Di susun Oleh :
Luthfiana Rojaun Najah Efendi NPM : 22001011090
Nabilla Shafira Hasbi NPM : 22001011094
Sinta Nuriyah NPM : 22001011092
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat Karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “ISLAM DAN GLOBALISASI”. Makalah ini
diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Metode Studi Islam.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan banyak
terimakasih pada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah
ini sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Dan tidak lupa juga
penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak dosen, Yoyok Amirudin, M.Pd.I yang
telah membimbing penulis.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharap kritik
dan saran yang bersiifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Dalam penyusunan
makalah ini penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri
maupun kepada pembaca umumnya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul………………………………………………………………………….. 1
Kata Pengantar…………………………………………………………………………... 2
Daftar Isi…………………………………………………………………………………. 3
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
2. 1 Pengertian Globalisasi…………………………………………………………… 5
3.2 Saran……………………………………………………………………………........ 16
3
BAB I
PENDAHULUAN
Islam menurut bahasa dari bahasa arab, yaitu dari kata salima yang mengandung
arti selamat, sentosa, dan damai. Dari kata salima selanjutnya diubah menjadibentuk
aslama yang berarti berserah diri masuk dalam kedamaian. Oleh karena itu orang yang
berserah diri, patuh, dan taat kepada Allah SWT disebut sebagai orang muslim.dari uraian
di atas bisa diambil kesimpulan bahwa islam menurut bahasa ialah patu, berserah diri, dan
taat kepada Allah SWT.
Dalam makna istilah islam sebagai agama yang ajaran-ajarannya yang diwahyukan
Allah kepada masyarakat melalui Nabi Muhammad SAW. Menurut Maulana Muhammad
Ali islam adalah agama pendamaian dan dua ajaran pokoknya, yaitu keesaan Allah dan
kesatuan atau persaudaraan umat islam menjadi bukti nyata bahwa agama islam itu selaras
pada namanya.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1. Pengertian globalisasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, globalisasi adalah proses masuknya ke
ruang lingkup dunia (kbbi.web.id, 2016).[1] Definisi ini menunjukkan bahwa segala hal
aktivitas yang terkait dengan aktivitas di seluruh dunia yang dapat kita ketahui,
merupakan suatu globalisasi. Misalnya, globalisasi siaran televisi sudah tidak dapat
dihindarkan lagi, seketika kita dapat mengetahui dan menyaksikan pertandingan sepakbola
di Eropa dari rumah kita
Globalisasi adalah suatu proses yang menyeluruh atau mendunia dimana setiap
orang tidak terikat oleh negara atau batas-batas wilayah, artinya setiap individu dapat
terhubung dan saling bertukar informasi dimanapun dan kapanpun melalui media
elektronik maupun cetak. Pengertian globalisasi menurut bahasa yaitu suatu proses yang
mendunia. Globalisasi dapat menjadikan suatu negara lebih kecil karena kemudahan
komunikasi antarnegara dalam berbagai bidang seperti pertukaran informasi dan
perdagangan.
5
6. Selo Soemardjan mengatakan globalisasi merupakan sebuah proses terbentuknya
sistem organisasi dan komunikasi antar masyarakat di seluruh dunia untuk
mengikuti sistem dan kaidah-kaidah tertentu yang sama.
7. Achmad Suparman mengatakan globalisasi yaitu suatu proses yang menjadikan
sesuatu benda atau perilaku sebagai ciri dari setiap individu di dunia tanpa dibatasi
oleh wilayah.
Semenjak abad VII H., nabi Muhamad SAW. sudah menerapkan konsep globalisasi
dalam berbagai aspek kehidupan. Misalnya ketika beliau mengirim utusannya membawa
surat-surat beliau kepada para raja dan para pemimpin di berbagai negara tetangga. Di
antara para raja dan pemimpin itu adalah Raja Romawi dan Kisra Persia. Dengan
demikian, ketika beliau wafat maka seluruh bangsa Arab sudah mampu meneruskan
globalisasi yang telah dirintis oleh beliau. Perlu dipahami bahwa globalisasi islam
berangkat dari kesatuan antara tataran konseptual dan tataran aktual, dan ini merupakan
salah satu keistimewaan islam. Bahkan menurut Fathi Yakan, globalisasi islam memiliki
keistimewaaan-keistimewaan, yaitu:
a. Memiliki keseimbangan antara hak dan kewajiban
6
c. Memiliki landasan atau konsep kesetaraan manusia tanpa diskriminasi, baik status
sosial, etnis, kekayaan, warna kulit dan sejenisnya
d. Menjadikan musyawarah sebagai landasan sistem politik
e. Menjadikan ilmu sebagai kewajiban bagi masyarakat untuk mengembangkan bakat-
bakat kemanusiaan dan lain-lain
Globalisasi yang kita pahami adalah globalisasi islam. Dalam kerangka filosofis
keumatan, kita harus memahami bahwa islam adalah aturan universal yang bisa
menjangkau dunia. Ia bisa melampaui ruang dan waktu, dan tak terbatasi. Globalisasi
islam adalah proses mengglobalkan nilai-nilai universalitas, seperti toleransi, kebersamaan,
keadilan, kesatuan, musyawarah dan lain-lain.
Jadi dapat kita pahami Konsep globalisasi yang muncul baru-baru ini sebenarnya
sudah ada dalam ajaran agama islam dan sudah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Maka
kita sebagai umat islam perlu memanfaatkan globalisasi sekaligus meniru apa yang sudah
dilakukan Nabi Muhammad SAW. Dengan memperhatikan poin-poin penting dalam
globalisasi islam.
Pihak yang optimis melihat globalisasi sebagai peluang bagi umat Islam untuk
memberikan kontribusi sumbangan pemikiran agar Islam bisa diterima oleh peradaban
global yang kini dominan. Akber S. Ahmed, adalah representasi dari sikap optimis
semacam ini. Ahmed menguraikan temuannya ini dalam kapasitasnya sebagai intelektual
Muslim yang banyak terlibat dengan media Barat sehingga tidak heran kalau realitas
posmodernisme baginya adalah realitas media. Dalam hal ini, Ahmed memposisikan diri
sebagai seorang posmodernis afirmatif.
Hal ini bisa terlihat dari kegirangannya untuk menyambut semangat pluralisme-
posmodernisme yang gaungnya di Barat sudah sangat kuat. Bila diterjemahkan dalam
kontes hubungan Barat dan Islam, Ahmed membayangkan bahwa pluralism
posmodernisme menjanjikan situasi yang lebih dialogis.
Dalam analisis Ahmed, globalisasi media yang disokong jaringan korporasi modal
internasional telah menembus batasan kultural, geografis, dan negara sedemikian rupa
sehingga beragam cara pandang bertemu dalam tingkat yang intensif. Dengan dukungan
ajaib teknologi, media audio-visual bahkan mampu menghadirkan secara serentak beragam
wacana menjadi satu paket sajian media. Dalam media; ide filsafat, khotbah, agama, fakta
sejarah, science-fiction, dan budaya pop berkelindan menjadi satu.
8
Uniknya, diaspora Muslim transnasional menggunakan teknologi ini untuk
mengembangkan komunikasi alternatif dengan network yang
mensupport sebuah globalization from below. Dalam beberapa kasus, network-network
semacam ini mampu melakukan counter terhadap pembatasan yang dilakukan pemerintah
negara-negara Muslim, misalnya the Kurdish MED-TV dan televisi yang dimiliki oleh
Ahmadiyyah Internasional.
Seperti yang telah dijelaskan oleh Giddens, globalisasi pada pokoknya berarti
proses interkoneksi yang terus meningkat di antara berbagai masyarakat sehingga
kejadian-kejadian yang berlangsung di sebuah negara mempengaruhi negara dan
masyarakat lainnya. Dunia yang terglobalisasi adalah dunia dimana peristiwa-peristiwa
politik, ekonomi, budaya, dan sosial semakin terjalin erat dan merupakan dunia dimana
kejadian-kejadian tersebut berdampak secara besar. Dengan kata lain, kebanyakan
masyarakat dipengaruhi secara ekstensif dan lebih intensif oleh peristiwa yang terjadi di
masyarakat lain. Peristiwa itu pada dasarnya berkaitan dengan kehidupan sosial, ekonomi,
dan politik.
Sementara itu institusi pilar lain dari globalisasi, yakni Bank Dunia (World Bank),
menyatakan bahwa inti globalisasi ekonomi adalah proses sharing kegiatan ekonomi dunia
yang berjalan melanda semua masyarakat di berbagai negara dengan mengambil tiga
bentuk kegiatan, yakni perdagangan internasional, investasi asing langsung dan aliran
pasar modal.
Pertama, istilah ’globalisasi’ perlu ditelaah secara teliti. Ia bukanlah istilah yang bisa
dimaknai secara subjektif. Artinya, globalisasi membawa agenda yang penuh
dengan world-view Barat.
Dalam diskusi seputar globalisasi, jelas sudah bahwa istilah ‘globalisasi’ tidak
melulu menjadi milik bidang ilmu bisnis namun menjadi diskusi interdisipliner dalam
bidang ilmu sosial. Dalam konteks ini mungkin ada sebuah argumen yang menyatakan
bahwa masing-masing definisi mengindikasikan istilah dari perspektif tertentu, namun
pada akhirnya, seluruh definisi menggiring kepada globalisasi Anglo Saxon; yang pada
akhirnya akan menuju ke satu bentuk comprehensive globalization yang melibatkan
seluruh kekuatan yang akan mengarahkan dunia kepada sebuah desa buana (global
village), mempersempit jarak, menghomogenkan budaya, mereduksi kedaulatan nasional
9
dan batas-batas hubungan politik. Dalam konteks ini, para intelektual sepakat dengan Ali
Mazrui serta intelektual-intelektual lain yang memiliki argumen bahwa ‘globalisasi’
merupakan “desanisasi dunia (villagization of the world)”. Bagaimanapun juga, konsep
desanisasi dunia tidak dimaknai sebagai sebuah kulminasi positif dimana seluruh
penduduk bumi akan bisa terlibat, sejajar, dan bahkan terintegrasi secara harmonis, namun
globalisasi lebih mengacu kepada proses homogenisasi global yang dengan sengaja
dikonstruk oleh kepentingan Amerika dan negara-negara Barat lainnya.
Pesimisme para sarjana Muslim seperti yang dijelaskan Mark Levine di atas,
mendapatkan momennya ketika globalisasi tiba pada fase ketiga perjalanannya, yakni
pasca Perang Dingin. Setelah Uni Soviet runtuh, praktis gravitasi politik internasional
terpusat ke Amerika sehingga muncul istilah ’center’ dan ‘periphery’ yang dipopulerkan
oleh Barry Buzan. Dominasi dan hegemoni politik kebijakan luar negeri Amerika Serikat
semakin signifikan manakala peristiwa WTC 9/11 terjadi. Secara sepihak, George W.
Bush yang kala itu menjabat sebagai presiden, mengeluarkan frase “axis of evil” yang
ditujukan kepada siapapun yang berani menentang politik kebijakan luar negerinya.
Jika menilik pada latar belakang penolakan umat Islam terhadap globalisasi, maka
globalisasi di sini diasosiasikan dengan Westernisasi, yang mereduksi bahkan
mendekonstruksi nilai-nilai (values) non Barat. Westernisasi, secara spesifik dikatakan
sebagai ghazwul fikri (perang pemikiran). Istilah ini mulai popular sejak tahun 1990. Buku
pertama yang mengulas tentang ghazwul fikri adalah buku yang ditulis oleh A.S.Marzuq
berjudul “Ghazwul Fikri” terbitan Pustaka al-Kautsar tahun 1990.
Hamid Fahmy Zarkasyi mempunyai tesis yang secara tepat mampu menjelaskan
posisi agama dalam dunia posmodernisme. Menurutnya, agama tidak lagi berhak
mengklaim punya kuasa lebih terhadap sumber-sumber nilai yang dimiliki manusia seperti
yang telah diformulasikan oleh para filosof. Jadi, agama dipahami sebagai sama dengan
persepsi manusia sendiri yang tidak memiliki kebenaran absolut. Oleh sebab itu agama
mempunyai status yang kurang lebih sama dengan filsafat dalam pengertian tradisional.
11
Transendensi agama di era globalisasi dihadapkan pada ketegangan-ketegangan
dialektis, antara implikasi-implikasi globalisasi dengan keharusan agama untuk tetap
mempertahankan aspek transendetal.
Untuk mengubah prilaku dan pandangan tersebut, pemuda terlebih dahulu dituntut
menjadi generasi nafi’un lighairihi (pribadi yang bermanfat), berakhlaqul karimah,
mandiri, paham agama serta memiliki iman dan ketaqwaan yang tinggi. Dengan demikian,
pemuda akan mampu membentengi diri dari berbagai macam kerusakan yang menimpa di
era globalisasi dan modernisasi sekarang ini.
Dalam menjalankan misi pemuda ini, orang tua juga dituntut untuk berperan aktif
dalam mengawasi, mengkontrol segala aktifitas anaknya, mengarahkan anak-anak pada
kebaikan, memberikan pendidikan yang layak serta menunaikan kewajibannya sebagai
orang tua. Karena anak hari ini, merupakan pemuda di hari esok, sehingga estafet
generasi nafi’un lighairihi akan berkelanjutan dan tidak putus di tengah jalan.
Bila melihat kenyataan saat ini, tak dapat dipungkiri bahwa hal tersebut selaras
dengan Hadis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi dimana Beliau telah mengingatkan kita
tentang berbagai macam bentuk kerusakan yang akan terjadi di akhir zaman. Diantara
kerusakan tersebut adalah perilaku pergaulan bebas, perzinaan, tawuran, kecanduan
narkoba, minuman keras, merasa bangga dengan perbuatan dosa dan lain sebagai nya
menjadi sesuatu yang wajar.
Rusak nya perilaku dan akidah generasi muda menjadi sesuatu yang
mengkhawatirkan saat ini, karena menjadi suatu bom waktu, yang suatu saat akan
12
meledak. Bom waktu dimaksud adalah membiarkan generasi ini dihempas oleh pengaruh
globalisasi maka dengan sendirinya akan membawa kehancuran di suatu hari nanti,
dimana kehancuran itu terjadi disaat generasi yang lemah menjadi pemimpin. Rasullullah
menggambarkan, “apabila suatu urusan (pemerintahan) diberikan kepada yang bukan
ahlinya, maka tunggulah waktunya”.
Untuk menghindari rusaknya generasi muda, maka jawabannya adalah ilmu. Ilmu
membimbing seseorang keluar dari kebodohan, membimbing seseorang mampu
membedakan mana yang hak, benar dan mana yang salah. Dengan ilmu seseorang akan
mendapatkan tuntunan untuk menempuh jalannya menuju Ilah.
Bila berkaca pada masa kejayaan Islam, mereka memposisikan ilmu pada tingkatan
yang agung. di masa itu, dengan ilmu hampir sebagian wilayah dunia digenggam oleh
Islam. Dapat dilihat, bagaimana para penemu-penemu yang ilmunya masih digunakan
sampai sekarang, sebagian besarnya ditemukan oleh para ilmuwan muslim.
Bertolak dari sejarah tersebut, tentunya kita juga harus mampu memposisikan ilmu
pada posisi yang tinggi. Apapun yang mau dicapai seseorang maka hal itu hanya dapat
dilakukan dengan ilmu. Kehidupan dunia dan akhirat hanya dapat dicapai dengan ilmu
pula.
Oleh karena itu, ilmu harus dimulai sedini mungkin. Orang tua harus mengambil
tugas tepat dalam membentuk kepribadian anak, memberikan pendidikan yang seimbang
antara agama dan dunia. Anak tidak dibiarkan berkeliaran di luar kontrol orang tua.
Dengan demikian anak akan tumbuh sebagai generasi yang shaleh yang beriman dan
bertakwa serta berguna bagi orang tua dan masyarakat.
Dengan menerapkan hal tersebut maka generasi muda akan gemilang serta estafet
generasi muda terus berkelanjutan hingga tidak akan ada celah untuk merusak generasi
kita. Bila generasi muda tumbuh dalam kebaikan, maka akan terwujud kesalehan sosial,
kehidupan masyarakat menjadi aman dan tentram. Sehingga dengan demikian, daerah kita
menjadi daerah yang penuh kebaikan dan rahmat, Baldatun Tayyibataun Warabbun
ghafur.
13
Sejak paruh akhir abad 20, dunia menjadi semakin mengalami masa-masa tenang
pasca perang dunia II dengan berkurangnya perang antar bangsa dengan menggunakan
kekuatan militer. Bangsa-bangsa di berbagai Negara sibuk menata dan membangun dirinya
masing-masing. Dalam kondisi yang semacam itu perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi informasi, ekonomi, sosial, budaya pada masyarakat yang umumnya di Negara
mapan dan dominan seperti Amerika dan Eropa berkembang sedemikian pesatnya.
Mereka yang dapat mengembangkan hal-hal semacam itu tumbuh sedemikian cepatnya
hingga dapat menjadi Negara yang kuat.
Namun Negara yang kuat sekalipun masih tidak dapat hidup sendiri ia perlu
menjalin hubungan dengan Negara-Negara dunia ke tiga yang banyak terdapat pada benua
Asia, Afrika dan Amerika Latin yang di dalamnya banyak terdapat komunitas maupun
masyarakat muslim. Hubungan di bangun melalui jalur politik, ekonomi, olah raga,
budaya, agama dan lain-lain. Kemajuan teknologi informasi mempersempit ruang dan
waktu serta mempermudah hubungan antar Negara dan bangsa. Munculnya organisasi
multinasional kapitalis dan gerakan transnasional religious yang memiliki kepentingan
untuk menancapkan kekuasaan dan menyebarkan ajarannya menjadi fenomena penting
pada masa peralihan hingga awal abad ini. Meski masih banyak pihak yang menyangkal,
mereka yang memiliki akses pengetahuan lebih kemudian sadar bahwa kita berada dalam
dunia yang saling terhubung satu dengan yang lain dan tidak ada tabir yang membatasi
antara satu dengan yang lain hingga seakan di dunia ini tidak lagi tersisa tempat untuk
bersembunyi meski di alam fantasi kita sendiri.
Perkembangan Islam di dunia modern ini bisa dibilang kalah start. Islam yang
pernah jaya melalui Kekhalifahan Utsmani sempat mengalami kemandekan sementara
Barat berkembang sejak revolusi industri. Sebagian Negara Islam lainnya juga sempat
mengalami penjajahan. Dengan posisi semacam itu akar hegemoni Barat atas dunia Islam
telah tertancap dengan begitu kuat. Melalui pendidikan, media, infiltrasi produk dan
sebagainya mereka bangsa Barat mulai menyusupkan ideologi mereka ke dalam
masyarakat muslim sehingga terjadi perang pemikiran (ghawzul fikr) antara keduanya
Banyak sekali virus-virus pemikiran seperti liberalisme, pluralisme agama dan sekularisme
masuk ke dalam masyarakat muslim. Masyarakat muslim kemudian banyak yang
menjadikan barat sebagai patokan kemajuan zaman. Mereka kemudian meniru hal-hal
yang berbau Barat mulai dari makanan, pakaian, gaya hidup, cara berbicara bahkan cara
bercinta. Semua itu disusupkan melalui iklan produk yang nantinya akan dikonsumsi
masyarakat muslim dan kepadanyalah masyarakat muslim bergantung.
14
Islam diturunkan oleh Allah SWT dan disampaikan melalui Nabi Muhammad
SAW sejatinya merupakan suatu ajaran yang mengatur segala aspek kehidupan umat
manusia di dunia. Termasuk dalam hal membangun sebuah peradaban yang dipimpin oleh
pemerintahan Islam dengan ditegakkannya syariat Islam.[4] Meski tidak diterangkan
secara eksplisit, namun terdapat bakal konsep yang menunjukkan ciri-ciri dan syarat-syarat
Negara Islam. Akan tetapi yang terjadi pada masa sekarang ini, mulai sejak awal abad 20,
peta Negara dan geopolitik dunia terbagi atas dasar nation state. Sehingga masyarakat
Islam harus terpisah dengan garis imajiner Negara dan berbagi ruang dengan golongan-
golongan lain di luar Islam. Konsekuensinya Islam harus di kompromikan dengan
kepentingan pihak-pihak lain dan mengurangi tuntutannya. Dengan begitu syariat Islam
menjadi sulit untuk ditegakkan dalam masyarakat.
Umat Islam harus mempercepat langkah dalam berbenah dan membangun dirinya.
Pembangunan dunia Islam harus ditingkatkan akselerasinya melalui ekonomi yang
mandiri. Peningkatan ekonomi dapat dicapai dengan peningkatan pendidikan, sebab
pendidikan merupakan sarana peningkatan dan pewarisan ilmu pengetahuan. Penguasaan
sarana telekomunikasi dan informasi juga penting untuk mempercepat laju pertumbuhan
umat. Dan yang paling penting kestabilan politik yang dicapai dengan kekuasaan
pemerintahan muslim sebab syariat Islam tidak akan tegak tanpa otoritas dan aparatur
penegaknya.
BAB III
15
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Islam berasal dari bahasa arab, yaitu salima yang yang mengandung arti selamat,
damai dan sentosa Islam adalah agama Allah yang SWT, yang diturunkan pada Nabi
Muhammad SAW, untuk mengajarkan dan menyampaikan pada Umat-Nya. Globalisasi
berasal dari kata “global”.
Umat Islam harus mempercepat langkah dalam berbenah dan membangun dirinya.
Pembangunan dunia Islam harus ditingkatkan akselerasinya melalui ekonomi yang
mandiri. Peningkatan ekonomi dapat dicapai dengan peningkatan pendidikan, sebab
pendidikan merupakan sarana peningkatan dan pewarisan ilmu pengetahuan. Penguasaan
sarana telekomunikasi dan informasi juga penting untuk mempercepat laju pertumbuhan
umat. Dan yang paling penting kestabilan politik yang dicapai dengan kekuasaan
pemerintahan muslim sebab syariat Islam tidak akan tegak tanpa otoritas dan aparatur
penegaknya.
3.2. Saran
Melihat dari makalah penulis ini menyarankan islam dalam globalisasi juga
dibutuhkan di kalangan islam karena melihat perkembangan zaman dan kehidupan
masyarakat, tetapi juga melihat titik positif dan negatif dalam menangapinya.
16
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi
https://www.goaceh.co/berita/baca/2016/10/29/eksistensi-generasi-islami-di-era-
globalisasi
https://inpasonline.com/respon-umat-islam-terhadap-globalisasi/
http://mhakicky.blogspot.com/2009/11/respon-islam-terhadap-globalisasi.html
Dr. H.Koko Abdul Kodir, M.A, Metodologi Studi Islam, Surabaya: Sinar Surya, 2009.
Dr. H.Koko Abdul Kodir, M.A, Metodologi Studi Islam, Yogyakarta, TERAS, 2009.
Abdurrahman Wahid, dkk., Zaman Baru Islam Indonesia, Bandung, Remaja Rosda
Karya,1999.
17