Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

UJI KARBOHIDRAT

Nama : Defika Rahmasari


NPM : 19021170009

JAKARTA GLOBAL UNIVERSITY


FAKULTAS FARMASI
JURUSAN S1 FARMASI
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi yang diperlukan oleh manusia
yang befungsi untuk menghasilkan energi bagi tubuh manusia. Karbohidrat
sebagai zat gizi merupakan nama kelompok zat-zat organik yang mempunyai
struktur molekul yang berbeda-beda, meski terdapat persamaan-persamaan dari
sudut kimia dan fungsinya. Semua karbohidrat terdiri atas unsur Carbon (C),
hidrogen (H), dan oksigen (O).
Karbohidrat yang penting dalam ilmu gizi dibagi menjadi dua golongan
yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks. Karbohidrat sederhana
terdiri atas monosakarida yang merupakan molekul dasar dari karbohidrat,
disakarida yang terbentuk dari dua monosa yang dapat saling terikat, dan
oligosakarida yaitu gula rantai pendek yang dibentuk olh galaktosa, glukosa dan
fruktosa. Karbohidrat kompleks terdiri atas polisakarida yang terdiri atas lebih
dari dua ikatan monosakarida dan serat yang dinamakan juga polisakarida
nonpati. Karbohidrat selain berfungsi untuk menghasilkan energi, juga
mempunyai fungsi yang lain bagi tubuh. Fungsi lain karbohidrat yaitu pemberi
rasa manis pada makanan, penghemat protein, pengatur metabolisme lemak,
membantu pengeluaran feses.

1.2 Tujuan
1. Mampu melakukan uji kualitatif karbohidrat pada suatu sampel
2. Mampu membedakan jenis karbohidrat berdasarkan uji khasnya
3. Mampu melakukan kuantitatif karbohidrat dengan menggunakan HPLC
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Karbohidrat
Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi yang diperlukan oleh manusia
yang befungsi untuk menghasilkan energi bagi tubuh manusia. Karbohidrat
sebagai zat gizi merupakan nama kelompok zat-zat organik yang mempunyai
struktur molekul yang berbeda-beda, meski terdapat persamaan-persamaan dari
sudut kimia dan fungsinya. Semua karbohidrat terdiri atas unsur Carbon (C),
hidrogen (H), dan oksigen (O).
Karbohidrat yang penting dalam ilmu gizi dibagi menjadi dua golongan
yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks. Karbohidrat sederhana
terdiri atas monosakarida yang merupakan molekul dasar dari karbohidrat,
disakarida yang terbentuk dari dua monosa yang dapat saling terikat, dan
oligosakarida yaitu gula rantai pendek yang dibentuk olh galaktosa, glukosa dan
fruktosa. Karbohidrat kompleks terdiri atas polisakarida yang terdiri atas lebih
dari dua ikatan monosakarida dan serat yang dinamakan juga polisakarida
nonpati. Karbohidrat selain berfungsi untuk menghasilkan energi, juga
mempunyai fungsi yang lain bagi tubuh. Fungsi lain karbohidrat yaitu pemberi
rasa manis pada makanan, penghemat protein, pengatur metabolisme lemak,
membantu pengeluaran feses.
2.2 Jenis-jenis Karbohidrat
A. Karbohidrat Sederhana
a. Monosakarida. Ada tiga jenis monosakarida yang mempunyai arti
gizi yaitu glukosa, fruktosa dan galaktosa. Glukosa, dinamakan
juga sebagai gula anggur, terdapat luas di alam dalam jumlah
sedikit yaitu dlama sayur, buah, sirup jagung, sari pohon dan
bersamaan dengan fruktosa dalam madu. Glukosa memegang
peranan sangat penting dalam ilmu gizi. Glukosa merupakan hasil
akhir pencernaan pati, sukrosa, maltosa dan laktosa pada hewan
dan manusia. Dalam proses metabolisme, glukosa merupakan
bentuk karbohidrat yang beredar di dalam tubuh dan di dalam sel
merupakan sumber energi. Fruktosa, dinamakan sebagai gula buah
yang merupakan gula paling manis. Gula ini terutama terdapat
dalam madu bersama glukosa dalam buah, nektar bunga dan juga di
dalam sayur. Galaktosa, terdapat di dalam tubuhsebagai hasil
pencernaan laktosa.
b. Disakarida. Ada tiga jenis yang mempunyai arti gizi yaitu sukrosa,
maltosa dan laktosa. Sukrosa, dinamakan juga gula tebu atau gula
bit. Gula pasir terdiri atas 99 % sukrosa dibuat dai kedua macam
bahan makanan tersebut melalui proses penyulingan dan
kristalisasi. Gula merah dibuat dari kelapa, tebu atau enau melalui
proses penyulingan tidak sempurna. Sukrosa juga banyak terdapat
di dalam buah, sayuran dan madu. Bila dihidrolisis atau dicernakan,
sukrosa pecah menjadi satu unit glukosa dan fruktosa.Maltosa (gula
malt) tidak terdapat bebas di alam. Maltosa terbentuk pada setiap
pemecahan pati. Bila dicernakan atau dihidrolisis, maltosa pecah
menjadi dua unit glukosa. Laktosa (gula susu) hanya terdapat
dalam susu dan terdiri atas satu unit glukosa dan satu unit
galaktosa. Banyak orang, terutama yang berkulit berwarna
(termasuk orang Indonesia) tidak tahan tehadap susu sapi, karena
kekurangan enzim laktase yang dibentuk di dalam dinding usu dan
diperlukan untuk pemecahan laktosa menjadi glukosa dan
galaktosa. Kekurangan laktase ini menyebabkan ketidaktahanan
terhadap laktosa. Laktosa yang tidak dicerna tidak dapat diserap
dan tetap tinggal dalam saluran pencernaan. Hal ini mempengaruhi
jenis mikroorganisme yang tumbuh, yang menyebabkan gejala
kembung, kejang perut dan diare. Ketidaktahanan terhadap laktosa
lebih banyak terjadi pada orangtua.
c. Oligosakarida. Oligosakarida terdiri atas polimer dua hingga
sepuluh monosakarida. Sebetulnya disakarida termasuk dalam
oligosakarida, tetapi karena peranannya dalam ilmu gizi sangat
penting maka dibahas secara terpisah.
B. Karbohidrat Kompleks
a. Polisakarida. Jenis polisakarida yang penting dalam ilmu gizi
adalah pati, dekstrin, glikogen dan polisakarida nonpati.Pati,
merupakan karbohidrat utama yang dimakan manusia yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan. Pati terutama terdapat dalam padi-padian,
biji-bijian dan umbi-umbian. Beras, jagung gandum mengandung
70-80 % pati, kacang-kacang kering sepeti kacang kedelai, kacang
merah dan kacang hijau mengandung 30-60% pati, sedangkan ubi,
talas, kentang dan singkong mengandung 20-30% pati. Proses
pemasakan pati disamping menyebabkan pembentukan gel juga
akan melunakkan dan memcah sel, sehingga memudahkan
pencernaannya. Dalam proses pencernaan semua bentuk pati
dihidrolisis menjadi glukosa. Pada tahap petengahan akan
dihasilkan dekstin dan maltosa. Dekstrin, merupakan produk antara
pada pencernaan pati atau dibentuk melalui hidrolisis parsial pati.
Glikogen, dinamakan juga pati hewan karena merupakan bentuk
simpanan karbohidat di dalam tubuh manusia dan hewan, yang
terutama terdapat di dalam hati dan otot. Dua pertiga bagian dari
glikogen disimpan di dalam otot dan selebihnya dalam hati.
Glikogen dalam otot hanya dapat digunakan untuk keperluan energi
di dalam otot tersebut, sedangkan glikogen dalam hati dapat
digunakan sebagai sumber energi untuk keperluan semua sel tubuh.
b. Polisakarida nonpati/ Serat. Serat mendapat perhatian kaena
peranannya dalam mencegah bebagai penyakit.
C. Fungsi Karbohidrat
1. sebagai sumber energi utama (1 gr = 4 kalori),
2. Ikut terlibat dalam metabolisme lemak (terkait dengan sintesis
lemak),
3. Menghemat protein (protein spatter). Jika asupan karbohidrat
mencukupi tubuh akan terhindar dari glukoneogenesis asam
amino,
4. Glukosa sebagai sumber energi utama bagi otak dan sistem
syaraf,
5. Sebagai energi cadangan dalam bentuk glikogen (glikogenesis)
yag disimpan di hati dan otot,
6. Serat berfungsi memperbaiki kinerja peristaltik usus dan
pemberi muatan pada sisa makanan, punya efek hipolipidemik,
efek hipoglikemik dan lain sebagainya

2.2 HPLC
Sesuai namanya, prinsip HPLC menggunakan prinsip kromatografi untuk
mengukur sampel. Dalam kromatografi, analisis dilakukan dengan cara
memisahkan molekul berdasarkan perbedaan struktur ataupun komposisinya.
Pemisahan tersebut terjadi saat sampel bergerak melewati fase diam (dapat berupa
zat padat atau cair) karena terbawa oleh fase gerak (dapat berupa zat cair atau
gas).
Sebagai salah satu metode kromatografi cair (liquid chromatography),
HPLC menggunakan zat cair sebagai fase geraknya. Sampel yang telah dilarutkan
dapat dipisahkan dan dihitung konsentrasi zat spesifik yang terkandung di
dalamnya. Sebagai contoh, kandungan kafein dalam sampel minuman dapat
diukur dengan HPLC berdasarkan afinitas kafein terhadap fase diam pada kolom
yang digunakan.
Fase gerak pada HPLC harus menggunakan pelarut dengan kemurnian
sangat tinggi. Idealnya, pelarut khusus yang memang sudah memenuhi standard
untuk HPLC dipergunakan untuk hasil yang lebih akurat. Reservoir pelarut
merupakan wadah penyimpanan fase gerak, biasanya berbentuk botol kaca dengan
selang penghubung.
Gambar 1. Bagian-bagian HPLC
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Waktu : Sabtu, 10 oktober 2020
Tempat Penelitian : Laboratorium Jakarta Global University
3.2 Alat dan Bahan
a) Tabung reaksi
b) Pereaksi Molisch dan larutan H2SO4 pekat, tollens
c) Larutan sampel (Glukosa, laktosa, sukrosa, starch)
d) Pipet tetes
e) Pereaksi Benedict
f) Alat penangas air
g) Pipet tetes
h) Penjepit tabung
i) Pengatur waktu
j) HPLC
k) Larutan Fehling A & B
l) Larutan iodin
m) Larutan standar glukosa
3.3 Prosedur Kerja
1) Prosedur kerja uji solubilitas
a) Siapkan 4 tabung reaksi dan isi masing-masing dengan glukosa,
laktosa, sukrosa dan starch
b) Tambahkan air destilasi pada masing-masing tabung reaksi lalu
kocok
c) Perhatikan perubahan
2) Prosedur Kerja UJi Molish
a) Sediakan 4 buah tabung reaksi, masing-masing tabung diisi dengan
larutan sampel (glukosa, laktosa , sukrosa dan starch).
b) Tambahkan pada masing-masing tabung tetesan pereaksi Molish,
campurkan dengan baik.
c) Kemudian tambahkan perlahan-lahan melalui dinding tabung H2SO4
pekat.
d) Amati penbentukan cicin ungu pada batas kedua cairan tersebut
menyatakan reaksi positif.
e) Catat sampel mana yang menunjukkan reaksi positif.
3) Prosedur Kerja fehling test
a) Sediakan 4 buah tabung reaksi, masing-masing tabung diisi dengan
larutan sampel (glukosa, laktosa , sukrosa dan starch).
b) Tambahkan fehling A pada setiap tabung kemudian tambahkan juga
fehling B pada setiap tabung
c) Panaskan pada penangas air dan perhatikan perubahan warnanya
4) Prosedur benedict test
a) Sediakan 4 buah tabung reaksi, masing-masing tabung diisi dengan
larutan sampel (glukosa, laktosa , sukrosa dan starch).
b) Tambahkan larutan benedict pada setiap tabung
c) Panaskan pada penangas air
d) Perhatikan perubahan warnanya
5) Prosedur Kerja Uji Yodium
a) Sediakan plat tetes, kemudian isi dengan 1 tetes larutan sampel
(larutan dedak, jagung, amilum, glukosa, fruktosa, maltose dan
sukrosa).
b) Tambahkan 1 tetes larutan yodium encer.
c) Amati perubahan warna yang terjadi.
d) Catat dan simpulkan hasilnya.
6) Prosedur Kerja Uji Benedict
a) Sediakan 7 buah tabung reaksi, masing-masing tabung diisi dengan 3
ml larutan sampel (larutan dedak, jagung, amilum, glukosa, fruktosa,
maltose dan sukrosa).
b) Tambahkan 3 ml larutan Benedict, campurkan dengan baik.
c) Panaskan langsung di atas api sampai mendidih.
d) Dinginkan dan amati perubahan warna yang terjadimulai dari hijau,
hijau kuning, kuning merah hingga merah bata. Perubahan warna ini
memberikan cara semi kuantitatif adanya sejumlah gula yang
mereduksi.
e) Catan dan simpulkan hasilnya.
7) Prosedur kerja Uji Seliwanoff
a) Menambahkan 3 tetes larutan karbohidrat dan masing-masing 3ml
pereaksi seliwanoff dalam beberapa tabung yang telah diberi nama
b) Pada waqktu bersamaan tabung-tabung yang sudah diberi nam
dimasukan dalam penangas air dengan menggunakan gelas piala
yang besar, p[emanasan hingga 15 menit.
c) Mengamati perubahan yang terjadi
8) Prosedur kerja dengan HPLC
a) Perhatikan pipa atau selang outlet sudah terletak pada penampung
yang benar. karena ini penting untuk menampung limbah proses
analisa.
b) Fokus ke software yang ada di komputer. Sebelum dan setelah
menggunakan alat laboratorium ini, anda diharapkan melakukan flush
atau purge atau dikenal dengan istilah pencucian kolom. Hal ini
dilakukan agak kondisi kolom selalu dalam keadaan bersih dan tidak
tersumbat. Pastikan membuka katup tekanan sebelum melakukan
pembersihan kolom.
c) Perhatikan dan pastikan larutan yang digunakan untuk fase gerak
tersedia dalam jumlah yang cukup. Beberapa jenis larutan yang
digunakan diantaranya adalah : Asetonitril, Metanol atau Aquabidest.
d) Lakukan setting method pada software HPLC. Pada tahap ini anda
diminta untuk melakukan setting detail mengenai aplikasi, komposisi
dan waktu injeksi. Jika sebelumnya anda sudah memiliki method,
tidak perlu membuat baru, gunakan saja yang sudah ada.
e) Operasikan instrument untuk mendapatkan base line yang stabil. Jika
belum mendapatkan base line yang stabil, perhatikan langkah-
langkah sebelumnya. Jika diantara anda ada yang masih pemula,
mintalah seseorang yang lebih ahli untuk membantu dalam hal ini.
f) Pastikan tidak terdapat gelembung pada cairan fase gerak. Salah satu
hal yang membuat base line menjadi tidak stabil adalah adanya
gelembung. Beberapa jenis HPLC biasanya dilengkapi dengan
degasser.
g) Setelah base line didapat, anda bisa mulai memasukan sample.
Dengan cara injeksi manual atau auto sampler, itu tergantung
konfigurasi dari alat anda. Kelebihan menggunakan auto sampler
tentunya lebih otomatis dan presisi.
h) Detektor akan menangkap data dari sample dan menampilkannya di
software. Pada beberapa kasus mungkin saja anda menemukan
puncak ganda, dan belum langsung menemukan puncak tunggal pada
chromatogram. Lakukan optimasi jika diperlukan.
9) Save atau print hasil pengukuran.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PRAKTIKUM
a. Solubilitas tes
Terjadi perubahan warna pada tabung D (starch)

b. Uji Molish
Larutan Sampel Hasil
Glukosa +
Laktosa +
Sukrosa +
Starch +
(+) karbohidrat
(-) bukan karbohidrat

c. Fehling test

d. Uji Yodium

Larutan Sampel Hasil


Glukosa +
laktosa -
Sukrosa -
Starch +
+
-
-
(+) termasuk polisakarida
(-) termasuk non polisakarida
e. Uji Benedict
Larutan Sampel Hasil
Amilum +
Maltosa +
Glukosa +
Dedak +
Ekstrak jagung +
Fruktosa +
Sukrosa -
(+) gula pereduksi
(-) gula non pereduksi

f. Uji Seliwanoff
Sampel Hasil Warna
Fruktosa + Merah bata
Sukrosa + Merah bata
Glukosa - Bening
(+) adanya gugus ketosa
(-) tidak ada gugus ketosa, adanya aldosa
g. Uji karbohidrat dengan HPLC

B. Hasil Pengamatan

Data Pengamatan
Uji
Karbohidrat
Molish Benedict HPLC Seliwanoff Iodium
Glukosa Ungu Merah bata Merah bata Bening Merah
Fruktosa Ungu Merah bata Merah bata Merah Merah kecoklatan
Sukrosa Ungu Tidak ada endapan Merah muda Merah Merah kecolatan
Laktosa Ungu Merah bata Merah muda Bening Merah
Dekstrin Ungu Tidak ada endapan Merah muda Bening Coklat
Amilum Ungu Tidak ada endapan Merah muda bening Merah kecoklatan

C. PEMBAHASAN

a. Uji Molish
Uji molish adalah reaksi yang paling umum untuk mengidentifikasi
adanya karbohidrat. Pada percobaan ini asam sulfat pekat menghidrolisis
ikatan glikosidik (ikatan yang menghubungkan monosakarida satu
dengan monosakarida yang lain) menghasilkan monosakarida yang
selanjutnya didehidrasi menjadi fultural dan turunannya.
Pada percobaan uji molish dengan menguji keenam larutan
karbohidrat yang telah ditetesi dengan pereaksi molish selanjutnya
dihidrolisis dengan asam sulfat pekat (H2SO4) maka terjadi pemutusan
ikatan glikosidik dari rantai karbohidrat polisakarida menjadi disakarida
dan monosakarida. Dimana berdasarkan hasil yang didapatkan
menunjukkan bahwa semua larutan yang diuji (glukosa, fruktosa,
sukrosa, laktosa, dekstrin dan amilum) adalah karbohidrat. Hal ini terlihat
jelas dengan adanya perubahan warna pada kedelapan tabung reaksi yang
berisikan larutan karbohidrat tersebut. Larutan yang bereaksi positif akan
memberikan cincin yang berwarna ungu ketika direaksikan dengan alfa-
naftol dan asam sulfat pekat. Diperkirakan, konsentrasi asam sulfat pekat
bertindak sebagai agen dehidrasi yang bertindak pada gula untuk
membentuk furfural dan turunannya yang kemudian dikombinasikan
dengan alfa-naftol untuk membentuk produk berwarna. Reaksi
pembentukan furfural ini adalah reaksi dehidrasi atau pelepasan molekul
air dari suatu senyawa. Dimana pereaksi molish membentuk cincin
berwarna ungu pada larutan glukosa, fruktosa, laktosa, sukrosa, dekstrin
dan amilum. Cincin ungu pada glukosa dan fruktosa lebih banyak karena
merupakan monosakarida. Sedangkan amilum adalah polisakarida yang
harus dihidrolisis menjadi monosakarida terlebih dahulu sebelum
terdehidrasi menjadi furfural. Berdasarkan prinsip percobaan dengan uji
molish, hasilnya (fulfural) mengalami sulfonasi dengan alfa naftol dan
memberikan senyawa berwarna ungu kompleks. Dan hal ini terbukti
pada percobaan yang telah kami lakukan. Yaitu semua bahan-bahan
(larutan karbohidrat) yang kami uji memberikan reaksi yang sesuai
(sama) dengan prinsip tersebut. Dimana semua bahan memberikan reaksi
berupa warna ungu kompleks. Hal ini menunjukkan bahwa pengujian
dengan molish sangat spesifik untuk menunjukkan adanya golongan
monosakarida (glukosa dan fruktosa), disakarida (sukrosa dan laktosa)
dan polisakarida (amilum dan dekstrin) pada larutan karbohidrat.
b. Uji Benedict
Uji benedict bertujuan untuk mengidentifikasi gula pereduksi.
Pada percobaan ini dengan menguji larutan karbohidrat (7 tetes)
kedalam 2 ml larutan benedict yang berada dalam tabung reaksi.
Dimana dari keenam larutan karbohidrat (glukosa, fruktosa, laktosa,
sukrosa, dekstrin, dan amilum) ditambahkan larutan benedict, larutan
karbohidrat yang bereaksi adalah larutan glukosa, fruktosa, dan
laktosa. Dan Reaksi yang diberikan oleh ke-6 larutan karbohidrat
tersebut berupa hasil warna larutan yang berwarna merah dan endapan
merah bata.Fruktosa merupakan larutan yang lebih cepat bereaksi
(memberikan warna merah dan endapan merah bata) daripada larutan
karbohidrat lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya kecepatan
mereduksi dari fruktosa. Dimana kecepatan mereduksi dari fruktosa
tersebut karena fruktosa mempunyai molaritas yang tinggi. Selain itu,
sifat mereduksi ini disebabkan oleh adanya gugus aldehid dan keton
bebas dalam molekul karbohidrat. Pada fruktosa yang mengandung
gugus keton lebih cepat bereaksi dari glukosa yang mengandung gugus
aldehid. Karena gugus keton langsung didehidrasi menjadi furfural.
Sedangkan gugus aldehid mengalami transformasidahulu
menjadi ketosa kemudian didehidrasi menjadi furfural.Sedangkan
untuk dekstrin dan amilum tidak beraksi seperti pada kedua larutan
karbohidrat lainnya. Karena pada dekstrin dan amilum tidak terdapat
endapan dan tidak terjadi perubahan warna. Penyebab terjadinya
endapan pada monosakarida (glukosa dan fruktosa) dan disakarida
(sukrosa dan laktosa) yang di uji menunjukan adanya sifat mereduksi.
Hal ini disebabkan oleh adanya gugus aldehid (glukosa) atau keton
(fruktosa) bebas dalam molekul karbohidrat yang diuji tersebut. Dalam
asam polisakarida atau disakarida akan terhidrolisis pasial menjadi
sebagian kecil monomernya. Hal inilah yang dijadikan dasar untuk
membedakan polisakarida, disakarida, dan monosakarida.
c. Uji Saliwanoff
Pada percobaan ini dengan menggunakan 3 ml saliwanoff,
ditambahkan3 tetes dari masing-masing larutan karbohidrat (glukosa,
fruktosa, laktosa, sukrosa, dekstrin dan amillum. Untuk amilum dan
kanji tidak mengalami reaksi (warna bening atau warnanya tidak
berubah). Beberapa karbohidrat memiliki gugus keton. Adanya gugus
keton dapat dibuktikan melalui uji seliwanoff. Fruktosa dan sukrosa
adalah karbohidrat yang memiliki gugus keton.
Jika karbohidrat yang mengandung gugus keton direaksikan
dengansali wanoff akan menunjukkan warna merah (kuning +) sebagai
reaksi positifnya.Adanya warna merah (kuning +) merupakan hasil
kondensasi dari resorsinol yang sebelumnya didahului dengan
pembentukan hidroksi metil furfural. Proses pembentukan hidroksi
metil furfural berasal dari konversi dari fruktosa oleh asamklorik panas
yang kemudian menghasilkan asam livulenik dan hidroksi metal
furfural. Fruktosa dan sukrosa cepat bereaksi karena merupakan jenis
karbohidrat yang memiliki gugus keton (ketosa). Ketosa bila di
dehidrasi oleh pereaksi saliwanoff memberikan turunan fulfural ynag
selanjutnya berkondensasi denganresoreinol memberikan warna merah
(kuning +) kompleks.Hal tersebut diatas menunjukkan bahwa uji
saliwanof digunakan untuk membedakan antara karbohdrat yang
mengandung aldehid dan keton. Dimanapada percobaan terbukti
bahwa fruktosa dan sukrosa adalah karbohidrat yangmengandung
gugus fungsi keton. Karena hanya gugus fungsi keton yang bisacepat
bereaksi dengan saliwanof.

d. Uji Iodium
Percobaan uji iodium ini bertujuan untuk memisahkan antara
polisakarida, monosakarida dan disakarida. Iodium memberikan warna
kompleks dengan polisakarida. Amilum memberikan warna biru pada
iodium, sedangkan glikogen dan tepung yang sudah dihidrolisis
sebagian (eritrodekstrin) memberikan warna merah sampai coklat
dengan iodium.
Pada percobaan yang telah dilakukan, lima senyawa yang diujikan
menghasilkan warna iodium yaitu merah pekat, hanya dekstrin yang
menghasilkan warna coklat pekat. Berbeda dengan teori, justru amilum
tidak memberikan warna biru, hal ini dikarenakan larutan amilum yang
akan diujikan tidak diaduk terlebih dahulu, akibatnya larutan amilum
mengendap sehingga tidak menghasilkan warna seharusnya.
Dengan demikian, percobaan ini membuktikan bahwa glukosa,
fruktosa, laktosa, sukrosa bukanlah polisakarida, dan dekstrin termasuk
pada polisakarida. Sedangkan terjadi sedikit kesalahan pada prosedur
kerja untuk uji iodium pada senyawa amilum.
Hal ini tidak berlaku untuk jenis-jenis sakarida yang lain seperti
monosakarida, disakarida, dan oligosakarida karena struktur mereka
masih sederhana.Dengan demikian pada percobaan tes iodium terbukti
bahwa amilum dan kanji adalah polisakarida. Karena hanya
polisakarida yang bisa cepat bereaksi dengan iodium dengan
memberikan perubahan warna yang kompleks.
e. Uji Karbohidrat dengan HPLC
HPLC adalah singkatan dari High Performance Liquid
Chromatography, yaitu alat yang berfungsi mendorong analit melalui
sebuah kolom dari fase diam ( yaitu sebuah tube dengan partikel bulat
kecil dengan permukaan kimia tertentu) dengan memompa cairan (fase
bergerak) pada tekanan tinggi melalui kolom. HPLC secara mendasar
merupakan perkembangan tingkat tinggi dari kromatografi kolom.
Selain dari pelarut yang menetes melalui kolom dibawah grafitasi,
didukung melalui tekanan tinggi sampai dengan 400 atm. Ini
membuatnya lebih cepat.
HPLC memperbolehkan penggunaan partikel yang berukuran
sangat kecil untuk material terpadatkan dalam kolom yang mana akan
memberi luas permukaan yang lebih besar berinteraksi antara fase
diam dan molekul-molekul yang melintasinya. Hal ini memungkinkan
pemisahan yang lebih baik dari komponen-komponen dalam
campuran.Sampel yang akan dianalisis dijadikan dalam volume yang
kecil dari fase bergerak dan diubah melalui reaksi kimia oleh fase diam
ketika sampel melalui sepanjang kolom. Tujuan penggunaan alat ini
adalah mengetahui kadar asam organik.
Banyak dari pengubahan tergantung dari sifat alami analit, fase
diam, dan fase bergerak. Waktu saat analit keluar dari ujung kolom
disebut waktu retensi dan merupakan suatu karakteristik yang unik dari
tiap analit. Penggunaan dari tekanan menaikkan kecepatan linear
memberikan lebih sedikit waktu bagi analit untuk berdifusi, dan
menghasilkan chromatogram. Pelarut yang banyak digunakan yaitu air
dan zat-zat organik seperti methanol. Jika sampel mula-mula
berbentuk padatan harus di-distruksi dulu kemudian di-treatment
sehingga berupa larutan homogen yang tidak terdapat endapan lagi dan
bening, karena syarat sampel yang dapat dianalisa menggunakan
HPLC adalah harus tidak ada endapan dan harus bening.
Prinsip dasar dari HPLC adalah pemisahan analit-analit
berdasarkan kepolarannya. Adapun prinsip kerja dari alat HPLC
adalah ketika suatu sampel yang akan diuji diinjeksikan ke dalam
kolom maka sampel tersebut kemudian akan terurai dan terpisah
menjadi senyawa-senyawa kimia ( analit ) sesuai dengan perbedaan
afinitasnya. Hasil pemisahan tersebut kemudian akan dideteksi oleh
detector (spektrofotometer UV, fluorometer atau indeks bias) pada
panjang gelombang tertentu, hasil yang muncul dari detektor tersebut
selanjutnya dicatat oleh recorder yang biasanya dapat ditampilkan
menggunakan integrator atau menggunakan personal computer (PC)
yang terhubung online dengan alat HPLC tersebut.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Karbohidrat penting peranannya dalam kehidupan, selain sebagai
sumber tenaga, karbohidrat memiliki fungsi sebagai pusat
metabolisme, struktural dan penyangga.
2. Berdasarkan hasil percobaan, karbohidrat dapat diidentifikasi
berdasarkan sifat-sifatnya menurut pembagian jenisnya, yaitu
monosakarida, oligosakarida dan polisakarida.
3. Antara larutan karbohidrat satu dengan yang lain memiliki sifat-sifat
khusus tersendiri, misalnya hanya monosakarida dan beberapa
oligosakarida yang dapat mereduksi gula.

B. SARAN
Untuk berlangsungnya praktikum dengan baik, sangat diperlukan
ketelitian dan ketepatan saat melakukan percobaan dan harus sesuai
dengan prosedur yang benar agar hasil percobaan memperoleh hasil yang
akurat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Hawab, H.M. 2004. Pengantar Biokimia. Jakarta: Bayu Media Publishing.

2. Poedjiadi, Anna dkk. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.

3. Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.

4. Manruw. 2010. Pengantar Biokimia. Jakarta: UI Press.

5. Wahyudi. 2005. Kimia Organik II. Malang: UM Press.

6. Purba, Michael. 2007. Kimia Jilid 3. Jakarta: Erlangga.

7. Salirawati et al. 2007. Belajar Kimia Menarik. Jakarta: Grasindo.

8. Lehninger, A.L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Penerbit Erlangga.

9. Nelson DL, Cox MM. 2004. Lehninger’s Principle of Biochemistry. 4th


ed. USA.WH. Freeman.

10. Yazid, Estien. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia. Yogyakarta: Penerbit


ANDI.

11. Awan, Edy. 2012. Identifikasi Protein pada Albumin Telur.


(serial online), [cited 2015 Nov 16]. Available from:
http://www.scribd.com/doc/90149445/Identifikasi-Protein-Pada-Albumin-
Telur.

12. Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia.

13. Keenan, Klemfelter. 1999. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

14. Ophart, CE. 2003. Virtual Chembook. Elmhurs College.

15. Campbell, N.A dan Reece, 2005. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

16. Dr. Halomoan Hutagalung. KARBOHIDRAT. Bag. Ilmu Gizi FK USU.


(serial online), [cited 2015 nov 16]. Available from:
http://library.usu.ac.id/download/fk/gizi-halomoan.pdf.
17. Kristiani, Elizabeth. 2010. Petunjuk Praktikum Kimia. Salatiga; UKSW.

18. Darwinta, Haris Dianto. 2010. Hasil Pengamatan.


(serial online), [cited 2015 Nov 17]. Available from:
http://harisdianto.files.wordpress.com/2010/01/lap-lemak.pdf.

19. Diya. 2012. Pembahasan Identifikasi Protein.


(serial online), [cited 2015 Nov 17]. Available from:
http://www.scribd.com/doc/83477349/Pembahasan-Identifikasi- Protein.

20. Slamet, Sudarmadji. 1996. Prosedur Analisis Bahan Makanan dan


Pertanian. Yogyakarta (ID): Penerbit Liberty.

21. Murray, Robert K et. al. 2003. Biokimia Haper Edisi 25. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

22. Siswanto, Hadi. 2010. Uji Protein Dengan Biuret. (serial online), [cited
2015 Nov 17]. Available from: http://scribd.com

23. Sawhney, et al. 2005. Vitamin D and bone mineral density status of
healthy schoolchildren in northern India, Am. J. Clin. Nutr. 82.(serial
online), [cited 2015 Nov 18]. Available from: http://springerlink.com

24. Page, David S. 1989. Prinsip-Prinsip Biokimia. Diterjemahkan oleh


Soendoro (2005). Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai