Anda di halaman 1dari 36

BAB II

ANALISA FARMAKOTERAPI DAN DRP

2.1 Terapi Farmakologi

Aturan Tanggal
No Nama Obat
29/7 30/7 31/7 1/8 2/8 3/8 4/8 5/8
Pakai
NonParenteral
1 Paracetamol 3x1 v v v v v
2 KSR 3x1 v v v v v v v
3
4
5
6
Parenteral
1 Ceftazidine Injeksi 2x1 v v v v v v v v
2 Lasix Injeksi 3x2 v v v v v v v v
3 Spironolakton (25 mg) 1x1 v v v v v v v v
4
2.2 Perhitungan Dosis

No Nama Obat Dosis Dosis Literatur Perhitungan Keterangan

1 Paracetamol 3x1 325-650 mg tiap 4 jam atau 1500 mg/hari Sesuai


bila perlu tidak lebih 4 g
/hari (Medscape)
2 KSR (600 mg) 3x1 1-2 tablet 2-3 kali sehari 1800 mg/hari Sesuai
(MIMS)

3 Ceftazidime Injeksi 2x1 1 g setiap 8-12 jam 2g Sesuai

4 Lasix Injeksi 3x2 20-40 mg/hari, dapat 120 mg Sesuai


(20 mg/mL) ditingkatkan 20 mg
setiap 2 jam, namun
tidak lebih dari 200
mg/hari
5 Spironolakton (25 mg) 1x1 25-100 mg/ hari (AHFS) 25 mg/hari Sesuai

6 Amlodipin 10 mg 1x1 5-10 mg/hari (Martindale 10 mg/hari Sesuai

36th)
7 Candesartan 16 mg 1x1 8-32 mg sekali sehari 16 mg/hari Sesuai

(Martindale 36th)
8 Nicardipine drip 2,5 1x1 5 mg/jam ditingkatkan
mikro/menit hingga 15 mg/jam

(Martindale 36th)
9 Bisoprolol 1,25 mg 1x1 Dosis awal 1,25 mg dosis 1,25 mg/hari Sesuai
tunggal, tingkatkan dua kali
lipat setelah 1 minggu

(Martindale 36th)
10. Bisoprolol 2,5 mg 1x1 Dosis awal 1,25 mg dosis 2,5 mg/hari Sesuai
tunggal, tingkatkan dua kali
lipat setelah 1 minggu

(Martindale 36th)
11. Manitol inf 1x1 50-100 gram selama 24 jam
dalam infus intravena 5 atau
20%. Kecepatan infus 30-50

ml/jam (Martindale 36th)


12. Simvastatin 20 mg 1x1 5-40 mg sekali sehari 20 mg/hari Sesuai

13. Nitrogliserin 1x1 10-200 microgram/menit 1x 10 µg Sesuai


(Martindale 36th)
14. Dulcolax supp 1x1 10 mg per hari 1x 10 mg Sesuai

15. Citicolin Injeksi 2 x 250 Maksimal 1 g/hari 500 mg/hari Sesuai


mg
(Martindale 36th)
16. Lansoprazole Injeksi 1x1 15 mg 1 x sehari 1x 15 mg Sesuai
2.3 Kajian Kesesuaian Indikasi

No Jenis Obat Indikasi Obat Komentar dan Alasan

1. Parasetamol Meredakan nyeri dan menurunkan demam Pemberian obat tepat, karena suhu tubuh pasien
tinggi maka diberikan obat ini

2. KSR Mengatasi kondisi dan gejala hypokalemia Pemberian obat tepat, karena kadar kalium pasien
rendah

3. Ceftazidime Mengatasi infeksi Pemberian obat tepat, karena kadar leukosit


dalam darah tinggi

4. Lasix Sebagai diuretic Pemberian obat tepat, karena pasien mengalami


edema sehingga dapat mengurangi volume cairan
darah.
5. Spironolakton Sebagai diuretic Pemberian obat tepat, karena pasien mengalami
edema sehingga dapat mengurangi volume cairan
darah.
6. Amlodipin Menurunkan tekanan darah Pemberian obat tepat, karena tekanan darah pasien
melebihi normal

7. Candesartan Menurunkan tekanan darah Pemberian obat tepat, karena tekanan darah pasien
melebihi normal
8. Perdipin/Nikardipin Menurunkan tekanan darah Pemberian obat tepat, karena tekanan darah pasien
melebihi normal

9. Concor/Bisoprolol Menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi Pemberian obat tepat, karena tekanan darah pasien
yang menderita penyakit jantung melebihi normal dan memiliki riwayat penyakit
jantung
10. Manitol Sebagai diuretik Pemberian obat tepat, karena pasien mengalami
edema sehingga dapat mengurangi volume cairan
darah.
11. Simvastatin 20 mg Menurunkan kadar kolesterol dalam darah Pemberian obat tepat, karena kadar kolesterol total
dan LDL pasien tinggi

12. Nitrogliserin Mencegah nyeri dada (angina) dan mengobati Pemberian obat tepat, karena pasien memiliki
gejala gagal jantung riwayat penyakit jantung dan mencegah serangan
jantung akut
13. Dulcolax
Obat konstipasi Untuk melancarkan BAB pasien

14. Citicolin Injeksi i.v Sebagai neuroprotektor Pemberian obat tepat, karena pasien mengalami
stroke, maka untuk mempertahankan fungsi otak
secara normal dan mengurangi jaringan otak yang
rusak diberikan obat ini. Selain itu citicolin mampu
meningkatkan aliran darah dan konsumsi oksigen di
otak serta mempercepat masa pemulihan akibat
stroke
15. Lansoprazole Injeksi Gangguan lambung Pemberian lansoprazole untuk mengatasi efek
samping obat yang berpotensi mengiritasi lambung
2.4 Analisa Permasalahan

NO JenisPemasalahan Analisa Masalah PermasalahanTerkait Komentar/

Obat rekomendasi
1 Korelasi antara terapi obat 1. Adakah Obat tanpa indikasi? 1. Tidak Ada 1. Obat yang diberikan
dengan penyakit sudah sesuai indikasi
2. Adakah pengobatan yang tidak 2. Tidak Ada
2. Semua kondisi klinis
dikenal?
sudah diterapi
3. Tidak Ada
3. Adakah kondisi klinis yang tidak
3. Semua kondisi klinis
diterapi?
sudah diobati
2 Pemilihan obat yang 1. Bagaimana pemilihan obat? 1. Sudah 1. Obat yang diberikan
sesuai Apakah sudah efektif dan telah sesuai dengan
merupakan obat terpilih pada kasus 2. Sudah gejala penyakit dan
ini? lini terapi
3. Bisa
2. Apakah pemilihan obat tersebut 2. Tidak terdapat
relatif aman? masalah selama
masih dilakukan
3. Apakah terapi obat dapat
pemantauan
ditoleransi oleh pasien?
3. Terapi obat dapat
ditoleransi oleh
pasien

3 Regimen Dosis 1. Apakah dosis, frekuensi dan cara 1. Sesuai 1. Dosis, frekuensi dan
pemberian mempertimbangkan cara pemberian telah
efektifitas keamanan dan 2. Bisa sesuai dengan kondisi
kenyamanan serta sesuai dengan pasien
kondisi pasien? 2. Jadwal pemberian
dosis bisa
2. Apakah jadwal pemberian dosis
3. Sesuai
bisa memaksimalkan efek terapi, memaksimalkan efek
kepatuhan, meminimalkan efek terapi, kepatuhan,
samping, interaksi obat, dan meminimalkan efek
regimen yang kompleks? samping dan interaksi
obat
3. Apakah lama terapi sesuai dengan
indikasi? 3. Lama terapi sudah
sesuai dengan
indikasi

4 Duplikasi terapi 1. Apakah ada duplikasi terapi? 1. Ya 1. Amlodipin dan


nicardipin merupakan
obat antihipertensi
dengan golongan
yang sama yaitu
golongan CCB dan
digunakan secara
bersamaan

5 Alergi Obat atau intoleran 1. Apakah pasien alergi atau intoleran 1. Tidak ada 1. Tidak ada riwayat
terhadap salah satu obat? Permasalahan alergi pasien

2. Apakah pasien telah tahu yang


2. Tidak ada permasalahan
harus dilakukan jika terjadi alergi?
6 Efek Merugikan 1. Apakah ada gejala/permasalahan Tidak ada permasalahan Tidak ada permasalahan

medis yang diinduksi obat? yang diinduksi obat


7 Interaksi dan 1. Apakah ada interaksi obat dengan 1. Ada interaksi obat 1. Interaksi obat yang
kontraindikasi obat? Apakah signifikan secara terjadi dapat diatasi
klinis? 2. Tidak ada permasahan
2. Tidak ada interakasi
2. Apakah ada interaksi obat dengan obat dengan makanan
3. Tidak ada permasalahan
makanan? Apakah bermakna yang bermakna
secaraklinis? secara klinis
3. Apakah ada interaksi obat dengan
3. Tidak ada interaksi
data laboratorium?
obat dengan data
laboratorium
2.5 Lembar Pengkajian Obat

Nama: No. RM: Dokter:

Umur: Ruangan: Farmasis:

BB: TB:

No. Hari/Tanggal Kode Masalah Uraian Masalah Rekomendasi/Saran

1. Selasa/30 Juli 8, 17 Amlodipin dan nicardipin: amlodipin Selama penggunaan obat, dilakukan monitoring terhadap
2019 dan nicardipin dapat meningkatkan tekanan darah pasien dan kemungkinan terjadinya efek
(Interaksi efek antihipertensi samping obat
Obat,
Duplikasi
Terapi)
2. Selasa/30 Juli 8 Amlodipin dan Simvastatin: Waktu penggunaan obat dibedakan. Amlodipin digunakan
2019 amlodipin dapat meningkatkan efek pada pagi hari sedangkan simvastatin digunakan pada
(Interaksi dari simvastatin dan meningkatkan malam hari
Obat) risiko miopati
3. Selasa/ 30 8 Candesartan dan spironolakton dapat Selama penggunaan obat, dilakukan monitoring terhadap
Juli 2019 meningkatkan kadar kalium kadar kalium
(Interaksi Obat)
2.6 Monitoring Rencana Pelayanan Farmasi

Nama: No. RM: Dokter:

Umur: Ruangan: Farmasis:

BB: TB:

Tujuan Terapi Obat Obat Parameter Monitoring Efek Akhir Yang Frekuensi Monitoring
Diinginkan

Menurunkan suhu tubuh Parasetamol Suhu tubuh Suhu tubuh normal Setiap hari
pasien

Terapi menangani KSR Kadar kalium darah Kalium darah menjadi Setiap hari
kondisi hipokalemia normal
pasa pasien

Terapi menangani Ceftazidime Leukosit Leukosit darah Setiap hari/setiap dilakukan


infeksi pada pasien menjadi normal pemeriksaan laboratorium
Mengatasi kondisi Lasix Injeksi Kondisi cairan tubuh Cairan tubuh normal Setiap hari
kelebihan cairan pada pasien
pasien
Mengatasi kondisi Spironolakton Kondisi cairan tubuh Cairan tubuh normal Setiap hari
kelebihan cairan pada pasien
pasien

Menormalkan tekanan Candesartan Tekanan darah pasien Tekanan darah normal Setiap hari
darah pasien

Menormalkan tekanan Amlodipin Tekanan darah pasien Tekanan darah normal Setiap hari
darah pasien

Menormalkan tekanan Bisoprolol Tekanan darah pasien Tekanan darah normal Setiap hari
darah pasien

Tekanan darah pasien Nicardipin Tekanan darah pasien Tekanan darah pasien Setiap hari
normal normal

Mengatasi edema pada Manitol Kondisi cairan tubuh Cairan tubuh normal Setiap hari
pasien pasien
Mempertahankan fungsi Citicolin Injeksi Kemampuan kognitif Kemampuan kognitif Setiap hari
otak dan mempercepat dan motorik pasien dan motorik pasien
masa pemulihan kembali normal

Menurunkan kadar Simvastatin Kadar kolesterol darah Kadar kolesterol darah Setiap hari
kolesterol tinggi menjadi normal

Mencegah nyeri Nitrogliserin Nyeri jantung Intensitas nyeri pada Setiap hari
dada (angina), serangan angina (nyeri
membatasi jumlah dada) dapat berkurang.
serangan jantung
yang dimiliki.
Sebagai obat Dulcolax supp Sakit perut/ konstipasi BAB pasien tidak Setiap hari
pencahar, dan terhambat
mengurangi
konstipasi
Untuk Lansoprazole Injeksi Nyeri lambung Produksi asam Setiap hari
menurunkan lambung berkurang
produksi asam dan pasien tidak
lambung sehingga mengeluhkan nyeri
mengobati tukak lambung
lambung
2.7 Konseling

Uraian Rekomendasi/Saran

Parasetamol Parasetamol diminum 3 x sehari sesudah makan atau bila perlu

KSR Diminum 3 x sehari sesudah makan pada pagi, siang dan malam hari

Ceftazidime Diinjeksi 2 x sehari pada pagi dan malam hari

Lasix Diinjeksi 3 x sehari pada pagi, siang dan sore hari

Spironolakton Diminum 1 x sehari pada pagi hari

Candesartan Candesartan diminum 1 x sehari sesudah makan pada pagi hari

Amlodipin Amlodipin diminum 1 x sehari sesudah makan pada pagi hari

Bisoprolol Bisoprolol diminum 1x sehari sesudah makan

Simvastatin Simvastatin diminum 1 x sehari sesudah makan pada malam hari

Citicolin Injeksi Citicolin digunakan 2 x sehari pada pagi dan malam hari

Nitrogliserin Digunakan saat penderita terkena angina atau beberapa saat sebelum melakukan aktivitas fisik, misalnya berolahraga.
Dulcolax supp Digunakan 1x sehari 10 mg per hari setiap pagi hari.

Lansoprazole Injeksi lansoprazole 15 mg 1 x sehari 30 menit sebelum makan.

Terapi Non Farmakologi

1 Melatih pasien untuk mengatur koordinasi seperti cara berbicara, bergerak dll

2 Memperbanyak istirahat dan hindari stress

3 Mengatur pola makan

4 Hindari konsumsi garam berlebih dan makanan yang mengandung kolesterol tinggi
2.8 Tinjauan Obat

1. Paracetamol

Komposisi Paracetamol 500 mg


Kelas terapi Analgetik/Antipiretik
Indikasi Menurunkan demam
Mekanisme Menghambat siklooksigenase
Kerja

Dosis 325-650 mg tiap 4 jam atau bila perlu tidak lebih 4 g /hari
(Medscape)

Pemberian Obat Peroral


Kontraindikasi Hipersensitifitas, gangguan hati
Efek Samping Pusing, urticaria, leukopenia, neutropenia, angioedema
Peringatan Paracetamol tersedia dalam berbagai bentuk dan dosis,
periksa label dan hati-hati untuk menghindari overdosis

Farmakokinetika Absorbsi : Diserap dengan baik setelah pemberian oral,


dengan konsentrasi plasma puncak tercapai dalam 10-60
menit (persiapan lepas langsung) atau 60-120 menit
(persiapan lepas lambat). Penyerapan yang buruk atau
bervariasi setelah pemberian rektal; variasi yang cukup
dalam konsentrasi plasma puncak tercapai; waktu untuk
mencapai konsentrasi plasma puncak jauh lebih lama
daripada setelah pemberian oral.
Distribusi : Didistribusikan dengan cepat ke sebagian besar
jaringan tubuh. Melintasi plasenta dan didistribusikan ke
dalam ASI.
Metabolisme: Dimetabolisme terutama dengan konjugasi
sulfat dan glukuronida; 226 sejumlah kecil (5-10%)
dioksidasi oleh jalur yang bergantung pada CYP (terutama
CYP2E1 dan CYP3A4) menjadi metabolit toksik, N-acetyl-
p-benzoquinoneimine (NAPQI) .226 NAPQI didetoksifikasi
oleh glutathione dan dihilangkan; setiap metabolit toksik
yang tersisa dapat berikatan dengan hepatosit dan
menyebabkan nekrosis sel.
Ekskresi : Terutama diekskresikan dalam urin sebagai
konjugat.

2. KSR

Komposisi Kalium klorida 600 mg/tab


Kelas terapi Elektrolit
Indikasi Hypokalemia
Mekanisme memberikan kondisi toleransi lambung maksimum dan
Kerja penyerapan yang efektif untuk pengobatan semua jenis
defisiensi kalium, apakah alkalosis hipokloremik atau
hipokalemik.
Dosis 1-2 tablet 2-3 kali sehari (MIMS)
Pemberian Obat Peroral
Kontraindikasi Gagal ginjal lanjut, hiperkalemia, penyakit Addison yang
tidak diobati, dehidrasi akut, obstruksi GI.
Efek Samping Mual, muntah, diare, sakit perut
Peringatan Jika seorang pasien yang sedang dirawat dengan KSR
mengalami muntah-muntah parah, sakit perut kembung atau
perut kembung, atau pendarahan gastrointestinal, obat harus
segera dihentikan.

3. Ceftazidime

Kelas terapi Antibiotik golongan sefalosporin


Indikasi Infeksi saluran kemih
Mekanisme Ceftazidime berikatan dengan 1 atau lebih dari protein
Kerja pengikat penisilin (PBP) yang menghambat langkah
transpeptidasi akhir sintesis peptidoglikan di dinding sel
bakteri, sehingga menghambat biosintesis dan menahan
rakitan dinding sel yang mengakibatkan kematian sel
bakteri.
Dosis 1-2 gram setiap 8-12 jam/hari

Pemberian Obat Parenteral (Injeksi)


Kontraindikasi Hipersensitifitas
Efek Samping Diare, mual, muntah, sakit perut, rasa logam; eosinofilia,
trombositosis; pruritus, ruam (makulopapular, eritematosa),
urtikaria, fotosensitifitas, angioedema, demam;
Farmakokinetika Absorbsi: Waktu untuk memuncak konsentrasi plasma:
Kira-kira 1 jam (IM), 5 menit (bolus IV).
Distribusi: Didistribusikan secara luas di jaringan tubuh
dan cairan; konsentrasi terapeutik terjadi pada CSF ketika
meninge meradang. Melintasi plasenta, didistribusikan
dalam cairan ketuban dan memasuki ASI. Volume
distribusi: 0,18-0,31 L / kg. Ikatan protein plasma: Sekitar
10%.
Metabolisme: Tidak dimetabolisme.
Ekskresi: Melalui urin dengan filtrasi glomerulus (kira-kira
80-90% sebagai obat tidak berubah dg dalam 24 jam).
Waktu paruh plasma: Kira-kira 2 jam.

4. Lasix (Furosemid)

Kelas terapi Antihipertensi golongan diuretik


Indikasi Hipertensi, edema
Mekanisme Furosemide menghambat reabsorpsi Na dan Cl terutama di
Kerja bagian medula dari loop naik Henle.

Dosis 20-40 mg/hari, dapat ditingkatkan 20 mg setiap 2 jam,


namun tidak lebih dari 200 mg/hari

Pemberian Obat Perenteral (injeksi)


Kontraindikasi Anuria, hipersensitivitas
Efek Samping hipotensi, pusing, ketidakseimbangan elektrolit
(hiponatremia, hipokalemia, hipokloremia)
Farmakokinetika Absobsi: Cukup cepat diserap dari saluran GI. Ketersediaan
hayati: Sekitar 60-70%.
Distribusi: Melintasi plasenta; memasuki ASI. Ikatan protein
plasma: Hingga 99% (terutama albumin).
Metabolisme: Menjalani metabolisme hepatik minimal.
Ekskresi: Terutama melalui urin (sebagai obat tidak
berubah).
5. Spironolakton

Kelas terapi Antihipertensi golongan diuretik


Indikasi Hipertensi, edema
Mekanisme Spironolactone bekerja pada tubulus ginjal distal sebagai
Kerja antagonis kompetitif aldosteron, meningkatkan ekskresi
NaCl dan air sambil menghemat ion K dan hidrogen.
Dosis 25-100 mg/ hari (AHFS)

Pemberian Obat Peroral


Kontraindikasi Anuria, hiperkalemia, penyakit Addison, insufisiensi ginjal
akut atau progresif.
Efek Samping Mengantuk, pusing, sakit kepala, lesu, kram kaki, gangguan
GI (misalnya diare, kram), ataksia, kebingungan mental,
ruam, pruritus, alopesia, hiponatremia, gangguan elektrolit,
gynaecomastia, hirsutisme, ketidakteraturan menstruasi,
nyeri payudara.
Farmakokinetika Absorbsi: Diserap dengan baik dari saluran GI. Peningkatan
penyerapan bersama makanan. Ketersediaan hayati: Sekitar
90%. Waktu untuk memuncak konsentrasi plasma: 3-4 jam
(terutama sebagai metabolit aktif).
Distribusi: Melintasi plasenta; memasuki ASI (seperti
canrenone). Ikatan protein plasma: Sekitar 90%.
Metabolisme: Dimetabolisme secara luas menjadi beberapa
metabolit aktif (mis. Canrenone dan 7α-
thiomethylspirolactone).
Ekskresi: Melalui urin dan feses sebagai metabolit.
6. Candesrtan

Komposisi Candesartan 8 mg, candesartan 16 mg


Kelas terapi Angiotensin Reseptor Blocker II (Antihipertensi)
Indikasi Hipertensi, CHF
Mekanisme Candesartan menghambat ikatan angiotensin II pada
Kerja reseptor AT1 di jaringan yang menyebabkan vasodilatasi
dan pelepasan aldosteron.
Dosis HTN : 8-16 mg / hari
CHF : 4 mg / hari
Max : 32 mg / hari
Pemberian Obat Peroral
Kontraindikasi Hamil, hipersensitifitas, gangguan hati berat, diabetes
Efek Samping Udem perifer, pusing, hipertriglicerida,
Peringatan Riwayat angiodema, hipovolemia, resiko hipotensi,
perhatikan penggunaan pada pasien gangguan ginjal,
lakukan penyesuaian dosis.
Farmakokinetika Absorbsi : diabsorbsi di saluran gastrointestinal,
bioavailabilitas absolut sekitar 15%. Waktu mencapai
puncak plasma 3-4 jam.
Distribusi : volume distribusi 0,13 L/Kg. Ikatan protein
plasma >99%
Metabolisme : candesartan cilextil mengalami hidrolisis
ester di saluran GI menjadi bentuk aktif candesartan
Ekskresi : melalui urin dan empedu dalam bentuk tak
berubah dan meabolit inaktif.

7. Amlodipin

Komposisi Amlodipine 10 mg
Kelas terapi Calcium channel Blockers (Antihipertensi, Antiangina)
Indikasi Hipertensi, penyakit arteri koroner, angina.
Mekanisme Menghambat perpindahan ion Ca melewati membran otot
Kerja tanpa mengubah konsentrasi kalsium serum sehingga
menghambat kontraksi otot jantung, otot polos vaskuler
dan otot rangka.
Dosis 5 mg / hari. Maksimal 20 mg / hari
Pemberian Obat Peroral
Kontraindikasi Hipersensitivitas
Efek Samping Udem, udem paru, sakit kepala, mual pusing, nyeri perut,

mengantuk.
Peringatan CHF, perhatikan reaksi pada kulit, angina lebih parah
dapat terjadi saat peningkatan dosis. Pehatikan
penggunaan pada pasien kardiomiopati hipertropik.
Farmakokinetika Absorbsi : diabsorbsi dnegan baik pada saluran GI.
Bioavailability sekitar 60-65%. Waktu mencapai puncak
plasma 6-12 jam
Distribusi : volume distribusi 21 L/Kg

Metbolisme : dimetabolisme di hati menjadi metabolit


inaktif
Ekskresi : diekskresikan melalui urin (umumnya dalam

bentuk metabolit, <10% dalam bentuk tidak berubah).

8. Nikardipin

Komposisi Nikardipin
Kelas terapi Calcium Channel Blockers (Antihipertensi)
Indikasi Hipertensi, angina kronis, angina pektoris
Mekanisme Menghambat perpindahan ion Ca melewati membran otot
Kerja tanpa mengubah konsentrasi kalsium serum sehingga
menghambat kontraksi otot jantung, otot polos vaskuler
dan otot rangka.
Dosis Peroral : 20 – 40 mg setiap 8 jam.

IV : 5 mg/ jam (slow infusion). 5mL/jam, max 15 mg / jam


Pemberian Obat Drip / Infus
Kontraindikasi Hipersensitivitas, stenosis aorta tingkat lanjut
Efek Samping Sakit kepala, udem perifer, hipotensi, mual, pusing, ruam
Peringatan Menyebabkan hipotensi atau takikardia, menyebabkan
udem perifer, perhatikan penggunaan pada pasien
gangguan hati dan ginjal
Farmakokinetika Absorbsi : diabsorbsi sempurna di saluran GI dengan
bioavailability 35 %.
Distribusi : ikatan protein plasma >95%

Metabolisme : dimetabolisme di hati dengan isoenzim


CYP3A4.
Ekskresi : diekskresikan melalui urin dan feses dalam

bentuk metabolit inaktif.

9. Bisoprolol

Komposisi Bisoprolol
Kelas terapi Beta bloker (Antihipertensi)
Indikasi Hipertensi, angina pectoris, gagal jantung
Mekanisme Bisoprolol secara selektif dan kompetitif menghambat
Kerja reseptor β1-adrenergik pada jantung dan otot polos
pembuluh darah yang menyebabkan penurunan denyut
jantung, curah jantung, tekanan darah.
Dosis
HTN, Angina pectoris: 5-10 mg dosis tunggal

Gagal jantung : 1,25 mg dosis tunggal, tingkatkan dua kali


lipat setelah satu minggu
Pemberian Obat Peroral
Kontraindikasi Hipersensitifitas, sinus bradikardia
Efek Samping Bradikardia, hipotensi, bronkospasme (pada β1 selektif
lebih jarang), sakit kepala, pusing, kelelahan
Peringatan Pasien dengan bronkospastik,sindrom raynaud, diabetes
mellitus,hipertiroidisme, hipoglikemia. Perhatian
penggunaan pada pasien gangguan hati dan ginjal serta
pasien hamil dan menyusui.
Farmakokinetika Absorbsi : diabsorbsi sempurna di saluran GI dengan
bioavailability 90%.
Distribusi : ikatan protein plasma 30%

Metabolisme : dimetabolisme di hati melalui oksidasi


CYP3A4 (95%) dan CYP2D6. Mengalami first pass
metabolism (10-20%)
Ekskresi : diekskresikan melalui urin (50% dalam bentuk
tidak berubah dan 50% sebagai metabolit inaktif) dan feses
(<2%)

10. Manitol

Komposisi Manitol
Kelas terapi Diuretik osmotik
Indikasi Peningkatan tekanan intracranial, cerebral edema, glaukoma
Mekanisme Manitol meningkatkan pengeluaran urin dengan
Kerja menghambat reabsorpsi air dan elektrolit pada tubulus.
Terjadi peningkatan tekanan osmotic plasma sehingga air
keluar dari jaringan tubuh
Dosis
50-100 gram selama 24 jam dalam infus intravena 5 atau
20%. Kecepatan infus 30-50 ml/jam
Pemberian Obat Drip/infus
Kontraindikasi Edema paru, pendarahan intracranial, anuria, dehidrasi
serius
Efek Samping Hipotensi, mual, muntah, haus, sakit kepala, pusing,
demam, takikardia, hiponatremia
Peringatan Monitoring keseimbangan cairan dan elektrolit. Osmolaritas
serum, fungsi paru dan ginjal

Farmakokinetika Absorbsi : Sebagian kecil diabsorpsi di saluran GI


Distribusi : Berkonsentrasi pada kompartemen
ekstraselular. Tidak berpenetrasi pada blood-brain barrier

Metabolisme : Sedikit dimetabolisme di hati, diubah


menjadi glikogen
Ekskresi : diekskresikan melalui urin melalui ginjal dalam
bentuk tidak berubah dan 50%

11. Citikolin (injeksi)


Komposisi Citikolin 250 mg / 2 ml
Kelas terapi Neurotropil
Indikasi Penyakit parkinson, gangguan serebrovaskular, cedera

kepala
Mekanisme Citikolin meningkatkan laju aliran darah dan konsumsi O2

Kerja di otak.
Dosis Peroral : 200 – 600 mg / hari

IV / IM : maksimal 1 g / hari
Pemberian Obat Injeksi (IV / IM)
Kontraindikasi Riwayat Hipersensitivitas / alergi
Efek Samping Insomnia, sakit kepala, diare, mual, penglihatan terganggu,

sakit di bagian dada


Peringatan
Sebaiknya tidak mengemudikan kendaraan atau
mengoperasikan alat berat selama menjalani pengobatan
dengan citicolin, karena obat ini bisa menyebabkan sakit
kepala dan penglihatan buram.

12. Simvastatin

Komposisi Simvastatin 20 mg
Kelas terapi Agen Dislipidemia
Indikasi Hiperkolesterolemia, pencegahan gangguan koroner
Mekanisme Menghambat HMG-CoA reduktase, menghambat

Kerja biosintesis kolesterol.


Dosis Usual dose : 5-40 mg / hari
Initial dose : 10 – 20 mg / hari
Pasien dengan resiko jantung koroner : muli pada 40 mg /

hari
Pemberian Obat Peroral
Kontraindikasi Hipersensitifitas, penyakit hati, kehamilan.
Efek Samping Konstipasi, infeksi saluran nafas atas, flatulen, sakit

kepala, mialgia, vertigo, nyeri perut


Peringatan Meningkatkan level gula darah dan HbA1c, perhatikan
penggunaan pada gangguan elektrolit berat, gangguan
endokrin dan metabolisme
Farmakokinetika Absorbsi : diabsorbsi 85% di saluran GI. Bioavailability

<5%.

Distribusi : ikatan protein plasm sekitar 95%


Metabolisme : dimetabolisme di hati dengan isoenzim
CYP3A4 menjadi B-hydroksiyacid
Ekskresi : umunya diekskresikan melalui feses (60%

sebagi metabolit), urin (10-15% dalam bentuk inaktif).

13. Nitrogliserin

Komposisi Nitroglycerin
Kelas terapi Vasodilator golongan nitrat
Indikasi Mengurangi intensitas serangan angina (nyeri dada),
terutama pada penderita penyakit jantung koroner.
Mekanisme Melebarkan pembuluh darah dengan cara dilatasi vena
perifer dan pembuluh darah koroner serta meningkatkan
Kerja
pasokan darah dan oksigen ke otot jantung.
Dosis 10-200 mikrogram/menit
Pemberian Obat Oral
Kontraindikasi Hipersensitivitas terhadap nitrat; hipotensi atau hipovolemia
Efek Samping Sakit kepala, muka merah, hipotensi, pusing
Peringatan Penggunaan Nitroglycerin memang berfungsi
untuk menurunkan rasa nyeri pada saat serangan jantung
terjadi, tetapi penggunaan Nitroglycerin tidak dapat
mencegah kematian akibat gagal jantung.

14. Dulcolax sup

Komposisi Bisacodyl
Kelas terapi Stimulan laxative

Indikasi Obat pencahar untuk mengatasi sembelit atau konstipasi.

Mekanisme Merangsang saraf enterik sehingga menyebabkan kontraksi


Kerja
kolon (usus besar).

Dosis Umur >10 tahun dan usia dewasa, 10 mg per hari setiap
pagi hari.
Pemberian Obat Suppositoria
Kontraindikasi Wanita hamil dan menyusui, obstruksi usus, perforasi usus,
dehidrasi berat.
Efek Samping Gangguan pada saluran pencernaan, Hiperkalemia,
Gripping.

Peringatan
Hindari menggunakan Dulcolax bila mengalami sembelit
yang disertai dengan keluhan penyakit usus
buntu dan obstruksi usus, atau timbul BAB berdarah serta
muntah.

15. Lansoprazol injeksi

Komposisi Lansoprazole 30 mg
Kelas terapi Proton pump inhibitor (PPI)
Indikasi Kelebihan produksi asam lambung, seperti gastroesophageal
reflux disease (GERD), tukak lambung atau tukak usus, dan
erosif esophagitis.
Mekanisme menghambat secara spesifik dan irreversibel sistem pompa
Kerja asam dalam mukosa lambung. Obat ini menghambat
sistem enzim H + / K + ATPase pada sel parietal lambung.
Dosis 15 mg 1 x sehari 30 menit sebelum makan. Obat diberikan
selama 4 minggu.
Pemberian Obat Injeksi
Kontraindikasi Riwayat hipersensitivitas
Efek Samping Gangguan saluran pencernaan, sakit kepala
Peringatan
Penggunaan lanzoprazole dalam dosis tinggi dan jangka
waktu yang panjang dapat meningkatkan risiko retak tulang
terutama pada kelompok lansia dan penderita osteoporosis.

2.9 Pembahasan

Pasien bernama Ny. VY (42 tahun) datang ke IGD RS Achmad Mochtar (RSAM)
Bukittinggi pada tanggal 29 Juli 2019 dengan keluhan penurunan kesadaran dan nyeri kepala
hebat. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan penyakit jantung. Tanda vital pasien saat masuk
IGD adalah tekanan darah 174/90 mmHg, nadi 75 x/menit, nafas 27 x/menit, dan suhu tubuh

37,5oC. Pasien di diagnosa oleh dokter menderita stroke iskemik, hipertensi stage 2 dan
hipokalemia. Pasien di rawat di HCU (Health Care Unit) bangsal neurologi RS Achmad
Mochtar Bukittinggi pada hari yang sama yaitu tanggal 29 Juli 2019 dan diberikan resep obat
yaitu nitrogliserin trinitrat 1x1, concor 1x1,25 mg, spironolakton 1x25 mg, lasix injeksi 3x2,
citicolin injeksi 2x250 mg, lansoprazole injeksi 1x1, dan ceftazidime injeksi 1x1.

Nitrogliserin trinitrat merupakan vasodilator golongan nitrat yang bekerja melebarkan


pembuluh darah dengan cara dilatasi vena perifer dan pembuluh darah koroner serta
meningkatkan pasokan darah dan oksigen ke otot jantung. Nitrogliserin diberikan kepada
pasien karena pasien memiliki riwayat penyakit jantung.

Concor atau bisoprolol merupakan obat antihipertensi golongan beta bloker. Pasien
diberikan concor sebagai obat antihipertensi dikarenakan tekanan darah pasien diatas normal
yaitu 174/90 mmHg. Bisoprolol secara selektif dan kompetitif menghambat reseptor β1-
adrenergik pada jantung dan otot polos pembuluh darah yang menyebabkan penurunan
denyut jantung, curah jantung, tekanan darah.

Lasix dan spironolakton merupakan obat golongan diuretik yang bekerja


mengeluarkan kelebihan cairan pada tubuh. Kombinasi Lasix dan spironolakton diberikan
untuk mencegah terjadinya penurunan kadar kalium pasien karena pasien mengalami
hipokalemia. Lasix bekerja menghambat reabsorpsi Na dan Cl terutama di bagian medula
dari loop naik Henle. Sedangkan spironolakton yang merupakan diuretic hemat kalium
bekerja pada tubulus ginjal distal sebagai antagonis kompetitif aldosteron, meningkatkan
ekskresi NaCl dan air sambil menghemat ion K dan hidrogen.

Citicolin diberikan pada pasien stroke dikarenakan citicolin merupakan obat yang
berfungsi sebagai vasodilator perifer, aktivator serebral dan sebagai neuroprotektor. Menurut
Martindale (2009), citicolin dapat meningkatkan aliran darah ke otak, meningkatkan
konsumsi oksigen serta menurunkan resistensi vaskular. Sebagai neuroprotektor dapat
memperbaiki outcome fungsional dan mengurangi defisit neurologis.

Pasien diberi injeksi lansoprazole untuk mengurangi produksi asam lambung pasien.
Lansoprazole merupakan obat golongan proton pump inhibitor yang bekerja dengan
mengurangi sekresi asam lambung dengan menghambat enzim H +/K+ adenosin trifosfat yang
terdapat pada permukaan secretor dari sel parietal lambung. Ceftazidim injeksi diberikan
kepada pasien untuk mengobati infeksi. Infeksi pada pasien ditandai dengan peningkatan
kadar leukosit dimana kadar leukosit pasien berada diatas normal.

Pada tanggal 30 Juli 2019, penggunaan nitrogliserin dihentikan. Selain itu pasien juga
diberikan tambahan yaitu KSR untuk meningkatkan kadar kalium pasien dan obat
antihipertensi yaitu amlodipin 10 mg satu kali sehari, candesartan 16 mg dan nicardipin
injeksi. Hal ini dikarenakan tekanan darah pasien masih diatas normal yaitu 174/90.
Amlodipin dan nicardipin merupakan obat antihipertensi golongan Calcium Chanel
Blocker (CCB) yang bekerja dengan cara menghambat perpindahan ion Ca melewati
membran otot tanpa mengubah konsentrasi kalsium serum sehingga menghambat kontraksi
otot jantung, otot polos vaskuler dan otot rangka, sehingga efeknya dapat menurunkan lanju
jantung dan menurunkan kontraktilitas miokard sehingga menurunkan tekanan darah.
Candesartan merupakan antihipertensi golongan angiostensin reseptor blocker (ARB) yang
bekerja menghambat ikatan angiotensin II pada reseptor AT1 di jaringan yang menyebabkan
vasodilatasi dan pelepasan aldosteron.

Simvastatin juga diberikan pada pasien di hari kedua pasien dirawat. Simvastatin
merupakan obat golongan statin yang bekerja Menghambat HMG-CoA reduktase,
menghambat biosintesis kolesterol. Kolesterol jahat (LDL) mudah menggumpal dan
menempel pada dinding pembuluh darah.

Pada tanggal 1 Agustus 2019 pasien diberi tambahan obat yaitu dulcolax suppositoria
karena pasien mengeluh susah buang air besar. Dulcolax merupakan obat dengan kandungan
bahan aktif bisacodyl. Selain itu obat concor dinaikkan dosisnya menjadi 2,5 mg satu kali
sehari karena tekanan darah pasien masih tinggi yaitu 160/90 mmHg.

Pada tanggal 5 Agustus 2019 pasien diberi tambahan obat manitol yang merupakan
diuretic osmotic yang berfungsi untuk mengurangi edema pada pasien. Manitol bekerja
meningkatkan pengeluaran urin dengan menghambat reabsorpsi air dan elektrolit pada
tubulus. Terjadi peningkatan tekanan osmotic plasma sehingga air keluar dari jaringan tubuh

Hasil analisa Drug Related Problem (DRP) yang mungkin ada dalam terapi yang
diberikan pada pasien adalah adanya interaksi obat dan duplikasi terapi, yaitu pada obat
amlodipin dengan nicardipin, candesartan dengan spironolakton dan amlodipin dengan
simvastatin. Amlodipin dengan nicardipin merupakan obat antihipertensi dengan golongan
yang sama yaitu golongan Angistensin Reseptor Blocker (ARB). Pemberian dua obat dalam
satu golongan yang sama dapat meningkatkan efek terapi dari obat tersebut sehingga dapat
terjadinya penurunan tekanan darah yang besar, selain itu juga dapat menyebabkan
peningkatan efek samping obat seperti hipotensi, sakit kepala, udem perifer, hipotensi, mual,
pusing, ruam. Oleh karena itu, pemberian obat Amlodipin dengan Nicardipin perlu
pemantauan tekanan darah pasien dan efek samping yang mungkin terjadi pada pasien.
Interaksi candesartan dan spironolakton dapat meningkatkan kadar kalium pasien.
Pasien mengalami hipokalemia sehingga interaksi kedua obat ini dapat meningkatkan kadar
kalium pasien. Meskipun begitu tetap perlu dilakukan monitoring kadar kalium pasien.

Interaksi obat amlodipin dengan simvastatin dapat meningkatkan efek dari


simvastatin dan meningkatkan risiko miopati. Penggunaan obat ini tidak boleh diberikan
secara bersamaan. Oleh karena itu, amlodipin diberikan pada hari dan simvastatin diberikan
pada malam hari.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Pasien didiagnosa menderita penyakit stroke iskemik, hipertensi stage 2, dan


hypokalemia

2. Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pasien telah menerima
pengobatan sesuai dengan indikasi klinis yang dialami oleh pasien

3. Drug related problem (DRP) yang terjadi diantaranya duplikasi terapi dan
interaksi obat

4. Masalah penggunaan obat pada pasien dapat ditangai melalui pemberian obat
yang berbeda dan pemantauan efek samping dari obat.

3.2 Saran
1. Disarankan untuk memonitoring kondisi pasien secara berkala (memantau tekanan
darah, kadar kalium pasien dan kondisi fisik pasien).
2. Kepada pasien atau keluarga pasien disarankan untuk mengkonsumsi obat sesuai
dengan anjuran.
3. Perlu pemantauan efek samping dari obat yang diterima oleh pasien.

Anda mungkin juga menyukai