Anda di halaman 1dari 13

GERAKAN DAKWAH MADRASAH AL-QURAN BINTULU DAN KIYAI HAJI ALI

FATHULLAH HARUN DI SARAWAK

Proposal ini diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Penelitian Sejarah

Dosen Pengampu : Dra. Himayatul Ittihadiyah, M.Hum.

Disusun oleh :

Muhammad Ar’Rahman ( 19101020122 )

PROGRAM STUDI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

2021
ABSTRAK

Pembahasan mengenai peranan dan sumbangan institusi merupakan satu topik yang unik

untuk dikaji dan diteliti kerana di kawasan minoritas masyarakat Islam di Sarawak secara

keseluruhannya dari tahun 1985 sehinggalah kini. Penyelidik mendapati bahwa Madrasah Al-

Quran Bintulu (MAQ) perlu dikaji dalam mengetahui secara mendalam proses penyebaran

Islam merangkumi pelbagai aspek kehidupan, serta kemungkinan akan memberi impak

positif terhadap masyarakat setempat. Dan juga menganalisa pergerakan dan juga

perkembangan Madrasah al-Quran (MAQ) di Sarawak. Hasil kajian ini juga bisa

dimanfaatkan oleh Madrasah al-Quran ini sendiri dalam memperkukuhkan dan memantapkan

untuk pembangunan Islam Islam di Sarawak serta memperbaiki kekurangan yang sedia ada.

Kata kunci : Pergerakan, Perkembangan, Madrasah al-Quran (MAQ) Bintulu, Perkembangan

Islam
A. Latar Belakang Masalah

Dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil manusia

untuk beriman dan taat kepada Allah sesuai dengan akidah, akhlak dan syariat islam

secara sadar dan terencana. Tujuan utama dari dakwah adalah mencapai kebahagiaan di

dunia dan di akhirat. Dalam bahasa Arab, kata dakwah merupakan kata benda dari kata

kerja da'a yad'u yang berarti panggilan, seruan, ajakan atau jamuan. Kata dakwah sering

dirangkaikan dengan kata ‘ilmu’ dan kata ‘islam’, sehingga menjadi ‘Ilmu dakwah’ dan

‘Dakwah Islam’ atau ad-dakwah al-Islamiyah. Ilmu dakwah adalah suatu ilmu yang berisi

cara dan tuntunan untuk menarik perhatian orang lain supaya menganut, mengikuti,

menyetujui atau melaksanakan suatu ideologi, agama, pendapat atau pekerjaan tertentu.

Orang yang menyampaikan dakwah disebut ‘da'i’ sedangkan yang menjadi objek dakwah

disebut ‘mad'u’. Setiap Muslim yang menjalankan fungsi dakwah Islam adalah ‘da'i’.1

Dakwah juga adalah satu usaha menarik orang lain kepada agama Islam dan mengikut

petunjuk dari-Nya serta menegakkan syariat-Nya di muka bumi ini. Begitu juga menyeru

masyarakat agar mentauhidkan Allah SWT dengan ibadat dan amal ketaatan serta

melepaskan diri daripada sebarang bentuk kongkongan selain daripada Allah SWT

semata-mata. Memberikan hak kepada orang yang ditentukan hak oleh Allah, menafikan

hak orang yang dinafikan hak oleh Allah. Menyeru kepada kebaikan dan mencegah

kemungkaran serta berjihad di jalan-Nya. Ini merupakan pendapat yang dikemukakan

oleh Syeikh Dr. Yusuf al-Qaradhawi.2

Di Malaysia, banyak gerakan dakwah telah dilakukan oleh para pendakwah sejak dulu

lagi karena mereka sadar bahwa terdapat banyak kesalahan dalam masyarakat lokal.

Pendakwah bermakna orang atau golongan yang menyebarkan ajaran sesuatu agama.

1
https://id.wikipedia.org/wiki/Dakwah
2
Sheikh Yusuf Al-Qaradhawi, Thaqafah al-Da’iyah, halaman 3
Pendakwah dalam bahasa Arab ialah ‘da’i’ yaitu orang yang memikul tanggungjawab

dalam menyampaikan seruan dakwah. Manakala mad’u pula merupakan orang yang

ditujukan dakwah kepadanya atau disebut kumpulan sasar dakwah tidak kira sama ada

Muslim atau kafir, lelaki atau perempuan.3

Salah satu wilayah di Malaysia yang menjadi tempat pertumbuhan dan perkembangan

umat islam adalah Sarawak. Sehingga Banci Penduduk dan Perumahan 2010, 61.3%

daripada penduduk adalah Islam, 19.8% beragama Buddha, 9.2% agama Kristen, 6.3%

adalah Hinduisme dan 1.3% adalah agama tradisional Cina. Selebihnya

dipertanggungjawabkan oleh agama lain, termasuk Animisme, Sikh, Bahai dan sistem

kepercayaan lain. Walaupun Malaysia mayoritasnya adalah islam namun di Sarawak

mayoritas rakyatnya adalah Kristen. Islam pula di tempat kedua sebagai agama

minoritas.4 Melihat kepada demografi ini, bisa kita ketahui bahwa perjalanan dakwah para

pendakwah agak susah karena mereka harus berhadapan dengan masyarakat yang masih

berada di dalam genggaman kepercayaan leluhur dulu.

Meskipun islam di Sarawak masih lemah karena rakyatnya bukan mayoritas, gerakan

dakwah yang dilakukan oleh tokoh-tokoh ulama terdahulu sedikit sebanyak mengubah

cara hidup masyarakat yang pada awalnya jauh tersasar dari landasan agama. Amalan

syirik dan juga kepercayaan nenek moyang yang pada dulunya banyak berlaku semakin

berkurang karena hadirnya para ulama yang datang mengembalikan syariat islam yang

telah lama hilang. Amalan syirik bisa menyebabkan penganutnya berserah diri dan

bertawakal kepada sesuatu yang lain daripada Allah. Ini akan menyebabkan seseorang itu

akan lemah pergantungannya kepada Allah SWT. Sedangkan segala sesuatu yang lain itu

tidak mempunyai sebarang kuasa pun melainkan dengan ijin-Nya.5

3
Muhammad Abu al-Fatah, Al-Madkhal ila ‘Ilm al-Da’wah, halaman 169
4
https://ms.wikipedia.org/wiki/Agama_di_Malaysia
5
Abu Taqiy Hussein, Syirik Dan Kesan-kesannya, 2015
Antara ulama penggerak dakwah di Sarawak ialah Kiyai Haji Ali Fathullah Harun.

Beliau adalah warga Indonesia yang berasal dari Betawi yang merantau ke Malaysia

sekitar tahun 80-an. Beliau berkelulusan dari Imam Saud Islamic University dalam

Jurusan Aqidah dan Pemikiran Semasa. Bapa beliau yaitu Kiyai Fathullah Harun

merupakan seorang ulama yang pernah menjadi imam di Masjid Negara. Kiyai Haji Ali

Fathullah Harun mula berdakwah di Sarawak sekitar tahun 1988. Beliau juga

mengasaskan sebuah Madrasah Al-Quran (MAQ) di Bintulu, Sarawak.

Madrasah Al-Quran dibina pada tahun 1988 ketika beliau merantau ke daerah kecil

Bintulu pada ketika itu. MAQ kemudiannya menjadi pusat pengajian agama untuk semua

golongan masyarakat di sekitarnya. Kewujudan MAQ menjadikan ramai anak-anak muda

semakin berminat untuk mendalami ilmu agama. Kiyai Haji Ali Fathullah sangat

menerapkan kualitas dalam pembelajaran anak-anak santrinya. Karena itulah ramai anak-

anak muridnya keluar menjadi guru-guru agama, imam-imam dan juga orang yang

penting dalam masyarakat.6

Berdasarkan uraian di atas dapatlah diketahui bahwa gerakan islam Sarawak masih

lagi mundur sebelum datangnya para ulama yang menggerakkannya. Namun setelah

datangnya para agamawan, maka terdapat perubahan sedikit demi sedikit yang dibawa

oleh mereka. Perihal dakwah juga masih kurang di Sarawak jadi penelitian ini sangat

penting untuk memperlihatkan kepada masyarakat tentang perjuangan gerakan dakwah

yang telah dilakukan oleh ulama-ulama, terutama gerakan dakwah yang dibawa oleh

Kiyai Haji Fathullah Harun.

B. Batasan Dan Rumusan Masalah

6
Yusup Bin Lai, wawancara, 25 Oktober 2021
Penelitian ini berkonsentrasi pada gerakan dakwah yang dibawa oleh Kiyai Haji Ali

Fathullah Harun yang berada di Sarawak karena di wilayah ini islam masih lagi lemah

dan kurang ilmu pengetahuan agama. Penulis membatasi tahun penelitian yaitu dari

tahun 1988 sejak berdirinya Madrasah Al-Quran Bintulu (MAQ) yang menjadi titik

permulaan dakwah beliau sampai sekarang. Pembatasan tahun dari 1988 sehingga

sekarang memperlihatkan bahwa gerakan dakwah Kiyai Haji Ali Fathullah Harun

masih bergerak bahkan dari mula hingga sekarang.

C. Tujuan Dan Kegunaan Peneliti

Tujuan yang ingin dicapai secara garis besar dalam penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan gambaran umum gerakan dakwah yang dibawa oleh Kiyai Haji

Ali Fathullah di Sarawak

2. Memaparkan sejarah berdirinya Madrasah Al-Quran Bintulu

3. Menganalisa pola dan sistem pergerakan dakwah Kiyai Haji Ali Fathullah Harun

dari tahun 1988 awal permulaannya sehingga sekarang

D. Tujuan Dan Kegunaan Peneliti

Sebagaimana yang telah dijelaskan di latar belakang, gerakan dakwah di Sarawak

masih lagi kurang. Demikian juga penulisan tentang gerakan dakwahnya. Ada

terdapat beberapa penulisan yang berkaitan seperti Madrasah Al-Quran Bintulu :

Sumbangan dan Prospek Terhadap Pembangunan Islam di Sarawak yang ditulis oleh

seorang Doktor Falsafah Fakulti Pengajian Islam Kontemporari Universti Sultan

Zainal Abidin (UniSZA) Terengganu, Malaysia yaitu Profesor Sophian Bin Rambli

pada tahun 2020.

Selain itu ada juga karya penulisan lain seperti Islam di Bintulu : Peranan dan

Sumbangan Madrasah Al-Quran (MAQ) dalam perkembangan islam di Bintulu

Sarawak (1988-2012) yang ditulis oleh Abdullah Yusof. Islam di Sarawak : Sejarah
Awal Dan Faktor-faktor berkembangnya Islam di Sarawak yang ditulis oleh Ahmad

Nasir Mohd Yusof.

Melihat pada karya-karya di atas, tidak banyak kajian tentang gerakan dakwah di

Sarawak. Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud menambah dan melengkapi

penelitian yang sudah ada sebelumnya dengan mencoba menjelaskan dengan lebih

terperinci akan gerakan dakwah yang ada di Sarawak dari sejarah awal pendiriannya

hingga berkembang seperti sekarang.

E. Landasan Teori

Sebuah gerakan muncul dan berkembang di masyarakat merupakan respon atas

kondisi yang sedang terjadi, respon tersebut disebabkan oleh beberapa aspek. Secara

etimologis istilah gerakan berasal dari kata gerak yang berarti perubahan dari suatu

keadaan ke keadaan lainnya, sedangkan secara terminologis gerakan dapat

didefinisikan sebagai kelompok yang ingin mengadakan perubahan-perubahan pada


7
konteks tertentu, seperti kondisi politik, ekonomi, sosial-budaya dan keagamaan.

Berdasarkan definisi tersebut, gerakan dakwah dalam penelitian ini adalah tindakan

terencana yang dilakukan sekelompok orang atau organisasi yang bertujuan

menegakkan dan menyebarkan agama Islam untuk menciptakan kesejahteraan dan

kedamaian di tengah masyarakat.

Analisis penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi. Pendekatan ini digunakan

untuk menggambarkan peristiwa masa lalu dengan mengungkap segi-segi sosial dari

peristiwa yang dikaji8, dan untuk menggambarkan bagaimana bermulanya gerakan

dakwah Kiyai Haji Ali Fathullah. Selain itu pendekatan sosiologi juga dapat

7
Lihat ‘Gerakan’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia online. https://www.kbbi.web.id/ diakses pada 29
Oktoober 2021 Pukul 00:20 Pagi.
8
Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam (Yogyakarta : Ombak 2011), halaman 11
mengungkapkan situasi dan kondisi masyarakat secara timbal balik, maupun

membahas tentang perubahan di dalam masyarakat9.

Gerakan sosial (social movement) menurut John J. Macionis adalah aktivitas yang

diorganisasikan dan ditujukan untuk mendorong atau menghambat suatu perubahan

sosial. Menurut Oman Sukmana pernyataan Macionis ini dapat digarisbawahi bahwa

ada dua hal ciri utama dari gerakan sosial, yaitu adanya aktivitas yang diorganisir dan

adanya tujuan yang berkaitan dengan suatu perubahan sosial10. Jadi teori ini

digunakan untuk mendeskripsikan upaya-upaya pergerakan keagamaan yang

dilakukan oleh Kiyai Haji Ali Fathullah untuk membawa perubahan dalam kehidupan

sosial masyarakat melalui gerakan sosial.

F. Metode Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penulisan ini merupakan penelitian sejarah. Oleh

karena itu, metode yang digunakan adalah metode sejarah. Metode sejarah adalah

proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau.
11
Berikut adalah tahapan-tahapan metode penelitian sejarah yang meliputi empat

langkah yaitu Heuristik, Verifikasi, Interpretasi dan Historiografi.

1. Heuristik

Heuristik merupakan mengumpulkan data atau informasi yang berasal dari

sumber-sumber sejarah. Sumber sejarah dibagi menjadi tiga, yaitu sumber tertulis,
12
sumber lisan, dan sumber benda (artefak). Pengumpulan data termasuk salah

satu tahap yang sangat penting, karena dengan mengumpulkan berbagai data

tentang apa saja yang berkaitan dengan topik kajian, peneliti dapat

mendeskripsikan upaya-upaya pergerakan yang dilakukan oleh Kiyai Haji Ali

9
Maijor Polak, Sosiologi Suatu Buku Pengantar Ringkas (Jakarta : PT. Ichtiar Baru, 1982), halaman 10
10
Oman Sukmana, Konsep dan Teori Gerakan Sosial. (Malang : Intrans Publishing 2016), halaman 4
11
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah : Terjemahan Nugroho Notosusanto. (Jakarta : UI Press, 1975), halaman
32
12
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2013), halaman 73.
Fathullah dalam menyebarkan dakwahnya. Kemudian ada dua sumber yang

digunakan dalam kajian penelitian ini yaitu sumber primer dan sumber sekunder.

a) Sumber primer.

Sumber primer adalah sumber yang belum diolah atau belum diganggu
13
isinya. Menurut Gilbert J. Garraghan Sumber primer atau strictly

primary sources (sumber primer yang kuat). Sumber ini adalah antara

sumber terkuat yang berasal dari para perilaku peristiwa yang

berkaitan atau saksi yang melihat secara langsung peristiwa tersebut.

Untuk sumber primer ini, peneliti menggunakan sumber lisan dengan

metode wawancara. Peneliti telah berjumpa sendiri dengan tokoh yang

dikaji untuk bertanyakan segala hal terkait gerakan dakwah yang

dilakukan oleh beliau. Peneliti turut menggunakan kaidah telpon untuk

bertanyakan kepada responden tentang informasi yang diperlukan

untuk menjawab rumusan masalah mengenai gerakan dakwah Kiyai

Haji Ali Fathullah.

b) Sumber sekunder.

Sumber sekunder adalah sumber yang telah diolah terlebih dahulu atau

penulis sumber yang hanya mendengar peristiwa itu dari orang lain.

Sumber sekunder yang digunakan oleh peneliti adalah berdasarkan

artikel, jurnal serta penulisan yang berkaitan tentang topik yang dikaji.

2. Verifikasi

Setelah melakukan pengumpulan data, maka tahap berikutnya adalah verifikasi

atau kritik sumber. Ada dua kritik yaitu kritik ekstern dan kritik intern. Kritik

13
Gilbert J. Garraghan, A Guide to Historical Method. (New York : Fordham University Press, 1947), halaman
106-108. Dalam buku Nina Herlina, Metode Sejarah. (Bandung : Satya Historika, 2020), halaman 24-25.
ekstern adalah kritik yang dilakukan dengan mengamati tampilan fisik suatu data

tersebut, baik dari sisi kertas, gaya penulisan, tinta, atribusi, identifikasi. kritik ini

dilakukan untuk membuktikan bahwa data yang ada itu otentik alias asli. Setelah

melakukan kritik ekstern, data juga harus dikritik secara intern. Kritik intern

adalah pengujian data dengan meninjau dari pihak pemilik sumber sejarah. 14

Pengujian data tersebut dilakukan dengan cara membandingkan antara satu

sumber dengan sumber-sumber lainnya yang telah dikumpulkan.

3. Interpretasi

Interpretasi bertujuan melakukan sintesis atau sejumlah fakta yang diperoleh dari

sumber-sumber. Jadi interpretasi untuk mendapatkan makna dan saling hubungan

antara fakta yang satu dengan yang lainnya. Data atau sumber sejarah yang

dikritik akan menghasilkan fakta yang akan digunakan dalam penulisan sejarah.15

Proses analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menyusun fakta-fakta

yang ada serta dibantu oleh pendekatan sosiologi yang digunakan untuk

mengetahui keadaan sosial masyarakat pada waktu itu. Proses ini juga dibantu

dengan teori gerakan keagamaan dan teori gerakan sosial untuk menafsirkan

upaya- upaya apa saja yang dilakukan Kiyai Haji Ali Fathullah dalam berdakwah.

Proses sintesis dimulai dengan mengelompokkan data yang didapatkan. Kedua

proses ini saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena

dengan analisis dan sintesis penelitian ini dapat diuraikan secara kronologis dan

sistematis.

4. Historiografi

Historiografi adalah penyajian hasil interpretasi fakta dalam bentuk tulisan.

Historiografi memiliki dua pengertian yaitu pertama pengertian sempit

14
Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, halaman 108
15
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah (Jakarta : Logos Wacana, 1999), halaman 14
historiografi berarti perkembangan penulisan dalam peradaban dunia, sedangkan

dalam pengertian luas historiografi diartikan sebagai perkembangan penulisan

yang didalamnya memuat teori dan metodologi sejarah. Historiografi sebagai

puncak dari rangkaian penelitian dan dari tahapan inilah dapat dilihat hasil dari

keseluruhan penelitian yang dibuat. Penulisan sejarah ini akan disusun dari fakta-

fakta yang bersifat fragmentaris ke dalam tulisan yang sistematis, utuh, dan

komunikatif.16

G. Sistematika Perbahasan

Untuk memudahkan penyusunan dan memahami penelitian secara sistematis, penulis

membahagi setiap perbahasan penelitian seperti berikut :

Bab pertama adalah pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, batasan

dan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka

pemikiran, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab kedua, membahas tentang gambaran umum masyarakat perjuangan Madrasah Al-

Quran Bintulu dan Kiyai Haji Ali Fathullah. Dalam bab ini juga dibahas terletaknya

geografi, kondisi sosial-keagamaan dan kondisi kebudayaan.

Bab ketiga menjelaskan tentang riwayat Madrasah Al-Quran dan juga Kiyai Haji

Fathullah Harun. Dalam bab ini akan dipaparkan sekilas riwayat berdirinya Madrasah

Al-Quran Bintulu dan riwayat hidup Kiyai Haji Ali Fathullah Harun.

Bab keempat menjelaskan tentang gerakan yang dilakukan oleh Madrasah Al-Quran

Bintulu dan Kiyai Haji Fathullah Harun. Dalam bab ini nanti akan diketahui mengenai

segala gerakan yang dilakukan sejak dari awal.

16
Anggar Kaswati, Metodologi Sejarah dan Historiografi (Jakarta : Beta Offset, 1998), halaman 27-28
Dalam bab terakhir penelitian ini mencakupi kesimpulan dan saran. Kesimpulan yang

berisi jawaban dari rumusan masalah. Sedangkan saranan bersi masukan dan kritik.

DAFTAR ISI SEMENTARA

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Batasan dan Rumusan Masalah

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

D. Tinjauan Pustaka
E. Landasan Teori

F. Metode Penelitian

G. Sistematika Perbahasan

BAB II : MASYARAKAT DI SARAWAK SEBELUM ADANYA

GERAKAN ISLAM

A. Sejarah Negeri Sarawak

B. Kondisi Sosial Masyarakat

C. Kondisi Budaya dan Keagamaan Masyarakat

BAB III : KEMUNCULAN MADRASAH AL-QURAN DI SARAWAK

A. Sejarah berdirinya Madrasah Al-Quran di Sarawak

B. Visi dan Misi

C. Keanggotaan/Perekrutan

D. Struktur Organisasi

E. Biografi Pengasas Madrasah Al-Quran

BAB IV : POLA DAN SISTEM PERGERAKAN DAN PERKEMBANGAN

MADRASAH AL-QURAN DI SARAWAK

A. Pergerakan dan Perkembangan Madrasah Al-Quran dari tahun 1988-

Sekarang

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Sarana

Anda mungkin juga menyukai