Anda di halaman 1dari 4

Silkus tidur-bangun serra berbagai tahapan tidur disebabkan oleh hubungan

timbal-balik antara tiga sistem saraf: (1) sistem keterjagaan, yaitu bagian dari
reticular actiuating slstem yang berasal dari batang otak; (2) pusat tidur gelombang
lambat di hipotalamus yang mengandrng neuron tidur yang menginduksi tidur; dan
(3) pusat tidur paradoksal di batang otak yang mengandung neuron tidur REM,yang
menjadi sangat aktif sewaktu tidur REM. Pola interaksi di antara ketiga regio saraf
ini, yang menghasilkan rangkaian siklis yang dapat diperkirakan antara keadaan
terjaga dan kedua jenis tidur.
Tidur merupakan kegiatan susunan saraf pusat, dimana ketika seseorang
sedang tidur bukan berarti bahwa susunan saraf pusatnya tidak aktif melainkan
sedang bekerja. Sistem yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah
Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Regional (BSR) yang
terletak pada batang otak.
RAS merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan
saraf pusat termasuk kewaspadaan dan tidur. RAS ini terletak dalam mesenfalon dan
bagian atas pons. Selain itu RAS dapat memberi rangsangan visual, pendengaran,
nyeri dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk
rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan
melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Demikian juga pada saat tidur,
disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons
dan batang otak tengah, yaitu BSR.
Keadaan jaga atau bangun sangat dipengaruhi oleh sistim RAS (Reticulary
Activity System). Bila aktifitas ARAS ini meningkat orang tersebut dalam keadaan
tidur. Aktifitas ARAS menurun, orang tersebut akan dalam keadaan tidur. Aktifitas
RAS ini sangat dipengaruhi oleh aktifitas neurotransmiter seperti sistem
serotoninergik, noradrenergik, kholonergik, histaminergik.
• Sistem serotonergik
Hasil serotonergik sangat dipengaruhi oleh hasil metabolisma asam amino
trypthopan. Dengan bertambahnya jumlah tryptopan, maka jumlah serotonin yang
terbentuk juga meningkat akan menyebabkan keadaan mengantuk/tidur. Bila
serotonin dari tryptopan terhambat pembentukannya, maka terjadi keadaan tidak bisa
tidur/jaga.
Menurut beberapa peneliti lokasi yang terbanyak sistem serotogenik ini terletak pada
nukleus raphe dorsalis di batang otak, yang mana terdapat hubungan aktifitas
serotonis dinukleus raphe dorsalis dengan tidur REM.
• Sistem Adrenergik
Neuron-neuron yang terbanyak mengandung norepineprin terletak di badan sel
nukleus cereleus di batang otak. Kerusakan sel neuron pada lokus cereleus sangat
mempengaruhi penurunan atau hilangnya REM tidur. Obat-obatan yang
mempengaruhi peningkatan aktifitas neuron noradrenergic akan menyebabkan
penurunan yang jelas pada tidur REM dan peningkatan keadaan jaga.
• Sistem Kolinergik
Stimulasi jalur kholihergik ini, mengakibatkan aktifitas gambaran EEG seperti dalam
keadaan jaga. Gangguan aktifitas kholinergik sentral yang berhubungan dengan
perubahan tidur ini terlihat pada orang depresi, sehingga terjadi pemendekan latensi
tidur REM. Pada obat antikolinergik (scopolamine) yang menghambat pengeluaran
kholinergik dari lokus sereleus maka tamapk gangguan pada fase awal dan penurunan
REM.
• Sistem histaminergik
Pengaruh histamin sangat sedikit mempengaruhi tidur
• Sistem hormon
Pengaruh hormon terhadap siklus tidur dipengaruhi oleh beberapa hormone seperti
ACTH, GH, TSH, dan LH. Hormon hormon ini masing-masing disekresi secara
teratur oleh kelenjar pituitary anterior melalui hipotalamus patway. Sistem ini secara
teratur mempengaruhi pengeluaran neurotransmitter norepinefrin, dopamin, serotonin
yang bertugas menagtur mekanisme tidur dan bangun.
Gangguan tidur dapat dihubungkan dengan terganggunya neurotransmiter
serotonin. Serotonin berperan dalam pengontrolan afek, agresivitas, tidur, dan nafsu
makan. Neuron serotoninergik berproyeksi dari nucleus rafe dorsalis batang otak ke
korteks serebri, hipotalamus, ganglia basalis, septum, dan hipokampus. Proyeksinya
ke tempat-tempat ini mendasari keterlibatannya pada gangguan psikiatrik. Ada sekitar
14 reseptor serotonin, namun satu transmiter saja dapat memberikan efek ke seluruh
otak. Percobaan yang dilakukan pada tikus menunjukkan gangguan pada 5-ht7 dapat
mengurangi perilaku depresif dan penurunan durasi REM.
Gangguan regulasi hormon dapat menyebabkan depresi yaitu Cortical-
Hypothalamic-Pituitary-Adrenal Cortical Axis (CHPA). Mekanisme normalnya
adalah adanya pengalaman buruk sehari-hari akan dicatat dalam korteks serebri dan
system limbik sebagai stresor. Bagian otak ini akan mengirim pesan ke tubuh untuk
mempersiapkan diri mengatasi stresor tersebut. Target organnya adalah kelenjar
adrenal. Kelenjar ini akan mensekresikan kortisol untuk mempertahankan hidup.
Kortisol berfungsi dalam mengatur tidur, nafsu makan, fungsi ginjal, sistem imun,
dan semua faktor penting dalam kehidupan. Kadar kortisol turun pada saat malam
sebelum tidur, sedangkan pada saat bangun pagi akan meningkat sehingga kita bisa
bangun dengan segar. Peningkatan kortisol akan menyebabkan mekanisme umpan
balik ke hipotalamus untuk mengurangi sekresi Corticotrophin Releasing Hormone
(CRH) dan ke kelenjar hipofisis anterior untuk mengurangi sekresi
Adenocorticotrophin Hormone (ACTH). Sistem CRH merupakan sistem yang paling
terpengaruh oleh stresor yang dialami seseorang pada awal kehidupannya. Stresor
yang berulang akan menyebabkan peningkatan sekresi CRH dan penurunan
sensitivitas reseptor CRH adenohipofisis. Sehingga pada akhirnya sekresi kortisol
juga terganggu. Stresor pada awal kehidupan ini dapat menyebabkan perubahan yang
menetap pada sistem neurobiologik atau dapat membuat jejak pada sistem saraf yang
berfungsi merespon stresor tersebut. Akibatnya seseorang akan rentan terhadap
stresor dan risiko penyakit yang berkaitan dengan stresor menjadi meningkat.
Referensi
Sherwood, lauralee. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem ed.6. Jakarta :
EGC; 2011
Harsono. (2007). Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Japardi, Iskandar.2002. Gangguan Tidur. Fakultas Kedokteran : Universitas
Sumatera Utara
Radityo, Wayang Eko. Depresi dan Gangguan Tidur. Fakultas Kedokteran.
Bali : Universitas Udayana

Anda mungkin juga menyukai