golongan seperti nucleoside reverse transcriptase inhibitor,
nucleotide reverse transcriptase inhibitor, non nucleoside reverse
transcriptase inhibitor, dan inhibitor protease.
B. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum
a. Kesadaran : Kesadaran Pasien melemah.
b. Tanda tanda vital :
1) GSC 4 6 5, T = 150/100 mmhg
2) S = 38 ℃
3) RR = 25x/mnt
4) N = 95 /mnt
2. Body System

4
a. Sistem pernafasan
1) Hidung :simetris, pernafasan, cuping hidung
2) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar
lymfe di sub mandibula.
3) Dada :bentuk dada normal
4) Gerakan dada : simetris, tidak terdapat reaksi
5) Suara nafas :ronki
b. System kardiovaskuler
1) Conjungtiva: tidak anemia, bibir pucat/ cyanosis, arteri carotis:
berisi regular tekanan vena jugularis tidak meninggi.
2) Ukuran jantung : tidak ada pembesaran.
c. System perkemihan
1) Urin produksi oliguria sampai anuria ( 200-400 ml/24 jam )
frekuensi berkurang
2) Tidak di temukan odema
3) Tidak di temukan adanya nokturia, disuria, dan kencing
batu`(Yulrina & Lusiana, 2015, p. 134)
d. System pencernaan
1) Mulut : terjadi peradangan pada mukosa mulut
2) Abdomen : distensi abdomen, peristalticmeningkat >25x/mnt
akibat adanya virus yang menyerang usus.
3) Gaster : nafsu makan menurun, mules, mual muntah, minum
normal
4) Anus : meradang gatal dan terdapat bintik (Jauhar & Bararah,
2013, p. 302)
e. System integument
1) Warna kulit pucat dan terdapat bintik-bintik dengan rasa gatal,
turgor menurun
2) Suhu meningkat 39⁰c,akral hangat,akral hangat,akral dingin
(waspada syok ),capillary refill time memanjang >2 dl, kemerahan
pada daerah perianal.

C. Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan: penurunan
energi, kelelahan, infeksi respirasi, sekresi trakheobronkhial, keganasan
paru, pneumothoraks

5
2. Volume cairan: kurang berhubungan dengan: asupan cairan yang tidak
adekuat sekunder terhadap lesi oral, diare.
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kesulitan mengunyah, kehilangan nafsu makan, lesi oral dan
esofagus, malabsorbsi gastro intestinal, infeksi oportunistik (kandidiasis,
herpes).
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan: kelemahan, kelelahan, efek
samping pengobatan, demam, malnutrisi, gangguan pertukaran gas
(sekunder terhadap infeksi paru atau keganasan).
5. Kecemasan berhubungan dengan: prognosis yang tidak jelas, persepsi
tentang efek penyakit dan pengobatan terhadap gaya hidup.

D. Rencana Keperawatan

DIAGNOSA
No KEPERAWATAN TUJUAN DAN INTERVENSI (NIC)
KRITERIA HASIL
(NOC)

1 Bersihan jalan Setelah dilakukan a. Monitor kecepatan, irama,


nafas tidak asuhan keperawatan, kedalaman dan kesulitan bernafas
b. Monitor nilai fungsi paru,
efektif jalan nafas dalam
terutama kapasitas vital paru,
berhubungan kondisi bebas atau
volume inspirasi maksimal,
dengan: paten dan pola nafas
volume ekspirasi
penurunan mejadi efektif.
c. Kaji perlunya penyedotan pada
energi, Dengan kriteria
jalan nafas dengan auskultasi suara
kelelahan, hasil:
1.
nafas ronki di paru
infeksi respirasi, d. Auskultasi suara nafas, catat
Suara nafas
sekresi area dimana terjadi penurunan atau
bersih
trakheobronkhia 2. tidak adanya ventilasi dan
l, keganasan 2. keberadaan suara nafas tambahan
e. Berikan bantuan terapi nafas

6
paru, Batuk tidak jika diperlukan
muncul f. Buka jalan nafas dengan
pneumothoraks
3. menggunakan maneuver chin lift
Tingkat
atau jaw thrust, dengan tepat
pernafasan dalam g. Kolaborasikan dengan dokter
batas normal untuk pemberian terapi oksigen

2 Volume cairan: Setelah dilakukan a. Monitor tanda – tanda vital


kurang tindakan pasien
b. Monitor makanan/cairan yang
berhubungan keperawatan, cairan
dikonsumsi dan hitung asupan
dengan: asupan tubuh seimbang.
kalori harian
cairan yang Dengan kriteria hasil
c. Jaga intake/asupan yang akurat
tidak adekuat :
dan catat output pasien
1. Tanda –
sekunder d. Berikan terapi IV, seperti yang
tanda vital
terhadap lesi ditentukan
dalam batas e. Arahkan pasien mengenai
oral, diare
normal status NPO (Nothing Per Oral)
2. Berat badan f. Kolaborasikan dengan dokter
stabil tentang pemberian cairan IV
3. Hidrasi kulit
terpenuhi
4. Keseimbanga
n intake dan
output

3 Ketidakseimban setelah dilakukan a. Monitor turgor kulit dan


gan nutrisi: tindakan mobilitas
b. Monitor adanya mual dan
kurang dari keperawatan, nutrisi
muntah
kebutuhan tubuh pasien seimbang.
c. Identifikasi perubahan nafsu

7
berhubungan Dengan kriteria hasil makan dan aktivitas akhir – akhir
dengan kesulitan : ini
1. d. Indetifikasi ketidaknormalan
mengunyah,
Asupan gizi dalam rongga mulut
kehilangan
e. Tentukan pola makan pasien
tercukupi
nafsu makan, f. Berikan dukungan terhadap
2.
lesi oral dan peningkatan berat badan dan
Tidak terdapat
esofagus, perilaku yang meningkatkan berat
lesi
malabsorbsi 3. badan
g. Ajarkan dan dukung konsep
gastro intestinal, Berat badan
nutrisi yang baik dengan klien
infeksi stabil
h. Kolaborasikan dengan tim
oportunistik
kesehatan lain untuk
(kandidiasis,
mengembangkan rencana
herpes)
perawatan dengan melibatkan
pasien dan keluarganya

4 Intoleransi setelah dilakukan a. Monitor respon emosi, fisik,


aktivitas tindakan sosial, dan spiritual terhadap
berhubungan keperawatan, pasien aktivitas
b. Berikan aktivitas untuk
dengan: dapat beraktivitas
meningkatkan perhatian dan
kelemahan, dengan normal.
berkonsultasi dengan terapis
kelelahan, efek Dengan kriteria hasil
rekreasional
samping :
c. Bantu klien untuk
1. Tidak merasa
pengobatan,
mengidentifikasi aktivitas yang
kelelahan saat
demam,
diinginkan
beraktivitas
malnutrisi, d. Bantu dengan aktivitas fisik
2. Dapat
gangguan secara teratur, sesuai kebutuhan
beraktivitas
e. Dorong aktivitas kreatif yang
pertukaran gas
dengan normal
tepat

8
(sekunder 3. Tidak ada f. Kolaborasikan dengan terapis
terhadap infeksi gangguan yang fisik, okupasi, dan terapis
paru atau muncul saat rekreasional dalam perencanaan
keganasan) beraktivitas dan pemantauan program
aktivitas, jika memang diperlukan

5 Kecemasan setelah dilakukan a. Identifikan pada saat terjadi


berhubungan tindakan perubahan tingkat kecemasan
b. Kaji untuk tanda verbal dan
dengan: keperawatan,
nonverbal kecemasan
prognosis yang kecemasan dapat
c. Berikan informasi faktual
tidak jelas, teratasi. Dengan
terkait diaagnosis, perawatan dan
persepsi tentang kriteria hasil :
prognosis
1. Pasien dapat
efek penyakit d. Nyatakan dengan jelas harapan
mengatasi
dan pengobatan terhadap perilaku pasien
cemas e. Bantu klien mengidentifikasi
terhadap gaya
2. Pasien
situasi yang memicu kecemasan
hidup
mampu f. Atur penggunaan obat-obatan
mengungkapkan untuk mengurangi kecemasan
rasa cemasnya secara tepat
3. Penyebab g. Kolaborasikan dengan dokter
rasa cemas untuk pemberian obat yang sesuai
dapat dengan pasien
diminimalisir

9
DAFTAR PUSTAKA

Katiandagho, D. (2015). Epidemiologi HIV AIDS. Bogor: In Media.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis &Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Mediaction.

PPNI, T. P. (2016). standart diagnosis keperawatan indonesia. jakarta: dewan


pengurus pusat persatuan perawat nasional indonesia.

Setiati, S. (2014). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing.

Gloria M. Bulechek, H. K. (2016). In Nursing Interventions Clasification


(NIC) Ed. 6 (p. 620). Jogjakarta : Mocomedia..

Sue Moorhead, M. J. (2016). In Nursing Outcomes Clasification (NOC) Ed. 5


(p. 766). Jogjakarta : Mocomedia.

T. Heather Herdman, S. K. (2018). In NANDA-I Diagnosa Keperawatan :


Definisi dan Klasifikasi 2018 - 2020 Ed.11 (p. 477). Jakarta : EGC.

10

Anda mungkin juga menyukai