Anda di halaman 1dari 10

Wabah Penyakit Menular

Novel Coronavairus (COVID-19)

Disusun Guna Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester Mata Kuliah


Tafsir Adab al-Ijtimai

Dosen Pengampu:

Penulis:
Izmi Kamilah (181320066)

Prodi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir


Fakultas Usuluddin
Universitas Islam Negri Sultan Maulana Hasanuddin
Banten
2020
PEDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Menurut situs WHO, virus corona adalah keluarga besar virus yang dapat
menyebabkan penyakit kepada hewan dan juga manusia. Virus ini termasuk penyakit
yang menular dan baru di temukan di Wuhan, China pada bulan Desember 2019 lalu
yang kemudian menjadi wabah. Gejala yang paling umum dalam virus COVID-19 ini
adalah demam, kelelahan, dan batuk kering. Dan beberapa pasien lainnya mungkin
mengalami sakit dan nyeri, pilek, sakit tenggorokan atau diare. Gejala ini bersifat
ringan dan secara bertahap. Namun dari beberapa orang yang terinfeksi tetapi tidak
menimbulkan gejala apapun, kebanyakan orang sekitar 80% pulih dari penyakit tanpa
harus melakukan perawatan khusus. Orang yang lebih tua atau yang memiliki masalah
medis seperti, masalah tekanan darah, jantung atau diabetes , atau mungkin memiliki
penyakit yang serius lainnya. Orang dengan demam, batuk dan kesulitan bernafas itu
yang harus lebih di perhatikan lagi oleh medis.
Menurut WHO, virus ini dapat menyebar orang ke orang melalui tetesan kecil
dari hidung atau mulut yang menyebar ketika seseorang batuk atau menghembuskan
nafas. Lalu kemudian tetesan itu jatuh ke benda yang di sentuh orang lain. Orang
tersebut kemudian menyentuk mata, hidumg, atau mulut.
Jumlah yang terinfeksi virus corona di Indonesia dilaporkan terus bertambah
dalam beberapa hari terakhir. Diketahui menurut BNPB (Badan Nasional
Penanggulangan Bencana) pada Kamis, 26 Maret 2020 pukul 15:45 WIB, ada 893
kasus yang terinfeksi COVID-19. Dari jumlah ini, 35 pasien dinyatakan sembuh dan
78 orang dimyatakan meninggal dunia. Update virus corona di dunia yaitu, 471.468
orang terinfeksi, 114.642 sembuh, dan 21.295 meninggal dunia.
Akibat dari adanya penyebaran COVID-19 ini, bukan hanya berdampak pada
kesehatan pada umumnya, namun berdampak pula terhadap ekonomi, social, bahkan
agama sekalipun. Di tengah maraknya penyebaran COVID-19 ini kini pemuka-
pemuka agama kian mengkaji berbagai persoalan yang berkaitan dengan pelaksanaan
peribadatan. Setelah ditetapkannya berkaitan dengan social distancing, mengingat
pelaksanaan ibadah atau pun peringatan hari-hari besar keagamaan yang bisa
melibatkan banyak orang (perkumpulan). Khususnya bagi kita yang beragama islam
yang hampir dalam 12-14jam melakukan peribadatan Bersama di tempat peribadatan
(Sholat berjamaah di masjid) khususnya pada hari jum’at (Sholat Juma’at).

1
Berdasarkan hal tersebut penulis merasa perlu adanya pengkajian tentang
ketetapan hukum atau pun pengetahuan tentang bahayanya penyakit menular ini, oleh
karna itu penulis mencoba mengkaji bebrapa ayat-ayat al-Qur’an dan hadis yang
menerangkan tentang wabah penyakit menular tersebut.

PEMBAHASAN
a. Wabah Penyakit Menular
Virus corona adalah virus yang menyerang sistem pernafasan. Penyakit
karena virus ini disebut COVID-19. Virus ini dapat disebabkan gangguan pada
sistem pernafasan, pneumonia akut, sampai kematian.virus ini adalah jenis virus
baru yang menular ke manusia. Virus ini juga dapat menyerang siapa saja, baik
bayi, anak-anak, dewasa, lansia, ibu hamil, maupun ibu menyusui. COVID-19
pertama kali di temukan di Wuhan, China pada akhir Desember 2019.
Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan.
Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan,
seperti flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat,
seperti infeksi paru-paru (pneumonia), Middle-East Respiratory Syndrome
(MERS), dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Infeksi virus ini atau
bisa menyebabkan penderitanya mengalami gejala flu, seperti demam, pilek,
batuk, sakit tenggorokan, dan sakit kepala, atau gejala penyakit infeksi pernapasan
berat, seperti demam tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak napas, dan
nyeri dada. Menurut penelitian, gejala virus inimuncul dalam waktu 2 hari sampai
2 minggu dalamsetelah terpapar virus corona.1
Kasus infeksi yang terkena virus corona di Indonesia ini diunggah pada
Kamis, 26 Maret 2020 bertambah menjdi 103 orang, jadi yang terinfeksi menjadi
893 orang. Pasien yang meninggal menjadi 78 orang, dan sedangkan yang sembuh
sebanyak 35 orang. Apabila di seluruh dunia, kasus positif yang terkena virus ada
471.468 orang, pasien yang meninggal dunia 21.295 orang, dan sedangkan yang
sembuh sebanyak 114.642 orang.2
Tidak dapat dipungkiri mengenai virus yang sampai saat ini telah memakan
korban yang meninggal dunia, menimbulkan rasa khawatir dan kekhawatiran
kemudian dikalangan umat Islam munculah sikap keberagaman tertentu. Dan

1
https://www.alodokter.com/virus-corona(diakses pada 25 Maret 2020)
2
https://www.cnnindonesia.com/tag/virus-corona(diakses pada 25 Maret 2020)

2
tidak ada virus ini kecuali atas izin Allah SWT. seperti dalam surah At-Taghabun
ayat 11-13 :
َ ‫صيبَ ٍة إِاَّل بِإ ِ ْذ ِن هَّللا ِ َو َمنْ يُؤْ ِمنْ بِاهَّلل ِ يَ ْه ِد قَ ْلبَهُ َوهَّللا ُ بِ ُك ِّل ش َْي ٍء َعلِي ٌم * َوأَ ِطي ُعوا هَّللا‬
ِ ‫اب ِمنْ ُم‬ َ ‫ص‬ َ َ‫َما أ‬
‫سولِنَا ا ْلبَاَل ُغ ا ْل ُمبِينُ * هَّللا ُ اَل إِلَهَ إِاَّل ُه َو َو َعلَى هَّللا ِ فَ ْليَتَ َو َّك ِل‬ُ ‫سو َل فَإِنْ ت ََولَّ ْيتُ ْم فَإِنَّ َما َعلَى َر‬ ُ ‫َوأَ ِطي ُعوا ال َّر‬
َ‫* ا ْل ُمؤْ ِمنُون‬
"Tidak ada suatu musibah uang menimpa seseorang, kecuali
dengan izin Allah dan barang barang siapa yang beriman kepada Allah,
niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu. Dan taatlah kepada Allah dan taatlah
kepada Rasul. Jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban
Rasul kami hanyalah menyampaikan amanah Allah dengan terang.
Dialah Allah tidak ada tuhan selain Dia. Dan hendaklah orang-orang
mukmin bertawakal kepada Allah"

Dalam tafsir al Qurthubi dijelaskan bahwasanya rangkaian ayat ini turun


sebagai sebuah jawaban atas perkataan orang-orang kafir Quraisy. Mereka
mengatakan kepada para shahabat “Seandainya apa yang diimani umat Islam
adalah kebenaran, niscaya mereka tidak akan mendapatkan musibah apapun“.
Maka rangkaian ayat ini diturunkan sebagai penjelas bahwa semua musibah yang
menimpa umat Islam adalah sesuai dengan kepastian yang Allah tetapkan.3
Dalam tafsir ibnu Katsir Allah Swt. menceritakan kembali apa yang telah Dia
ceritakan di dalam surat Al-Hadid, yaitu firman-Nya:
‫ب ِمنْ قَ ْب ِل أَنْ نَ ْب َرأَهَا‬ ِ ُ‫ض َوال فِي أَ ْنف‬
ٍ ‫س ُك ْم إِال فِي ِكتَا‬ ِ ‫األر‬
ْ ‫صيبَ ٍة فِي‬
ِ ‫اب ِمنْ ُم‬
َ ‫ص‬َ َ‫َما أ‬
Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula)
pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis di dalam kitab (Lauh
Mahfuz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang
demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Al-Hadid: 22)

Demikian pula hal yang sama disebutkan dalam surat ini melalui firman-Nya:
ِ ‫صيبَ ٍة إِال بِإ ِ ْذ ِن هَّللا‬
ِ ‫اب ِمنْ ُم‬
َ ‫ص‬َ َ‫َما أ‬
Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali
dengan izin Allah. (At-Taghabun: 11)

Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah dengan perintah
Allah, yakni dengan kekuasaan dan kehendak-Nya.
‫َو َمنْ يُؤْ ِمنْ بِاهَّلل ِ يَ ْه ِد قَ ْلبَهُ َوهَّللا ُ ِب ُك ِّل ش َْي ٍء َعلِي ٌم‬

3
Abu Abdullah Muhammad Al Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, Juz 2 (Mesir: Daar el Kutub al Misriyah),
hlm. 139-140.

3
Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan
memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu. (At-Taghabun: 11)
ُ‫َو َمنْ يُؤْ ِمنْ بِاهَّلل ِ يَ ْه ِد قَ ْلبَه‬
Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan
memberi petunjuk kepada hatinya. (At-Taghabun: 11)

Yakni mengembalikan segala sesuatunya kepada Allah dan mengatakan:


َ‫إِنَّا هَّلِل ِ َوإِنَّا إِلَ ْي ِه َرا ِجعُون‬
Sesungguhnya kami adalah milik Allah, dan hanya kepada-Nyalah
kami dikembalikan. (Al-Baqarah: 156)

Di dalam hadis yang telah disepakati disebutkan sebagai berikut:


ْ‫ َوإِن‬،ُ‫صبَ َر فَ َكانَ َخ ْي ًرا لَه‬ َ ُ‫صابَ ْته‬
َ ‫ض َّراء‬ َ َ‫ إِنْ أ‬،ُ‫ضا ًء إِاَّل َكانَ َخ ْي ًرا لَه‬ َ َ‫ضي هَّللا ُ لَهُ ق‬
ِ ‫ اَل يَ ْق‬،‫ع ََجبًا لِ ْل ُمؤْ ِم ِن‬
‫س َذلِ َك أِل َ َح ٍد إِاَّل لِ ْل ُمؤْ ِم ِن‬
َ ‫ َولَ ْي‬،ُ‫ش َك َر فَ َكانَ َخ ْي ًرا لَه‬
َ ‫س َّراء‬َ ُ‫صابَ ْته‬ َ َ‫أ‬
Sungguh mengagumkan orang mukmin itu, tiadalah Allah memutus-
kan suatu keputusan baginya kecuali adalah kebaikan belaka
baginya. Jika ia tertimpa kedukaan, maka ia bersabar, dan bersabar
itu adalah baik baginya. Dan jika ia mendapat kesukaan, maka
bersyukurlah ia dan bersyukur itu lebih baik baginya. Dan hal itu
tidak didapati pada seorang pun kecuali pada diri orang mukmin.

َ ُ‫ عَنْ َعلِ ِّي ْب ِن َربَاح؛ أَنَّه‬،َ‫ث ْب ِن َي ِزيد‬


َ‫س ِم َع ُجنَا َدة‬ ِ ‫ َح َّدثَنَا ا ْل َحا ِر‬،‫ َح َّدثَنَا ابْنُ لَ ِهيعة‬، ٌ‫سن‬ َ ‫ َح َّدثَنَا َح‬:ُ‫قَا َل أَ ْح َمد‬
‫ يَا‬:‫سلَّ َم فَقَا َل‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ أَنَّ َر ُجاًل أَتَى َر‬:‫ت يَقُو ُل‬
َ ِ ‫سو َل هَّللا‬ ِ ‫صا ِم‬ َّ ‫س ِمعْتُ ُعبَا َدةَ بْنَ ال‬ َ :‫بْنَ أَبِي أُ َميَّةَ يَقُو ُل‬
‫ أُ ِري ُد أهونَ ِمنْ َه َذا‬:‫ قَا َل‬."‫سبِيلِ ِه‬ َ ‫ َو ِج َها ٌد فِي‬،‫ق بِ ِه‬ ْ ‫ َوت‬،ِ ‫ "إِي َمانٌ بِاهَّلل‬:‫ض ُل؟ قَا َل‬
ٌ ‫َص ِدي‬ َ ‫ي ا ْل َع َم ِل أَ ْف‬
ُّ َ‫ أ‬،ِ ‫سو َل هَّللا‬
ُ ‫َر‬
َ َ‫ ق‬،‫ "اَل تَتَّ ِه ِم هَّللا َ فِي ش َْي ٍء‬:‫ قَا َل‬.ِ ‫سو َل هَّللا‬
‫ضى لَ َك بِ ِه‬ ُ ‫"يَا َر‬
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan,
telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan
kepada kami Al-Haris ibnu Yazid, dari Ali ibnu R'abbah; ia pernah
mendengar Junadah ibnu Abu Umayyah mengatakan bahwa ia
pernah mendengar Ubadah ibnus Samit mengatakan, sesungguhnya
pernah ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah Saw., lalu
bertanya, "Amal apakah yang paling utama?" Rasulullah Saw.
menjawab: Iman kepada Allah, membenarkan-Nya dan berjihad di
jalan-Nya. Lelaki itu bertanya lagi, "Aku bermaksud hal yang lebih
ringan daripada semuanya itu, wahai Rasulullah." Rasulullah Saw.
menjawab: Janganlah kamu berburuk prasangka kepada Allah
terhadap sesuatu yang telah ditetapkan-Nya atas dirimu.

Para pemilik kitab sunan tiada yang mengetengahkannya. Firman Allah Swt.:

4
ُ ‫َوأَ ِطي ُعوا هَّللا َ َوأَ ِطي ُعوا ال َّر‬
‫سو َل‬
Dan taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul. (At-Taghabun:
12)

Ini merupakan perintah untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya, yaitu
dengan mengerjakan syariat agama-Nya, mengerjakan apa yang diperintahkan-
Nya, serta meninggalkan apa yang dilarang dan diharamkan-Nya. Kemudian
disebutkan dalam firman selanjutnya:
ُ‫سولِنَا ا ْلبَال ُغ ا ْل ُمبِين‬
ُ ‫فَإِنْ تَ َولَّ ْيتُ ْم فَإِنَّ َما َعلَى َر‬
Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya kewajiban Rasul Kami
hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang. (At-
Taghabun: 12)

Yaitu jika kamu membangkang tidak mau mengamalkannya, maka


sesungguhnya bagi Rasul Kami hanyalah menjalankan apa yang ditugaskan
kepadanya, yaitu menyampaikan risalah; dan diwajibkan atas kalian melakukan
kewajiban yang dibebankan kepada kalian, yaitu mendengar dan menaatinya. Az-
Zuhri mengatakan bahwa yang dari Allah adalah risalah, dan tugas Rasul ialah
menyampaikannya, sedangkan tugas kita ialah mendengar dan menaatinya.
Kemudian Allah Swt. memberitakan bahwa Dia adalah Maha Esa,
bergantung kepada-Nya segala sesuatu, tiada Tuhan yang berhak disembah selain
Dia. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
َ‫هَّللا ُ اَل إِلَهَ إِال ُه َو َو َعلَى هَّللا ِ فَ ْليَتَ َو َّك ِل ا ْل ُمؤْ ِمنُون‬
(Dialah) Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia.
Dan hendaklah orang-orang mukmin bertawakal kepada Allah saja.
(At-Taghabun: 13)

Bagian pertama dari ayat ini merupakan kalimat berita yang memberitakan
tentang keesaan Allah, tetapi makna yang dimaksud ialah kalimat perintah yakni
'esakanlah penyembahan itu hanya bagi-Nya, dan ikhlaskanlah ketaatan itu hanya
kepada-Nya, kemudian bertawakallah kamu kepada-Nya (bagian terakhir dari ayat
ini)'. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui
firman-Nya:
‫ب اَل إِلَهَ إِال ُه َو فَاتَّ ِخ ْذهُ َو ِكيال‬
ِ ‫ق َوا ْل َم ْغ ِر‬ ْ ‫َر ُّب ا ْل َم‬
ِ ‫ش ِر‬

5
(Dialah) Tuhan masyriq dan magrib (timur dan barat), tiada Tuhan
(yang berhak disembah) melainkan Dia, maka jadikanlah Dia
sebagai pelindung. (Al-Muzzammil: 9)4

Rangkaian ayat ini memerintahkan kita untuk sabar, senantiasa taat kepada
Allah serta bertawakkal kepada-Nya ketika tertimpa musibah. Akan tetapi, esensi
tawakkal adalah memasrahkan hasil sebuah perkara kepada Allah setelah kita
berusaha dengan sungguh-sungguh. Rasulullah selalu memerintahkan kita untuk
berusaha sekeras tenaga dan memasrahkan hasilnya kepada Allah. Sebagaimana
dalam sebuah Hadits

ُ ‫ق الطَّ ْي َر تَ ْغدُو ِخ َماصا ً َوتَ ُر‬


ً ‫وح بِطَانا‬ َّ ‫قال رسول هللا لَ ْو أَنَّ ُك ْم تَتَ َو َّكلُونَ َعلَى هَّللا ِ َح‬
ُ ‫ق تَ َو ُّكلِ ِه لَ َر َزقَ ُك ْم َك َما َي ْر ُز‬

Rasulullah bersabda “Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah


dengan sempurna, niscaya Allah akan memberikan kalian rizqi
sebagaimana Dia memberikan rizqi kepada burung-burung. Burung-
burung berangkat di waktu pagi dalam keadaan lapar dan pulang di
waktu sore dalam keadaan kenyang” (HR. Ahmad)

Hadits ini memberikan kita gambaran secara utuh hakikat tawakkal kepada
Allah. Dimana Allah akan memberikan kita hasil terbaik disaat kita berusaha
dengan sebaik mungkin. Sebagaimana burung yang selalu berusaha mencari
makan di waktu pagi dan pulang dalam keadaan kenyang.5

b. Wabah Penyakit pada zaman Rasulullah


Wabah penyakit sudah menjadi bagian dari sejarah manusia dan ia juga
terjadi semasa Rasulullah. Salah satu wabah yang sering di sebut Rasulullah
adalah Tho'un. Dalam bahasa, tho'un berasal dari kata tha'ana-yath'unu yang
artinya terluka atau tercederai. Bagi masyarakat kala itu termasuk di zaman Nabi,
sebab tha’un masih misteri dan samar. Nabi menyatakan dalam sebuah riwayat
hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal bahwa tha’un berasal dari

4
Abu Fudai Ismail bin Katsir al Qarasyi, Tafsir al-Qur'an al-'Adzim, Cet ke , Juz ke 8, (Riyadh: Daar el
Taibah), hlm. 137-138
5
Muhammad Tholhah Al-Fayyad, Nasihat di Tengah Wabah Virus Corona, (di Akses pada 21 Maret
2020)

6
tikaman jin (wakhzul jinn). Nabi berdoa agar umatnya mati syahid karena tha'un.
Berikut ini adalah hadits tentang tho'un yang cukup popular:
‫ض َوأَ ْنتُ ْم‬
ٍ ‫ض فَاَل تَد ُْخلُوهَا َوإِ َذا َوقَ َع بِأ َ ْر‬
ٍ ‫س ِم ْعتُ ْم بِالطَّاعُو ِن بِأ َ ْر‬
َ ‫سلَّ َم أَنَّهُ قَا َل إِ َذا‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ‫عَنْ النَّبِ ِّي‬
‫بِ َها فَاَل ت َْخ ُر ُجوا ِم ْن َها‬
Diriwayatkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam karena doa
berkata: "Jika kamu mendengar mewakili tha'un disuatu daerah,
maka jangan ikut daerah tesebut dan kompilasi kalian ada di daerah
(daerah yang disetujui tha'un), maka janhan keluar dari daerah
tersebut." (HR. Bukhori dan Muslim)

Keterangan Nabi perihal tha'un cukup populer di gunakan ulama para ahli
hadits. Ada ulama yang menyamakan tha'un dengan wabah umum, namun ada
yang menyamakan tha'un dengan wabah umum, tetapi ada juga yang memberikan
resolusi spesifik sesuai dengan pengetahuan zamannya. Para ulama yang
membedakan antara tha’un dengan wabah penyakit lainnya bersandar pada hadis
seputar keistimewaan kota Madinah. Diriwayatkan bahwa kota Madinah tidak
akan dimasuki oleh tha’un. Di sisi lain, Aisyah pernah meriwayatkan hadis bahwa
ketika sahabat bersama Nabi tiba di Madinah, telah dikenal bahwa daerah ini
sangat banyak wabah penyakitnya (awba’u ardlillah). Ulama melakukan
kompromi dua makna hadis dengan simpulan: tha’un adalah satu jenis atau
sesuatu yang lain dari wabah penyakit di Madinah, yang mungkin belum ada
kasusnya di Madinah kala itu. Dalam satu keterangan yang dikutip Ibnu Hajar,
wabah tha’un telah merenggut puluhan ribu nyawa di era sebelum Islam. Wabah
tha’un atau pes ini adalah salah satu penyakit yang mengubah wajah dunia, seperti
fenomena Black Death di dataran Eropa dan Mediterania kurun abad 13-14
Masehi atau wabah serupa di India kurun abad ke-18 dan 19. Banyak korban
berjatuhan, para ilmuwan dan agamawan pun tergerak untuk meneliti terus
menerus dan cara mengobati penyakit ini serta lebih mempercayai kontribusi sains
pada peradaban manusia. Para dokter di masa lampau telah berusaha mencari asal-
usul tha’un ini. Ibnu Sina dan Al-Razi memiliki satu entri khusus soal tha’un.
Belum ada pengetahuan seputar penyakit menular yang memadai di masa itu, dan
dugaan paling mungkin tentang penyebab tha’un adalah penyakit terkait darah
yang disebabkan oleh menghirup udara yang terpapar berbagai hal kotor, seperti
buah busuk atau bangkai.6
6
Muhammad Iqbal Syauqi. Tha'un atau Pes: Wabah Penyakit Menular di masa Rasulullah, (diakses
pada 24 Maret 2020)

7
Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam kitabnya yang menjelaskan secara khusus
tentang tha'un meyampaikan kisah tentang wabah penyakit di masa terdahulu dari
Bani Israil.7 Hal ini juga dijelaskan dalam surat al-Baqarah ayat 2438, yang
berbunyi :
۟ ‫ت فَقَا َل لَ ُه ُم ٱهَّلل ُ ُموت‬
‫ُوا ثُ َّم أَ ْح ٰيَ ُه ْم ۚ إِنَّ ٱهَّلل َ لَ ُذو‬ ۟ ‫أَلَ ْم ت ََر إِلَى ٱلَّ ِذينَ َخ َر ُج‬
ِ ‫وا ِمن ِد ٰيَ ِر ِه ْم َو ُه ْم أُلُوفٌ َح َذ َر ٱ ْل َم ْو‬
ٰ
ِ ‫س َولَ ِكنَّ أَ ْكثَ َر ٱلنَّا‬
ْ َ‫س اَل ي‬
َ‫ش ُكرُون‬ ِ ‫ض ٍل َعلَى ٱلنَّا‬ ْ َ‫ف‬
"Tidaklah kamu memperhatikan orang-orang yang keluar dari
kampung halamannya, sedang jumlah ribuannya takut mati? Lalu,
Allah berfirman kepada mereka, "Matilah kamu!" Kemudian Allah
menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah memberikan karunia
kepada manusia, tetapi kebanyakan manusia yang tidak bersyukur."

Dalam tafsir As-Sa'di dijelaskan dalam makna kata ( ‫ َر‬¢¢َ‫ ) أَلَ ْم ت‬: sudah
sampaikah ilmu kepadamu, sudahkah kamu melihatnya. Penglihatan yang
dimaksud adalah batin, dan kalimat Tanya di gunakan untuk menimbulkan
ْ ¢ُ‫) أُل‬: bentuk jamak dari alfun, digunakan untuk menunjukkan
ketakjuban ( ٌ‫وف‬¢
banyak. Jadi jumlahnya puluhan ribu. Pada ayat ini dijelaskan bahwasanya Allah
ta'ala mengajak bicara rasulNya dengan pertanyaan. Sudah sampaikah ilmu
kepadamu tentang kisahnya orang-orang yang keluar dari rumah-rumah mereka
untuk lari dari kematian dan mereka jumlahnya puluhan ribu. Mereka adalah
penduduk dari salah satu kota dari kota-kota yang ditiggali Bani Israil. Allah ta'ala
menimpakan penyakit tha'un dan mereka lari dari kematian. Maka Allah
mematikan mereka dan kemudian menghidupkan mereka kembali dengan do'a
Nabi Hizqil 'alaihissalam. Apakah pelarian mereka itu dapat menyelematkannya
dari kematian, maka begitu juga orang-orang yang lari dari peperangan apakah
pelariannya dapat menyelamatkannya dari kematian? Jaabannya adalah tidak.
Oleh karena itu untuk apa berlari dari jihad yang di tentukan? Dalam perkara
mematikan mereka dan menghidupkannya terdapat keutamaan yang besar dari
Allah, akan tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.9

REFERENSI

7
https://www.nu.or.id/post/read/118109/tidak-keluar-rumah-saat-wabah-sesuai-dengan-al-qur-an
8
Pelajaran dari surah al-Baqarah : 243 adalah apabila turun wabah di suatu tempat tidak boleh keluar
dari tempat tersebut inilah ketentuan dari sunnah Nabi dan kewajiban untuk mengingat nikmat Allah dan
mensyukurinya
9

8
Al Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, Juz 2 Mesir: Daar el Kutub al Misriyah.

Ibnu Katsir al Qarasyi, Tafsir al-Qur'an al-'Adzim, Cet ke , Juz ke 8, Riyadh: Daar el Taibah.

Al-Fayyad, Nasihat di Tengah Wabah Virus Corona, (di Akses pada 21 Maret 2020)

Syauqi. Tha'un atau Pes: Wabah Penyakit Menular di masa Rasulullah, (diakses pada 24

Maret 2020)

https://www.nu.or.id/post/read/118109/tidak-keluar-rumah-saat-wabah-sesuai-dengan-al-qur-

-an(diakses pada 24 Maret 2020)

https://www.alodokter.com/virus-corona(diakses pada 25 Maret 2020)

https://www.cnnindonesia.com/tag/virus-corona(diakses pada 25 Maret 2020)

Anda mungkin juga menyukai