Ditulis Oleh:
Dosen Pengajar:
2019
ABSTRAK
Sistem politik di Kamboja saat ini adalah Monarki Konstitusional. Dalam sistem
pemerintahan ini adalah raja sedangkan kepala pemerintahannya adalah perdana mentri.
Yang akan dibahas dalam makalah ini adalah bagaiman prospek sistem pemerintahan di masa
yang akan datang, akan tetap monarki konstitusional atau akan beralih ke sistem republik.
Lalu di makalah ini akan membahas bagaimana tentang bagaimana kebijakan luar negeri
terakhir yang diambil oleh pemimpin negara. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
PENDAHULUAN
Sejarah Kamboja, sebuah negara di daratan utama Asia Tenggara, bermula pada
sekitar milenium ke-5 SM. Catatan mendetail dari struktur politik di wilayah yang sekarang
untuk Funan, sebuah negara yang berada di bagian paling selatan semenanjung Indochina
pada abad ke-1 sampai ke-2. Berpusat di hilir Mekong, Funan dikenal sebagai budaya Hindu
regional tertua, yang menjalin hubungan sosial-ekonomi dengan mitra-mitra dagang maritim
Indosfer di bagian barat. Pada abad ke-6, sebuah sipilisasi yang disebut Chenla atau Zhenla
wilayah yang lebih besar dan memiliki lebih dari satu pusat kekuasaan.
Kekaisaran Khmer berdiri pada awal abad ke-9. Sumber-sumber menyebut inisasi
mistik dan upacara konsekrasi untuk mengklaim pengesahan politik oleh pendirinya
Jayawarman II di Gunung Kulen (Gunung Mahendra) pada 802 Masehi. Sebuah suksesi
sepanjang era klasik sipilisasi Khmer sampai abad ke-11. Sebuah dinasti baru yang berasal
dari tingkat provinsi memperkenalkan agama Buddha, yang menurut beberapa cendekiawan
kerajaan berakhir pada abad ke-12. Prestasi-prestasi besarnya dalam administrasi, pertanian,
arsitektur, hidrologi, logistik, perencanaan tata kota dan seni rupa merupakan testimoni pada
sipilisasi kreatif dan progresif dalam kompleksitas batu pijakan warisan kebudayaan Asia
Tenggara.1
Penghancuran berlanjut melalui periode trasisional selama sekitar 100 tahun yang
disusul oleh Periode Pertengahan sejarah Kamboja, yang disebut Zaman Kegelapan
Kamboja, yang dimulai pada pertengahan abad ke-15. Meskipun seluruh kultus Hindu
tergantikan, sebuah situs monumen di ibu kota lama masih menjadi pusat spiritual penting.
Sejak pertengahan abad ke-15, populasi besar berpindah ke timur dan dengan beberapa
pengecualian - bermukim pada tepian sungai Mekong dan Tonle di Chaktomuk, Longvek
dan Oudong.
Perdagangan maritim adalah dasar paling berpengaruh pada abad ke-16. Namun, para
pendatang Muslim Melayu dan Cham, para misionaris dan para penjelajah Eropa Kristen
ambisius, sebuah ekonomi satu tangan dan budaya yang mengganggu dan ikut campur
kerajaan pada bidang lainnya membuat wilayah tersebut memasukki era Longvek. Pada abad
ke-15, suku-suku tetangga tradisional Khmer, suku Mon di bagian barat dan suku Cham di
bagian timur secara bertahap tergerogoti dan tergantikan masing-masing oleh Siam/Thai dan
Annam/Vietnam.
Profil Negara
Kamboja adalah sebuah negara kerajaan yang terletak di Asia Tenggara. Negara yang
pernah dijajah oleh Perancis selama 90 tahun (1863 – 1953) ini merdeka pada tanggal 9
1
Profil Negara Kamboja. https://ilmupengetahuanumum.com/profil-negara-kamboja-cambodia/ . Diunduh
pada 14 Oktober 2019 9.40 WIB
November 1953. Kamboja memiliki luas wilayah sebesar 181,035 km2 dengan jumlah
penduduk 15.957.223 jiwa (data tahun 2016). Mayoritas penduduk Kamboja adalah etnis
Khmer (97,6%) yang beragama Buddha (96,9%). Bahasa Khmer merupakan bahasa resmi
pemerintahan Monarki Konstitusional yang kepala negaranya adalah seorang Raja yaitu Raja
pemerintahannya adalah Perdana Menteri yang dijabat oleh Hun Sen sejak 14 Januari 1985.
Kerajaan Kamboja ini merupakan penerus dari Kekaisaran Khmer yang pernah menguasai
wilayah semenanjung Indochina pada abad 11 hingga abad 14. Ibukota Kamboja adalah
Phnom Penh.
Sistem politik Kamboja yang ada saat ini mengalami perjalanan yang cukup panjang,
dimana melibatkan nyawa dari jutaan penduduknya untuk mencapai kondisi yang ada saat
ini. Dikabarkan bahwa pada saat pendudukan Khmer Merah telah terjadi pembantaian sekitar
Sistem politik yang ada di Kamboja saat ini adalah Monarki Konstitusional. Dalam
sistem pemerintahan ini kepala Negara masih dipimpin oleh seorang raja sedangkan kepala
pemerintahan dipimpin oleh seorang perdana menteri. Legislatif terdiri dari Senat diangkat
61 anggota dan 123 rumah anggota yang lebih rendah, Majelis Nasional, dipilih berdasarkan
diikuti oleh seluruh rakyat Kamboja. Sedangkan untuk pemilihan Raja selaku kepala Negara
hanya bisa diikuti oleh keturunan Raja saja dan persetujuan dari Parlemen yang merupakan
Khmer itu sendiri. Konstitusi menetapkan bahwa Kamboja mengadopsi kebijakan demokrasi
liberal dan pluralisme, dan bahwa orang-orang Kamboja adalah tuan dari negara. Konstitusi
juga menetapkan bahwa kekuasaan Legislatif, Eksekutif dan cabang Yudisial harus
dipisahkan. Negara ini memiliki badan legislatif bikameral yang terdiri dari Majelis Nasional
dan Senat.2
2
Fakta-Fakta Soal Pemilu Kamboja. https://www.cnnindonesia.com/internasional/20180729030218-106-
317798/fakta-fakta-soal-pemilu-kamboja-2018 . Diunduh pada 15 Oktober 2019
PEMBAHASAN
Kamboja merupakan salah satu negara yang berada di wilayah Asia Tenggara. Negara
ini memperoleh kemerdekaannya dari Perancis tanggal 19 November 1953. dan setelah itu
Pangeran Sihanouk langsung menjabat sebagai kepala negaranya. Politik Luar negeri
Konstelasi politik saat itu sudah terbagi ke dalam dua kekuatan, AS dan Soviet. Dan
saat itu Kamboja sudah mulai berhaluan Barat, pertama karena Kamboja menjalin kerjasama
dan Kamboja juga berusaha untuk mendapatkan pengakuan dari negara-negara Barat,
terutama Amerika. Dan Kamboja menggangap Vietnam Utara, yang di dukung oleh Cina,
Dari awal kemeredekaannya, negara ini sudah mulai mengalami banyak masalah
internal, seperti munculnya ketegangan politik dan bangkitnya pergolakan menjelang pemilu.
Pergolakan politik internal di Kamboja ini terjadi ketika pada tahun 1955, Pangeran Sihanouk
membentuk Partai Sangkum untuk di ikut sertakan pada pemilu. Meskipun pada akhirnya
partai ini behasil memenangkan kursi di DPR, tapi di dalamnya partai ini mengalami
perselisihan antara golongan tua dan muda. Golongan muda menganggap golongan tua
Selain itu terdapat pula perselisihan antara golongan pedagang (yang mayoritas terdiri dari
Norodom Kantol, dengan menunjuk ketua DPR menjadi Perdana Menteri dan menjalankan
pemerintahan. Dalam kabinet ini, Jenderal Lon Nol dipilih sebagai Menteri Pertahanan.
Sistem politik Kamboja didominasi oleh Perdana Menteri Hun Sen dan partainya,
Partai Rakyat Kamboja (CPP) selama lebih dari tiga dekade. "Negara itu telah menggelar
pemilu semikompetitif di masa lalu, tapi pada 2017 makin mendekat dengan pemerintahan
otoriter dengan melarang oposisi utama dan menutup outlet media independent," tulis
freedomhouse.org.
Kamboja menyaksikan perang sipil berturut-turut selama lebih dari 20 tahun setelah
kudeta pada 1970. Pada 1991, pihak-pihak yang berkonflik mencapai kesepakatan untuk
mengakhiri pertempuran. Namun baru pada 1993, pemilihan nasional digelar oleh Otoritas
Transisi Perserikatan Bangsa-bangsa bagi Kamboja (UNTAC), bekerja sama dengan Dewan
Nasional Kamboja. Pemilihan umum nasional pertama digelar pada 23-28 Mei 1993. Meski
beberapa wilayah masih diduduki Khmer Merah, jumlah pemilih cukup tinggi yakni
mencapai 86,78 dari hampir lima juta pemilih yang terdaftar. Empat partai politik
memenangkan kursi di Majelis Konstituante, tapi tak ada partai yang memenangkan dua per
tiga mayoritas kursi untuk membentuk kabinet, sehingga terbentuk pemerintahan koalisi.
Hingga kini, lima pemilu telah digelar. Yakni 1993, 1998, 2008 dan 2013. Pemilu yang
digelar hari ini, Minggu, 29 Juli 2018 adalah pemilu yang keenam.
Pemilu Kamboja 2018 diwarnai imbauan boikot dari pemimpin eks-partai oposisi Partai
Hal ini lantaran partai CNRP dibubarkan November 2017 dengan tuduhan pengkhianatan
terhadap negara. Rainsy menganggap pemilu kali ini adalah pemilu palsu, yang bakal
dimenangkan dengan mudah oleh partai berkuasa, Partai Perdana Menteri Hun Sen, Partai
tersebut juga ditentang oleh beberapa kalangan, khususnya Amerika Serikat dan Uni Eropa
sehingga mereka menyatakan tidak akan mengirimkan pengamat dan tidak akan mengakui
Penyelamatan Nasional Kamboja (CNRP) serta melarang 108 politisi partai oposisi utama
tersebut memegang jabatan politik hingga lima tahun ke depan. Aktivis HAM menilai vonis
Vonis yang dibacakan tanpa kehadiran pihak CNRP tersebut sudah diprediksi sejak
pengajuan pembekuan diserahkan pemerintahan PM Hun Sen bulan lalu. MA dinilai diisi
orang-orang yang tidak bisa lepas dari pengaruh sang PM yang telah berkuasa 32 tahun itu.
Bahkan, pekan lalu Hun Sen menantang bertaruh bahwa MA pasti membekukan CNRP.
CNRP merupakan satu-satunya partai oposisi yang berpeluang menandingi Partai Rakyat
Kamboja (CPP)-nya Hun Sen pada pemilu tahun depan. Hakim Agung Dith Munty, yang
membacakan vonis MA, tercatat sebagai anggota CPP. Independensi peradilan pun menjadi
bahan olokan aktivis HAM. Bahkan, lembaga peradilan dicap telah andil penting
kata Phil Robertson dari Human Rights Watch. Ia menyerukan mitra-mitra asing
menghentikan bantuan bagi penyelenggaraan Pemilu 2018 di Kamboja yang ‘'tidak kredibel''.
Dalam cuitan mengomentari vonis MA, Monovithya Kem (putri Presiden CNRP Kem
Kamboja tahun depan. ‘'Saatnya bagi Uni Eropa, Jepang, Australia, dan AS mengumumkan
mundur dari pemberian bantuan pemilu atau mereka menjadi antek atas kematian demokrasi
‘'garis merah''. Pembekuan CNRP bermakna pelenyapan kesempatan jutaan pemilih untuk
memilih para wakilnya secara bebas. Dalam pidato televisi, Kamis malam, Hun Sen
menyerukan rakyat tenang menyusul vonis MA untuk CNRP. Ia mengatakan Pemilu 2018
tetap berlangsung sesuai jadwal. ‘'Pemerintah mendukung putusan MA dan putusannya itu
akan menjadi kedamaian,'' ujar PM berlatar eks Komandan Khmer Merah yang membelot
itu. Dengan memberangus CNRP, justru kini Hun Sen dinilai sedang mempertaruhkan
Dalam sidang pembacaan vonis, hakim mengatakan, boikot oleh CNRP berarti
pengakuan atas yang dituduhkan oleh pemerintah bahwa partai oposisi tersebut bersekongkol
dengan Amerika Serikat (AS) serta aktor-aktor asing demi mewujudkan revolusi di Kamboja.
CNRP dan Washington menolak tuduhan yang mereka sebut palsu ini. Melalui pernyataan
resmi, CNRP menyebut masih sebagai ‘'partai yang sah legitimate dengan mandat dari lebih
separuh rakyat Kamboja''. CNRP tetap menilai kasus dan vonis MA bermotif politik yang
sengaja dibuat berdasarkan tekanan demi memenuhi harapan partai berkuasa yang mencoba
3
Pernyataan Tokoh Eropa Soal Brexit. https://dunia.tempo.co/read/1262291/4-pernyataan-tokoh-eropa-
soal-brexit-pada-31-oktober . Diunduh pada 15 Oktober 2019 Pukul 4.00 WIB
4
Demokrasi Kamboja Telah Mati. http://harnas.co/2017/11/16/demokrasi-kamboja-telah-mati diunduh pada
14 Oktober 2019 9.30 WIB
KESIMPULAN
Jika dilihat dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa ada kemungkinan di
masa yang akan berubah dari monarki konstitusional ke republik, karena sejak jatuhnya rezim
demokratik Kampuchea yang dipimpin Pol Pot. Sistem politik Kerajaan Kamboja telah
didefinisikan dengan sangat jelas oleh Konstitusinya, sebagaimana diartikulasikan dalam Bab IV,
Pasal 51 hingga 55, dengan mengadopsi demokrasi multi-partai yang liberal. Dengan begitu, warga
Khmer adalah tuan dari negara mereka sendiri di mana semua kekuatan adalah milik mereka.
Mungkin, pada titik ini alangkah lebih baik untuk mengingat kembali definisi dari Prof.
masyarakatnya atau partisipasi pemilihan umum melalui pemilihan yang bebas, terbuka dan
bersaing.” Dengan demikian, dalam konteks ini, dapat diposisikan bahwa semangat proses
demokrasi Kamboja melalui pemilihan umum dapat ditanamkan tidak dalam pemikiran semu
para oposisi yang didukung oleh tentakel asing, tetapi pada kerangka "quid pro quo", yang
berarti sesuatu yang diberikan atau diterima secara signifikan oleh masyarakat dalam
peningkatan kualitas hidup mereka sebagai ganti dari sesuatu yang lain, khususnya