Anda di halaman 1dari 10

PERADABAN SASSANIA

Rohmi Dwi Fatihah 19101020086


Endah Mugi Rahayu 19101020099
Azhar Ahadi Wicaksana 19101020095
Abdi Putra Gemilang 19101020111
Fahriza Ardiyansyah
Fikri Wahyu Wahidan19101020114
KEKAISARAN SASSANIA
Kekaisaran Sassania merupakan Kekaisaran Persia pra-
Islam terakhir dan dipimpin oleh Dinasti Sassania pada
tahun 226 hingga 651 M. Kekaisaran Sassania, yang
menggantikan Kekaisaran Parthia atau Kekaisaran Arkasid,
diakui sebagai salah satu kekuatan utama di Asia
Barat, Selatan, dan Tengah, bersama dengan Kekaisaran
Romawi dan Kekaisaran Bizantium, dalam periode selama
lebih dari 400 tahun.
BERDIRINYA DINASTI SASSANIA

Dinasti Sassania didirikan oleh Ardashir I, seorang keturunan kaum pendeta

Dewi Anahita di Istakhr, Pars (Fars), yang pada awal abad ke-3 telah berhasil

menjadi gubernur wilayah tersebut. Ayahnya Pabag (juga disebut Papak atau

Babak), awalnya adalah penguasa kota kecil bernama Kheir. Ia tahun 205

berhasil menggulingkan Gocihr, raja terakhir dinasti Bazrangid (yaitu penguasa

lokal Pars yang merupakan sekutu dari Parthia) dan mengangkat dirinya sendiri

menjadi penguasa baru. Ibunya, Rodhagh, adalah putri dari gubernur

provinsi Persis. Nama dinasti ini sendiri berasal dari kakek pihak ayah Ardashir

I, yaitu Sassan, seorang pendeta besar Kuil Anahita.


PERKEMBANGAN DINASTI
SASSANIAH
Ardashir I meluaskan wilayahnya dan sukses menemukan kendali atas

provinsi-provinsi lebih kurangnya adalah Kerman, Isfahan, Susiana, dan

Mesene.

Ardashir I terus melanjutkan menyerang provinsi-provinsi sebelah

barat Kekaisaran Parthia (Ashkâniâ) yang telah tumbang itu. Tahun 226

M, Ardashir I dimahkotai di Ctesiphon menjadi penguasa tunggal Persia,

mengambil gelar Syahansyah, atau "Raja Segala Raja" (berbagai prasasti

juga menyebutkan tokoh Adhur-Anahid menjadi "Ratu Segala Ratu",

tetapi hubungannya dengan Ardashir belum mampu dipastikan).


Selanjutnya, Ardashir I melanjutkan wilayahnya ke
arah timur dan barat laut. Ia menaklukkan provinsi-
provinsi Sistan, Gorgan, Khorasan, Margiana
(sekarang di Turkmenistan), Balkh, dan Khwarezmi.
Ia juga sukses menaklukkan Bahrain dan Mosul ke
dalam kekuasaan Sassania. Kemudian Prasasti-
prasasti Sassania juga diserahkan kepada Ardashir
oleh raja Kushan, Turan, dan Mekran.
Putra Ardashir I, Shapur I (241–272), melanjutkan

ekspansi kekaisaran dengan menaklukkan Baktria

dan bagian barat dari Kekaisaran Kushan, serta

melaksanakan beberapa penyerangan terhadap

Romawi. Shapur I melaksanakan berbagai rencana

pembangunan secara intensif. Ia mendirikan banyak

kota, yang beberapa penduduknya adalah imigran

yang berasal dari berbagai wilayah Romawi.


Pengaruh kebudayaan Sasan terbentang jauh
melebihi batas-batas wilayah kekaisaran
mereka, dan bahkan menjangkau sampai
Europa Barat. Afrika, Tiongkok, dan India
serta berperan penting dalam pembentukan
seni Abad Pertengahan di Eropa dan Asia.
AKHIR PERADABAN DINASTI
SASSANIAH
Raja Yazdegerd III adalah penguasa Kekaisaran Sasaniyah di Persia (Iran)

terakhir sebelum diambil-alih oleh pasukan muslim yang datang dari Arab.

Yazdegerd III sebagai penguasa Sassaniyah harus selalu berpindah tempat

untuk menghindari pasukan muslim yang datang menyerang dari seberang

teluk.

Terjadilah pertempuran pertama antara Dinasti Sassaniyah melawan pasukan

muslim pada 634 M yang dikenal dengan nama Perang Jisr. Persia meraih

kemenangan dalam perang ini. Namun, situasi berbalik setelah Umar bin

Khattab menjadi pemimpin Madinah. Sejak awal kepemimpinannya, Umar

memang berupaya untuk memperluas wilayah Islam.


Khalifah Umar yang mulai memimpin di Madinah sejak

23 Agustus 634 M langsung menyusun strategi demi

membalas kekalahan dari Sassaniyah di Irak.

Pertempuran yang dikenang dengan nama Perang Al-

Qadisiyyah ini dimenangkan oleh pihak muslim.

Puncaknya, Persia menderita kekalahan terbesar pada 642

M dalam Perang Nahawand. Situasi ini memaksa

Yazdegerd III terpaksa pergi dari istananya untuk

menyelamatkan diri dan mencari bantuan.


Ia masih berusaha mencari bantuan kepada vasal-vasal

taklukan kerajaannya, hingga berupaya mencapai Cina

untuk meminta perlindungan dari Dinasti Tang yang

memang bersahabat dengan Kekaisaran Sassaniah. Asa

Yazdegerd III itu tidak pernah terwujud karena ia

akhirnya mati di tangan anak buahnya sendiri dalam

perjalanan menuju Cina. Kematian Yazdegerd III

sekaligus menutup riwayat Kekaisaran Sassaniah.

Anda mungkin juga menyukai