Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENELITIAN SEJARAH DI MUSEUM SIGINJEI

KOTA JAMBI

KELOMPK V :
1. AGNES KAROLINA SINAGA
2. HAYYU FAKHRIYAH AULIA
3. JUAN GILBERT
4. NADYA VIRYANDIKA PUTRI
5. RAIHAN MU’AFI PRATAMA
6. SALWA DWI KURNIA

SMA NEGRI 11 KOTA JAMBI


TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. KepadaNya kita
memohon perlindungan. Karena berkat karunianya kami dapat menyelesaikan makalah
laporan penelitian sejarah ini.

Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dari segi
penulisan,bahasa, ataupun data-data yang kurang lengkap dan sebagainya. Untuk itu kami
membutuhkan saran dan kritik demi kesempurnaan makalah ini.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyelesaian makalah ini. Semoga makalah sederhana ini dapat berguna bagi para
pembacannya.

Penulis

Jambi, 18 September 2022

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
2.1 Sejarah Berdirinya Museum Siginjei Jambi................................................................3
2.2 Topik Penelitian...........................................................................................................4
2.3 Ketersediaan Sumber-sumber Sejarah.........................................................................5
2.4 Kritik Terhadap Sumber Sejarah yang Diperoleh.......................................................6
2.5 Interpretasi.................................................................................................................10
BAB III PENUTUP................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan................................................................................................................11
LAMPIRAN............................................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Museum disebut sebagai warisan budaya. Pengawal warisan budaya mengandung


makna bahwa warisan budaya juga di tampilkan oleh museum kepada masyarakat. Dalam
perkembangannya museum tidak hanya berhubungan dengan benda benda warisan budaya,
Tetapi juga meliputi museum yang mengkhususkan diri pada teknologi. Peristiwa-peristiwa
sejarah, dan tokohtokohnya. Adapun bentuk museum yang pasti fungsi pokoknya terhadap
pengunjung adalah berkomunikasi.

Dalam era pembangunan teknologi yang cepat berkembang saat ini, peranan museum
sangat diharapkan untuk dapat mengumpulkan merawat, dan mengkomunikasikan
berdasarkan penelitian dari benda-benda yang merupakan bukti konkret dari proses
pengembangan kebudayaan untuk kemudian menjadi warisan yang dapat dinikmati oleh
masyarakat yang tidak hidup dimasa lampau. Dengan demikian masyarakat generasi sekarang
dapat memperoleh gambaran tentang suatu kejadian di masa lampau melalui warisan benda-
benda sejarah yang ada dalam museum.

Pada umumnya masyarakat masih memandang museum sebagai suatu tempat atau
lembaga yang bersuasana statis, berpandangan konservatif atau kuno, yang hanya mengurusi
berbagai benda-benda kuno kalangan elite untuk kebanggaan dan kekaguman semata.
Biasanya bangunan museum memang terkesan menyeramkan karena identik dengan barang-
barang kuno, keadaan yang sunyi, dan terkadang agak kurang terurus karena bangunan dan
keadaan ruangannya yang terkesan lama dan tidak modern seperti pada saat sekarang. Hal ini
dapat mengakibatkan kejenuhan bagi mereka saat mengunjunginya. Namun seharusnya hal
ini tidak menjadi suatu halangan bagi masyarakat untuk tidak mengunjungi museum, karena
museum juga memperkenalkan proses perkembangan sosial budaya dari suatu lingkungan
kepada masyarakat. Masyarakat juga bisa menggunakan museum sebagai tempat rekreasi dan
sarana belajar guna menambah pengetahuan khususnya dalam bidang Ilmu Sejarah.

Seperti museum lain yang ada di Indonesia Museum Negeri Provinsi Jambi ini
memiliki tugas menyimpan, merawat, menjaga dan kemudian memanfaatkan koleksi
museum. Koleksi tersebut berupa benda cagar budaya yang memiliki nilai historis untuk
kemudian dipamerkan kepada masyarakat umum. Tujuannya agar Masyarakat dapat lebih

1
mengenal sejarah masa lampau yang tidak mereka alami dalam kehidupan sekarang melalui
benda-benda sejarah yang ada di Museum.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah Museum Siginjei?


2. Apa topik yang dipilih pada penelitian sejarah?
3. Bagaimana ketersediaan sumber-sumber sejarah terkait topik yang diperoleh?
4. Bagaimana kritik eksternal dan internal terhadap sumber-sumber sejarah yang
diperoleh?
5. Bagaimana interpretasi terhadap beberapa fakta sejarah yang diperoleh?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Berdirinya Museum Siginjei Jambi

Pembangunan Museum Negeri Provinsi Jambi pada hakekatnya merupakan


perwujudan nyata dari gagasan sebuah museum di wilayah Provinsi Jambi yang telah tumbuh
sejak lahirnya Provinsi Jambi. Peletakan batu pertama pembangunan Museum Negeri Jambi
dilakukan oleh Gubernur Jambi, Maschun Sofwan, SH. Pada tanggal 18 februari 1981 pada
lahan seluas 13.350 m²dengan luas bangunan 4.000 m². Peresmian Museum ini dengan nama
Museum Negeri Provinsi Jambi dilakukan pada tanggal 6 juni 1988 oleh Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan, Prof. Dr. Fuad Hasan. Dengan berlakunya UU No. 22 tahun 1999 tentang
Otonomi Daerah, maka Museum Negeri Provinsi Jambi diubah namanya menjadi Museum
Negeri Jambi, sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 15 tahun 2002.31.

Sejarah mencatat bahwa tanah lokasi untuk pembangunan Museum Negeri Provinsi
Jambi ini pada mulanya adalah milik Organisasi Persatuan Pamong Marga Desa (P.P.M.D)
Provinsi Jambi yang anggotanya adalah para Ninik Mamak dan Tuo Tengganai, masyarakat
menghibahkan tanah tersebut unutk lokasi pembangunan museum kepada gubernur KDH
TK.1 Jambi.

Dengan lokasi pembangunan seluas 13.350 m² terletak diperempatan jalan Urip


Sumoharjo dengan Jalan Prof. Dr. Sri Sudewi Masjchun Sofwan SH. Maka proses
pembangunan gedung Museum Negeri Jambi sudah memasuki ambang penyelesaian
(1986/1986). Usaha percepatan pembangunan dalam periode 1981-1986 dipusatkan pada
pembangunan fisik gedung dengan tidak mengabaikan penumbuhan dan pembinaan pada
aspek lainnya. Keadaan demikian telah menempatkan pembangunan Museum Negeri
Provinsi Jambi pada tingkat siap untuk difungsikan. Kini Museum Negeri Jambi sebagai
museum terbesar di kota Jambi telah berganti nama menjadi Museum Siginjei. Perubahan
nama diharapkan memperkuat ingatan kolektif masyarakat akan tempat peninggalan benda-
benda bersejarah Jambi. Pergantian nama ini merupakan kesepakatan para budayawan Jambi.
Siginjei diambil dari nama ikon Jambi Sebilah Keris Raja Jambi.

3
2.2 Topik Penelitian

Menurut Sanggup (2015) lebih spesifik lagi bahwa topik penelitian sebenarnya topik
yang sifatnya masih umum dan luas. Penulis atau peneliti perlu membuat batasan ruang
lingkup gunna tidak terhanyut dalam persoalan yang tidak akan habisnya.
Sanggup juga menyebutkan bahwa pembuatan batasan topik dapat dilakukan dengan
beberapa cara. Salah satu cara diantaranya adalah membuat jam, membuat diagram pohon
atau bisa juga dengan piramida terbalik.
Berikut beberapa topik yang memiliki kedekatan emosional, kedekatan intelektual dan
rencana penelitian :
1. Kebudayaan
Kedekatan Emosional : Peneliti sebagai masyarakat jambi tertarik ingin
mempelajari, mengetahui lebih lanjut terkait sejarah masyarakt jambi yang
berhubungan dengan kebudayaan masyarakat jambi terdahulu. Serta peninggalan
tersebut juga sangat unik dan peneliti juga sangat tertarik terhadap kebudayaan
masyarakat Jambi terdahulu
Kedekatan Intelektual : Mendalami lebih lanjut tentang kebudayaan yang ada di
masyarakat Jambi terdahulu melalui benda-benda peninggalan bersejarah. Peneliti
telah memiliki sebaian informasi tentang benda bersejarah serta kebudayaan
masyarakat Jambi, sehingga perlu pendalaman lebih agar memiliki pengetahun
lebih banyak dan lebih baik lagi terhadap sejarah dan kebudayaan masyarakat
Jambi.
Perencanaan Penelitian : Peneliti melakukan kunjungan ketempat penelitian
dimana kunjungan ini adalah ke Museum Siginjei Jambi, kemudian peneliti
melakukan observasi terhadap benda-benda bersejarah tersebut serta peneliti juga
melakukan wawancara terhadap pemandu di Museum Siginjei Jambi.
2. Bangunan
Kedekatan Emosional : Peneliti tertarik terhadap perjuangan oleh karena itu
peneliti ingin mempelajari tentang perjuangan masyarakat Jambi terhadap agresi
militer yang dilakukan oleh penjajah. Dengan bermodalkan senjata alakadarnya
dapat serta berani mengahadapi penjajah. Keberanian tersebut membuat peneliti
merasa kagum terhadap masyarakat Jambi dan perjuangan yang telah dilakukan.

4
Kedekatan Intelektual : Peneliti ingin memperdalam pengetahuannya mengenai
perjuangan masyarakat Jambi melalui gambar-gambar yang ada di Monumen
Tugu Juang tersebut.
Perencanaan Penelitian : Peneliti melakukan kunjungan ketempat penelitian
dimana kunjungan ini adalah ke Tugu Juang Jambi, kemudian peneliti melakukan
observasi terhadap gambar-gambar bersejarah terkait perlwanan masyarakat Jambi
terhadap penjajah yang terdapat pada monumen tersebut.
3. Kebudayaan
Kedekatan Emosional : Peneliti tertarik terhadap perjuangan oleh karena itu
peneliti ingin mempelajari tentang perjuangan masyarakat Jambi melalui barang-
barang peninggalan sejarah yang ada di Museum Perjuangan. Yang membuat
tertarik adalah adanya perkembangan alat dari setiap perbedaan zaman.
Kedekatan Intelektual : Peneliti ingin memperdalam pengetahuannya terhadap
perkembangan alat perjuangan dari zaman ke zaman. Yang membuktikan jika
perjuangan dapat dilakukan dengan alat seadanya hingga ke alat yang semakin
canggih. Dan juga menunjukkan pada kita untuk tetap berjuang dalam
mengahadapi segala sesuatu.
Perencanaan Penelitian : Peneliti melakukan kunjungan ketempat penelitian
dimana kunjungan ini adalah ke Museum Perjuangan Jambi, kemudian peneliti
melakukan observasi terhadap benda-benda bersejarah tersebut serta peneliti juga
melakukan wawancara terhadap pemandu di Museum Perjuangan Jambi.
Terkait tiga topik tersebut dengan berbagai pertimbangan serta beberapa pendekatan
peneliti memutuskan untuk memilih topik pertama sebagai topik penelitian yang diteliti.

2.3 Ketersediaan Sumber-sumber Sejarah

Ketersediaan sumber bermaksud bahwa sumber itu tidak hanya ada, melainkan dapat
diperoleh sehingga dapat digunakan untuk penelitian sejarah. Ketersediaan sumber yang lebih
memadai dapat dijadikan landasan untuk memilih topik terkait penelitian yang dilakukan.
Berikut beberapa ketersediaan sumber :
1. Kebudayaan
Tempat penelusuran sumber : Museum Siginjei Jambi, Jl. Jenderal Urip
Sumoharjo, Sungai Putri, Kec. Telanaipura, Kota Jambi, Jambi 36124
Sumber yang dapat diperoleh : Internet, Observasi, Wawancara
Topik penelitian : Belajar mengenal sejarah dan kebudayaan Jambi melalui benda-
benda peninggalan di musem siginjei Jambi

5
2. Bangunan.
Tempat penelusuran sumber : Tugu Juang, Jl. HOS. Cokroaminoto No.4, Selamat,
Kec. Telanaipura, Kota Jambi, Jambi 36129
Sumber yang dapat diperoleh : Internet, Observasi
Topik Penelitian : Mempelajari tentang perjuangan rakyat jambi melawan agresi
militer di Tugu Juang Jambi.
3. Kebudayaan
Tempat penelusuran sumber : Jl. Sultan Agung Lap. Banteng No.12, Murni, Kec.
Telanaipura, Kota Jambi, Jambi 36124
Sumber yang dapat diperoleh : Internet, Observasi, Wawancara
Mengenal dan mempelajari tentang perjuangan rakyat jambi melalui benda-benda
peninggalan di museum perjuangan Jambi

2.4 Kritik Terhadap Sumber Sejarah yang Diperoleh

Heuristik (bahasa Yunani Heuristik berarti menemukan) yaitu berusaha untuk


mencari dan mengumpulkan sumber sejarah, baik sumber benda, sumber tulisan,
maupun sumber lisan. Berikut sumber sejarah yang diperoleh beserta kritik eksternal
dan internal :
1. Harimau Sumatra
Kritik ekstern: Harimau Sumatra di museum Siginjai ini adalah asli dan menjadi
bangkai pada tahun 1990.
Kritik intern: Harimau Sumatra ini awalnya ditemukan di taman Nasional Kerinci
Seblat, MKS. Bangkai dari harimau ini diawetkan dengan cara organ yang ada di
tubuhnya dikeluarkan terlebih dahulu. Kemudian untuk mengisi bagian dalam
tubuhnya, dimasukkan kapas dan tiang penyangga agar membentuk posisi yang
sempurna. Pengawetan harimau Sumatra ini memiliki sedikit kecacatan. Namun
secara keseluruhan, pengawetannya terbilang cukup sempurna.
Fakta: Harimau Sumatra ini dulunya berada di rumah dinas mantan gubernur Jambi,
Zulkifli Nurdin. Kemudian bangkai dari harimau ini dihadiahkan pada museum
Siginjei oleh Zulkifli Nurdin untuk menjadi salah satu barang yang dipamerkan dalam
aspek fauna.
2. Keris Siginjei
Kritik Ekstern: Keris Siginjei yang terdapat pada museum ini bukanlah yang asli,
melainkan replikanya dengan ukuran dan bentuk yang sama persis dengan yang asli.

6
Kritik intern: Keris Siginjei merupakan senjata yang digunakan oleh Sultan Thaha
Syaifuddin dalam perang melawan Belanda.
Fakta: Ketika Sultan Thaha gugur pada tahun 1904, senjata yang digunakan oleh
beliau dibawa oleh Belanda. Selanjutnya, ketika Belanda kalah saat melawan Sekutu,
Belanda mengembalikan senjata tersebut. Namun, keris Siginjei dibawa ke Jakarta
dan saat ini berada di museum nasional yang ada di Jakarta.
3. Arca Prajnamitha
Kritik ekstern: Arca Prajnamitha yang ada di museum ini merupakan replika dari yang
aslinya. Material yang digunakan untuk replika terbuat dari bahan diberglass.
Kritik intern: Arca ini adalah arca dari kerajaan Ken Arok dan Ken Dedes di Jawa
Tengah dan ditemukan di komplek percandian Candi Muaro Jambi.
Fakta: Pada arca Prajnamitha yang asli, kondisi arca tidaklah sempurna,. Melainkan
kepala dan tangannya patah. Narasumber menyebutkan bahwa itu karena masyarakat
dulu yang menggunakannya dalam aktivitasnya sehari-hari, seperti mengasah parang
dan sebagainya.
4. Batu Kapak
Kritik ekstern: Batu kapak ini ditemukan pada zaman pra sejarah dan batu kapak yang
ada pada museum ini berwarna sedikit kekuningan dengan ukuran yang tidak terlalu
besar.
Kritik intern: Bahan batu kapak terbuat dari bahan andesit. Bagian ujung batu kapak
ini juga terdapat tajaman yang telah terupam dengan halus dan ditutupi oleh kerak
oksidasi akibat proses alam. Bagian pangkal yang meruncing digunakan untuk
meletakkan gagang dan terbuat dari kayu atau rotan.
Fakta: Pada zaman dulu, batu ini digunakan untuk menebas kayu dan mengolah lahan.
5. Lesung Kincir
Kritik ekstern: lesung kincir yang terdapat pada lantai tiga museum ini bukanlah
lesung kincir yang lazim orang pada zaman dahulu gunakan, melaikan miniaturnya
saja.
Kritik intern: Lesung kincir ini sistemnya mengguanakan air sungai dan kemudian
bagian bawah lesungnya akan bergerak dan kemudian hasil beraskan akan keluar.
Fakta: Alat ini biasanya digunakan oleh masyarakat zaman dulu untuk mengolah hasil
pertanian.
6. Lesung Injit (1 Set)

7
Kritik ekstern: Lesung injit yang terdapat adalah asli dan ukurannya besar menyerupai
jungkat-jungkit.
Kritik intern: Lesung injit digunakan dengan cara naik ke atas alatnya dan menekan
alu dengan menggunakan kaki. Alu adalah salah satu bagian lesung yang terbuat dari
kayu dengan fungi untuk menumbuk bahan makanan yang ada pada lesung
Fakta: Lesung injit fungsinya sebagai tempat bahan makanan yang akan ditumbuk.
Seperti jagung, padi, kopi, ketela pohon, cabe, dan lain sebagainya.
7. Tangkul
Kritik ekstern: Tangkul pada museum ini adalah dalam bentuk miniatur.
Kritik intern: Tangkul ini cara menggunakannya adalah dengan memasukkan jarring
ke dalam air kemudian jarring tersebut akan diangkat dengan alat dan ikannya akan
tertangkap.
Fakta: Sampai saat ini, tangkul dapat ditemukan di sungai Batanghari dan danau
Sipin.
8. Pelaminan/Putro Retno
Kritik ekstern: Pelaminan ini bukan pelaminan yang secara khusus didapat dari zaman
dahulu/era kesultanan. Karena bahan dan alat untuk pemaninan ini masih lazim
ditemukan dan hingga sekarang masih dijual.
Kritik intern: Bangunan dan bentuk pelaminan inilah yang disebut dengan Putro
Retno. Sedangkan lantai bertingkat melambangkan tingkatan sosial keluarga
penggunanya. Contohnya adalah untuk keluarga raja/sultan berada pada 7 tingkat
bertiang delapan, untuk keluarga pangeran berada pada lima tingkat bertiang empat,
dan untuk keluarga biasa berada pada tiga tingkat bertiang empat.
Fakta: Meskipun pelaminan ini merupakan pelaminan yang digunakan pada zaman
dahulu, namun hingga sekarang masih tetap ada yang menggunakan pelaminan Putro
Retno ini. Terutama untuk yang melaksanakan pernikhan adat Jambi.
9. Pakaian Adat Suku Anak Dalam
Kritik ekstern: Pakaian yang dipamerkan adalah asli dan terbuat dari kulit kayu
berwarna kekuningan.
Kritik intern: Untuk laki-laki menggunakan cawat dan untuk kaum perempuan hanya
menggunakan bawahan yang seadanya dan semuanya terbuat dari kulit kayu/
Fakta: Saat ini, di daerah mereka sudah ada pasar kalangan. Di mana di pasar tersebut
menjual kain dan kain tersebut akan mereka gunakan ketika akan keluar dari daerah
mereka.
8
10. Tengkuluk
Kritik ekstern: Tengkuluk yang terdapat pada museum ini asli karena penggagas dari
bentuk tengkuluk tersebut merupakan museum itu sendiri.
Kritik intern: Tengkuluk yang ada di Jambi memiliki 65 motif. Beberapa di antaranya
terletak di museum Siginjei sebagai perwakilan dari motif tengkuluk yang lain.
Adapun motif yang digunakan adalah motif batik lama Jambi, seperti pitola,
Fakta: Tengkuluk di Jambi digagaskan oleh museum kemudian digerakkan oleh Ratu
Munawaroh, istri dari Zulkifli Nurdin.
11. Peti
Kritik ekstern: Peti yang ada pada museum ini bukanlah asli melainkan perkiraan
bentuknya saja dikarenakan kurangnya data dan informasi secara tertulis maupun dari
masyarakat.
Kritik intern: Peti yang terdapat di museum ini diketahui biasanya digunakan oleh
masyarakat zaman dahulu untuk menyimpanan hasil pertanian dan untuk menyimpan
barang-barang.
Fakta: Dulu, sultan-sultan menyimpan barang berharganya di peti yang terbuat dari
kayu yang utuh.
12. Arca Bhairawa
Kritik ekstern: Arca di museum ini bukanlah yang aslinya, melaikan replika dengan
ukuran dan bentuk yang sama persis dengan aslinya.
Kritik intern: Arca Bhairawa dulunya ditemukan di daerah Jambi, namun sekarang
daerah tersebut sudah menjadi bagian dari Sumatra Barat, yaitu daerah sungai
Langsat, Sijunjung.
Fakta: Arca Bhairawa tingginya 4,41cm dan menjadi arca tertinggi yang terdapat di
Indonesia.

2.5 Interpretasi

Interpretasi merupakan proses menerjemahkan sesuatu, baik dari bahasa, film, bentuk
seni, dan lain sebagainya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, interpretasi adalah
pemberian kesan, pendapat, atau pandangan teoretis terhadap sesuatu; tafsiran. Secara
umum, interpretasi dapat berarti teori atau filsafat yang menjelaskan mengenai
penafsiran terhadap sesuatu. Interpretasi dapat disebut juga dengan sebutan
hermeneutika. Kata tersebut berasal dari kata kerja bahasa Yunani yaitu hermeneuein
yang berarti menginterpretasikan, menafsirkan, atau menerjemahkan. Pada dasarnya,

9
interpretasi termasuk dalam struktur teks eksplanasi. Struktur teks eksplanasi terdiri dari
beberapa pernyataan umum mengenai topik yang menjelaskan tentang urutan proses
kejadian. Berikut hasil interpretasi terhadap beberapa fakta sejarah pada sumber-
sumber sejarah :

Peranan Museum Negeri Provinsi Jambi sangat penting dalam melestarikan


kebudayaan, khususnya kebudayaan yang ada di Jambi. Benda-benda yang ada dalam
museum tersebut merupakan perwakilan tentang gambaran aktivitas kehidupan manusia
sehari-hari pada masa lalu dan juga berbagai bentuk kebudayaan yang mereka hasilkan pada
masa itu, misalnya Keris Siginjai yang merupakan pusaka asli Jambi yang digunakan oleh
Orang Kayo Hitam (Raja Melayu Jambi) pada masa itu untuk mempertahankan diri dari
musuh yang menyerang. Dengan adanya museum ini diharapkan masyarakat, khususnya
generasi muda, mendapatkan pengetahuan dan memahami betapa tingginya kebudayaan yang
telah diciptakan oleh nenek moyang manusia dahulu sehingga semangat akan melestarikan
dan memelihara benda-benda sejarah akan terus hidup.

Perubahan nama Museum Negeri Jambi menjadi Museum Siginjei ini berdasarkan
Peraturan Gubernur Nomor 26 Tahun 2012. Dipilihnya nama Siginjei sebagai pengganti
karena merupakan nama sebilah keris yang digunakan oleh Orang Kayo Hitam, sebagai Raja
Jambi di masa lalu dalam membela Negeri Jambi. Nama ini lebih dikenal dan masyarakat
diharapkan akan lebih mengenal senjata pusaka yang berkaitan dengan sejarah berdirinya
Jambi. Keris Siginjei sampai saat ini masih tersimpan di Museum Nasional di Jakarta, dan
duplikatnya tersimpan di museum ini.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Museum disebut sebagai warisan budaya. Pengawal warisan budaya mengandung


makna bahwa warisan budaya juga di tampilkan oleh museum kepada masyarakat. Adapun
bentuk museum yang pasti fungsi pokoknya terhadap pengunjung adalah berkomunikasi.
Seperti museum lain yang ada di Indonesia Museum Negeri Provinsi Jambi ini memiliki
tugas menyimpan, merawat, menjaga dan kemudian memanfaatkan koleksi museum. Koleksi
tersebut berupa benda cagar budaya yang memiliki nilai historis untuk kemudian dipamerkan
kepada masyarakat umum. Tujuannya agar Masyarakat dapat lebih mengenal sejarah masa
lampau yang tidak mereka alami dalam kehidupan sekarang melalui benda-benda sejarah
yang ada di Museum. Dipilihnya nama Siginjei sebagai pengganti karena merupakan nama
sebilah keris yang digunakan oleh Orang Kayo Hitam, sebagai Raja Jambi di masa lalu dalam
membela Negeri Jambi. Nama ini lebih dikenal dan masyarakat diharapkan akan lebih
mengenal senjata pusaka yang berkaitan dengan sejarah berdirinya Jambi. Keris Siginjei
sampai saat ini masih tersimpan di Museum Nasional di Jakarta, dan duplikatnya tersimpan di
museum ini.

11
LAMPIRAN

1. Harimau Sumatera

2. Keris Siginjei

12
3. Arca Prajnaparamitha

4. Batu Kapak

13
5. Lesung Kincir

6. Lesung Injit

14
7. Tangkul

8. Pelaminan / Putra Retno

15
9. Pakaian Adat Suku Anak Dalam

10. Tengkuluk

16
11. Peti

12. Arca Bhairawa

17

Anda mungkin juga menyukai