Anda di halaman 1dari 21

ISLAM DI KAWASAN INDO-CHINA: Masuknya Islam, Karakteristiknya,

dan Tantangan Masa Kini

Oleh: Moch. Arif Nafi’udin (A92219099), Naf’atul Ma’rifah (A92219105),


dan Putri Sayyidati Citra Sasongko (A92219109)

Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab Dan Humaniora

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Jln. Ahmad Yani no. 117, 602111, Surabaya, Jawa Timur

Abstrak: Makalah ini bertujuan untuk memaparkan bagaimana Islam masuk ke


kawasan Indo-China. Indo-China sendiri kerap kali disebut dengan tiga negara di
dalamnya, Vietnam, Kamboja, dan Laos. Di dalam akan dibahas lebih mendalam
mengenai proses Islamisasi ke kawasan Indo-China dengan berbagai teori yang
ada. Membahas terkait ciri dan karakteristik dari umat Islam di masing-masing
negara yang dipengaruhi oleh kondisi sosial dan etnis bangsa. Kmeudian,
menggali lebih dalam terkait tantangan yang dihadapi umat Islam yang berada
dalam negara-negara tersebut di era masa kini.

Kata Kunci : Khmer, Indo-China, Campa

Latar Belakang

Indo-China adalah kawasan yang meliputi negara Vietnam, Laos dan Kamboja.
Pada abad pertengahan di wilayah Indo-China mendapat julukan “Mandala Yudha”
atau kawasan lompatan Kijang, istilah itu merupakan istilah tradisi Kelantan dan
pada waktu itu wilayah ini dikuasai oleh tiga kerajaan besar yaitu Annam, Khemer
Kambodja, dan Campa. Annam merupakan kerajaan Buddha yang hanya memiliki
wilayah lonkin utara. Sedangkan Khemer Kamboja merupakan kerajaan Hindu
yang menguasai daerah lebih luas dari Kamboja sekarang. Kamboja juga meliputi

Page 1 of 21
Cochin China dan delta sungai Mekong. Bagian tengah dari Vietnam sekarang
merupakan daerah kekuasaan Campa. sebelum terbentuknya tiga negara kawasan
Indo-China daerah tersebut merupakan jajahan Perancis di Asia Tenggara pada
tahun 1887 M. kemudian Vietnam Selatan (Chocin China), Vietnam Tengah
(Annam), dan Vietnam (tonkin), kamboja, dan Laos disatukan oleh Prancis menjadi
satu kawasan di bawah pemerintahan seorang Gubernur Jenderal. Lantas
bagaimana Islam dapat masuk kewilayah tersebut?

Terdapat dua teori yang menjelaskan masuk dan berkembangnya Islam di


Indo-China, Yaitu teori Cina dan teori Melayu. Dalam teori Cina menyebutkan
bahwa penyebaran Islam di Indonesia berasal dari pedagang-pedagang Islam yang
datang dari Cina dan mereka terdiri dari orang-orang Cina keturunan Persia, Arab,
dan India pada abad ke-11 Masehi. mereka perdagangan di daerah Kanton, Unan,
dan Khaso. Madzhab yang dibawa oleh orang Cina keturunan Arab Persia tersebut
adalah madzhab Syiah, namun seiring perkembangan zaman kemudian madzhab
Syiah terkalahkan oleh Mazhab Syafi'i.

Teori selanjutnya adalah teori Melayu yang menyebutkan bahwa Islam


dibawa ke Indonesia melalui para pedagang Islam yang berhijrah dari alam Melayu
pada abad ke-12 hingga abad ke-14. Mereka berasal dari Kerajaan Melayu seperti
Pattani, Malaka, Aceh, dan Jawa. Kerajaan-kerajaan alam Melayu ini begitu maju
dalam berbagai bidang seperti politik, perdagangan, agama, dan ilmu pengetahuan
Islam. Sebelum mereka sampai di Indo-China terlebih dahulu mereka singgah di
Ligor dan Singgora. Kedua daerah tersebut merupakan bagian dari Kerajaan
Melayu Langkasuka dan Pattani Darussalam yang sekarang menjadi bagian dari
Thailand. Diperkirakan melalui orang-orang Melayu tersebut madzhab Syafi'i
dibawa ke Indo-China, tepatnya di Campa. Campa adalah kerajaan Islam di bagian
tengah Vietnam sekarang dan jatuh pada abad ke-15 di bawah kekuasaan Kerajaan
Annam. 1

1
Asep Ahmad Hidayat, Studi Kawasan Muslim Minoritas Asia Tenggara. 59-60.

Page 2 of 21
Dari serangkaian Islamisasi Indo-China diatas lantas bagaimana sejarah
masuknya Islam ke kawasan Indo-China setelah mereka terbagi menjadi wilayah
masing-masing negara? Dan bagaimana karakteristik Islam disana? serta
bagaimana tantangan yang mereka hadapi sebagai seoang Muslim minoritas?

Vietnam

Islamisasi

Indo-China ialah kawasan yang meliputi negara Vietnam, Laos dan Kamboja. Pada
awal abad pertengahan wilayah Indo-China mendapatkan julukan “Mandala Yuda”
atau kawasan Lompatan Kijang (Istilah tradisi Klantan), dan pada waktu itu wilayah
ini dikuasai oleh tiga kerajaan besar yaitu, Annam, Khamer Kambodia dan Campa.
Jumlah penduduk di wilayah Indo-China diperkirakan mencapai 98 juta jiwa.
Vietnam yang artinya Negeri Selatan adalah negara yang jumlah penduduknya
paling besar dengan ibukota Hanoi. Di Vietnam etnis mayoritas adalah Chinese
(1.000.000 jiwa), Kampuchea, Melayu-Campa. Selain itu ada juga kelompok etnis
minoritas yakni keturunan Thai, Man, Meo, Muong, Nung, Lolos, dan lain-lain.

Secara fisiografis Vietnam terdiri atas 5 kawasan utama yaitu: Pegunungan


Utara di barat laut; Delta Sungai Merah, yang membentang dari Pegunungan Utara
sampai ke Teluk Tonkin; Pegunungan Annam 80Km di utara Ho Chi Min; Dataran
pantai, yang melputi wilayah timur bagian tengah; Delta Mekong, yang terbentuk
oleh Sungai Mekong yang mengalir dari China. Campa adalah sebuah kerajaan
yang terletak di bagian tengah Vietnam sekarang, yang sering dihubungkan dengan
peristiwa penyebaran masuknya Islam di Indo-Cina khususnya di Vietnam. Istilah
Campa yang muncul pertama kali pada tahun 658M, dalam satu prasasti
Sangsekerta yang ditermukan di selatan Vietnam sekarang. Campa yang merupakan
kerajaan persekutuan yang terdiri dari 5 kerajaan negeri: Indrapura, Amarawati,
Vijaya, Kautra & Panduranga, yang masing-masing mempunyai pemerintahan

Page 3 of 21
otonom dengan ibu negara Indrapura (Quang Nam sekarang).2 Sejak sebelum
kedatangan Islam, Campa merupakan salah satu krajaan yang banyak dikunjungi
para pedagang mancaegara.3 Dahulu Campa merupakan negara kota, pusat
perdagangan antar bangsa (ekspor impor), yang memiliki gudang-gudang besar
seperti Negara Singapura sekarang.

Thomas Arnold menyebutkan bahwa Islam telah menampakkan kakinya di


Campa pada abad ke-11 M. Ketika zaman Islam banyak para pedagang Arab dan
Persia yang berkunjung ke wilayah ini, dan semenjak itulah Islam diperkenalkan.
Dikatakan sekitar abad ke-10 M telah didapatkan banyaknya orang Islam yang
berdagang dan menetap di Campa. Kedatangan mereka disebabkan oleh dua hal
yakni perdagangan dan pelarian. Pernah dilaporkan bahwa Islam telah sampai di
Campa semenjak kekhalifhan Utsman bin Affan yang dibawa oleh para pedagang
yang menuju China. Pada laporan yang sama juga pada masa Bani Umayyah
meningkatnya umat Islam yang berhijrah menuju Campa dari sebelumnya yang
disebabkan oleh penindasan oleh Al-Hijaj, Guberbur Dinasti Umayyah di Iraq.
Selain itu terdapat prasasti bertarikh 1025 M, menurut M. Racaise inskripsi yang
terdapat pada kedua prasati tersebut menunjukkan bahwa pada abad ke-11 telah
terdapat sebuah kota pantai yang penduduknya orang Muslim.

Dalam bukunya Islam Comes to Malaysia, Fatimi berpendapat bahwa Islam


memang telah lama bertapak di Campa. Menurutnya sejak 945-959 M telah terdapat
perwakilan orang Campa yang beragama Islam di China. Dikatakan pula dalam
“Sung Shih” (sejarah dinasti Sung), bahwa orang-orang Campa yang tinggal di
China senantiasa mengucapkan “A-lo-ho-ki-pa” (Allahu Akbar) apabila mereka
hendak menyembelih kerbau.4 Marco polo yang pernah singgah di Campa
menyebutkan bahwa raja dan rakyat Campa yang menyembah berhala, Odoric dan
Pordenone yang sampai di wilayah itu setengah abad kemudian menyatakan bahwa
penduduk Campa mrngamalkan adat Hindu sehingga bisa disimpulkan bahwa

2
Dr. H. Safullah, SA. MA. Sejarah & Kebudayaan Islam di Asia Tenggara. Yogyakarta. Pustaka
Belajar. 2010. 205.
3
Studi kawasan muslim minoritas asia tenggara. 61.
4
Studi kawasan muslim minoritas asia tenggara. 62.

Page 4 of 21
agama resmi pada abad ke-13 sampai ke-14 adalah agama Hindu.Akan tetapi tidak
dibantah sama sekali bahwa orang Islam disana terus berkembang dan bahkan
terdapat kaum bangsawan yang memeluk Islam.

Sebuah manuskrip orang-orang Cham menyebutkan bahwa seorang islam


bernama Po Klai Barahu yang melarang adiknya Po Sanimpat menikah dengan
seorang putri yang beragama Hindu, bernama Po Sah Ina. Peristiwa ini
menunjukkan bahwa keluarga Po Klau Baharu merupakan keluarga bangsawan di
Campa. Seorang penulis China Islam, Ma Huan yang sering menemani
mendampingi Laksamana Cheng Ho dalam ekspedisi ke negara-negara lain, dalam
bukunya Ying shenglan (1433 M) mengatakan bahwa hanyak sebagian daripada
penduduk Campa ketika itu memeluk agama Islam, raja dan sebagian penduduknya
bergama Buddha (mungkin juga Hindu). Sampai abad ke-15 nampaknya Islam
belum merata di Campa bahkan rajanya masih beragama Buddha (bahkan mungkin
Hindu).

Pada 939 M, muncul kekuatan baru diwilayah ini (awalnya kekuasaan


Campa) yakni Dai Viet (kemudian menjadi Vietnam) yang mulai sejak hari itu
terjadi peperangan yang berkepanjangan. Pada 982 M, Vietnam berhasil
menghancurkan ibukota kerajaan Indrapura dan Raja Campa memindahkan jauh ke
selatan yakni ke Vijaya. Namun pada 1044, Vietnam berhasil menduduki kota
Vijaya bahkan membunuh rajanya. Dan pada 1471, raja Vietnam Le Thanh Tong
menyerang Campa secara besar-besaran dan menghancurkan Vijaya dengan
membunuh lebih dari 40.000 penduduk dan mengusir lebih dari 30.000 lainnya dari
bumi Campa, mereka juga menghancurkan sisa-sisa kebudayaan Campa yang
berbau Buddha/Hindu dan menggantinya dengan kebudayaan China/Vietnam.
Dengan sisa sisa kekuasaan Campa belahan selatan yang banyak kebudayaan
melayu disana dan beragama Islam. Dikabarkan bahwa raja Campa bernama Po
Klau Hali (1579-?) sudah memeluk Islam dan pernah mengirim tentaranya untuk
membantu Sultan Johor di Semenanjung Malaka untuk berperang menentang

Page 5 of 21
Portugis pada 1511.5 Bagaimanapun, sekali lagi raja Nguyem dari Vietnam
menaklukkan Kauthara (1659 dan Pandugara (1697). Akibatnya raja Pandugara
berakhir dan terpaksa meninggalkan negerinya bersama ribuan pengikutnya menuju
Rong Damrei di Kamboja. Hal ini menandai lenyapnya sisa sisa Kerajaan Campa
terakhir dari peta bumi untuk selamanya, walaupun kebudayaan Campa tetap
berlanjut di pegunungan Kamboja. Pada akhirnya mereka bertemu dengan
kelompok Melayu yang datang dari Nusantara dan melakukan akulturasi budaya
sehingga terbentuklah sebuah komunitas masyarakat baru yang disebut Melayu-
Campa atau Jva-Cam.6

Karakteristik Umat Islam


Masyarakat muslim di Vietnam biasanya dibedakan menjadi dua jenis. Pertama,
masyarakat muslim pendatang yang berkembang dikota-kota besar, seperti Ho Chi
Minh (dahulu Saigon), Tay Ninh dan An Giang yang berbatasan dengan Kamboja.
Mereka kebanyakan terdiri dari para pedagang dan pengusahsa yang berasal dari
berbagai negeri. Kedua, masyarakat muslim Cham yang merupakan penduduk lokal
dan komunitas muslim tertua. Saat di bawah kekuasaan komunis sejak 1975, agama
memang disingkirkan dan menjadi kegiatan personal yang sempit dan terbatas.
Hanya karena pengalaman mereka yang pernah merasakan tekanan yang tiada henti
dalam berbagai pemerintahan, daya tahan spiritual masyarakat muslim Vietnam
cukup tangguh. Komunitas muslim kecil dapat ditemukan di daerah yang dikenal
sebagai distrik 8. Daerah ini yang dikenal sebagai kantong terbesar Muslim Cham
di kota metropolitan informal yang masih dikenal sebagai Saigon.7

Setelah Vietnam memasuki era baru dan politik terbuka, umat muslim
Vietnam juga mulai mengalami perubahan politik, baik secara internal maupun
eksternal. Seperti semakin terbukanya kegiatan keagamaan yang meningkat,
semakin pulihnya posisi umat Islam dengan pembangunan rumah ibadah. Juga

5
Dr. H. Safullah, SA. MA. Sejarah & Kebudayaan Islam di Asia Tenggara. Yogyakarta. Pustaka
Belajar. 2010. 207
6
Ibid. 208
7
https://m.republika.co.id/berita/dunia-islam/dunia/18/10/04/pg2c8f313-islam-di-vietnam-
bertahan-di-pinggiran-mayoritas. Diakses pada 07 April 2021.

Page 6 of 21
lingkup eksternal yang menyebabkan adanya relasi yang dimiliki dengan dunia
Islam Internasional dan pusat-pusat Islam dunia khususnya hubungan dengan
kelompok Cham di Kamboja dan pusat-pusat Islam di kota Ho Chi Minh, dibukanya
berbagai kantor perwakilan negara-negara sahabat yang mayoritas penduduknya
muslim, sehingga suasana di kota itu tidak lagi mencerminkan suasana kota yang
“anti Tuhan”. Termasuk juga dana dari negara-negara Islam untuk membangun
masjid dan pesantren. Muslim melayu, terutama berasal dari Malaysia yang
memiliki pengaruh sangat besar dalam perkembangan Islam di Vietnam. Mereka
mengirim penceramah dalam bahasa melayu, mendirikan madrasah dan
sebagainya.8 Di Vietnam terdapat beberapa masjid yang cukup besar antara lain
Masjid Hanoi, yang cukup bersejarah; Masjid Rahim; Masjid Nam Ky Khoir Nghia;
Masjid Tran Hung Dao 459; Masjid Le Quang Liem; Masjid Nguyen Trai 641;
Masjid Muslimin (distrik 8); Masjid Nurul Islam (Binh Thang); Masjid Hayatul
Islam (distrik 10); Masjid Mubarak (distrik 4); dan Masjid Nurul Ihsan (Phu
Nhum).9

Tantangan Masa Kini

Dengan negara yang mayoritas beragama Buddha menjadikan umat Islam di sana
sebagai kelompok minoritas yang bisa jadi gerak kegiatan sehari-harinya terbatas.
Namun dengan adanya Vietnam menjadikannya politik terbuka sehingga gerak
umat Islam disana sedikit lebih lancar. Akan tetapi masih banyak rintangan yang
ada bagi Muslim di negara Campa itu. Seperti di lingkungan Cham, berpakaian
panjang disana sudah biasa namun masih banyak umat Islam yang membiarkan
kepala mereka terbuka dan terlihat aurat para wanita, apalagi ketika mereka yang
pergi bekerja sudah pasti seperti itu. Mereka mengatakan, diantara alasannya adalah
takut perlakuan diskriminatif di lingkungan kerjanya.

Tentu tetap saja tidak mudah bagi muslim Cham di Vietnam untuk mencari
kerja. Banyak lulusan pesantren dan perguruan tinggi dari Timur Tengah yang

8
https://m.liputan6.com/lifestyle/read/4254340/islam-di-vietnam-kini-masih-minoritas-tapi-bebas-
beribadah. Diakses pada 07 April 2021.
9
Dr. H. Safullah, SA. MA. Sejarah & Kebudayaan Islam di Asia Tenggara. Yogyakarta. Pustaka
Belajar. 2010. 210.

Page 7 of 21
akhrinya mencari pekerjaan di Malaysia seperti ynag diungkap oleh Lamijo, M.Phil
“Secara konstitusional, pemerintah Vietnam membebaskan orang Islam beribadah
dan bekerja diberbagai bidang. Tapi faktanya, tidak ada orang Islam yang bekerja
menjadi tentara atau polisi. Hanya sedikit Muslim Campa yang bekerja sebagai
ASN, terutama di wilayah yang mayoritas penduduknya Islam”.

Dalam acara Bincang Ramadhan bertajuk ‘Kaum Minoritas Islam di Asia


Tenggara’ secara virtual pada senin, 11 Mei 2020. Adanya masalah makanan dan
minuman yang halal sudah pasti akan terjadi, beredar luasnya minuman beralkohol
serta bebas penjualannya. Apalagi dengan lingkungan yang bisa dibilang tidak
mendukung (sedikitnnya tetangga Muslim di lingkungan tersebut) pastilah akan
terjerumus dengan memakan dan meminum makanan dan minuman yang kurang
pantas tersebut. Seperti Mack Aly, agen real estateyang yang tinggal di luar
lingkungan Cham mengatakan bahwa ia masih menikmati minuman beralkohol
dengan teman-temannya dan masih berkencan dengan wanita non-muslim.

Di Vietnam agama tidak begitu kuat. “Saya tidak mau makan babi. Tapi
saya mau tidak rutin menjalankan shalat lima kali sehari. Dan saya minum dan
merokok,” kata dia di sebuah kedai kopi kelas atas.10 Namun keluarga Aly
memanfaatkan peluang yang ditawarkan diaspora Muslim dengan baik. Bahkan
saudaranya sedang bekerja di Mesir dan saudara perempuannya di Indonesia.
Namun, berbeda lagi dengan tantangan yang dialami Ngo Van Dong (50) ia tetap
teguh menjalankan agamanya. Ia adalah salah satu dari sejumlah kecil Kinh yang
telah bertaubat dan mengenal agama Islam, meskipun ada banyak tantangan awal
dari pihak keluarganya yang mengganggap agamanya yang aneh. Dia mengaku
semula memeluk Islam lebih karena cinta untuk isterinya, seseorang dari etnis
Cham namun dengan seiring waktu ia semakin memahami tentang keyakikan
Islamnya.

10
https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/pg2deq313. Diakses pada 07 April 2021.

Page 8 of 21
Kamboja

Islamisasi

Mayoritas agama di Kamboja adalah Budha, hal ini dikarenakan Islam adalah
agama Pendatang. Berawal ketika orang-orang Islam Campa datang dari Vietnam
Tengah, kemudian menyebar ke Kamboja mereka berbondong-bondong
meninggalkan tanah airnya karena desakan Nam Tien atau pergerakan orang-orang
Vietnam Selatan, sehingga mereka memutuskan untuk hijrah ke tanah Kamboja. Di
tanah Kamboja mereka bertemu dengan kelompok melayu yang datang dari
Nusantara terjadilah akulturasi budaya karena persamaan agama dan rumpun
bahasa Austronesia ke dalam sebuah masyarakat baru yang disebut Melayu campak
atau Jva camp. kehadiran masyarakat melayu bermula sejak beberapa abad
sebelumnya. Sumber-sumber menyatakan bahwa dalam abad ke-7 kaum Jawa telah
menghuni beberapa wilayah baru sebagai pedagang, pelarut, dan tentara Utara.
Hingga dimasa abad ke-15 hubungan dunia Melayu dan Kamboja meningkat dari
segi ekonomi dan agama. Ramai perdagangan dan penyebaran agama Islam tiba di
Kamboja. Menurut sumber-sumber Melayu di Kamboja, Kebanyakan orang
Melayu merasa berasal dari Jawa, Sumatera, dan Pattani. bahkan, pada waktu-
waktu tertentu para ketua masyarakat melayu telah menjalin kerjasama dan saling
membantu dengan Raja- raja khmer.11

Dalam perjalanan migrasi masyarakat Campa ke Kamboja yaitu setelah


tahun 1471. ketika Vietnam menduduki Vijaya. Selanjutnya pada gelombang
kedua adalah setelah tahun 1697, ketika Vietnam menduduki paduan dan terakhir
karena mengalami siksaan luar biasa pada tahun 1832. migrasi campak terjadi
karena mau melarikan diri dari penghancuran Vietnam. Sedangkan migrasi Melayu
dari Nusantara terjadi karena perdagangan dan penyebaran agama Islam. Kedua
etnis yang berbeda asal-usul ini bersatu dalam satu agama Islam di sebuah negeri
asing bernama Kamboja. karena persamaan nasib dan agama etnis Ini akhirnya
bekerja sama dan bahkan saling menjalin hubungan melalui pernikahan sehingga

11
Dr. H. Safullah, SA. MA. Sejarah & Kebudayaan Islam di Asia Tenggara. Yogyakarta. Pustaka
Belajar. 2010. 222.

Page 9 of 21
melahirkan etnis baru yang disebut Melayu Campa. Oleh penguasa Khmer
masyarakat Melayu Campa ini dipersilahkan untuk berdiam di wilayah di wilayah
Oudong yang menjadi ibukota Khmer pada waktu itu, Wilayah Thbaung Khmum,
Stung Trang, dan daerah-daerah kompot, Battambang, dan Kampung Luong
sekarang ini.

Dalam perkembangannya, masyarakat Melayu membentuk satu komunitas


khusus yang dikenal dengan sebutan Cam-Jva perkataan Java berasal dari
perkataan Jawa yang ditafsirkan masyarakat, kemudian sebagai semua masyarakat
Melayu dan dari manapun asalnya. mungkin mereka berasal dari pulau Jawa,
Sumatera, atau negeri-negeri di Semenanjung Malaka, dan Pattani, istilah khemr
“Cam” merujuk pada penduduk yang Berasal dari kerajaan campa yang pada zaman
dahulu terletak di tengah Vietnam. Sekarang masyarakat Khemr menggolongkan
mereka menjadi sebuah kelompok yang mereka sebut sebagai Cam-Jva atau
Melayu campa.

Pada tahun 1874 penduduk Melayu Campa berjumlah 25.599 orang 10%
penduduk adalah Melayu Cam. Kebanyakan mereka bekerja sebagai nelayan,
peternak lembu, dan pedagang yang handal, sedangkan sebagian lainnya bekerja
sebagai kaki tangan kerajaan mulai dari pegawai tingkat kampung chumtup,
mkehum, mesrok, dan chaway srok. bahkan ada beberapa yang bertugas sebagai
tentara dan memegang jabatan politik. Seluruh wilayah ini membuktikan bahwa
masyarakat Campa telah benar-benar merasakan hidup di negara bangsanya sendiri
dan telah memberikan kesetiaannya pada Kamboja ketika penjajahan Perancis.
sebaliknya pemerintah Khmer tidak pernah menganggap orang Melayu Campa
sebagai pendatang atau orang asing. Tetapi warga negaranya sendiri.

Kamboja mencapai kemerdekaanya dari penjajah Perancis pada 9


November 1953 di bawah kepala negara Norodom Sihanouk namun sayangnya
masyarakat Melayu Campa tidak disebut sebagai etniknya sebegai etnik Melayu
Cam, tetapi disebut sebagai Kmer Islam. Sebutan itulah yang dipopulerkan hingga
saat ini. Adapun belakangan ini kelompok-kelompok minoritas yang dilindungi di
kawasan Wilayah Pay Montagards du Sud (PMS) di wilayah Vietnam Selatan, yang

Page 10 of 21
meliputi Kontum, Pleiku, Ban Menthuot, Djing, dan Dalat, dihapuskan dan
seluruhnya diangkat menjadi masyarakat Vietnam. hal yang sama juga dialami oleh
sisa-sisa minoritas Canpa di Vietnam dan Khmer Krom ( yaitu masyarakat Khmer
yang berdiam di Vietnam Selatan). Oleh karena itu masyarakat Melayu Campa
Kamboja berusaha berjuang bersama masyarakat PMS di Vietnam dan orang-orang
Khmer Krom untuk membentuk organisasi yang disebut PLURO (Front Unifie de
Kautte des Races Oprimees) atau barisan pembebasan ras-ras tertindas. PLURO
meliputi gabungan dari Front de Lebaration du Kampucha Krom (Barisan
Pembebasan Kamboja Krom) dan Front de Liberation du Kampuchen Nord
(Barisan Pebebasan Kamboja Utara).12

Seluruh pengurus strukrural PLURO berasal dari kalangan Islam. Salah


satunya yaitu Les Kosem, seorang tentara Kamboja yangberasal dari Kampung
Cam, ia kemudia dilantik menjadi jenderal. Pada masa pemerintahan Lon Nol nasib
Melayu Campa terlihat lebih baik karena kepercayaan diberikan kepada Melayu
Campa dan FLURO. Les Kosem ditunjuk sebagai mediator dalam menyelesaikan
berbagai konflik intern muslim dan perwakilan Kamboja ke berbagai negara Islam.
Namun setelah kejatuhan Kamboja ke tangan Khmer Merah, Les Kosem melarikan
diri ke Malaysia dan meninggal di Kuala Lumpur pada 1976.

Selanjutnya dimasa Pol Not dan Khmer Merah pada tahun 1975 sampai
1979. Ribuan orang Kamboja disiksa dan dibunuh karena dianggap bekerjasama
dengan rezim Lon nol atau hanya karena alasan agama yang dianutnya. Hal ini
terjadi karena Khamr Merah menganut paham komunis radikal dan menghalangi
kebebasan beragama. Akibatnya masyarakat yang beragama Islam merasakan
penderitaan yang amat sangat berat. Mereka dipaksa meninggalkan tradisi
keagamaan, seperti nama yang memiliki konotasi Islam dihapuskan. masjid dan
Madrasah tidak difungsikan atau dikurangi jumlahnya. kebiasaan-kebiasaan agama
lainnya dihapuskan. Alquran dan bacaan-bacaan keagamaan lainnya di musnahkan,

12
Ibid. 225

Page 11 of 21
bahkan budaya dalam beraktivitas pakaian makanan dan aksesoris lainnya
dilenyapkan.

Pada 17 April 1975 pasukan khusus Khmer merah yang disebut Angkar
telah melakukan pencarian dan penangkapan yang diikuti penyiksaan terhadap
siapa saja yang mereka curiga sebagai pengikut Lon nol. Pada 20 Mei 1979 Pol Not
telah melakukan diskriminasi sosial berdasarkan pilihan politik dan agamanya
sehingga yang ada hanya dua pilihan ikut Pol Not atau menolaknya. Mereka yang
menolak dianggap mengalami nasib yang tidak pernah terjadi dalam sejarah umat
manusia yakni disiksa dan dibantai. diperkirakan antara 1 sampai 3 juta rakyat telah
dibunuh atau mati karena kekurangan makanan, satu juta diantaranya adalah rakyat
Melayu Campa dan 6 juta lainnya mengalami trauma berat karena ketakutan yang
sangat hebat. karena alasan ideologi dan keagamaan serta asal usul mereka sebagai
kaum pendatang umat Islam merupakan kelompok masyarakat yang paling
menderita, mereka disiksa dan berpisah dengan sesama muslim kemudian diusir ke
hutan dan pegunungan. Mereka yang cukup mampu banyak yang melarikan diri ke
luar negeri ke Kelantan (Malaysia), Vietnam dan Thailand serta negara-negara
Barat.

Meski hanya memerintahkan selama 4 tahun akan tetapi akibat yang


ditimbulkannya dari aspek budaya mengakibatkan banyak orang Islam dan Melayu
Campa yang sudah tidak mengenal agamanya dan tidak lagi pandai baca tulis Arab.
Pol Not berhasil mengikis habis identitas keislaman dan budaya Campa orang-
orang Melayu campa.

Karakteristik Umat Islam

Barulah setelah jatuhnya rezim Pol Not dan kemudian diperintah oleh Hun Sen dan
raja Sihanouk, masyarakat Islam kembali merasakan sedikit kemerdekaan
beragama masjid sudah mulai difungsikan kembali dan demikian juga merasakan
rasa masyarakat Islam diletakkan di bawah majelis yang terdiri dari 6 orang yang
dilantik oleh raja majelis agama Islam kamboja atau main dipimpin oleh seorang
changuang dan Mufti yang sekarang dijabat oleh Ustadz Fahrudin Yusuf dibawa

Page 12 of 21
oleh 2 orang pembantu musti seorang Ustadz Irsyad menyusup tajir atau ketua dan
Ustaz Yusuf bin Said sebagai wakil ketua dilengkapi dengan 4 orang pembantu
administrative. Terdapat pula bendahara terdapat seorang pemimpin spiritual
Hakim di daerah Trea (Kampung camp). Disana didirikan Sekolah madrasah Hafiz
Al Quran yang kemudian diikuti sekolah Dubai di KM 9 Phnom phen, dan masih
banyak lainnya.. sebenarnya sebelum Khmer Merah pemerintah Kamboja banyak
banyak pelajar Kamboja yang melanjutkan pendidikannya ke Malaysia, Thailand,
Mesir, Arab Saudi dan Kuwait akan tetapi pada saat rezim Khmer Merah pelajar-
pelajar tersebut agar berkurang jumlahnya. Di Kamboja mulai muncul golongan
persekutuan umat Muslim, juga terdapat beberapa Yayasan atas ama kumpulan
umat Islam.
Adapun hubungan budaya Melayu Campa dan Asia Tenggara diantaranya
disana terdapat 2 etnis yang menyatu di Kamboja yaitu Melayu dan Campa.
masyarakat Kamboja telah memberi pengakuan dengan menyebut mereka Cam Jva
istilah Cam berasal dari etnis atau kerajaan lama Campa. Dan Jva adalah orang
Melayu yang sampai di wilayah Kamboja dengan tujuan merantau dari Nusantara.
tetapi orang Campa merambah ke Kamboja karena harus mengungsi secara besar-
besaran dari tanah asal mereka di bagian tengah Vietnam sekarang.
walaupun orang Kamboja tidak dapat membedakan orang lain tetapi
kalangan Melayu di Kamboja sendiri, namun mereka membagi masyarakat mereka
menjadi tiga kategori yaitu:
1. Orang Jva Krabi yaitu orang melayu yang berasal dari Sumatra, khususnya
Minangkabau
2. Orang Jva Ijava yaitu orang Melayu yang berasal dari Pulau Jawa
3. Orang Java Melayu yang datang dari Semenanjung Tanah Melayu dan
patani
Hijrahnya orang Melayu dari nusantara, dalam rangka berdagang atau
karena mereka orang maritim yang suka berkelana di lautan lepas, diperkirakan
setelah masuknya Islam di Nusantara mereka menyebarkan Islam ke Kamboja.
Diperkirakan pada abad ke-13 dan 14 orang Melayu telah memainkan perannya
yang besar dalam mengajarkan Islam di Kamboja. Maka tak heran jika Raja Khmer

Page 13 of 21
memberikan gelar kepada tokoh-tokoh Islam seperti “Onkha To Koley” yang
berarti hakim, Onkha Reacnhen Mu Sti yang berarti pemberi fatwa, Onkha
Renachen Peanich yang berarti perwira. Tak heran pula apabila Islam di Kamboja
tidak jauh dengan Islam di Nusantara.
Menjelang akhir abad 17 orang Melayu berhasil mengislamkan Raja
khamr Ramadipati I. hal ini diduga karena kuatnya pengaruh Islam di istana sehingga
hanya dengan ikut Islam kekuasaan raja tersebut akan dapat bertahan. Raja
Ramadipati I merupakan satu-satunya raja Khmer yang masuk Islam sampai pada
masa belakangan. Sedangkan bagi Indonesia, sebenarnyaCampa Melayu memiliki
nilai budaya yang Istimewa di Indonesia, khususnya pada masa Klasik dimasa
Majapahit, dan Sriwijaya pergaulan dan pertukaran budaya mereka hingga sampai ke
Campa. Bahkan dikisahkan bahwa terdapat seorang Putri cantik dari Campa bernama
Gayatri telah Menikah dengan raja muda Singosari, hal ini ini menunjukkan bahwa
hubungan itu telah terjalin sejak lama. Dan dalam mitos Minangkabau pun
masyarakat Campa dikenal sebagai pendekar yang sangat ditakuti. sehingga
masyarakat Campa menyebutnya sebagai pendekar Harimau campo. bahkan salah
satu jurus silat yang paling disegani di Minangkabau adalah jurus Harimau campo.

Tantangan Masa Kini

Meski Kamboja telah menerapkan hidup toleransi beragama dengan baik namun
agama resmi negara adalah Budha, maka menjadi tantangan bagi umat muslim
sebagai kelompok minoritas, diantara tantangan yang dihadapi umat Muslim
kamboja adalah dalam hal Pendidikan, terdapat aturan birokrasi yang berlaku di
Kamboja bahwa untuk sekolah milik pemerintah, ada ketentuan untuk tidak
diperbolehkan mengajarkan agama, selain budhisme disekolah-sekolah tersebut.
Namun bagi non-Budhis mereka tidak memiliki kewajiban untuk mengikuti kelas
agama Budha.13 Perlu diketahui bahwa di Kamboja sudah terdapat Pendidikan dasar
sampai menengah dengan sistem madrasah yang dapat mengeluarkan Ijazah yang
diakui oleh kementeriaan Pendidikan Kamboja. Namun dari 7 universitas negeri
dan 30 universitas swasta belum ada yang menggunakan Islam sebagai mata kuliah,

13
Birokratisasi Islam di Indo-China, 129.

Page 14 of 21
apalagi menjadikan ajaran Islam sebagai prodi atau jurusan. Sehingga para
mahasiswa Islam hanya bisa mengkaji Islam pada organisasi-organisasi dan
Yayasan Islam yang sudah terbentuk.
Tantangan lainnya dihadapi ketika melawan rasa trauma penduduk muslim
terhadap kekejaman di masa Khmer Merah, dimana Islam diperlakukan dengan
begitu kejamnya. Dan setelah rezim tersebut berlalu banyak dijumpai muslim
kamboja yang sudah tidak mengenal agamanya, kebanyakan diantara mereka sudah
tidak bisa membaca tulis arab sebagaimana bahasa Al-qur’an. Dengan demikian
muncul simpati dari negara-negara Islam yang turut membantu pembangunan
madrasah, masjid, dan kampung Islam bagi umat Muslim Kamboja.

Laos

Islamisasi

Laos merupakan salah satu dari tiga wilayah yang biasa disebut Indo-China,
disamping Vietnam dan Kambodja yang berdekatan dari segi geografis, memiliki
persamaan pertalian sejarah dan kebudayaan dengan dua negara lainnya. Memiliki
luas wilayah 237 km persegi dengan penduduk sebanyak 4,6 juta jiwa. Etnis yang
mendiami Laos adalah etnis Laos, Khmer, Vietnam, Campa, dan Chinese. Agama
yang dianut oleh penduduknya adalah Buddha, Konghuchu, Kristen, dan islam.

Dengan sejarah kerajaan Laos kuno yang berawal ketika Nokeo Koumane
memproklamirkan berdirinya kerajaan ini pada tahun 1591 yang berkedudukan di
Vintiane. Setahun kemudian, Nokeo Koumane berhasil memperluas kerajaannya
dengan menaklukan Luang Prabang, dan menjadikan kerajaan kecil Tran Ninh di
Chieng Kouang sebagai daerah taklukannya.14 Hal ini berlangsung dalam periode
beberapa tahun dari masanya dan generasi-generasinya hingga pada suatu hari
Bangsa Eropa datang. Selama dua abad, Laos dikuasai oleh Prancis mulai tahun
1820 dan baru meninggalkannya pada tahun 1948. Setelah tahun 1954, Laos

14
DGE. Hall, Sejarah Asia Tenggara, terj. Drs. II’Soewarsha dan Drs. M. Habib Mustopo, Usaha
Nasional, Surabya, tanpa tahun, bab XXII, di bawah judul Kerajaan Laos 1591-183, 412.

Page 15 of 21
hanyalah sebuah wilayah yang menjadi sasaran dari para penguasa negeri
tetangganya, seperti Vitenam, Kamboja, dan Siam hinga pada akhirnya bantuan
militer dari Amerika datang.

Agama Islam pertama kali masuk Laos melalui para pedagang Cina dari
Yunnan. Para saudagar Cina ini bukan hanya membawa dagangannya ke Laos,
namun juga ke negara tetangganya, sepertiThailand dan Birma (Myanmar saat ini).
Bagi masyarakat Laos dan Thailand, mereka dikenal dengan nama Chin Haw.
Peninggalan kaum Chin Haw yang masih ada hingga saat ini adalah beberapa
kelompok kecil komunitas Muslim yang tinggal di dataran tinggi dan perbukitan.

Dari para pedagang tersebut, umat Islam di Laos berkembang dengan


membangun tempat ibadah, seperti mendirikan masjid di negara Laos.15 Sebelum
Islam masuk, sebenarnya telah ada etnis lain yang beradaptasi di negara Laos,
seperti etnis Lao atau yang dikenal sebagai etnis Lao Lum, etnis tersebut yang
mendominasi dari kuantitas jumlah penduduk serta selalu mendominasi dalam hal
komunitas masyarakat dan dalam aspek pemerintahan.

Karakteristik Umat Islam

Kebanyakan masyarakat muslim di Laos terdiri dari para pedagang


keturunan Arab, Asia Selatan, Melayu, dan Campa. Ketika krisis politik di Kamboja
berkecamuk, banyak pengungsi Muslim Campa yang menyeberang ke Laos dan
menetap di sana. Par amuslim Huihui (China Muslim) juga banyak terdapat di Laos.
Diperkirakan jumlah masyarakat muslim di Laos mencapai 40.000 jiwa.16

Di negara Laos, pihak komunis memang sangat dominan, sebab hal tersebut
tidak terlepas dari sejarah bahwa negara Laos pernah didukung oleh Uni Soviet dan
negara tetangganya, yaitu Vietnam dalam upaya mencari kemerdekaan, hingga
akhirnya kaum komunis Pathet Lao diberi dukungan yang sangat besar oleh dua

15
Agus Ulum Mulyo, Islam di Laos. `http://alkayyiscenter.blogspot.com/2010/02/islam-di-
laos.html. diakses pada 07 April 2021
16
Dr. H. Safullah, SA. MA. Sejarah & Kebudayaan Islam di Asia Tenggara. Yogyakarta. Pustaka
Belajar. 2010. 218

Page 16 of 21
negara tersebut, yaitu Uni Soviet danVietnam dalam mencapai kemerdekaannya.17
Dengan demikian, Laos mendapat kemerdekaannya dengan mengganti nama
negara resmi sebagai Republik Demokratik Rakyat Laos.

Dari sini, sebenarnya tidak ada unsur-unsur umat Islam dalam membantu
kemerdekaan di negara Laos. Hal tersebut bukan karena umat Islam tidak berkenan,
namun harus diingat bahwa Islam adalah agama pendatang dan belum mencapai
pola adaptasi yang baik di kawasan tersebut sehingga umat Islam pada waktu itu
hanya meningkatkan peran dakwah dan ekonomi, sehingga tidak terlibat dalam hal
seperti itu. Hal tersebut juga menjadi pembenaran karena umat Islam pada waktu
itu tidak mendapat tempat di kalangan etnis asli negara Laos, sehingga etnis asli
negara Laos mendominasi hal tersebut.

Umat Islam di negara Laos memang ada, namun jumlahnya tidak terlalu
banyak, hal ini bahkan sangat sedikit dibanding dengan negara-negara lain di
kawasan Asia Tenggara. Dalam kalkulasi angka terdapat klasifikasi komunitas
politik yang mempuntayi jumlah kuantitatif terbanyak adalah mereka yang
beragama Budha Theravada sekitar 65%, yang terdiri dari berbagai etnis di negara
Laos, seperti etnis Mon-Khmer, etnis Lao, Khadai, Austro Asiatik, dan berbagai
keturunan campuran dari negara Thailand dan negara Vietnam. dan 15 %-nya
adalah orang-orang Thai dengan 10 % sisanya merupakan suku-suku daerah
perbukitan. Dari umat Islam sendiri hanya sekitar 0,01% dari jumlah penduduk
negara Laos yang berjumlah 6,5 juta orang. Selain itu, pihak Kristen mendapat
sekitar 1,3% dan lainnya, seperti kepercayaan animisme dan baha’i sekitar
33,6%27.18

Tantangan Masa Kini


Perilaku massa yang terjadi ketika semua tindakan represif yang hadir memberikan
sebuah penekanan bahwa ada beberapa gerakan-gerakan yang radikal dalam

17
Rodotul Munawaroh, Politik Islam di Laos (makalah pada FUF UIN Jakarta, 2008). 2.
18
“Profil Negara Laos”, http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/2770.htm. Diakses dalam blog Kedutaan
Besar Amerika Serikat, artikel pada 07 April 2021.

Page 17 of 21
memprotes tindakan yang terlalu kuat dari pemerintah. Tindakan seperti ini datang
dari berbagai kelompok yang tidak terlibat dalam sistem pemerintahan, akan tetapi
di luar dari sistem pemerintahan. Namun, dalam hal umat Islam mengenai perilaku
massa masih sangat kecil untuk mempengaruhi karena berbagai kekurangan dan
kelemahan yang terjadi.
Walaupun Islam masuk ke dalam wilayah Asia Tenggara, khususnya Laos
sebagai agama pendatang, namun harus diingat bahwa dari faktor sejarah, Islam
mampu memberikan pemahaman lebih terhadap pola kehidupan universal, dari hal
tersebut dapt diterjemahkan bahwa salah satu kekuatan Islam terlihat pada dirinya
yang terbuka/inklusif terhadap berbagai perkembangan yang terjadi sehingga Islam
mampu menyesuaikan diri tanpa dibentuk oleh pengaruh dari luar Islam.
Selanjutnya, hal tersebut ditopang dengan konstitusi Laos yang memberi jaminan
terhadap kebebasan beragama dan penjaminan, hal ini memberikan justifikasi umat
Islam mampu menyebar-luaskan dakwah islam secara terbuka dalam media
pendidikan sehingga dapat memberikan pemahaman kelompok non-Islam tentang
Islam dan memperkuat basis dari umat Islam sendiri dalam memajukan Islam
kultural.
Salah satu aspek yang terpenting dalam memaksimalkan hal tersebut adalah
dengan cara penguatan basis Islam kultural, yaitu membudayakan Islam ke tengah-
tengah masyarakat tanpa melihat kelompok apapun. Hal ini jelas menjadi kekuatan
Islam karena penguatan basis Islam kultural akan sulit terdeteksi oleh rezim yang
terlalu represif terhadap gerakan Islam yang terlalu vokal dan militan/radikal.
Dengan begitu, Islam lewat media penguatan Islam kultural dapat menjamin
terhadap apapun yang umat Islam perlukan dalam berbagai produk kebijakan.
Dengan penguatan Islam kultural pula yang didukung oleh konstitusi yang sedikit
terbuka akan mampu merambah ranah politis, seperti memungkinkan umat Islam
masuk ke ranah pemerintahan atau non-muslim yang mempunyai kedekatan erat
dengan basis Islam kultural dan mempunyai program yang Islami dapat masuk ke
dalam pemerintahan sehingga kebijakan selanjtnya mampu memberikan kontribusi
yang baik bagi keberlangsungan umat Islam.

Page 18 of 21
Dalam menganalisa hal ini, dapat dijelaskan bahwa ada banyak kelemahan
yang terdapat dalam umat Islam di Laos, seperti dalam segi kuantitas uamt Islam
sangat rendah, yaitu hanya 0,01 dari 6,5 juta penduduk negara Laos, hal ini
menunjukkan bahwa umat Islam di Laos menjadi penduduk yang sangat minoritas
dibanding yang lain. Di samping itu, ketika melihat dari tipe rezim pun selalu
dipegang oleh komunitas yang berkuasa sehingga ini mengakibatkan umat Islam
selalu terpinggirkan oleh kebijakan-kebijakan yang langsung dari rezim tersebut.
Ketika dilihat dari segi yang berbeda, yaitu pemerintahan dan parlemen,
umat Islam sungguh mendapat perlakuan yang diskriminatif, sebab anggota dari
pemerintahan dan parlemen selalu dipilih oleh pihak dari partai yang berkuasa,
yaitu partai tunggal yang menganut paham komunis, dimana dalam hal
pengkaderan selalu mengesampingkan pihak-pihak dari umat islam dan lebih
condong ke kader yang sehaluan dengan partai tersebut.
Kelemahan tersebut bertambah berat ketika di negara Laos hanya diterapkan
sistem kepartaian tunggal, artinya tidak diperbolehkan partai politik Islam sehingga
untuk menuju kepada kekuasaan umat Islam harus mampu berada pada partai
tunggal tersebut. Dari berbagai kelemahan tersebut yang paling penting adalah,
umat Islam dilemahkan oleh rezim dan umat Islam sendiri belum mampu bangkit
dalam membentuk kekuatan baru sebagai peningkatan basis internal dari umat
Islam sendiri di negara Laos.
Dilihat dari berbagai kekuatan dan kelemahan Islam, khususnya umat Islam
di negara Laos. Peluang umat Islam berada pada tahap penguatan internal atau
dalam bahasa lain adalah menimbulkan Islam kultural di negara Laos, setelah
seperti itu maka peluang selanjutnya adalah lewat pemaksimalan konstitusi yang
terbuka bagi perkembangan Islam di negara Laos. Islam di negara Laos harus
menjadi agama yang toleran dan terbuka, dan tidak menutup diri, dengan strategi
tersebut diharapkan mampu memberikan pemahaman lain bagi perkembagan Islam
di negara Laos.

Page 19 of 21
Kesimpulan

Dari pemaparan sebelumnya dapat disimpulkan, bahwasanya Indo-China


adalah satu kawasan, letak geografis yang berdekatan, rasa nasib seperjuangan dan
kesamaan etnis dan kebudayaan. Islam datang ke Campa (Vietnam) pada abad 11
M ketika para pedagang Arab dan Persia berdagang dan menetap di sana. Islamisasi
di Kambodja berlangsung sekitar abad 15 M ketika Melayu datang ke sana dengan
jalur perkawinan, muncul etnis baru bernama Melayu Campa dan terbentuk
komunitas Cam-Jva. Dikarenakan pengaruh kuat dari komunis dan kedatangan
Islam yang akhir membuat prosentase dari pemeluk Islam di Laos hanya 0.01
persen dari jumlah seluruh penduduk.

Karakteristik umat Islam di Vietnam dibedakan menjadi dua, Ho Chi Minh


sebagai masyarakat muslim pendatang dan muslim Cham yang merupakan
penduduk lokal. Setelah memasuki politik era baru, kondisi umat muslim di sana
kian pulih dan membaik. Begitu juga yang dialami oleh Kamboja, setelah jatuhnya
rezim Pol Not yang diperintah Hun Sen, umat Muslim di Kamboja kembali
merasakan sedikit kemerdekaan dengan wujud difungsikannya kembali masjid dan
umat muslim diikutsertakan dalam politik. Dikarenakan uamt Islam belum hadir
saat awal, dan dominan sangat tinggi komunis. Umat islam yang datang akhir tidak
begitu terlibat dalam ranah konstitusi ataupun pemerintahan.

Tantangan yang dihadapi di Vietnam terlihat beberapa peristiwa


diskriminatif yang dialami umat muslim di sana. Berhubung umat muslim sebagai
minoritas dan mayoritas adalah agama Budha menjadikan gerak kegiatan sehari-
harinya terbatas. Di Kamboja juga demikian, umat Islam minoritas di sana. Dalam
bidang pendidikan, sekolah milik pemerintah dan tidak diperbolehkan mengajarkan
agama. Trauma umat muslim yang di dapat dari masa Khmer Merah juga sangat
membekas dengan wujud kebanyakan umat Islam di sana tidak bisa baca tulis al-
Qur’an. Bersyukur, simpati dari negara-negara Islam turut membantu
pembangunan madrasah, masjid, dan kampung Islam di sana. Di Laos, umat Islam
dengan berbagai kelemahan harus mampu menjadikan Islam sebagai agama yang
toleran dan terbuka.

Page 20 of 21
Daftar Pustaka

Hall, DGE, Sejarah Asia Tenggara. terj. Drs. II’Soewarsha dan Drs. M. Habib
Mustopo, Usaha Nasional, Surabaya, tanpa tahun, bab XXII, di bawah judul
Kerajaan Laos 1591-183.
Hasram, Khaidir. Birokratisasi Islam di Indo-China. Cirebon: Nusa Litera Indah.
2020.
Hidayat, Asep Ahmad. Studi Kawasan Muslim Minoritas Asia Tenggara. Bandung:
Pustaka Rahmat. 2014.
Munawaroh, Rodotul. Politik Islam di Laos. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:
Fakultas Usshuluddin dan Filsafat. 2008.

Safullah. Sejarah & Kebudayaan Islam di Asia Tenggara. Yogyakarta: Pustaka


Belajar. 2010.

Blog Amerika Serikat. Profil Negara Laos.


http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/2770.htm. Diakses pada 07 April 2021

Henry. Islam di Vietnam Kini, Masih Minoritas tapi Bebas Beribadah.


https://m.liputan6.com/lifestyle/read/4254340/islam-di-vietnam-kini-masih-
minoritas-tapi-bebas-beribadah. Diakses pada 07 April 2021
Mulyo, Agus Ulum. Islam di Laos.
http://alkayyiscenter.blogspot.com/2010/02/islam-di-laos.html. Diakses pada
07 April 2021.
Tedjomukti, Ratna Agung. Islam di Vietnam Bertahan di Pinggiran Mayoritas.
https://m.republika.co.id/berita/dunia-islam/dunia/18/10/04/pg2c8f313-
islam-di-vietnam-bertahan-di-pinggiran-mayoritas. Diakses pada 07 April
2021.
Tedjomukti, Ratna Agung. Tantangan Menjadi Muslim di Vietnam.
https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/pg2deq313. Diakses
pada 0 April 2021.

Page 21 of 21

Anda mungkin juga menyukai