Anda di halaman 1dari 27

BAB I

TINJAUAN UMUM KASUS

1.1 Identitas Pasien

No. RM :

Nama : Ny. JT

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 55 tahun, 2 bulan

Agama : Islam

Ruangan : III.2/IW

Pembayaran/Status : BPJS

Diagnosa : Stroma nodusa toksik+Hipokalemia

Mulai Perawatan : 23 Agustus 2019

Dokter : dr. DM, Sp.PD

1.2 Anamnesa

Keluhan Utama

- Pasien sulit menelan selama ± 1 bulan terakhir


Riwayat Penyakit Sekarang

- Pasien sulit menelan sejak 1 bulan terakhir, tenggorokan sakit saat menelan

- Pasien tidak mau makan selama 1 bulan terakhir

1
- Pasien mual dan muntah sejak 1 bulan terakhir

- Pasien merasa lemah, letih, berdebar, dan berkeringat

- Perut pasien terasa panas

- Pasien mengeluh nyeri perut di ulu hati

Riwayat Penyakit Dahulu

- Pasien sebelumnya dirawat di RSUD Lubuk Basung dengan pembesaran kelenjar tiroid.

Riwayat Penyakit Keluarga

- Hipertensi

1.3 Data Penunjang

1.2.1 Data Pemeriksaan Fisik

- Berat Badan : 60 kg

- Tinggi Badan : 150 cm

1.2.2 Data Pemeriksaan Tanda Vital

Tekanan
Nadi
Tanggal Darah Laju Nafas Suhu (°C)
(x/menit)
(mmHg)

23/8 165/80 88 24 37

24/8 100/60 72 20 37,2

25/8 160/80 142 26 37

26/8 140/90 100 19 36,5

27/8 150/100 82 21 36,8

2
28/8 150/70 76 18 37

29/8 120/90 95 18 36,9

30/8 130/80 94 21 36

1.2.1 Data Laboratorium

No Data Nilai Normal 23/ 08 26/08 27/08


Laboratorium
1. Hb (hemoglobin) 12-16 g/dl 10,7 - -

2. Leukosit 3,2-103/mm3 6,71 - -

3. Neutrofil 36-73% 41,9% - -

4. Eosinofil 0-6% 7,7 - -

5. Lymph 15-45% 37,9% - -

6. Monosit 0-11% 12,5% - -

7. Kalium 3,6-4,8 mmol/L 2,83 2,66 2,54

8. Natrium 135-144 140,2 142,2 140,1


mmol/L
9. Klorida 97-106 mmol/L 101,6 101,3 100,4

10. Kalsium 8,8-10,4 mg/dl - 12,9 -

11. kreatinin 0,6- 1,3 mg/dl 0,61 - -

12 SGPT 5- 35 Unit /L - 20 -

13. SGOT 5-35 Unit /L - 35 -

14. Glukosa 70-100 mg/dl 82 - -

3
15. RBC 3,8-5,0 x 106 3,86 - -
sel/mm3
16. HCT 35-45% - - -

17. MCHC 32-36 g/dl 33 - -

18. PLT 170-380 211 - -

19. T4 10-24 pmol/ml - 57,65 -

20. TSH 0,27 UUI/ml - <0,005 -

1.3 Diagnosa

Stroma nodusa toksik+Hipokalemia

1.4 Follow Up Pasien

Tanggal Keterangan

23/8 Badan terasa lelah, perut terasa panas, susah menelan,


nafsu makan menurun, TD:165/80, Kalium: 2,83, Hb:
10,7
24/8 Badan terasa lelah, TD:100/60

25/8 Badan terasa lelah, kerongkongan terasa nyeri, mual,


TD:160/80

26/8 Badan letih, kepala pusing, pasien sulit menelan, nafsu makan
menurun, demam, TD:140/90, Nadi:99 x/menit, Kalium:2,66

27/8 Pasien sulit menelan dan nyeri saat menelan, badan terasa
letih, dada berdebar, sesak, mual, perut membuncit,
TD:150/100, Kalium: 2,54

4
28/8 Pasien tampak letih, terdapat flek pada lidah, nyeri pada ulu
hati, TD:150/70

29/8 Nafsu makan pasien menurun, kadang merasa letih, TD:


120/90

5
BAB II

ANALISA FARMAKOTERAPI DAN DRP

2.1 Terapi Farmakologi

Aturan Tanggal
No Nama Obat
23/8 24/8 25/8 26/8 27/8 28/8 29/8 30/8
Pakai
Non Parenteral
1 KSR 300 mg 1x ½ √ Off - - - - -
2 Curcuma 200 mg 3x1 √ Off - - - - √
3 Propiltiourasil 3x1 √ Off
4 Propranolol 10 mg 2x1 √ √ √ √ √ √ √
5 Paracetamol 3x1 √ √ √ √ √ √ √
6 Candesartan 8 mg 1x1 √ √ √ √ √ √ √
7. Tyrozol 10 mg 1x1 - - - - - √ √
8. Alprazolam 0,5 mg 1x1 - - - - √ √ √
9. Nistatin drop 3x1 - - - - - √ √
10. KSR 2x1 - - - - - - √
Parenteral
1 Prosogan 1x1 √ √ √ √ √ √ √

6
2 Sotatic 3x1 √ √ √ √ √ kp
3 Ceftriaxone 1 gram 2x1 √ √ √ √ √ √ √
Cairan Intravena
1 Asering 8 jam/kolf √ √ √ √ √ √ √
2 KCl 50 mEq/500 - - - - - √ √
ml NaCl
dalam 24 jam

7
2.2 Perhitungan Dosis

No Nama Obat Dosis Dosis Literatur Perhitungan Keterangan

1 KSR (600 mg) 1 x ½ tab 1-2 tablet 2-3 kali sehari 300 mg/hari Kurang
(MIMS, 2019) Sesuai

2 KSR (600 mg) 2x1 1-2 tablet 2-3 kali sehari 1200 mg/hari Sesuai
(MIMS,2019)

3 Curcuma (200 mg) 3x1 500 mg 4 kali sehari 600 mg Sesuai


(Medscape,
2019)
4. Propiltiourasil (100 3x1 Dosis awal: 300-600 300 mg Sesuai
mg) mg/hari dalam 3 atau 4
dosis terbagi (Dipiro,
2015)
5. Nystatin drop 3x1 cc 3 kali sehari 1 cc ( 300.000 unit (3 cc) Sesuai
Hassan., et al, 2014)

8
2.3 Kajian Kesesuaian Indikasi

No Jenis Obat Indikasi Obat Komentar dan Alasan

1. KSR Mengatasi kondisi dan gejala hypokalemia Pemberian obat tepat, karena kadar kalium
pasien rendah (hypokalemia)

2. Curcuma Penambah nafsu makan dan hepatoprotektor Pemberian obat tepat karena pasien mengalami
anorexia, kurang nafsu makan

3. Propiltiourasil Mengatasi kondisi dan gejala hipertiroid Pemberian obat tepat, karena salah satu lini
pengobatan hipertiroid adalah propiltiourasil dan
nilai T4 pasien tinggi (hipertiroid)
4. Nistatin Mengatasi infeksi jamur, candidiasis, profilaksis Pemberian obat tepat karena pasien mengeluh pedih
candidiasis pada lidah

5. Asering Mengatasi gangguan keseimbangan elektrolit Pemberian obat tepat, untuk mengatasi
ketidakseimbangan elektrolit tubuh pasien

9
2.4 Analisa Permasalahan

NO JenisPemasalahan Analisa Masalah PermasalahanTerkait Komentar/

Obat rekomendasi
1 Korelasi antara terapi obat 1. Adakah Obat tanpa indikasi? 1. 1. Obat yang diberikan
dengan penyakit sudah sesuai indikasi
2. Adakah pengobatan yang tidak
2. Semua kondisi klinis
dikenal?
sudah diterapi
3. Adakah kondisi klinis yang tidak
3. Semua kondisi klinis
diterapi?
sudah diobati

10
2 Pemilihan obat yang 1. Bagaimana pemilihan obat? 1. Sudah 1. Obat yang diberikan
sesuai Apakah sudah efektif dan telah sesuai dengan
merupakan obat terpilih pada kasus 2. Sudah gejala penyakit dan
ini? lini terapi
3. Bisa
2. Apakah pemilihan obat tersebut 2. Tidak terdapat
relatif aman? masalah selama
masih dilakukan
3. Apakah terapi obat dapat
pemantauan
ditoleransi oleh pasien?
3. Terapi obat dapat
ditoleransi oleh
pasien

3 Regimen Dosis 1. Apakah dosis, frekuensi dan cara 1. Sesuai 1. Dosis, frekuensi dan
pemberian mempertimbangkan cara pemberian telah
efektifitas keamanan dan 2. Bisa sesuai dengan kondisi
kenyamanan serta sesuai dengan pasien
kondisi pasien? 2. Jadwal pemberian
dosis bisa
2. Apakah jadwal pemberian dosis
3. Sesuai

11
bisa memaksimalkan efek terapi, memaksimalkan efek
kepatuhan, meminimalkan efek terapi, kepatuhan,
samping, interaksi obat, dan meminimalkan efek
regimen yang kompleks? samping dan interaksi
obat
3. Apakah lama terapi sesuai dengan
indikasi? 3. Lama terapi sudah
sesuai dengan
indikasi

4 Duplikasi terapi 1. Apakah ada duplikasi terapi? 1. Ya 1. Amlodipin dan


nicardipin merupakan
obat antihipertensi
dengan golongan
yang sama yaitu
golongan CCB dan
digunakan secara
bersamaan

12
5 Alergi Obat atau intoleran 1. Apakah pasien alergi atau intoleran 1. Tidak ada 1. Tidak ada riwayat

13
terhadap salah satu obat? Permasalahan alergi pasien

2. Apakah pasien telah tahu yang


2. Tidak ada permasalahan
harus dilakukan jika terjadi alergi?

6 Efek Merugikan 1. Apakah ada gejala/permasalahan Tidak ada permasalahan Tidak ada permasalahan

medis yang diinduksi obat? yang diinduksi obat


7 Interaksi dan 1. Apakah ada interaksi obat dengan 1. Ada interaksi obat 1. Interaksi obat yang
kontraindikasi obat? Apakah signifikan secara terjadi dapat diatasi
klinis? 2. Tidak ada permasahan
2. Tidak ada interakasi
2. Apakah ada interaksi obat dengan obat dengan makanan
3. Tidak ada permasalahan
makanan? Apakah bermakna yang bermakna
secaraklinis? secara klinis
3. Apakah ada interaksi obat dengan
3. Tidak ada interaksi
data laboratorium?
obat dengan data
laboratorium

14
2.5 Lembar Pengkajian Obat

Nama: No. RM: Dokter:

Umur: Ruangan: Farmasis:

BB: TB:

No. Hari/Tanggal Kode Masalah Uraian Masalah Rekomendasi/Saran

1. 13 Agustus 8a Sotatic+ propranolol:


2019 (Interaksi Laju absorbsi propranolol tablet
obat) konvensional meningkat dengan
pemberian metoclopramide
intravena. Dalam 2 jam pertama
setelah pemberian dosis, kadar
propranolol adalah meningkat 1,3
menjadi 2,5 kali lipat. Namun,

15
perubahan tidak terjadi
relevan secara klinis. (Stockley, 2008)
2. 8a Parasetamol+sotatic:
(interaksi Metoclopramide meningkatkan laju
obat) absorpsi parasetamol (plasma puncak
tercapai dalam 48 menit bukan 120
menit) dan meningkatkan level
plasma maksimumnya hingga 64%
(Stockley, 2008)
8a Parasetamol+propranolol:
(Interaksi Propranolol dapat sedikit
Obat) meningkatkan bioavailabilitas
parasetamol, tetapi tidak signifikan
secara klinis. (Stockley, 2008)

16
2.6 Monitoring Rencana Pelayanan Farmasi

Nama: No. RM: Dokter:

Umur: Ruangan: Farmasis:

BB: TB:

Tujuan Terapi Obat Obat Parameter Monitoring Efek Akhir Yang Frekuensi Monitoring
Diinginkan

Terapi menangani KSR Kadar kalium darah Kalium darah menjadi Setiap pemeriksaan laboratorium
kondisi hipokalemia normal
pasa pasien
Menambah nafsu Curcuma Jumlah porsi makan Jumlah porsi makan Setiap hari
makan pasien pasien pasien sesuai dengan
kebutuhan gizi pasien

17
Terapi menangani Propiltiourasil Nilai T4 Nilai T4 pasien Setiap pemeriksaan laboratorium
kondisi hipertiroid normal
pasien

Menangani infeksi Nistatin drop Jamur pada mulut, perih Jumlah jamur dimulut Setiap hari
jamur pada mulut pada lidah berkurang, perih pada
pasien lidah berkurang

18
2.7 Konseling

Uraian Rekomendasi/Saran

Terapi Farmakologi

KSR Diminum 2 x sehari sesudah makan pada pagi dan malam hari

Curcuma Diminum 3 kali sehari pada pagi, siang, dan malam hari

Propiltiourasil Diminum 3 kali sehari setelah makan atau saat makan pada pagi, siang, dan malam hari

Nistatin drop Nistatin diteteskan pada mulut tiap 8 jam. Lamakan kontak dengan mulut

Terapi Non Farmakologi

1 Olahraga secara teratur

2 Mengatur pola makan

19
20
2.8 Tinjauan Obat

1. KSR

Komposisi Kalium klorida 600 mg/tab


Kelas terapi Elektrolit
Indikasi Hypokalemia
Mekanisme memberikan kondisi toleransi lambung maksimum dan
Kerja penyerapan yang efektif untuk pengobatan semua jenis
defisiensi kalium, apakah alkalosis hipokloremik atau
hipokalemik.
Dosis 1-2 tablet 2-3 kali sehari (MIMS)

Pemberian Obat Peroral


Kontraindikasi Gagal ginjal lanjut, hiperkalemia, penyakit Addison yang
tidak diobati, dehidrasi akut, obstruksi GI.
Efek Samping Mual, muntah, diare, sakit perut
Peringatan Jika seorang pasien yang sedang dirawat dengan KSR
mengalami muntah-muntah parah, sakit perut kembung atau
perut kembung, atau pendarahan gastrointestinal, obat harus
segera dihentikan.

(MIMS, 2019)
2. Propiltiourasil
Komposisi Propiltiourasil 100 mg/tab
Kelas terapi Agen antitiroid
Indikasi Hipertirioidisme
Mekanisme Propiltiourasil menghambat produksi hormone tiroid
Kerja dengan mencegah oksidasi iodin pada kelenjar tiroid.

Dosis Dosis awal: 300-600 mg/hari dalam 3 atau 4 dosis terbagi


Pemberian Obat Peroral
Kontraindikasi Hamil dan menyusui
Efek Samping Ruam kulit, urtikaria, nyeri sendi, demam, nyeri

21
tenggorokan, agranulositosis, sakit kepala, gejala mirip LE,
hepatitis
Peringatan Bila ada tanda hipersensitivitas, pengawasan dilakukan
dengan ketat untuk mendeteksi agranulositosis, antara lain
pasien harus melaporkan bila ada nyeri tenggorokan. Bila
ada neutropenia, obat harus dihentikan
Farmakokinetika Absorpsi : PTU secara cepat diabsorpsi pada saluran GI
dengan bioavailbilitas 50-75% dan puncak konsentrasi
plasma dicapai 2 jam setelah pemberian oral.
Distribusi: PTU terikat sebanyak 80% dengan protein
plasma. PTU melewati plasenta dan didistribusikan melalui
ASI
Metabolisme: PTU memiliki t ½ 1 hingga 2 jam dan
mengalami first pass metabolism di hati.
Ekskresi: Umumnya diekskresikan di urin sebagai konjugasi
asam glukoronat dan kurang dari 2% dalam bentuk tidak
berubah.

(ISO Farmakoterapi, ; Dipiro, 2015; Martindale 36th, 2009)


3. Curcuma
Komposisi Curcuma 200 mg
Kelas terapi Suplemen herbal
Indikasi Dispepsia, sakit perut, pendarahan, diare, perut kembung,
kehilangan nafsu makan, hepatitis dan keluhan hati, empedu
Mekanisme Anti inflamasi (Penghambat COX), merangsang produksi
Kerja dan pelepasan empedu, antispasmodic, hepatoprotektif,
antioksidan
Dosis 500 mg 4 kali sehari
Pemberian Obat Peroral
Kontraindikasi Hipersensitifitas, tukak lambung
Efek Samping Gangguan gastrointestinal
(Medscape, 2019)

4. Asering
22
Komposisi Setiap 500 ml: CaCl 2H2O 0.1 g, KCl 0.15 g, NaCl 3 g,

Naacetate 3H2O 1.9 g


Kelas terapi Elektrolit
Indikasi Dehidrasi asidosis dan kehilangan cairan tubuh
Dosis Dosis individual
Pemberian Obat IV infus
Peringatan Hipertensi, anak-anak, lansia, jangan digunakan bersamaan

dengan tranfusi darah


Efek Samping Demam, infeksi, trombosis, hipervolemia

(MIMS, 2019)

23
BAB III
PEMBAHASAN

Ny.JT (55 tahun, 2 bulan) datang ke IGD rumah sakit Achmad Muchtar
Bukittinggi tanggal 23 Agustus 2019 dengan keluhan sulit menelan sejak 1 bulan
terakhir, pasien mengeluh kerongkongan sakit saat menelan, pasien tidak nafsu
makan selama satu bulan terakhir, pasien mengeluh mual dan muntah, badan lemah
dan letih, jantung berdebar, berkeringat, perut terasa panas, dan nyeri pada ulu hati.
Sebelumnya pasien pernah dirawat di RSUD Lubuk Basung dengan keluhan
pembesaran kelenjar tiroid. Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi. Diagnosa
awal yang ditetapkan kepada pasien stroma nodusa toksik dengan diagnosa banding
stroma nodusa non toksik dan hypokalemia.
Pada tanggal 23 Agustus 2019 pasien diberi terapi Propiltiourasil 3x100 mg,
propranolol 2x10 mg, KSR, 1x ½ tab, Curcuma 3x1, Candesartan 1x8 mg,
Parasetamol 3x1, Prosogan injeksi 1x1, sotatic injeksi 3x1, dan ceftriaxone injeksi
2x1. Propiltiourasil merupakan obat agen antitiroid yang bekerja menghambat
produksi hormone tiroid dengan mencegah oksidasi iodin pada kelenjar tiroid.
Menurut dipiro (2015), salah satu lini pengobatan hipertiroid adalah obat golongan
tiourelin/tionamid seperti propiltiourasil dan metimazol. Propiltiourasil diberikan
kepada pasien karena pasien didiagnosa stroma nodusa toksik yang merupakan
pembesaran kelenjar tiroid yang disertai peningkatan hormone tiroid. Penggunaan
propiltiourasil dihentikan pada tanggal 24 Agustus untuk menunggu hasil
laboratorium T4 dan TSH untuk memastikan dugaan hipertiroid yang dialami
pasien.
Pasien juga mengalami keluhan jantung berdebar sehingga pasien diberi
propranolol 2x10 mg. Propranolol merupakan obat golongan β bloker non selektif
yang bekerja menghambat reseptor β1 dan β2 sehingga mengakibatkan penurunan
denyut jantung, kontraksi miokardial, dan tekanan darah. Reseptor β2 terletak di
otot polos bronkus sehingga penggunaan β bloker non selektif seperti propranolol
dapat menyebabkan efek samping bronkospasme. Pasien juga diberikan
candesartan 1x8 mg untuk mengobati hipertensi pasien yang ditandai dengan
tekanan darah diatas normal yaitu 165/80.

24
Pasien mengalami keluhan demam, mual muntah, nafsu makan berkurang,
perut terasa panas, dan nyeri pada ulu hati sehingga pasien diberikan injeksi sotatic
3x1 yang mengandung metoklopramid untuk mengatasi mual dan muntah pasien.
Kemudian pasien diberi injeksi prosogan 1x1 berisi lansoprazol yang merupakan
obat golongan proton pump inhibitor untuk mengatasi gangguan pada lambung
pasien karena penurunan nafsu makan pasien yang ditandai dengan panas yang
terasa di perut dan nyeri pada ulu hati. Pasien juga diberi curcuma tablet sebagai
suplemen meningkatkan nafsu makan pasien karena diketahui pasien mengalami
penurunan nafsu makan sejak 1 bulan yang lalu. Berdasarkan data laboratorium
pada tanggal 23 Agustus 2019 diketahui kadar kalium pasien berada dibawah batas
normal yaitu 2,83 meq/L, maka pasien diberi tablet KSR yang berisi KCl untuk
mengatasi hipokalemia yang dialami pasien.
Pemberian ceftriakson pada pasien disebabkan karena pasien mengalami
disfagia atau gangguan kesulitan menelan karena infeksi, selain itu pasien juga
demam pada awal masuk. Ceftriakson merupakan antibiotik golongan sefalosporin
generasi ketiga
Pada tanggal 27 Agustus pasien diberikan tambahan terapi alprazolam untuk
membantu pasien istirahat dimalam hari. Berdasarkan hasil laboratorium pada
tanggal 26 Agustus 2019 diketahui nilai T4 pasien 57,65 pmol/L (normal: 10-24
pmol/L) dan nilai TSH <0.005 UUI/ml (normal 0,27 UUI/ml). Nilai T4 yang tinggi
dan nilai TSH yang rendah merupakan tanda klinis hipertiroidisme sehingga pasien
perlu diberikan obat antitiroid. Berdasarkan hasil tersebut, pasien diberikan terapi
tyrozol yang dimulai tanggal 28 Agustus 2019. Tyrozol yang berisi metimazol 10
mg 1xsehari. Sama dengan propiltiourasil, tyrozol merupakan obat golongan
tionamid yang bekerja dengan menghambat produksi hormone tiroid dengan
menghambat oksidasi iodin dan kemampuannya untuk bergabung dengan tirosin
untuk membentuk tiroksin dan triiodotironin (T3). Dosis awal terapi tyrozol adalah
30-60 mg dalam dosis terbagi atau dosis tunggal, sedangkan untuk dosis
pemeliharaannya yaitu 5-3 mg/hari. Efek samping utama obat golongan tionamid
adalah agranulositosis (disertai demam, malaise, radang gusi), anemia aplastik,
polimiositosis, gangguan GI, hepatotoksik dan hipoprotombinemia (Dipiro, 2015).
Untuk memantau efek samping, perlu dilakukan monitoring terhadap nilai neutrofil

25
pasien dan melihat adanya gejala demam atau tanda infeksi pada pasien. Kemudian,
dari data laboratorium diketahui kalium pasien yang masih rendah yaitu 2,54
meq/L, maka pasien diberi terapi infus KCl 50 mEq dalam 500 ml NaCl untuk
mengatasi hypokalemia pada pasien.
Permasalahan yang terjadi terkait obat yang digunakan pasien diantaranya
ada beberapa interaksi antarobat yang digunakan oleh pasien. Pertama adalah
interaksi antara sotatic dan propranolol. Sotatic dapat meningkatkan absorpsi
propranolol dimana terjadi peningkatan kadar propranolol

26
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

27

Anda mungkin juga menyukai