Defenisi Salep
Salep adalah sediaan semipadat yang lembut, biasanya mengandung
bahan-bahan obat dan dimaksudkan untuk dioleskan secara external pada tubuh
atau membran mukosa. (Scovilles 338).
Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian
topikal pada kulit dan selaput lendir. (FI IV, 18)
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan untuk
digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen
dalam dasar salep yang cocok. (FI III, 33)
Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian luar
pada kulit atau membran mukosa biasanya, tapi tidak selalu mengandung bahan
obat. (RPS18 th, 1518)
Salep adalah sediann berlemak dan konsistensinya mudah digunakan
pada kulit dengan penggosokkan. (Prescription, 278).
Salep adalah sediaan semipadat umumnya tersusun dari hidrokarbon
cair yang dicampur dalam suatu kelompok hidrokarbon padat dengan titik leleh
yang lebih tinggi. (Lachman, 534)
Salep adalah sediaan setengah padat yang menunjukkan karakteristik
aliran plastis. (DOM Marthin, 822).
Salep adalah suatu sediaan semipadat untuk penggunaan luar, seperti
konsistensinya, salep dapat digunakan pada kulit dengan mudah. (American
Pharmacy, 319).
Salep adalah sediaan semipadat yang digunakan pada kulit atau
membran mukosa. (DOP Cooper, 192).
II.
k.
a.
b
c
d
e
f
Epidermis
Jaringan subkuttan
Dermis
dengan sel-sel
Adiposa
i
a.
b.
Gambar skema kulit manusia secara vertikel
Keteranngan Gambar :
a. Stratum Cornetum
g. Folikel rambut
b. Stratum lucidum
h. Kelenjar keringat
c. Stratumgranuiosum
i.
Papila rambut
d. Vena
j.
e. Arteri
k. Rambut
f. Kelenjar sebaseus
Struktur kulit manusia dewasa sangat kompleks. Patut diklasifikasikan baik
sekali dengan 3 lapisan : (1) epidermis (kutikula), (2) Dermis (korium atau kulit
nyata) dan (3) Jaringan subkutan (Hypoterin).
Lapisan ketiga seringkali dipertimbangkan sehingga bagian dari dermis dan
terdiri dari jaringan subkutan fibrous dan sel adiposa. Karena epidermis atau
bagian sebelah luar dari kulit dimana tempat penggunaan kosmetik dan sediaan
obat topikal, oleh karena itu menjadi perhatian khusus ahli farmasi dan ahli
kulit. Ketebalan epidermis bervariasi dari 1 mm pada telapak tangan dan tumit
kaki sampai sekitar 0,1 mm atau kurang pada baguan wajah dan tubuh.
Epidemis ditutupi dengan lapisan permukaan yang disusun oleh lemak
teremulsi. Lapisan ini tidak berlanjut dan sedikit rensten terhadap penetrasi
molekul.
Ahli histologi membagi epidermis dalam 5 lapisan yaitu :
1. Stratum cormeum atau lapisan tanduk
2. Starum lisidum, kadang-kadang disebut lapisan penghalang (Barrier layer)
3. Stratum Granulosum atau lapisan granular
4. Stratum malpighi, lapisan sel berdiri
5. Stratum Gaminativum, lapisan sel basal.
Stratum coneum atau lapisan tanduk terdiri dari beberapa lapis sel pipih yang
disusun oleh kerotin. Lapisan ini lebih tebal dari padatan kaki dan telapak (0,60,8 mm) dan sangat tipis pada wajah. Lapisan tanduk kasar dan relatif tidak
sensitif yang terus-menerus terkelupas dan digantikan oleh sel-sel mati yang
secara tetap terkelupas dan digantikan oleh sel-sel lain yang tumbuh dari
germinol, basal, atau lapisan yang diproliferasi atau ditekan dari bawah.
Komposisi kimia dari stratum corneum adalah 85% protein (kira-kira 15 % larut
air 65% keratin atau protein sitoplasma dari 5% protein membran). Lipid 7-9 %,
yang lain-lain 6-8 % (monopolisakarida, karbohidrat, mucin, asam lipoamin dan
lain-lain. Karena lapisan rendah sebagian besar tersusun dari keratin, protein
yang menyerap sejumlah besar air dan padat lainnya, mungkin menjadi tempat
penyimpanan untuk bahan pengurai, demikian halnya mempertahankan gradien
konsentrasi maximum hanya pada lapisan atas stratum lucidum, penetran seperti
ion-ion dan zat warna, dapat mengikat stratum corneum dan penigkatan
penetrasinya melewati lubang dan folikel rambut. Kemampuan dari keratin
epidermal untuk menyerap air dapat mempengaruhi penetrasi dengan cara lain.
Ketika lapisan tanduk terhidrasi dengan baik, bahan-bahan hidrofilik dan
hidrofobik dapat berpenetrsai ke stratum lucidum lebih cepay. Oleh karena itu,
absorbsi perkutan dari beberapa senyawa dapat ditingkatkan dengan formulasi
farmasetik untuk menghasilkan lapisan oklusi pada permukaan kulit. Lapisan
terluar oleh sel-sel pipih terkeratinisasi dalam stratum corneum diajarkan
melalui beberapa pengurangan pengemasan yang penuh daripadapembasahan
untuk lapisan granular dan daerah antara stratum lucidum sebagai zona
penghalang. Zona ini ketebalannya beberapa milien, dilaporkan untuk bereaksi
sebagai penghalang mencegah penetrasi melalui kulit. Lapisan paling dalam
dari epidermis, stratum germinativum atau lapisan sel basal atau lapisan yang
produktif. Dalam lapisan ini secara tetap terjadi mitosis, kemajuan sel anak
akhir terdapat pada permukaan kulit. Seperti beberapa sel bermigrasi, sel-sel ini
berubah dalam bentuk dan komposisinya sampai sel-sel tersebut membentuk sel
bertanduk pada stratum koeneum. Dermis atau kulit sejati, bebrbeda secara
morfologi dari epidermis. Dermis sendiri terdiri dari jaringan fibrous tebal
bersama dengan darah dan pembuluh limfa, folikel rambut, sebaceus dan
kelenjar keringat, serabut saraf dan otot. Karena lapisannya berair ini mungkun
bertindak sebagai penghalang untuk lewatnya molekul nonpolar.
III. Jalur Penetrasi
Kemungkinan jalur penetrasi kedalam dan melalui kulit yang tidak rusak adalah
menurut Prescription 235 :
1.
2.
3.
4.
5.
ini
adalah
faktor-faktor
yang
harus
dipertimbangkan
dalam
3. Konsentrasi penetran
Shelmire menemukan bahwa kebanyakan faktor mempengaruhi total
penetrasi dari penggunaan obat yaitu hidrasi kulit. Konsentrasi penetran dan
keadaan larutan dalam pembawa serta lamanya kontak dari sediaan obat
dengan kulit. Jumlah total dari molekul dalam larutan merupakan faktor
penting karena perubahan yang terus-menerus pada pemberian melalui
membran secara langsung (pada kulit tergantung pada konsentrasi (lebih
tepatnya aktivitas) dalam fase awal (pembawa). Aktivitas merupakan faktor
penting lebih baik daripada konsentrasi penetran pembawa dengan afinitas
yang lebih rendah dari penetran secara normal menghasilkan penetrasi yang
lebih cepat ketika kelarutannya berlebihan dalam semua pembawa.
Pengurangan ukuran partikel dan penetran yang tersuspensi meningkatkan
penetrasinya.
4. Hidrasi kulit
Higuchi berpendapat bahwa karena air terutama sekali diserap dengan baik
oleh protein dan hasil degradasi
pada aktivitas air dan menghubungkan ini terhadap air melalui fase
penghalang terpapar dengan uap air jenuh dan akibatnya merubah baik
koefisien difusi penetran dari pembawa antar muka kulit dan bercampurnya
pembawa dengan sekresi kulit.
5. Pembawa
Literatur kedokteran dan armasi penuh dengan laporan yang berbeda
terhadap pentingnya pembawa dalam absorbsi perkutan dan penetran. Barr,
dalam artikelnya tentang absorbsi perkutan, membicarakan beberapa dari
laporan yang berbeda ini. Satu yang harus diingat bahwa banyak studi
absorbsi perkutan terdapat dalam hewan dimana permeabilitas kulitnya
berbeda dengan kulit manusia. Sebagai contoh meski folikel rambut tidak
dipertimbangkan sebagai rute penting dari mesuknya penetran dalam
manusia. Kebanyakan hewan mamalia memiliki rambut lebih banyak 1 cm 2
dari kulitnya dibanding manusia. Oleh karena itu dalam darah invaginasi
manusia dari lapisan epitel dimana folikel-folikel rambutnya relatif kecil
dibanding kulit. Perhitungan yang sama untuk kulit kelinci dan kuda
menunjukan lebih banyak garis epitelum pada olikel rambutnya.
Kenyataannya permeabilitas kulit hewan pengerat pada banyak jenis bahan,
3-5 kali lebih banyak dari kulit manusia. Lebih lanjut banyak studi yang
menggunakan kulit manusia yanh berlaku hanya untuk penetran khusus,
seperti asam salisilat dan iodin radioaktif atau kaliun iodida.
6. Pelarut
Higuchi berpendapat bahwa aplikasi dari kebanyakan pelarut muncul untuk
menyebabkan perubahan ketahanan dari penghalang kulit menuju penetrasi.
Menurut Rothman, absorbsi bahan larut air dan larut lipid ditingkatkan oleh
pelarut organik yang melarutkan lipid-lipid kulit. Meskipun ini dikarenakan
oleh efek dari suatu perawatan pada pembukaan folikular atau modifikasi
lapisan jaringan dalam epidermis tidak diminculkan. Banyak pelarut polar
seperti propilenglikol diketahui memperlambat penetrasi atau tidak berefek.
Ini mungkin disebabkan karena konsentrasi propilenglikol yang dibutuhkan
hanya untuk meneguhkan pembawa dengan penetran.
7. Faktor lain
Tempat pengolesan dan lamanya pengolesan selama kontak merupakan
faktor yang memepengaruhi absorbsi perkutan dari penetran obat yang
berpenetrasi dalam stratum corneum lebih cepat dimana lapisan keratin yang
terluar tipis. Menurut Shelmire, kecepatan absorbsi berbanding lurus dengan
area kulit dan luas absorbsi berbanding lurus dengan area kulit yang ditutupi
oleh salep. Secara umum, kuantitas obat yang diabsorbsi adalah sebanding
dengan lamanya pembawa kontak dengan kulit. Bagaimana ini dapat
dipengaruhi oleh perubahan kedua dari konsentrasi obat yang disebabkan
oleh perubahan derajat hidrasi kulit dan penguapan air obat menurun sesuai
dengan lamanya jaringan menjadi jenuh dengan obat.
V.
Komposisi Salep
Menurut Lachman :539
Banyak bahan baku yang sesuai untuk penggunaan sediaan semipadat
terus-menerus diperkenalkan. Flyrin telah menerbitkan kumpulan bahan yang
amat baik, termasuk fungsi bahan-bahan tersebut dalam formulasi.
1. Hidrokarbon
Kecuali dari petrolatum dan minyak mineral, hidrokarbon merupakan bahan
yang paling luas digunakan dalam sediaan semipadat. Petrolatum atau
campuran kompleks dari sediaan hidrokarbon semipadat yang terdiri dari
zat-zat alifatis siklis jenuh dan tidak jenuh, bercabang dan tidak
bercabangdalam berbagai macam perbandingan. Minyak mineral diperoleh
dari minyak dalam tanah, seperti halnya dengan petrolatum. Minyak dengan
viskositas rendah lebih disukai untuk sediaan semi padat, karen minyak
tersebut tidak begitu patut dan berminyak.
2. Lilin hidrokarbon
Lilin hidrokarbon sering digunakan dalam pembuatan krim san salep-salep
untuk meningkatkan viskositas minyak mineral untuk mencegah pemisahan
dari salep, contohnya : (1) Ozokerit, sejenis lilin hasil tambang terdiri dari
campuran hidrokarbon jenuh yang memiliki kadar karbon C35 C55; (2)
Lilin parafin diperoleh dari minyak tanah; (3) Lilin yang lain sering
digunakan adalah seresin, yang merupakan campuran dari ozokerit dan
lilin, parafin, ozokeret dan seresin memiliki sifat mempertahankan minyak
dalam suatu struktur matriks tanpa mengeluarkan tetesan minyak; (4) Lilin
sintesis dikembangkan dari minyak nabati dan lilin yang terjadi secara alami
sebagai akibat proses hidrogenasi dan pemisahan katalitis. Lilin sintetis
tidak disarankan sebagai pengganti lilin alami, walaupun demikian lilin
sintesis tidak dapat digunakan bersama-sama atau untuk menggantikan lilin
alam dalam beberapa formulasi untuk menghasilkan sifat-sifat itu yang
diinginkan, contohnya synchrowax (nama dagang lilin sintesis) dapat
melembabkan kulit tanpa sifat petrolatum alam.
3. Zat yang berkhasiat minyak
Minyak nabati seperti minyak kacang, minyak amandel, minyak wijen dan
minyak zaitun merupakan monogliserida dan triglesida ddari campuran
asam lemak jenuh dan tak jenuh. Adanya sisa-sisa kontaminasi logam dalam
minyak dapat mengkatalisis reaksi oksidasi yang dapat dicegah dengan
penambahan antioksidan seperti BHA, BHT atau propil atau dengan zat-zat
pembentuk khelat dengan logam seperti garam-garam dari asam
etilendiamin tertraasetat.
4. Asam lemak dan alkohol
Asam stearat digunakan dalam cream yang basisnya dapat dicuci dengan air
sebagai zat pengemulsi untuk memperoleh konsistensi cream tertentu serta
untuk memperoleh efek yang tidak menyilaukan pada kulit. Cream ini
bersifat lunak dan mengkilap atau berkilau selama penyimpanan.
5. Zat pengemulsi
Sabun yang larut air merupakan salah satu pengemulsi yang pertama
digunakan untuk emulsi m/a dari sediaan semipadat. Penambahan zat-zat
polar yang bersifat lemak seperti cetyl alkohol dan gliseril monostearat
cenderung menstabilkan emulsi m/a dari sediaan semipadat. Ion-ion
polivalen seperti Mg, Ca dan Al cenderung menstabilkan emuilsi a/m.
Hampir semua sediaan crean dan salep. Teremulsi memrlukan lebih dari satu
zat pengemulsi. Sabun trietanolamin stearat yang dikombinasikan dengan
cetyl alkohol merupakan contoh pengemulsi campuran emulsi m/a. malam
tawon dan ion Ca bervalensi dua atau sejumlah kecil zat aktif permukaan air
yang larut dalam air merupakan contoh emulgator campuran untuk emulsi
a/m. tanah liat, mg aluminium silikat telah digunakan sebagai bahan
pengental. Zat pensuspensi
koloidal dari dispersi zat tersebut dalam air bahan tersebut juga
menstabilkan emulsi a/m juga digunakan emulgator yang cocok. Pengemulsi
kationik dan nonionik dipilih untuk obat-obat yang yang memerlukan pH
asam. Senyawa amonium kuartener seperti cetyl trimetil amonium klorida
dapat membantu menstabilkan emulsi ini bila dikombinasi dengan alkohol
berlemak seperti cetyl alkohol.
6. Humektan
Gliserin, propilenglikol, sorbitol 70% dan propilenglikol dengan BM yang
lebih rendah digunakan sebagai bahan pelembab (humektan) didalam cream.
Bahan-bahan ini mencegah cream menjadi kering dan mencegah
pembentukan kerak bila cream dikemas dalam botol. Bahan ini juga
memperbaiki konsistensi dan mutu terhapusnya suatu cream jika digunakan
pada kulit sehingga memungkinkan cream menyebar tanpa digosok. Sorbitol
70% lebih higroskopis dari pada gliserin dan digunakan pada konsentrasi
yang lebih rendah. Umumnya 3% sorbitol 70% sebanding dengan 10%
gliserin. Propilenglikol dan PEG kadang-kadang dikombinasi dengan
gliserin karena kemampuannya lebih rendah dibanding gliserin.
7. Serbuk yang tidak larut
Obat-obat yang tidak larut harus terdispersi keseluruh pembawa secara
merata untuk menjamin monogenitas suatu produk. Beberapa serbuk tidak
dapat didespersikan secara merata tapi cenderung berkumpul dalam basis,
sedang yang lainnya terdispersi tanpa kesukaran
walaupun partikelnya
sama. Banyak bahan obat yang digunakan dalam sediaan topikal (misalnya
prednison, luokortiston asetat) berada dalam keadaan polimorfosis. Aktivitas
fisiologis dan availabilitas suatu bahan obat seringkali berhubungan
10
lanosterol dan
dengan
polienglikolber BM rendah. Kombinasi ini akan menghasilkan produkprodukkonsistensi seperti salep yang melunak dan melelh jika
digunakan pada kulit. Pembuatan sediaan dengan bahan-bahan ini tidak
11
memerlukan air. Basis ini larut dalam air karena adanya gugusan polar
dan ikatan eter yang banyak.
Menurut DOP Cooper :192
Komposisi salep mengandung basis yang anhidrat dan semuanya mengandung
satu atau lebih bahan obat dalam suspensi atau larutan.
VI. Pembagian Salep Menurut :
Scovilles , 339
Salep diklasifikasikan menurut:
1. Salep terapeutik berdasarkan penetrannya
-
Salep hidrofilik, salep dengan sifat mempunyai jumlah air yang agak
banyak walaupun biasanya emulsi minyak dalam air dengan konsistensi
ringan daripada salep hidrofilik. Salep ini mengandung steroid dari
petrolatum. Emulsi m/a lebih mudah dibersihkan dari kulit dengan air.
12
anhidrat
13
hidrat
menyerap air
tidak tercuci
hidrat
tercuci
anhidrat
menyerap air
larut air
tercuci
berminyak
Obat jerawat
: resorsinol, sulfur
2. Antibiotik
: Basitrasin, klortetrasiklin
3.
Bahan antifungi
14
endocenoat
4.
5. Antiproktik
6. Antiseptik
7. Adstringen
8.
Counter iritan
9.
10. Keratolitik
11. Parasaltisida
: Sulfur
12. Protektif
: ZnO, Calamin
: Coal-tar,kortikosteroid,dithrenol,as-salisil
Bahan antipeuritik
Menghilangkan gatal-gatal dengan berbagai cara. Umumnya digunakan
bahan dengan konsentrasi meliputi menthol 0,25 %, fenol 0,5%, kamfer 2%,
dan coal tar 5-10%.
Keratoplastis
Cenderung meningkatkan ketebalan lapisan tanduk. Bahan yang umum
digunakan dalam tipe ini asam salisilat 1-2% sebagai keratoplastik, sedang
bahan-bahan yang lebih kuat dari asam salisilat adalah keratoplastik.
Keratolitik
Bahan ini mengangkat atau melembutkan lapisan tamduk. Bahan yang
umum digunakan adalah asam salisilat 4-10 %, resorsinol 2-4% dan sulfur
15
Bahan eksimatitis
Menghilangkan keringat dan ekspresi vaskular dengan beberapa cara.
Beberapa diantaranya bertindak sebagai pelindung, keratolitik dan
antipekritik, umumnya bahan anti eksim termasuk 2-5% dari hidrokarbon
dan derivatnya 0,5-1% dicampur dengan lotio atau salep.
- Anti parasit
Menghancurkan atau menghambat pertumbuhan dan gangguan mikroba.
Bahan dari tipe ini termasuk benzil benzoat 10-30% emulsi atau lotion,
salep
sulfur,
N-etil
acrotonetoluinecdine
10%
dan
gamma
bimenhexaklorida.
-
Antisebarrheis
Antisebarrheis adalah bahan yang meringankan sebarhoa (kelebihan
penyaluran sebelum dari kelenjar) dengan aksi yang bervariasi yaitu anti
bruritik, resorsinol, salep sulfur dan salep asam salisilat serta merkuri
ammonia 2-10% dan coal tar 1-5%, ichtammol 4-10 %.
Emmolient
Emmolient adalah bahan yang melembutkan permukaan kulit. Basis
mineral, petrolatum putih dan cream a/m adalah contoh bahan ini.
16
Basis salep adalah bahan atau bagian dari salep yang berperan sebagai pembawa
(Carrier) untuk obat. Kenyataannya, basis salep dapat disebut sebagai salep
tanpa adanya obat didalamnya.
IX. Syarat-syarat Basis Salep yang Ideal
Menurut American Pharmacy 320 :
Menurut Bteler beberapa peneliti telah menggambarkan basis yang ideal seperti
ditunjukkan dengan sifat fisika-kimia dibawah ini :
-
Stabil
Tidak berminyak
Tidak mengiritasi
Tidak menghidrasi
Tidak higroskopis
- Dapat menjadi medium yang dapat larut secara kimia dalam lemak/air
X.
Pemilihan Basis
Scovilles :339
17
Banyak aktor yang terlibat dalam pemilihan basis salep. Sifat alami dari bahan
obat yang dicampurkan, kestabilan dan aksi terapeutik yang diinginkan adalah
sangat penting. Sebagian contoh obat yang terhidrolisis dengan cepat, bersifat
lebih stabil dalam basis hidrokarbon daripada dalam basis yang mengandung
air, meskipun bahan-bahan tersebut mungkin lebih efektif dalam basis yang
mengandung air. Faktor penting lainnya adalah : karakteristik umum dari kulit
pasien, apakah kering atau berminyak, gelap atau terang, area kulit yang
diobati apaah berambut atau gundul, jenis luka yang ada, apakah kering atau
basah, efek kimia dari pembawa pada pengobatan dan efek kimia obat dalam
pembawa serta aksi pembawa pada kulit.
FI IV : 18
Pemilihan dasar salep tergantung pada beberapa faktor seperti khasiat yang
diinginkan, sifat lain bat yang dicampurkan dan stabilitas ketahanan sediaan
jadi. Dalam beberapa hal perlu menggunakan dasar salep yang kurang ideal
untuk mendapatkan stabilitas yang diinginkan misalnya
terhidrolisa lebuh stabil dalam dasar salep hidrokarbon daripada dasar salep
yang mengandung air. Meskipun obat tersebut bekerja dalam dasar salep yang
mengandung air.
Parrot : 365
Salep harus stabil secara kimia dan fisika. Bahan-bahan obat harus terdispersi
dengan seragam sebagai salep yang dioleskan pada kulit yang sensitif, terluka
atau telanjang, semua bahan yang tidak larut harus dikurangi ukurannya
menjadi kecil untuk mencegah sensasi seperti pasir dan iritasi. Viskositas
salep harus bisa membuatnya melewati tube dengan mudah dan dioleskan
dengan mudah saat digunakan padakulit. Jika salep disimpan dalam
lingkungan hangat cukup untuk melembutkan salep, serbuk yang tidak
larutdapat mengendap dalam selep tipe suspensi dan fase terdispersi dapat
memisah dalam salep tipe emulsi.
18
XI.
19
pewarna
organik tidak boleh dicampur dengan spatula karet, spatula logam. Spatula
logam tentunya lebih kuat dan menasilitasi pencampuran salep kental, tapi
bila
penggunaan
spatula
karet
diinginkan,
bahan-bahan
harus
20
21
22
I.
Formula Disetujui
Salep Benzokaina
II.
Rancangan Formula
Tiap gram mengandung
III.
Aethelys aminobenzoas
3%
Basitrasin
250 UI
Neomisin sulfat
5 mg
Petrolatum liquid
5%
Propil paraben
0,02%
tokoferol
0,05 %
Vaselin flavum
100%
Master Formula
Nama produk
: Vanzokaina
Jumlah produk
: 1 pot @ 30 gram
Tanggal Produksi
: 15 Januari 2005
No. reg
: DTL 0401605079 A1
No. Bacth
: R 010003 W
Diproduksi oleh
salep
Vanzokainasalep
Tgl Formula
Tgl produksi
Makassar-indonesia
Kode Bahan
ABS-01
5 januari 2005
Nama Bahan
Aethylis
16 januari 2005
Kegunaan
Zat aktif
Dibuat
Oleh : Klp IV
Disetujui
Oleh :
Norma T.K, S.Si
Perdosis
0,5
Perbatch
0,5
Aminobenzoas
B -02
Basitrasin
Zat aktif
2,5
2,5
NS-03
Neomisin sulfat
Zat aktif
0,05
0,05
23
l-04
Petrolatumliquid
pengawet
Pp-05
Propil paraben
pengawet
0,02
0,02
AT-06
tokoferol
Anti oksidan
0,15
0,15
Vf-07
Vaselin flavum
basis salep
7,33
7,33
IV.
Perhitungan Bahan :
Dibuat 10 gram dileburkan 10% = 5,5 gram
Benzokaina
= 3/100 x 11 = 0,33 g; untuk 5 gram = 0,165
Basitrasin
= 250 x 11
= 2750 UI~1 mg (1mg~40 UI)
= 2750/40 x 1 mg = 68,75 mg, untuk 5 g = 24,27
Neomisin
= 5 mg x 11
= 55 mg. Untuk 5 g = 27,5
Petrolatum liquid = 5/100 x 11
= 0,55 g untuk 5g = 0,275
Propil paraben
= 0,02/100 x 11 = 0,002g=0,001
-Tocoferol
= 0,05/100 x 11 = 0,05g = 0,025.
Vaselin flavum
= 5,5 (0,165 + 24,27 + 27,5 + 0,275 + 0,001 + 0,025)
= 5,5 0,6233
= 4,876 gram.
V.
Cara kerja :
disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
Timbang bahan sesuai dengan perhitungan
Dibuat pengenceran Tocoferol 1 capsul dikeluarkan isinya, dan
dicukupkan dengan parafin liquidum, diambil hasil pengenceran 0,025 ml.
Digerus benzokaina dan dikeluarkan dari lumpang.
Basitrasin dan neomisin direvigasi dengan petrolatum cair dan
ditambahkan dengan vaselin putih, Tocoverol dan digerus add
homogen
Dimasukkan semua bahan ke dalam tube yang telah ditarer
Diberi etiket dan brosur.
24
VI.
Defenisi Salep.
Definisi salep adalah sediaan gel dengan aliran plastis,
yang dimaksudkan untuk penggunaan pada kulit atau mukusa. Sediaan
ini merupakan zat berkhasiat dalam keadaan tersuspensi, terlarut atau
teremulsi. (R Voight : 924)
Benzokain
25
Ester PABA ini merupakan derivat dari asam Paminobenzoat yang resorbsinya lambat, khasiat anestetiknya lemah.
Berkhasiat vasokontriksi karena merintangi re-uptake noradrenalin
diujung neuron adrenergik sehingga kadarnya didaerah reseptor
meningkat. (OOP : 386)
Jadi kombinasi dari ketiga bahan ini akan memberikan efek
yang sinergis dimana akan melawan bakteri-bakeri gram positif dan gram
negatif dandengan adanya anestetik akan memberikan efek yang lebih
optimal pada penggunaan kulit yang diobati serta menghilangkan rasa
nyeri dari akibat infeksi tersebut.
Adeps Lanae
26
larut dalam air dan dapat menyerap air 2 kali beratnya. (scovilles :
345)
Propil Paraben
Aktivitas
pengawet
sebagai
anti
bakteri
dan
27
Vaselin Vlavum
yang
28
semuanya
termasuk
kelompok
enterobakteriase.
Walaupun
Uraian Bahan
1.
: Aethylis Aminobenzoas
Nama lain
Pemerian
Kelarutan
Incomp
Khasiat
Kegunaan
: Zat aktif
29
2.
: Adeps lanae
Nama lain
Pemerian
Kelarutan
3.
Khasiat
: Pelembut
Kegunaan
: Bahan tambahan
: Propylis parabenum
Nama lain
: Nipasol
Pemerian
Kelarutan
Incomp
Konsentrasi
4.
: Neomycini sulfas
Nama lain
: Neomisin sulfat
Pemerian
30
Kelarutan
5.
: Bacitracinum
Nama lain
: Bacitrasin
Pemerian
Kelarutan
VI.
Perhitungan
Dibuat 10 gram, dilebihkan 10 % = 11 gram
-
Benzokain
Aethylis aminobenzoac
Basitrasin
Adeps lanae
Propil paraben
-tokoferol
Vaselin flavum
homogen
31
1,49 :
VII.
Cara Kerja
1.
2.
3.
4.
Ditambahkan hasil pengenceran dari propil paraben dan tokoferol dan adeps lanae dan digerus ad homogen.
5.
6.
32
VIII. BROSUR
VANZOKAINA SALEP
Isi bersih : 10 gram/tube
Komposisi
Tiap 10 g mengandung
Aethylis aminobenzoat
500 mg
Basitrasin
2500 mg
Neomisin sulfat
50 mg
qs
basis salep
ad 10 g
Khasiat
pada kulit.
Farmakologi
ester PABA derivat amino benzoat yang absorbsinya lambat. Khasiat anestetik obat
ini lemah sehingga hanya digunakan pada anestesi permukaan untuk menghilangkan
nyeri dan gatal-gatal benzokain dapat digunakan langsung pada kula dan menimbulkan
anestesi yang cukup lama.
Indikasi
: Anti infeksi
Kontra indikasi
: Hipersensivitas
Aturan pakai
33
Penyimpanan
dari cahaya
No. Reg
: DTL 04016505079 A1
P No 3
Awas Obat Keras
Hanya untuk bagian luar badan
Diproduksi oleh
PT Kaina Farma
Makassar-Indonesia
IX.
ETIKET
34
VANZOKAINA SALEP
I.
Tiap 10 g mengandung :
Aethylis aminobenzoat
500 mg
Basitrasin
2500 mg
Neomisin sulfat
50 mg
qs
basis salep
ad 10 g
Khasiat
infeksi
Farmakologi
merupakan ester PABA derivat amino benzoat yang absorbsinya lambat. Khasiat
anestetik obat ini lemah sehingga hanya digunakan pada anestesi permukaan untuk
menghilangkan nyeri dan gatal-gatal benzokain dapat digunakan langsung pada kula
dan menimbulkan anestesi yang cukup lama.
Indikasi
: Anti infeksi
Kontra indikasi
: Hipersensivitas
Aturan pakai
Penyimpanan
dari cahaya
No. Reg
: DTL 04016505079 A1
No. Batch
: R 01003 W
P No 3
Awas Obat Keras
Hanya untukDiproduksi
bagian luaroleh
badan
PT Kaina Farma
Makassar-Indonesia
Formula Disetujui
Salep Benzokaina
35
I.
Rancangan Formula
Tiap gram mengandung
II.
Aethelys aminobenzoas
3%
Basitrasin
250 UI
Neomisin sulfat
5 mg
Petrolatum liquid
5%
Propil paraben
0,02%
tokoferol
0,05 %
Vaselin flavum
100%
Master Formula
Nama produk
: Vanzokaina
Jumlah produk
: 1 pot @ 30 gram
Tanggal Produksi
: 15 Januari 2005
No. reg
: DTL 0401605079 A1
No. Bacth
: R 010003 W
Diproduksi oleh
salep
Vanzokainasalep
Tgl Formula
Tgl produksi
Makassar-indonesia
Kode Bahan
ABS-01
5 januari 2005
Nama Bahan
Aethylis
16 januari 2005
Kegunaan
Zat aktif
Dibuat
Oleh : Klp IV
Disetujui
Oleh :
Norma T.K, S.Si
Perdosis
0,5
Perbatch
0,5
Aminobenzoas
VI.
B -02
Basitrasin
Zat aktif
2,5
2,5
NS-03
Neomisin sulfat
Zat aktif
0,05
0,05
l-04
Petrolatumliquid
pengawet
Pp-05
Propil paraben
pengawet
0,02
0,02
AT-06
tokoferol
Anti oksidan
0,15
0,15
Vf-07
Vaselin flavum
basis salep
7,33
7,33
Perhitungan Bahan :
Dibuat 10 gram dileburkan 10% = 5,5 gram
Benzokaina
= 3/100 x 11 = 0,33 g; untuk 5 gram = 0,165
Basitrasin
= 250 x 11
= 2750 UI~1 mg (1mg~40 UI)
36
V.
Cara kerja :
a.
disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b.
Timbang bahan sesuai dengan perhitungan
c.
Dibuat pengenceran Tocoferol 1 capsul dikeluarkan isinya, dan
dicukupkan dengan parafin liquidum, diambil hasil pengenceran 0,025 ml.
d.
Digerus benzokaina dan dikeluarkan dari lumpang.
e.
Basitrasin dan neomisin direvigasi dengan petrolatum cair dan
ditambahkan dengan vaselin putih, Tocoverol dan digerus add
homogen
f.
Dimasukkan semua bahan ke dalam tube yang telah ditarer
g.
Diberi etiket dan brosur.
VIII.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Daftar Pustaka
Ditjen POM.,
(1979), Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta
Ditjen POM.,
(1995), Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta
Parrot, E. L.,
(1971), Pharmaceutical Technolog, Fundamental Pharmaceuties 3rd
revision, Burges Publishing Company Pinneapolis
Balsam, M. S.,
(1972), Cosmetic Sciences and Technology, 11 edition, Wley Interscience,
London
Gennaro, R.
A., (1990), Rhemingtons Pharmaceutical Sciences, 18th edition, Mack
Publishing Company, Pennylsilvania
Boylan, J. C.,
(1986), Handbook of Pharmaceutical Excipients, Publishing By American
PharmaceuticalAssociation De, USA
Jenkins, G. L.,
(1957), Scovilles The Art of Compounding, 9th ed, The Blakiston Division,
MC Grow Hill Book Company, Inc, New York, Toronto, London
37
8.
Martin,
E.,
(1971), Dispensing of Medication, 7th ed, Mack Publishing Company,
Easton, Pennysilvania
9.
Sprawk, J. M.,
(1963), Prescription Pharmacy, 2 nd edition, J. B. Lipponcott Company,
Philadelphia, Toronto
10.
Balsam, M. S.,
(1972), Cosmetic Science and Technologhy, I edition Wley, Interscience,
London
LABORATORIUM FARMESEUTIKA
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
LAPORAN PRAKTIKUM
FORMULASI SEDIAAN CAIR/SEMIPADAT
FORMULA :
SALEP BENZOKAIN
38
OLEH :
KELOMPOK : IV
ASISTEN : NORMA T. KAMBUNO, S.Si
FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2005
39