Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH ILMU NUTRISI TERNAK

VITAMIN LARUT DALAM AIR DAN

VITAMIN YANG LARUT DALAM LEMAK

DOSEN PENGAMPU

Evi irawati, s.pt.m.p

DI SUSUN OLEH

SURYADI

12080117064

KELAS 3C

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat Rahmat dan karunia-
Nyalah sehingga kami dapat menyusun makalah “ilmu nutrisi ternak” guna memenuhi tugas
dengan judul “vitamin”. Hal ini dimaksudkan agar mahasiswa dapat mengembangkan
pikiran dan menginterpretasikan hasil-hasil yang telah didapat.
Selanjutnya penulis tak lupa menyampaikan shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW, para sahabat, keluarga dan pengikut-pengikutnya hingga akhirun Zaman.
Pada kesempatan ini penulis juga tak lupa menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun
material. Dan khususnya kepada dosen mata kuliah ilmu nutrisi ternak atas nama ibu
Evi irawati, s.pt.m.p sehingga makalan ini dapat di selesaikan sebagaimana adanya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, agar kelak makalah ini dapat lebih
baik lagi.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua “Amin”

Rokan Hulu, 11 Desember 2021

suryadi
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB 1.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 Latar belakang.................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................5
1.3 Tujuan...............................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
2.1 Vitamin Larut dalam Air..................................................................................................6
A. Tiamin (Vitamin B1)......................................................................................................6
B. Riboflavin (Vitamin B2).................................................................................................8
C. Niasin...........................................................................................................................10
D. Asam Pantotenat (Vitamin B5)....................................................................................10
E. Pridoksin (Vitamin B6).................................................................................................11
F. Biotin............................................................................................................................12
G. Asam Folat...................................................................................................................13
H. Vitamin B12..................................................................................................................14
I. Cholin............................................................................................................................15
J. Inositol (Vitamin B8)....................................................................................................16
K. Asam Paraminobenzoic (Vitamin B10).........................................................................17
2.2 Vitamin C.......................................................................................................................17
2.3 Fungsi Vitamin Larut Dalam Air...................................................................................19
2.4 jenis-jenis vitamin larut lemak......................................................................................21
Fungsi vitamin larut dalam lemak........................................................................................22
BAB III.....................................................................................................................................24
PENUTUP................................................................................................................................24
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................25

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Vitamin merupakan nutrisi atau substansi organik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
hewan ternak, nutrisi tersebut mendukung tidak saja pertumbuhan, melainkan juga membantu
menjalankan setiap fungsi alami dari sistem tubuh. Dapat juga menjaga pemeliharaan
kesehatan semua sistem. Nutrisi didapatkan dari makanan dan cairan yang selanjutnya
diasimilasi oleh tubuh. Vitamin larut air akan larut dalam air. Vitamin ini adalah vitamin B
dan C. Vitamin larut air diabsorpsi melalu vena porta. Ketika kadar vitamin ini tinggi dalam
tubuh, tubuh tidak menyimpan vitamin larut air, tetapi dikeluarkan melalui urin dalam jumlah
yang kecil. Karena vitamin ini mudah diekskresikan oleh tubuh, makan konsumsi
makananyang mengandung vitamin ini sangat diperlukan untuk mencegah gangguan
fungsinormal tubuh.
Vitamin dibutuhkan dalam jumlah sedikit, namun sangat penting dalam berbagai fungsi
tubuh ternak. Tanpa vitamin, ternak tidak dapat tumbuh bereproduksi, kerja, laktasi, atau
membentuk tubuh sehingga vitamin harus menjadi begian dari pakan. Apabila tubuh
kekurangan ataupun kelebihan vitamin akan menimbulkan berbagai masalah bagi tubuh
makluk hidup, terutama bagi manusia. Masalah ini harus dijelaskan untuk mencegah
kekurangan ataupun kelebihan vitamin tersebut, terutama vitamin yang larut dalam air.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada para pembaca
tentang pentingnya pengetahuan ataupun mengetahui tentang vitamin, untuk mencegah
defesiansi yang ditimbulkan akibat vitamin.

Vitamin larut lemak merupakan vitamin yang berhubungan dengan lipid tubuh dan mudah
untuk disimpan. Peran vitamin larut lemak umumnya berhubungan dengan aktivitas
struktural dengan protein. Sifat-sifat umum dari vitamin larut lemak ialah larut dalam pelarut
lemak, kelebihan konsumsi dari vitamin larut lemak disimpan dahulu dalam tubuh kemudian
dikeluarkan dalam jumlah kecil melalui empedu, gejala defisiensi dari vitamin larut lemak ini
berkembang lambat, vitamin larut lemak tidak perlu ada dalam makanan sehari-hari karena
kelebihannya disimpan di dalam tubuh, berbeda dengan vitamin larut air yang mudah
dikeluarkan dalam tubuh. Vitamin larut lemak hanya mengandung unsur C, H, dan O dan
diabsorbsi melalui sistem limfe. Kandungan vitamin dapat diperoleh dengan mengonsumsi
makanan sumber vitamin. Kandungan vitamin dalam makanan bervariasi tergantung pada
cara produksi, penyiapan, dan penyimpanannya. Vitamin dalam tubuh melalui beberapa
proses sehingga dapat diserap dan digunakan oleh tubuh untuk berbagai keperluan penting.
Makalah ini akan menjelaskan proses-proses tersebut yang berkaitan dengan vitamin larut
lemak.

1.2 Rumusan Masalah


1. Vitamin apa yang saja yang larut dalam air, diferensiasi serta sumbernya?
2. Apa fungsi dari vitamin larut dalam air?
3. Apa saja jenis dari vitamin yang larut lemak?
4. Apa fungsi vitamin yang larut lemak?

1.3 Tujuan 
1. Mengetahui vitamin apa yang saja yang larut dalam air serta sumbernya.
2. Mengetahui fungsi dari vitamin larut dalam air.
3. Untuk menjelaskan kepada pembaca tentang macam-macam dari vitamin larut lemak.
4. Untuk menjelaskan kepada pembaca tentang fungsi dari vitamin larut lemak.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Vitamin Larut dalam Air

Vitamin yang larut dalam air termasuk didalamnya asam ascorbic (vitamin C) yang

rupanya hanya dibutuhkan dalam makanan manusia, monyet, dan marmot dan vitamin B

complex yang hanya diperlukan dalam ransum hewan monogastric.

Vitamin dapat dibagi menjadi dua golongan

1. Vitamin B yang ada hubungannya dengan pelepasan energi dari bahan makanan (thiamin-

B1,riboflavin-B2,nicotimanida, asam panthothenic dan biotin

2. Vitamin hematopoietic atau vitamin yang ada hubungannya dengan pembentukkan sel

darah merah (asam folic dan B12 ada kalanya disebut cobalamin).

Prydoxin-B6 berfungsi sedemekian rupa sehingga vitamin tersebut dapat dimasukkan

dalam kategori vitamin pelepas enersi dan vitamin hematopoietic.

Vitamin B Kompleks

A. Tiamin (Vitamin B1)


Vitamin B1 atau sering disebut Tiamin adalah salah satu dari vitamin B kompleks yang

termasuk kedalam jenis vitamin yang larut dalam air. fungsi yang menonjol dari vitamin B1

ini adalah produksi energi bagi tubuh ternak. Sistem tubuh ternak memproses karbohidrat

dalam tubuh dengan bantuan tiamin dan mengubahnya menjadi energi. Hal ini juga penting

untuk produksi Adenosine Triphosphate yang merupakan sumber utama energi. Hal tersebut

diperlukan untuk fungsi normal dari sistem saraf dan otot-otot jantung pada ternak. Vitamin

B kompleks secara keseluruhan juga berfungsi untuk pertumbuhan bobot badan dan

metabolisme protein pada ternak.

1) Defisiensi tiamin
Anggorodi (1979) menyatakan defisiensi tiamin akan menimbulkan beri-beri, udema,

terutama pada kaki (disebut pula beri-beri basah), polyneuritis pada tikus dan burung,

kehilangan nafsu makan, pertumbuhan terganggu, urat daging lemah, tak ada koordinasi.

Penyakit klasik beri-beri pada manusia dan polyneuritis pada burung menunjukkan

stadium lanjut dari defisiensi tiamin, ditandai dengan perubahan urat syaraf parifer akibat

akumulasi zat antara dari metabolismen karbohidrat. Gejala lainnya adalah denyut jantung

lambat (bradycardi), jantung membesar, udema, gangguan-gangguan gastrointestinal, dan

hilangnya nafsu makan (anorexia).

Pada babi gejala defisiensi tiamin akan menimbulkan nafsu makan dan berat badan

menurut, muntah-muntah dan perubahan-perubahan jantung setelah hewan mati. Pada ayam

dan kalkun gejalanya adalah nafsu makan hilang, kurus, gangguan pencernaan, kelemahan

umum, dan polyneuritis sebagai gejala ekstrim. Gangguan-gangguan yang karakteristik

tersebut kan timbul dalam jangka waktu 9sampai 12 hari pada ayam umur sehari yang diberi

ransum yang defisien tiamin. Hewan tersebut akan sembuh kembali dengan pemberian tiamn

dan ransumnya.

Padarubah defisiensi tiamin menimbulkan penyakit karakteristik penyakit yang disebut

paralisis chastek. Kuda yang dibei ransum dengan kadar vitamin B1 dan B lainnya yang

rendah, memperlihatkan gejala-gejala urat syaraf lainnya. Gejala- gejala tersebut akan hilang
dengan pemberian tiamin dalam ransum, suatu bukti bahwa spesies tersebut membutuhkan

tiamin dalam ransumnya. Kekurangan vitamin B1 menyebabkan gangguan-gangguan

reproduksi kepada kuda jantan maupun betina. Untuk laktasi dibutuhkan tiaminyang lebih

banyak daripada untuk pertumbuhan karena laktasi metabolism meningkat.

2) Sumber Tiamin

Sumber dari tiamin ini bisa berasal dari pakan ternak itu sendiri. karena vitamin ini larut

dalam air, maka tidak bisa disimpan dalam tubuh. Sumber pakan yang banyak mengandung

Timin adalah Kacang-kacangan, wortel, sayuran dll (Mc. Donald, 1972).

Sumber tiamin juga mencakup susu, kuning telur, daging (terutama daging babi dan

jerohan seperti hati, butiran, leguminosa kering). Di eropa dan Amerika Serikat yang bahan
makanannya diperkaya dengan banyak tiamin, jarang terlihat adanya beri-beri kecuali pada

alkoholisme (penyakit Wernicke).

B. Riboflavin (Vitamin B2)


Riboflavin adalah salah satu anggota vitamin B kompleks yang larut dalam air. Dimana

dalam struktur kimianya, vitamin B2 terdiri dari cincin trisiklik. Cincin itu dinamai

isoaloxazine yang berikatan dengan jenis alkohol yaitu ribitol. Vitamin B2 ini mengalami

fosforilasi dimana berperan sangat penting dalam reaksi redoks yang mana merupakan

bersifat koenzim pada tubuh. Koenzim ini berperan di dalam tubuh sebagai metabolisme

yang mana memecah senyawa seperti karbohidrat dan protein menjadi lebih sederhana.

Sehingga metabolisme ini nantinya akan menjadi energi. Pada peran selanjutnya, vitamin B2

ini berperan dalam respirasi, pertumbuhan, dan produksi pada sel-sel pada tubuh.Defisiensi

Riboflavin (Wahyu Widodo, 2006).

1) Defisiensi Riboflavin

Menurut Anggorodi (1979) Banyak jaringan tubuh yang menderita akibat defisiensi

riboflavin. Dari jarngan-jaringan tersebut yang paling parah mengaami defisiensi adalah

jaringan ephite dan sarung myelin dari beberapa batang urat syaraf utama. Perubahan-

perubahan dalam urat syaraf pangkal paha menimbulkan curled-toe paralysis pada anak ayam

yang sedang tumbuh. Pada kelumpuhan tersebut anak ayam mula-mula berjalan pada siku-

sikunya dengan jari-jarinya membelok kedalam. Kai-kakinya menjadi lumpuh akan tetapi

ayamnya sendiri kelihatan normal. Diare merupaka gejala lainnya pada ayam. Produksi telur

tidak dipengaruhi akan tetapi telur-telur yang mengalami difesiensi riboflavin tidak akan

menetas. Bila ayam diberi ransum yang defisien riboflavin maka nafsu makannya cukup baik,

akan tetapi pertumbuhannya lambat, badannya lemah, kemudian diare timbul anatara minggu

pertamadan minggu kedua. Anak ayam yang menderita difesien tidak banyak bergerak

kecuali dipaksa bergerak, ayam tersebut akan berjalan pada siku-sikunya dengan pertolongan

sayap-sayapnya.

Tanda khas difesiensi riboflavin adalah membesarnya srung urat syaraf pangkal paha dan

urat syaraf brachial. Urat syaraf pangkal paha tersebut dapat mencapai diameter 4 dampai 6

kali ukuran normal.


Pada babi difesiensi riboflavin menyebabkan kaki-kaki yang bengkak dan kaku, kulit

menebal, ruam kulit, dan getah radang pada punggung dan sisi-sisinya, lensa mata keruh dan

catarata. Terdapat pula gangguan-gangguan reproduksi dan laktasi.

Pada anak sapi dan anak domba yang baru dilahirkan maka riboflavin merupakan zat

makanan yang esensial. Akan tetapi setelah rumen hewan-hewan tersebut berkembang, maka

sintesis bakteri didalam rumen cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Sintesis riboflavin

terjadi pula dalam sekum kuda akan tetapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

metaboliknya.

Pada manusia defisiensi riboflavin menimbulkan gejala-gejala pada mata (corneal

vascularization), keriput disekitar mulut (cheilosis), kulit kasar, dan dermatitis. (Anggorodi,

1979).

2) Sumber Riboflavin

Anggorodi (1979) menytakan Sumber riboflavin termasuk susu dan hasil susu, telur,

daging, leguminosa, dan hijauan. Riboflavin disintesis oleh hijauan ragi, jamur, dan bakteri

autotrofik. Riboflavin tidak disintesis oleh hewan apapun, akan tetapi mikroorganisme yang

mengalami tactus gastrointesinalis dapat memberikan sumbangan yang penting bagi

kebutuhan hewan. Hal ini terutama nyata pada hewan ruminansia, yang kebutuhan

seluruhnya disediakan oleh mikroflora rumen segerasetelah rumen dapat mulai fungsi.
Banyak mikroorganisme yang membuat riboflavin melebihi kebutuhan. Produksi riboflavin

oleh industry fermentasi dengan Clostridium aceotobulycium atau Eremothecium ashbyii dari

susu, molase, atau substrat lainnya yang dapat difermentasi merupakan sumber komersial

yang penting untuk vitamin tersebut, terutama untuk keperluan ternak. Vitamin tersebut

dibuat juga secara sintesis kimiawi dalam jumlah besar. Karena roboflavib diperlukan dalam

respirasi sel, kemungkinan vitamin tersebut terdapat dalam semua sel-sel tumbuhan dan

hewan. Akan tetapi terdapat juga beberapa bahan makanan hanya mengandung sedikit

vitamin tersebut. Pada tumbuh-tumbuhan tempat riboflavin dibuat tidak diketahui, meskipun

konsentrasinya terbesar terdapat didaunnya. Ragi merupakan sumber bahan makanan yang

paling baik (sampai 125μg/g). sumber lainnya yang baik adalah hati, susu, dan telur. Banyak
riboflavin akan hilang dari bahan makanan tertentu bila bahan makanan tersebut dibiarkan

karena cahaya.

C. Niasin
Niasin merupakan nama generik untuk asam nikotinat dan nikotinamida yang berfungsi

sebagaisumber vitamin tersebut dalam makanan. Niasin adalah salah satu senyawa organik

yang ditemukan pada tahun 1937, yang berfungsi untuk mencegah penyakit pelagra.

(Anggorodi, 1979).

1) Defisiensi Niasin

Difensiansi niasin akan menimbulkan gejala-gejala dermatitis, dementia (kemunduran

mental), diare kehilangan nafsu makan dan berat badan, muntah-muntah, anemia. Pada ayam

difesiensi niasin menimbulkan pembesaran persendian tibiotarsal, kaki membengkak,

pertumbuhan bulu tidak sempurna, dan dermatitis. Pada kalkun dan itik meskipun gejalanya

sama, keadaanya lebih parah. Itik yang tidak mendapat ransum yang tidak ditambah ransum

asam nikotinat akan memperlihatkan kaki-kai bengkak dan akhirnya tidak dapat jalan.

(Anggorodi, 1979)

2) Sumber Niasin

Sumber dari Niasin diantaranya adalah susu, daging, dan hijauan, butiran 9 kecuali

jagung), dan bungkil kacang tanah merupakan sumber niasin yang baik.

Asam nikotinat tersebar luas pada butiran-butiran dan hasil ikutannya dan dalam

pelengkapprotein. Akan tetapi jumlah yang terdapat tidaklah begitu tinggi dan banyak dari

vitamin tersebut tidak dapat digunakan. Asam nikotinat adalah bentu yang terdapat dalam

tumbuh-tumbuhan, nikotamida adalah bentuk metabolic hewan.

D. Asam Pantotenat (Vitamin B5)


Asam pantotenat adalah suatu amida dari asam pantoat dan  alanin. Asam pantotenat

merupakan bagian dari koenzim A, yang berperan dalam transfer gugus asetil. Hal ini terjadi

dalam asetilasi kolin hingga terbentuk asetilkolin, serta dalam asetilasi dari piruvat

dekarboksilat untuk membentuk asetilkolin A dalam siklus Krebs. Koenzim A juga berperan

dalam degradasi asam-asam lemak menjadi asetil CoA.


1) Difesiensi Asam Pantotenat

Defisiensi asam pantotenat berkaitan dengan gejala dermatitis, terhambatnya

pertumbuhan, rontoknya rambut, memutihnya rambut, serta "lesion" pada berbagai organ,

degenerasi testis, ulcus duodenum, abnormal fetus yang kesemuanya disebabkan oleh

oksidasi lemak dan karbohidrat yang tidak berjalan sempurna. (Wahyu Widodo, 2006).

Defisiensi asam pantothenic akan menimbulkan gejala – gejala

a. Pertumbuhan terganggu, rambut memutih, degerasi testis, ulcus duodenum dan fetus

abnormal

b. Pada unggas gejala defisiensi yang utam adalah dermatitis ( terutama pada pelupuk

mata, anus, sudut mulut dan kaki ). Pertumbuhan bulu terganggu dan bentuknya

kasar

c. Pada babi diferensiasi asam pantothenic menimbulkan gejala jalannya tidak normal

yang disebut “goose stepping”. Juga dapat menimbulkan ulcus gastrointestinalis.

(Anggorodi, 1979)

2) Sumber Asam Pantotenat

Sumber asam pantotenat adalah biji-bijian, yeast, hati, kuning telur, susu, kentang, dan

kubis. Asam pantothenic tersebar secara umum pada semua sel hidup. Vitamin tersebut stabil

pada bahan makanan yang disimpan lama. Kehilangan yang banyak sekali akan terdapat bila
mengalami pemanasan lama. (Anggorodi, 1979)

E. Pridoksin (Vitamin B6)


Vitamin B6 terdiri dari tiga derivat piridin alam yang berhubungan erat, yaitu :

piridoksin, piridoksal dan piridoksamin. Perbedan dari ketiga zat tersebut adalah pada rantai

C nomor 4. Rantai basis dari zat-zat tersebut adalah piridin. Ketiganya sama aktif sebagai

pra zat koenzim piridoksal fosfat. Piridoksin berperan penting dalam metabolisme protein

dimana pyridoxial fosfat merupakan suatu konensium untuk berbagai reaksi kimia yang

berkaitan dengan metabolisme protein dan asam amino, seperti transaminasi dan

dekarboksilasi. Bentuk piridoksal dan piridoksamin biasanyaa terdapat dalam produk-produk

hewani, sedangkan piridoksin terdapat dalam produk-produk tanaman. (Wahyu Widodo,

2006).
1) Difesiensi Asam Pantotenat

Defisiensi prydoxin akan menimbulkan gejala – gejala

a. Serangan kekejangan (tikus, unggas, anjing, dan babi)

b. Luka pada arteri (monyet)

c. Anemia

d. Dermatitis dari kaki dan hidung (tikus)

e. Pertumbuhan terganggu (semua hewan muda ). (Anggorodi, 1979)

2) Sumber Asam Pantotenat

Vitamin B6 terdapat pada sebagian besar bahan makanan sebagai protein complex dari

prydoxal dan phosphat prydoxamin. (Anggorodi, 1979)

F. Biotin
Biotin adalah derivat imidazol yang banyak terdapat dalam bahan makanan alam.

Vitamin ini berwarna putih, stabil terhadap panas, mengandung sulfur dan asam valerat, larut

dalam air dan 95% etanol, mudah rusak oleh asam dan basa kuat dan mengalami dekomposisi

pada temperatur 230 - 232oC. Dalam metabolisme, biotin berperan sebagai fiksasi CO2 yang

selanjutnya ditransfer substrat yang lain. Karboksibiotin adalah biotin yang berikatan

dengan CO2 di mana gugus karboksil bertaut pada gugus N biotin. Pembentukan

karboksibiotin memerlukan ATP. Reaksi penerimaan CO 2 dan pemberian CO2 bersifat

bolak-balik atau reversible. (Wahyu Widodo, 2006).

1) Difesiensi Biotin

Pada difesiensi biotin terdapat gejala – gejala

a. Pertumbuhan terganggu, dernmatitis, rambut rontok, gangguan urat syaraf

b. Pada ayam, biotin merupakan zat pencegah perosis, seperti halnya mangan, cholin dan

asam folic. (Anggorodi, 1979)

2) Sumber Biotin

Merupakan sumber utama dari biotin adalan hati, ragi, molasses, kacang tanah dan telur.

Sebagian besar hijauan yang berdaun banyak merupakan sumber yang baik. Jagung,

gfandum, butir – butiran lainnya, daging dan ikan relatif miskin akan biotin. Pada bahan
makanan alam biotin terdapat dalam bentuk ikatan maupun bentuk bebas. Yang dalam bentuk

ikatan kebanyakan tidak berguna bagi hewan. (Anggorodi, 1979)

G. Asam Folat
Asam folat adalah turunan vitamin B kompleks (B-9) yang berguna untuk mengurangi

risiko cacat bawaan pada janin (neural tube defects-NTD), spina bifida dan anenchepaly.

Menurut Wahyu Widodo (2006), Asam folat terdiri dari pteridin heterosiklik, asam

paraaminobenzoat (PABA) dan asam glutamat. Kristal asam folat berwarna kuning, sedikit

larut dalam air dan tidak stabil pada laarutan lemak.

Vitamin ini daya kerjanya dihambat (antagonis) dengan 4-amino-pteroylglutamic acid

atau disebut aminopteri 4-NH2FH4 dan metohtrexate. Asam folat termasuk dalam golongan

zat yang disebut pterin. Asam folat terdiri atas tiga gugus yaitu pterin, p-aamino benzoic acid

(PABA) dan asam glutamate (Wahyu Widodo, 2006).

1) Difesiensi Asam Folat

Defisiensi asam folic akan menimbulkan gejal – gejala

a. Gangguan pertumbuhan.

b. Sel darah yang abnormal (merah dan putih ).

c. Pertumbuhan bulu terganggu pada ayam.

d. Pigmentasi terganggu pada bulu yam yang berwarna.

Asam folat merupakan zat makanan esensial untuk monyet, ayam, kalkun, rubah, kelinci,

tikus, dan marmot. Pada tikus dan babi, suatu defisiensi belum dapat di timbulkan, kecuali

pada hewan – hewan tersebut diberi obat- obat sulfa. Hal ini memperlihatkan bahwa sintesis

di dalam alat pencernaan adalah cukup untuk memenuhi kebutuhan. Sintesis terjadi pula pada

rumen akan tetapi anak domba yang baru lahir membutuhkan asam folat. Pada ayam

pertumbuhan akan terganggu, pertumbuhan bulu tidak sempurna dan pada bulu yang

berwarna akan timbul depigmentasi. (Anggorodi, 1979)

2) Sumber Asam Folat

Asam folat tersebar luas di alam, terdapat pada hewan, tumbuh – tumbuhan dan micro-

organisma. Sumber asam folic di antaranya adalah hati, sayuran yang berwarna hujau tua dan

butir – butiran. Susu mengandung vitamin tersebut dalam jumlah terbatas.


H. Vitamin B12
Kobalamin adalah vitamin yang mengandung kobalt yang berada dalam bentuk derivat

"cyanide" yaitu "cyanocobalamin". Kobalamin mempunyai gugus nukleotida yang

disambung dengan porfirin lewat gugus fosfat dan amino-propanol. Gugus cyanide dapat

diganti dengan gugus hidroksil (B12a) atau hidrokobalamin dan juga gugus nitrit (B12c) atau

nitrokobalamin. Sianokobalamin berbentuk kristal padat berwarna merah hitam dan

merupakan bentuk yang paling stabil, tetapi larut dalam air, tahan panas, mudah rusak karena

sinaar matahari, oksidasi dan proses reduksi.

Vitamin B12 berfungsi dalam sintesa protein dan dalam metabolisme asam nukleat serta

senyawa-senyawa yang mengandung satu atom C. Peranan tersebut dalam bentuk metil-

malonil CoA isomerase. Enzim ini berperan dalam mengubah metil-malonil CoA menjadi

suksinil CoA yang berfungsi dalam siklus Krebs. Peranan lainnya adalah sebagai enzim L-

homosistein metilating. Enzim ini berisi koenzim metil kobalamin yaang bersama-sama

folacin mengubah L-homosistein menjadi L-metionin. Donasi metil ini diberikan oleh 5-

metil THF dengan harus adanya vitamin B12. . (Wahyu Widodo, 2006)

1) Difesiensi Vitamin B12

Gejala defisiensi vitamin B12 adalah

a. Pertumbuhan lambat.

b. Anemia pernicosa (dari bahasa latin perciosus = fatal, dan anemia = menurunnya

jumlah crythrosit.

c. Eritrosit penggunaan makanan menurun.

d. Mortalitas.

e. Daya tetas telur turun.

f. Vitalitas rendah.

Vitamin B12 turut dalam banyak fungsi penting dan berhubungan dengan banyak fungsi

zat – zat lainnya sepertinya asam folic, asam panthothenic, cholic, methionin, dan lain

lainnya. Vitamin tersebut merupakan co-faktor untuk methyl malonyl CoA isomerase

(mutase) dan homocystein transmethylase.


Pada ayam, berat badan dan produksi telur tidak terganggu meskipun ada defisiensi, akan

tetapi daya tetas dari telur – telur tersebut akan turun sekali. Anak ayam yang baru menetas

memperlihatkan kelainan pada kelainan pada tulang – tulangnya seperti halnya pada perosis.

Pada sapi dan domba vitamin B12 adalah esensial metabolic dan merupakan kebutuhan

dalam makanannya bagi anak hewan sebelum rumennya berkembang. Gejala – gejala

defisiensi adalah pertumbuhan berhenti dan nafsu makan berkurang. Bila rumennya sudah

berkembang maka vitamin B12 disintesis dalam rumen. Untuk sintesis tersebut dibutuhkan

cobalt, suatu bagian dari vitamin itu sendiri. Hewan ruminansia bila dalam ransumnya cukup

mendapat cobalt maka fecesnya akan mengandung vitamin B12 dalam jumlah besar. Pada

spesies lainnya terdapat pula sintesis vitamin B 12 dalam pencernaan. hal ini menjelaskan

mengapa para ahli tidak berhasil menimbulkan defisiensi vitamin B 12 pada babi dan tikus

dengan ransum tanpa vitamin B12. (Anggorodi, 1979)

2) Sumber Vitamin B12

Sumber utama dari vitamin B12 di alam adalah sintesis microbial. Belum ada bukti yang

menyakinkan bahwa vitamin B12 di buat dalam jaringan tumbuh – tumbuhan bertingkat tinggi

atau jaringan hewan. Vitamin B12 di buat oleh banyak bakteri dan actinomycetes akan tetapi

rupanya tidak dibuat oleh ragi tau jamur.

Vitamin B12 tersebar luas dalam bahan makanan berasal hewan seperti daging, susu, telur,
dan ikan. Adanya vitamin tersebut di dalam jaringan hewan disebabkan karena penyerapan

vitamin tersebut dari bahan makanan berasal hewan atau dari usus atau rumen. Sumber utama

untuk makanan hewan adalah hasil – hasil fermentasi khusus yang di normaliser menjamin

potensi vitamin B12 ginjal dan hati merupakan sumber – sumber utama. Alat – alat tubuh

hewan ruminansia mengandung lebih kaya vitamin B12 daripada alat – alat tubuh sebagian

besar hewan nonruminansia. (Anggorodi, 1979)

I. Cholin
Sebenarnya zat cholin tidak dapat digolongkan vitamin karena dapat dibuat dalam tubuh

dari methionin dan merupakan bagian dari lemak dan jaringan urat syaraf. Terdapat dalam

bahan makanan yang mengandung lemak. Sebagai bagian dari phospholida, cholin, adalah

esensial dalam pembentukkan dan pemeliharaan dari struktur sel. Cholin mencegah
penimbunan lemak dalam hati. Disebut “faktor lipotropik”, yang artinya bahwa zat tersebut

mempertinggi penimbunan lemak tubuh (tetapi tidak dalam hati ).

Cholin erat hubungannya dengan asam amino methionin dan dapat menghasilkan gugusan

methyil (CH3) untuk kemudian bergabung dengan homocystein untuk membentuk methionin.

Cholin juga erat hubungannya dengan biotin dan asam folic karena defisiensi dari salah satu

dari ketiga zat tersebut dapat menimbulkan perosis pada anak ayam. (Anggorodi, 1979)

1) Difisiensi Cholin

Selain pertumbuhan yang terganggu maka gejala penting pada defisiensi cholin adalah

perosis pada anak ayam dan anak kalkun. Meskipun defisiensi cholin cepat timbul pada anak

ayam yang mendapat ransum berkadar cholin rendah, suatu defisiensi pada ayam petelur sulit

didapat. Dalam pembuatan telur dibutuhkan sejumlah besar cholin. Namun ayam yang

mendapat ransum tanpa cholin berumur 8 minggu sanggup untuk membuat semua jumlah

cholin yang diperlukan.

Defisiensi cholin pada umumnya lebih sulit diperoleh pada spesies lainnya daripada

kalkun. Tikus tidak membutuhkan sumber cholin dalam ransumnya bila cukup methionin

diberikan untuk menjamin ikatan methyl yang dibutuhkan untuk sintesis cholin. Sama halnya,

babi muda tidak memerlukan sumber cholin, bila kadar mehionin dari ransum cukup tinggi.

(Anggorodi, 1979)
2) Sumber Cholin

Bahan makanan yang kaya akan cholin di antaranya adalah hati dan tepung kelenjar,

tepung iklan, ragi, dan bungkil kacang kedelai. (Anggorodi, 1979)

J. Inositol (Vitamin B8)


Inositol erat hubungannya dengan vitamin B-complex. Merupakan bagian dari cel dalam

hampir semua jaringan hewan dan terdapat terutama dalam konsentrasi tinggi di banyak

jaringan alat tubuh ( jantung, ginjal, limpa, thyroid, dan testis ). Zat tersebut tidak merupakan

suatu kebutuhan dalam makanan bagi manusia dan dalam ransum sebagian besar hewan

ternak ( ada kemungkin untuk ayam ).

Inositol terdapat dalam hasil tumbuh-tumbuhan sebagai zat phosphor organik phytin.

Sedangkan dalam tubuh hewan merupakan bagian bagian cephalin – cephalin tertentu. Zat
tersebut dapat mencegah dan mengobati alopecia pada tikus. Mempunyai daya kerja

lipotropik dalam beberapa ransum tikus di mana vitamin – vitamin lainnya tidak

mempunyainya. Terdapat luas dalam bahan makanan sehingga kadar dalam ransum adalah

cukup memenuhi kebutuhan yang diperlukan. (Anggorodi, 1979)

1) Difesiensi Inositol

Pertumbuhan terganggu dan alopesia pada tikus. Gejala alopecia adalah sama dengan

gejala alopecia yang ditimbulkan oleh defisiensi vitamin B6 atau pantothenic. (Anggorodi,

1979)

2) Sumber Inositol

Makanan sumber vitamin B8 atau inositol antara lain: daging sapi, sereal, beras, jeruk,

sayuran berdaun hijau, kedelai, kacang-kacangan, biji-bijian, dan hati.

K. Asam Paraminobenzoic (Vitamin B10)


Vitamin tersebut merupakan bagian molecular dari asam folic. Asam paraaminobenzoic

menetralisir pengaruh bacteriostatic dari sulfoamida. Pada waktu ini diketahui bahwa asam

paraaminobenzoic mempertinggi potensi faali dari isulin dan penicillin dan dapat menghalang

– halangi produksi hormone thyroid. Mengenai kebutuhannya dalam makanan belum ada

ketentuan bagi manusia maupun hewan.

Asam paraaminobenzoic mula – mula diketemukan sebagai zat yang esensial bagi

pertumbuhan mikroorganisme. Zat tersebut kemudian digolongkan kedalam vitamin

berdasarkan pengaruh pertumbuhannya terhadap anak ayam dan pengaruh laktasi pada tikus.

Merupakan gugusan esensial dalam asam folic. Jadi dalam ransum yang tidak ada asam

folicnya maka asam paraaminobenzoic dapat menyediakan bakteri usus dengan suatu zat

esensial untuk sintesis asam folic. Karena sifat esensialnya untuk pertumbuhan

mikroorganisme tertentu, maka vitamin tersebut dapat mempertinggi sintesis faktor – faktor

B lainnya di dalam usus. Sehubungan hal ini mak suatu hal yang menarik ialah bahwa asam

paraaminobenzoic mempunyai kesanggupan untuk menetralisir pengaruh bacteriostatic dari

sulfonamida.
2.2 Vitamin C

Vitamin C mempunyai dua bentuk, yaitu bentuk oksidasi (bentuk dehydro) dan bentuk

reduksi. Kedua bentuk ini mempunyai aktivitas biologi. Dalam makanan bentuk reduksi

yang terbanyak. Bentuk dehydro dapat terus teroksidasi menjadi diketogulonic acid yang

inaktif. Keadaan vitamin C inaktif ini sering terjadi pada proses pemanasan. Dalam suasana

asam vitamin ini lebih stabil daripada dalam basa yang menjadi inaktif. Formula vitamin C

mirip dengan glukosa (Wahyu Widodo, 2006).

Vitamin C bukanlah merupakan bagian dari salah satu koenzim yang dikenal.

Sebaliknya asam askorbat berperan dalam sintesa kolagen, yang merupakan protein struktural

dari jaringan ikat. Struktur asam askorbat mirip dengan struktur monosakarida tetapi

mengandung gugus enediol dari mana pembuangan hidrogen terjadi untuk menghasilkan

dehidroaskorbat. Dehidroaskorbat dihasilkan secara spontan dari vitamin C oleh oksidasi

udara, tetapi kedua bentuk secara fisiologis aktif dan ditemukan dalam cairan tubuh (Wahyu

Widodo, 2006).

Vitamin C berperan sebagai transport elektron (sistem redoks), enzim-enzim yang

berperan dalam elektron transport adalah ascorbic acid oksidase, cytochrome oxidase, flavin

transhydrogenase. Ada yang menyebutkan bahwa pada jaringan hewan tidak terjadi proses
oksidasi dengan vitamin C sebagai kaatalis respiratori, karena pada hewan tidak ada enzim

dehydro ascorbate reductase dan ascorbate oxidase. Vitamin C juga berperan dalam

metabolisme tirosin yaitu berperan dalam enzim -hydroxy phenyl pyruvic acid oxidase

sebagai katalisator perubahan p-OH phenylpyruvic menjadi homogentisic acid. (Wahyu

Widodo, 2006)

Vitamin C yang ada di pasaran sering disebut sebagai asam ascorbat, L-ascorbat acid,

Hexuronic acid, Anti scorbutic vitamin, Cevitamic acid (Scott et al., 1976), juga sering

disebut sebagai anti scorbic factor (Ewing, 1963).

Menurut Morrison (1961) dan Mc Donald et al. (1972), vitamin C ini berbentuk kristal,

tidak berwarna (bening), larut dalam air, mengandung asam dan mem-punyai daya reduksi
yang besar, stabil pada larutan asam, larut dengan segera dalam larutan alkali dan mudah

rusak apabila kena cahaya (panas), serta tahan terhadap pembekuan. Vitamin C ini mudah

dioksidasi menjadi bentuk dehydro.

Asam ascorbat ini dapat disintesis pada tubuh ternak, pada ayam memungkinkan

sintesis vitamin C ini karena mempunyai ketiga enzim yang diperlukan yaitu enzim NADPH,

L-gulonolakton oxidase, D-glukuronolakton reduktase yang semuanya terdapat di dalam

ginjal ayam. Dalam keadaan tercekam (stress) ayam tidak dapat men-sintesis asam ascorbat

dalam jumlah cukup, sehingga perlu ditambahkan dalam pakannya.

1) Difesiensi Vitamin C

Scurvy hanya terjadi pada manusia, monyet dan marmot. Mamalia lainnya rupanay

sanggup membuat asam ascorbic untuk kebutuhan makanannya

2) Sumber Vitamin C

Harper et al. (1984) menyatakan bahwa, sumber vitamin C yang baik adalah buah sitrun,

arbei, semangka, tomat, cabai hijau, kol merah dan sayur-sayuran yang berdaun hijau,

khususnya selada hijau, juga kentang segar yang tiap gramnya mengandung sedikit vitamin

C, tapi bila konsumsi dalam jumlah banyak akan merupakan sumber yang cukup baik. Pada

waktu memotong dan mencuci sayuran, banyak vitamin C yang hilang, karena sifat vitamin
ini yang larut dalam air. Selain sumber tersebut di atas, rumput-rumputan hijau juga

merupakan sumber vitamin C (Morrison, 1961). Susu juga merupakan sumber vitamin C,

tapi sering hilang pada waktu proses pasteurisasi (Maynard dan Loosli, 1951).

Sumber vitamin C termasuk jeruk limau, jeruk manis, anggur, dan tomat. Sayuran dan

buah – buahan mengandung pula sejumlah vitamin C. biji masak dan hasil ikutannya

demikian pula rumput kering dan hijauan lainnya yang dikeringkan tidak mempunyai vitamin

C. vitamin tersebut dibentuk pada waktu biji tumbuh oleh karenanya biji yang sedang

berkecambah kaya akan vitamin C.


Memberikan vitamin C pada hewan ruminansia tidak akan mempertinggi kadarnya

dalam tubuh karena vitamin tersebut dihancurkan atau sebagian besar dihancurkan oleh

proses fermentasi dalam rumen.

2.3 Fungsi Vitamin Larut Dalam Air

Menurut Anggorodi (1979) vitamin larut dalm air memiliki fungsi sebagai berikut :

Nama Fungsi

Tiamin (B1) Bagain dari dua koenzim, esensial dalam

metabolism, karbohodrat, dan pemindahan energy.

Mempertinggi nafsu makan dan pencernaan.

Memelihara susunan syaraf agar sehat dan mencegah

perangsangan

Riboflavin (B2) Merupakan bagian dari dua koenzim flavoprotein,

peranan dalam pemindahan energy (membantu sel

dalam penggunaan oksigen), fungsi dalam

metabolism protein, bagian dari xantin oksidase.

Membantu menyehatkan kulit

Asam pantotenat Bagian dari koenzim A, yang ikut dalam banyak


reaksi-reaksi metabolic

Asam nikotinat Ikatan dua koenzim, pemindahan energy, dpat

dihemat oleh asam amino tritofan. Kesehatan alat

pencernaan dan susunan syaraf

Pridoksin (B6) Sebagian dari enzim yang ada hubungannya dengan

metabolism protein. Esensial untuk metabolism

normal protein

Biotin Berfungsi dalm susunan enzim, sintesis lemak,

deaminasi berbagai asam amino

Asam folat Sintesis purin dan ikatan metl tertentu, eritropoisis


Vitamin B12 Sintesis gugus metil, sintesis purin, metabolism

karbohidrat dan lemak, sintesis asam nukleat.

Dikenal dengan nama animal protein factor (APF)

Kolin Bagian daro fosfoida esensial dalam pembentukan

dan pemeliharaan bangun dari sel. Penyaluran

gerakan urat syaraf. Metabolism lemak dalam hati

Inositol Fungsi lipotropic pada ransum tikus tertentu, yang

vitamin-vitamin lainnya difesien

Asam Faktor anti rambut putih pada tikus. Perangsang

paraaminobenzoat pertumbuhan pada anak ayam

Vitamin C Pembentukan dan pemeliharaan zat interseluler

dalam tulang dan jaringan lunak. Bekerja sebagai

katalisator jaringan (membantu dalam

penyembuhan). Sebagai antibody bagi tubuh ternak.

2.4 jenis-jenis vitamin larut lemak

VITAMIN A Vitamin A ditemukan pada tahun 1913 oleh Mc. Collum dan Davis. Vitamin A

adalah vitamin antioksidan yang larut dalam minyak dan penting bagi penglihatan dan

pertumbuhan tulang. Secara luas vitamin A merupakan nama generic yang menyatakan

semua retinoid dan precursor/ provitamin A/ karotenid yang mempunyai aktivitas biologic

sebagai retinol. Retinol diserap dalam bentuk prekursor. Vitamin A mempunyai esensial yang

berfungsi untuk pemeliharaan dan kelangsungan hidup. 2.2 VITAMIN D Vitamin D adalah

nama generik dari dua molekul, yaitu ergokalsiderol (Vitamin D2) dan Kolekalsiferol

(Vitamin D3). Prekursor vitamin D hadir dalam fraksi sterol dalam jaringan hewan

(diw\bawah kulit) dan tumbuh-tumbuhanberturut-turut dalam bentuk 7- dehidrokolesterol dan

ergosterol. Keduanya membutuhkan radiasai sinar ultraviolet untik mengubahnya ke dalam

bentuk provitamin D2 (ergokalsiderol) dan D3 (Kolekalsiferol). Adapun rumus kimia dari


vitamin D ini adalah C22H44O. 2.3 VITAMIN E Vitamin E tidak berbau dan tidak berwarna,

sedangkan vitamin E sintetik yang dijual secara komersial biasanya berwarna kuning muda

hingga kecoklatan. Vitamin E larut dalam lemak dan dalam sebagian besar pelarut organik,

teptai tidak larut dalam air. Adapun rumus kimia dari vitamin E (tokoferol=antisterilitas)

adalah C29H50O2. 2.4 VITAMIN K Vitamin K adalah vitamin yang cukup tahan terhadap

panas, vitmain ini juga tidak mudah rusak oleh cara memasak bisa, termasuk cara memasak

menggunakan air. Vitmain K tidak tahan terhadap alkali dan cahaya. Adapun rumus kimia

dari vitamin K adalah C31H46O2.

Fungsi vitamin larut dalam lemak

1. Vitamin A

a. Membantu proses penglihatan dengan menghasilkan rodopsin.

b. Membentu metabolisme protein.

c. Membantu pembentukan kembali se-sel tubuh.

2. Vitamin D

a. Membantu absorsi Ca dan P dari usus halus.


b. Membantu transpor Ca dalam sel.

c. Pembentukan tulang dan gigi dalam bersama-sama Ca dan P.

d. Menjaga keseimbangan Ca dan P.

3. Vitamin E

a. Dapat mencegah oksidasi vitmain A dan karoten dalam usus halus.

b. Berpengaruh pada proses reproduksi atau kesanggupan unutk memperoleh

keturunan.

c. Dapat membantu menutupnya luka,karena mempengaruhi pembentukan

prothrombin di dalam hati.

d. Merupakan obat mujarab bagi gangguan mentruasi.

e. Mencegah keguguran.
f. Meningkatkan reproduksi air susu.

g. Dapat membantu memperpanjang usia manusia.

4. Vitamin K

a. Membantu pembentukan prothrombin dan zat pembeku darah lainnya.

b. Sebagai kofaktor dalam pembentukan carboxy glutamic acid dari glutamic

acid.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Vitamin larut dalam air terdiri dari vitamin B kompleks yaitu tiamin, riboflavin, asam

pantotenat, asam nikotinat, peridoksin, biotin, asam folat, vitamin B12, kolin, inositol,

asam paraaminobenzoat, dan vitamin C

2. Fungsi vitamin larut dalam air, tiamin sebagai pemindahan energy. Riboflavin sebagai

pemindahan energy. Asam pentatonat berperan dalam reaksi metabolic. Asam nikotinat

pemindahan energy. Pridoksin untuk metabolism normal prtein. Biotin berfungsi dalam

susunan enzim. Asam folat sistesis purin, vitamin B12 sintesis gugus metil, purin,

lemak. Kolin untuk penyaluran gerakan urat syaraf. Inositol berfungsi lipotropic pada

ransum tikus, yang vitamin lainnya difesien. Asam paraaminobenzoat sebagai

perangsang pertumbuhan pada anak ayam.

3. Seperti halnya pada hewan, makanan yang dimakan manusia disamping menghasilkan

energi atau tenaga, juga mengandung senyawa-senyawa untuk pertumbuhan dalam

menjalankan fungsi-fungsi kehidupan. Agar dapat memenuhinya makanan harus

mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Makanan sebagai

sumber energi tubuh, lemaklah yang menghasilkan energi besar, karena 1 gram lemak

menghasilkan 9 kalori sedangkan pada karbohidrat dan protein menghasilkan 4 kalori.


DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, J. 1988. Vitamin C dalam ransum peranannya mengatasi stress pada Ayam.

Dalam Majalah Ayam dan Telur, No. 30, Tahun XIX, 34-35.

Anggorodi, 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum, PT Gramedia, Jakarta

Ewing, R. W. 1963. Poultry nutrition. 5th. Ed. The Ray Ewing Company Publisher:

Pasadena, California.

Mc. Donald, P., R. A. Erwards and J. F. D. Geenhalg. 1972. Animal nutrition. 2nd Ed.

Longman: London.

Moriison, F. B. 1961. Feeds and feeding. 9th Ed. The Morrison Publishing Company:

Clinton, Iowa.

Scott, M. L., M. C. Nesheim and R. J. Young. 1976. Vitamins and hormones. Scott &

Associates Ithaca: New York.

Shul’ga, V. N. 1980. Stress action of ascorbic acid in hen. Veterinariya No. 1: Moscow.

Widodo, Wahyu. 2006. Pengantar Ilmu Nutrisi Ternak. Fakultas Peternakan Universitas

Muhammadiyah Malang: Malang.

 http://healthmatter.wordpress.com/2009/10/11/vitamins/

 http://www.health-fitness.com.au/vitamin-e/

 http://architectureideas.info/2008/10/vastu-shastra-factors-the-sun-and-its-effects/

 http://dannyprijadi.wordpress.com/2009/01/03/mengatasi-batuk-dengan-cara-alami/

 Aryulina, Diah dkk, Biologi SMA kelas XI. Esis. Jakarta, 2004.

 Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta: 2004

Anda mungkin juga menyukai