Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan pelayanana gizi di rumah sakit mengalami perubahan paradigma, dari
penekanan penyediaan makanan dan zat gizi menjadi penekanan pada jumlah makanan dan zat
gizi yang dikonsumsi. Dukungan gizi pada pasien yang dirawat di rumah sakit sangat penting
agar dapat memenuhi kebutuhan gizi optimal dan adekuat.
Pasien di rumah sakit mempunyai resiko terjadinya malnutrisi. Berbagai masalah gizi di
rumah sakit antara lain : sekitar 20% pasien di rawat jalan mengalami gangguan gizi, sekitar 25
30% pasien di rawat inap mengalami gangguan gizi, dapat terjadi sekitar 15% gangguan gizi
Hospital Induced Malnutrition. Namun data-data tersebut masih jarang terdeteksi. (Benny
Sugianto,2008)
Pemberian makanan secara enteral merupakan salah satu pilihan bagi pasien yang
mengalami kesukaran menghabiskan makanan padat seperti makanan biasa, makanan lunak dan
makanan saring tetapi masih bisa makan dan minum melalui mulut /peroral dan atau tidak bisa
makan tetapi saluran pencernaan masih berfungsi.
Jenis makanan enteral sangat bervariasi sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien.
Maka dari itu Ahli Gizi memiliki peran sangat penting dalam hal ini untuk membantu pasien
mendapatkan makanan sesuai kebutuhan dan kondisinya.
B. Pengertian
Makanan enteral adalah makanan dalam bentuk cair yang diberikan kepada penderita
melalui oral atau pipa (sonde) selama saluran cerna masih berfungsi (AsDI Jawa Barat, 2005).
Dukungan nutrisi enteral adalah pemberian makanan yang mengandung nutrien ( polymeric,
semi elemental, elemental) melalui pipa dengan tujuan agar tercapai absorsi maksimal demi
memenuhi kebutuhan pasien (Gunung Mahameru, 2005).

C. Tujuan
Tujuan pemberian makanan enteral untuk memenuhi kebutuhan zat gizi optimal sesuai
kebutuhan dalam penyerapan, mempertahankan atau memperbaiki status gizi pasien guna
membantu mempercepat panyembuhan.
D. Indikasi Pemberian
a. Makanan enteral diberikan kepada pasien dengan asupan zat gizi yang tidak
memenuhi kebutuhan.
b. Pasien yang tidak mungkin makan melalui oral tetapi saluran pencernaan masih
berfungsi seperti :
i. Pasien koma
ii. Pasien dengan dysphagia
iii. Pasien dengan terpasang endotracheal tube (EET)
iv. Kelainan oropharing atau esophagus
1

E. Kontra Indikasi Pemberian


a. Gangguan saluran cerna, seperti :
i. Pendarahan
ii. Vomitus persisten
iii. Diare berat > 1500 mL/hr
iv. Fistula letak tinggi high out put ( > 500 mL/hr), kecuai bagian distal
fistula dapat menerima makanan.
v. Short bowel syndrome ( < 50 cm jejenum dengan colon intak atau < 100
cm jejenum tanpa kolon ascendens).
vi. Obstruksi intestinal total (tergantung dari asal obstruksi)
vii. Enterokolitis berat
viii. Syok hipovolemik atau syok septik.
ix. Hemodinamik yang tidak stabil.

F. Pemberian Nutrisi Enteral


a. Dasar pemberian nutrisi enteral (PDGKI, 2008) :
i. Kebutuhan nutrisi harus tercapai secara bertahap
ii. Teknik pemberian harus dapat meminimalkan resiko terjadinya infeksi.
iii. Pemberian obat melalui pipa makanan harus dikomunikasikan dengan ahli
farmasi/ perawat, mengingat resiko interaksi obat dan makanan dapat
mengakibatkan sumbatan pada pipa makanan.
iv. Pemilihan ingredient substrat/ zat gizi disesuaikan dengan diameter pipa
makanan.
v. Monitoring dan evaluasi harus dilakukan secara optimal.
b. Waktu : sesegera mungkin, 24 48 jam paska trauma atau operasi.

Dengan tujuan gut feeding mulai 10-50 mL/jam, sambil


diobservasi toleransinya. Jika toleransi

baik pemberian

ditingkatkan 10 mL/jam sampai kebutuhan terpenuhi ( Working


Group on Metabolism and Clinical nutrition,2004).

Dengan tujuan gut feeding, 30-50 cc, diberikan dextrose 5%


Evaluasi : mual, muntah, kramp, distensi Gastric Residual Volume
(GRV) < 150 cc/ 4 jam.
Dengan tujuan feed the body, diberikan formula diet atau makanan
enteral , sebaiknya target terpenuhi dalam 2-3 hari. (Gunung
Mahameru, 2005).

G. Tatalaksana Pemberian
Pemasangan pipa lambung oleh perawat.
Cara pemberian ( Gunung M, 2005 ) :
2

a. Makanan enteral diberikan bila cairan lambung kurang 150 ml / 4 jam, warna
tidak hitam.
b. Mulai D5% 30 50 ml / 4 jam, bila residu kurang 25% dari sebelumnya.
c. Beri diet standar ( low residu diet )atau yang sesuai dengan kebutuhan pasien 30
50 ml / 4 jam, cek residu kurang 25% dari sebelumnya.
d. Beri diet standar 100 250 ml / 4 jam.
e. Bila residu kurang 25% diberikan diet standar sesuai kebutuhan.

H. Keuntungan Makanan Enteral


a.

Mencegah atrofi mukosa dan villi usus.

b. Membantu mencegah terjadinya stress ulcer


c. Mencegah translokasi bakteri
d. Mempertahankan/ memperbaiki sistim immunitas usus.
e. Mempertahankan fungsi barrier usus
f. Mengurangi absorbsi toxin
g. Menekan respon hipermetabolik terhadap jejas/stress
h. Lebih higienis
i. Komposisi zat gizinya pasti
j. Osmolaritasnya terukur
k. Dapat diberikan bolus dan intermiten.
l. Komlikasi yang terjadi lebih kecil dibanding pemberian TPN (Total Parenteral
Nutrition)
m. Dapat disajikan setiap saat.
n. Lebih ekonomis dibanding TPN
I. Kekurangan Makanan Enteral
a. Intoleransi (kembung, mual, kram)
b. Bahaya aspirasi dan regurgitasi
c. Refeeding sindrom
d. Masalah akses/jalur masuknya makanan enteral

J. Mengatasi Penyulit
a. Aspirasi dan regurgitasi :
i. Kurangi bolus
ii. Ubah posisi, berbaring head up 30-45
b. Intoleransi : ganti diet, komposisi atau osmolaritasnya
c. Bila diare, cek hygiene
d. Agar tidak terjadi refeeding sindrom : cek gula darah, elektrolit, tes fungsi renal-hepar.

BAB II
PENGHITUNGAN KEBUTUHAN GIZI
A. Penghitungan Kebutuhan Gizi
Kebutuhan gizi dapat dihitung dengan berbagai rumus standar, tetapi jangan dilupakan
bahwa setiap klien / pasien harus dihitung secara individu sesuai keadaan klinisnya.
1. Kebutuhan Energi
a. Kebutuhan energi dapat dihitung dengan menggunakan table berikut :
Tabel : 1. Kebutuhan Gizi Penderita Dewasa ( per Kg BB )
Energi dan Zat
Gizi
Air
Energi
Asam amino
Anitrogen
Glukosa
Lemak
Natrium
Kalium
Kalsium
Magnesium
Clor
Fosfat
Fe
Mangan
seng

Berat

Kebutuhan Dasar

Meningkat Sedang

Meningkat Hebat

Cc
Kcal
gram
gram
gram
gram
meq
meq
m.mol
m.mol
m.mol
.mol
.mol
.mol
.mol

80
30
0.7
0
2
2
1 1.4
0.9
0.11
0.04
1.3 1.9
0.15
0.25 1
0.1
0.07

50
35 40
1.5 2
0.2 0.3
5
23
23
2
0.15
0.15 0.2
23
0.4
1
0.3
0.7 1.5

100 150
50 60
3 3.5
0.4 0.5
7
34
34
34
0.2
0.3 0.4
23
0.6 1
1
0.6
1.5 - 3

Sumber : Panduan Pemberian MakananEnteral, AsDI Jabar, 2005.


b. Kebutuhan energi total sehari dapat merupakan penjumlahan dari perhitungan
kebutuhan basal, dapat menggunakan rumus Harris Benedict, ditambah
factor aktifitas dan derajat trauma ( metode Long), seperti berikut :
Rumus Harris Benedict :
BEE (Laki-laki)

= 66.5 + 13.8 x BB (kg) + 5.0 x TB (cm) 6.8 x U (th)

BEE (Perempuan) = 665 + 9.6 x BB (kg) + 1.9 x TB (cm) 4.7 x U (th)


Tambahan kebutuhan energi :

30 % untuk pasien di tempat tidur

50 % untuk pasien tidak di tempat tidur

80 % untuk pasien rebuilding

10 % untuk setiap kenaikan suhu 1C

Metode Long et al :
Rumus Harris Benedict x factor aktifitas x derajat trauma
Factor aktifitas:

Sedentary patient weight maintenance

1.2 x BEE

Patient out of bed

1.3 x BEE

Derajat trauma :

Minor surgery, infection

1.2 x BEE

Cancer or sepsis

1.6 x BEE

Severe stress, burns, trauma

1.75 x BEE
4

Extreme stress, burne, trauma

2 x BEE

(20% TBS burns, severe pressure ulcers, ect)


NB : Bila kebutuhan energi lebih 2000 kcal/hari, harus diberikan hati
hati dan bertahap.
2. Kebutuhan Protein
Cara yang lebih mudah untuk menghitung kebutuhan asam amino adalah
memperkirakan besar kecilnya stress metabolic yang terjadi :
a. Tanpa stress metabolik

= 1 g / kg BB / hari

b. Dengan stress metabolic

= 2 g / kg BB / hari

Derajad stress :
0

: Kelaparan

: Bedah elektif

: Politrauma

: Sepsis

3. Kebutuhan Lemak
Rata rata pemberian lemak pada makanan enteral berkisar 25 40 % atau 1 3
g / kg BB / hari.

4. Kebutuhan Vitamin dan Mineral


Penghitungan kebutuhan vitamin dan mineral perlu sekali diperhatikan pada
pasien yang mendapat makanan enteral seperti dalam table.
Table 2. Kebutuhan Vitamin dan Mineral berdasarkan RDA (oral)
Vitamin dan Mineral
Laki -laki
Perempuan
Tiamin ( B1 ), mg
1.2 1.5
1 - 1.1
Riboflavin (B2), mg
1.4 1.8
1.2 1.3
Niacin, mg
15 - 20
13 -15
Piridoksin (B6), mg
1.2 - 1.4
1.4 1.6
Asam folat, g
150 - 200
150 - 180
Vitamin B12, g
2.0
2.0
Asam Pantotenat
4 - 10
4-7
Biotin, g
30 -100
50 - 60
Vitamin C, mg
50 - 60
50 - 60
Vitamin A, g ret. Eq
1000
800
Vitamin D, g
5 - 10
5 - 10
Vitamin E, tokof. eq
10
8
Vitamin K, g
45 - 80
45 - 65
Ca, mg
800 - 1200
800 - 1200
P, mg
800 - 1200
800 - 1200
Mg, mg
270 - 400
280 - 300
I, g
150
150
Fe, mg
10 - 12
10 - 12
Zn, mg
15
15
Cu, mg
1.5 - 3
1.5 - 3
Mn, mg
2-5
2-5
Mo, mg
75 - 250
75 - 250
Se, g
40 - 70
45 - 55
Cr, g
50 - 200
50 - 200
F, mg
1.5 - 4
1.5 - 4
Sumber : Pedoman praktis Pemilihan Formula Nutrisi Enteral, PDGKI, 2008.

B.

Tujuan dan Syarat Peberian Makanan Enteral


a. Tujuan pemberian makanan enteral :
1. Sebagai makanan tambahan pada pasien yang dapat makan / minum, tetapi tidak
dapat memenuhi kebutuhan gizinya.
2. Sebagai pengganti makanan/ pengobatan untuk memenuhi kebutuhan gizi yang
diperlukan.
b. Syarat makanan enteral :
1. Kandungan energi idealnya 1 kcal/ 1 cc cairan.
2. Kandungan/ komposisi zat gizi seimbang. Pada umumnya komposisi KH 60
70%, protein 15 20%, lemak 20 25%.
3. Osmolaritas sama dengan cairan tubuh, idealnya 350 400 mOsmol .
4. Mudah/ siap diabsorbsi.
5. Rendah/ bebas lactose.
6. Bebas Purine dan cholesterol.
7. Cukup vitamin dan mineral.
8. Tanpa atau mengandung serat.

DAFTAR PUSTAKA
1. Panduan pemberian makanan enteral,Asosiasi Dietisien Indonesia (AsDI), Jabar,
2005.
2. Pedoman Pemilihan Formula Nutrisi Enteral, PDGKI, Jakarta, 2008.
3. Pedoman tatalaksana Gizi Klinik, Jakarta, 2008.
4. Dukungan Nutrisi Enteral, Gunung Mahameru, dr, SpAnK, IC, dalam Seminar RD
FKUB, Malang, 2005.

Anda mungkin juga menyukai