Anda di halaman 1dari 24

BERPIKIR : BERPIKIR KRITIS, REASONING (PEMAHAMAN),

PROBLEM SOLVING, KREATIF DESKRIPSI, SERTA CONTOH DAN


APLIKASI DALAM PEMBELAJARAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok

Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu : Dini Afriansyah, M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 10

Nur Saffana (2120207032)

Herlin Arlika (2120207042)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN RADEN FATAH PALEMBANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Berpikir: Berpikir Kritis, Reasoing (Pemahaman), Problem Solving, Kreatif Deskripsi, serta
Contoh dan Aplikasi dalam Pembelajaran” ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok
pada mata kuliah Psikologi Penddikan. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah
wawasan tentang berpikir kritis, reasoning (pemahaman), problem solving, kreatif deskripsi
serta dapat mengetahui contoh dan aplikasi dalam pembelajaran bagi para pembaca.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dini Afriansyah, M.Pd selaku
dosen pengampu mata kuliah Psikologi Pendidikan yang telah memberikan tugas ini kepada
kami sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan mata kuliah yang
kami tekuni. Dan juga tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada rekan kelompok saya
yang selalu setia membantu dalam hal pengumpulan data – data pembuatan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna dan
mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, aamiin.

Betung, 22 April 2022

Kelompok 10

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

A. Latar Belakang .................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
C. Tujuan Makalah .................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 2

A. Metode Peta Konsep (Concept Mapping) ............................................................ 2


1. Pengertian Metode Peta Konsep ........................................................................ 2
2. Tujuan Metode Peta Konsep .............................................................................. 4
3. Strategi Metode Pembelajaran Peta Konsep ....................................................... 4
4. Manfaat Metode Peta Konsep ............................................................................ 6
5. Pembuatan Peta Konsep .................................................................................... 7
6. Kegunaan Peta Konsep ...................................................................................... 8
7. Kelebihan dan Kelemahan Peta Konsep ............................................................ 11
B. Metode Mind Mapping ........................................................................................ 12
1. Pengertian Metode Mind Mapping .................................................................... 12
2. Tujuan Metode Pembelajaran Mind Mapping .................................................... 13
3. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Mind Mapping .................................... 14
4. Manfaat Mind Mapping ..................................................................................... 15
5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Mind Mapping ..................... 16
C. Metode Bagan Dikotomi Konsep (BDK) ............................................................. 17
1. Pengertian Metode Bagan Dikotomi Konsep (BDK).......................................... 17
2. Kelebihan dan Kekurangan Metode Bagan Dikotomi Konsep (BDK) ................ 17

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 20

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 20
B. Saran ..................................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Latar belakang makalah ini adalah proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan
kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk
mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi
yang diingatnya untuk dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya,
kemampuan anak didik hanya pintar secara teoritis, sehingga kurang dalam masalah
aplikasi. Maka, untuk menumbuhkan kembali semangat siswa untuk mengikuti pelajaran,
meningkatkan kreatifitas, menghindari kejenuhan, mempermudah pemahaman, saling
mengutarakan dan bertukar pendapat, serta meningkatkan hasil belajar siswa peneliti
menerapkan model pembelajaran Deep Dialogue/Critical Thinking dengan Creative
Problem Solving.

Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang berpikir kritis,
reasoning (pemahaman), problem solving, kreatif deskripsi serta dapat mengetahui
contoh dan aplikasi dalam pembelajaran bagi para pembaca. Dampak dari
dilaksanakannya model pembelajaran Peta Konsep, Mind Maping, dan BDK yaitu dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam mengungkapkan pendapat, keberanian
bertanya, antusiasme siswa dan kerjasama siswa dalam menyelesaikan tugas belajarnya.

B. Rumusan Masalah
1. Memahami lebih lanjut pengertian aplikasi dalam pembelajaran
2. Menganalisis kelebihan dan kekurangan dari masing – masing aplikasi dalam
pembelajaran.
3. Mengetahui mana yang lebih efektif dari aplikasi dalam pembelajaran tersebut
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari masing masing aplikasi dalam pembelajaran
2. Untuk mengetahui manfaat, kelebihan dan kekurangan dari masing masing aplikasi
dalam pembelajaran
3. Untuk mengetahui dan menerapkan aplikasi pembelajaran yang lebih efektif dari
masing masing aplikasi dalam pembelajaran

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Metode Peta Konsep (Concept Mapping)


1. Pengertian Metode Peta Konsep

Metode Peta Konsep (Concept Mapping) merupakan salah satu dari sekian
jenis metode pembelajaran kooperatif. Metode peta konsep menuntun siswa untuk
berpikir dan membuat suatu konsep yang saling berkaitan. Hal ini siswa akan mudah
memahami suatu permasalahan atau materi yang sulit dipahami. Peta konsep adalah
suatu konsep yang disajikan berupa kaitan – kaitan yang bermaka antara konsep –
konsep dalam bentuk proposisi. Konsep – konsep tersebut dikaitkan dengan kata –
kata tertentu sehingga saling berkaitan. Peta konsep lebih menunjuk pada penuangan
ide – ide pikir sebagai catatan – catatan dalam bentuk grafis sebagai salah satu
teknik belajar efektif.

Peta konsep ini di kembangkan oleh Tony Bozan pada tahun 1970-an, yang
didasarkan pada kerjanya otak. Otak kita mengingat informasi dalam bentuk gambar,
symbol, bentuk – bentuk suara musik dan perasaan. Otak menyimpan informasi
dengan pola dan asosiasi seperti pohon dengan cabang dan rantingnya. Peta Konsep
menggunakan pengingat-ingat visual dan sensorik dalam suatu pola dalam ide-ide
yang berkaitan, seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar, mengorganisasikan,
dan merencanakan. Konsep ini dapat membangkitkan ide-ide orisinal dan memicu
ingatan dengan mudah, jauh lebih mudah dari pada pencatatan tradisional. Oleh
karena itu, secara fungsional peta konsep diartikan sebagai teknik pemanfaatan
keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya
untuk membentuk kesan.

Peta Konsep sebagai salah satu teknik pembelajaran kolaboratif, dalam makna
peta konsep dari suatu konsep tertentu dibuat sebagai hasil kerja suatu kelompok
siswa yang sebelumnya secara ringkas telah diberi penjelasan oleh guru pokok-
pokok konsepnya. Aktivitas membuat representasi visual dari konsep-konsep
semacam ini memiliki sejumlah keuntungan, bahwa symbol-simbol visual lebih
cepat dan lebih mudah dikenal. Representasi visual semacam ini memberikan
kesempatan untuk pengembangan pemahaman siswa terhadap suatu materi.

2
Peta kosep bersifat fleksibel, artinya dapat sederhana, kompleks, linear atau
bercabang, dan dapat pula hierarkis. Pembelajaran dengan membuat peta konsep
dapat meningkatkan pemahaman suatu konsep dengan baik, karena siswa aktif
dalam kegiatan belajar mengajar dan guru berperan aktif sebagai fasilitator atau
moderator.

Strategi peta konsep dalam pembelajaran sangat membantu siswa dalam


proses belajarnya. Pemahaman siswa jadi memadai dalam menentukan hubungan
antara keterkaitan antara satu konsep dengan konsep lain. Struktur kognitif siswa
dibangun secara hieararki dengan konsep – konsep dari yang bersifat umum ke
khusus. Namun strategi peta konsep akan lebih bermakna jika siswa menyadari
adanya kaitan konsep diantara kumpulan konsep – konsep yang saling berhubungan.

Berikut ini ada beberapa pendapat para ahli mengenai peta konsep :
a. (Slamet, 2010) menyatakan bahwa peta konsep merupakan suatu media
grafis dua dimensi yang berfungsi mengorganisasikan dan
merepresentasikan suatu pengetahuan, biasanya berupa beberapa gambar
kotak atau lingkaran berisikan tulisan terkait mengenai konsep yang
dipelajari.
b. Buzan (2011) menyatakan bahwa peta konsep adalah “satu-satunya alat
yang bisa diandalkan untuk membantu berpikir secara ekspansif dan kreatif
manakala seseorang butuh untuk menghasilkan ide, merencanakan sesuatu
dengan khas, atau menggugah imajinasi”. Melalui peta konsep, daftar
informasi yang panjang dapat dialihkan menjadi diagram warna-warni
sangat teratur dan mudah diingat yang bekerja selaras dengan cara kerja
alami otak dalam melakukan berbagai hal. Dengan peta konsep, setiap
potong informasi baru yang kita masukkan ke otak kita otomatis dikaitkan
ke semua informasi yang sudah ada.

Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa peta konsep
adalah kumpulan konsep – konsep yang saling berhubungan yang berfungsi
mengorganisasikan dan merepresentasikan suatu pengetahuan, biasanya berupa
beberapa gambar kotak atau lingkaran berisikan tulisan untuk membantu berpikir
secara ekspansif dan kreatif manakala seseorang butuh untuk menghasilkan ide,
merencanakan sesuatu dengan khas, atau menggugah imajinasi.

3
2. Tujuan Metode Peta Konsep

Adapun beberapa tujuan dari Metode Concept Mapping dalam pembelajaran,


antara lain:
a. Menyelidiki pengetahuan siswa.Belajar bermakna membutuhkan usaha yang
sungguh-sungguh dari siswa untuk menghubungkan pengetahuan baru dengan
konsep-konsep relevan yang telah mereka miliki.
b. Mempelajari cara belajar. Belajar bermakna terjadi bila pembuatan peta konsep
timbul dari keinginan siswa untuk memahami isi pelajaran dari diri siswa, bukan
untuk memenuhi keinginan guru.
c. Menunjukkan hubungan antara ide-ide siswa dan membantu memahami lebih
baik apa yang sudah dipelajari.
d. Agar siswa lebih terampil untuk menggali pengetahuan awal yang sudah dimiliki
dan memperoleh pengetahuan baru sesuai dengan pengalaman belajar.

3. Strategi Metode Pembelajaran Peta Konsep

Masalah merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dipecahkan, sehingga
murid dalam proses pemecahan masalah tentu memerlukan suatu strategi yang tepat.
Best (dalam Magno, 2011) menyatakan strategi merupakan sebuah metode yang
memungkinkan penyediaan beberapa solusi dari suatu masalah dan memberikan
beberapa informasi. Lebih lanjut, Wulandari (2011) menyatakan strategi merupakan
pola-pola umum kegiatan guru dan siswa dalam perwujudan kegiatan belajar
mengajar untuk mencapat tujuan yang telah digariskan.

Kurniawati, 2010:28 mengatakan bahwa : “Strategi pembelajaran peta konsep


(concept mapping) merupakan strategi pembelajaran yang dapat menguatkan siswa
untuk menghadapi persoalan dengan langkah penyelesaian yang sistematis, yaitu:
memahami masalah, menyusun rencana, melaksanakan rencana, dan memeriksa
kembali, sehingga persoalan yang dihadapi dapat diatasi”.

Kesuma et al (dalam Slamet, 2010) menyatakan bahwa banyak murid mampu


menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi ajar yang diterimanya namun
pada kenyataannya mereka tidak memahaminya. Belajar menghafal menciptakan
ketidakmampuan untuk mengkoneksikan pengetahuan sebelumnya dengan
pengetahuan baru murid (Karakuyu, 2010). Murid harus memiliki dasar yang cukup

4
dan berpikir kritis tentang hubungan antara konsep yang berbeda. Belajar bermakna
terjadi apabila informasi baru dikaitkan dengan konsep-konsep relevan yang ada
pada struktur kognitif murid (Dahar, 1989). Pengetahuan baru dikaitkan dengan
konsep-konsep relevan yang telah ada di dalam struktur kognitif anak agar terjadi
pembelajaran bermakna.

Stoica et al (2011) menyatakan faktor tunggal yang paling penting yang


mempengaruhi belajar adalah apa yang pelajar sudah tahu. Peta konsep merupakan
kumpulan konsep-konsep yang saling berhubungan dengan hubungan tertentu antara
pasangan konsep diidentifikasi pada link yang menghubungkan mereka (Awofala,
2011). Peta konsep merupakan suatu media grafis dua dimensi yang berfungsi
mengorganisasikan dan merepresentasikan suatu pengetahuan, biasanya berupa
beberapa gambar kotak atau lingkaran berisikan tulisan terkait mengenai konsep
yang dipelajari (Slamet, 2010). Peta konsep adalah gabungan beberapa konsep yang
menghubungkan pengetahuan individu dengan topic pembelajaran. Peta konsep
dihasilkan dengan mengidentifikasi konsep – konsep yang relevan. Strategi
metakognitif seperti peta konsep memungkinkan murid untuk belajar aktif
(Passmore et al, 2011).

Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara


konsep – konsep yang dihubungkan oleh kata – kata dalam suatu unit semantik.
Suatu peta konsep dalam bentuknya yang paling sederhana, hanya terdiri atas dua
konsep yang dihubungkan oleh satu kata penghubung untuk membentuk suatu
proporsi. Peta konsep adalah teknik yang digunakan untuk mewakili hubungan
antara konsep – konsep dalam grafik dua dimensi (Awofala, 2011). Karakuyu (2010)
menyatakan peta konsep dapat dijadikan sebagai alat bantu yang sangat berguna
untuk meningkatkan kebermaknaan belajar dan meningkatkan pemahaman siswa
khususnya dalam pelajaran fisika dan sains. Peta konsep merupakan suatu strategi
belajar mengajar yang mampu menjembatani antara bagaimana seseorang
mempelajari sebuah pengetahuan dan bagaimana orang belajar secara rasional
(Karakuyu, 2010).

5
4. Manfaat Pembelajaran Peta Konsep

Pembelajaran dengan menggunakan peta konsep mempunyai banyak


manfaat.Ausubel menyatakan dengan jaringan konsep yang digambarkan dalam peta
konsep, belajar menjadi bermakna karena pengetahuan atau informasi baru dengan
pengetahuan terstruktur yang telah dimiliki siswa tersambung sehingga menjadi
lebih mudah terserap siswa (Wahidin, 2010). Adapun manfaat pembelajaran dengan
menggunakan peta konsep yang dinyatakan (Parno,2015:45).

a. Bagi Guru
1) Pemetaan konsep merupakan cara terbaik menghadirkan materi pelajaran, hal
ini disebabkan peta konsep adalah alat belajar yang tidak menimbulkan efek
verbal bagi siswa dengan mudah melihat, membaca, dan mengerti makna yang
diberikan.
2) Pemetaan konsep menolong guru memilih aturan pengajaran berdasarkan
kerangka kerja yang hierarki, hal ini mengingat banyak materi pelajaran yang
disajikan dalam urutan yang acak.
3) Membantu guru meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengajarannya.

b. Bagi Siswa
1) Pemetaan konsep merupakan cara belajar yang mengembangkan proses belajar
bermakna, yang akan meningkatkan pemahaman siswa dan daya ingatnya.
2) Meningkatkan keaktifan dan kreatvitas berfikir siswa, hal ini menimbulkan
sikap kemandirian belajar yang lebih pada siswa.
3) Mengembangkan struktur kognitif yang terintegrasi dengan baik yang akan
memudahkan dalam belajar.
4) Membantu siswa melihat makna materi pelajaran secara lebih komprehensif
dalam setiap komponen-komponen konsep dan mengenali hubungan.

Menurut Corebima (2007:8) dalam pembelajaran dengan peta konsep, siswa


dapat membangun hubungan antar konsep-konsep materi pokok, secara individu
maupun kelompok. Dengan menggunakan cara mendapatkan pengetahuanseperti ini,
siswa akan selalu terpacu untuk menemukan hubungan antara konsep-konsep, meski
di tiap tingkatan, dari yang paling umum hingga tingkat yang paling spesifik.
Dengan peta konsep, siswa membangun pemahaman mereka secara konsepatual,

6
sehingga mereka dapat meraih hasil belajar kognitif yang lebih tinggi dalam
pembelajaran yang bermakna.

Dahar (1989) mengungkapkan tujuan penting penggunaan peta konsep yaitu


sebagai berikut : “Tujuan penting penggunaan peta konsep dalam menunjang
berlangsungnya proses belajar bermakna yaitu: (1) menyelidiki apa yang telah
diketahui oleh siswa; (2) mempelajari cara belajar siswa; (3) mengungkapkan
miskonsepsi yang muncul pada siswa; dan (4) sebagai alat evaluasi. Selain itu, peta
konsep bermanfaat untuk memperoleh skema kognitif dan menargetkan pemahaman
konsep yang mendalam”.

5. Pembuatan Peta Konsep

Dahar (1989) mengungkapkan bahwa peta konsep memegang peranan penting


dalam belajar bermakna. Langkah-langkah berikut ini dapat diikuti oleh murid untuk
menciptakan suatu peta konsep.

a. Mengidentifikasi ide pokok yang melingkupi sejumlah konsep.


b. Mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang menunjang ide
utama.
c. Menempatkan ide utama di tengah atau di puncak peta tersebut.
d. Mengelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama yang secara visual
menunjukan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikemukakan langkah-langkah menyusun


peta konsep sebagai berikut.

a. Memilih suatu bahan bacaan.


b. Menentukan konsep-konsep yang relevan.
c. Mengelompokkan (mengurutkan) konsep-konsep dari yang paling inklusif ke
yang paling tidak inklusif.
d. Menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan, konsep-konsep yang
paling inklusif diletakkan di bagian atas atau di pusat bagan tersebut.

7
6. Kegunaan Peta Konsep
Dalam pendidikan, peta konsep dapat diterapkan untuk berbagai tujuan, antara
lain:

a. Menyelidiki apa yang telah diketahui murid

Dalam mencapai proses belajar bermakna membutuhkan usaha yang sungguh-


sungguh dari pihak murid untuk menghubungkan pengetahuan baru dengan
konsep-konsep relevan yang telah mereka miliki. Untuk memperlancar proses ini,
baik guru maupun siswa perlu mengetahui tempat awal konseptual.

Guru harus mengetahui konsep-konsep apa yang telah dimiliki siswa waktu
pelajaran baru akan dimulai, sedangkan para siswa diharapkan dapat menunjukan
dimana mereka berada, atau konsep-konsep apa yang telah mereka miliki dalam
menghadapi pelajaran baru itu. Dengan menggunakan peta konsep guru dapat
melaksanakan apa yang telah dikemukakan diatas, dan dengan demikian para
siswa diharapkan akan mengalami belajar bermakna.

Salah satu pendekatan yang dapat digunakan guru untuk maksud ini ialah
dengan memilih satu konsep utama (key concept) dari pokok bahasan baru yang
akan dibahas. Para siswa diminta untuk menyusun peta konsep yang
memperlihatkan semua konsep yang dapat mereka kaitkan pada konsep utama itu,
serta memperlihatkan pula hubungan-hubungan antara konsep-konsep yang
mereka gambar itu. Dengan melihat hasil peta konsep yang telah disusun para
siswa itu, guru dapat mengetahui sampai berapa jauh pengetahuan para siswa
mengenai pokok bahasan yang akan diajarkan itu, dan inilah yang dijadikan titik
tolak pengembangan selanjutnya.

Pendekatan lain yang dapat digunakan guru ialah memilih beberapa konsep
penting dari pokok bahasan yang akan diajarkan. Para murid kemudian disuruh
menyusun peta konsep dengan menghubungkan konsep-konsep itu. Lalu para
murid diminta untuk menambahkan konsep-konsep dan mengaitkan konsep –
konsep itu hingga membentuk proposisi yang bermakna. Dari peta-peta konsep
yang dihasilkan oleh para murid, guru dapat mengetahui sejauh mana
pengetahuan para siswa tentang pokok bahasan yang akan diajarkan.

8
b. Mempelajari cara belajar

Bila seorang murid dihadapkan pada suatu bab dari buku pelajaran, ia tidak
akan begitu saja memahami apa yang dibacanya. Dengan diminta untuk
menyusun peta konsep dari isi bab itu, ia akan berusaha untuk mengeluarkan
konsep-konsep dari apa yang dibacanya, menempatkan konsep yang paling
inklusif pada puncak peta konsep yang dibuatnya, kemudian mengurutkan
konsep-konsep yang lain yang kurang inklusif pada konsep yang paling inklusif,
demikian seterusnya. Lalu ia mencari kata atau kata-kata penghubung untuk
mengaitkan konsep-konsep itu menjadi proposisi-proposisi yang bermakna. Lebih
dari itu ia akan berusaha mengingat konsep-konsep lain dari pelajaran yang
lampau, atau menerapkan konsep-konsep yang sedang dihadapinya ke dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan cara demikian ia telah berusaha benar untuk
memahami isi pelajaran itu. Belajar bermakna telah berlangsung pada siswa itu.

Perlu disadari bahwa belajar bermakna baru terjadi bila pembuatan peta
konsep itu bukan untuk memenuhi keinginan guru, jadi seakan-akan mau
menyenangkan guru, melainkan harus timbul dari keinginan murid untuk mau
memahami isi pelajaran bagi dirinya sendiri. murid benar-benar harus mempunyai
kesiapan dan minat untuk belajar bermakna, seperti dikatakan oleh Ausubel.
Sikap ini harus dimiliki para murid agar belajar bermakna dapat terjadi. Jadi, peta
konsep berfungsi untuk menolong siswa mempelajari cara belajar.

Peta konsep itu mengungkapkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi yang


dimiliki seseorang, maka guru dan murid, demikian pula murid dan murid dapat
mengadakan diskusi untuk saling mengemukakan mengapa suatu hubungan
proposional itu baik atau sahih. Dengan cara ini dapat diketahui kekurangan –
kekurangan dalam mengaitkan konsep-konsep, dan guru dapat menyarankan agar
siswa bersangkutan lebih baik belajar.

c. Mengungkapkan konsepsi salah

Selain kegunaan-kegunaan yang telah disebutkan di atas, peta konsep dapat


pula mengungkapkan konsepsi salah (misconception) yang terjadi pada siswa.
Konsepsi salah biasanya timbul karena terdapat kaitan antara konsepkonsep yang
mengakibatkan proposisi yang salah. Konsepsi salah yang biasa dijumpai pada

9
siswa ialah bahwa mereka melihat kenampakan alam alami yaitu kenampakan
alam yang terbentuk dengan sendirinya, misalnya gunung, pegunungan, danau,
pantai, sungai, dan perkebunan. Setelah mereka menyadari bahwa kenampakan
alam itu dibedakan menjadi dua yaitu kenampakan alam alami dan kenampakan
alam buatan. Kenampakan alam alami yaitu kenampakan alam yang terbentuk
dengan sendirinya, misalnya gunung, pegunungan, danau, pantai, dan sungai.
Sedangkan kenampakan alam buatan yaitu kenampakan alam yang sengaja
dibentuk oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, misalnya
perkebunan, kawasan industri, dan bendungan. Disinilah siswa mengetahui
bahwa perkebunan itu termasuk kedalam kenampakan alam buatan bukan
kenampakan alam alami.

d. Alat Evaluasi

Penerapan peta konsep dalam pendidikan salah satunya adalah sebagai alat
evaluasi. Selama ini alat-alat evaluasi yang dikenal oleh guru dan siswa terutama
berbentuk tes objektif atau tes essai. Walaupun cara evaluasi ini akan terus
memegang peranan dalam dunia pendidikan.
Menurut Dahar, peta konsep sebagai alat evaluasi didasarkan atas tiga prinsip
dalam teori kognitif Ausubel, yaitu :
1) Struktur kognitif diatur secara hierarkis dengan konsep-konsep dan
proposisiproposisi yang lebih inklusif, lebih umum superordinat terhadap
konsepkonsep dan proposisi-proposisi yang kurang inklusif dan lebih khusus.
2) Konsep-konsep dalam struktur kognitif mengalami diferensiasi progresif.
Prinsip Ausubel ini menyatakan bahwa belajar bermakna merupakan proses
yang kontinyu, dimana konsep-konsep baru memperoleh lebih banyak arti
dengan dibentuknya lebih banyak kaitan-kaitan proporsional. Jadi konsep –
konsep tidak pernah tuntas dipelajari, tetapi selalu dipelajari, dimodifikasi dan
dibuat lebih inklusif.
3) Prinsip penyesuaian integratif menyatakan bahwa belajar bermakna akan
meningkat apabila siswa menyadari akan perlunya kaitan-kaitan baru antara
segmen-segmen konsep atau proposisi. Dalam peta konsep penyesuaian
integratif ini diperlihatkan dengan kaitan-kaitan silang antara segmen-segmen
konsep. Karena peta konsep bertujuan untuk memperjelas pemahaman suatu

10
bacaan, sehingga dapat dipakai sebagai alat evaluasi dengan cara meminta
siswa untuk membaca peta konsep dan menjelaskan hubungan antara konsep
satu dengan konsep yang lain dalam satu peta konsep.

7. Kelebihan dan Kelemahan Peta Konsep


a. Kelebihan Model Pembelajaran Peta Konsep
Adapun kelebihan model pembelajaran Peta Konsep yaitu :
1) Salah satu cara evaluasi pembelajaran,
2) Memiliki skema yang terorganisir,
3) Lebih mudah dipahami dan diingat dalam pembelajaran,
4) Dapat digunakan sebagai penilaian dan evaluasi,
5) Membantu siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri,
6) Membantu siswa untuk mengintegrasikan pengetahuan yang lama dan yang
baru,
7) Dapat digunakan sebagai pengganti ringkasan yang lebih praktis dan fleksibel,
8) Dapat mempermudah pemahaman siswa dan guru dan menyatukan persepsi
yang sama, serta
9) Dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam menentukan konsep.

b. Kelemahan Model Pembelajaran Peta Konsep

Di samping memiliki kelebihan, model pembelajaran Concept Mapping juga


mempunyai kelemahan. Kelemahan peta konsep tersebut adalah sebagai berikut :

1) Bila seseorang terlalu banyak menggunakan kata kunci, gambar, kode yang
hanya dimengerti oleh si pembuat, maka orang lain akan kesulitan untuk
memahaminya.
2) Kelemahan karena kurang fokus pada satu masalah.
3) Memerlukan 2-3 kali penggambaran ulang agar peta konsep bisa terlihat lebih
rapi.
4) Sulit bagi siswa yang masih kurang pandai membaca.
5) Memerlukan waktu yang cukup lama untuk menyusun peta konsep, sedangkan
waktu yanag tersedia di kelas sangat terbatas.

11
6) Suasana kelas kurang tenang karena setiap siswa berkeinginan
mengungkapkan ide-ide dengan membuat peta konsep dalam diskusi
kelompoknya.

B. Metode Pembelajaran Mind Mapping


1. Pengertian Metode Mind Mapping

Secara harfiah Mind Mapping adalah memetakan pikiran. Mind mapping


diperkenalkan oleh Tony Buzan sekitar tahun 1970-an. Menurutnya mind maping
adalah sistem penyimpanan, penarikan data, dan akses yang luar biasa untuk
perpustakaan raksasa, yang sebenarmya ada dalam otak yang menakjubkan (Buzan,
2006, hlm.12). Bentuk mind mapping itu layaknya seperti pohon yang bercabang-
cabang yang menghubungkan sebuah informasi ke informasi yang lain. Mind
mapping membantunya untuk menulis, menyelesaikan masalah, dan membuat
hidupnya lebih mudah.

Mind Mapping (peta pikiran) adalah suatu cara yang memudahkan untuk
menempatkan informasi yang ada ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar
otak (Buzan, 2006, hlm. 4). Mind mapping merupakan suatu cara mencatat yang
kreatif, efektif dan inovatif yang bisa “memetakan” informasi-informasi yang ada
pada pikiran-pikiran otak manusia. Mind mapping (peta pikiran) ini juga adalah
suatu alternatif yang hebat untuk mengingat. Mengingat akan lebih mudah dilakukan
dari pada menggunakan pencatatan biasa. Penggunaan mind mapping (peta pikiran)
bisa dipadukan dengan gambar-gambar dan warna yang disukai sehingga
menstimulus anak untuk menjadi lebih kreatif dan akan mudah dipahami karena
mereka membuatnya sendiri sesuai imajinasi mereka.

(Pujiani E, 2013), menjelaskan bahwa metode pembelajaran mind mapping


merupakan peta pikiran atau merupakan pembembangan kreatifitas, keaktifan dan
daya hafal, pengetahuan visual dan sensorik dalam ide-ide yang berhubungan,
seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar, dan merencanakan. Mind mapping
ini dapat mengembangkan suatu ide-ide orisinal dan mendapatkan ingatan yang
mudah.

12
Menurut Windura (2013:12) metode pembelajaran Mind Mapping merupakan
sistem belajar dan berpikir yang menggunakan kedua belah otak, sesuai dengan kerja
alami otak, mengeluarkan seluruh potensi dan kapasitas otak, mencerminkan secara
internal di dalam otak saat belajar dan berpikir sehingga siswa lebih mudah
memahami suatu meteri.

Sejalan dengan pengertian-pengertian di atas, Irwan Hermawan (2016) dalam


jurnal berjudul “Penerapan Metode Mind Map Pohon Jaringan untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa pada Materi Tokoh Sejarah Kerajaan Islam di Indonesia”
mengatakan bahwa: Mind Map adalah salah satu cara yang dapat membantu
pembelajaran. Dengan penggunaan mind map berusaha membantu dalam
kemampuan berfikir, dengan kemampuan otaknya. Dengan kemampuan berfikir
tersebut dapat memberi kontribusi dalam membantu anak belajar secara lebih
efektif, efisien, dan menyenangkan.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkkan bahwa mind


mapping merupakan teknik meringkas yang memudahkan otak untuk menerima
informasi satu ke yang lainnya. Dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran mind
mapping adalah suatu cara yang memudah seorang guru dalam menyampaikan suatu
pembelajaran untuk mendapatkan sebuah informasi dan tujuan yang ingin dicapai
dalam bentuk cabang-cabang pikiran yang dibuat sesuai imajinasi kreatif sehingga
menghasilkan informasi yang menarik. Mind mapping ini juga memudahkan siswa
untuk belajar karena dia membuat rangkumannya sendiri dengan kata kunci yang
dibuat oleh otaknya sendiri.

2. Tujuan Metode Pembelajaran Mind Mapping

Menurut Tony Buzan, tujuan dari metode pembelajaran Mind Mapping adalah
cara mudah bagi siswa untuk memperoleh informasi ke dalam otak dan
mengembalikanya kembali informasi ke luar otak. Peta pikiran juga bertujuan untuk
mempermuda cara berfikir yang kreatif, efektikf, dan secara untuk memetahkan
suatu pikiran dalam diri kita. Mind Mapping juga akan membantu membuka potensi
otak kita sepenuhnya.

13
3. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Metode Mind Mapping

Buzan (2013) mengemukakan bahwa langkah-langkah pelaksanaan metode


mind mapping adalah sebagai berikut:

a. Menentukan ide utama atau meteri inti dari bagian tengah kertas kosong yang
sisi panjangnya diletakkan mendatar, memulai dari tengah memberi kebebasan
kepada otak untuk menyebar ke segala arah dan untuk mengungkapkan dirinya
dengan lebih bebas dan alami.
b. Gunakan gambar atau simbol untuk materi utama, dan membantu kita
menggunakan imajinasi. Sebuah gambar sentral akan lebih menarik, membuat
kita tetap terfokus, membantu kita berkonsentrasi, dan mengaktifkan otak kita.
c. Gunakan warna, menggunakan warna yang sama menariknya dengan gambar.
Warna membuat metode pembelajaran mind map lebih hidup, lebih indah
kepada pemikiran kreatif, dan menyenangkan.
d. Hubungan cabang-cabang materi utama ke gambar pusat materi dan
hubungkan cabang cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan
seterusnya. Otak bekerja menurut asosiasi, otak senang mengaitkan dua (atau
tiga, atau empat) hal sekaligus. Bila kita menghubungkan cabang-cabang, kita
akan lebih mudah mengerti dan mengingat.
e. Buatlah garis hubung yang melengkung agar lebih muda untuk
menghubungkan inti materi ke pusat materi, dan dapat kelihatan menarik.
f. Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis.
g. Gunakan objek pada setiap materi untuk memperjelas sebuah materi.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka langkah-langka metode pembelajaran


Mind Mapping dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai
berikut:

1) Siswa mengingat kembali tentang materi yang dijelaskan guru pada awal
kegiatan pembelajaran.
2) Siswa dan guru melakukan tanya jawab materi pembelajaran secara garis besar.
3) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok (4-5 orang setiap kelompok).

14
4) Guru menjelaskan bahwa setiap kelompok berdiskusi dengan teman
kelompoknya tentang materi yang diberikan dan berdiskusi membuat Mind Map
(peta pikiran).
5) Pada kegiatan awal, setiap kelompok membuat materi utama berupa gambar di
bagian inti atau tengah kertas.
6) Selanjutnya, setiap kelompok diminta untuk menuliskan semua jawaban yang
ada pada saat proses diskusi tanpa harus takut salah.
7) Langka selanjutnya, siswa diminta untuk menghubungkan suatu cabang tingkat
dua ke tingkat satu (sub-cabang), cabang-cabang tingkat tiga ke tingkat dua(sub-
sub cabang), dan seterusnya dengan garis hubung yang melengkung dan warna-
warna yang menarik.
8) Setelah tiap-tiap kelompok selesai, guru meminta perwakilan dari setiap
kelompok mempresentasikan Mind Mapping mereka untuk mendapat kritikan
dan masukan dari kelompok lain dan guru.
9) Guru dan siswa akan melalukan pengambilan kesimpulan dari hasil diskusi yang
telah tercatat oleh guru di papan tulis.

4. Manfaat Mind Mapping

Menurut Tony Buzan (2006, hlm. 6), mind mapping membantu kita dalam
sangat banyak hal, yaitu, merencana, berkomunikasi, menjadi lebih kreatif,
menghemat waktu, menyelesaikan masalah, memusatkan perhatian, menyusun dan
menjelaskan pikiran-pikiran, mengingat dengan lebih baik, belajar lebih cepat dan
efisien, melihat “gambar keseluruhan”, dan menyelamatkan pohon.

Sedangkan menurut Michael (dalam Tony Buzan, 2006, hlm. 6) menyatakan


bahwa manfaat mind mapping adalah mengaktifkan seluruh otak, membereskan akal
dari kekusutan mental, memungkinkan kita berfokus pada pokok bahasan,
membantu menunjukkan hubungan antara bagian-bagian infromasi yang saling
terpisah, memberi gambaran yang jelas pada keseluruhan dan perincian, serta
memungkinkan untuk mengelompokkan konsep dan membantu kita
membandingkannnya.

15
5. Kelebihan dan Kekurangan Metode pembelajaran Mind Mapping

a. Kelebihan Metode pembelajaran Mind Mapping

Adapun beberapa kelebihan yang terdapat dalam metode pembelajaran Mind


Mapping pada saat menggunakann metode atau teknik pembelajaran, dapat
diperhatikan dan diuraikan sebagai berikut:

1) Siswa akan mendapatkan sudut pandang yang luas.


2) Mudah menggali informasi dari dalam dan dari luar otak.
3) Pembelajaran bisa mengurutkan konsep yang harus dikerjakan lebih tepatnya
bisa memilih jalur awal dan akhir dari suatu konsep.
4) Mudah mendapatkan pandagan gambar yang besar, rinci dan jelas dengan cara
memetakan teori sehingga lebih konkret dan muda dipahami oleh siswa.
5) Membuat peta menjadi lebih memudahkan siswa mengkategorikan suatu teori
dengan teori lain dan menganalogikannya.

b. Kekurangan Metode pembelajaran Mind Mapping

Adapun beberapa kekurangan yang dimiliki oleh metode pembelajaran Mind


Mapping, diantaranya:

1) Membutukan waktu lebih lama untuk menentukan topik.


2) Hanya siswa aktif yang terlibat.
3) Tidak sepenuhnya murid belajar
4) Membutuhkan waktu yang lama untuk membaca kembali topik yang tidak
digunakan dalam prises pembelajaran.
5) Membutuhkan waktu yang lama untuk menentukan kata kunci pengingat.
6) Dapat membuat kata kunci pengingat terputus oleh jarak.
7) Mind mapping siswa bervariasi sehingga guru akan kewalahan memeriksa
mind mapping siswa.

16
C. Metode Badan Dikotomi Konsep (BDK)
1. Pengertian Metode Badan Dikotomi Konsep (BDK)

Metode pembelajaran BDK adalah serangkaian prosedur pembelajaran dengan


melakukan kegiatan analisis materi pelajaran untuk memasang-masangkan
pembagian konsep-konsep yang berpola secara dikotomi menjadi rumusan bagan
struktur materi, kemudian dilakukan pembahasan tentang hubungan antar konsep-
konsepnya kearah sedikitnya sepuluh kemampuan menguasai konsep. Penguasaan
konsep merupakan hasil utama dari proses pembelajaran, karena sangat menentukan
untuk keberhasilan pencapaian aspek-aspek kognitif lainnya.

Bagan Dikotomi Konsep merupakan media belajar yang relatif baru karena
asas-asasnya telah lama ada dan berorientasi kepada petunjuk ajaran agama
(Al-qur’an) dan pendekatan integrasi dari berbagai teori belajar yang mengutamakan
pengembangan higher order thinking skill’s yang menjadikan kehidupan lebih
bermutu dan pembangunan nasional yang lebih berhasil dalam pemahaman sains
yang berakar dari nilai – nilai agama (Al-qur’an).

2. Kelebihan dan Kekurangan Bagan Dikotomi Konsep (BDK)

Metode ini memiliki beberapa kelebihan, diantaranya yaitu: mampu


meningkatkan penguasaan konsep siswa, mengurangi miskonsepsi, dan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.

Sedangkan untuk kekurangan bagan dikotomi konsep adalah karena bagan


dikotomi konsep merupakan pendekatan pembelajaran yang masih sangat baru,
sehingga masih asing terdengar bagi guru maupun siswa.

Pendekatan Bagan Dikotomi Konsep adalah serangkaian prosedur


pembelajaran dengan melakukan kegiatan analisis materi pelajaran untuk
memasang-memasangkan pembagian konsep-konsepnya berpola secara dikotomi
menjadi rumusan bagan struktur materi berupa Bagan Dikotomi Konsep. Pendekatan
Bagan Dikotomi Konsep dapat diterapkan untuk pembelajaran konsep karena materi
pelajaran berisi konsep-konsep yang beragam dan segi pembelajarannya didukung
oleh asas-asas pedagogi (didaktik-metodik-strategik) dan bernuansa religius.

17
Dalam proses pembelajaran bagan dikotomi konsep bisa digunakan sebagai
rangkuman, media diskusi kelas, dan alat untuk memotivasi belajar siswa.
Penguasaan konsep merupakan hal yang sangat esensial dalam pembelajaran.
Penguasaan konsep dapat membantu siswa untuk mengonstruk pemahaman dari
konsep-konsep yang dimiliki sebelumnya pada pencapaian penguasaan konsep yang
sedang dipelajari (Arends, 2012).

Menurut Cakir (2008) penguasaan konsep merupakan hal yang sangat penting
dan harus menjadi fokus perhatian dalam proses pembelajaran sains, serta lebih
diutamakan dibandingkan menghafal. Proses pembelajaran yang baik tidak hanya
menyampaikan informasi tentang konsep, tetapi juga memerhatikan proses
penyampaian konsep.

Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan


belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik di kelas. Salah satunya adalah
melakukan pemilihan dan pemenuhan metode tertentu yang sesuai dengan tujuan
yang akan dicapai. Pengorganisasian proses pembelajaran yang baik dapat
menggunakan model/metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran
(Jannah, et al., 2016).
Dalam ajaran Islam disebutkan bahwa segala sesuatu diciptakan berpasang-
pasangan sebagai suatu peringatan (QS.Az- Zariyat:49), baik apa-apa yang
ditumbuhkan di bumi, di dalam diri manusia dan organisme lainnya maupun apa-apa
yang tidak mereka ketahui (QS.YaaSien:36) (Yudianto, 1999). Hasil penelitian
tentang penerapan BDK sudah dilakukan oleh beberapa peneliti lain, Yudianto,
(1999) meneliti Pendekatan BDK (Bagan Dikotomi Konsep) untuk menguasai
konsep keanekaragaman Makhluk hidup. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan antara sebelum dan sesudah perlakuan dengan mengunakan BDK.

Penelitian lain oleh Luciana (2017) menunjukkan bahwa analisis miskonsepsi


siswa dengan menggunakan BDK, didapatkan hasil bahwa kelompok perlakuan
disbanding kelompok kontrol minim miskonsepsi. Lebih lanjut Ariska (2017)
mengungkapkan penggabungan model dipandu dengan BDK terbukti mampu
meningkatkan hasil belajar kognitif maupun afektif siswa.

18
Suatu pasangan konsep umurnnya mengandung dua unsur dikotomi dari
atribut konsepnya yang menunjukkan adanya tesis dan antitesis, walaupun terkadang
memunculkan sintesis antara keduanya sebagai tesis baru. Pada bidang biologi,
masalah pasangan konsep dapat dibagi tiga macam, yaitu:

a. Pasangan untuk sarana perjodohan, yang dikenal dengan istilah dimorfisme yang
menunjukkan dua bentuk penampilan yang berbeda antara jenis jantan dengan
betina;
b. Pasangan sebagai dua komponen yang mengatur sistem kerja suatu organ tubuh
atau untuk proses keseimbangan sebagaimana diisyaratkan dalam {QS.
YaaSien:36}, seperti ada saraf pusat dan saraf otonom, saraf simpatik dan
parasimpatik, ada hormon penyubur ovarium dan hormon penghambat
kesuburannya, serta berbagai pasangan hormon yang mengatur metabolism tubuh,
maupun segala sesuatu yang mengatur keseimbangan alam seperti terjadinya
siang dan malam, gunung/pengunungan dan lembah/lautan, dan sebaginya;
c. Pasangan sebagai pembanding/pengenal identitas diri suatu konsep yang
membedakannya dengan lainnya. Pasangan-pasangan konsep tersebut bila
dirangkaikan dalam suatu bagan tersusunlah bagan dikotomi konsep (BDK),
karena setiap pasangan konsep mengandung perbedaan (Yudianto, 1999).

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan di atas, dapat kami simpulkan bahwa aplikasi dalam pembelajaran
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tergantung dari materi yang di ajar.
Dan Guru memiliki perna penting disini, yaitu sebagai salah satu sumber belajar
berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak
didik di kelas. Salah satunya adalah melakukan pemilihan dan pemenuhan metode
tertentu yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Pengorganisasian proses
pembelajaran yang baik dapat menggunakan model/metode pembelajaran yang sesuai
dengan materi pelajaran

B. Saran

Dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa guru hendaknya lebih Sering
melatih siswa dengan berbagai model dan metode Pembelajaran, tidak berpedoman pada
satu model pembelajaran saja Walau dalam taraf yang sederhana, sehingga siswa tidak
merasa Jenuh, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru Memperoleh
konsep dan keterampilan.

20
DAFTAR PUSTAKA
Fahzurrohman, M. (2015). Model – Model Pembelajaran Inovatif. Jogjakarta: Ar –
Ruzz Media.
Suyani, N dan Agung, L. Strategi Belajar – Mengajar. hal 43
Warsono dan Hariyanto. (2012). Pembelajaran Aktif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suyani, N dan Agung, L. Strategi Belajar – Mengajar. hal 95-96


Irmayani. (2018). Skripsi: Pengaruh Penggunaan Strategi Peta Konsep (Concept
Mapping) Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Negeri No.138
Inpres Mangulabbe Kabupatten Takalar. Makkasar: Unversitas
Muhammadiyah Makkasar.
Dewi, R. (2017). Skripsi: Pengaruh Penggunaan Strategi Peta Konsep (Concept
Mapping) Terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Pada Murid
Kelas V SD Negeri No. 1 Centre Pattallassang Kabupaten Takalar. Makasar:
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Arinda, AF. (2018). Skripsi: Penerapan Metode Peta Konsep Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Peserta Didik Kelas X IPS Pada Mata Pelajaran Sejarah Di
SMA Negeri Rambipuji-Jember Tahun Ajaran 2018/2019. Jember:
Universitas Jember.
Chayati, SN. (2015). Skripsi: Penerapan Metode Mind Map untuk Meningkatkan
Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS. Jakarta: Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Riswanda, J. dan Afriansyah, D. (2018). Jurnal Bioilmi: Penerapan Peta Konsep
(Concept Mapping) dan Badan Dikotomi Konsep (BDK) Serta Pengaruhnya
Terhadap Penguasaaan Konsep Siswa di MA Al – Fatah Palembang, Vol. 4,
No. 2.
Luciana, AN. (2016). Skripsi: Analisis Miskonsepsi Siswa dengan menggunakan
Bagan Dikotomi Konsep Pada Mata Pelajaran IPA Biologi Materi
Fotosintesis Siswa Kelas VIII SMP Negeri 26 Bandar Lampung. Bandar
Lampung: Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung.

21

Anda mungkin juga menyukai