Anda di halaman 1dari 11

ARTIKEL PRAKTIKUM

PERKEMBANGAN HEWAN

Menganalisis Fertilisasi Mencit Betina

Analyzing Fertilization of Female Mice

Ainun Mardhiyah1*
1
Biologi Sains B, Kelompok I (Satu) , Biologi Sains, Universitas Negeri Makassar, Indonesia.

Abstrak

Mata kuliah Perkembangan Hewan merupakan mata kuliah yang mempelajari tentang pertumbuhan dan perkembangan
pada hewan, Secara umum pertumbuhan dan perkembangan pada hewan tidak beda jauh dengan pertumbuhan dan
perkembangan manusia. Adapun hewan yang akan diamati perkembangan atau perubahanya pada praktikum ini adalah
Mencit betina, Adapun hal yang perlu dilakukan dan dikuasai yakni mengetahui cara analisis fertilisasi mencit betina yang
meliputi cara pemeriksaan korpus luteum dan pemeriksaan kehamilan yang baik dan benar. Tujuan dari praktikum ini
adalah para Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui cara menganalisis fertilisasi pada mencit betina. Adapun metode yang
dilakukan adalah menyiapakan alat dan bahan yang akan digunakan selama praktikum dan melakukan tata kerja atau
prosedur kerja yang baik dan benar. Adapun hasil dari teknik ini adalah praktikan mengetahui teknik pemeriksaan korpus
luteum dan pemeriksaan kehamilan. Hal yang pertama dilakukan dengan menyiapkan alat dan bahan kemudian mengikuti
cara kerja yang tepat, sehingga pada praktikum ini praktikan dapat melakukan praktikum dengan benar karena mengikuti
cara kerja yang benar.

Kata kunci: Fertilization; Corpus Luteum; Mice.

Abstract
The Animal Development course is a course that studies growth and development in animals. In general, growth and
development in animals is not much different from human growth and development. The animals whose development or
changes will be observed in this practicum are female mice. The things that need to be done and mastered are knowing how
to analyze the fertilization of female mice, which includes how to examine the corpus luteum and pregnancy checks properly
and correctly. The aim of this practicum is that students are expected to know how to analyze fertilization in female mice.
The method used is preparing the tools and materials that will be used during the practicum and carrying out good and
correct work procedures or procedures. The results of this technique are that the practitioner knows the techniques for
examining the corpus luteum and pregnancy examination. The first thing to do is prepare the tools and materials and then
follow the correct way of working, so that in this practicum the practitioner can do the practicum correctly because he
follows the correct way of working.

Key words: Fertilization; Corpus Luteum; Mice.

PENDAHULUAN
Perkembangan Hewan adalah mata kuliah yang mengajarkan tentang pertumbuhan dan
perkembangan pada hewan. Semua makhluk hidup pasti mengalami masa pertumbuhan dan
perkembangan. Pertumbuhan pada hewan ditandai dari bertambahnya ukuran, seperti tinggi,
berat, panjang serta bentuk tubuh yang sifatnya tetap dan irreversible (kondisi tetap dan tidak
dapat balik ke kondisi semula). Secara umum, pertumbuhan dan perkembangan pada hewan
tidak beda jauh dengan pertumbuhan dan perkembangan manusia. Pertumbuhan dan
perkembangan pada hewan terjadi pada seluruh bagian tubuhnya, yang diawali dari proses
fertilisasi, yaitu proses terjadinya pembuahan sel telur dengan sel sperma pada proses atau
siklus reproduksi (Handayani dkk, 2023).
Adapun pada praktikum ini hewan yang dijadikan hewan uji untuk dianalisis
fertilisasinya adalah Mencit, Mencit, mempunyai ukuran dan berat badan yang lebih kecil
daripada tikus, Mencit ini merupakan omnivora alami, sehat, kuat, prolific (mampu beranak
banyak), kecil, dan jinak. Selain itu, binatang ini mudah didapat dengan harga relatif murah
dengan biaya ransum yang rendah. Mencit tidak terlalu agresif, tetapi kadang-kadang bisa
menggigit bila seseorang mencoba meraihnya atau menahannya. Mencit sering menunjukkan
perilaku menggali dan bersarang. Tingkah laku tersebut membantu mencit mempertahankan
suhu tubuhnya (Rejeki dkk, 2018).
Perkawinan pada hewan terdiri atas perkawinan tertutup (Inbreeding) dan perkawinan
luar (Outbreeding). Perkawinan tertutup (Inbreeding) adalah sistem perkawinan antara induk
jantan dan betina yang memiliki hubungan kekerabatan sangat dekat. Populasi yang dihasilkan
dari sistem perkawinan ini memiliki tingkat homozigositas yang tinggi. Inbreeding adalah
perkawinan dengan cara mengawinkan hewan sejenis yang masih ada hubungan darah dengan
tujuan memurnikan suatu jenis ternak, dan sifat unggul yang dimilikinya bias dipertahankan.
Kelemahan Inbreeding adalah jika hubungan darahnya terlalu dekat, misalnya mengawinkan
ternak betina dan jantan dari induk yang sama (closebreeding), akibatnya adalah daya tetas
telur yang dihasilkan rendah atau keturunan yang dihasilkan buruk atau bahkan cacat.
Perkawinan Inbreeding dapat menyebabkan terjadinya tekanan silang dalam yang berpengaruh
buruk terhadap individu yang dihasilkan, menyebabkan penurunan kualitas reproduksi dan
menyebabkan suatu individu menjadi sensitif terhadap patogen. Hal ini hampir sama pada
penelitian ini, dimana sistem Inbreeding mengalami pertumbuhan yang kurang sehat yaitu ada
salah satu mencit (Mus musculus) yang mengalami kecacatan (Hasanah dkk, 2015).
Siklus reproduksi adalah siklus seksual yang terdapat pada individu betina dewasa
seksual dan tidak hamil yang meliputi perubahan-perubahan siklik pada organ-organ
reproduksi tertentu misalnya ovarium, uterus, dan vagina di bawah pengendalian hormon
reproduksi. Siklus reproduksi mencit dibagi menjadi 4 fase yaitu Diestrus, yang disebut fase
istirahat karena mencit betina sama sekali tidak menunjukkan ketertarikan pada mencit jantan.
Apusan vagina terlihat dominansi sel epitel berinti dan sel leukosit. Proestrus, merupakan fase
persiapan yang ditandai dengan pemacuan pertumbuhan folikel oleh Folicle Stimulating
Hormone yang menyebabkan folikel tumbuh dengan cepat menjadi folikel de Graaf. Pada fase
ini hormon estrogen kadarnya meningkat, peningkatan jumlah estrogen menyebabkan
pemasokan darah ke sistem reproduksi untuk meningkatkan pembengkakkan sistem dalam.
Kelenjar cervix dan vagina dirangsang untuk meningkatkan aktifitas sekretori membangun
muatan vagina yang tebal. Estrus, yaitu pada fase ini hipotalamus terstimulasi untuk
melepaskan Gonadotropin releasing hormone (Zayani dkk, 2022).
Siklus estrus mengacu pada siklus reproduksi pada hewan pengerat. Hal ini mirip
dengan siklus reproduksi manusia biasa disebut siklus menstruasi (siklus ovarium dan uterus).
Siklus estrus mempunyai empat fase yaitu proestrus, estrus, metestrus dan diestrus dan
berlangsung selama 4 hingga 5 hari. Siklus estrus merupakan siklus reproduksi yang terjadi
pada hewan betina yang tidak hamil. Siklus estrus dipengaruhi oleh hormon estrogen, sehingga
sel epitel vagina mengalami perubahan struktur. Penghitungan satu siklus dimulai dari estrus
sampai ke estrus berikutnya. terdiri dari 4 fase yatu proestrus, estrus, metestrus dan diestrus.
Masa reproduksi dan siklus estrus tikus dimulai sekitar hari ke 26 setelahnya lahir dengan
terbukanya vagina yaitu sekitar 10 hari sebelum kornifikasi vagina. Pembukaan vagina yang
dimediasi apoptosis merupakan karakter sekunder ping pada tikus, yang digunakan sebagai
prediktor pubertas. Pembukaan vagina dikaitkan dengan peningkatan dalam konsentrasi
estradiol. Pada tikus, lubang vagina terjadi pada ovulasi pertama (Ajayi & Akhigbe, 2020).
Siklus estrus pada tikus dan mencit rata- rata berlangsung selama 4-5 hari dan
merupakan proses yang berulang namun dinamis dimana tipe sel yang berbeda muncul dan
surut dalam gelombang sepanjang siklus, yang mencerminkan perubahan kadar estradiol dan
progesteron yang disekresi oleh folikel ovarium. Fase estrus merupakan yang terpenting karena
pada fase ini mencit mau menerima pejantan untuk kopulasi. Tanda-tanda estrus dapat terlihat
pada tingkah laku mencit betina yang agresif, nafsu makan berkurang, menghampiri pejantan
dan mencit betina tidak akan lari bila pejantan menungganginya. Siklus estrus sendiri
dikendalikan oleh Lutheinizing Hormone (LH), Folicle Stimulating Hormone (FSH), estrogen
dan progesteron (Cora et al., 2015).
Pasca fertilisasi, keberhasilannya ditandai dengan adanya kehamilan. Selama periode
kehamilan terjadi serangkaian proses perkembangan embrio. Proses perkembangan embrio
diawali proses pembelahan, diferensiasi, perpindahan dan organogenesis. Perkembangan
embrio dimulai pada saat sel telur yang telah dibuahi di dalam tuba falopii. Sebagai hasil
pembelahan mitosis yang berulang, membentuk sebuah bola sel berongga disebut blastosis,
Blastosis terimplantasi di endometrium. Apabila implantasi berhasil, maka kebuntingan akan
terjadi. Lingkungan uterus selama fase embrio peka terhadap pengaruh hormon dari ovari,
terutama progesteron dan waktu masuknya embrio ke dalam uterus karena sangat berpengaruh
terhadap daya hidup embrio. Perkembangan blastosis dilanjutkan pembelahan sel yang cepat
dan beberapa migrasi sel dari satu tempat ke tempat lain di dalam embrio (Huda, 2017).
Terbentuknya korpus luteum yaitu setelah terjadinya ovulasi, rongga folikel terisi oleh
darah dan cairan limfe akibat terjadinya pendarahan dalam folikel, sehingga membentuk
struktur yang disebut korpus haemorragikum. Dengan adanya perdarahan, hewan betina tidak
lagi birahi dan memasuki fase luteal. Fase luteal darah yang ada akan membeku dalam rongga
folikel diresorbsi dan proses luteinasai dimulai sehingga terbentuklah korpus luteum oleh sel-
sel granulose dan sel-sel teka. Bila terjadi kebuntingan, korpus luteum akan dipertahankan dan
dikenal dengan nama korpus luteum graviditatum, namun jika tidak terjadi kebuntingan maka
korpus luteum akan mengalami regresi (Azizah, 2010).
Fetus dapat mengalami perkembangan yang abnormal karena adanya agensia
teratogenik seperti sinar radiasi, kemikalia, infeksi virus, zat radioaktif, atau karena
faktorfaktor lain berupa ketidakseimbangan nutrisi, ketidakseimbangan hormon, kegagalan
plasenta, trauma fisik dan berbagai kondisi stress. Adanya gangguan tersebut akan diwujudkan
dalam bentuk kematian sel, kegagalan interaksi, gangguan morfogenesis, berkurangnya
biosintesis, gangguan jaringan, dan perubahan jadwal diferensiasi (Huda, 2017).
Isolasi Fetus dilakukan dengan cara pada saat kebuntingan mencit hari ke-18, dilakukan
pembedahan pada mencit betina. Mencit betina dianestesi menggunakan ketamine dan xylazine
lalu dilakukan pembedahan secara laparatomi untuk diamati fetusnya. Uterus diangkat
kemudian diletakan pada cawan petri dan diberi larutan NaCl fisiologis lalu dikeluarkan
fetusnya. Pengamatan morfometri fetus berupa jumlah fetus yang mati dan hidup serta berat
badan fetus dan panjang fetus (Setiawan et al., 2022).
METODE
Praktikum analisis fertilisasi mencit menggunakan alat yang terdiri atas kendang mencit,
kartu identitas mencit, penggaris, alat bedah, papan bedah, kertas bekas, jarum pentul, sonde,
dan cawan petri. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu mencit hamil berusia 18 hari, pakan
mencit, sekam padi, NaCl fisiologis, dan tissue. Adapun Langkah kerja dalam praktikum ini
yaitu pemeriksaan korpus luteum dapat dilakukan pada mencit betina yang berada pada fase
metestrus atau pada mencit yang hamil. Mencit-mencit yang berhasil kawin dan hamil
dipelihara hingga mencapai umur kehamilan hari ke 18, kemudian mencit dimatikan dengan
cara dislokasi leher. Bila mencit yang berhasil kawin, namun pertambahan berat badan hingga
umur kehamilan hari ke 10 kurang dari 3 gram (Biasanya akibat dari sebuah perlakukan
tertentu), maka mencit tersebut sebaiknya dimatikan, dan dibedah. Baringkan mencit di atas
papan bedah dalam posisi berbaring dengan abdomen menghadap ke atas. Klem keempat kaki
mencit dengan menggunakan jarum pentul, selanjutnya lakukan pembedahan.
Selanjutnya amati kedua ovarium mencit. Angkat ovarium, selanjutnya tempatkan
ovarium di dalam cawan petri ya berisi NaCl fisiologis. Pastikan ovarium kiri dan kanan tidan
bertukar. Gunakan sonde dan pinset tajam untuk melepaskan bursa lemak yang membungkus
ovarium secara hati-hati. Lakukan sambil mengamati denga menggunakan mikroskop
binokuler dissection. Gunakan mikroskop binokuler dissection untuk menghitung jumlah
korpus luteum pada ovarium yang Anda amati. Lakukan prosedur yang sama untuk menghitung
jumlah korpus luteum pada ovarium yang kedua. Kemudian di catat hasil pengamatan.
Ikuti prosedur pemeriksaan korpus luteum hingga tahapan "e". Perhatikan gambar
berikut ini. Perhatikan keadaan uterus yang berisi fetus hidup. Kedua uterus dilepaskan dengan
hati-hari dan ditempatkan di atas papan bedah. Klem uterus dengan menggunakan jarum pentul
agar posisi uterus terpegang rapat oleh jarum pentul. Gunakan kapas bersih untuk melepaskan
noda darah yang menempel pada uterus secara hati-hati. Uterus kemudian dibuka dengan cara
menggunting tanduk uterus pada tempat yang berlawanan dengan tempat implantasi, hingga
bagian dalam uterus terdedah. Lakukan secara hati-hati agar kantung amnion, plasenta dan tali
pusat tidak mengalami kerusakan. Aturlah posisi fetus seperti ditunjukkan pada gambar. FM =
Fetus mati; FH = Fetus hidup; ER = Embrio resorbsi.
Jumlah implantasi didapatkan dengan cara menghitung semua tempat implantasi baik
yang mengandung fetus hidup, fetus mati, maupun embrio resorbsi yang terdapat disepanjang
kedua tanduk uterus. Gumpalan darah berwarna hitam dengan sisa jaringan embrio yang
termaserasi atau tanpa adanya jaringan embrio dinyatakan sebagai embrio yang diresorbsi,
Konseptus yang sudah dapat dibedakan atas kepala, badan, kaki maupun ekor dan tidak
memberikan reaksi bila diberi sentuhan dinyatakan sebagai fetus mati. Untuk mengetahui
adanya embrio yang diresorbsi lebih awal dilakukan denga cara merendam uterus di dalam
larutan amonium sulfida 0,5 % selama beberapa menit. Adanya bintik-bintik berwarna hitam
di sepanjang kedua tanduk uterus merupakan indikator adanya implantasi. Hitunglah jumlah
fetus hidup, fetus mati, dan embrio resorbsi pada uterus kin dan kanan. Kemudian catat hasil
pengamatan.
HASIL
Tabel 1. Hasil Kegiatan Praktikum Analisis Fertilitas Mencit Betina
Parameter Dokumentasi Keterangan
Persiapan 1. Menyiapkan alat dan bahan
praktikum dengan baik dan benar

2. Menyiapkan mencit dengan baik dan


benar

3. Mematikan mencit dengan cara


dislokasi leher

Pengamatan 1. Membedah mencit dengan benar


Korpus
Luteum

2. Menunjukkan korpus luteum dengan


benar
3. Mengangkat korpus luteum dengan
benar

4. Memasukkan korpus luteum di dalam


cawan petri yang mengandung NaCl
fisiologis

5. Melepaskan bursa lemak yang


menutupi korpus luteum dengan benar

6. Mengamati dan menghitung korpus


luteum dengan benar

Pengamatan 1. Mengangkat uterus dengan benar


Kehamilan

2. Membersihkan uterus dengan benar


3. Meletakkan uterus di atas papan bedah
dengan benar

4. Membedah uterus dengan benar

5. Mengamati kantong amnion dengan


benar

6. Memecah kantong amnion dengan


benar

7. Mengatur posisi fetus di atas papan


bedah dengan benar

8. Mengamati plasenta dengan benar


9. Mengamati tali pusat dengan benar

10. Menghitung jumlah implantasi


dengan benar

11. Menghitung jumlah fetus hidup


dengan benar

12. Menghitung jumlah fetus mati dengan


benar

13. Menghitung jumlah embrio yang di


resorbsi dengan benar

ANALISIS DATA
Tabel 2. Hasil Pengamatan Jumlah Fetus
Parameter Uterus Kanan Uterus Kiri
Jumlah Korpus Luteum 5 6
Jumlah Implantasi 5 5
Jumlah Fetus Hidup 4 5
Jumlah Fetus Mati 1 0
Jumlah Embrio Resorbsi 1 1
Berdasarkan data tersebut, di dapatkan hasil-hasil perhitungan parameter tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Persen Implantasi (PI)
Jumlah Implantasi
PI = Jumlah Korpus Luteum
× 100%

10
PI = 11
× 100% = 90%

2. Persen Kehilangan Gestasi (PKG)


Jumlah Korpus Luteum−Jumlah Implantasi
PKG = Jumlah Korpus Luteum
× 100%
10−11
PKG = × 100% = 9%
11

3. Persen Fetus Hidup (PFH)


Jumlah Fetus Hidup
PFH = Jumlah Implantasi
× 100%
9
PFH = 10
× 100% = 90%

4. Persen Fetus Mati (PFM)


Jumlah Fetus Mati
PFM = × 100%
Jumlah Implantasi
1
PFM = 10
× 100% = 10%

5. Persen Embrio Resorbsi (PER)


Jumlah Embrio Resorbsi
PER = Jumlah Implantasi
× 100%
2
PER = 10
× 100% = 20%

6. Persen Kematian Pascaimplantasi (PKP)


Jumlah Implantasi−Jumlah Fetus Hidup
PKP = × 100%
Jumlah Implantasi
10−9
PKP = 10
× 100% = 10%

PEMBAHASAN
Praktikum ini hewan yang dijadikan hewan uji untuk dianalisis fertilisasinya adalah
Mencit, mempunyai ukuran dan berat badan yang lebih kecil daripada tikus, Mencit ini
merupakan omnivora alami, sehat, kuat, prolific (mampu beranak banyak), kecil, dan jinak.
Selain itu, binatang ini mudah didapat dengan harga relatif murah dengan biaya ransum yang
rendah. Adapun langkah pertama yakni melakukan perkawinan pada mencit, dimana
perkawinan pada hewan terdiri atas perkawinan tertutup (Inbreeding) dan perkawinan luar
(Outbreeding). Perkawinan tertutup (Inbreeding) adalah sistem perkawinan antara induk jantan
dan betina yang memiliki hubungan kekerabatan sangat dekat dan Inbreeding adalah
perkawinan dengan cara mengawinkan hewan sejenis yang masih ada hubungan darah dengan
tujuan memurnikan suatu jenis ternak, dan sifat unggul yang dimilikinya bias dipertahankan.
Siklus reproduksi adalah siklus seksual yang terdapat pada individu betina dewasa
seksual dan tidak hamil yang meliputi perubahan-perubahan siklik pada organ-organ
reproduksi tertentu misalnya ovarium, uterus, dan vagina di bawah pengendalian hormon
reproduksi, Siklus estrus mengacu pada siklus reproduksi pada hewan pengerat. Hal ini mirip
dengan siklus reproduksi manusia biasa disebut siklus menstruasi (siklus ovarium dan uterus).
Siklus estrus mempunyai empat fase yaitu proestrus, estrus, metestrus dan diestrus dan
berlangsung selama 4 hingga 5 hari. Pasca fertilisasi, keberhasilannya ditandai dengan adanya
kehamilan. Selama periode kehamilan terjadi serangkaian proses perkembangan embrio.
Proses perkembangan embrio diawali proses pembelahan, diferensiasi, perpindahan dan
organogenesis. Perkembangan embrio dimulai pada saat sel telur yang telah dibuahi di dalam
tuba falopii.
Terbentuknya korpus luteum yaitu setelah terjadinya ovulasi, rongga folikel terisi oleh
darah dan cairan limfe akibat terjadinya pendarahan dalam folikel, sehingga membentuk
struktur yang disebut korpus haemorragikum. Dengan adanya perdarahan, hewan betina tidak
lagi birahi dan memasuki fase luteal. Fase luteal darah yang ada akan membeku dalam rongga
folikel diresorbsi dan proses luteinasai dimulai sehingga terbentuklah korpus luteum oleh sel-
sel granulose dan sel-sel teka. Setelah terbentuknya korpus luteum maka dilakukan isolasi
fetus, Isolasi Fetus dilakukan dengan cara pada saat kebuntingan mencit hari ke-18, dilakukan
pembedahan pada mencit betina. Mencit betina dianestesi menggunakan ketamine dan xylazine
lalu dilakukan pembedahan secara laparatomi untuk diamati fetusnya. Uterus diangkat
kemudian diletakan pada cawan petri dan diberi larutan NaCl fisiologis lalu dikeluarkan
fetusnya. Pengamatan morfometri fetus berupa jumlah fetus yang mati dan hidup serta berat
badan fetus dan panjang fetus.

SIMPULAN
Praktikum cara menganalisis fertilisasi mencit betina sangat dibutuhkan dan
mempelajari praktikum perkembangan hewan hal ini dikarenakan kita sebagai mahasiswa
biologi perlu mengetahui cara analisis fertilisasi mencit betina yang meliputi cara pemeriksaan
korpus luteum dan pemeriksaan kehamilan yang baik dan benar, dimana pada saat kegiatan
praktikum diharapkan para praktikan dapat mengetahui segala rangkaian proses analisis
fertilisasi mencit betina yang meliputi cara pemeriksaan korpus luteum dan pemeriksaan
kehamilan, adapun hasil dari praktikum ini adalah semua praktikan dapat melakukan kegiatan
praktikum dengan baik dan benar dengan didampingi oleh instruktur.

SARAN
Saran pada praktikum kali ini adalah diharapkan pada saat kegiatan praktikum para
asisten atau instruktur lebih memperhatikan praktikan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan, dan diharapkan kelengkapan alat dan bahan agar tidak menghambat kegiatan yang
berlangsung selama praktikum.
REFERENSI

Ajayi, A. F., & Akhigbe, R. E. (2020). Staging of the estrous cycle and induction of estrus in
experimental rodents: An update. Fertility Research and Practice, 6(1), 5.
https://doi.org/10.1186/s40738-020-00074-3

Alauddin, J. S., & Gowa, K. (2015). USWATUL HASANAH1, RUSNY2, MASHURI MASRI.

Azizah, E. N. (2010). JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2010.

Cora, M. C., Kooistra, L., & Travlos, G. (2015). Vaginal Cytology of the Laboratory Rat and
Mouse: Review and Criteria for the Staging of the Estrous Cycle Using Stained Vaginal
Smears. Toxicologic Pathology, 43(6), 776–793.
https://doi.org/10.1177/0192623315570339

Handayani et al. 2023. Struktur dan Perkembangan Hewan, Bandung : Widhina Bhakti Persada
Bandung

Huda, N. K. (2017). PENGARUH EKSTRAK SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees.)


TERHADAP SIKLUS ESTRUS MENCIT (Mus musculus L. Swiss Webster).
EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 18(02), 69–76.
https://doi.org/10.24036/eksakta/vol18-iss02/55

Rejeki, P.S., Putri, E.C., Prasetya, R.E. 2018. Ovariektomi Pada Tikus dan Mencit, Surabaya:
Universitas Airlangga.

Setiawan, D., Andi Hiroyuki, Mas Rizky A.A Syamsunarno, Tyagita Hartady, Alkaustariyah
Lubis, & Rini Widyastuti. (2022). Kondisi Fertilitas Mencit Jantan yang Diberi Ekstrak
Etanol Akar Alang-alang (Imperata cylindrica). Acta VETERINARIA Indonesiana,
10(2), 142–147. https://doi.org/10.29244/avi.10.2.142-147

Anda mungkin juga menyukai