Oleh :
Kelompok 3 / Kelas 7A
1. Irfa Khikmatul Khuluq (1130019001)
2. Alfina Maghfirah (1130019049)
3. Yashinta Elma Gustiyani (1130019097)
4. Mochammad Agung H W (1130019099)
5. Alfiya Nurhidayati (1130019107)
Fasilitator :
Nur Ainiyah, S.Kep., Ns., M.Kep
A. Pengertian PDM
Diabetes melitus adalah suatu jenis penyakit yang disebabkan
menurunnya hormon insulin yang diproduksi kelenjar pankreas. Penurunan
hormone ini mengakibatkan seluruh gula (glukosa) yang dikonsumsi tubuh
tidak dapat diproses secara sempurna, sehingga kadar glukosa di dalam tubuh
akan meningkat. Gula meliputi polisakarida, oligosakarida, disakarida, dan
monosakarida merupakan sumber tenaga yang menunjang keseluruhan
aktivitas manusia. Seluruh gula ini akan diproses menjadi tenaga oleh hormon
insulin tersebut. Karenanya, penderita diabetes melitus (diabetisi) biasanya
akan mengalami lesu, kurang tenaga, selalu merasa haus, sering buang air
kecil, dan penglihatan menjadi kabur. Gejala lain akibat adanya kadar glukosa
yang terlalu tinggi akan terjadi ateroma sebagai penyebab awal penyakit
jantung koroner.
Diabetes mellitus merupakan gangguan proses metabolisme darah
yang berlangsung kronik ditandani dengan tingginya kadar gula darah yang
diakibatkan oleh gangguan pengeluaran insulin,resistensi insulin atau
keduanya . Pada dasarnya, diabetes ormone merupakan penyakit kelainan
metabolisme yang disebabkan kurangnya hormone insulin. Hormon insulin
dihasilkan oleh sekelompok sel beta pankreas dan sangat berperan dalam
metabolisme glukosa bagi sel tubuh. Kadar glukosa darah yang tinggi dalam
bentuk diabetisi tidak bisa diserap semua dan tidak mengalami metabolisme
dalam sel. Akibatnya, penderita akan kekurangan energy sehingga penderita
mudah lelah dan berat badan terus menerus. Kadar glukosa yang berlebih
tersebut dikeluarkan melalui ginjal dan dikeluarkan bersama urine. Gula
bersifat menarik air dan selalu merasa kehausan.
B. Penyebab PDM
Etiologi menurut (Nurarif & Hardhi,2015) yaitu:
1. Diabetes mellitus tergantung insulin (DM TI) tipe 1
Diabetes yang tergantung pada insulin ditandai dengan
penghancuran sel-sel beta pancreas yang disebabkan oleh :
a) Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi tipe I itu sendiri tetapi
mewarisi sesuatu presdiposisi atau kecenderungan genetic
kearah terjadinya diabetes tipe I. kecenderungan genetic ini
ditentukan pada individu yang memiliki tipe HLA (Human
Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen
yang bertanggung jawan atas antigen tranplantasi dan proses
imun lainnya.
b) Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon
autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibody
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing
c) Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel ᵦ pancreas
sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus
atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
dapat menimbulkan detuksi sel ᵦ pancreas.
2. Diabetes mellitus tergantung insulin (DM TII)
Disebabkan oleh kegagalan telative beta dan resisten
insulin. Secara pasti menyebabkan dari DM tipe II ini belum
diketahui, faktor genetic diperkirakan memegang peranan dalam
proses terjadinya resisten insulin. Diabetes mellitus tak
tengantung insulin (DMTTI) penyakit mempunyai pola familiar
yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin
maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat
resistensi dari sel-sel sasaran terhadap insulin. Pada pasien
dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin
dengan reseptor hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya
jumlah tempat reseptor yang responsive insulin pada membrane
sel.
Faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM
tipe II, diantaranya adalah :
a) Usia (meningkat > 65 tahun)
b) Obesitas
c) Riwayat keluarga
d) Kelompok etnik
Hasil pemeriksaan glukosa 2 jam pasca pembedahan dibagi
menjadi 3 yaitu :
a) < 140mg/dl (normal)
b) 140 < 200 mg/dl (toleransi glukosa terganggu)
c) >200 mg/dl (diabetes)
C. Tanda dan Gejala PDM
Tanda da gejala diabetes mellitus menurut smeltzer et al. (2013) dan
kowalak (2011), yaitu :
1) Poliura (air kencing keluar banyak) dan polydipsia ( rasa haus yang
berlebih) yang disebabkan karena osmolalitas serum yang tinggi
akibat kadar glukosa serum yang meningkat
2) Anoreksia dan polifagia ( rasa lapar yang berlebih) yang terjadi
karena glukosuria yang menyebabkan kalori negatif
3) Keletihan dan kelemahana yang disebebkan penggunaan glukosa
oleh sel membrane
4) Kulit kerung, lesi kulit atau luka yang lambat sembuhnya, dan rasa
gatal pada kulit
5) Sakit kepala, mengantuk, dan gangguan pada aktivitas disebabkan
oleh kadar glukosa intrasel yang rendah
6) Kram pada otot, iritabilitas, serta emosi yang labil akibat
ketidakseimbangan elektrolit
7) Gangguan penglihatan seperti pandangan kabur yang disebabkan
karena pembengkakan akibat glukosa
8) Sensasi kesemutan atau kebas ditangan dan kaki yang disebabkan
kerusakan jaringan saraf
9) Mual,diare, dan konstipasi yang disebabkan karena dehidrasu dan
ketidakseimbangn elektrolit serta neuropati otonom.
D. Komplikasi PDM
Komplikasi dari diabetes mellitus menurut smeltzer et al (2013) dan tanto
et al (2014) diklasifikasikan menjadi komplikasi akut dan komplikasi kronik.
Komplikasi akut terjadi karena intoleransi glukosa yang berlangsung dalam
jangka waktu pendek yang mencakup :
1) Hipoglikemia, Keadaan dimana glukosa dalam darah mengalami
penurunan dibawah 50 sampai 60 mg/dl dosertai dengan gejala pusing,
gemetar, lemas, pandangan kabur,keringat dingin, serta penurunan
kesadaran.
2) Ketoasidasis diabetes (KAD), Keadaan yang ditandai dengan asidosis
metabolic akibat pembentukan keton yang berlebihan
3) Sindrom nonketotik hiperosmolar hiperglikemik (SNHH), Suatu
keadaan koma dimana terjadi gangguan metabolisme yang
menyebabkan kadar glukosa dalam darah sangat tinggi, menyebabkan
dehidrasi hipertonik tanpa disertai ketosis serum
Komplikasi kronik menurut Smeltzer et al (2013) biasanya terjadi
pada psien yang menderita diabetes mellitus lebih dari 10-15 tahun
komplikasinya mencakup
1. Penyakit makrovaskular (pembuluh darah besar) : biasanya
penyakit ini memengaruhi sirkulasi koroner, pembuluh darah
perifer, dan pembuluh darah otak.
2. Penyakit mikrovaskular (pembuluh darah kecil) : biasanya penyakit
ini memengaruhi mata (retinopati) dan ginjal (nefropati) ; control
kadar gula darah untuk menunda atau mencegah komplikasi
mikrovaskular maupun makrovaskular
3. Penyakit neuropatik ; memengaruhi saraf motorik dan otonom yang
mengakibatkan beberapa masalah seperti impotensia dan ulkus
kaki.
E. Penatalaksanaan PDM
Penatalaksanaan pada pasien diabetes menurut perkeni (2015) dan
kowalak (2011) dibedakan menjadi 2 yaitu terapi farmakologis dan non
farmakoogis :
1. Terapi farmakologi
Pemberian terapi farmakologi harus diikuti dengan
pengaturan pola makan dan gaya hidup yang sehat. Terapi
farmakologi terdiri dari obat oral dan obat suntikan, yaitu:
a) Obat antihiperglikemia oral
b) Kombinasi obat oral dan suntikan insulin
2. Terapi non farmakologi
a) Edukasi
b) Teraapi nutrisi medis
c) Latihan jasmani atau olahraga
F. Pencegahan Primer, Sekunder, Tersier PDM
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer ditujukan untuk kelompok beresiko yang dapat
dilakukan dengan penyuluhan tentang pola hidup sehat melalui program
penurunan berat badan untuk mencapai berat badan ideal, latihan jasmani,
dan hentikan kebiasaan merokok maupun intervensi farmakologis.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat
timbulnya penyulit pada pasien yang telah terdiagnosis DM. Pencegahan
sekunder meliputi pengendalian kadar glukosa dan faktor resiko penyulit,
melakukan deteksi dini adanya penyulit dan program penyuluhan yang
memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam
menjalani program pengobatan sehingga mencapai target terapi yang
diharapkan.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier ditujukan pada kelompok
penderita diabetes yang telah mengalami penyulit dalam upaya mencegah
terjadinya kecacatan lebih lanjut serta meningkatkan kualitas hidup.
Upaya rehabilitasi pada pasien dilakukan sedini mungkin, sebelum
kecacatan menetap. Pada upaya pencegahan tersier tetap dilakukan
penyuluhan pada pasien dan keluarga. Materi penyuluhan termasuk upaya
rehabilitasi yang dapat dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang
optimal. Pencegahan tersier memerlukan pelayanan kesehatan
komprehensif dan terintegrasi antar disiplin yang terkait, terutama di
rumah sakit rujukan.
DAFTAR PUSTAKA