Anda di halaman 1dari 12

MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU

Siat Dan Tamaddun Melayu Ahmad Karmizi,M.A.

KELOMPOK XIII

 Ahmad Syaripuddin Aruan : 11840112673


 Adi Supriono : 11840114232

PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
2019/2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas Siat dan tamdun Melayu.Shalawat beserta salam
kita hadiahkan untuk nabi Muhammad SAW yang mana beliau telah membawa umatnya dari
zaman jahiliyah ke zaman yang berisi ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan saat ini.
Dan tak lupa pula ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pengajar
mata kuliah Siat dan Tamadun Melayu yaitu bapak Ahmad KArmizi.MA. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih terdapat kehilafan dan kekurangannya, maka dari itu kritik dan saran
demi penyempurnaan lebih lanjut sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat
khususnya bagi kami dan umumnya bagi yang berminat untuk membacanya. Aamiin
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................... 1
DAFTAR ISI........................................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah.............................................................................................. 4
C. Tujuan Pembahasan............................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN
A. Kondisi Burma ( Myammar ) Sebelum Kedatangan Islam................................5
B. Sejarah Islam Masuk Ke Myanmar.................................................................... 5
C. Respon Pemerintahan Myanmar Terhadap Islam di Myanmar.........................12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................................18
B. Saran..................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 19
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam terus memutarkan roda penyebarannya, hingga ke seluruh penjuru dunia, hal ini
mencakup pula wilayah Ras Melayu, yakni Asia Tenggara. Setelah Islam menyebar di daerah
Timur Tengah dan mengekspansi kekuasan ke wilayah-wilayah, kini giliran Asia Tenggara yang
siap disinggahi dan disebari dakwah syia’ar Islam (Badri Yatim: 2007,176). Asia Tenggara
merupakan tempat Islam baru mulai berkembang, yang merupakan daerah rempah-rempah
terkenal pada masa itu, dan Asia Tenggara mejadi wilayah perebutan negara-negara Eropa. Asia
Tenggara menjadi salah satu bagian negara terbesar, kategorinya yakni cakupan Islam yang luas,
banyak berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di wilayah ini menjadi tolak ukur tentang pernyataan
bahwa Asia Tenggara merupakan wilayah Islam terbesar dan terluas penyebaran syi’ar Islamnya
termasuk Negara Myanmar.Negara Myanmar dulu dikenal sebagai Birma atau Burma. Namun,
pada masa pemerintahan junta militer yakni yang dipimpin oleh Jenderal Ne Win, secara resmi
menukar nama negara dari Burma menjadi Myanmar pada tanggal 18 Juni 1989, dan ibukotanya
dari Rangoon menjadi Yangon.

Agama Islam pertama kali tiba di Myanmar pada tahun 1055. Para saudagar Arab yang
beragama Islam ini mendarat di delta Sungai Ayeyarwady, Semenanjung Tanintharyi, dan
Daerah Rakhin. Kedatangan umat Islam ini dicatat oleh orang-orang Eropa, Cina dan
Persia.Populasi umat Islam yang ada di Myanmar saat ini terdiri dari keturunan Arab, Persia,
Turki, Moor, Pakistan dan Melayu. Selain itu, beberapa warga Myanmar juga menganut agama
Islam seperti dari etnis Rakhin dan Shan. Populasi Islam di Myanmar sempat meningkat pada
masa penjajahan Britania Raya, dikarenakan banyaknya umat Muslim India yang bermigrasi ke
Myanmar. Tapi, populasi umat Islam semakin menurun ketika perjanjian India-Myanmar
ditandatangani pada tahun 1941.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah islam masuk di Myanmar?
2. Bagaimana respon pemerintah terhadap islam di Myanmar?
3. Bagaimana sikap mayoritas terhadap minoritas islam di Myanmar?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah islam masuk di Myanmar
2. Untuk mengetahui respon pemerintah terhadap islam di Myanmar
3. Untuk mengetahui bagaimana sikap mayoritas terhadap minoritas islam di Myanmar
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kondisi Burma ( Myammar ) Sebelum Kedatangan Islam


Dalam sejarah Burma tercatat bahwa negeri ini merupakan kerajaan yang telah merdeka
sejak sekitar abad 266 SM hingga tahun 1782 M sebelum berada dibawah pemerintahan Burma.
Dapat diketahui bahwa Burma memiliki sejarah yang panjang. Sama halnya dengan negeri-
negeri di Asia Tenggara pada masa pra-Islam daerah-daerah di Asia Tenggara telah didominasi
oleh agama Hindu dan Budhha, yang dibawa oleh orang-orang India melalui jalur perdagangan.
Pada masa sebelum Islam masuk di Burma ( myammar ) telah terdapat beberapa kerajaan yang
terletak di dua daerah yakni di daerah Pagan (Bagan) dan Arakan, di kedua daerah ini merupakan
tempat dimana agama Hindu dan Budhha dapat berkembang hingga dapat masuk ke dalam
kalangan kerajaan. Telah kita ketahui bahwa agama terbesar di Burma didominasi oleh agama
Buddha. Hal ini dapat diketahui dari adanya para pedagang dari Cina yang telah melalui daerah
ini. Hal ini terlihat dari sumber Cina, yang mana rute jalan tua melintas daratan antara Cina dan
Barat, yang menyebrangi daerah bagian Utara negeri ini. Petunjuk pertama pemakaiannya tahun
128 SM, ketika Chang Chi'en menemukan hasil negeri Cina dari Propinsi Seachuan, di Bactria.
Langkah – langkah diambil untuk menghubungkannya tetapi hanya pada tahun 69 SM Cina
menemukan perfektur Yung Ch'ang menyebrangi mekang dengan markas besarnya di Timur
Salween, kira-kira 60 mil dari perbatasan Burma sekarang.

B. Sejarah Islam Masuk Ke Myanmar.

1. Islam Pertama Kali di Myanmar

Agama Islam pertama kali tiba di Myanmar pada tahun 1055. Para saudagar Arab yang
beragama Islam ini mendarat di delta Sungai Ayeyarwady, Semenanjung Tanintharyi, dan
Daerah Rakhin. Kedatangan umat Islam ini dicatat oleh orang-orang Eropa, Cina dan
Persia.Populasi umat Islam yang ada di Myanmar saat ini terdiri dari keturunan Arab, Persia,
Turki, Moor, Pakistan dan Melayu. Selain itu, beberapa warga Myanmar juga menganut agama
Islam seperti dari etnis Rakhin dan Shan. Populasi Islam di Myanmar sempat meningkat pada
masa penjajahan Britania Raya, dikarenakan banyaknya umat Muslim India yang bermigrasi ke
Myanmar. Tapi, populasi umat Islam semakin menurun ketika perjanjian India-Myanmar
ditandatangani pada tahun 1941.

Sebagian besar Muslim di Myanmar bekerja sebagai penjelajah, pelaut, saudagar dan
tentara. Beberapa diantaranya juga bekerja sebagai penasehat politik Kerajaan Burma. Muslim
Persia menemukan Myanmar setelah menjelajahi daerah selatan Cina. Koloni muslim Persia di
Myanmar ini tercatat di buku Chronicles of China di 860. Umat muslim asli Myanmar disebut
Pathi dan muslim Cina disebut Panthay. Konon, nama Panthay berasal dari kata Parsi.
Kemudian, komunitas muslim bertambah di daerah Pegu, Tenasserim, dan Pathein. Tapi
komunitas muslim ini mulai berkurang seiring dengan bertambahnya populasi asli Myanmar.
Pada abad ke-19, daerah Pathein dikuasai oleh tiga raja muslim India.

1. Pada zaman Raja Bagan yaitu Narathihpate (1255-1286), pasukan muslim Tatar pimpinan
Kublai Khan dan menguasai Nga Saung Chan. Kemudian, pasukan Kublai Khan ini menyerang
daerah Kerajaan Bagan. Selama peperangan ini, Kolonel Nasrudin juga menguasai daerah
Burma.

a. Generasi Muslim Pertama di Burma

Generasi awal Muslim yang datang ke delta Sungai Ayeyarwady Burma, yang terletak di
pantai Tanintharyi dan di Rakhine bermula pada abad ke-9, sebelum pendirian imperium pertama
Burma pada tahun 1055 oleh Raja Anawrahta dari Bagan. Keberadaan orang-orang Islam dan
da’wah Islam pertama ini didokumentasikan oleh para petualang Arab, Persia, Eropa, dan Cina
abad ke-9. Orang-orang Islam Burma merupakan keturunan dari orang-orang Islam yang
menetap dan kemudian menikahi orang-orang dari etnis Burma setempat. Orang-orang Islam
yang tiba di Burma umumnya sebagai pedagang yang kemudian menetap, anggota militer,
tawanan perang, pengungsi, dan korban perbudakan. Bagaimanapun juga , ada diantara mereka
yang mendapat posisi terhormat sebagai penasehat raja, pegawai kerajaan, penguasa pelabuhan,
kepala daerah, dan ahli pengobatan tradisional. Muslim Persia tiba di utara Burma yang
berbatasan dengan wilayah Cina Yunnan sebagaimana tercatat pada Chronicles of China pada
tahun 860. Orang-orang Islam Burma kadang-kadang di sebut Pathi, sebuah nama yang
dipercayai berasal dari Persia. Banyak perkampungan di utara Burma dekat dengan Thailand
tercatat sebagai penduduk Muslim, dengan jumlah orang-orang Islam yang sering melebihi
penduduk lokal Burma. Dalam sebuah catatan, Pathein dikatakan mendiami Pathis, dan pernah
dipimpin oleh Raja India Muslim pada abad ke-13. Para pedagang Arab juga tiba di Martaban,
Margue, dan ada pula perkampungan Arab di kepulauan Meik.

b. Muslim pertama yang tercatat dalam sejarah Burma


Muslim pertama yang tercatat dalam sejarah Burma (dicatat dalam Hmannan
Yazawin atau Glass Palace Chronicle ) adalah Byat Wi selama pemerintahan Mon, seorang Raja
Thaton, sekitar tahun 1050 AD. Dia dibunuh bukan karena dia seorang Muslim, tetapi karena
raja mengkhawatirkan kekuatannya.

Shwe Byin saudara dieksekusi


Kedua anak kakak Wi Byat Byat Ta, yang dikenal sebagai saudara Byin Shwe, adalah anak-anak
dihukum mati karena mereka menolak untuk mematuhi perintah kerja paksa raja, mungkin
karena kepercayaan agama mereka. Tetapi yakin bahwa mereka membunuh bukan karena
mereka Muslim atau karena mereka gagal untuk memberikan kontribusi terhadap pembangunan
pagoda tetapi karena raja atau orang berjalan di koridor kekuasaan di istana khawatir tentang
popularitas dan keterampilan. Ini jelas tercatat dalam Istana Kaca Chronicle dari Raja-raja
Burma bahwa mereka tidak lagi dipercaya.

Pembunuhan Yaman Kan Nga


Rahman Khan (Nga Yaman Kan) adalah muslim lain dibunuh karena alasan politik,
karena pengkhianatan kepada raja sendiri dan jelas bukan sebagai penganiayaan agama. Selama
waktu perang, pahlawan nasional terkenal Raja Kyansittha dikirim pemburu sebagai penembak
jitu untuk membunuh dia.

Pembantaian di Arakan
Lain pembunuhan massal Muslim di Arakan mungkin bukan karena alasan religius, tapi
mungkin karena hanya politik dan keserakahan.Shah Shuja adalah putra kedua dari Kaisar
Mogul Shah Jahan yang membangun Taj Mahal yang terkenal dari India. Shah Shuja kehilangan
saudaranya dan melarikan diri dengan keluarganya dan tentara ke Arakan. Raja Arakan
Sandathudama (1652-1687 M), memungkinkan dia untuk menetap di sana. Dia ingin membeli
kapal untuk pergi ke Mekah dan bersedia membayar dengan perak dan emas. Tetapi raja Arakan
meminta putrinya dan juga menjadi serakah karena kekayaannya Akhirnya setelah upaya gagal
diduga pada pemberontakan sultan dan semua pengikutnya tewas. Orang-orang terlihat memiliki
jenggot, simbol Islam, dipenggal kepalanya, bukan karena mereka Muslim, tetapi karena mereka
dengan mudah diidentifikasi dari orang lain dengan fitur ini. Wanita itu dimasukkan ke dalam
penjara dan membiarkan mereka mati karena kelaparan. Oleh karena itu, pembantaian
ditargetkan pada pengungsi muslim dari India bukan karena agama mereka Islam, tetapi untuk
alasan ekonomi atau politik.

2. Selama pemerintahan Raja Bagan Narathihapate (1255-1286), pada masa perang pertama orang
Cina dan Burma, Muslim Tartar Kublai Khan menyerang Kerajaan Kafir dan menduduki
wilayah hingga ke Nga Saung Chan. Pada tahun 1283, Kolonel Nasruddin dari Turki menduduki
wilayah hingga ke Barnaw (Kaungsin). Orang Turki (Tarek) disebut Mongol, Manchuria,
Mahamaden atau Panthays.
3. Selama kekuasaan raja Bagyidaw (1819-1837), Maha Bandula menyerang Assam dan membawa
kembali 40.000 tawanan perang, kebanyakan dari mereka adalah kaum Muslimin. Proses
Islamisasi di arakan(myanmar) Islam masuk ke Myanmar khususnya wilayah Arakan adalah
pada abad ke-1 H/7 M yang dibawa oleh para pedagang Arab yang datang ke Akyab, ibu kota
Arakan. Namun Muslim di Arakan dalam proses islamisasi memakan waktu yang lama untuk
mewujudkan suatu kekuasaan, mereka baru dapat mendirikan Negara Islam Arakan pada abad
ke-8 H/14 M. Proses penyebaran Muslim dari pantai Arakan kemudian lanjut ke selatan dan
masuknya Islam ke Myanmar tidak hanya dibawa oleh para pedagang Arab, Muslim Malaysia
dan India juga mempunyai peranan yang penting dalam penyebaran Muslim di Myanmar.
Kekuasaan Islam di Arakan berjalan lebih kurang selama 350 tahun dengan 48 orang sultan yang
memerintah silih berganti, sehingga dijajah oleh Burma pada tahun 1784 dan penjajahan ini
berlanjut dengan diambil alih oleh British pada tahun 1822. Pada tahun 1880-an orang-orang
Islam di India berbondong-bondong hijrah ke Myanmar, sehingga jumlah Muslim semakin
meningkat di Myanmar. Pada tahun 1948 British memberikan kemerdekaan kepada Myanmar,
dengan demikian Arakan daerah kekuasaan Islam menjadi daerah kekuasaan Myanmar. Hal ini
membuat Muslim tidak senang, karena mereka diperlakukan secara kejam oleh pemerintah
bahkan kewarganegaraan mereka dinafikan.

C. Respon Pemerintahan Myanmar Terhadap Islam di Myanmar.

Setelah Kemerdekaan Myanmar Setelah Myanmar merdeka dari British pada tahun 1948,
pemerintah Myanmar senantiasa waspada terhadap kedudukan Muslim yang penting di ibu kota
Negara. Kemudian Muslim juga banyak yang mempunyai jabatan penting di pemerintahan
disamping keterlibatan mereka dalam urusan perniagaan yang membuat Muslim memperoleh
kemewahan dari hasil perdagangan. Hal ini telah melahirkan sentimen bagi pemerintah Myanmar
dan akhirnya terjadilah kontroversi antara Muslim dengan orang Myanmar yang berakibat
banyaknya nyawa orang-orang Islam yang menjadi korban.
Pemerintah dengan masyarakat Buddha juga menindas masyarakat Islam dengan memeras
uang dan memaksa mereka memberi opeti serta memenjarakan mereka dengan sewenang-
wenang. Sebagian umat Islam di usir dan tidak boleh kembali kekampung halamannya.
Menjelang tahun dan tahun-tahun berikutnya, kekejaman yang dilakukan oleh pemerintah
Myanmar terhadap Muslim terus meningkat tajam. Pada tahun 1977 pemerintah Myanmar
melancarkan Operasi Raja Min yang juga dikenal dengan Operasi Naga Min, yaitu operasi benci
untuk memeriksa semua penduduk dan mengklasifikasikan mereka kepada dua kategori, yaitu
penduduk Burma dan rakyat asing. Orang-orang Buddha mulai di tempatkan di daerah-daerah
Muslim dan mesjid-mesjid dibakar, gedung-gedung perniagaan milik orang-orang Islam di kota
Akyab juga dibakar. Orang-orang Islam diejek, dipukul dan dibunuh sewenang-wenang, wanita-
wanita diperkosa serta sebagian besar dipaksa menikah dengan tentara Myanmar yang beragama
Buddha. Kondisi yang lebih parah lagi pada tahun 1964 orang Muslim tidak dibenarkan lagi
melaksanakan ibadah haji, walaupun pada tahun 1980 kebijakan itu dicabut tetapi
perbelanjaannya sangat mahal dan terpaksa melalui berbagai prosedur yang sangat rumit.

Perlawanan Muslim Perlakuan pemerintah Myanmar yang tidak baik terhadap Muslim
telah membangkitkan semangat Muslim untuk melakukan pemberontakan dan perlawanan
terhadap pemerintah Myanmar. Apalagi keinginan otonomi tidak mendapat sahutan dari
pemerintah yang sangat kejam, semakin membuat Muslim sadar karena mereka sudah diotak atik
oleh pemerintah sesuai seleranya. Puncak perlawanan Muslim terjadi pada tahun 1948 berlanjut
sampai tahun 1954 yang dikenal dengan Pemberontakan Mujahid yang dipimpin oleh Kasim.
Namun Kasim akhirnya tertangkap, tetapi perjuangan umat Islam terus berjalan sampai tahun
1961 dalam memperjuangkan kemerdekaan dari pemerintah. Perjuangan yang pada mulanya
sempat memudar akhirnya pada dekade 1970-an dan 1980-an kembali aktif. Semenjak itu,
perlawanan umat Islam tidak henti-hentinya terhadap pemerintah yang selalu bertindak zalim
terhadap umat Islam. Kemudian semenjak tahun 1980, Muslim dari daerah lain dipaksa keluar
dari Myanmar dengan penganiayaan yang tidak kalah pelaknya dan ribuan Muslim lari ke
Thailand dan Malaysia. Kondisi Muslim di Myanmar saat ini, mereka sangat teraniaya tidak
mendapatkan tempat yang sama dalam urusan pekerjaan. Adapun dalam bidang pendidikan,
mereka kalau sekolah di sekolah umum tidak akan mendapatkan pelajaran agama, sedangkan
kalau sekolah di sekolah agama (Islam) mereka tidak mendapatkan kesempatan untuk bekerja di
pemerintahan sebagaimana alumni pelajar umum lainnya. Burma Beberapa Fakta Yang
Disisihkan Myanmar yang dulu dikenal dengan Burma adalah negera yang mayoritas
penduduknya beragama Budha (lebih 85 %), minoritas kristen (kurang dari 4,5 %), Hindu (1,5%)
yang sebagian besar tinggal di luar bandar. Populasi muslim terbesar adalah Rohingya (sekitar
3,5 juta orang). Penduduk muslim sebagian besar tinggal di Rakhine (dulu Arakan) yang
berbatasan dengan Bangladesh. Sejak puluhan tahun dahulu, ratusan ribu kaum Muslimin
Rohingya melarikan diri ke Bangladesh disebabkan kekejaman pemerintahan Burma dan
penganut Buddha terhadap mereka. Selain Bangladesh, mereka juga melarikan diri ke Pakistan,
Arab saudi, UAE, Thailand dan Malaysia untuk berlindung dan sebahagian besar dari mereka
masih berstatus pelarian hingga kini. Penolakan Bangladesh dan negara muslim lainnya termasuk
Malaysia membuat kaum muslim Rohingya dipaksa kembali ke Birma. Nasib mereka bertambah
menderita, setelah tahun 1982 pemerintah junta Burma meloloskan satu undang-undang yang
dinamakan “Burma Citizenship Law of 1982”. Undang-undang ini bersifat sentimen keagamaan
dan penuh diskriminasi. Muslim Rohingya tidak diakui sebagai warganegara, malah diberi
julukan ‘pendatang’ di tanah air mereka sendiri. Setelah itu, keseluruhan hak mereka dinafikan
dan kaum Muslimin ditangkap secara besar-besaran, dipukul, disiksa dan dijadikan buruh paksa.
Kaum muslimah Rohingya pun dilecehkan beramai-ramai dengan cara yang ganas. Pada tahun
2003, buku-buku dan pita-pita rakaman yang menghina Islam dan kaum Muslimin bisa didapati
dengan mudah di seluruh Burma, malah ada yang dibagi-bagikan secara gratis. Pemerintah
Burma percaya dapat menguasai Arakan selamanya jika Arakan berhasil diubah menjadi negeri
Buddha sepenuhnya. Hasilnya, rakyat Burma dan penganut Buddha di Arakan khususnya yang
telah diracun pemikiran mereka ini terus-terusan berusaha menghapuskan Islam dan kaum
Muslimin Arakan. Pada tahun 2004, Muslim Rohingya telah dipaksa untuk mengamalkan ajaran
Buddha dan dipaksa ikut upacara Buddha . Mereka dipaksa menyumbang uang di dalam setiap
acara Buddha yang sering dilakukan. Kawasan ibadat kaum Muslimin juga sering dicemari
dengan dijadikan tempat mengubur mayat penganut Buddha. Sementara kaum Muslimin dipaksa
membayar biaya penguburan mayat saudara mereka yang meninggal. Arakan Utara dijadikan
zone tentara dengan pelbagai kezaliman yang mereka lakukan atas kaum Muslimin. Muslim
dieksploitasi menjadi buruh paksa untuk membangun asrama tentara, jalan, jambatan, tambak,
pagoda, gudang, kolam dan sebagainya tanpa bayaran apa-apa. Kaum wanita pula mengalami
ketakutan dengan peristiwa pemerkosaan yang sering terjadi di kawasan tersebut, baik oleh
tentera atau pihak kontraktor yang ada. Demikianlah sebahagian dari penderitaan saudara-
saudara kita di Myanmar yang tidak mendapat perhatian dan tidak terbela. Masyarakat dunia
hanya cendrung hanya hirau terhadap kekejaman yang dilakukan terhadap pengunjuk rasa dari
pendeta Budha. Begitu juga dengan para pemimpin kaum Muslimin yang nampaknya sangat
bersimpati dan menunjukkan sokongan terhadap perjuangan demokrasi rakyat Myanmar, namun
mereka tidak memperhatikan penderitaan dan kesengsaraan saudara seagama mereka yang
semakin hari semakin mengerikan. Para pemimpin kaum Muslimin berusaha menyuarakan
sokongan dan menuntut pembebasan seorang pemimpin demokrasi (Aung San Suu Kyi) yang
dikenakan tahanan rumah. Namun mereka diam seribu bahasa terhadap ratusan ribu saudara-
saudara mereka yang dibunuh dan yang sedang tersiksa dipenjara-penjara Myanmar.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Agama Islam pertama kali tiba di Myanmar pada tahun 1055. Pembawanya yaitu Para
saudagar dari Arab yang beragama Islam, dan mereka ini mendarat di delta Sungai Ayeyarwady,
Semenanjung Tanintharyi, dan Daerah Rakhin. Kedatangan umat Islam ini dicatat oleh orang-
orang Eropa, Cina dan Persia.Populasi umat Islam yang ada di Myanmar saat ini terdiri dari
keturunan Arab, Persia, Turki, Moor, Pakistan dan Melayu. Selain itu, beberapa warga Myanmar
juga menganut agama Islam seperti dari etnis Rakhin dan Shan. Dan pada saat sekarang ini
keadaan umat islam di Myanmar sangat memprihatinkan, karena respon pemerintah Myanmar
yang mengecewakan umat islam yang ada di Myanmar tersebut. Para pemimpin kaum Muslimin
berusaha menyuarakan sokongan dan menuntut pembebasan seorang pemimpin demokrasi
(Aung San Suu Kyi) yang dikenakan tahanan rumah. Namun mereka diam seribu bahasa atas
penderitaan saudara-saudara kita yang yang dibunuh dan di penjara di Myanmar tersebut.

B. Saran
Betapa teraniayanya saudara-saudara kita yang berada di Myanmar sana, pemimpin nya pun
tak mempedulikan nasib mereka yang teraniaya dan dibunuh. Karena demi demokrasi
pemimpinnya tidak mempunyai belaskasian lagi terhadap saudara-saudara seagamanya. Oleh
karena itu kita sebagai umat islam, marilah mempertahankan dan menegakkan agama islam yang
sesungguhnya, agar allah SWT selalu memberikan pertolongannya terhadap kita semua dalam
menjalankan agam kita. Dan juga kita mendo’akan agar saudara-saudara kita yang ada di
Myanmar sana selalu mendapat pertolongan dari allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA

Suhaimi.2007 Sejarah Islam Asia Tenggara Pekanbaru : Cv. Witra Lestari

http://kota-islam.blogspot.com/2014/02/sejarah-masuk-islam-di-myanmar.html

http://micankom.blogspot.com/2011/01/sejarah-islam-masuk-ke-myanmar.html

Anda mungkin juga menyukai