Anda di halaman 1dari 23

“ NEGARA KAMBOJA ’’

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Perekonomian


Indonesia

Dosen Pengampu : Salman Farisi S.Psi,M.M

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :

1. MAHREZA SITAKAR (2205160320)

2. INDIRA TUSYA’DIAH (2205160516)

3. JHUNIA INDRIANI NAINGGOLAN (2205160593)

4. AULIA PUTRI (2205160596)

5. DWI RAMANDA NST (2205160599)

6. ASMARA ADI PRAMUDYA (2205160602)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

2023/2024
DAFTAR ISI

1 DAFTAR ISI...............................................................................................................1

2 KATA PENGANTAR................................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4

1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sejara Negara Kamboja......................................................................................5

2.2 Sistem Pemerintahan Negara Kamboja..............................................................7

2.3 Krisis Ekonomi Negara Kamboja......................................................................9

2.4 Tingkat Kemiskinan Negara Kamboja.............................................................11

2.5 Sumber Pendapatan Negara Kamboja.............................................................14

2.6 Sumber Penghasilan Penduduk.......................................................................19

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan......................................................................................................21

3.2 Saran.................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................22

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Negara

Kamboja “.

Tujuan penulisan ini untuk memenuhi tugas dari Bapak dosen, Salman Farisi

S.Psi.,M.M. Makalah ini diharapkan dapat menjadi penambah wawasan bagi pembaca

serta bagi kami sendiri.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak dosen Salman Farisi S.Psi.,M.M,

pada Mata kuliah Perekonomian Indonesia, yang sudah mempercayakan tugas ini

kepada Kami, sehingga sangat membantu Kami untuk memperdalam pengetahuan

pada bidang studi yang sedang kami tekuni.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah

ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan sarannya guna perbaikan di

kemudian hari. Terimakasih

Jumat, 15 Desember 2023

Kelompok 1

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kamboja atau Kampuchea merupakan negara di Asia Tenggara yang semula

berbentuk Kerajaan di bawah kekuasaan Dinasti Khmer di Semenanjung Indo-China

antara Abad Ke-11 dan Abad Ke-14. Rakyat Kamboja biasanya dikenal dengan sebutan

Cambodian atau Khmer, yang mengacu pada etnis Khmer di negara tersebut. Negara

anggota ASEAN yang terkenal dengan pagoda Angkor Wat ini berbatasan langsung

dengan Thailand, Laos dan Vietnam. Sebagian besar rakyat Kamboja beragama Buddha

Theravada, yang turun-temurun dianut oleh etnis Khmer. Namun, sebagian warganya

juga ada yang beragama Islam dari keturunan muslim Cham.

Kamboja menghebohkan dunia ketika komunisradikal Khmer Merah di bawah

pimpinan Pol Pot berkuasa pada tahun 1975. Saat itu, Pol Pot memproklamirkan

Kamboja sebagai sebuah negara baru. Ia menyebut tahun 1975 sebagai "Year

Zero". Segala sesuatunya ingin dibangun dari titik nol. Tanggal 17 April 1975

dinyatakan sebagai Hari Pembebasan (Liberation Day) dari rezim Lon Nol yang buruk

dan korup. Ternyata, pembebasan yang dijanjikan Pol Pot justru merupakan awal masa

kegelapan bagi rakyat Kamboja. Meskipun demikian negara kamboja tetap memiliki

bentang alam dan keunikan tersendiri dari negara lain yang ada di dunia.

3
1.2 Rumusan Masalah

1. Sebutkan sejarah negara kamboja?

2. Apa sistem pemerintahan negara kamboja?

3. Apakah negara kamboja pernah mengalami krisis?

4. Sebutkan Tingkat Kemiskinan Negara Kamboja?

5. Sumber Pendapatan Negara Kamboja?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui sejarah negara kamboja

2. Mengetahui sistem pemerintahan kamboja

3. Untuk mengetahui krisis ekonomi yang dialami kamboja

4. Mengetahui tingkat kemiskinan negara kamboja

5. Untuk mengetahui sumber pendapatan negara kamboja.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Negara Kamboja

Sejara kamboja sebuah negara di daratan utama Asia Tenggara, bermula pada

sekitar milenium ke-5 SM. Catatan mendetail dari struktur politik di wilayah yang

sekarang merupakan Kamboja mula-mula muncul dalam catatan-catatan Tiongkok

dalam rujukan untuk Funan, sebuah negara yang berada di bagian paling selatan

semenanjung Indochina pada abad ke-1 sampai ke-2. Berpusat di hilir Mekong, Funan

dikenal sebagai budaya Hindu regional tertua, yang menjalin hubungan sosial-ekonomi

dengan mitra- mitra dagang maritim Indosfer di bagian barat. Pada abad ke-6, sebuah

sipilisasi yang disebut Chenla atau Zhenla dalam catatan-catatan Tiongkok,

menggantikan Funan, sebagai negara yang menguasai wilayah yang lebih besar dan

memiliki lebih dari satu pusat kekuasaan.

Sejarah Perkembangan peradaban Kamboja terjadi pada abad 1 Masehi. Selama abad

ke- 3,4 dan 5 Masehi, negara Funan dan Chenla bersatu untuk membangun daerah

Kamboja. Negara-negara ini mempunyai hubungan dekat dengan China dan India.

Kekuasaan dua negara ini runtuh ketika Kerajaan Khmer dibangun dan berkuasa pada

abad ke-9 sampai abad ke-13. Kerajaan Khmer masih bertahan hingga abad ke-15.

Ibukota Kerajaan Khmer terletak di Angkor, sebuah daerah yang dibangun pada masa

kejayaan Khmer. Angkor Wat, yang dibangun juga pada saat itu, menjadi simbol bagi

kekuasaan Khmer.Pada tahun 1432, Khmer dikuasai oleh Kerajaan Thai. Dewan

Kerajaan Khmer memindahkan ibukota dari Angkor ke Lovek, dimana Kerajaan

mendapat keuntungan besar karena

5
Lovek adalah bandar pelabuhan.Pertahanan Khmer di Lovek akhirnya bisa dikuasai

oleh Thai dan Vietnam, dan juga berakibat pada hilangnya sebagian besar daerah

Khmer. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1594. Selama 3 abad berikutnya, Khmer

dikuasai oleh Raja-raja dari Thai dan Vietnam secara bergilir.Pada tahun 1863, Raja

Norodom, yang dilantik oleh Thai, mencari perlindungan kepada Perancis. Pada tahun

1867, Raja Norodom menandatangani perjanjian dengan pihak Perancis yang isinya

memberikan hak kontrol provinsi Battambang dan Siem Reap yang menjadi bagian

Thai. Akhirnya, kedua daerah ini diberikan pada Kamboja pada tahun 1906 pada

perjanjian perbatasan oleh Perancis dan Thai. Kamboja dijadikan daerah Protektorat

oleh Perancis dari tahun 1863 sampai dengan 1953, sebagai daerah dari Koloni

Indochina. Setelah penjajahan Jepang pada 1940-an, akhirnya Kamboja meraih

kemerdekaannya dari Perancis pada 9 November 1953. Kamboja menjadi sebuah

kerajaan konstitusional dibawah kepemimpinan Raja Norodom Sihanouk.

Pada saat Perang Vietnam tahun 1960-an, Kerajaan Kamboja memilih untuk

netral. Hal ini tidak dibiarkan oleh petinggi militer, yaitu Jendral Lon Nol dan Pangeran

Sirik Matak yang merupakan aliansi pro-AS untuk menyingkirkan Norodom Sihanouk

dari kekuasaannya. Dari Beijing, Norodom Sihanouk memutuskan untuk beraliansi

dengan gerombolan Khmer Merah, yang bertujuan untuk menguasai kembali tahtanya

yang direbut oleh Lon Nol. Hal inilah yang memicu perang saudara timbul di

Kamboja.Khmer Merah akhirnya menguasai daerah ini pada tahun 1975, dan mengubah

format Kerajaan menjadi sebuah Republik Demokratik Kamboja yang dipimpin oleh

Pol Pot. Mereka dengan segera memindahkan masyarakat perkotaan ke wilayah

pedesaan untuk dipekerjakan di pertanian kolektif. Pemerintah yang baru ini

menginginkan hasil

6
pertanian yang sama dengan yang terjadi pada abad 11. Mereka menolak pengobatan

Barat yang berakibat rakyat Kamboja kelaparan dan tidak ada obat sama sekali di

Kamboja.Pada November 1978, Vietnam menyerbu RD Kamboja untuk menghentikan

genosida besar-besaran yang terjadi di Kamboja. Akhirnya, pada tahun 1989,

perdamaian mulai digencarkan antara kedua pihak yang bertikai ini di Paris. PBB

memberi mandat untuk mengadakan gencatan senjata antara pihak Norodom Sihanouk

dan Lon Nol.

2.2 Sistem Pemerintahan Kamboja

Bentuk pemerintahan negara Kamboja adalah kerajaan. Negara dipimpin oleh

raja, sedangkan kepala pemerintahannya adalah perdana menteri. Kamboja memiliki

lima pemerintahan lokal dengan ibu kota Phnom Penh. Kamboja pernah dijajah oleh

Prancis, lalu merdeka pada 17 April 1953. Kamboja adalah negara yang sejak tahun

1970 dirundung malang, dan porak poranda karena kudeta. Pada tanggal 18 Maret 1970,

sewaktu Pangeran Sihanouk pergi ke luar negeri, keponakannya Pangeran Sisowath

Sirik Matak bersama Lon Nol melakukan kudeta. Semenjak itu kemelut semakin besar

di negara Kamboja. Bahasa resmi penduduk Kamboja adalah bahasa Khmer. Jumlah

penduduk negara ini 11.168.000 jiwa. Sebagian besar penghidupan penduduknya di

sektor pertanian. Hasil pertanian di Kamboja adalah beras, jagung, merica, tembakau,

kapas, gula aren, dan lain sebagainya.

Sedangkan hasil tambangnya adalah besi, tembaga, mangan, dan emas. Hasil

industri Kamboja adalah tekstil, kertas, plywood, dan minyak. Menjelang

kemerdekaannya, Negara Kesatuan Republik Indonesia banyak membantu negara

Kamboja ini. Buku - buku taktik perang karangan perwira militer Indonesia banyak

7
digunakan oleh militer Kamboja. Oleh karenanya, para calon perwira di militer

Kamboja, wajib belajar dan dapat berbahasa Indonesia. Kamboja menganut bentuk

negara monarki konstitusional. Namun, pihak kerajaan tidak memberi pengaruh secara

langsung dalam kebijakan politiknya. Melansir dari buku Sistem Politik Indochina

1945-1990 (2015) karya Muhammad Resky, sekitar 85 persen penduduk Kamboja

berasal dari bangsa Khmer. Sisanya berasal dari suku pedalaman, Vietnam, Tionghoa,

Cham, dan lainnya. Sekitar 85 hingga 90 persen masyarakat Kamboja menganut agama

Buddha, bahkan agama ini telah menjadi agama nasional sejak abad ke-15. Selain

Buddha, masyarakat Kamboja juga ada yang menganut agama Kristen, Islam, dan aliran

kepercayaan lainnya. Kamboja diperkirakan memiliki tingkat pertumbuhan penduduk

sebesar 1,7 persen tiap tahunnya. Mayoritas penduduk Kamboja bekerja di bidang

pertanian dan Perkebunan Tak hanya sebagao petani, kegiatan ekonomi lain masyarakat

Kamboja adalah pertambangan dan perikanan. Hasil pertambangan berupa besi,

tembaga, emas, dan permata.

Ditinjau dari sudut politik, negara yang mempunyai nama resmi Republik

Kampuchea (Sathearanakrath Pracheachea Kampuchea) ini, merupakan salah satu

negara di kawasan Asia Tenggara yang paling sering mengalami ketidakstabilan politik.

Negara ini sejak dulu selalu mengalami konflik-konflik politik yang cukup serius

sebagai akibat persaingan kekuasaan di kalangan elit politik yang ada. Hampir setiap

kali terjadi pertentangan, salah satu di antara mereka selalu meminta bantuan negara

tetangganya yaitu Vietnam dan Muangthai guna membantu memenangkan pertentangan

tersebut. Ketidakstabilan politik tersebut mencapai puncaknya ketika pada tahun 1970-

an negara

8
Kamboja di bawah pemerintahan Pol Pot yang dikenal sebagai rejim kaku, keras, brutal,

dan banyak memusuhi rakyatnya sendiri.

Berikut ini beberapa bentuk pemerintahan dan proses pergantiannya sebelum

pemerintahan Pol Pot di Kamboja tahun 1975-1979: Kamboja di bawah Pemerintahan

SihanoukPangeran Norodom Sihanouk yang mempunyai nama lengkap Pangeran

Samdech Preah Norodom Sihanouk lahir di Phnom Penh pada tanggal 31 Oktober 1922.

Pada awal masa pemerintahannya sistem politik di Kamboja masih didominasi oleh

Perancis. Hal ini disebabkan karena Kamboja masih berada di bawah kekuasaan

Perancis. Sementara itu, sebagai penguasa Pangeran Sihanouk tidak mempunyai

kekuatan untak melawan Perancis karena dengan jasa Perancislah Sihanouk dapat

menjadi raja di Kamboja. Pada tahun 1940-an terjadi perubahan drastis dalam sistem

kolonialisme Perancis di suluruh dunia. Perubahan drastis tersebut disebabkan karena

kekalahan Perancis dalam menghadapi serbuan Jerman. Selain tetap menjadikan

Sihanouk sebagai kepala negara, Jepang juga menjanjikan kemerdekaan bagi Kamboja

apabila Kamboja mau membantu Jepang dalam memenangkan Perang Asia Timur Raya.

2.3 Krisis Ekonomi yang Pernah dialami Kamboja

Salah satu krisis ekonomi yang signifikan di Kamboja terjadi pada akhir tahun

1990-an. Pada tahun 1990-an, Kamboja mengalami krisis ekonomi yang kompleks,

terutama dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut:

1. Peninggalan Perang Sipil: Kamboja keluar dari periode perang saudara yang

berkepanjangan pada akhir 1970-an, dan infrastruktur ekonominya hancur.

9
Peninggalan perang melibatkan kerusakan fisik serta dampak psikologis dan

sosial yang berkepanjangan.

2. Isolasi Ekonomi: Selama periode pemerintahan Khmer Merah dan pasca-perang,

Kamboja mengalami isolasi ekonomi internasional. Hal ini mengakibatkan

kurangnya investasi asing dan keterbatasan dalam akses terhadap sumber daya

ekonomi global.

3. Ketidakpastian Politik: Kamboja mengalami ketidakpastian politik setelah

perang saudara. Pemulihan ekonomi sulit dilakukan ketika situasi politik tidak

stabil dan pemerintahan baru masih berusaha untuk membangun dasar-dasar

perekonomian yang kokoh.

4. Krisis Keuangan Asia 1997: Krisis keuangan Asia pada tahun 1997 memberikan

dampak negatif pada ekonomi Kamboja. Krisis ini menyebabkan penurunan

ekspor, melemahnya mata uang lokal, dan tekanan pada sektor keuangan

Kamboja.

5. Kurangnya Infrastruktur dan Sumber Daya Manusia: Kamboja pada saat itu juga

menghadapi tantangan dalam hal kurangnya infrastruktur yang memadai dan

sumber daya manusia yang terampil, yang semuanya diperlukan untuk

mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

6. Keterlibatan Komunitas Internasional: Upaya pemulihan ekonomi Kamboja

didukung oleh bantuan dan campur tangan komunitas internasional. Adanya

upaya untuk membantu membangun kembali sektor-sektor kunci dan

memberikan bantuan pembangunan.

1
Secara bertahap, Kamboja berhasil keluar dari krisis ekonomi tersebut melalui

reformasi ekonomi, dukungan internasional, dan upaya pemerintah untuk meningkatkan

stabilitas politik dan keamanan. Setelah pulih dari efek perang saudara dan rezim

Khmer Merah, Kamboja menghadapi krisis keuangan pada 1997. Krisis ini dipicu oleh

masalah politik dan ketidak stabilan regional di Asia Tenggara. Pada saat itu, Kamboja

menghadapi penurunan nilai tukar mata uang, inflasi tinggi, dan ketidak pastian politik.

Krisis keuangan regional yang dimulai dengan krisis ekonomi di Thailand pada 1997

menyebar ke negara-negara tetangga, termasuk Kamboja. Penurunan investor asing,

utang luar negeri yang tinggi, dan tekanan pada sektor keuangan nasional semakin

memperburuk situasi.

Upaya pemulihan ekonomi dilakukan melalui reformasi struktural dan dukungan

dari organisasi internasional seperti Dana Moneter Internasional (IMF). Meskipun sulit,

Kamboja berhasil pulih pada awal abad ke-21 dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih

stabil dan langkah-langkah reformasi yang di implementasikan. Kalangan

muda kamboja umumnya merantau ke Thailand dan Malaysia karena pemerintah

Kamboja sulit menyediakan lapangan kerja. Hun Sen disebut Rainsy bahkan tak peduli

dengan perekonomian Kamboja.

2.4 Tingkat Kemiskinan Negara Kamboja

Penilaian terhadap situasi kemiskinan di Kamboja mengungkapkan pola variasi

regional. Beberapa provinsi mencatat tingkat kemiskinan yang tinggi dibandingkan

provinsi lainnya. Daerah dengan tingkat kemiskinan yang tinggi antara lain Ratanak

Kiri, Kampong Thom, dan Preah Vihear. Berdasarkan penelitian yang dilakukan,

Ratanak Kiri

1
memiliki tingkat kemiskinan sebesar 55,2 persen, Preah Vihear memiliki tingkat

kemiskinan sebesar 72,3 persen, dan Kampong Thom memiliki tingkat kemiskinan

sebesar 75,8 persen. Ketimpangan distribusi kekayaan regional disebabkan oleh

rendahnya tingkat melek huruf.

Banyaknya masyarakat Kamboja yang hidup dalam kemiskinan terutama mereka

yang tinggal di daerah pedesaan. Secara global, individu yang tinggal di daerah

pedesaan mempunyai tingkat kekurangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan

mereka yang tinggal di daerah perkotaan. Sekitar 80 persen penduduk Kamboja tinggal

di daerah pedesaan. Pada tahun 2012, tingkat kemiskinan di pedesaan adalah sekitar

28,8 persen, tiga kali lipat dari tingkat kemiskinan perkotaan yang pada saat yang sama

mencapai 6,4 persen. Seiring berjalannya waktu, kemiskinan telah berkurang secara

drastis baik di wilayah pedesaan maupun perkotaan. Namun, ada satu hal yang nyata

bahwa kemiskinan yang tersisa lebih terkonsentrasi di daerah pedesaan. Meskipun

berbagai upaya pengentasan kemiskinan telah dilakukan dan memberikan dampak

drastis terhadap kemiskinan di Kamboja, kemiskinan masih merajalela di negara ini

dengan hampir 13% penduduknya hidup di bawah garis kemiskinan. Inilah segala hal

yang perlu diketahui tentang kemiskinan di Kamboja.

1. Perumahan

Karena kemiskinan, 62% penduduk Kamboja tinggal di perumahan dengan

satu kamar tidur yang tidak memadai. Populasi Kamboja semakin meningkat di

perkotaan dengan lebih dari 25% penduduknya tinggal di perkotaan. Sementara itu,

di ibu kota Phnom Penh, satu dari lima orang tinggal di permukiman kumuh atau

1
informal, dengan akses terbatas terhadap kebutuhan dasar dan kebersihan.

Diperkirakan ada 4.000 anak tunawisma di tujuh kota di Kamboja.

2. Air dan Sanitasi

Meskipun 50% penduduk Kamboja memiliki akses terhadap pasokan air

dasar, hanya seperempat penduduknya yang dapat mengakses air yang dikelola

dengan aman. Menurut Lifewater, 2 juta warga Kamboja tidak memiliki air bersih,

dan 6 juta lainnya tidak memiliki sanitasi yang aman. Masyarakat pedesaan di

Kamboja menghadapi masalah kebersihan yang jauh lebih menantang dibandingkan

dengan masyarakat di daerah perkotaan. Tingginya angka 80% masyarakat

pedesaan di Kamboja yang buang air besar sembarangan, dibandingkan dengan

hanya 11% masyarakat di perkotaan. Hal yang sama juga terjadi pada fasilitas cuci

tangan, yang hanya dapat diakses oleh 60% penduduk pedesaan Kamboja

dibandingkan dengan 88% penduduk perkotaan Kamboja.

3. Kelaparan

Seringkali, tingkat kelaparan suatu negara merupakan indikator kemiskinan.

Menurut Program Pangan Dunia (WFP), 15% penduduk Kamboja menderita

kekurangan gizi. Sementara itu, anak-anak di Kamboja menanggung beban terberat,

dengan 32% anak-anak menghadapi hambatan pertumbuhan akibat kekurangan gizi

dan 10% menderita wasting. Banjir dan kekeringan mengancam sistem pangan

pedesaan Kamboja, sehingga membahayakan masa depan pangan Kamboja.

4. Dana Anak Kamboja

1
Didirikan pada tahun 2004, Dana Anak Kamboja (CCF) berfokus pada

penyediaan perawatan langsung kepada anak-anak yang paling membutuhkan di

daerah kumuh Steung Meanchey di Kamboja. CCF fokus mencakup empat solusi

utama: kebutuhan dasar, keluarga dan masyarakat, pendidikan dan kepemimpinan.

CCF telah membantu lebih dari 3.500 anak dan keluarga mereka menemukan jalan

keluar dari kemiskinan. Salah satu dari anak-anak tersebut adalah Sophy, yang

tinggal di tempat pembuangan sampah Steung Meanchey ketika CCF bertemu

dengannya dan sekarang sedang menerima beasiswa penuh di Universitas

Melbourne.

2.5 Penendapatan Negara Kamboja

Pendapatan negara Kamboja berasal dari berbagai sektor, yaitu :

1. Industri garmen

Industri garmen mewakili porsi terbesar sektor manufaktur Kamboja,

menyumbang 80% ekspor negara tersebut. Pada tahun 2012, ekspor tumbuh

menjadi $4,61 miliar, naik 8% dibandingkan tahun 2011. Pada paruh pertama

tahun 2013, industri garmen melaporkan ekspor senilai $1,56 miliar. Sektor ini

mempekerjakan 335.400 pekerja, dimana 91% di antaranya adalah perempuan.

Sektor ini sebagian besar beroperasi pada tahap akhir produksi garmen,

yaitu mengubah benang dan kain menjadi garmen, karena negara ini tidak

memiliki basis manufaktur tekstil yang kuat. Pada tahun 2005, terdapat

kekhawatiran bahwa berakhirnya. Perjanjian Multi Fiber akan mengancam

industri garmen Kamboja dan menempatkannya pada persaingan ketat dengan

1
kemampuan manufaktur Tiongkok yang kuat. Sebaliknya, industri garmen

Kamboja saat ini terus berkembang pesat. Hal ini dapat dikaitkan dengan

kebijakan ekonomi terbuka yang telah menarik sejumlah besar investasi asing ke

sektor perekonomian ini.

2. Pertanian

Pertanian adalah andalan tradisional perekonomian Kamboja. Pertanian

menyumbang 90 persen PDB pada tahun 1985 dan mempekerjakan sekitar 80

persen angkatan kerja. Beras merupakan komoditas utama. Tanaman sekunder

utama meliputi jagung, singkong , ubi jalar, kacang tanah, kedelai, wijen, kacang

kering, dan karet. Tanaman komersial utama adalah karet. Pada tahun 1980an,

beras merupakan komoditas primer yang penting, nomor dua setelah beras, dan

salah satu dari sedikit sumber devisa negara.

3. Pariwisata

Pada tahun 1960-an, Kamboja merupakan tujuan wisata terkemuka di

kawasan Asia Tenggara . Karena periode perang saudara yang berkepanjangan,

pemberontakan, dan khususnya rezim genosida Khmer Merah, industri

pariwisata Kamboja hampir tidak ada lagi. Sejak akhir tahun 1990an, pariwisata

dengan cepat menjadi industri terbesar kedua di Kamboja, setelah manufaktur

garmen. Pada tahun 2006, sektor pariwisata Kamboja menghasilkan pendapatan

sebesar US$1,594 miliar, yang merupakan sekitar 16% PDB negara tersebut.

Wisata warisan budaya sangat populer di negara ini, dengan banyak

wisatawan asing mengunjungi kuil Hindu kuno Angkor Wat yang terletak di

1
provinsi Siem Reap . Tempat wisata populer lainnya termasuk Istana Kerajaan,

Phnom Penh, serta tempat ekowisata seperti Danau Tonlé Sap dan

Sungai Mekong .

Industri pariwisata di Kamboja dilanggengkan oleh pembangunan

infrastruktur transportasi yang penting; khususnya dua bandara internasional

Kamboja di Phnom Penh dan Siem Reap. Bagi perekonomian Kamboja,

pariwisata telah menjadi sarana akumulasi pendapatan mata uang asing dan

lapangan kerja bagi angkatan kerja Kamboja, dengan sekitar 250.000 lapangan

kerja tercipta pada tahun 2006. Sementara itu, tantangan terhadap industri ini

mencakup kebocoran pendapatan ke pasar luar negeri karena ketergantungan

terhadap barang luar negeri serta maraknya industri pariwisata seks anak.

4. Industri Perjudian

Perjudian di Kamboja secara resmi ilegal berdasarkan Undang-Undang

tentang Pemberantasan Perjudian tahun 1996, yang melarang semua

bentuk perjudian yang tidak sah dan memberikan hukuman mulai dari denda

uang hingga hukuman penjara singkat, meskipun Departemen Penjara

Umum pemerintah Kamboja tidak mencantumkan perjudian sebagai salah satu

bentuk perjudian. 28 pelanggaran yang diancam dengan hukuman penjara.

Larangan perjudian yang juga berlaku pada segala bentuk perjudian

online hanya berlaku bagi warga negara Kamboja. Pada bulan Oktober 2015,

terdapat 75 kasino yang melayani wisatawan asing yang beroperasi di Kamboja ,

memberikan pendapatan sekitar US$29 juta kepada pemerintah pusat dalam

1
sembilan bulan pertama tahun ini dan pendapatan sebesar $2 miliar untuk

kasino. Warga negara Kamboja diperbolehkan berjudi melalui permainan yang

disponsori pemerintah termasuk lima lotere nasional swasta yang dikelola secara

terpisah . Warga Kamboja sebelumnya juga diizinkan memainkan mesin slot

yang berlokasi di kasino negara tersebut, namun karena adanya keluhan

kekerasan terkait dengan hutang perjudian dan meluasnya masalah perjudian ,

mesin slot dilarang pada tahun 2009.

Perjudian sebagai hobi populer sudah tertanam dalam budaya Asia Tenggara

pada umumnya dan budaya Kamboja pada khususnya. Pria yang tidak berjudi

seringkali dianggap tidak maskulin. Akibatnya, meskipun ada undang-undang

yang melarang perjudian warga, perjudian ilegal tersebar luas di

Kamboja. Kepolisian di Kamboja, yang diperintah oleh salah satu pemerintahan

paling korup di dunia, sering kali mengabaikan hal ini karena kasino dengan

bebas mengizinkan penduduk setempat untuk masuk dan menyediakan ruang

pribadi bagi pejabat pemerintah dan penegak hukum, yang seringkali memiliki

hak finansial. minat pada kasino, untuk melakukan perjudian ilegal.

Kegiatan di luar hukum juga tersebar luas di luar kasino yang diizinkan

mulai dari sabung ayam dan ruang kartu hingga buku olahraga (terutama

pertandingan sepak bola regional dan kickboxing ) dan lotere tidak sah.

Sebagian besar kegiatan ini dikendalikan oleh kejahatan terorganisir dan

dilindungi oleh suap kepada penegak hukum. Sejumlah masalah sosial melanda

Kamboja akibat perjudian, terutama kecanduan judi.

5. Kontruksi

1
Meningkatnya kunjungan wisatawan telah menyebabkan meningkatnya

permintaan akan hotel dan akomodasi lain di sekitar lokasi wisata. Siem Reap

khususnya telah mengalami ledakan konstruksi dalam beberapa tahun

terakhir. Ibu kota Phnom Penh juga menyaksikan pertumbuhan di sektor

konstruksi dan real estate. Baru-baru ini, proyek-proyek yang direncanakan dan

telah berjalan selama beberapa tahun telah ditunda sementara karena

berkurangnya investasi asing. Sejak tahun 2009, pemerintah Kamboja

mengizinkan orang asing memiliki kondominium. Hal ini telah membantu

menarik investor real estate dari Thailand , Malaysia , Singapura dan negara-

negara lain.

Sektor konstruksi menarik investasi sebesar $2,1 miliar pada tahun 2012,

yang merupakan peningkatan sebesar 72 persen dibandingkan tahun 2011. Izin

konstruksi yang dikeluarkan berjumlah 1.694 proyek pada tahun 2012, yang

berarti 20% lebih rendah dibandingkan tahun 2011 namun nilainya lebih tinggi.

6. Sumber Daya

Rembesan minyak ditemukan di Kamboja pada awal tahun 1950-an oleh

ahli geologi Rusia dan Tiongkok. Namun perkembangan industri ini tertunda

karena Perang Saudara Vietnam dan Kamboja serta ketidakpastian politik yang

terjadi setelahnya. Penemuan lebih lanjut cadangan minyak dan gas alam di

lepas pantai pada awal tahun 2000an memunculkan kembali minat domestik dan

internasional terhadap kemungkinan produksi di Kamboja. Pada tahun 2013,

perusahaan AS Chevron , JOGMEC Jepang , dan perusahaan internasional

1
lainnya mempertahankan lokasi produksi baik di darat maupun di luar

negeri. Chevron sendiri telah berinvestasi lebih dari US$160 juta dan mengebor

18 sumur.

Sok Khavan, penjabat direktur jenderal Otoritas Perminyakan Nasional

Kamboja, memperkirakan bahwa setelah kontrak diselesaikan dan masalah

hukum diselesaikan, pemerintah Kamboja akan menerima sekitar 70%

pendapatan, sehingga berkontribusi pada perekonomian yang PDB-nya

diproyeksikan meningkat lima kali lipat. - kali lipat pada tahun 2030. Selain itu,

terdapat 10.000 mil persegi lepas pantai di Teluk Thailand yang menyimpan

potensi cadangan 12-14 triliun kaki kubik gas alam dan minyak dalam jumlah

yang tidak ditentukan. Hak atas wilayah ini saat ini sedang menjadi subyek

sengketa antara Kamboja dan Thailand, yang selanjutnya menunda

kemungkinan pengembangan produksi. Pada awal tahun 2013 dilaporkan bahwa

kedua negara hampir mencapai kesepakatan yang memungkinkan dimulainya

produksi bersama.

2.6 Sumber Penghasilan Penduduk

Mata pencarian utama penduduk di negara Kamboja adalah petani. Salah satu

komoditas ekspor utamanya pun hasil pertanian. Selain pertanian, perikanan juga sangat

penting bagi perekonomian Kamboja. Tak sedikit dari mereka yang bekerja sebagai

nelayan atau penjual ikan segar, ikan kering, ikan asap, dan ikan asin. Perekonomian

Kamboja juga bergerak di sektor manufaktur. Namun, sektor ini tidak terlalu

berkembang seperti pertanian serta perikanan. Bisa disimpulkan bahwa mata

pencarian utama

1
penduduk di negara Kamboja adalah petani. Karena pertanian menjadi sektor utama

negara ini. Selain petani, penduduk Kamboja juga banyak yang bekerja di bidang

perikanan, industri manufaktur, serta penjual ikan atau hasil pertanian.

2
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kamboja atau Kampuchea merupakan negara di Asia Tenggara yang semula

berbentuk Kerajaan di bawah kekuasaan Dinasti Khmer di Semenanjung Indo-China

antara Abad Ke-11 dan Abad Ke-14. Rakyat Kamboja biasanya dikenal dengan sebutan

Cambodian atau Khmer, yang mengacu pada etnis Khmer di negara tersebut. Negara

anggota ASEAN yang terkenal dengan pagoda Angkor Wat ini berbatasan langsung

dengan Thailand, Laos dan Vietnam. Sebagian besar rakyat Kamboja beragama Buddha

Theravada, yang turun-temurun dianut oleh etnis Khmer. Namun, sebagian warganya

juga ada yang beragama Islam dari keturunan muslim Cham.

Kamboja ialah negara kerajaan. Raja di Kamboja berfungsi sebagai kepala

negara sedangkan jika untuk urusan pemerintahan diatur perdana menteri. Dengan

hal begitu media dalam Kamboja diatur sangat ketat oleh pemerintah.

3.1 Saran

Bagi pembaca, hasil makalah ini kami harapkan dapat menambah wawasan

pengetahuan terkait dengan Manajemen sumber daya manusia.

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna,

kedepannya kami sebagai penulis akan lebih focus dan detail dalam menjelaskan

makalah diatas dengan sumber-sumber yang dapat dipertanggung jawabkan.

2
DAFTAR PUSTAKA

"Database Outlook Ekonomi Dunia, April 2019" . IMF.org . Dana Moneter


Internasional . Diakses pada 29 September 2019 .
"Negara Bank Dunia dan Kelompok Peminjam" . datahelpdesk.worldbank.org . Bank
Dunia . Diakses pada 29 September 2019 .
"Populasi, total - Kamboja" . Diakses tanggal 30 Januari 2023 .
"Prospek Perekonomian Global, Juni 2020" . openknowledge.worldbank.org . Bank
Dunia : 74. 8 Juni 2020 . Diakses tanggal 10 Juni 2020 .
"Rasio jumlah penduduk miskin $3,20 per hari (PPP 2011) (% populasi) -
Kamboja" . data.worldbank.org . Bank Dunia . Diakses pada 1 Februari 2020
"Rasio jumlah penduduk miskin pada garis kemiskinan nasional (%
penduduk)" . databank.worldbank.org . Bank Dunia . Diakses pada 11 Februari 2019 .
a b c d e f g h i j k l mLompat ke: "Buku Fakta Dunia" . CIA.gov . Badan Intelijen
Pusat . Diakses pada 10 Februari 2019 .
a b c d eLompat ke: "Database Outlook Ekonomi Dunia, Oktober
2023" . IMF.org . Dana Moneter Internasional . Diakses pada 24 Oktober 2023 .

Anda mungkin juga menyukai