Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MINORITAS ISLAM DI MYANMAR

Tugas ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Umat Islam Minoritas

Dosen Pengampu : Dr. Sujadi, M.A.

Disusun Oleh:

Rohmi Dwi Fatihah

(19101020086)

PROGRAM STUDI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 1

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 2

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................ 2

B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 3

C. Tujuan Pembahasan ............................................................................................... 3

BAB II MINORITAS ISLAM DI MYANMAR ............................................................... 4

A. Sejarah masuknya Islam di Myanmar .................................................................. 4

B. Populasi dan demografi di Myanmar ................................................................... 6

C. Tantangan dan Harapan Muslim di Myanmar .................................................... 9

BAB III KESIMPULAN ..................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 12

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak pertama kali Islam masuk ke Asia Tenggara pada abad ke-7 M melalui para

pedang dari Persia, Arab, India dan Cina, Islam menyebarkan agama melalui suatu proses

yang damai. Walaupun Islam muncul di tengah lapisan masyarakat yang sudah mapan

dengan pemahaman agamanya seperti Hindu dan Budha, tetapi hal itu tidak membuat Islam

gentar dalam menyebarkan agama.

Salah satu wilayah yang dimasuki oleh Islam adalah Burma atau yang saat ini di kenal

dengan sebutan Myanmar. Islam pertama kali sampai di Burma pada tahun 9 M melalui

pedagang Arab yang menetap di sekitar pantai Arakan lalu menyebar hingga ke arah

Selatan. Sedangkan para Muslim Persia menetap di Myanmar setelah menjelajahi daerah

selatan China. Sebagian besar Muslim di Myanmar bekerja sebagai pelaut dan tentara.

Adapun sebutan Umat muslim asli Myanmar yaitu "Pathi". Tidak hanya di Arakan, umat

muslim juga bertambah hingga ke daerah Pegu, Pathein dan Tenasserim. Burma merupakan

sebuah negara yang terletak di Asia Tenggara dengan letak astronomis 11LU – 28LS dan

92BT – 100BT dan juga secara geografis terletak di sebelah barat berbatasan dengan Laut

Andaman dan India, sebelah Timur dengan China, laos, dan di sebelah selatan berbatasan

dengan Thailand. Menururt Ministry of Labour, Immigration and Population, Departemen

of Populatin Myanmar sampai saat ini jumlah yang terdaftar dalam sensus penduduk

Myanmar sekitar 55.3 Juta orang. Myanmar, dulu dikenal sebagai Burma dimana perubahan

nama menjadi Myanmar ini diawali pada masa pemerintahan yang dipimpin oleh Jenderal

Ne Win pada tanggal 18 Juni 1989, dan juga merubah nama ibukota Myanmar yakni

2
Rangoon menjadi Yangon. Perubahan nama ini dimaksudkan agar etnis non-Burma dapat

merasakan menjadi bagian dari negara. Kemudian pada tahun 2005, Myanmar resmi

membangun Ibukota baru yakni Naypydaw. (Helmiati, 2014)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan materi dan landasan tersebut kami dapat merumuskan permasalahan

sebagai berikut:

1. Bagaimana sejarah masuknya Islam di Myanmar?

2. Bagaimana populasi dan demografi di Myanmar?

3. Apa saja tantangan dan harapan Muslim di Myanmar?

C. Tujuan Pembahasan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut tujuan pembahasan dari makalah ini adalah

sebagai berikut:

1. Memaparkan sejarah masuknya Islam di Myanmar.

2. Memaparkan populasi dan demografi di Myanmar.

3. Menyebutkan tantangan dan harapan Muslim di Myanmar.

3
BAB II

MINORITAS ISLAM DI MYANMAR

A. Sejarah Islam di Myanmar

1. Islam di Arakan

Apabila kita melihat sejarah masuknya Islam di Myanmar, Islam masuk ke Myanmar

sekitar tahun 1055 M dimana pedagang-pedagang Arab memperkenalkan Islam kepada

mereka saat mendarat di delta Sungai Ayeyarwady, Semenanjung Tanintharyi dan juga di

daerah Arakan yang terletah di sisi barat Myanmar. Gunung-gunung yang terdapat di

Arakan merupakan pemisah dari daerah-daerah Myanmar yang lain dimana mayoritas

menganut agama Budha. Apabila kita melihat Jurnal dari Nasrudin dimana beliau

mengutip catatan dari Apiko Joko Mulyono di laman act.id, dimana adanya hubungan yang

tidak baik antara Raja Myanmar dengan Raja Arakan Naramekhla yang kemudian Raja

Arakan tersingkir dan mengungsi di Bengali dimana di tempat tersebut terdapat kekuasaan

Islam yang dipimpin oleh Sultan Nasiruddin. Raja Narameikhla meminta bantuan kepada

Sultan Nasiruddin yang kemudian berujung masuknya Raja Narameikhla ke agama Islam

dan berganti menjadi Suleiman Shah. Atas bantuan dari Sultan Bengali tersebut, kemudian

Sultan Suleiman Shah merebut kembali Daerah Arakan dari tangan Raja Myanmar dan

memproklamirkan sebagai kerajaan Islam merdeka yakni mendirikan Dinasti Mrauk U

pada 1430 (Nasruddin, 2017). yang kemudian kekuasaannya bertahan hingga 3,5 Abad.

Pada tahun 1784, Arakan kembali direbut oleh raja Myanmar dan kemudian pada 1824

Arakan menjadi Koloni Inggris yang kemudian populasi Muslim di Arakan perlahan-lahan

berkurang.

4
Arakan sendiri adalah sebuah negara yang terletak di Barat Myanmar dan berbatasan

langsung dengan China di Timur laut dan India di Utara. Sebelum berganti menjadi

Arakan, dulu lebih di kenal dengan nama Rohang, oleh sebab itu Muslim yang mendiami

wilayah Rohang di kenal dengan sebutan Rohingnya. Rohingya sendiri adalah etnis asli

dari Arakan, mereka sudah tinggal di sana sejak abad ke 7 M dan hingga saat ini tercatat

ada sekitar 5 juta penduduk di Arakan yang terdiri dari dua etnis Muslim Rohingya dan

Buddha Maghs. Etnis Rohingnya adalah keturunan dari campuran orang Persia, Mongol,

Melayu dan Arab. Etnis Rohingnya juga lebih banyak menggunakan bahasa yang di

pengaruhi oleh bahasa Arab.

Sebelum Myanmar merdeka pada tahun 1948, umat Muslim di Arakan hidup dengan

tenang karena Arakan dulunya adalah sebuah negara independen yang pernah dikuasai

secara bergantian oleh orang Hindu, Buddha dan Muslim. Namun pada 24 September 1784

M raja Boddaw Paya dari Burma menginvasi dan menguasai Arakan hingga akhirnya

Arakan masuk ke wilayah Burma. Setelah negara Myanmar merdeka, umat Islam di

Rohingya menjadi etnis paling tertindas di Myanmar dan tidak diakui sebagai bagian dari

bangsa Myanmar, bahkan etnis Rohingya kehilangan Arakan karena diserahkan kepada

etnis Rakhin yang beragama Buddha.

2. Islam di Pagan

Kedatangan Muslim pertama di Bagan oleh dua pelaut Muslim dari Arab tercatat

dalam babad Burma pada era Kekaisaran Pagan pada 1044 Masehi. Mereka tiba dan

berlindung di biara dekat pantai Burma, di Thaton. Raja Thaton sangat ketakutan akan

kedatangan mereka, hingga ia membunuh salah satu dari dua saudara tersebut. Seorang lagi

berhasil melarikan diri ke Bagan dan berlindung kepada Raja Anawratha. Dia menikahi

5
seorang gadis dari Popa dan mendapatkan dua putra, yaitu Shwe Byin bersaudara. Kelak

mereka juga mengabdi kepada raja, Shwe Byin bersaudara di kenal sangat berani setelah

berhasil menyusup ke pengawal Raja Cina Utibua. Tetapi mereka di hukum mati karena

ketidaktaatan terhadap Raja. Seorang penasihat kerajaan mengatakan bahwa mereka di

hukum secara tidak adil. Lalu Raja Anawrahta mengangkat seorang Muslim dari Arab

sebagai guru untuk putranya, Pangeran Sawlu. Kemudian Pangeran Sawlu menjadi

Gubernur Bago (Pegu). Setelah tewasnya pangeran Sawlu dan Raman Khan karena

tantangan yang di buat oleh Raja Sawlu, Kyanzittha, saudara Raja Sawlu menjadi Raja

ketiga Dinasti Bagan. Saat menjadi Raja, Kyanzittha banyak membebaskan tawanan

Muslim India lalu mereka menetap di Burma tengah.

B. Populasi dan Demografi di Myanmar

Muslim di Myanmar, menurut Muslim Population Statistics, merupakan sebuah

kelompok masyarakat yang setidaknya ada 4% dari seluruh populasi negara tersebut

(Institute of Islamic Information and Education, 2006). Umumnya, muslim di Myanmar

yakni beraliran Sunni dengan konsentrasi penyebaran besarnya yakni di Distrik/Daerah

Rakhine (atau bisa disebut sebagai Arakan), terutama disekitar Buthidaung, Maungdaw,

Rathaedaung, Kyauktauw, dan Akyab.

Apabila kita melihat sensus penduduk Myanmar pada tahun 2015 tersebut, kita dapat

melihat bahwa seluruh distrik atau daerah di Myanmar terdapat kelompok muslim walaupun

tidak lebih dari 6% dari setiap distrik di Myanmar. Dan dengan tersebarnya masyarakat atau

kelompok muslim tersebut menandakan bahwa adanya kelompok atau masyarakat muslim di

Myanmar selain di Rakhine (walaupun disetiap distrik menjadi minoritas dan banyak juga

yang tertindas seperti di Rakhine dan Karen) dan juga tak hanya muslim imigran dari

6
Bangladesh maupun India, tetapi kemungkinan besar juga berasal dari berbagai negara

seperti Pakistan, China, Melayu dan juga para imigran yang menikah dengan penduduk lokal

di Myanmar. Dalam sensus tersebut pun, Islam hanya diberi sekitar 2,3% dari seluruh

penduduk Myanmar yang terdaftar dalam sensus kependudukan Myanmar. Dikarenakan

dalam hal ini etnis-etnis atau komunitas beragama islam banyak yang tidak terdaftar dalam

sensus atau bisa dibilang „penduduk ilegal‟ atau tidak diakui oleh pemerintah Myanmar,

banyak Survey yang kemudian mensurvey bahwa terdapat 4-10% penduduk Myanmar

merupakan seorang Muslim.

Mungkin kita sedikit menyinggung mengenai beberapa komunitas muslim di berbagai

distrik di Myanmar. Muslim pertama yakni Rohingya. Nama Rohingya menunjukkan

identitas etnoreligius Muslim di Negara Bagian Rakhine Utara, Myanmar (sebelumnya

Burma). Mayoritas Muslim di Rakhine ini menyebutnya sebagai “Rohingnya”, Bahasa

meraka berasal dari Bahasa Bengal dan juga mirip pengucapan/dialek orang Chittagong di

Bangladesh (International, 2015). Rohingya menganggap diri mereka sebagai penduduk asli

wilayah tersebut, sedangkan pemerintah Burma dan nasionalis Buddha memandang mereka

sebagai keturunan orang-orang yang tiba pada masa pemerintahan kolonial Inggris.

Pemerintah Myanmar di bawah kepemimpinan Thein Sein (presiden ke 8 Myanmar) dan

juga mayoritas Buddha di Distrik Rakhine menyebut Rohingnya sebagai „Bengali‟, yang

mengklaim bahwa nama Rohingya sebenarnya kata Bengali untuk Arakan (nama dulu

Rakhine). (Lang, 2018)

Apabila kita melihat sensus kependudukan Myanmar diatas, bahwa Muslim di

Rakhine sekitar 28 ribu dari dua juta penduduk Rakhine, atau hanya sekitar 1,4% yang

terdaftar kedalam sensus dari seluruh penduduk Distrik Rakhine. Yang menarik dalam

7
sensus Myanmar tahun 2015 tersebut bahwa didalam Distrik Rakhine terdapat sekitar satu

juta penduduk yang tidak terhitung dalam sensus Myanmar. Apabila kita mengkaji dengan

menarik kedalam permasalahan atau konflik Myanmar terhadap Kaum Muslim Rohingnya,

bahwa salah satunya yakni pemerintah Myanmar tidak mengakui etnis Rohingnya sehingga

menjadikannya etnis ini menjadi „penduduk ilegal‟ Myanmar. Kesimpulan umum yang akan

dikeluarkan apabila kita melihat sensus tersebut dimana kemungkinan besar satu juta

penduduk yang tidak terdaftar dalam sensus merupakan etnis muslim Rohingnya. Dan

apabila kita menggabungkan penduduk Rakhine yang terdaftar didalam sensus dan juga

penduduk yang tidak terdaftar akan menghasilkan angka tiga juta penduduk yang terdapat di

Rakhine dan presentase Muslim di Rakhine bisa jadi sekitar 30-35% dari seluruh penduduk

Rakhine.

Rohingya dan mungkin Sebagian besar muslim yang mempunyai keturunan India dan

Bangladesh akan dianggap sebagai warga Burma dibawah konstitusi tahun 1948 dipimpin

oleh U Nu dan kemudian pada tahun 1962 terjadi kudeta militer yang dipimpin oleh Jendral

Ne Win yang kemudian ini menjadi awal bagi rezim militer yang kuat di Myanmar. Status

Rohingya pun kemudian diturunkan dibawah konstitusi tahun 1974 yang kemudian secara

tidak resmi mengakui mereka, dan Undang-undang Kewarganegaraan tahun 1982 yang

menyatakan bahwa warga negara harus menjadi salah satu daru 135 ras nasional

sebagaimana diakui oleh Konstitusi atau yang dimana nenek moyangnya sudah menetap di

Burma sebulum tahun 1823 (International, 2015). Ini yang kemudian menjadi awal dari

tindak diskriminatif pemerintah Myanmar kepada etnis Rohingnya, dimana Pemeirntah

menganggap etnis Rohingnya tidak memiliki kewarganegaraan yang mengakibatkan etnis

8
Rohingnya mengalami berbagai kendala diskriminatif dari akses Kesehatan, Pendidikan,

pekerjaan, perjalanan dan hidup berkeluarga.

C. Tantangan dan Harapan Muslim di Myanmar

Menjadi Umat Muslim Minoritas di tengah-tengah masyarakat mayoritas yang non-

Muslim menjadi tantangan tersendiri bagi umat Muslim di Myanmar. Terutama etnis

Rohingnya, karena Minoritas Muslim di Myanmar sebagian besar terdiri dari orang-orang

Rohingya dan keturunan imigran Muslim dari India. Etnis Rohingnya di anggap sebagai

pendatang yang memiliki keturunan campuran dari orang Bengali, Persia, Mongol, Turki,

Melayu dan Arab maka tak heran hal itu menyebabkan terjadinya perbedaan kebudayaan

dari kebanyakan orang Myanmar. Kaum Muslim di Myanmar kerap mendapat perlakuan

buruk, bahkan Umat Islam di Myanmar mengalami diskriminasi dan juga mengalami

pembatasan dalam hal perkawinan, kelahiran dan pembangunan tempat ibadah. Umat Islam

di Myanmar juga dilarang melakukan perjalanan antar kota atau ke luar dari negara bagian

Rakhine tanpa izin. Tidak hanya dalam bidang sosial, Kaum Muslim di Myanmar juga

mengalami diskiriminasi dalam bidang politik, salah satu contoh seperti Abdul Rasheed

yang merupakan calon politisi dari kaum minoritas Muslim Rohingya yang memiliki

kewarganegaraan Myanmar. Pada saat pemilihan umum pada November 2019, pengusaha

ini tidak bisa mencalonkan diri sebagai kandidat karena para pejabat menuduhnya berasal

dari luar negeri.

Tidak cukup sampai di situ, para Muslimah di Myanmar juga di larang memakai hijab

yang mana itu adalah kewajiban bagi setiap muslimah Islam, Muslimah juga banyak yang

dipaksa bekerja di barak-barak tentara. Bahkan mereka juga sering diperkosa tanpa adanya

belas kasihan (dr. Hj. Helmiati, m.ag : sejarah islam asia tenggara 275)

9
Umat minoritas Islam Rohingya yang selalu tertindas terus melakukan pergerakan

untuk mendapatkan hak penuh atas kewarganegaraan nya. Mereka juga melakukan

perlawanan melalu cara internal dan eksternal, seperti migrasi dan memberontak. Saat

Bangladesh mengumumkan perdamaian di Myanmar, Bangladesh terus berusaha untuk

menjalin hubungan yang saling menguntungkan dengan Myanmar dan berharap Myanmar

terus melakukan proses pemulangan pengungsi Muslim Rohingya.

10
BAB III

KESIMPULAN

Muncul nya Islam di Myanmar pertama kali di bawa oleh para pedagang dari Arab pada

tahun 9 M yang menetap di sekitar delta Sungai Ayeyarwady, Semenanjung Tanintharyi dan juga

di daerah pantai Arakan. Para pedangan Muslim menyebarluaskan Islam dengan cara yang

damai. Pada awal nya, Arakan adalah sebuah negara independen, namun pada 24 September

1784 M raja Boddaw Paya dari Burma menginvasi dan menguasai Arakan hingga akhirnya

Arakan masuk ke wilayah Burma. Pada tahun 2015 terdapat kelompok muslim walaupun tidak

lebih dari 6% dari setiap distrik di Myanmar, dan masyarakat Muslim hanya diberi sekitar 2,3%

dari seluruh penduduk Myanmar yang terdaftar dalam sensus kependudukan Myanmar.

Dalam perkembangannya hingga sejauh ini, masyarakat Muslim masih menjadi minoritas

yang tertindas di Myanmar. Di tambah lagi Para Ekstrimis Budha mempunyai pegangan kuat

dalam proses politiknya di Distrik Rakhine dari pada di distrik-distrik lain yang mengakibatakn

banyak sekali muncul penganiayaan, tindakan diskriminatif pemerintah terhadap kaum Rohingya

di Rakhine, seperti Periode 2008 dan 2012 dimana banyak penghancuran masjid dan terjadi

banyak pembantaian pada tahun 2012-2014, dan membatasi Pendidikan, perkerjaan, dan

perjalanan yang kemudian mengakibatkan etnis Rohingya yang bersiap pindah agama untuk

menerima hak yang sama dengan warga lainnya. Muslim pertama di Myanmar yakni etnis

Rohingya juga tidak di akui kependudukan nya oleh Pemerintah Myanmar, sehingga menjadikan

mereka "penduduk ilegal".

11
DAFTAR PUSTAKA

Department of Population Ministry of Labour, Immigration and Population

Myanmar. (2016). The 2014 Myanmar Population and Housing Census. The

Union Report: Religion, Census Report Volume 2-C.

Helmiati. (2014). Sejarah Islam Asia Tenggara. Riau: Lembaga Penelitian

Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Islam Negeri Sultan Syarif

Kasim Riau.

Ibrahim, A. (2016). The Rohingyas, Inside Myanmar's Hidden Genocide. London:

Hurst & Company.

Institute of Islamic Information and Education. (2006, 2 8). iiie.net. Retrieved

from http://www.iiie.net/: http://www.iiie.net/muslim-population-statistics/

International, M. R. (2015, 6 19). Muslims and Rohingya. Retrieved from

minorityrights.org: https://minorityrights.org/minorities/muslims-and-

rohingya/

Karen Human Right Group. (2002). Easy Target: The Persecution of Muslims in

Burma. Karen: Karen Human Right Group.

Karen Organization of Minnesota. (n.d.). Religion. Retrieved from

www.mnkaren.org: https://www.mnkaren.org/history-culture/karen-

culture/religion/

Lang, N. E. (2018). The Rohingya and other Muslim minorities in Myanmar.

Routledge Handbook of Human Rights in Asia.

12
Nasruddin. (2017). Islam di Myanmar. Jurnal Al Hikmah.

Schearf, D. (2012, 11 29). Kaman Muslims Raise Concerns of Wider Conflict.

Retrieved from voanews.com: https://www.voanews.com/east-asia/kaman-

muslims-raise-concerns-wider-conflict

Sejarah Kedatangan Islam di Burma Myanmar ( https://www-muslimpopulation-

com.translate.goog/asia/Myanmar/History%20of%20arrival%20of%20Isla

m%20in%20Burma_Myanmar.php?_x_tr_sch=http&_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=

id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=nui,sc,elem pada 14 september 2021 )

Rohingya diduga alami diskriminasi oleh pemerintah Myanmar (diakses melalui

https://www.google.co.id/amp/s/www.bbc.com/indonesia/dunia/2014/02/14

0225_myanmar_rohingya.amp)

Mitzy, Gulia. (2014) Perlawanan Etnis Muslim Rohingya terhadap Kebijakan

Diskriminatif Pemerintah Burma-Myanmar (diakses melalui

https://jurnal.ugm.ac.id/globalsouth/article/download/28836/17362)

13

Anda mungkin juga menyukai