Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PERAYAAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Penelitian Arsip

Dosen Pengampu: Fatiyah, S. Hum, M.A

Disusun Oleh:
Galih Putra Alim (17101020059)
RP. M. Himam Awan Afghani (19101020026)
Nilam Anjani (19101020054)
Rohmatika Azizah (19101020055)

SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWA. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Arsip Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW
Tahun 1951" dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Penelitian Arsip.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Fatiyah selaku Dosen Mata kuliah
Penelitian Sejarah. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Selasa, 13 November 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER........................................................................................................................I

KATA PENGANTAR...............................................................................................II

DAFTAR ISI.............................................................................................................III

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah...........................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................1

C. Tujuan.........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................2

A. Identifikasi Arsip........................................................................................2

B. Sejarah Maulid Nabi..................................................................................5

C. Pelaksanaan Maulid Nabi di Indonesia....................................................5

BAB III PENUTUP.....................................................................................................6

A. Kesimpulan.................................................................................................6

B. Kritik dan Saran........................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................7
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tradisi dalam masyarakat senantiasa tidak terlepas dan mengandung unsur-unsur
kearifan lokal didalamnnya, yang didapatkan dari proses yang cukup panjang dan dilakukan
secara turun-temurun di suatu masyarakat. Kearifan lokal merupakan bentuk etika
lingkungan yang ada pada siklus kehidupan masyarakat. Pada tataran ini kearifan lokal
merupakan bagian yang nyata dari bentuk implementasi/penerapan dari etika lingkungan itu
sendiri. Tradisi maulid Nabi adalah sebuah kegiatan perayaan kegiatan keagamaan yang
dilakukan dalam rangka memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, sebagai
bentuk wujud dan rasa cinta umat kepada sang Nabi. Tradisi ini banyak dilakukan oleh umat
Islam di berbagai belahan dunia termasuk di Indonesia, dan bahkan dalam tradisi maulid
nabi juga bisa menjadi sarana permesatu dan sangat berpengaruh didaerah sekitarnya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hasil identifkasi Arsip Maulid Nabi?

2. Bagaimana sejarah Maulid Nabi?

3. Bagaimana cara pelaksanaanya di Indonesia?

C. Tujuan

1. Untuk menjelaskan hasil identifikasi Arsip

2. Untuk mengidentifikasi sejarah Maulid Nabi.

3. Untuk menjelaskan cara pelaksanaan Maulid Nabi di Indonesia.


BAB II
PERAYAAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW DI INDONESIA

A. Identifikasi Arsip
Berikut merupakan identifikasi arsip yang berkaitan dengan foto Perayaan Maulid Nabi
Muhamad SAW Tahun 1951:

NO ARSIP DESKRIPSI
1 1. Kategori Arsip : Arsip
Statis
2. Bentuk Arsip : Arsip
Audio-Visual
3. Nilai Arsip : Bernilai
Sejarah
4. Keterangan Foto :
Presiden Soekarno dan bu
Fatmawati menghadiri
perayaan maulid Nabi
Muhammad SAW di Istana.
5. Difoto pada : 11-12-1951
6. Fotografer : Mustari
Abdulghani
7. Ukuran : 5R
8. Pengelola : Arsip Nasional
Republik Indonesia (ANRI)
9. Kode Referensi : Kempen
RI. Wilayah DKI Jakarta
1951.KPRIJ51_4384
2 1. Kategori Arsip : Arsip
Statis
2. Bentuk Arsip : Arsip
Audio-Visual
3. Nilai Arsip : Bernilai
Sejarah
4. Keterangan Foto :
Presiden Soekarno dan bu
Fatmawati beserta hadirin
berdiri menyanyikan lagu
Indonesia Raya
5. Difoto pada : 11-12-1951
6. Fotografer : Mustari
Abdulghani
7. Ukuran : 5R
8. Pengelola : Arsip Nasional
Republik Indonesia (ANRI)
9. Kode Referensi : Kempen
RI. Wilayah DKI Jakarta
1951.KPRIJ51_4391
3 1. Kategori Arsip : Arsip
Statis
2. Bentuk Arsip : Arsip
Audio-Visual
3. Nilai Arsip : Bernilai
Sejarah
4. Keterangan Foto : Warga
mengadakan slametan
dalam rangka memperingati
Maulid Nabi Muhammad
SAW
5. Difoto pada : 11-12-1951
6. Fotografer : Djamal
7. Ukuran : 5R
8. Pengelola : Arsip Nasional
Republik Indonesia (ANRI)
9. Kode Referensi : Kempen
Ri. Wilayah DKI Jakarta
1951.KPRIJ51_4404
4 1. Kategori Arsip : Arsip
Statis
2. Bentuk Arsip : Arsip
Audio-Visual
3. Nilai Arsip : Bernilai
Sejarah
4. Keterangan Foto : Duta
besar Pakistan untuk
Indonesia memberikan
ceramah dalam perayaan
Maulid Nabi Muhammad
SAW di Stadion Ikada
5. Difoto pada : 11-12-1951
6. Fotografer : Mustari Abdul
Ghani
7. Ukuran : 5R
8. Pengelola : Arsip Nasional
Republik Indonesia (ANRI)
9. Kode Referensi : Kempen
RI. Wilayah DKI Jakarta
1951.KPRIJ51_4392
5 1. Kategori Arsip : Arsip
Statis
2. Bentuk Arsip : Arsip
Audio-Visual
3. Nilai Arsip : Bernilai
Sejarah
4. Keterangan Foto : Nyonya
Noor Jannan sedang
berpidato pada perayaan
Maulid Nabi Muhammad
SAW di stadion Ikada
5. Difoto pada : 11-12-1951
6. Fotografer : Mustari
Abdulghani
7. Ukuran : 5R
8. Pengelola : Arsip Nasional
Republik Indonesia (ANRI)
9. Kode Referensi : Kempen
RI. Wilayah DKI Jakarta
1951.KPRIJ51_4403
B. Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW

Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh
setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Kata maulid atau milad adalah kata dalam bahasa Arab
yang mempunyai arti hari lahir. Secara etimologis Maulid Nabi Muhammad SAW bermakna
tempat atau waktu kelahiran Nabi yakni peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW,
sedangkan secara terminologi, Maulid Nabi adalah sebuah upacara keagamaan yang diadakan
kaum muslimin untuk memperingati kelahiran Rasulullah SAW. 1 Peringatan Maulid Nabi jatuh
pada hari kelahiran Nabi Muhammad yakni 12 Rabiul awal berdasarkan penanggalan Hijriyah.

Awal mula peringatan Maulid Nabi dilakukan jauh setelah nabi Muhammad wafat,
menurut Al- Maqrizy dalam bukunya “Al Khutath” menjelaskan bahwa Maulid Nabi mulai
pertama kali diperingati pada abad ke-4 H oleh Dinasti Fathimiyah di Mesir. 2 Dinasti ini berdiri
pada tahun 362 H dengan penguasa pertama yakni Al Muiz. Diawal penaklukannya, ia
membuat kebijakan dengan membuat enam perayaan hari sekaligus, yakni hari lahir Nabi
Muhammad SAW, hari lahir Ali bin Abi Thalib, hari lahir Fatimah, hari lahir Hasan dan
Husein, serta hari lahir para raja yang berkuasa. 3 Namun pada masa pemerintahan Al Afdhal
yakni pada tahun 487 H, enam perayaan tersebut dihapus. Setelah Al Afdhal wafat yakni tahun
515 H, Al Amir sebagai pengganti Al Afdhal menghidupkan kembali peringatan enam maulid
tersebut. Maulid Nabi kemudian dilakukan setiap tahunnya hingga zaman ini dan meluas ke
berbagai belahan dunia.

Sumber lain menyebutkan, perayaan maulid Nabi diperkirakan pertama kali dilaksanakan
pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin al-Ayyubi (1138 H) yang diperkenalkan oleh Abu
Said al-Qakburi, yakni seorang gubernur Irbil, Irak. 4 Adapula yang berpendapat ide untuk
memperingati Maulid Nabi berasal dari Sultan Salahuddin sendiri untuk membangkitkan
kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW, dan untuk mebangkitkan semangat juang kaum
muslimin yang pada saat itu sedang terlibat Perang Salib. 5 Tradsi perayaan Maulid Nabi ini
merupakan salah satu sarana penyebaran agama Islam di Indonesia, Maulid nabi masuk ke
Indonesia bersamaan dengan proses masuknya Islam ke Indonesia yang dibawa oleh
pendakwah.

1
Shofi,Muisy, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW (Studi
Komparasi Pendapat Nahdatul Ulama dan Muhamadiyah di Desa Mayong Lor Kecamatan Mayong Kabupaten
Jepara”, (Kudus; STAIN Kudus, 2015), hlm. 16.
2
Nashir, Al-Hanin, 2007. Sejarah Peringatan Mulid Nabi, (Penerbit maktab Dakwah dan Bimbingan
Jaliyat Rabwah), hlm. 1.
3
Ibid.,
4
Shofi, Muisy, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW (Studi
Komparasi Pendapat Nahdatul Ulama dan Muhamadiyah di Desa Mayong Lor Kecamatan Mayong Kabupaten
Jepara”, hlm. 19.
5
Ibid., hlm., 20
C. Pelaksanaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Indonesia

Dalam sejarah penyebaran Islam di Nusantara perayaan Maulid Nabi atau Muludan
dimanfaatkan oleh Wali Songo untuk sarana dakwah dengan berbagai kegiatan yang menarik
masyarakat agar mengucapkan syahadatain (Dua kalimat syahadat) sebagai pertanda memeluk
Islam. Itulah sebabnya perayaan Maulid Nabi disebut perayaan Syahadatain yang oleh lidah
Jawa diucapkan Sekaten.

Dua kalimat syahadat itu dilambangkan dengan dua buah gamelan ciptaan Sunan
Kalijaga bernama Gamelan Kiai Nogowilogo dan Kiai Gunturmadu, yang ditabuh dihalaman
Masjid Demak pada waktu perayaan Maulid Nabi. Sebelum menabuh dua gamelan tersebut,
orang-orang yang baru masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat terlebih dulu
memasuki pintu gerbang ‘’pengampunan’’ yang disebut gapura (Dari bahasa Arab
ghafura,artinya Dia mengampuni). Pada zaman kesultanan Mataram, perayaan Maulid Nabi
disebut Gerebeg Mulud. Tata ‘’gerebeg’’ artinya mengikuti, yaitu mengikuti sultan dan para
pembesar keluar dari keraton menuju masjid untuk mengikuti perayaan Maulid Nabi, lengkap
dengan sarana upacara, seperti nasi gunungan dan sebagainya. Di samping Gerebeg Mulud, ada
juga perayaan Gerebeg Poso (Menyambut Idul Fitri) dan Gerebeg Besar (Menyambut Idul
Adha).

Peringatan Maulid Nabi sangat lekat dengan kehidupan warga terutama warga Nahdlatul
Ulama (NU). Sejalan dengan pandangan KH. Hasyim Asy’ari bahwasannya pelaksanan maulid
nabi menjadi baik kala kegiatan didalamnya baik pula. 6 Acara yang disuguhkan dalam
peringatan hari kelahiran Nabi ini amat variatif dan kadang diselenggarakan sampai hari-hari
bulan berikutnya, bulan Rabius Tsany (Bakdo Mulud). Ada yang mengirimkan masakan-
masakan spesial untuk dikirimkan ke beberapa tetangga kanan dan kiri, ada yang
menyelenggarakan upacara sederhana di rumah masing-masing, peringatan yang luamayan
besar seperti yang diselenggarakan di mushala dan masjid-masjid, Bahkan ada juga yang
menyelenggarakan secara besar-besaran yang dihadiri puluhan ribu umat Islam.

Ada yang hanya membaca Barzanji atau Diba’ (Kitab sejenis Barzanji)7, atau dengan
diadakan dengan cara pidato keagamaan seperti pada contoh arsip nomor empat diatas. Bahkan
perayaannya hanya dihadiri segelintir orang untuk hanya sekedar makan-makan dan bersukacita
seperti halnya pada arsip nomor tiga, terlihat jelas betapa bahagianya orang-orang pada masa itu
menyambut bulan kelahiran nabi Muhammad SAW, selain itu juga bisa ditambah dengan
berbagai kegiatan keagamaan, seperti penampilan kesenian hadhrah. Puncaknya ialah mauizhah
hasanah dari para muballigh kondang. Para ulama NU, memandang peringatan Maulid Nabi ini
sebagai bid’ah atau perbuatan yang di zaman Nabi tidak ada, namun termasuk bid’ah hasanah
(bid’ah yang baik) yang diperbolehkan dalam Islam.

6
Ulin Niam Masruri, Perayaan Maulid Nabi dalam Pandangan KH. Hasyim Asy’ari, Jurnal Studi Hadis,
Vol. 4, No. 2, 2018, h. 290
7
Syaikh, Khalid,. Majmu’ Fatawa wa Maqolaat al-Mutanawwi’ah Jilid 2, Cet II (Jakarta: Penerbit Daarul
Haq, 1424 H), hlm. 24.
Banyak memang amalan seorang muslim yang pada zaman Nabi tidak ada namun
sekarang dilakukan umat Islam, antara lain: Berzanjen, Diba’an,Yasinan, Tahlilan ,(Bacaan
tahlilnya, misalnya tidak bid’ah sebab Rasulullah sendiri sering membacanya) ,Mau’izhah
hasanah pada acara temanten dan Muludan.Dalam Madarirushu’ud Syarhul Barzanji
dikisahkan Rasulullah SAW bersabda:‘’Siapa menghormati hari lahirku tentu aku berikan
syafaat kepadanya di Hari Kiamat.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam
jauh setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Peringatan Maulid Nabi jatuh pada hari
kelahiran Nabi Muhammad yakni 12 Rabiul awal berdasarkan penanggalan Hijriyah.
Maulid Nabi mulai pertama kali diperingati pada abad ke-4 H oleh Dinasti Fathimiyah
di Mesir dengan penguasa pertama yakni Al Muiz yang membuat enam perayaan yang
termasuk peringatan kelahiran Nabi. Pada masa pemerintahan Al Afdhal yakni pada
tahun 487 H, enam perayaan tersebut dihapus. Setelah Al Afdhal wafat yakni tahun 515
H, Al Amir sebagai pengganti Al Afdhal menghidupkan kembali peringatan enam
maulid tersebut. Sumber lain mengatakan perayaan maulid Nabi diperkirakan pertama
kali dilaksanakan pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin al-Ayyubi (1138 H) yang
diperkenalkan oleh Abu Said al-Qakburi, yakni seorang gubernur Irbil, Irak. 8 Adapula
yang berpendapat ide untuk memperingati Maulid Nabi berasal dari Sultan Salahuddin
sendiri untuk membangkitkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW.
Perayaan Maulid Nabi di Indonesia dilaksanakan seperti dengan mengirimkan
masakan-masakan spesial untuk dikirimkan ke beberapa tetangga kanan dan kiri, atau
menyelenggarakan upacara sederhana di rumah masing-masing, atau peringatan yang
lumayan besar seperti yang diselenggarakan di mushala dan masjid-masjid. Bahkan ada
juga yang menyelenggarakan secara besar-besaran yang dihadiri puluhan ribu umat
Islam. Peringatan maulid diadakan dengan membaca Barzanji atau Diba’ (Kitab sejenis
Barzanji) atau dengan diadakan dengan cara pidato keagamaan. Bisa juga ditambah
dengan berbagai kegiatan keagamaan. Puncaknya ialah mauizhah hasanah dari para
muballigh kondang.
Begitulah perayaan maulid nabi Muhammad SAW di Indonesia, yang turut
memeriahkan khazanah keislaman di kehidupan masyarakat. Perayaan ini masih dijaga
hingga sekarang, sehingga tradisi peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dulu dan
sekarang tak jauh berbeda.

B. SARAN

Penulis sadar bahwa dalam penulisan makalah masih banyak sekali kekurangan dan
kesalahan serta masih jauh dari kesempurnaan. Maka penulis akan memperbaiki
makalah dengan berpedoman pada sumber serta kritik yang membangun dari pembaca.

8
Shofi, Muisy, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW (Studi
Komparasi Pendapat Nahdatul Ulama dan Muhamadiyah di Desa Mayong Lor Kecamatan Mayong Kabupaten
Jepara”, hlm. 19.
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku
Nashir, Al-Hanin, 2007. Sejarah Peringatan Mulid Nabi, Penerbit maktab Dakwah
dan Bimbingan Jaliyat Rabwah

Syaikh, Khalid,. Majmu’ Fatawa wa Maqolaat al-Mutanawwi’ah Jilid 2, Cet II;


Jakarta: Penerbit Daarul Haq, 1424 H.
B. Jurnal
Ulin Niam Masruri, Perayaan Maulid Nabi dalam Pandangan KH. Hasyim Asy’ari,
Jurnal Studi Hadis, Vol. 4, No. 2, 2018

C. Skripsi
Teuku, Hafiz, 2020, “Maulid Nabi Dalam Perspektif Ahlulsunah Waljama’ah Dan
Wahabi”, Skripsi pada Fakultas Aqidah Filsafat Islam UIN Ar-Raniry Banda
Aceh

Shofi, Muisy, 2015, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Peringatan Maulid Nabi
Muhammad SAW (Studi Komparasi Pendapat Nahdatul Ulama dan
Muhamadiyah di Desa Mayong Lor Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara)”,
Skripsi STAIN Kudus.

Anda mungkin juga menyukai