Anda di halaman 1dari 24

PERKEMBANG

AN ISLAM di
KAWASAN
INDOCHINA
KAMBOJA, LAOS, &
MYANMAR

KELOMPOK 10 :
NURIFFAH ZAINI (12080320932)
WAN AULIA FITRI RAHMI (12080324366)
WINDA PRATAMA (12080320920)
Sejarah Singkat Kamboja
• Kamboja (Bahasa Khmer: Dibaca :Kampuchea ). Secara resmi bernama Kerajaan Kamboja , adalah
sebuah negara di Asia Tenggara. Luas totalnya adalah 181,035 km 2 . 
• Negara ini merupakan turunan dari Khmer yang pernah menguasai Indochina antara abad ke-11 dan 14.
• Jumlah populasi Kamboja lebih dari 14,8 juta jiwa. Agama resmi di Kamboja adalah Buddha dengan
pemeluk sekitar 95% dari total penduduk Kamboja.Ibukota dan kota terbesar Kamboja adalah Phnom
Penh. Bentuk negara Kamboja adalah monarki konstitusional demokratik.
• Negara-negara ini memiliki hubungan dekat dengan China dan India.Memasuki abad ke-3 hingga abad ke-
5, kedua kerajaan itu bersatu untuk membangun.Namun, ketika upaya itu mulai stabil, kekuasaan
keduanya runtuh ketika kerajaan Khmer dibangun dan berkuasa pada abad ke-9 sampai abad ke-
13. Setelah itu, kerajaan Khmer bertahan hingga abad ke-15.
• Kamboja dijadikan daerah Protektorat oleh Perancis dari tahun 1863 sampai dengan 1953, sebagai daerah
dari Koloni Indochina. Setelah akhirnya Kerajaan Jepang pada 1940-an, Kamboja meraih
kemerdekaannya dari Perancis pada 9 November 1953. Kamboja menjadi sebuah kerajaan konstitusional
dibawah kepemimpinan Raja Norodom Sihanouk.
Kamboja dibagi menjadi 20 provinsi (khett) dan 4 kota praja (krong). Daerah Kamboja
kemudian dibagi menjadi distrik (srok), komunion (khum), distrik besar (khett) dan
kepulauan (koh).
Masuknya Islam di
Kamboja
 Luas negara ini 181.055 Km2 dengan jumlah penduduk 11.400.000 jiwa, 6% beragama Islam dan mayoritas
beragama Budha serta minoritas Katholik. 

 Agama Islam sampai di Kamboja pada abad ke-11 Masehi. Ketika itu kaum muslimin berperan penting
dalam pemerintahan kerajaan Campa, sebelum keruntuhannya pada tahun 1470 M, setelah itu kaum
muslimin memisahkan diri. Campa merupakan suatu kerajaan besar di Asia Tenggara pada abad ke-17. Islam
masuk ke Campa diperkirakan pada tahun 1607, melalui jalur dagang dengan berbagai negara
tetangga. Masuk dan berkembangnya islam di Kamboja tidak dapat dipisahkan dari orang Campa yang
memeluk agama islam ke negeri kamboja. Mereka bertemu dengan kelompok Melayu yang datang dari
Nusantara. Migrasi Campa terjadi karena diambil dari perdagangan Vietnam, sedangkan migrasi melayu dari
Nusantara terjadi karena perdagangan dan penyebaran agama islam. Maka, terjadilah akulturasi budaya
karena persamaan agama dan rumpun bahasa ke dalam masyarakat baru yang disebut Melayu-Campa atau
Jva-Cam.Kemudian mereka saling mengenal dan menjalin hubungan perkawinan.

 Jadi, Kamboja Muslim terbesar sekarang adalah orang-orang Campa, yaitu benar-benar penduduk asli
Indochina. 
Kondisi Islam Setelah Kemerdekaan

Komunitas Muslim Kamboja terorganisasi dengan baik. Setiap desa Muslim dipimpin oleh seorang hakam
dibantu oleh seorang kalik (qadi). Imam memimpin sembahyang dan ketib (katib) mengajar Qur'an, bilal
memanggil orang untuk sembahyang. Dan beberapa ratus orang Muslim Kamboja setiap tahunnya pergi ke
Makkah untuk melaksanakan ibadah haji.

Pada tahun 1975, situasi berubah secara drastis ketika Khmer Merah mengambil alih kekuasaan. Sehingga
mengakibatkan masyarakat Campah hijrah ke negara-negara lain di seluruh dunia seperti Malaysia, Amerika
Syarikat, Perancis, Australia dan lain-lain. Khmer Merah merupakan komunis garis keras, mereka memandang
semua agama dan menyiksa siapa saja yang mengadakan kegiatan keagamaan, Muslim, Budha atau
lainnya. Selama kepemerintahan mereka telah tewas lebih dari 2 juta penduduk Kamboja, di antaranya 500.000
kaum Muslimin, di samping pembakaran beberapa masjid, madrasah dan mushaf serta pelarangan menggunakan
bahasa Campa, bahasa kaum Muslimin di Kamboja. 

Kemudian pada tahun 1979, Khmer Merah jatuh di tangan pemerintahan baru yang di topang dari Vietnam dan ini
merupakan berita baik bagi minoritas Muslim Kamboja. Sejak itu, keadaan penduduk Kamboja mulai membaik
dan kaum Muslimin mencapai kurang lebih 45.000 jiwa dapat melakukan kegiatan keagamaan dengan bebas .
Kemudian bermunculan organisasi-organisasi Islam, seperti:
1. Ikatan Kaum Muslimin Kamboja
2. Ikatan Pemuda Islam Kamboja
3. Yayasan Pengembangan Kaum Muslimin Kamboja dan
4. Lembaga Islam Kamboja untuk Pengembagan.

Saat ini kaum Muslimin Kamboja pusatnya di kawasan Free Campa bagian utara sekitar 40 % dari
penduduknya, Free Ciyang sekitar 20 % dari penduduknya, Kambut sekitar 15 % dari penduduknya
dan di Ibu Kota Pnom Penh hidup sekitar 30.000 Muslim. 
Hukum  Islam di Kamboja
Mengenai hukum Islam di Kamboja belum terlembagakan. Secara umum, umat Islam di Kamboja
menjalankan syari'at Islam sebagaimana umat Islam di Indonesia, terutama hukum keluarga yang meliputi
perkawinan, ruju', talaq dan warisan.

Dalam hal perkawinan, orang-orang Campa di Kamboja tidak pernikahan antar agama kecuali dengan syarat
bahwa pihak yang bukan Islam masuk Islam. Oleh karena itu, orang-orang Khmer dikatakan tidak akan pernah
meninggalkan agama Budha karena tidak mungkin kedua Bangsa akan terpadu.Sedangkan orang Campa
dengan orang Melayu sering terjadi perkawinan.

Dalam hal sosio-ekonomi, umat Islam di Kamboja dapat bantuan dari Malaysia yang akan didirikan beberapa
institusi khusus untuk sarana pembangunan di negara Indochina yang pernah hancur di bawah kekuasaan
Khmer Merah. Lembaga ini adalah Majelis Mufakat Dakwah Malaysia-Kamboja (MMDMK). Lembaga ini
adalah sebuah organisasi yang mirip seperti Lembaga Tabungan Haji dan akan segera dibentuk dalam usaha
umat Islam negara itu menabung dan menunaikan haji ke tanah Suci Makkah.
Respon Pemerintah
1.             Bidang Politik
Sejumlah muslim diberikan kesempatan untuk bekerja dikantor pemerintah. Beberapa muslim dilembaga-
lembaga politik papan atas negara, mulai dari :
• Senat,
• Dewan Kerakyatan
• Senator Premier (Salah Satu Anggota Senat) Pun Memiliki Perhatian Khusus Urusan Muslim.
• Perdana Menteri
• Menteri Pendidikan
• Wakil Menteri Transportasi
• 2 Orang Menteri Agama
• 2 Anggota Majelis Ulama
2.             Bidang Pendidikan
Untuk tingkat pendidikan dasar sampai menengah sudah ada madrasah yang mengeluarkan ijazah dan tercatat
di Kementerian Pendidikan Kamboja. Sementara untuk pendidikan tinggi, ini menjadi tantangan.
3.             Bidang Ekonomi
Perizinan label halal yang dikeluarkan Dewan Muslim Kamboja untuk mendapatkan makanan halal, beberapa
restoran yangdibangun khusus dengan konsep halal , seperti: area masjid a-Serkal terdapat pilihan makanan yang
beragam, termasuk masakan Thailand muslim .
4.             Bidang Sosial Budaya
Peranan pemerintah yang berinisiatif memuluskan toleransi bagi muslim di Kamboja ,
seperti:
•         Pembangunan mesjid dan memberi saluran udara gratis bagi muslim untuk
menyiarkan program-program khusus islam
•         Mahasiswa muslim yang ingin mengenakan atribut islam termasuk jilbab.
5.             Bidang Kesehatan
Untuk meningkatkan kualitas kesehatan di negaranya Pemerintah Kerajaan Kamboja
berencana dengan menanggulangi : HIV/AIDS, malaria, dan wabah lainnya.Anggaran
yang dikeluarkan untuk kesehatan adalah 5,8%.
Sejarah Laos
Laos merupakan salah satu dari tiga wilayah yang disebut Indo-China, disamping Vietnam dan
Kampuchea yang disamping berdekatan dari aspek geografis, juga mempunyai banyak
pertalian,sejarah,dan kebudayaan.

Bentuk negaranya adalah Republik Demokratik dengan Kepala Negara adalah Presiden. Laos
mempunyai luas wilayah 236.800 km2 (sekitar dua pertiga Pulau Sumatra) dengan penduduk
tahun 1993 sebanyak 4,6 juta jiwa. Bahasa resmi adalah Lao, Prancis, Inggris. Beribukota di
Vientiane. Lagu kebangsaannya Pheng Sat.Pendapatan perkapita adalah 28 US dolar pertahun.
Etnik yang mendiami Laos adalah etnik Laos, Khmer, Vietnam, Campa dan Cina.

Agamanya adalah Budha, Konghucu, Kristen dan Islam.


Secara geografisnya Laos terletak di bagian utara semenanjung Indonesia, berbatasan dengan
RRC (utara), Vietnam (timur), Kamboja (selatan), serta Thailand dan Myanmar (barat).
Keadaan Politik Laos
Sebuah konferensi internasional diselenggarakan di Jenewa tahun 1961-1962 dipimpin oleh Inggris dan Uni Soviet
juga dihadiri oleh RRC. Konferensi itu memutuskan bahwa Laos diperintah oleh pemerintahan koalisi.
Pemerintahan Koalisi ini terdiri dari aliran kiri, aliran kanan, dan aliran netral di bawah pimpinan Pangeran Souvana
Phouma. Namun demikian tidak berlangsung lama. Pasukan Phatet Lao (aliran kiri) meninggalkan pemerintahan dan
mengangkat senjata karena dibantu oleh RRC dan Vietnam utara. Pasukan Vietnam utara dikirim melalui daerah
Laos yang disebut Ho Chi Minh Trail dengan mendapat perlindungan dari pasukan Pathet Lao.

Dalam pemilihan umum tahun 1967, golongan netrtal di bawah pimpinan Pangeran Sauvana Phouma kembali
memperoleh kemenangan. Sementara itu, pergolakan di Laos tetap berlangsung selama kurang lebih 20 tahun. Pada
tahun 1973, diadakan genjatan senjata. Setahun kemudian pemerintah koalisi dipulihkan dan tetap berada di bawah
perdana Menteri Pangeran Suavana Phouma.

Dengan jatuhnya Kamboja dan Vietnam selatan ke tangan komunis, maka golongan Pathet Lao semakin bertambah
besar pengaruhnya.
Pada tahun 1975 di Laos berdiri pemerintahan komunis sehingga hubungan dengan Vietnam dan pemerintahan Heng
Samarin di Kamboja bertambah erat. Bahkan pemerintahan Laos lebih condong pada Uni Soviet
Kondisi Islam di Laos
Laos dikenal sebagai salah satu Negara dengan sistem pemerintahan komunis yang tersisa di dunia dengan
mayoritas penduduknya merupakan pemeluk Budha Theravada. Tak heran kalau Laos merupakan negara
dengan penduduk Muslim paling sedikit di Asia Tenggara.

Islam Masuk ke Laos

Agama Islam pertama kali masuk ke Laos melalui para pedagang Cina dari Yunnan. Para saudagar Cina ini
bukan hanya membawa dagangannya ke Laos, namun juga ke negara tetangganya seperti Thailand dan Birma.
Oleh masyarakat Laos dan Thailand, para pedagang asal Cina ini dikenal dengan nama Chin Haw.

Peninggalan kaum Chin Haw yang ada hingga hari ini adalah beberapa kelompok kecil komunitas Muslim
yang tinggal di dataran tinggi dan perbukitan. Mereka menyuplai kebutuhan pokok masyarakat perkotaan. Di
sini, mereka memiliki masjid besar kebanggaan. Letaknya di ruas jalan yang terletak di belakang pusat air
mancur Nam Phui. Masjid ini dibangun dengan gaya neo-Moghul dengan ciri khas berupa menara gaya
Oriental.
Mata Pencaharian Umat Islam
di Laos

Saat ini, sebagian besar Muslim di Vientiane merupakan pebisnis. Mereka berjaya di bidang tekstil,
ekspor-impor, atau melayani komunitas mereka sendiri dengan menjadi penjual daging atau pemilik
restoran halal.

Beberapa restoran terletak di kawasan Taj off Man Tha Hurat Road, dan dua atau tiga restoran halal
lainnya berdiri di persimpangan jalan Phonxay dan Nong Bon Roads. Selain melayani komunitas Muslim,
mereka juga menyediakan jasa katering bagi petugas kedutaan yang beragama Islam. Sisanya, para pekerja
Muslim lokal di Vientiane bekerja di bagian tesktil di berbagai pasar di kota ini, seperti di Talat Sao atau
pasar pagi, di persimpangan jalan Lan Xang, dan Khu Vieng.
Etnik Muslim di Laos

Kebanyakan masyarakat muslim di Laos terdiri dari para pedagang keturunan Arab, Asia Selatan, Melayu dan
Kamboja. Ketika krisis politik di Kamboja berkecamuk, banyak pengungsi muslim Camp yang menyebrang ke Laos
dan menetap di sana. Juga muslim Huihui (Cina muslim) banyak terdapat di Laos. Diperkirakan jumlah masyarakat
muslim di Laos mencapai 40.000 jiwa.

Khusus untuk Muslim Kamboja, mereka dalah para pengungsi dari rezim Khmer berkuasa. Mereka melarikan diri ke
Negara tetangga mereka, Laos, setelah pemimpin rezim Pol Pot menyerukan gerakan pembersihan masal etnis
Kamboja Cham Muslim dari tanah Kamboja.
Sebagai pengungsi, kehidupan mereka terbilang miskin. Selain itu mereka mengalami trauma akibat pengalaman
hidup di bawah tekanan Khmer sejak 1975. Semua masjid di Kamboja dihancurkan. Mreka juga dilarang untuk
beribadah atau berbicara dalam bahasa Kamboja dan banyak di antara mereka dipaksa untuk memelihara babi.

Beberapa orang Kamboja, seperti mereka yang di Vientiane, kemudian melarikan diri dari kampung halamannya.
Sementara sisanya berhasil bertahan dengan cara menyembunyikan identitas etnis mereka dan juga keislamannya.
Dari suluruh populasi Muslim Kamboja, diperkirakan tujuh puluh persennya tewas akibat kelaparan dan pembantaian.
Sejarah Islam Masuk
Ke Myanmar
1. Islam Pertama Kali di Myanmar
Agama Islam pertama kali tiba di Myanmar pada tahun 1055. Para saudagar Arab yang beragama Islam ini mendarat di delta Sungai
Ayeyarwady, Semenanjung Tanintharyi, dan Daerah Rakhin. Kedatangan umat Islam ini dicatat oleh orang-orang Eropa, Cina dan
Persia.Populasi umat Islam yang ada di Myanmar saat ini terdiri dari keturunan Arab, Persia, Turki, Moor, Pakistan dan Melayu. Selain
itu, beberapa warga Myanmar juga menganut agama Islam seperti dari etnis Rakhin dan Shan. Populasi Islam di Myanmar sempat
meningkat pada masa penjajahan Britania Raya, dikarenakan banyaknya umat Muslim India yang bermigrasi ke Myanmar. Tapi,
populasi umat Islam semakin menurun ketika perjanjian India-Myanmar ditandatangani pada tahun 1941.

a.    Generasi Muslim Pertama di Burma


Generasi awal Muslim yang datang ke delta Sungai Ayeyarwady Burma, yang terletak di pantai Tanintharyi dan di Rakhine bermula
pada abad ke-9, sebelum pendirian imperium pertama Burma pada tahun 1055 oleh Raja Anawrahta dari Bagan. Keberadaan orang-
orang Islam dan da’wah Islam pertama ini didokumentasikan oleh para petualang Arab, Persia, Eropa, dan Cina abad ke-9. Orang-orang
Islam Burma merupakan keturunan dari orang-orang Islam yang menetap dan kemudian menikahi orang-orang dari etnis Burma
setempat. Orang-orang Islam yang tiba di Burma umumnya sebagai pedagang yang kemudian menetap, anggota militer, tawanan perang,
pengungsi, dan korban perbudakan. Bagaimanapun juga , ada diantara mereka yang mendapat posisi terhormat sebagai penasehat raja,
pegawai kerajaan, penguasa pelabuhan, kepala daerah, dan ahli pengobatan tradisional.
Pada umumnya masyarakat muslim di Burma terbagi dalam tiga komunitas yang berbeda, dan masing-masing
komunitas muslim ini mempunyai hubungan yang berbeda-beda dengan mayoritas masyarakat Budha dan
pemerintah. Komunitas muslim yang terdapat di Myanmar yaitu:
 
1)   Muslim Burma atau Zerbadee, merupakan komunitas yang paling lama berdiri dan berakar di wilayah Shwebo.
Diperkirakan mereka merupakan keturunan dari para mubalig yang datang dari timur tengah dan Asia selatan serta
penduduk muslim awal yang kemudian beranak pinak dengan masyarakat Burma.
2)   Muslim India, Imigran Keturunan India, merupakan komunitas muslim yang terbentuk seiring kolonisasi
Burma oleh Inggris.
3)   Muslim Rohingya (Rakhine) yang bermukim di Negara bagian Arakan atau Rakhine, yang berbatasan dengan
Bangladesh.
Pada masa itu sebagian besar Muslim di Myanmar bekerja sebagai penjelajah, pelaut, saudagar dan tentara.
Beberapa diantaranya juga bekerja sebagai penasehat politik Kerajaan Burma.

b.    Muslim pertama yang tercatat dalam sejarah Burma


Muslim pertama yang tercatat dalam sejarah Burma (dicatat dalam Hmannan Yazawin atau Glass Palace
Chronicle ) adalah Byat Wi selama pemerintahan Mon, seorang Raja Thaton, sekitar tahun 1050 AD. Dia dibunuh
bukan karena dia seorang Muslim, tetapi karena raja mengkhawatirkan kekuatannya.
Respon Pemerintahan Myanmar
Terhadap Islam di Myanmar

Setelah Kemerdekaan Myanmar Setelah Myanmar merdeka dari British pada tahun 1948, pemerintah Myanmar
senantiasa waspada terhadap kedudukan Muslim yang penting di ibu kota Negara. Kemudian Muslim juga banyak yang
mempunyai jabatan penting di pemerintahan disamping keterlibatan mereka dalam urusan perniagaan yang membuat
Muslim memperoleh kemewahan dari hasil perdagangan. Hal ini telah melahirkan sentimen bagi pemerintah Myanmar
dan akhirnya terjadilah kontroversi antara Muslim dengan orang Myanmar yang berakibat banyaknya nyawa orang-
orang Islam yang menjadi korban.

Rasa sentimen yang begitu mendalam juga menyebabkan munculnya tindakan keganasan dari pemerintah Myanmar
terhadap orang Muslim tanpa perikemanusiaan. Tahun 1930-an merupakan permulaan era kemelaratan dan penindasan
bagi orang-orang Islam di Myanmar. Beberapa serangan kejam telah dilakukan terhadap Muslim pada tahun 1931
sampai 1938 dan serangan yang paling ganas serta kejam telah terjadi di Yangon dan Mandanay. Di perkirakan dalam
peristiwa tersebut sebanyak 200 orang Muslim terbunuh akibat keganasan tentara Myanmar. Tanah-tanah Muslim
dirampas, pemerintah dengan masyarakat Buddha juga menindas masyarakat Islam dengan memeras uang dan memaksa
mereka memberi opeti serta memenjarakan mereka dengan sewenang-wenang. Sebagian umat Islam di usir dan tidak
boleh kembali kekampung halamannya.
Perlawanan Muslim Perlakuan pemerintah Myanmar yang tidak baik terhadap Muslim telah membangkitkan semangat Muslim untuk
melakukan pemberontakan dan perlawanan terhadap pemerintah Myanmar. Apalagi keinginan otonomi tidak mendapat sahutan dari
pemerintah yang sangat kejam, semakin membuat Muslim sadar karena mereka sudah diotak atik oleh pemerintah sesuai seleranya.
Puncak perlawanan Muslim terjadi pada tahun 1948 berlanjut sampai tahun 1954 yang dikenal dengan Pemberontakan Mujahid yang
dipimpin oleh Kasim. Namun Kasim akhirnya tertangkap, tetapi perjuangan umat Islam terus berjalan sampai tahun 1961 dalam
memperjuangkan kemerdekaan dari pemerintah. Perjuangan yang pada mulanya sempat memudar akhirnya pada dekade 1970-an dan
1980-an kembali aktif.

Semenjak itu, perlawanan umat Islam tidak henti-hentinya terhadap pemerintah yang selalu bertindak zalim terhadap umat I slam.
Kemudian semenjak tahun 1980, Muslim dari daerah lain dipaksa keluar dari Myanmar dengan penganiayaan yang tidak kalah
pelaknya dan ribuan Muslim lari ke Thailand dan Malaysia. Kondisi Muslim di Myanmar saat ini, mereka sangat teraniaya tidak
mendapatkan tempat yang sama dalam urusan pekerjaan.

Nasib mereka bertambah menderita, setelah tahun 1982 pemerintah junta Burma meloloskan satu undang-undang yang dinamakan
“Burma Citizenship Law of 1982”. Undang-undang ini bersifat sentimen keagamaan dan penuh diskriminasi. Muslim Rohingya tidak
diakui sebagai warganegara, malah diberi julukan ‘pendatang’ di tanah air mereka sendiri. Setelah itu, keseluruhan hak mereka
dinafikan dan kaum Muslimin ditangkap secara besar-besaran, dipukul, disiksa dan dijadikan buruh paksa. Kaum muslimah Rohingya
pun dilecehkan beramai-ramai dengan cara yang ganas. Pada tahun 2003, buku-buku dan pita-pita rakaman yang menghina Islam dan
kaum Muslimin bisa didapati dengan mudah di seluruh Burma, malah ada yang dibagi-bagikan secara gratis. Pemerintah Burma
percaya dapat menguasai Arakan selamanya jika Arakan berhasil diubah menjadi negeri Buddha sepenuhnya. Hasilnya, rakyat Burma
dan penganut Buddha di Arakan khususnya yang telah diracun pemikiran mereka ini terus-terusan berusaha menghapuskan Islam dan
kaum Muslimin Arakan. Pada tahun 2004, Muslim Rohingya telah dipaksa untuk mengamalkan ajaran Buddha dan dipaksa ikut
upacara Buddha .
Prilaku Mayoritas Terhadap Minoritas
Islam di Myanmar

Seringkali penduduk mayoritas di Myanmar melakukam diskriminasi terhadap orang islam yang minoritas ada di Myanmar. Konnflik yang
terjadi biasanya di sebabkan oleh adanya intregritas dan identitas asli yang terganggu eksistensinya. Persoalan yang menimpa kelompok
minoriatas muslim di Myanmar merupakan akumulasi dari banyak persoalan. Dari analisis Gurr, bahwa persoalan ketidak adilan ekonomi,
lemahnya akses terhadap politik, pembagian pendapat yang tidak seimbang maupun persoalan untuk mendapatkan identitas dari
pembentukan identitas baru, merupakan perlakuan umum yang diterima oleh kebanyakan kelompok minoritas (Robert Gurr, 1993: 38-40)

Begitu juga dengan sikap pemerintah di Myanmar terhadap minoritas umat muslim disana, pemerintah melakukan pungutan atau kerja paksa
untuk membangun pagoda, menjadi portir militer sukarela,menjaga pagoda atau menyewa orang dengan biaya tinggi sedangkan mesjid dan
sekolah Islam di relokasikan ke perkampungan muslim, membangun jalan raya untuk kepentingan ziarah Budha, kekerasan fisik yang
bahkan mengakibatkan kematian, hambatan berorganisasi, penyerobotan tanah dan harta secara paksa, di persulit untuk pengurusan paspor
dan visa untuk menunaikan ibadah haji, penyensoran terminologi dalam Al-Qur’an dan pembunuh. Perlakuan pemerintah pusat yang tidak
adil di bidang sosial, budaya, politik, dan ekonomi bisa mendorong mereka untuk memberontak.

Tampaknya ada konspirasi terhadap para muslim agar mereka kelaparan dan lari meninggalkan rumahnya. Hal ini berhubungan dengan
adanya rencana meningkatkan pemukiman Budhaagar terjadi perubahan demografi yang akhirnya perkembangan penduduk Rohingya
terhenti. Disisi lain penguasa militer melarang keras kepada orang muslim yang ingin merenovasi , memperbaiki dan memelihara
masjidyang telah ada, sekolah-sekolah agama dan peninggalan sejarah islam lainnya.
Daftar Pustaka

• Suhaimi.2007 Sejarah Islam Asia Tenggara Pekanbaru : Cv. Witra Lestari


• http://kota-islam.blogspot.com/2014/02/sejarah-masuk-islam-di-myanmar.html
• Azra,Azyumardi.2000.Renaisans Islam Asia Tenggara.Bandung: PT. Remaja Roesdakarya
• Saifullah. 2010. Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
• http://alkayyiscenter.blogspot.com/2010/02/islam-di-laos.html
• Saifullah. 2008. Sejarah dan Tamadun Islam di Asia Tenggara. Jakarta: PT. Tintamas
Indoensia
• Roger M.Smith, Kerajaan dan Politik Asia Tenggara, Adabi Sdn. Bhd, Kuala Lumpur,
Cetakan Pertama, 1982.
• http://komunitasislam.wordpress.com/2010/04/24/islam-di-kamboja/
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai