DOSEN PENGAMPU
DI SUSUN OLEH
SURYADI
12080117064
KELAS 3C
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat Rahmat dan karunia-
Nyalah sehingga kami dapat menyusun makalah “ilmu nutrisi ternak” guna memenuhi tugas
dengan judul “vitamin”. Hal ini dimaksudkan agar mahasiswa dapat mengembangkan
pikiran dan menginterpretasikan hasil-hasil yang telah didapat.
Selanjutnya penulis tak lupa menyampaikan shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW, para sahabat, keluarga dan pengikut-pengikutnya hingga akhirun Zaman.
Pada kesempatan ini penulis juga tak lupa menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun
material. Dan khususnya kepada dosen mata kuliah ilmu nutrisi ternak atas nama ibu
Evi irawati, s.pt.m.p sehingga makalan ini dapat di selesaikan sebagaimana adanya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, agar kelak makalah ini dapat lebih
baik lagi.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua “Amin”
suryadi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB 1.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 Latar belakang.................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................5
1.3 Tujuan...............................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
2.1 Vitamin Larut dalam Air..................................................................................................6
A. Tiamin (Vitamin B1)......................................................................................................6
B. Riboflavin (Vitamin B2).................................................................................................8
C. Niasin...........................................................................................................................10
D. Asam Pantotenat (Vitamin B5)....................................................................................10
E. Pridoksin (Vitamin B6).................................................................................................11
F. Biotin............................................................................................................................12
G. Asam Folat...................................................................................................................13
H. Vitamin B12..................................................................................................................14
I. Cholin............................................................................................................................15
J. Inositol (Vitamin B8)....................................................................................................16
K. Asam Paraminobenzoic (Vitamin B10).........................................................................17
2.2 Vitamin C.......................................................................................................................17
2.3 Fungsi Vitamin Larut Dalam Air...................................................................................19
2.4 jenis-jenis vitamin larut lemak......................................................................................21
Fungsi vitamin larut dalam lemak........................................................................................22
BAB III.....................................................................................................................................24
PENUTUP................................................................................................................................24
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................25
BAB 1
PENDAHULUAN
Vitamin larut lemak merupakan vitamin yang berhubungan dengan lipid tubuh dan mudah
untuk disimpan. Peran vitamin larut lemak umumnya berhubungan dengan aktivitas
struktural dengan protein. Sifat-sifat umum dari vitamin larut lemak ialah larut dalam pelarut
lemak, kelebihan konsumsi dari vitamin larut lemak disimpan dahulu dalam tubuh kemudian
dikeluarkan dalam jumlah kecil melalui empedu, gejala defisiensi dari vitamin larut lemak ini
berkembang lambat, vitamin larut lemak tidak perlu ada dalam makanan sehari-hari karena
kelebihannya disimpan di dalam tubuh, berbeda dengan vitamin larut air yang mudah
dikeluarkan dalam tubuh. Vitamin larut lemak hanya mengandung unsur C, H, dan O dan
diabsorbsi melalui sistem limfe. Kandungan vitamin dapat diperoleh dengan mengonsumsi
makanan sumber vitamin. Kandungan vitamin dalam makanan bervariasi tergantung pada
cara produksi, penyiapan, dan penyimpanannya. Vitamin dalam tubuh melalui beberapa
proses sehingga dapat diserap dan digunakan oleh tubuh untuk berbagai keperluan penting.
Makalah ini akan menjelaskan proses-proses tersebut yang berkaitan dengan vitamin larut
lemak.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui vitamin apa yang saja yang larut dalam air serta sumbernya.
2. Mengetahui fungsi dari vitamin larut dalam air.
3. Untuk menjelaskan kepada pembaca tentang macam-macam dari vitamin larut lemak.
4. Untuk menjelaskan kepada pembaca tentang fungsi dari vitamin larut lemak.
BAB II
PEMBAHASAN
Vitamin yang larut dalam air termasuk didalamnya asam ascorbic (vitamin C) yang
rupanya hanya dibutuhkan dalam makanan manusia, monyet, dan marmot dan vitamin B
1. Vitamin B yang ada hubungannya dengan pelepasan energi dari bahan makanan (thiamin-
2. Vitamin hematopoietic atau vitamin yang ada hubungannya dengan pembentukkan sel
darah merah (asam folic dan B12 ada kalanya disebut cobalamin).
Vitamin B Kompleks
termasuk kedalam jenis vitamin yang larut dalam air. fungsi yang menonjol dari vitamin B1
ini adalah produksi energi bagi tubuh ternak. Sistem tubuh ternak memproses karbohidrat
dalam tubuh dengan bantuan tiamin dan mengubahnya menjadi energi. Hal ini juga penting
untuk produksi Adenosine Triphosphate yang merupakan sumber utama energi. Hal tersebut
diperlukan untuk fungsi normal dari sistem saraf dan otot-otot jantung pada ternak. Vitamin
B kompleks secara keseluruhan juga berfungsi untuk pertumbuhan bobot badan dan
1) Defisiensi tiamin
Anggorodi (1979) menyatakan defisiensi tiamin akan menimbulkan beri-beri, udema,
terutama pada kaki (disebut pula beri-beri basah), polyneuritis pada tikus dan burung,
kehilangan nafsu makan, pertumbuhan terganggu, urat daging lemah, tak ada koordinasi.
Penyakit klasik beri-beri pada manusia dan polyneuritis pada burung menunjukkan
stadium lanjut dari defisiensi tiamin, ditandai dengan perubahan urat syaraf parifer akibat
akumulasi zat antara dari metabolismen karbohidrat. Gejala lainnya adalah denyut jantung
Pada babi gejala defisiensi tiamin akan menimbulkan nafsu makan dan berat badan
menurut, muntah-muntah dan perubahan-perubahan jantung setelah hewan mati. Pada ayam
dan kalkun gejalanya adalah nafsu makan hilang, kurus, gangguan pencernaan, kelemahan
tersebut kan timbul dalam jangka waktu 9sampai 12 hari pada ayam umur sehari yang diberi
ransum yang defisien tiamin. Hewan tersebut akan sembuh kembali dengan pemberian tiamn
dan ransumnya.
paralisis chastek. Kuda yang dibei ransum dengan kadar vitamin B1 dan B lainnya yang
rendah, memperlihatkan gejala-gejala urat syaraf lainnya. Gejala- gejala tersebut akan hilang
dengan pemberian tiamin dalam ransum, suatu bukti bahwa spesies tersebut membutuhkan
reproduksi kepada kuda jantan maupun betina. Untuk laktasi dibutuhkan tiaminyang lebih
2) Sumber Tiamin
Sumber dari tiamin ini bisa berasal dari pakan ternak itu sendiri. karena vitamin ini larut
dalam air, maka tidak bisa disimpan dalam tubuh. Sumber pakan yang banyak mengandung
Sumber tiamin juga mencakup susu, kuning telur, daging (terutama daging babi dan
jerohan seperti hati, butiran, leguminosa kering). Di eropa dan Amerika Serikat yang bahan
makanannya diperkaya dengan banyak tiamin, jarang terlihat adanya beri-beri kecuali pada
dalam struktur kimianya, vitamin B2 terdiri dari cincin trisiklik. Cincin itu dinamai
isoaloxazine yang berikatan dengan jenis alkohol yaitu ribitol. Vitamin B2 ini mengalami
fosforilasi dimana berperan sangat penting dalam reaksi redoks yang mana merupakan
bersifat koenzim pada tubuh. Koenzim ini berperan di dalam tubuh sebagai metabolisme
yang mana memecah senyawa seperti karbohidrat dan protein menjadi lebih sederhana.
Sehingga metabolisme ini nantinya akan menjadi energi. Pada peran selanjutnya, vitamin B2
ini berperan dalam respirasi, pertumbuhan, dan produksi pada sel-sel pada tubuh.Defisiensi
1) Defisiensi Riboflavin
Menurut Anggorodi (1979) Banyak jaringan tubuh yang menderita akibat defisiensi
riboflavin. Dari jarngan-jaringan tersebut yang paling parah mengaami defisiensi adalah
jaringan ephite dan sarung myelin dari beberapa batang urat syaraf utama. Perubahan-
perubahan dalam urat syaraf pangkal paha menimbulkan curled-toe paralysis pada anak ayam
yang sedang tumbuh. Pada kelumpuhan tersebut anak ayam mula-mula berjalan pada siku-
sikunya dengan jari-jarinya membelok kedalam. Kai-kakinya menjadi lumpuh akan tetapi
ayamnya sendiri kelihatan normal. Diare merupaka gejala lainnya pada ayam. Produksi telur
tidak dipengaruhi akan tetapi telur-telur yang mengalami difesiensi riboflavin tidak akan
menetas. Bila ayam diberi ransum yang defisien riboflavin maka nafsu makannya cukup baik,
akan tetapi pertumbuhannya lambat, badannya lemah, kemudian diare timbul anatara minggu
pertamadan minggu kedua. Anak ayam yang menderita difesien tidak banyak bergerak
kecuali dipaksa bergerak, ayam tersebut akan berjalan pada siku-sikunya dengan pertolongan
sayap-sayapnya.
Tanda khas difesiensi riboflavin adalah membesarnya srung urat syaraf pangkal paha dan
urat syaraf brachial. Urat syaraf pangkal paha tersebut dapat mencapai diameter 4 dampai 6
menebal, ruam kulit, dan getah radang pada punggung dan sisi-sisinya, lensa mata keruh dan
Pada anak sapi dan anak domba yang baru dilahirkan maka riboflavin merupakan zat
makanan yang esensial. Akan tetapi setelah rumen hewan-hewan tersebut berkembang, maka
sintesis bakteri didalam rumen cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Sintesis riboflavin
terjadi pula dalam sekum kuda akan tetapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metaboliknya.
vascularization), keriput disekitar mulut (cheilosis), kulit kasar, dan dermatitis. (Anggorodi,
1979).
2) Sumber Riboflavin
Anggorodi (1979) menytakan Sumber riboflavin termasuk susu dan hasil susu, telur,
daging, leguminosa, dan hijauan. Riboflavin disintesis oleh hijauan ragi, jamur, dan bakteri
autotrofik. Riboflavin tidak disintesis oleh hewan apapun, akan tetapi mikroorganisme yang
kebutuhan hewan. Hal ini terutama nyata pada hewan ruminansia, yang kebutuhan
seluruhnya disediakan oleh mikroflora rumen segerasetelah rumen dapat mulai fungsi.
Banyak mikroorganisme yang membuat riboflavin melebihi kebutuhan. Produksi riboflavin
oleh industry fermentasi dengan Clostridium aceotobulycium atau Eremothecium ashbyii dari
susu, molase, atau substrat lainnya yang dapat difermentasi merupakan sumber komersial
yang penting untuk vitamin tersebut, terutama untuk keperluan ternak. Vitamin tersebut
dibuat juga secara sintesis kimiawi dalam jumlah besar. Karena roboflavib diperlukan dalam
respirasi sel, kemungkinan vitamin tersebut terdapat dalam semua sel-sel tumbuhan dan
hewan. Akan tetapi terdapat juga beberapa bahan makanan hanya mengandung sedikit
vitamin tersebut. Pada tumbuh-tumbuhan tempat riboflavin dibuat tidak diketahui, meskipun
konsentrasinya terbesar terdapat didaunnya. Ragi merupakan sumber bahan makanan yang
paling baik (sampai 125μg/g). sumber lainnya yang baik adalah hati, susu, dan telur. Banyak
riboflavin akan hilang dari bahan makanan tertentu bila bahan makanan tersebut dibiarkan
karena cahaya.
C. Niasin
Niasin merupakan nama generik untuk asam nikotinat dan nikotinamida yang berfungsi
sebagaisumber vitamin tersebut dalam makanan. Niasin adalah salah satu senyawa organik
yang ditemukan pada tahun 1937, yang berfungsi untuk mencegah penyakit pelagra.
(Anggorodi, 1979).
1) Defisiensi Niasin
mental), diare kehilangan nafsu makan dan berat badan, muntah-muntah, anemia. Pada ayam
pertumbuhan bulu tidak sempurna, dan dermatitis. Pada kalkun dan itik meskipun gejalanya
sama, keadaanya lebih parah. Itik yang tidak mendapat ransum yang tidak ditambah ransum
asam nikotinat akan memperlihatkan kaki-kai bengkak dan akhirnya tidak dapat jalan.
(Anggorodi, 1979)
2) Sumber Niasin
Sumber dari Niasin diantaranya adalah susu, daging, dan hijauan, butiran 9 kecuali
jagung), dan bungkil kacang tanah merupakan sumber niasin yang baik.
Asam nikotinat tersebar luas pada butiran-butiran dan hasil ikutannya dan dalam
pelengkapprotein. Akan tetapi jumlah yang terdapat tidaklah begitu tinggi dan banyak dari
vitamin tersebut tidak dapat digunakan. Asam nikotinat adalah bentu yang terdapat dalam
merupakan bagian dari koenzim A, yang berperan dalam transfer gugus asetil. Hal ini terjadi
dalam asetilasi kolin hingga terbentuk asetilkolin, serta dalam asetilasi dari piruvat
dekarboksilat untuk membentuk asetilkolin A dalam siklus Krebs. Koenzim A juga berperan
pertumbuhan, rontoknya rambut, memutihnya rambut, serta "lesion" pada berbagai organ,
degenerasi testis, ulcus duodenum, abnormal fetus yang kesemuanya disebabkan oleh
oksidasi lemak dan karbohidrat yang tidak berjalan sempurna. (Wahyu Widodo, 2006).
a. Pertumbuhan terganggu, rambut memutih, degerasi testis, ulcus duodenum dan fetus
abnormal
b. Pada unggas gejala defisiensi yang utam adalah dermatitis ( terutama pada pelupuk
mata, anus, sudut mulut dan kaki ). Pertumbuhan bulu terganggu dan bentuknya
kasar
c. Pada babi diferensiasi asam pantothenic menimbulkan gejala jalannya tidak normal
(Anggorodi, 1979)
Sumber asam pantotenat adalah biji-bijian, yeast, hati, kuning telur, susu, kentang, dan
kubis. Asam pantothenic tersebar secara umum pada semua sel hidup. Vitamin tersebut stabil
pada bahan makanan yang disimpan lama. Kehilangan yang banyak sekali akan terdapat bila
mengalami pemanasan lama. (Anggorodi, 1979)
piridoksin, piridoksal dan piridoksamin. Perbedan dari ketiga zat tersebut adalah pada rantai
C nomor 4. Rantai basis dari zat-zat tersebut adalah piridin. Ketiganya sama aktif sebagai
pra zat koenzim piridoksal fosfat. Piridoksin berperan penting dalam metabolisme protein
dimana pyridoxial fosfat merupakan suatu konensium untuk berbagai reaksi kimia yang
berkaitan dengan metabolisme protein dan asam amino, seperti transaminasi dan
2006).
1) Difesiensi Asam Pantotenat
c. Anemia
Vitamin B6 terdapat pada sebagian besar bahan makanan sebagai protein complex dari
F. Biotin
Biotin adalah derivat imidazol yang banyak terdapat dalam bahan makanan alam.
Vitamin ini berwarna putih, stabil terhadap panas, mengandung sulfur dan asam valerat, larut
dalam air dan 95% etanol, mudah rusak oleh asam dan basa kuat dan mengalami dekomposisi
pada temperatur 230 - 232oC. Dalam metabolisme, biotin berperan sebagai fiksasi CO2 yang
selanjutnya ditransfer substrat yang lain. Karboksibiotin adalah biotin yang berikatan
dengan CO2 di mana gugus karboksil bertaut pada gugus N biotin. Pembentukan
1) Difesiensi Biotin
b. Pada ayam, biotin merupakan zat pencegah perosis, seperti halnya mangan, cholin dan
2) Sumber Biotin
Merupakan sumber utama dari biotin adalan hati, ragi, molasses, kacang tanah dan telur.
Sebagian besar hijauan yang berdaun banyak merupakan sumber yang baik. Jagung,
gfandum, butir – butiran lainnya, daging dan ikan relatif miskin akan biotin. Pada bahan
makanan alam biotin terdapat dalam bentuk ikatan maupun bentuk bebas. Yang dalam bentuk
G. Asam Folat
Asam folat adalah turunan vitamin B kompleks (B-9) yang berguna untuk mengurangi
risiko cacat bawaan pada janin (neural tube defects-NTD), spina bifida dan anenchepaly.
Menurut Wahyu Widodo (2006), Asam folat terdiri dari pteridin heterosiklik, asam
paraaminobenzoat (PABA) dan asam glutamat. Kristal asam folat berwarna kuning, sedikit
atau disebut aminopteri 4-NH2FH4 dan metohtrexate. Asam folat termasuk dalam golongan
zat yang disebut pterin. Asam folat terdiri atas tiga gugus yaitu pterin, p-aamino benzoic acid
a. Gangguan pertumbuhan.
Asam folat merupakan zat makanan esensial untuk monyet, ayam, kalkun, rubah, kelinci,
tikus, dan marmot. Pada tikus dan babi, suatu defisiensi belum dapat di timbulkan, kecuali
pada hewan – hewan tersebut diberi obat- obat sulfa. Hal ini memperlihatkan bahwa sintesis
di dalam alat pencernaan adalah cukup untuk memenuhi kebutuhan. Sintesis terjadi pula pada
rumen akan tetapi anak domba yang baru lahir membutuhkan asam folat. Pada ayam
pertumbuhan akan terganggu, pertumbuhan bulu tidak sempurna dan pada bulu yang
Asam folat tersebar luas di alam, terdapat pada hewan, tumbuh – tumbuhan dan micro-
organisma. Sumber asam folic di antaranya adalah hati, sayuran yang berwarna hujau tua dan
disambung dengan porfirin lewat gugus fosfat dan amino-propanol. Gugus cyanide dapat
diganti dengan gugus hidroksil (B12a) atau hidrokobalamin dan juga gugus nitrit (B12c) atau
merupakan bentuk yang paling stabil, tetapi larut dalam air, tahan panas, mudah rusak karena
Vitamin B12 berfungsi dalam sintesa protein dan dalam metabolisme asam nukleat serta
senyawa-senyawa yang mengandung satu atom C. Peranan tersebut dalam bentuk metil-
malonil CoA isomerase. Enzim ini berperan dalam mengubah metil-malonil CoA menjadi
suksinil CoA yang berfungsi dalam siklus Krebs. Peranan lainnya adalah sebagai enzim L-
homosistein metilating. Enzim ini berisi koenzim metil kobalamin yaang bersama-sama
folacin mengubah L-homosistein menjadi L-metionin. Donasi metil ini diberikan oleh 5-
metil THF dengan harus adanya vitamin B12. . (Wahyu Widodo, 2006)
a. Pertumbuhan lambat.
b. Anemia pernicosa (dari bahasa latin perciosus = fatal, dan anemia = menurunnya
jumlah crythrosit.
d. Mortalitas.
f. Vitalitas rendah.
Vitamin B12 turut dalam banyak fungsi penting dan berhubungan dengan banyak fungsi
zat – zat lainnya sepertinya asam folic, asam panthothenic, cholic, methionin, dan lain
lainnya. Vitamin tersebut merupakan co-faktor untuk methyl malonyl CoA isomerase
tetapi daya tetas dari telur – telur tersebut akan turun sekali. Anak ayam yang baru menetas
memperlihatkan kelainan pada kelainan pada tulang – tulangnya seperti halnya pada perosis.
Pada sapi dan domba vitamin B12 adalah esensial metabolic dan merupakan kebutuhan
dalam makanannya bagi anak hewan sebelum rumennya berkembang. Gejala – gejala
defisiensi adalah pertumbuhan berhenti dan nafsu makan berkurang. Bila rumennya sudah
berkembang maka vitamin B12 disintesis dalam rumen. Untuk sintesis tersebut dibutuhkan
cobalt, suatu bagian dari vitamin itu sendiri. Hewan ruminansia bila dalam ransumnya cukup
mendapat cobalt maka fecesnya akan mengandung vitamin B12 dalam jumlah besar. Pada
spesies lainnya terdapat pula sintesis vitamin B 12 dalam pencernaan. hal ini menjelaskan
mengapa para ahli tidak berhasil menimbulkan defisiensi vitamin B 12 pada babi dan tikus
Sumber utama dari vitamin B12 di alam adalah sintesis microbial. Belum ada bukti yang
menyakinkan bahwa vitamin B12 di buat dalam jaringan tumbuh – tumbuhan bertingkat tinggi
atau jaringan hewan. Vitamin B12 di buat oleh banyak bakteri dan actinomycetes akan tetapi
Vitamin B12 tersebar luas dalam bahan makanan berasal hewan seperti daging, susu, telur,
dan ikan. Adanya vitamin tersebut di dalam jaringan hewan disebabkan karena penyerapan
vitamin tersebut dari bahan makanan berasal hewan atau dari usus atau rumen. Sumber utama
untuk makanan hewan adalah hasil – hasil fermentasi khusus yang di normaliser menjamin
potensi vitamin B12 ginjal dan hati merupakan sumber – sumber utama. Alat – alat tubuh
hewan ruminansia mengandung lebih kaya vitamin B12 daripada alat – alat tubuh sebagian
I. Cholin
Sebenarnya zat cholin tidak dapat digolongkan vitamin karena dapat dibuat dalam tubuh
dari methionin dan merupakan bagian dari lemak dan jaringan urat syaraf. Terdapat dalam
bahan makanan yang mengandung lemak. Sebagai bagian dari phospholida, cholin, adalah
esensial dalam pembentukkan dan pemeliharaan dari struktur sel. Cholin mencegah
penimbunan lemak dalam hati. Disebut “faktor lipotropik”, yang artinya bahwa zat tersebut
Cholin erat hubungannya dengan asam amino methionin dan dapat menghasilkan gugusan
methyil (CH3) untuk kemudian bergabung dengan homocystein untuk membentuk methionin.
Cholin juga erat hubungannya dengan biotin dan asam folic karena defisiensi dari salah satu
dari ketiga zat tersebut dapat menimbulkan perosis pada anak ayam. (Anggorodi, 1979)
1) Difisiensi Cholin
Selain pertumbuhan yang terganggu maka gejala penting pada defisiensi cholin adalah
perosis pada anak ayam dan anak kalkun. Meskipun defisiensi cholin cepat timbul pada anak
ayam yang mendapat ransum berkadar cholin rendah, suatu defisiensi pada ayam petelur sulit
didapat. Dalam pembuatan telur dibutuhkan sejumlah besar cholin. Namun ayam yang
mendapat ransum tanpa cholin berumur 8 minggu sanggup untuk membuat semua jumlah
Defisiensi cholin pada umumnya lebih sulit diperoleh pada spesies lainnya daripada
kalkun. Tikus tidak membutuhkan sumber cholin dalam ransumnya bila cukup methionin
diberikan untuk menjamin ikatan methyl yang dibutuhkan untuk sintesis cholin. Sama halnya,
babi muda tidak memerlukan sumber cholin, bila kadar mehionin dari ransum cukup tinggi.
(Anggorodi, 1979)
2) Sumber Cholin
Bahan makanan yang kaya akan cholin di antaranya adalah hati dan tepung kelenjar,
hampir semua jaringan hewan dan terdapat terutama dalam konsentrasi tinggi di banyak
jaringan alat tubuh ( jantung, ginjal, limpa, thyroid, dan testis ). Zat tersebut tidak merupakan
suatu kebutuhan dalam makanan bagi manusia dan dalam ransum sebagian besar hewan
Inositol terdapat dalam hasil tumbuh-tumbuhan sebagai zat phosphor organik phytin.
Sedangkan dalam tubuh hewan merupakan bagian bagian cephalin – cephalin tertentu. Zat
tersebut dapat mencegah dan mengobati alopecia pada tikus. Mempunyai daya kerja
lipotropik dalam beberapa ransum tikus di mana vitamin – vitamin lainnya tidak
mempunyainya. Terdapat luas dalam bahan makanan sehingga kadar dalam ransum adalah
1) Difesiensi Inositol
Pertumbuhan terganggu dan alopesia pada tikus. Gejala alopecia adalah sama dengan
gejala alopecia yang ditimbulkan oleh defisiensi vitamin B6 atau pantothenic. (Anggorodi,
1979)
2) Sumber Inositol
Makanan sumber vitamin B8 atau inositol antara lain: daging sapi, sereal, beras, jeruk,
menetralisir pengaruh bacteriostatic dari sulfoamida. Pada waktu ini diketahui bahwa asam
paraaminobenzoic mempertinggi potensi faali dari isulin dan penicillin dan dapat menghalang
– halangi produksi hormone thyroid. Mengenai kebutuhannya dalam makanan belum ada
Asam paraaminobenzoic mula – mula diketemukan sebagai zat yang esensial bagi
berdasarkan pengaruh pertumbuhannya terhadap anak ayam dan pengaruh laktasi pada tikus.
Merupakan gugusan esensial dalam asam folic. Jadi dalam ransum yang tidak ada asam
folicnya maka asam paraaminobenzoic dapat menyediakan bakteri usus dengan suatu zat
esensial untuk sintesis asam folic. Karena sifat esensialnya untuk pertumbuhan
mikroorganisme tertentu, maka vitamin tersebut dapat mempertinggi sintesis faktor – faktor
B lainnya di dalam usus. Sehubungan hal ini mak suatu hal yang menarik ialah bahwa asam
sulfonamida.
2.2 Vitamin C
Vitamin C mempunyai dua bentuk, yaitu bentuk oksidasi (bentuk dehydro) dan bentuk
reduksi. Kedua bentuk ini mempunyai aktivitas biologi. Dalam makanan bentuk reduksi
yang terbanyak. Bentuk dehydro dapat terus teroksidasi menjadi diketogulonic acid yang
inaktif. Keadaan vitamin C inaktif ini sering terjadi pada proses pemanasan. Dalam suasana
asam vitamin ini lebih stabil daripada dalam basa yang menjadi inaktif. Formula vitamin C
Vitamin C bukanlah merupakan bagian dari salah satu koenzim yang dikenal.
Sebaliknya asam askorbat berperan dalam sintesa kolagen, yang merupakan protein struktural
dari jaringan ikat. Struktur asam askorbat mirip dengan struktur monosakarida tetapi
mengandung gugus enediol dari mana pembuangan hidrogen terjadi untuk menghasilkan
udara, tetapi kedua bentuk secara fisiologis aktif dan ditemukan dalam cairan tubuh (Wahyu
Widodo, 2006).
berperan dalam elektron transport adalah ascorbic acid oksidase, cytochrome oxidase, flavin
transhydrogenase. Ada yang menyebutkan bahwa pada jaringan hewan tidak terjadi proses
oksidasi dengan vitamin C sebagai kaatalis respiratori, karena pada hewan tidak ada enzim
dehydro ascorbate reductase dan ascorbate oxidase. Vitamin C juga berperan dalam
metabolisme tirosin yaitu berperan dalam enzim -hydroxy phenyl pyruvic acid oxidase
Widodo, 2006)
Vitamin C yang ada di pasaran sering disebut sebagai asam ascorbat, L-ascorbat acid,
Hexuronic acid, Anti scorbutic vitamin, Cevitamic acid (Scott et al., 1976), juga sering
Menurut Morrison (1961) dan Mc Donald et al. (1972), vitamin C ini berbentuk kristal,
tidak berwarna (bening), larut dalam air, mengandung asam dan mem-punyai daya reduksi
yang besar, stabil pada larutan asam, larut dengan segera dalam larutan alkali dan mudah
rusak apabila kena cahaya (panas), serta tahan terhadap pembekuan. Vitamin C ini mudah
Asam ascorbat ini dapat disintesis pada tubuh ternak, pada ayam memungkinkan
sintesis vitamin C ini karena mempunyai ketiga enzim yang diperlukan yaitu enzim NADPH,
ginjal ayam. Dalam keadaan tercekam (stress) ayam tidak dapat men-sintesis asam ascorbat
1) Difesiensi Vitamin C
Scurvy hanya terjadi pada manusia, monyet dan marmot. Mamalia lainnya rupanay
2) Sumber Vitamin C
Harper et al. (1984) menyatakan bahwa, sumber vitamin C yang baik adalah buah sitrun,
arbei, semangka, tomat, cabai hijau, kol merah dan sayur-sayuran yang berdaun hijau,
khususnya selada hijau, juga kentang segar yang tiap gramnya mengandung sedikit vitamin
C, tapi bila konsumsi dalam jumlah banyak akan merupakan sumber yang cukup baik. Pada
waktu memotong dan mencuci sayuran, banyak vitamin C yang hilang, karena sifat vitamin
ini yang larut dalam air. Selain sumber tersebut di atas, rumput-rumputan hijau juga
merupakan sumber vitamin C (Morrison, 1961). Susu juga merupakan sumber vitamin C,
tapi sering hilang pada waktu proses pasteurisasi (Maynard dan Loosli, 1951).
Sumber vitamin C termasuk jeruk limau, jeruk manis, anggur, dan tomat. Sayuran dan
buah – buahan mengandung pula sejumlah vitamin C. biji masak dan hasil ikutannya
demikian pula rumput kering dan hijauan lainnya yang dikeringkan tidak mempunyai vitamin
C. vitamin tersebut dibentuk pada waktu biji tumbuh oleh karenanya biji yang sedang
dalam tubuh karena vitamin tersebut dihancurkan atau sebagian besar dihancurkan oleh
Menurut Anggorodi (1979) vitamin larut dalm air memiliki fungsi sebagai berikut :
Nama Fungsi
perangsangan
normal protein
VITAMIN A Vitamin A ditemukan pada tahun 1913 oleh Mc. Collum dan Davis. Vitamin A
adalah vitamin antioksidan yang larut dalam minyak dan penting bagi penglihatan dan
pertumbuhan tulang. Secara luas vitamin A merupakan nama generic yang menyatakan
semua retinoid dan precursor/ provitamin A/ karotenid yang mempunyai aktivitas biologic
sebagai retinol. Retinol diserap dalam bentuk prekursor. Vitamin A mempunyai esensial yang
berfungsi untuk pemeliharaan dan kelangsungan hidup. 2.2 VITAMIN D Vitamin D adalah
nama generik dari dua molekul, yaitu ergokalsiderol (Vitamin D2) dan Kolekalsiferol
(Vitamin D3). Prekursor vitamin D hadir dalam fraksi sterol dalam jaringan hewan
sedangkan vitamin E sintetik yang dijual secara komersial biasanya berwarna kuning muda
hingga kecoklatan. Vitamin E larut dalam lemak dan dalam sebagian besar pelarut organik,
teptai tidak larut dalam air. Adapun rumus kimia dari vitamin E (tokoferol=antisterilitas)
adalah C29H50O2. 2.4 VITAMIN K Vitamin K adalah vitamin yang cukup tahan terhadap
panas, vitmain ini juga tidak mudah rusak oleh cara memasak bisa, termasuk cara memasak
menggunakan air. Vitmain K tidak tahan terhadap alkali dan cahaya. Adapun rumus kimia
1. Vitamin A
2. Vitamin D
3. Vitamin E
keturunan.
e. Mencegah keguguran.
f. Meningkatkan reproduksi air susu.
4. Vitamin K
acid.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Vitamin larut dalam air terdiri dari vitamin B kompleks yaitu tiamin, riboflavin, asam
pantotenat, asam nikotinat, peridoksin, biotin, asam folat, vitamin B12, kolin, inositol,
2. Fungsi vitamin larut dalam air, tiamin sebagai pemindahan energy. Riboflavin sebagai
pemindahan energy. Asam pentatonat berperan dalam reaksi metabolic. Asam nikotinat
pemindahan energy. Pridoksin untuk metabolism normal prtein. Biotin berfungsi dalam
susunan enzim. Asam folat sistesis purin, vitamin B12 sintesis gugus metil, purin,
lemak. Kolin untuk penyaluran gerakan urat syaraf. Inositol berfungsi lipotropic pada
3. Seperti halnya pada hewan, makanan yang dimakan manusia disamping menghasilkan
mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Makanan sebagai
sumber energi tubuh, lemaklah yang menghasilkan energi besar, karena 1 gram lemak
Achmadi, J. 1988. Vitamin C dalam ransum peranannya mengatasi stress pada Ayam.
Dalam Majalah Ayam dan Telur, No. 30, Tahun XIX, 34-35.
Ewing, R. W. 1963. Poultry nutrition. 5th. Ed. The Ray Ewing Company Publisher:
Pasadena, California.
Mc. Donald, P., R. A. Erwards and J. F. D. Geenhalg. 1972. Animal nutrition. 2nd Ed.
Longman: London.
Moriison, F. B. 1961. Feeds and feeding. 9th Ed. The Morrison Publishing Company:
Clinton, Iowa.
Scott, M. L., M. C. Nesheim and R. J. Young. 1976. Vitamins and hormones. Scott &
Shul’ga, V. N. 1980. Stress action of ascorbic acid in hen. Veterinariya No. 1: Moscow.
Widodo, Wahyu. 2006. Pengantar Ilmu Nutrisi Ternak. Fakultas Peternakan Universitas
http://healthmatter.wordpress.com/2009/10/11/vitamins/
http://www.health-fitness.com.au/vitamin-e/
http://architectureideas.info/2008/10/vastu-shastra-factors-the-sun-and-its-effects/
http://dannyprijadi.wordpress.com/2009/01/03/mengatasi-batuk-dengan-cara-alami/
Aryulina, Diah dkk, Biologi SMA kelas XI. Esis. Jakarta, 2004.
Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta: 2004