Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

TINDAK PIDANA KORUPSI DAN MENJELASKAN BENTUK PERBUATAN


KORUPSI YANG DILARANG DALAM PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN

Disusun Oleh :

Kelompok 5

Fitriyani Hasan (PO0220221051)

Agil Rahmah Yunita (PO0220221002)

Silfani Akuba (PO0220221049)

Putri Syalom Modjure (PO0220221031)

Rahmad Setiawan (PO0220221033)

Ismail Sumaga (PO0220221017)

Faril Irwansyah (PO0220221014)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU

PRODI D-III KEPERAWATAAN POSO

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan kasih dan karunia-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaiakan makalah “Pendidikan Budaya Anti Korupsi” ini
dengan baik. Selama dalam menyusun makalah ini, kami senantiasa mendapat inspirasi dan
dorongan moril maupun materil dari berbagai pihak terutama dosen Pedidikan Budaya Anti
Korupsi, Kadar Ramadhan yang telah memberikan saran serta petunjuk. Kami menyadari
akan keterbatasan dan kekurangan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan banyak
terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga
karya ini berguna dan bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................6
C. Tujuan........................................................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................7
A. Bentuk Perbuatan Korupsi Yang Dilarang Dalam Peraturan Perundang-Undangan...................7
BAB III PEMUTUP..............................................................................................................................9
A. Kesimpulan.................................................................................................................................9
B. Saran...........................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tindak pidana korupsi selalu mendapat perhatian yang lebih dibandingkan dengan
pidana lain di berbagai belahan dunia. Fenomena ini dapat dimaklum mengingat dampak
negative yang ditimbulkan oleh tindak pidana korupsi. Korupsi merupakan masalah
serius, tindak pidana ini dapat membahayakan stabilitas dan keamanan masyarakat,
membahayakan pembangunan social ekonomi dan juga politik, serta dapat merusak nilai-
nilai demokrasi dan moralitas, karena lambat laun perbuatan ini seakan menjadi sebuah
budaya. Korupsi merupakan ancaman terhadap cita-cita menuju masyarakat adil dan
makmur. Tidak hanya pemangku jabatan dan kepentingan saja yang melakukan tindak
pidana korupsi, baik di sektor publik maupun privat, tetapi tindak pidana korupsi sudah
menjadi suatu fenomena. Tindak pidana ini tidak hanya merugikan keuangan Negara,
tetapi juga merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat. Di
berbagai belahan dunia, korupsi selalu mendapatkan perhatian lebih dibandingkan tindak
pidana lainnya. Penyelenggara negara yang bersih menjadi penting dan sangat diperlukan
untuk menghindari praktik-praktik korupsi yang tidak saja melibatkan pejabat
bersangkutan, tetapi juga oleh keluarga dan kroninya, yang apabila dibiarkan, rakyat
Indonesia akan berada dalam posisi yang sangat dirugikan. Menurut Nyoman Serikat
Putra Jaya menyebutkan bahwa tindak pidana korupsi tidak hanya dilakukan oleh
penyelenggara negara, antar negara, melainkan juga penyelenggara negara dengan pihak
lain seperti keluarga, kroni dan para pengusaha, sehingga merusak sendi-sendi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta membahayakan eksistensi negara.
Perkembangan korupsi di Indonesia masih tergolong tinggi, sedangkan pemberantasannya
masih sangat lamban. Romli Atmasasmita menyatakan bahwa korupsi di Indonesia sudah
merupakan virus yang menyebar keseluruh tubuh pemerintah sejak tahun 1960-an
langkah-langkah pemberantasannya pun masih tersendat sampai sekarang. Selanjutnya,
dikatakan bahwa korupsi berkaitan pula dengan kekuasaan karena dengan kekuasaan itu
penguasa dapat Menyalahgunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi, keluarga dan
kroninya. Oleh karena itu, korupsi tidak lagi digolongkan sebagai kejahatan biasa
melainkan telah menjadi suatu kejahatan luar biasa (extra ordenary crime). Hal ini
dikarenakan, metode konvensional yang selama ini digunakan, terbukti tidak bisa
menyelesaikan persoalan korupsi yang ada di masyarakat. Dengan demikian, dalam
penanganannya pun juga harus menggunakan cara- cara luar biasa (extra-
ordenary).Kasus-kasus tindak pidana korupsi sulit diungkapkan karena para pelakunya
menggunakan peralatan yang canggih serta biasa dilakukan oleh lebih dari satu orang
dalam keadaan terselubung dan terorganisasi. Oleh karena itu kejahatan ini disebut dengan
white collar crime atau kejahatan kerah putih. Menurut Sutherland dan Edelhertz, yang
dikutip dalam buku “Kejahatan Ekonomi” karangan Sudaryono, menyebutkan white collar
crime sebagai tindak pidana yang dilakukan oleh orang-orang dari golongan sosial-
ekonomi menengah dan atas yang berhubungan dengan jabatan mereka.
Sementara Edelhertz mendefinisikan white collar crime sebagai serangkaian tindakan
illegal yang dilakukan dengan cara-cara nonfisik dan dengan penyembunyian atau tipu
muslihat, untuk memperoleh uang atau harta benda, untuk menghindarkan pembayaran,
kerugian uang dan harta benda atau untuk memperoleh keuntungan (manfaat) perorangan
dan bisnis. Mereka memperlihatkan dirinya selalu mengutamakan masyarakat, kalau ada
tuntutan, mereka memberikan ganti rugi. Mereka menampilkan diri berhati sosial, sebagai
ayah yang baik atau patuh. Akan tetapi dibalik itu semua, mereka melakukan perbuatan
yang tidak bermoral, menyuap pejabat, menghindari pajak, serta melakukan praktik yang
melanggar perdangangan. Menyadari kompleksnya permasalahan korupsi di tengah-
tengah krisis multidimensional serta ancaman nyata yang pasti terjadi, yaitu dampak dari
kejahatan ini. Maka tindak pidana korupsi dapat dikategorikan sebagai permasalahan
nasional yang harus dihadapi secara sungguh-sungguh melaluilangkah-langkah yang tegas
dan jelas dengan melibatkan semua potensi yang ada dalam masyarakat khususnya
pemerintah dan aparat penegak hukum. Pemberantasan korupsi secara hukum adalah
dengan mengandalkan diperlakukannya secara konsisten Undang-Undang tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan berbagai ketentuan terkait yang bersifat
repressif. Undang-Undang yang dimaksud adalah Undang-Undang No 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, sebagaimana diubah menjadi Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi, dan Undang-Undang Nomor 46 Tahun
2009 tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi. Dicermati dari awal sampai akhir tujuan
khusus yang hendak dicapai adalah bersifat umum, yaitu penegakan keadilan hukum
secara tegas bagi siapa saja yang terbukti melakukan tindak pidana korupsi. Penegakan
hukum pada dasarnya melibatkan seluruh warga negara Indonesia, dalam pelaksanaannya
dilakukan oleh penegak hukum. Penegakan hukum tersebut dilakukan oleh aparat yang
berwenang. Aparat negara yang berwenang dalam pemeriksaan perkara pidana adalah
aparat Kepolisian, Kejaksaan, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Pengadilan
Tindak Pidana Korupsi. Polisi, Jaksa, KPK dan Hakim merupakan empat unsur penegak
hukum yang masing-masing mempunyai tugas, wewenang dan kewajiban yang sesuai
dengan peraturan perundang-Undangan yang berlaku. Ketika menjalankan tugasnya unsur
aparat penegak hukum tersebut merupakan sub sistem dari sistem peradilan pidana.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, adapun permasalahan yang dapat diangkat, yaitu :
1. Apa saja bentuk perbuatan korupsi yang dilarang dalam peraturan perundang-undangan
?

C. Tujuan
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas “Pendidikan Budaya Anti Korupsi”.
Berdasarkan dari rumusan masalah tersebut maka tujuan penulisan makalah ini yaitu
untuk :
1. Mengetahui apa saja bentuk-bentuk perbuatan korupsi yang dilarang dalam peraturan
perundang-undangan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bentuk Perbuatan Korupsi Yang Dilarang Dalam Peraturan Perundang-


Undangan
Korupsi adalah penyalahgunaan amanah untuk kepentingan pribadi.
Masyarakat menggunakan istilah korupsi untuk merujuk kepada serangkaian tindakan-
tindakan terlarang atau melawan hukum dalam rangka mendapatkan keuntungan
dengan merugikan orang lain.
Beberapa bentuk-bentuk perbuatan korupsi :
1. Penggelapan Dalam Jabatan
Contoh penggelapan dalam jabatan diatur dalam pasal 8 UU 20/2001 yang
berbunyi.“Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tahun dan paling lama
15 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 150.000.000,00 dan paling banyak Rp
750.000,00, pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan
menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara
waktu, dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga tersebut diambil
atau digelapkan oleh orang lain, atau membantu dalam melakukan perbuatan
tersebut”.
Penggelapan dalam jabatan dalam UU Tipikor dan perubahannya, merujuk kepada
penggelapan dengan pemberatan, yakni penggelapan yang dilkukan oleh orang
yang memegang barang itu berhubugan dengan pekerjaannya atau jabatan (beroep)
atau karena ia mendapat upah. Korupsi tipe ini diatur pula dalam pasal pasal 9,
pasal 10 huruf a, pasal 10 huruf b, dan pasal 10 huruf c.
2. Pemerasan
Pemerasan adalah tindakan yang dilakukan oleh pegawai negri atau
penyelenggaraan negara untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hukum atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya denganmemaksa
seseorang m emberikan sesuatu,membayar, atau menerima pembayaran dengan
potongan,atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri. Contoh korupsi
terkait pemerasan di atur dalam pasal 12 huruf e, pasal huruf f, pasal 12 huruf g.
Selanjutnya, jenis korupsi yang sering dilakukan yaitu penggelapan jabatan.
Penggelapan sendiri berarti perbuatan yang melawan hukum sebagai bentuk
penyalahgunaan jabatan. Sebagai contohnya, pegawai negeri menyalahgunakan
uang atau membiarkan penyalahgunaan uang yang ditugaskan untuk menjalankan
suatu jabatan umum secara terus-menerus atau untuk sementara. Penggelapan
jabatan sendiri bertujuan sebagai bentuk menguntungkan diri sendiri dan merugikan
negara.
3. Suap-menyuap
Yaitu tindakan pemberian uang atau menerima uang atau hadiah yang dilakukan
oleh pejabat pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang
bertentangan dengan kewajibanya.
Contoh perbuatan suap menyuap dalam UU tipikor dan perubahanya diantaranya di
atur dalam pasal 5 UU 20/2001.
4. Perbuatan curang
Perbuatan curang yang dimaksud dalam jenis korupsi ini basanya dilakukan oleh
pemborong. Pengawas proyek,rekanan TNI/POLRI , yang melakukan kecurangan
dalam pengadaan atau pemberian barang yang mengakibatkan kerugian bagi orang
lain atau terhadap keuangan negara atau yang dapat membahayan. Korupsi terkait
perbuatan curang di atur dalam pasal 7 ayat (1) huruf a, pasal 7 ayat (1) huruf b,
pasal 7 ayat (1) huruf c, Pasal 7 ayat (1) huruf d, pasal 7 ayat (2) dan pasal 12 huruf
h.
5. Korupsi keuangan Negara
Menurut UU No.31 tahun 1999 bahwa kerugian keuangan negara adalah
berkurangnya kekayaan negara yang di sebabkan suatu tindakan melawan hukum.
Penyalahgunaan wewenang/kesempatan atau sarana yang ada pada seseorang
karena jabatan atau kedudukan. Kelalaian seseorang dan atau disebabkan oleh
keadaan diluar kemampuan manusia.
Contoh dari korupsi uang negara ini yaitu mengambil keuntungan dari pembayaran
pajak misalkan pembayaran sekian dibayar sekian. Perbuatan curang ini memang
harus segera ditindak
BAB III
PEMUTUP

A. Kesimpulan
Tindak pidana korupsi adalah suatu tindak pidana yang dengan penyuapan
manipulasi dan perbuatan-perbuatan melawan hukum yang merugikan atau dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, merugikan kesejahteraan atau
kepentingan rakyat. Tindak pidana korupsi di Indonesia semakin banyak terjadi dan
memberikan dampak bagi rakyat. Rakyat harus menanggung akibat dari tindak pidana
Korupsi. Pemiskinan koruptor dianggap sebagai terobosan baru dalam menindak kasus
tindak pidana korupsi. Konsep pemiskinan koruptor dapat dijalankan dengan
perampasan aset hasil tindak pidana korupsi dan Penggantian kerugian yang
ditimbulkan akibat tindak pidana korupsi. Konsep pemiskinan koruptor ini dinilai
mampu memberikan efek jera Sekaligus sebagai bentuk mengurangi tindak pidana
korupsi.

B. Saran
Perlu adanya suatu gerakan yang mendorong pelaksanaan pemiskinan Koruptor.
Contohnya seperti pendidikan, pemahaman, penjelasan, integritas Dari para penegak
hukum agar para penegak hukum di Indonesia Melaksanakan sanksi pidana
pemiskinan koruptor dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi.
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2000 tentang Tata Pelaksanaan

Peranserta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan Dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.

Anda mungkin juga menyukai