Latar Belakang
Indo-China adalah kawasan yang meliputi negara Vietnam, Laos dan Kamboja.
Pada abad pertengahan di wilayah Indo-China mendapat julukan “Mandala Yudha”
atau kawasan lompatan Kijang, istilah itu merupakan istilah tradisi Kelantan dan
pada waktu itu wilayah ini dikuasai oleh tiga kerajaan besar yaitu Annam, Khemer
Kambodja, dan Campa. Annam merupakan kerajaan Buddha yang hanya memiliki
wilayah lonkin utara. Sedangkan Khemer Kamboja merupakan kerajaan Hindu
yang menguasai daerah lebih luas dari Kamboja sekarang. Kamboja juga meliputi
Page 1 of 21
Cochin China dan delta sungai Mekong. Bagian tengah dari Vietnam sekarang
merupakan daerah kekuasaan Campa. sebelum terbentuknya tiga negara kawasan
Indo-China daerah tersebut merupakan jajahan Perancis di Asia Tenggara pada
tahun 1887 M. kemudian Vietnam Selatan (Chocin China), Vietnam Tengah
(Annam), dan Vietnam (tonkin), kamboja, dan Laos disatukan oleh Prancis menjadi
satu kawasan di bawah pemerintahan seorang Gubernur Jenderal. Lantas
bagaimana Islam dapat masuk kewilayah tersebut?
1
Asep Ahmad Hidayat, Studi Kawasan Muslim Minoritas Asia Tenggara. 59-60.
Page 2 of 21
Dari serangkaian Islamisasi Indo-China diatas lantas bagaimana sejarah
masuknya Islam ke kawasan Indo-China setelah mereka terbagi menjadi wilayah
masing-masing negara? Dan bagaimana karakteristik Islam disana? serta
bagaimana tantangan yang mereka hadapi sebagai seoang Muslim minoritas?
Vietnam
Islamisasi
Indo-China ialah kawasan yang meliputi negara Vietnam, Laos dan Kamboja. Pada
awal abad pertengahan wilayah Indo-China mendapatkan julukan “Mandala Yuda”
atau kawasan Lompatan Kijang (Istilah tradisi Klantan), dan pada waktu itu wilayah
ini dikuasai oleh tiga kerajaan besar yaitu, Annam, Khamer Kambodia dan Campa.
Jumlah penduduk di wilayah Indo-China diperkirakan mencapai 98 juta jiwa.
Vietnam yang artinya Negeri Selatan adalah negara yang jumlah penduduknya
paling besar dengan ibukota Hanoi. Di Vietnam etnis mayoritas adalah Chinese
(1.000.000 jiwa), Kampuchea, Melayu-Campa. Selain itu ada juga kelompok etnis
minoritas yakni keturunan Thai, Man, Meo, Muong, Nung, Lolos, dan lain-lain.
Page 3 of 21
otonom dengan ibu negara Indrapura (Quang Nam sekarang).2 Sejak sebelum
kedatangan Islam, Campa merupakan salah satu krajaan yang banyak dikunjungi
para pedagang mancaegara.3 Dahulu Campa merupakan negara kota, pusat
perdagangan antar bangsa (ekspor impor), yang memiliki gudang-gudang besar
seperti Negara Singapura sekarang.
2
Dr. H. Safullah, SA. MA. Sejarah & Kebudayaan Islam di Asia Tenggara. Yogyakarta. Pustaka
Belajar. 2010. 205.
3
Studi kawasan muslim minoritas asia tenggara. 61.
4
Studi kawasan muslim minoritas asia tenggara. 62.
Page 4 of 21
agama resmi pada abad ke-13 sampai ke-14 adalah agama Hindu.Akan tetapi tidak
dibantah sama sekali bahwa orang Islam disana terus berkembang dan bahkan
terdapat kaum bangsawan yang memeluk Islam.
Page 5 of 21
Portugis pada 1511.5 Bagaimanapun, sekali lagi raja Nguyem dari Vietnam
menaklukkan Kauthara (1659 dan Pandugara (1697). Akibatnya raja Pandugara
berakhir dan terpaksa meninggalkan negerinya bersama ribuan pengikutnya menuju
Rong Damrei di Kamboja. Hal ini menandai lenyapnya sisa sisa Kerajaan Campa
terakhir dari peta bumi untuk selamanya, walaupun kebudayaan Campa tetap
berlanjut di pegunungan Kamboja. Pada akhirnya mereka bertemu dengan
kelompok Melayu yang datang dari Nusantara dan melakukan akulturasi budaya
sehingga terbentuklah sebuah komunitas masyarakat baru yang disebut Melayu-
Campa atau Jva-Cam.6
Setelah Vietnam memasuki era baru dan politik terbuka, umat muslim
Vietnam juga mulai mengalami perubahan politik, baik secara internal maupun
eksternal. Seperti semakin terbukanya kegiatan keagamaan yang meningkat,
semakin pulihnya posisi umat Islam dengan pembangunan rumah ibadah. Juga
5
Dr. H. Safullah, SA. MA. Sejarah & Kebudayaan Islam di Asia Tenggara. Yogyakarta. Pustaka
Belajar. 2010. 207
6
Ibid. 208
7
https://m.republika.co.id/berita/dunia-islam/dunia/18/10/04/pg2c8f313-islam-di-vietnam-
bertahan-di-pinggiran-mayoritas. Diakses pada 07 April 2021.
Page 6 of 21
lingkup eksternal yang menyebabkan adanya relasi yang dimiliki dengan dunia
Islam Internasional dan pusat-pusat Islam dunia khususnya hubungan dengan
kelompok Cham di Kamboja dan pusat-pusat Islam di kota Ho Chi Minh, dibukanya
berbagai kantor perwakilan negara-negara sahabat yang mayoritas penduduknya
muslim, sehingga suasana di kota itu tidak lagi mencerminkan suasana kota yang
“anti Tuhan”. Termasuk juga dana dari negara-negara Islam untuk membangun
masjid dan pesantren. Muslim melayu, terutama berasal dari Malaysia yang
memiliki pengaruh sangat besar dalam perkembangan Islam di Vietnam. Mereka
mengirim penceramah dalam bahasa melayu, mendirikan madrasah dan
sebagainya.8 Di Vietnam terdapat beberapa masjid yang cukup besar antara lain
Masjid Hanoi, yang cukup bersejarah; Masjid Rahim; Masjid Nam Ky Khoir Nghia;
Masjid Tran Hung Dao 459; Masjid Le Quang Liem; Masjid Nguyen Trai 641;
Masjid Muslimin (distrik 8); Masjid Nurul Islam (Binh Thang); Masjid Hayatul
Islam (distrik 10); Masjid Mubarak (distrik 4); dan Masjid Nurul Ihsan (Phu
Nhum).9
Dengan negara yang mayoritas beragama Buddha menjadikan umat Islam di sana
sebagai kelompok minoritas yang bisa jadi gerak kegiatan sehari-harinya terbatas.
Namun dengan adanya Vietnam menjadikannya politik terbuka sehingga gerak
umat Islam disana sedikit lebih lancar. Akan tetapi masih banyak rintangan yang
ada bagi Muslim di negara Campa itu. Seperti di lingkungan Cham, berpakaian
panjang disana sudah biasa namun masih banyak umat Islam yang membiarkan
kepala mereka terbuka dan terlihat aurat para wanita, apalagi ketika mereka yang
pergi bekerja sudah pasti seperti itu. Mereka mengatakan, diantara alasannya adalah
takut perlakuan diskriminatif di lingkungan kerjanya.
Tentu tetap saja tidak mudah bagi muslim Cham di Vietnam untuk mencari
kerja. Banyak lulusan pesantren dan perguruan tinggi dari Timur Tengah yang
8
https://m.liputan6.com/lifestyle/read/4254340/islam-di-vietnam-kini-masih-minoritas-tapi-bebas-
beribadah. Diakses pada 07 April 2021.
9
Dr. H. Safullah, SA. MA. Sejarah & Kebudayaan Islam di Asia Tenggara. Yogyakarta. Pustaka
Belajar. 2010. 210.
Page 7 of 21
akhrinya mencari pekerjaan di Malaysia seperti ynag diungkap oleh Lamijo, M.Phil
“Secara konstitusional, pemerintah Vietnam membebaskan orang Islam beribadah
dan bekerja diberbagai bidang. Tapi faktanya, tidak ada orang Islam yang bekerja
menjadi tentara atau polisi. Hanya sedikit Muslim Campa yang bekerja sebagai
ASN, terutama di wilayah yang mayoritas penduduknya Islam”.
Di Vietnam agama tidak begitu kuat. “Saya tidak mau makan babi. Tapi
saya mau tidak rutin menjalankan shalat lima kali sehari. Dan saya minum dan
merokok,” kata dia di sebuah kedai kopi kelas atas.10 Namun keluarga Aly
memanfaatkan peluang yang ditawarkan diaspora Muslim dengan baik. Bahkan
saudaranya sedang bekerja di Mesir dan saudara perempuannya di Indonesia.
Namun, berbeda lagi dengan tantangan yang dialami Ngo Van Dong (50) ia tetap
teguh menjalankan agamanya. Ia adalah salah satu dari sejumlah kecil Kinh yang
telah bertaubat dan mengenal agama Islam, meskipun ada banyak tantangan awal
dari pihak keluarganya yang mengganggap agamanya yang aneh. Dia mengaku
semula memeluk Islam lebih karena cinta untuk isterinya, seseorang dari etnis
Cham namun dengan seiring waktu ia semakin memahami tentang keyakikan
Islamnya.
10
https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/pg2deq313. Diakses pada 07 April 2021.
Page 8 of 21
Kamboja
Islamisasi
Mayoritas agama di Kamboja adalah Budha, hal ini dikarenakan Islam adalah
agama Pendatang. Berawal ketika orang-orang Islam Campa datang dari Vietnam
Tengah, kemudian menyebar ke Kamboja mereka berbondong-bondong
meninggalkan tanah airnya karena desakan Nam Tien atau pergerakan orang-orang
Vietnam Selatan, sehingga mereka memutuskan untuk hijrah ke tanah Kamboja. Di
tanah Kamboja mereka bertemu dengan kelompok melayu yang datang dari
Nusantara terjadilah akulturasi budaya karena persamaan agama dan rumpun
bahasa Austronesia ke dalam sebuah masyarakat baru yang disebut Melayu campak
atau Jva camp. kehadiran masyarakat melayu bermula sejak beberapa abad
sebelumnya. Sumber-sumber menyatakan bahwa dalam abad ke-7 kaum Jawa telah
menghuni beberapa wilayah baru sebagai pedagang, pelarut, dan tentara Utara.
Hingga dimasa abad ke-15 hubungan dunia Melayu dan Kamboja meningkat dari
segi ekonomi dan agama. Ramai perdagangan dan penyebaran agama Islam tiba di
Kamboja. Menurut sumber-sumber Melayu di Kamboja, Kebanyakan orang
Melayu merasa berasal dari Jawa, Sumatera, dan Pattani. bahkan, pada waktu-
waktu tertentu para ketua masyarakat melayu telah menjalin kerjasama dan saling
membantu dengan Raja- raja khmer.11
11
Dr. H. Safullah, SA. MA. Sejarah & Kebudayaan Islam di Asia Tenggara. Yogyakarta. Pustaka
Belajar. 2010. 222.
Page 9 of 21
melahirkan etnis baru yang disebut Melayu Campa. Oleh penguasa Khmer
masyarakat Melayu Campa ini dipersilahkan untuk berdiam di wilayah di wilayah
Oudong yang menjadi ibukota Khmer pada waktu itu, Wilayah Thbaung Khmum,
Stung Trang, dan daerah-daerah kompot, Battambang, dan Kampung Luong
sekarang ini.
Pada tahun 1874 penduduk Melayu Campa berjumlah 25.599 orang 10%
penduduk adalah Melayu Cam. Kebanyakan mereka bekerja sebagai nelayan,
peternak lembu, dan pedagang yang handal, sedangkan sebagian lainnya bekerja
sebagai kaki tangan kerajaan mulai dari pegawai tingkat kampung chumtup,
mkehum, mesrok, dan chaway srok. bahkan ada beberapa yang bertugas sebagai
tentara dan memegang jabatan politik. Seluruh wilayah ini membuktikan bahwa
masyarakat Campa telah benar-benar merasakan hidup di negara bangsanya sendiri
dan telah memberikan kesetiaannya pada Kamboja ketika penjajahan Perancis.
sebaliknya pemerintah Khmer tidak pernah menganggap orang Melayu Campa
sebagai pendatang atau orang asing. Tetapi warga negaranya sendiri.
Page 10 of 21
meliputi Kontum, Pleiku, Ban Menthuot, Djing, dan Dalat, dihapuskan dan
seluruhnya diangkat menjadi masyarakat Vietnam. hal yang sama juga dialami oleh
sisa-sisa minoritas Canpa di Vietnam dan Khmer Krom ( yaitu masyarakat Khmer
yang berdiam di Vietnam Selatan). Oleh karena itu masyarakat Melayu Campa
Kamboja berusaha berjuang bersama masyarakat PMS di Vietnam dan orang-orang
Khmer Krom untuk membentuk organisasi yang disebut PLURO (Front Unifie de
Kautte des Races Oprimees) atau barisan pembebasan ras-ras tertindas. PLURO
meliputi gabungan dari Front de Lebaration du Kampucha Krom (Barisan
Pembebasan Kamboja Krom) dan Front de Liberation du Kampuchen Nord
(Barisan Pebebasan Kamboja Utara).12
Selanjutnya dimasa Pol Not dan Khmer Merah pada tahun 1975 sampai
1979. Ribuan orang Kamboja disiksa dan dibunuh karena dianggap bekerjasama
dengan rezim Lon nol atau hanya karena alasan agama yang dianutnya. Hal ini
terjadi karena Khamr Merah menganut paham komunis radikal dan menghalangi
kebebasan beragama. Akibatnya masyarakat yang beragama Islam merasakan
penderitaan yang amat sangat berat. Mereka dipaksa meninggalkan tradisi
keagamaan, seperti nama yang memiliki konotasi Islam dihapuskan. masjid dan
Madrasah tidak difungsikan atau dikurangi jumlahnya. kebiasaan-kebiasaan agama
lainnya dihapuskan. Alquran dan bacaan-bacaan keagamaan lainnya di musnahkan,
12
Ibid. 225
Page 11 of 21
bahkan budaya dalam beraktivitas pakaian makanan dan aksesoris lainnya
dilenyapkan.
Pada 17 April 1975 pasukan khusus Khmer merah yang disebut Angkar
telah melakukan pencarian dan penangkapan yang diikuti penyiksaan terhadap
siapa saja yang mereka curiga sebagai pengikut Lon nol. Pada 20 Mei 1979 Pol Not
telah melakukan diskriminasi sosial berdasarkan pilihan politik dan agamanya
sehingga yang ada hanya dua pilihan ikut Pol Not atau menolaknya. Mereka yang
menolak dianggap mengalami nasib yang tidak pernah terjadi dalam sejarah umat
manusia yakni disiksa dan dibantai. diperkirakan antara 1 sampai 3 juta rakyat telah
dibunuh atau mati karena kekurangan makanan, satu juta diantaranya adalah rakyat
Melayu Campa dan 6 juta lainnya mengalami trauma berat karena ketakutan yang
sangat hebat. karena alasan ideologi dan keagamaan serta asal usul mereka sebagai
kaum pendatang umat Islam merupakan kelompok masyarakat yang paling
menderita, mereka disiksa dan berpisah dengan sesama muslim kemudian diusir ke
hutan dan pegunungan. Mereka yang cukup mampu banyak yang melarikan diri ke
luar negeri ke Kelantan (Malaysia), Vietnam dan Thailand serta negara-negara
Barat.
Barulah setelah jatuhnya rezim Pol Not dan kemudian diperintah oleh Hun Sen dan
raja Sihanouk, masyarakat Islam kembali merasakan sedikit kemerdekaan
beragama masjid sudah mulai difungsikan kembali dan demikian juga merasakan
rasa masyarakat Islam diletakkan di bawah majelis yang terdiri dari 6 orang yang
dilantik oleh raja majelis agama Islam kamboja atau main dipimpin oleh seorang
changuang dan Mufti yang sekarang dijabat oleh Ustadz Fahrudin Yusuf dibawa
Page 12 of 21
oleh 2 orang pembantu musti seorang Ustadz Irsyad menyusup tajir atau ketua dan
Ustaz Yusuf bin Said sebagai wakil ketua dilengkapi dengan 4 orang pembantu
administrative. Terdapat pula bendahara terdapat seorang pemimpin spiritual
Hakim di daerah Trea (Kampung camp). Disana didirikan Sekolah madrasah Hafiz
Al Quran yang kemudian diikuti sekolah Dubai di KM 9 Phnom phen, dan masih
banyak lainnya.. sebenarnya sebelum Khmer Merah pemerintah Kamboja banyak
banyak pelajar Kamboja yang melanjutkan pendidikannya ke Malaysia, Thailand,
Mesir, Arab Saudi dan Kuwait akan tetapi pada saat rezim Khmer Merah pelajar-
pelajar tersebut agar berkurang jumlahnya. Di Kamboja mulai muncul golongan
persekutuan umat Muslim, juga terdapat beberapa Yayasan atas ama kumpulan
umat Islam.
Adapun hubungan budaya Melayu Campa dan Asia Tenggara diantaranya
disana terdapat 2 etnis yang menyatu di Kamboja yaitu Melayu dan Campa.
masyarakat Kamboja telah memberi pengakuan dengan menyebut mereka Cam Jva
istilah Cam berasal dari etnis atau kerajaan lama Campa. Dan Jva adalah orang
Melayu yang sampai di wilayah Kamboja dengan tujuan merantau dari Nusantara.
tetapi orang Campa merambah ke Kamboja karena harus mengungsi secara besar-
besaran dari tanah asal mereka di bagian tengah Vietnam sekarang.
walaupun orang Kamboja tidak dapat membedakan orang lain tetapi
kalangan Melayu di Kamboja sendiri, namun mereka membagi masyarakat mereka
menjadi tiga kategori yaitu:
1. Orang Jva Krabi yaitu orang melayu yang berasal dari Sumatra, khususnya
Minangkabau
2. Orang Jva Ijava yaitu orang Melayu yang berasal dari Pulau Jawa
3. Orang Java Melayu yang datang dari Semenanjung Tanah Melayu dan
patani
Hijrahnya orang Melayu dari nusantara, dalam rangka berdagang atau
karena mereka orang maritim yang suka berkelana di lautan lepas, diperkirakan
setelah masuknya Islam di Nusantara mereka menyebarkan Islam ke Kamboja.
Diperkirakan pada abad ke-13 dan 14 orang Melayu telah memainkan perannya
yang besar dalam mengajarkan Islam di Kamboja. Maka tak heran jika Raja Khmer
Page 13 of 21
memberikan gelar kepada tokoh-tokoh Islam seperti “Onkha To Koley” yang
berarti hakim, Onkha Reacnhen Mu Sti yang berarti pemberi fatwa, Onkha
Renachen Peanich yang berarti perwira. Tak heran pula apabila Islam di Kamboja
tidak jauh dengan Islam di Nusantara.
Menjelang akhir abad 17 orang Melayu berhasil mengislamkan Raja
khamr Ramadipati I. hal ini diduga karena kuatnya pengaruh Islam di istana sehingga
hanya dengan ikut Islam kekuasaan raja tersebut akan dapat bertahan. Raja
Ramadipati I merupakan satu-satunya raja Khmer yang masuk Islam sampai pada
masa belakangan. Sedangkan bagi Indonesia, sebenarnyaCampa Melayu memiliki
nilai budaya yang Istimewa di Indonesia, khususnya pada masa Klasik dimasa
Majapahit, dan Sriwijaya pergaulan dan pertukaran budaya mereka hingga sampai ke
Campa. Bahkan dikisahkan bahwa terdapat seorang Putri cantik dari Campa bernama
Gayatri telah Menikah dengan raja muda Singosari, hal ini ini menunjukkan bahwa
hubungan itu telah terjalin sejak lama. Dan dalam mitos Minangkabau pun
masyarakat Campa dikenal sebagai pendekar yang sangat ditakuti. sehingga
masyarakat Campa menyebutnya sebagai pendekar Harimau campo. bahkan salah
satu jurus silat yang paling disegani di Minangkabau adalah jurus Harimau campo.
Meski Kamboja telah menerapkan hidup toleransi beragama dengan baik namun
agama resmi negara adalah Budha, maka menjadi tantangan bagi umat muslim
sebagai kelompok minoritas, diantara tantangan yang dihadapi umat Muslim
kamboja adalah dalam hal Pendidikan, terdapat aturan birokrasi yang berlaku di
Kamboja bahwa untuk sekolah milik pemerintah, ada ketentuan untuk tidak
diperbolehkan mengajarkan agama, selain budhisme disekolah-sekolah tersebut.
Namun bagi non-Budhis mereka tidak memiliki kewajiban untuk mengikuti kelas
agama Budha.13 Perlu diketahui bahwa di Kamboja sudah terdapat Pendidikan dasar
sampai menengah dengan sistem madrasah yang dapat mengeluarkan Ijazah yang
diakui oleh kementeriaan Pendidikan Kamboja. Namun dari 7 universitas negeri
dan 30 universitas swasta belum ada yang menggunakan Islam sebagai mata kuliah,
13
Birokratisasi Islam di Indo-China, 129.
Page 14 of 21
apalagi menjadikan ajaran Islam sebagai prodi atau jurusan. Sehingga para
mahasiswa Islam hanya bisa mengkaji Islam pada organisasi-organisasi dan
Yayasan Islam yang sudah terbentuk.
Tantangan lainnya dihadapi ketika melawan rasa trauma penduduk muslim
terhadap kekejaman di masa Khmer Merah, dimana Islam diperlakukan dengan
begitu kejamnya. Dan setelah rezim tersebut berlalu banyak dijumpai muslim
kamboja yang sudah tidak mengenal agamanya, kebanyakan diantara mereka sudah
tidak bisa membaca tulis arab sebagaimana bahasa Al-qur’an. Dengan demikian
muncul simpati dari negara-negara Islam yang turut membantu pembangunan
madrasah, masjid, dan kampung Islam bagi umat Muslim Kamboja.
Laos
Islamisasi
Laos merupakan salah satu dari tiga wilayah yang biasa disebut Indo-China,
disamping Vietnam dan Kambodja yang berdekatan dari segi geografis, memiliki
persamaan pertalian sejarah dan kebudayaan dengan dua negara lainnya. Memiliki
luas wilayah 237 km persegi dengan penduduk sebanyak 4,6 juta jiwa. Etnis yang
mendiami Laos adalah etnis Laos, Khmer, Vietnam, Campa, dan Chinese. Agama
yang dianut oleh penduduknya adalah Buddha, Konghuchu, Kristen, dan islam.
Dengan sejarah kerajaan Laos kuno yang berawal ketika Nokeo Koumane
memproklamirkan berdirinya kerajaan ini pada tahun 1591 yang berkedudukan di
Vintiane. Setahun kemudian, Nokeo Koumane berhasil memperluas kerajaannya
dengan menaklukan Luang Prabang, dan menjadikan kerajaan kecil Tran Ninh di
Chieng Kouang sebagai daerah taklukannya.14 Hal ini berlangsung dalam periode
beberapa tahun dari masanya dan generasi-generasinya hingga pada suatu hari
Bangsa Eropa datang. Selama dua abad, Laos dikuasai oleh Prancis mulai tahun
1820 dan baru meninggalkannya pada tahun 1948. Setelah tahun 1954, Laos
14
DGE. Hall, Sejarah Asia Tenggara, terj. Drs. II’Soewarsha dan Drs. M. Habib Mustopo, Usaha
Nasional, Surabya, tanpa tahun, bab XXII, di bawah judul Kerajaan Laos 1591-183, 412.
Page 15 of 21
hanyalah sebuah wilayah yang menjadi sasaran dari para penguasa negeri
tetangganya, seperti Vitenam, Kamboja, dan Siam hinga pada akhirnya bantuan
militer dari Amerika datang.
Agama Islam pertama kali masuk Laos melalui para pedagang Cina dari
Yunnan. Para saudagar Cina ini bukan hanya membawa dagangannya ke Laos,
namun juga ke negara tetangganya, sepertiThailand dan Birma (Myanmar saat ini).
Bagi masyarakat Laos dan Thailand, mereka dikenal dengan nama Chin Haw.
Peninggalan kaum Chin Haw yang masih ada hingga saat ini adalah beberapa
kelompok kecil komunitas Muslim yang tinggal di dataran tinggi dan perbukitan.
Di negara Laos, pihak komunis memang sangat dominan, sebab hal tersebut
tidak terlepas dari sejarah bahwa negara Laos pernah didukung oleh Uni Soviet dan
negara tetangganya, yaitu Vietnam dalam upaya mencari kemerdekaan, hingga
akhirnya kaum komunis Pathet Lao diberi dukungan yang sangat besar oleh dua
15
Agus Ulum Mulyo, Islam di Laos. `http://alkayyiscenter.blogspot.com/2010/02/islam-di-
laos.html. diakses pada 07 April 2021
16
Dr. H. Safullah, SA. MA. Sejarah & Kebudayaan Islam di Asia Tenggara. Yogyakarta. Pustaka
Belajar. 2010. 218
Page 16 of 21
negara tersebut, yaitu Uni Soviet danVietnam dalam mencapai kemerdekaannya.17
Dengan demikian, Laos mendapat kemerdekaannya dengan mengganti nama
negara resmi sebagai Republik Demokratik Rakyat Laos.
Dari sini, sebenarnya tidak ada unsur-unsur umat Islam dalam membantu
kemerdekaan di negara Laos. Hal tersebut bukan karena umat Islam tidak berkenan,
namun harus diingat bahwa Islam adalah agama pendatang dan belum mencapai
pola adaptasi yang baik di kawasan tersebut sehingga umat Islam pada waktu itu
hanya meningkatkan peran dakwah dan ekonomi, sehingga tidak terlibat dalam hal
seperti itu. Hal tersebut juga menjadi pembenaran karena umat Islam pada waktu
itu tidak mendapat tempat di kalangan etnis asli negara Laos, sehingga etnis asli
negara Laos mendominasi hal tersebut.
Umat Islam di negara Laos memang ada, namun jumlahnya tidak terlalu
banyak, hal ini bahkan sangat sedikit dibanding dengan negara-negara lain di
kawasan Asia Tenggara. Dalam kalkulasi angka terdapat klasifikasi komunitas
politik yang mempuntayi jumlah kuantitatif terbanyak adalah mereka yang
beragama Budha Theravada sekitar 65%, yang terdiri dari berbagai etnis di negara
Laos, seperti etnis Mon-Khmer, etnis Lao, Khadai, Austro Asiatik, dan berbagai
keturunan campuran dari negara Thailand dan negara Vietnam. dan 15 %-nya
adalah orang-orang Thai dengan 10 % sisanya merupakan suku-suku daerah
perbukitan. Dari umat Islam sendiri hanya sekitar 0,01% dari jumlah penduduk
negara Laos yang berjumlah 6,5 juta orang. Selain itu, pihak Kristen mendapat
sekitar 1,3% dan lainnya, seperti kepercayaan animisme dan baha’i sekitar
33,6%27.18
17
Rodotul Munawaroh, Politik Islam di Laos (makalah pada FUF UIN Jakarta, 2008). 2.
18
“Profil Negara Laos”, http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/2770.htm. Diakses dalam blog Kedutaan
Besar Amerika Serikat, artikel pada 07 April 2021.
Page 17 of 21
memprotes tindakan yang terlalu kuat dari pemerintah. Tindakan seperti ini datang
dari berbagai kelompok yang tidak terlibat dalam sistem pemerintahan, akan tetapi
di luar dari sistem pemerintahan. Namun, dalam hal umat Islam mengenai perilaku
massa masih sangat kecil untuk mempengaruhi karena berbagai kekurangan dan
kelemahan yang terjadi.
Walaupun Islam masuk ke dalam wilayah Asia Tenggara, khususnya Laos
sebagai agama pendatang, namun harus diingat bahwa dari faktor sejarah, Islam
mampu memberikan pemahaman lebih terhadap pola kehidupan universal, dari hal
tersebut dapt diterjemahkan bahwa salah satu kekuatan Islam terlihat pada dirinya
yang terbuka/inklusif terhadap berbagai perkembangan yang terjadi sehingga Islam
mampu menyesuaikan diri tanpa dibentuk oleh pengaruh dari luar Islam.
Selanjutnya, hal tersebut ditopang dengan konstitusi Laos yang memberi jaminan
terhadap kebebasan beragama dan penjaminan, hal ini memberikan justifikasi umat
Islam mampu menyebar-luaskan dakwah islam secara terbuka dalam media
pendidikan sehingga dapat memberikan pemahaman kelompok non-Islam tentang
Islam dan memperkuat basis dari umat Islam sendiri dalam memajukan Islam
kultural.
Salah satu aspek yang terpenting dalam memaksimalkan hal tersebut adalah
dengan cara penguatan basis Islam kultural, yaitu membudayakan Islam ke tengah-
tengah masyarakat tanpa melihat kelompok apapun. Hal ini jelas menjadi kekuatan
Islam karena penguatan basis Islam kultural akan sulit terdeteksi oleh rezim yang
terlalu represif terhadap gerakan Islam yang terlalu vokal dan militan/radikal.
Dengan begitu, Islam lewat media penguatan Islam kultural dapat menjamin
terhadap apapun yang umat Islam perlukan dalam berbagai produk kebijakan.
Dengan penguatan Islam kultural pula yang didukung oleh konstitusi yang sedikit
terbuka akan mampu merambah ranah politis, seperti memungkinkan umat Islam
masuk ke ranah pemerintahan atau non-muslim yang mempunyai kedekatan erat
dengan basis Islam kultural dan mempunyai program yang Islami dapat masuk ke
dalam pemerintahan sehingga kebijakan selanjtnya mampu memberikan kontribusi
yang baik bagi keberlangsungan umat Islam.
Page 18 of 21
Dalam menganalisa hal ini, dapat dijelaskan bahwa ada banyak kelemahan
yang terdapat dalam umat Islam di Laos, seperti dalam segi kuantitas uamt Islam
sangat rendah, yaitu hanya 0,01 dari 6,5 juta penduduk negara Laos, hal ini
menunjukkan bahwa umat Islam di Laos menjadi penduduk yang sangat minoritas
dibanding yang lain. Di samping itu, ketika melihat dari tipe rezim pun selalu
dipegang oleh komunitas yang berkuasa sehingga ini mengakibatkan umat Islam
selalu terpinggirkan oleh kebijakan-kebijakan yang langsung dari rezim tersebut.
Ketika dilihat dari segi yang berbeda, yaitu pemerintahan dan parlemen,
umat Islam sungguh mendapat perlakuan yang diskriminatif, sebab anggota dari
pemerintahan dan parlemen selalu dipilih oleh pihak dari partai yang berkuasa,
yaitu partai tunggal yang menganut paham komunis, dimana dalam hal
pengkaderan selalu mengesampingkan pihak-pihak dari umat islam dan lebih
condong ke kader yang sehaluan dengan partai tersebut.
Kelemahan tersebut bertambah berat ketika di negara Laos hanya diterapkan
sistem kepartaian tunggal, artinya tidak diperbolehkan partai politik Islam sehingga
untuk menuju kepada kekuasaan umat Islam harus mampu berada pada partai
tunggal tersebut. Dari berbagai kelemahan tersebut yang paling penting adalah,
umat Islam dilemahkan oleh rezim dan umat Islam sendiri belum mampu bangkit
dalam membentuk kekuatan baru sebagai peningkatan basis internal dari umat
Islam sendiri di negara Laos.
Dilihat dari berbagai kekuatan dan kelemahan Islam, khususnya umat Islam
di negara Laos. Peluang umat Islam berada pada tahap penguatan internal atau
dalam bahasa lain adalah menimbulkan Islam kultural di negara Laos, setelah
seperti itu maka peluang selanjutnya adalah lewat pemaksimalan konstitusi yang
terbuka bagi perkembangan Islam di negara Laos. Islam di negara Laos harus
menjadi agama yang toleran dan terbuka, dan tidak menutup diri, dengan strategi
tersebut diharapkan mampu memberikan pemahaman lain bagi perkembagan Islam
di negara Laos.
Page 19 of 21
Kesimpulan
Page 20 of 21
Daftar Pustaka
Hall, DGE, Sejarah Asia Tenggara. terj. Drs. II’Soewarsha dan Drs. M. Habib
Mustopo, Usaha Nasional, Surabaya, tanpa tahun, bab XXII, di bawah judul
Kerajaan Laos 1591-183.
Hasram, Khaidir. Birokratisasi Islam di Indo-China. Cirebon: Nusa Litera Indah.
2020.
Hidayat, Asep Ahmad. Studi Kawasan Muslim Minoritas Asia Tenggara. Bandung:
Pustaka Rahmat. 2014.
Munawaroh, Rodotul. Politik Islam di Laos. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:
Fakultas Usshuluddin dan Filsafat. 2008.
Page 21 of 21