(34403515077)
Nita Rahmawati
(34403515091)
Novi Aristianti
(34403515092)
AKADEMI KEPERAWATAN
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD)
Jalan Pasir Gede Raya No 19 (0263) 267206 Fax.270953 Cianjur 43216
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang Etika
Keperawatan
Dalam
Asuhan
Keperawatan
Pada
Gangguan
Psikososial
Cianjur,
April 2016
Kelompok II
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tingkat pertumbuhan penderita AIDS di Indonesia cukup tinggi.
Departemen Kesehatan (DEPKES) memprediksi pada tahun 2010 HIV/AIDS
di Indonesia akan menjadi pandemi. Peningkatan infeksi HIV pada
penyalahguna narkoba terjadi secara signifikan. Pada tahun 1999,
peningkatannya mencapai 15%, tahun 2000 membengkak menjadi 40%, dan
dua tahun kemudian, tepatnya 2002, telah mengembung menjadi 47,9%.
Sementara itu, infeksi HIV pada donor darah secara nasional memperlihatkan
besaranya kurang dari dua setiap per 10.000 kantong darah di awal 2001.
Pada tiga tahun terakhir antara 1997-2000 infeksi HIV pada donor darah di
Indonesia meningkat hingga sepuluh kali lipat.
Pada awal mula penyakit ini berkembang di Indonesia, kelompok
pengidap penyakit ini adalah orang-orang yang memiliki perilaku bergantiganti pasangan dalam berhubungan seks. Kebanyakan penderita AIDS adalah
mereka yang melakukan perilaku seks tidak sehat, yang dalam hal ini
melanggar norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Kemudian, AIDS
juga banyak diderita oleh pemakai narkoba yang menggunakan jarum suntik
karena adanya kebiasaan menggunakan jarum suntik secara bergantian.
Kenyataan ini menimbulkan stigma pada masyarakat yang menyebutkan
bahwa HIV/AIDS muncul sebagai akibat penyimpangan perilaku seks dari
nilai, norma, dan agama, penyakit pergaulan bebas, atau penyakit kaum
perempuan nakal. Bahkan lebih parah lagi adanya stigma bahwa HIV/AIDS
merupakan kutukan Tuhan karena perbuatan-perbuatan menyimpang itu.
Adanya stigma dalam masyarakat ini menimbulkan masalah psikosial
yang rumit bagi penderita AIDS. Pengucilan penderita dan diskriminasi tidak
jarang membuat penderita AIDS tidak mendapatkan hak-hak asasinya. Begitu
luasnya masalah sosial yang berkaitan dengan stigma ini, karena diskriminasi
terjadi di berbagai pelayanan masyarakat bahkan tidak jarang dalam
pelayanan kesehatan sendiri. Untuk lebih jelasnya kami kami akan membahas
di bab selanjutnya.
1
B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
C. Tujuan Penulisan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Etika
1.
Pengertian Etika
Etika merupakan kata yang berasal dari Yunani, yaitu Ethos, yang
menurut Araskar dan David (1978) berarti kebiasaan atau model prilaku,
atau standar yang diharapkan dan kriteria tertentu untuk sesuatu tindakan,
dapat diartikan segala sesuatu yang berhubungan dengan pertimbangan
pembuatan
keputusan,
benar
atau
tidaknya
suatu
perbuatan.
Prinsip Etika
Ada 8 prinsip etika keperawatan yang wajib diketahui oleh perawat
dalam
memberikan
layanan
keperawatan
kepada
individu,
lain
harus
menghargainya.
Otonomi
merupakan
hak
bantuan
perawat
maka
perawat
harus
(tidak
merugikan)
prinsi
ini
berarti
tidak
Klie
memiliki
otonomi
sehingga
mereka
berhak
dokter harus diikuti. Perawat dalam hal ini dihadapkan oleh konflik
kejujuran.
f. Fidelity (Menepati janji) tanggung jawab besar seorang perawat
adalah meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan
kesehatan, dan meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu
perawat harus memiliki komitmen menepati janji dan menghargai
komitmennya kepada orang lain.
g. Confidentiality (Kerahasiaan) kerahasiaan adalah informasi tentang
klien harus dijaga privasi klien. Dokumentasi tentang keadaan
kesehatan klien hanya bisa dibaca guna keperluan pengobatan dan
peningkatan kesehatan klien. Diskusi tentang klien diluar area
pelayanan harus dihindari.
h. Accountability (Akuntabilitasi) akuntabilitas adalah standar yang
pasti bahwa tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi
yang tidak jelas atau tanda tekecuali. Contoh perawat bertanggung
jawab pada diri sendiri, profesi, klien, sesame teman sejawat,
karyawan, dan masyarakat. Jika perawat salah memberi dosis obat
kepada klien perawat dapat digugat oleh klien yang menerima obat,
dokter yang memberi tugas delegatif, dan masyarakat yang menuntut
kemampuan professional.
3.
dasar
prilakunnya.
Maka
etika
keperawatan (nursing
keperawatan
merupakan
penyimpangan/tidak
bentuk
dari
praktek
keperawatan,
dimana
asuhan
hubungan
perawat
dan
pasien
sebagai
hubungan
informasi
terbaru,
lengkap
mengenai
diagnosa,
mencakup
beberapa
hal
penting,
yaitu;
lamanya
pengobatan
sejauh
yang
diijinkan
hukum
dan
asuhan
keperawatan,
pengobatan,
diskusi
kasus,
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
5.
Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan
perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi
gangguan patologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang
lain. ( Northouse, 1998).
Menurut Stuart GW (1998) mengatakan komunikasi terapeutik
merupakan hubungan interpersonal antara perawat dengan klien dalam
memperbaiki klien dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh
pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman
emosi klien.
Tujuan Komunikasi Terapeutik
Untuk mengembangkan pribadi klien ke arah lebih positif / adaptif
dan diarahkan pada pertumbuhan klien :
a. Realisasi diri, penerimaan diri, peningkatan penghormatan diri.
Melalui komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalam
diri klien. Klien yang tadinya tidak bisa menerima diri apa adanya
atau merasa rendah diri, setelah berkomunikasi terapeutik dengan
perawat akan mampu menerima dirinya.
b. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial
dan saling bergantung dengan orang lain.
Melalui komunikasi terapeutik, klien belajar bagaimana menerima
dan diterima orang lain. Dengan komunikasi yang terbuka, jujur,
menerima klien apa adanya, perawat akan meningkatkan kemampuan
klien dalam membina hubungan saling percaya. ( Hibdon, S., 2000).
c. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan
serta mencapai tujuan yang realistis.
Terkadang klien menetapkan ideal diri atau tujuan yang terlalu tinggi
tanpa mengukur kemampuannya. Individu yang merasa kenyataan
dirinya mendekati ideal diri mempunyai harga diri yang tinggi,
sedangkan individu yang merasa kenyataan hidupnya jauh dari ideal
dirinya akan merasa rendah diri (Taylor, Lilis dan Lemone, 1997).
d. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.
10
2.
diskriminasi
dimana
saja
dan
diberbagai
negara.
Masalah psikososial
Kasus AIDS pertama kali dilaporkan pada tahun 1981 di
California, sedangkan penyebab AIDS baru ditemukan pada akhir 1984
oleh Robert Gallo dan Luc Montagner. Laporan kasus AIDS pada tahun
1981 menunjukkan tingginya angka kematian pada pasien yang berusia
masih muda. Akibatnya timbul ketakutan pada masyarakat terhadap
12
13
4.
dapat
merupakan
panutan
bagi
masyarakat.
Untuk
14
5.
Peran perawat
Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan konseling
dan pendampingan (tidak hanya psikoterapi tetapi juga psikoreligi),
edukasi yang benar tentang HIV/AIDS baik pada penderita, keluarga dan
masyarakat. Sehingga penderita, keluarga maupun masyarakat dapat
menerima kondisinya dengan sikap yang benar dan memberikan
dukungan kepada penderita. Adanya dukungan dari berbagai pihak dapat
menghilangkan berbagai stresor dan dapat membantu penderita
meningkatkan kualitas hidupnya sehingga dapat terhindar dari stress,
depresi, kecemasan serta perasaan dikucilkan.
Peran seorang perawat dalam mengurangi beban psikis seorang
penderita
AIDS
sangatlah
besar.
Lakukan
pendampingan
dan
15
16
BAB III
PEMBAHASAN
A. Studi Kasus
Suatu sore tinggal di sebuah desa sepasang suami istri bernama TN
septian dan nyonya ajeng.tn septian dan nyonya ajeng berlatar belakang suku
palembang.tn septian berkerja sebagai sopir truk dan istrinya sebagai
pembantu rumah tangga, septian berkerja pulang pergi keluar kota , terkadang
berbulan bulan ia tidak pulang ke rumah, untuk menghilangkan jenuhnya
septian merokok (menjadi perokok berat) dan juga menggunakan narkoba
untuk menghilangkan stressnya, tak jarang pula septian datang ke rumah
prostitusi di pinggir jalan untuk melampiaskan napsunya.
Suatu ketika septian jatuh sakit dia batuk selama sebulan tak kunjung
sembuh, berat badannya turun drastis, bapak septian juga menderita sariawan
yang cukup parah, istrinya membawa septian ke dukun desa, dukun tersebut
mengatakan bahwa penyakit septian akibat gangguan mahluk halus, dan si
dukun pun mengobati septian dengan ramuan dan jampi jampi doa dukun itu,
namun tak kunjung sembuh, akhirnya septian di larikan ke rumah sakit
terdekat.
B. Pembahasan
Perilaku berisiko terkena HIV/AIDS merupakan orang yang mempunyai
kemungkinan terkena infeksi HIV/AIDS atau menularkan HIV/AIDS pada
orang lain bila dia sendiri mengidap HIV/AIDS, karena perilakunya. Mereka
yang mempunyai perilaku berisiko tinggi adalah :
1. Perempuan
dan
laki-laki
yang
berganti-ganti
pasangan
dalam
17
Pada kasus di atas kita dapat lihat bahwa Tn. S adalah orang yang
menghilangkan kejenuhan dalam bekerjanya dengan narkoba dan pergi ke
tempat prostitusi. Yang dilakukan Tn. S merupakan penyebab dari
penyakitnya. Tugas perawat pada kasus ini adalah sebagai motivator, untuk
memberi dukungan dan dorongan untuk menerima dan mengatasi penyakit
yang diderita Tn. S.
C. Role Play
Saat di rumah sakit
Ajeng
:sus, laki aku ni sakit la lamo dak sembuh, kato dukunnyo dio ini
tesambet oleh meludah ke pohon keramat
Astri
:oh iya bu, sabar ya keluhan bapak selama sakit ini apa?
Ajeng :dio ini batuk sus, demam, sariawan, jadi kurus nah
Septian
: iyo sus (huk-huk) saya sudah lama batuk, sariawan jadi susah makan,
demam jadi kurus nian berat aku cepat nian turun
Astri
:oh jadi bapak batuk, demam, sariawan tak kunjung sembuh dan berat
badan turun dratis ya?
Septian
: iya sus
Astri
: baiklah, kalo begitu bapak-ibu silakan ikut saya ya, kita ke ruangan
dokter
Irma
Astri
: ini buk, bapak septian ini sudah lama batuk, demam, dan sariawan yang
tak kunjung sembuh, berat badannya juga turun dratis
Irma
: oh, kalo begitu kita periksa dulu ya, silakan berbaring pak
18
Septian
: iya dok, saya ini rasanya mau mati saja sudah tak sanggup lagi nahan
sakit ini
Irma
: iya pak sabar ya, nanti bapak di rotgen dulu, sus tolong antar pak
septian ke rekan medis lalu laboraturim untuk cek darah dan urien ya
Astri
: iya dok
Bapak septian dan ibu ajeng pun diantarkan perawat astri ke ruang rekam
medis disana mereka bertemu dengan pak relly yang bertugas di ruangan itu
Astri
: maaf pak relly, ini ada pasien buk irma memintanya untuk rekam medis
tolong bantuannya
Relly
: iya sus, pak septian saya relly yang bertugas di ruangan ini, hari ini
bapak akan saya rotgen lalu setelah itu saya antarkan bapak ke
laboraturium untuk periksa urin dan darah
Septian
Relly
Astri
septian dan buk ajeng pun menunggu hasilnya selama dua jam
Astri
: maaf pak bu, hasil nya sudah ada, ibu dan bapak silakan masuk ke
ruangan dokter
: begini buk pak, saya sudah periksa hasil rotgen dan hasil lab darah dan
urin pak septian, bapak septian positif menderita HIV/AIDS dengan TB
paru
19
Ajeng
: aii, madaki dok laki aku sakit mak itu, aku dak percayo, dokter kalo
salah perikso
Irma
: maaf buk, saya mohon maaf tapi hasilnya memang menunjukan seperti
itu
Septian
: aai aku nak mati bae, aku dak galak sakit mak ini
Astri
: sabar pak buk, sabar jangan putus asa, kita harus berusaha untuk
menyelamatkan nyawa bapak jangan putus asa
: nanti kita urus surat-suratnya buk, agar pak septian bisa berobat secara
gratis
: iya buk nanti saya bantu, ibu dan bapak jangan putus asa ya.
Akhirnya buk ajeng dan pak septian menerima kenyataan dan mau berusaha
20
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Dengan di terapkannya prinsip etik keperawatan pada klien dengan
gangguan pisikososial HIV/AIDS, dapat mengurangi diskriminasi terhadap
penderita HIV/AIDS dan dengan diterapkannya prinsip etik juga perawat
dapat menghargai hak-hak asasi pasien sesuai prinsip etika otonomi.
AIDS merupakan model penyakit yang memerlukan dukungan untuk
mengatasi masalah fisik, psikis dan sosial. Gangguan fisik yang berat dapat
menimbulkan beban psikis dan sosial namun stigma masyarakat akan
memperberat beban psikososial penderita. Dalam penatalaksanaan AIDS
selain penanganan aspek fisik maka aspek psikososial perlu diperhatikan
dengan seksama.
B. Saran
Sebagai mahasiswa keperawatan hendaknya kita memahami betul
tentang HIV, sehingga kita mampu memberikan peran perawat yang tepat
bagi penderita HIV/ AIDS.
Setelah dibuatnya makalah ini, diharapkan perawat dapat menghargai
hak-hak pasien. Karena dengan menerapkan prinsip etik dalam playanan
kesehatan, mutu pelayanan kesehatan di masyarakat akan meningkat.
21
DAFTAR PUSTAKA
Sarwono, Sarlito Wirawan. ?Aspek Psikososial AIDS? diambil dari
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/12_AspekPsikososialAids.pdf/12_Asp
ekPsikososialAids.html
Susiloningsih, Agus. ?AIDS: Aspek Klinis, Permasalahan dan Harapan? diambil
dari http://fkuii.org/tiki-index.php?page=halaman2
22