BONTANG-KALIMANTAN TIMUR
Disusun oleh:
PENDIDIKAN FISIKA 6A
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadurat-Nya, yang telah melmpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah kepada saya, sehingga dapat menyelesaikan laporan penelitian mengenai Upaya
Menghidupkan Kembali Warisan Budaya Leluhur di Bontang-Kalimantan Timur.
Laporan penelitian ini disusun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak terutama orang tua yang memberikan dukungan kepada saya demi memperlancar
pembuatan laporan ini. Untuk itu saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada orang tua saya yang telah memberi semangat dan dukungan dalam pembuatan
laporan penelitin ini. Ucapan terimakasih selanjutnya saya sampaikan kepada Bpk. Ling.
Rusmadi selaku dosen yang mengampuh mata kuliah Falsafah Kesatuan Ilmu dan yang telah
membimbing saya demi terselesaikannya laporan penelitian ini dengan tepat waktu.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan dalam pembuatan makalah
ini baik dari segi kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena tu dengan tangan terbuka saya
menerima segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kelancaran laporan
penelitian kedepannya.
Akhir kata saya berharap laporan penelitian tentang Upaya Menghidupkan Kembali
Warisan Budaya Leluhur di Bontang-Kalimantan Timur dapat memberikan manfaat dan
menambah ilmu pengetahuan bagi para pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................1
C. Tujuan Masalah...............................................................................................1
D. Manfaat Penelitian...........................................................................................2
A. Budaya.............................................................................................................3
B. Sejarah, Tradisi, Bahasa dan Budaya Bontang-Kalimantan Timur.................6
BAB V PENUTUP..........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................21
LAMPIRAN....................................................................................................................22
A. Simpulan........................................................................................................22
B. Saran..............................................................................................................22
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Faktanya, generasi muda telah terjebak dengan beragam romantise budaya yang memikat
dan menarik sehingga membuat mereka tertarik untuk mengikuti arus globalisasi.
Globalisasi juga bisa dipahami dari konsep time-space distinction. Pemikiran Anthony
Giddens kiranya berada dalam ranah ini. Kata globalisasi tidak hanya menyangkut masalah
ekonomi tetapi juga menyangkut informasi dan transportasi (Wibowo dalam Giddens, 1999:
xv). Globalisasi adalah suatu kondisi di mana tak satupun informasi yang dapat ditutup-
tutupi, semua transparan. Akibatnya, pola hubungan manusia menjadi semakin luas, bukan
saja pribadi dengan pribadi, melainkan juga semakin terbukanya komunikasi yang simultan,
mengglobal sehingga dunia menjadi—meminjam istilah Marshall McLuhan—‘desa besar’
atau global village. Hampir semua hal di dunia ini mempunyai dua sisi yang selalu hadir
bersama, yakni sisi negatif dan sisi positif. Demikian pula dengan globalisasi. Secara positif,
globalisasi telah membantu manusia untuk dapat berkomunikasi secara lebih cepat dengan
jangkauan yang luas. Berbagai kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi informasi,
komunikasi dan transportasi yang canggih tidak bisa ada tanpa pengaruh globalisasi.
Namun demikian Globalisasi tidak hanya mempengaruhi sisi luar kebudayaan, yakni
keanekaragaman budaya, akan tetapi juga menyangkut hakikatnya, yakni cara pandang kita
tentang kenyataan dan kebenaran. Menurut Jean Baudrillard, dalam globalisasi kebudayaan
kebenaran dan kenyataan menjadi tidak relevan dan bahkan lenyap. Contohnya bisa dilihat
dalam dunia hiburan di mana kebudayaan direduksi menjadi sebatas iklan dan tontonan
media massa. Bagi Anthony Giddens, globalisasi terjadi manakala berbagai tradisi
keagamaan dan relasi kekeluargaan yang tradisional berubah mengikuti kecenderungan
umum globalisasi, yakni bercampuraduk dengan berbagai tradisi lain. (Giddens, 2000: 4).
1
Kalimantan Timur tak hanya dikagumi dalam negeri saja.Dunia pun mengakui indahnya
anyaman yang terbuat dari pandan hutan ini.Terbukti pada 2007 di Hongkong, United
Nations Educational, Scientific and Organization (UNESCO) memberikan penghargaan
untuk kerajinan ini.
Oleh sebab itu, peneliti ingin menggali informasi mengenai hal apa yang mendasari
punah nya anyaman khas Kalimantan Timur dan upaya yang dapat dilakukan untuk
melestarikan anyaman tersebut. Semua itu tertuang dalam mini riset yang berjudul
"Revitalisasi Local Wisdom (Kearifan Lokal) Berupa Anyaman Khas Kalimantan Timur".
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
2
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat sebagai bahan informasi dan masukan bagi
masyarakat Kalimantan Timur agar tetap melestarikan produk lokal khususnya
anyaman khas Kalimantan Timur yang hampir puna karena terkikis perkembangan
zaman.
BAB II
2
PERTANYAAN PENELITIAN
Sejarah Anyaman
Berbicara mengenai sejarah anyaman di Indonesia, merupakan masalah yang masih
diperdebatkan sampai sekarang. Ada 2 teori mengenai awal mula masuknya keahlian
menganyam di Nusantara. Teori pertama adalah menganyam merupakan keahlian asli dari
orang melayu termasuk Indonesia, teori ini diperkuat dengan ditemukannya tempat tinggal
dan tembikar yang terbuat dari anyaman. Hal ini tidak dimiliki di daerah lainnya, ada
beberapa fakta mengenai.
1. Pada jaman dahulu anyaman merupakan pekerjaan para wanita, dan bukan sebagai mata
pencaharian, namun sebagai pengisi waktu senggang.
2. Seseorang wanita dianggap tidak mempunyai sifat kewanitaan yang lengkap jika dia tidak
mahir dalam seni anyaman
3. Anyaman dahulu hanya alat untuk kegunaan sendiri atau sebagai hadiah, dan sebagai
kemasan sebagai hantaran saat berkunjung pada sahabat atau keluarga.
4. Beberapa anyaman dibuat dengan bentuk yang sangat besar, yang digunakan sebagai alat
saat bepergian untuk menyimpan pakaian barang dagangan, serta pada jaman penjajahan
digunakan untuk menyimpan senjata yang akan diselundupkan.
Motif anyaman pada umumnya digunakan dalam barang sehari-hari, seperti aseupan
(pengukus nasi), boboko (tempat nasi), besek (kemasan hantaran), hihid (kipas), samak
(tikar), keranjang, anyaman jenis ini merupakan anyaman halus dan motifnya lebih terlihat,
selain itu ada pula anyaman yang dijadikan sebagai bahan arsitektur pembuatan rumah,
kandang, keramba, bubu (perangkap ikan), dan anyaman jenis ini disebut anyaman kasar.
Meskipun sulit untuk ditelaah motif anyaman mungkin memiliki fungsi yang sangat menarik
untuk dikaji, seperti dalam bilik (dinding rumah), menggunakan anyaman yang tidak
sembarang, biasanya untuk dinding rumah menggunakan anyaman dasar sasag hal ini selain
karakteristiknya mudah dibuat, kuat, lubang antara bilah bambu dapat diatur dengan mudah
sehingga ventilasi dapat diatur dan udara dapat masuk dengan baik selain itu juga ada yang
menggunakan motif mata itik untuk menambah kesan artistik bilik rumah. Anyaman untuk
kebutuhan sehari-hari seperti boboko (tempat nasi) menggunakan anyaman sasag ganda atau
yang lebih dikenal dengan nama motif kepang, hal ini dikarenakan motif ini lebih rapat dan
dan dapat membuat nasi dalam keadaan panas lebih lama.
3
Gambar B.5 Anyaman Khas Kalimantan Timur
Sayangnya pandan hutan yang menjadi bahan baku anyaman kian sulit
ditemui. Ini menjadi salah satu faktor semakin minimnya minat orang untuk
membuat anyaman khas. Seperti yang diungkapkan Sesilia Tipung, perajin
anyaman dari suku Dayak Aoheng. Menurutnya sulitnya pandan hutan,
bambu, dan rotan mulai terasa sejak lima tahun silam. Hutan tempat bahan
baku tumbuh mulai tergantikan dengan perkebunan sawit.
BAB III
METODE STUDI
4
A. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini mengumpulkan data dari berbagai sumber tinjauan kepustaakaan
yang dibutuhkan sebagai dasar dalam mengeksplorasi refleksi nilai kearifan lokal (local
wisdom) dalam pembelajaran sains. Tinjauan kepustakaan merupakan rangkuman
tertulis dari berbagai artikel, jurnal, buku dan dokumen lain yang mendeskripsikan
keadaan pengetahuan di masa lalu dan masa sekarang tentang suatu topik. Peneliti akan
menggunakan tinjauan kepustakaan untuk membandingkan temuan dalam penelitian
dengan kepustakaan terdahulu.
B. Metode Analisis Data
Metode yang dipakai menganalisis data adalah metode kualitatif dengan
tinjauan pustaka. Metode kualitatif yaitu suatu analisis secara mendalam dan
komprehensif, dalam pandangan Bogdan dan Taylor (1975), mendefinisikan metodologi
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilakan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Lexy J.
Moleong, 2006).
5
BAB IV
Gaya hidup dan sifat konsumen masyarakat Kalimantan Timur hanya sebagai
pengguna, yang memilih yang sudah tersedia dan sangat bebas dalam menentukan
pilihan, juga menjadi sebab produk anyaman khas terancam punah.
Selain itu, bahan baku anyaman juga sulit ditemui karena tempat bahan baku tumbuh
mulai tergantikan dengan perkebunan kelapa sawit. D i Long Bagun, Kalimantan
Timur, kini hanya tersisa 50 perajin anyaman. Itu pun yang sudah berusia lanjut.
6
Sekarang ini, anak-anak lebih menyukai bermain gadget dari pada menganyam. Ini
yang dikhawatirkan jika diteruskan maka anyaman ini akan hilang seiring
berkembangnya waktu. Oleh karena itu peran orang tua dan masyarakat dalam
mengenaikan anyaman khas Kalimantan Timur kepada anak-anak dinilai cukup
penting, membuat mereka tahu betapa indahnya anyaman khas Kalimantan Timur dan
membuat mereka tertarik mencoba untuk membuat sesuatu dari anyaman sehingga
mereka belajar menganyam.
Dan untuk saat ini, perajin anyaman mayoritas orang yang sudah berusia lanjut itu
pun tidak banyak. Hal ini lah, kalau menganyam tidak diajarkan secara turun temurun
terutama ke anak muda maka akan bisa jadi akan punah dan bisa juga di akui sebagai
produk luar negeri. Oleh hal itu, penting nya mengenalkan anyaman khas Kalimantan
Timur kepada anak-anak demi menjaga kelestarian nya.
3. Mecukupi bahan baku pembuat anyaman (rotan, pandan hutan dan bambu)
Untuk mencukupi kebutuhan bahan bakun anyaman yaitu dengan menanam rotan,
pandan hutan dan bambu. Bahan baku yang kian sulit dicari karena hampir hutan
tempat bahan baku mulai tergantikan dengan perkebunan sawi. Hal itu berpengaruh
terhadap perabotan khas Kalimatan Timur yang terbuat dari pandan hutan dan rotan
mulai tergantikan dengan peralatan dari plastik. Oleh karena itu, penting nya
menanam bahan baku di hutan agar anyaman khas Kalimantan Timur bisa diproduksi
terus menerus.
Guru mengenalkan produk khas Indonesia kepada peserta didik merupakan hal yang
cukup membantu untuk menjaga kelestarian produk Indonesia. Hal itu bisa dilakukan
dengan cara memberi penjelasan bahwa produk buatan Indonesia tidak kalah
indahnya dengan produk buatan luar negeri. Memberikan pemahaman mengenai
dampak yang terjadi, jika tidak melestarikan produk lokal, mengadakan event pentas
seni disekolah dan juga mengadakan tugas/lomba khusus membuat sesuatuyang
terbuat dari anyaman, bisa berupa tas, baju, topi dan lain lain. Hal tersebut cukup
efektif dan efisien untuk melestarikan anyaman khas Kalimantan Timur di bidang
pendidikan.
BAB V
7
PENUTUP
Simpulan
Penyebab punah nya anyaman khas Kalimantan Timur adalah masyarakat lebih
menyukai menggunakan produk yang cepat jadi yang dinilai lebih modern seperti
zaman globalisasi saat ini. Bahan baku anyaman yang sulit dicari menjadikan produksi
anyaman kian turun.
Upaya yang dilakukan untuk melestarikan anyaman khas Kalimantan Timur adalah :
3. Mecukupi bahan baku pembuat anyaman (rotan, pandan hutan dan bambu)
DAFTAR PUSTAKA
8
Ardiati Dian. 2017. Nilai-Nilai Kearifan Lokal Dalam Kalimantan Timur.
Pengembangan Sumber Daya Pedesaan dan Kearifan Lokal. 7(1):1287-1294.
9
Schmidt. 2000. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub Tropis.
Danida Forest Seed Centre.
10