Anda di halaman 1dari 33

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH

Meningkatkan Nasionalisme dan Pengetahuan Sejarah Banjar dengan Kesenian Madihin

Seni dan Budaya

Diusulkan oleh :

(DESI ARIANTI) (A1B214072/2014)

(NOVIYANTI AMELINDA) (A1E314698/2014)

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

ASOSIASI PENDIDIK DAN PENELITI SEJARAH (APPS)

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

2017
ABSTRAK

Meningkatkan Nasionalisme dan Pengetahuan Sejarah Banjar dengan Kesenian Madihin


Desi Arianti (Pendidikan Bahasa Inggris), Noviyanti Amelinda (PGSD)
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Lambung Mangkurat

Banyak remaja saat ini yang melupakan sejarah bangsanya baik sejarah nasional maupun sejarah
daerah, terutama sejarah Banjar dikalangan remajanya. Minat membaca sejarah pun tidak ada
lagi. Hal tersebut dipicu oleh model pembelajaran sejarah yang monoton, sehingga remaja
merasa bosan dengan pengajaran sejarah. Dengan adanya permasalahan tersebut, kami berusaha
mengenalkan metode pengajaran yang unik dan diharapkan dapat menarik minat para remaja
untuk belajar sejarah. Metode yang digunakan yaitu menggabungkan pengajaran sejarah dengan
sebuah kesenian sejarah yang ada di Kalimantan Selatan, yaitu Madihin. Metode ini
menggunakan madihin sebagai media dalam mengajarkan sejarah. Kesenian madihin yang
biasanya sebuah syair yang biasanya berupa nasihat-nasihat maka dimodifikasi dengan cerita-
cerita sejarah Banjar. Namun, pengaplikasikan kesenian madihin masih seperti biasa saja, seperti
menggunakan tarbang. Membedakannya adalah isi materinya yang menjadi cerita sejarah
Banjar. Hal ini bertujuan agar para remaja tidak bosan dalam mempelajari sejarah, dan mereka
mulai tertarik lagi untuk mengetahui sejarah bangsa dan daerah mereka sendiri. Metode yang
digunakan untuk penelitian ini adalah kualitatif. Data didapatkan dari wawancara beberapa
remaja di Banjarmasin tentang bagaimana tanggapan mereka tentang pengajaran sejarah
menggunakan madihin. Dengan ide ini beberapa remaja yang sudah kami wawancarai mengakui
bahwa metode pembelajaran sejarah menggunakan media madihin ini sangat menarik dan
mereka juga tidak sabar ingin melihat pengaplikasian metode tersebut. Kesimpulan, remaja
merasa pengajaran sejarah menggunakan media kesenian madihin sangat menarik dan unik bagi
mereka. Hal ini membuat mereka lebih ingin tahu lagi tentang sejarah.

Kata Kunci : Sejarah, kesenian, media, dan pengajaran


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Puji dan syukur atas kehadirat Ilahi Rabbi karena berkat

rahmat, taufik dan hidayah-Nya jualah sehingga penulis dapat melaksanakan

penelitian serta membuat laporan akhir untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

yang berjudul Meningkatkan Nasionalisme dan Pengetahuan Sejarah Banjar

dengan Kesenian Madihin ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga

tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya.

Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. DR. H. Sutarto Hadi, M.Si, M.Sc selaku Rektor Universitas

Lambung Mangkurat Banjarmasin,

2. Bapak Prof. Dr. Wahyu, M.S selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin,

3. Bapak Ali Rachman, S.Pd, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin,

4. Seluruh responden yang telah kami wawancarai,

5. Dan kedua Orangtua dan keluarga yang selalu membantu, mendukung,

mendoakan serta memberi semangat dalam segala hal.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah

ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan

saran demi kesempurnaan penyusunan dimasa yang akan datang.

i
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat guna menambah wawasan

kita semua sebagai insan pendidik dalam upaya meningkatkan profesionalisme

dan mutu pendidikan Indonesia. Semoga bantuan dan dukungan yang diberikan

oleh semua pihak mendapat berkah dari Allah SWT. Amin

Banjarmasin, 30 Juli 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ i


DAFTAR ISI ........................................................................................... iii
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. v
LAMPIRAN ............................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1


1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 3
1.3 Rencana Pemecahan .......................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian .............................................................................. 4
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 5


2.1 Kesultanan Banjar ............................................................................. 5
2.2 Kesenian Madihin ............................................................................. 8

BAB III METODE PENELITIAN.......................................................... 12


3.1 Desain Penelitian ............................................................................... 12
3.2 Populasi dan Sampel ......................................................................... 12
3.3 Instrumen .......................................................................................... 12
3.4 Pengumpulan Data ............................................................................ 13
3.5 Data Analisis ..................................................................................... 13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 14


4.1 Deskripsi Data ................................................................................... 14
4.2 Hasil Penelitian ................................................................................. 14
4.3 Pembahasan Data .............................................................................. 15
4.3.1 Sejarah Banjar Dikalangan Remaja ........................................... 15

iii
4.3.2 Keefektifan Kesenian Madihin Sebagai Media Pengajaran
Sejarah Banjar ........................................................................... 16
4.3.3 Pengaplikasian Kesenian Madihin Sebagai Media Ajar
Sejarah Banjar......................................................................... 17

BAB V PENUTUP .................................................................................. 20


5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 20
5.2 Saran .................................................................................................. 20

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Herodotus, Sejarah ialah suatu kajian untuk menceritakan suatu
perputaran jatuh bangunnya seorang tokoh, masyarakat, dan peradaban.
Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan
beberapa peristiwa yang dibuktikan dengan kenyataan (Moh. Yamin).
Walaupun bagi sebagian orang sejarah merupakan suatu hal yang sudah
berlalu dan sebaiknya dilupakan. Sebenarnya dengan sejarah kita dapat
belajar banyak hal dan juga dapat mengambil pelajaran dari segala peristiwa
yang telah terjadi. Sejarah menjadi hal yang sangat penting bagi para penerus
bangsa ini.
Dimasa sekarang ini banyak generasi bangsa kita yang sudah tidak peduli
lagi dengan sejarah bangsa maupun daerahnya. Mereka lebih sibuk dengan
kegiatan kekinian yang kita tahu sebagian besar berasal dari budaya barat,
yang tentu saja bukan dari budaya kita dan bahkan bertentangan. Banyak dari
remaja lupa akan sejarah dan budaya dari daerahnya. Untuk ditelinga mereka
mungkin sangat jarang mendengar tentang kuda gepang, wayang gong,
bejapin, madihin, dan lain-lain. Padahal hal tersebut merupakan kebudayaan
yang dimiliki oleh bangsa kita yang merupakan bagian dari sejarah bangsa ini
yang seharusnya dilestarikan oleh para generasi muda negeri ini. Namun
sebaliknya, banyak generasi muda kita yang lebih hapal dengan lagu-lagu
barat, kebudayaan K-pop, dll. Bahkan mereka lebih suka untuk menonton
film baru di bioskop, daripada menonton acara kebudayaan yang
diselenggarakan pemerintah. Terlihat dari fenomena banyaknya antrian
remaja untuk menonton bioskop tapi pergelaran kesenian di Taman Budaya

1
2

kurang peminat. Itulah penyakit kronis anak muda negeri ini yang telah
melupakan budaya dan sejarahnya.
Salah satu kebudayaan di Kalimantan Selatan yang dapat digunakan
adalah kesenian madihin, madihin adalah sebuah jenis puisi dari suku Banjar.
Kesenian madihin selama ini cukup digemari dan diterima kehadirannya
sebagai salah satu bentuk seni sastra tradisi (tradisi lisan) oleh masyarakat di
Kalimantan Selatan, baik orang tua, remaja, maupun anak-anak. Hal ini
mengingat isi syair atau pantun yang di nyanyikan dalam madihin sarat
dengan nasihat- nasihat yang bermanfaat dan diselingi dengan humor yang
segar, serta selalu dapat mengikuti perkembangan situasi dan kondisi pada
saat ditampilkan, termasuk selera penontonnya.
Isi materi dari madihin dapat dimodifikasi menjadi sebuah runtutan
sejarah sejarah. Jadi dengan madihin kita dapat memperkenalkan budaya
daerah dan sejarah bangsa ini tentunya. Madihin dapat berupa bahasa Banjar
maupun bahasa Indonesia. Sehingga madihin ini dapat menjadi sarana untuk
memperkenalkan sejarah sekaligus budaya kepada generasi kita.
Tujuan pendidikan nasional seperti yang dirumuskan dalam Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sementara
pentingnya penerapan kajian seni budaya lokal juga sudah sesuai dengan
Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 79
Tahun 2014 Tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013 pasal 1 ayat 1 yang
menjelaskan: muatan local adalah bahan kajian atau mata pelajaran pada
satuan pendidikan yang berisi muatan dan proses pembelajaran tentang
potensi dan keunikan lokal. Pada pasal 2 ayat 2 juga menerangkan mengenal
dan mencintai lingkungan alam, sosial,budaya, dan spiritual di daerahnya;
dan melestarikan serta mengembangkan keunggulan dan kearifan daerah yang
berguna bagi diri dan lingkungannya dalam rangka menunjang pembangunan
nasional.
3

Dari Undang-Undang di atas dapat kita ketahui bahwa pengembangan


potensi dan keunikan lokal merupakan hal yang sangat berguna untuk
menunjang pembangunan nasional. Seperti halnya juga untuk sadar akan
sejarah juga merupakan hal yang sangat berguna untuk para generasi negeri
ini memajukan bangsa. Maka dari itu dalam karya tulis ini yang berjudul
Meningkatkan Nasionalisme dan Sadar Sejarah Generasi Muda dengan
kesenian Madihin , kami ingin memperkenalkan sebuah kebudayaan dari
Kalimantan Selatan yang dapat digunakan untuk mengantarkan nilai-nilai
sejarah negeri ini kepada generasi muda. Agar mereka dapat sadar akan
sejarah mereka sendiri dan dapat mengambil pelajaran darinya, bisa
memperbaikinya maupun dapat menghindarinya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana tanggapan remaja saat ini mengenai Sejarah Banjar?
2. Bagaimana keantusiasan remaja saat ini ketika belajar sejarah?
3. Apakah yang dimaksud madihin?
4. Bagaimana penggunaaan madihin dalam memahamkan sejarah kepada
remaja?
5. Bagaimana tanggapan remaja mengenai pemahaman sejarah melalui
media kesenian madihin?

1.3 Rencana Pemecahan


Dalam karya tulis yang berjudul Meningkatkan Nasionalisme dengan
Pengetahuan Sejarah Banjar Lewat Kesenian Madihin akan mewawancarai
beberapa remaja yang berasal dari Banjarmasin tentang pendapat mereka
misalkan pengajaran sejarah menggunakan media kesenian madihin.
Kemudian kami juga mencari beberapa referensi dari buku-buku untuk
memberikan petunjuk bagaimana menjalankan kesenian madihin.
4

1.4 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui bagaimana tanggapan remaja mengenai sejarah
Banjar.
2. Untuk mengetahui seberapa antusiasnya remaja dalam belajar sejarah.
3. Untuk mengetahui apa itu madihin.
4. Untu menanamkan minat sadar sejarah kepada remaja melalui media
kesenian madihin.
5. Untuk mengetahui tanggapan remaja mengenai pemahaman dsejarah
melalui madihin.

1.5 Manfaat Penelitian


Dengan adanya karya tulis ini kami berharap dapat berguna bagi teman-
teman mahasiswa, sebagai penambah pengetahuan, sumber informasi kepada
pembaca serta dapat dijadikan referensi untuk karya tulis selanjutnya di masa
akan datang.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesultanan Banjar


Masuknya Islam ke nusantara atau Indonesia yang dibawa oleh para
pedagang Gujarat, ulama Sufi, dan mubaligh pada sekitar abad XVII menurut
Nurcholis Madjid sudah mengalami apa yang disebut asimilasi nilai kultural.
Dimana proses islamisasi tersebut lebih menekankan upaya adaptasi ajaran
Islam dengan bdaya setempat. Salah satu diantara adanya adaptasi itu,
lunturnya pemahaman Islam dan pengaruh ajaan Agama terdahulu atas Islam,
sehigga Islam lembek sebagai ungkapan adanya celah celah campur
aduknya ajaran Islam yang orisinil dengan agama nenek moyang (Nurcholis
Madjid, 1995: 32-33)
Islam masuk ke Kalimantan Selatan pada masa jauh lebih belakang
dibanding, misalnya, Sumatra Utara atau Avej. Diperkirakan telah ada
sejumlah muslim diwilayah ini sejak awal abad ke- 15, tetapi Islamisasi
mencapai momentumnya baru setelah pasukan kesultanan Demak di Jawa
datang ke Banjarmasin untuk membantu Pangeran Samudera dalam
perjuangannya dengan kalangan elit istana kerajaan Daha. Setelah
kemenangannya, Pangean Samudra memenuhi janjinya untuk beralih memeluk
Agama Islam pada sekitar tahun 936H, 1526M dan diagkat sebagai Sultan yang
pertama di kesultanan Banjar. Dia dibei gelar Sultan Suriansyah atau Surian
Allah oleh seorang dai Arab. (Azyumardi Azra, 1995: 251)
Menurut metologi suku Maanyan (suku tertua di Kalimantan Selatan),
kerajaan pertama di boneo selatan adalah Kerajaan Nan Sarunai yang
diperkirakan wilayah kekuasaannya terbentang luas mulai dari daerah
Tabalong hingga ke daerah Pasir. Keberadaan mitologi Maanyan yang
menceritakan tentang masa masa keemasan Kerajaan Nan Sarunai sebuah

5
6

kerajaan purba yang dulunya mempersatukan etnis Maanyan didaerah ini dan
telah melakukan hubungan dengan pulau Madagaskar. Kerajaan mendapat
serangan dari Majapahit. Sehingga sebagian rakyatnya menyingkir
kepedalaman (wilayah suku Lawangan). Salah satu peninggalan akeologis
yang berasal dari zaman ini adalah Candi Agung yang terletak di Kota
Amuntai. Pada tahun 1996, telah dilakukan pengujian C-14 terhadap sampel
arang Candi Agung yang menghasilkan angka tahun dengan kisaan 242 226
SM (Kusmartono dan Widianto, 1998: 19-20).
Kesultanan Banjar mulai mengalami masa kejayaan pada dekade pertama
abad ke-17 dengan lada sebagai komuditas dagang, secara praktis barat daya,
tenggara dan timur pulau Kalimantan membayar upeti pada Kerajaan
Banjarmasin sebelumnya Kesultanan Banjar membayar upeti kepada
kesultanan demak, tetapi pada masa kesultanan pajang penerus kesultanan
demak, kesultanan banjar tidak lagi mengirim upeti ke Jawa.
Sejak tahun 1631 Banjarmasin bersiap siap menghadapi serangan
Kesultanan Mataram, tetapi karena kekurangan logistik, maka rencana
serangan dari kesultanan mataram sudah tidak ada lagi. Sesudah tahun 1637
terjadi migrasi dari Pulau Jawa secara besar besaran sebagai akibat dari
korban agresi politik Sultan Agung. Kedatangan imigran dari Jawa mempunyai
pengaruh yang sangat besar sehingga pelabuhan pelabuhan di Pulau
Kalimantan menjadi pusat disfusi kebudayaan Jawa.
Wilayah Kesultanan Banjar Raya adalah negeri-negeri yang menjadi
wilayah pengaruh mandala Kesultanan Banjar khususnya sampai pertengahan
abad ke-17 dan abad sebelumnya. (Willem Adrian, 1852:2).
Kesultanan Banjar merupakan penerus dari kerajaaan Hindu di Kalimantan
Selatan dengan wilayah inti meliputi 5 distrik besar di Kalimantan Selatan
yaitu Kuripan (Amuntai), Daha (Nagara-Margasari), Gagelang (Alabio), Pudak
Sategal (Kalua) dan Pandan Arum (Tanjung) (Bondan,1953). Sejak awal abad
ke-16 berdirilah Kesultanan Banjar yang bertindak sebagai wakil Kesultanan
Demak di Kalimantan, sedangkan Demak adalah penerus Majapahit.
7

Pada mulanya ibukota Kesultanan Banjar adalah Banjarmasin kemudian


pindah ke Martapura (Richard Brookes, 1838:61). Pada masa kejayaannya,
wilayah yang pernah diklaim sebagai wilayah pengaruh mandala kesultanan
Banjar meliputi titik pusat yaitu istana raja di Martapura dan berakhir pada titik
luar dari negeri Sambas di barat laut sampai ke negeri Karasikan (Banjar
Kulan/Buranun) di timur laut yang letaknya jauh dari pusat Kesultanan Banjar.
Pada abad ke 18 Pangeran Tamjidillah I berhasil memindahkan kekuasaan
pemerintahan kepada dinastinya dan menetapkan Pangeran Nata Dilaga
sebagai Sultan yang pertama sebagai Panembahan Khairudin Khalilullah.
Pangeran Nata Dilaga yang menjadi Raja pertama dinasti Tamjidillah I dalam
masa kejayaan kekuasaannya, menyebutkan dirinya Susuhan Nata Alam pada
tahun 1772. Putera dari Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah yang bernama
Pangeran Amir, atau cucu Sultan Hamidullah melarikan diri ke negeri Pasir,
dan meminta bantuan pada pamannya yang bemama Arung Tarawe (dan Ratu
Dewi). Pangeran Amir kemudian kembali dan menyerbu Kesultanan Banjar
dengan pasukan orang Bugis yang besar pada tahun 7571, dan berusaha
merebut kembali tahtanya dari Susuhunan Nata Alam. Karena takut kehilangan
tahta dan kekuatiran jatuhnya kerajaan di bawah kekuasaan orang Bugis,
Susuhunan Nata Alam meminta bantuan kepada VOC. VOC menerima
permintaan tersebut dan mengirimkan Kapten Hoffman dengan pasukannya
dan berhasil mengalahkan pasukan Bugis itu. Sedangkan Pangeran Amir
terpaksa melarikan diri kembali ke negeri Pasir. Beberapa waktu kemudian
Pangeran Amir mencoba pula untuk meminta bantuan kepada para bangsawan
Banjar di daerah Barito yang tidak senang kepada Belanda . karena didaerah
Bakumpai/Barito diserahkan Pangeran Nata kepada VOC. Dalam pertempuran
yang kedua ini Pangeran Amir tertangkap dan dibuang ke Sri Langka pada
tahun 1787. Sesudah itu diadakan perjanjian antara Kesultanan Banjar dengan
VOC, dimana raja raja Banjar memerintah kerajaan sebagai peminjam tanah
VOC. Dalam tahun 1826 diadakan perjanjian kembali antara Pemerintah
Hindia Belanda dengan Sultan Adam, berdasarkan perjanjian dengan VOC
yang terdahulu, berdasarkan perjanjian ini, maka Belanda dapat mencampuri
8

pengaturan permasalahan mengenai pengangkatan Putra Mahkota dan


Mangkubumi yang mengakibatkan rusaknya adat kerajaan dalam bidang ini,
yang kemudian menjadikan salah satu penyebab pecahnya Perang Banjar.
Gambaran umum abad ke-19 bagi Kesultanan Banjar, bahwa hubungan
kerajaan keluar sebagaimana yang pernah dijalankan sebelumnya, terputus
khususnya dalam masalah hubungan perdagangan internasional. Tetapi
kekuasaan Sultan ke dalam tetap utuh, tetap berdaulat menjalani kekuasaan
sebagai seorang Sultan. Pada tahun 1860, Kesultanan Banjar dihapuskan dan
digantikan pemerintahan regent yang berkedudukan masing-masing di
Martapura (Pangeran Jaya Pemenang) dan di Amuntai (Raden Adipati Danu
Raja). Adat istiadat sembah menyembah tetap berlaku hingga meninggalnya
Pangeran Suria Winata, Regent Martapura saat itu. Jabatan regent di daerah ini
akhirnya dihapuskan pada tahun 1884.
Sistem Pemerintahan
1. Raja : bergelar Sultan/Panambahan/Ratu/Susuhunan
2. Putra Mahkota : bergelar Ratu Anum/Pangeran Ratu/ Sultan Muda.
3. Perdana Menteri : disebut Perdana Mantri/Mangkubumi/Wazir.
4. Mangkubumi : Mantri Panganan, Mantri Pangiwa, Mantri Bumi dan 40
orang Mantri Sikap, setiap Mantri Sikap memiliki 40 orang pengawal.

2.2 Kesenian Madihin


Madihin merupakan pergelaran sastra. Rangkaian syair syair dan pantun
menjadi bahan komunikasi dan informasi. Perkataan madihin berasal dari
kata Madah Madah artinya berkata kata. Dari kata tersebut, jelaslah
madihin adalah karya seni budaya Islam dan pengaruh kasidah Arabi, namun
telah tercipta dengan Bahasa Banjar. Menurut seniman Banjar Amir Hasan
Bondan, seni Madihin sudah ada ketika pemerintahan Penambahan Sultan
Adam di Kerajaan Banjar.
Ada yang berpendapat bahwa Madihin berasal dari kata madah, sejenis
puisi lama dalam sastra Indonesia, karena ia menyanyikan syair-syair yang
berasal dari kalimat akhir bersamaan bunyi. Madah bisa juga diartikan
9

sebagai kata-kata pujian (Bahasa Arab), hal ini bisa dilihat dari kalimat-
kalimat dalam bait-bait madihin yang kadangkala berupa pujian-pujian.
Pendapat lain mengatakan kata madihin berasal dari bahasa banjar, yaitu
papadahan atau mamadahi (Bahasa Indonesia: memberi nasihat), pendapat ini
bisa juga dibenarkan, karena isi dari syair atau pantun yang dinyanyikan oleh
pemainnya adalah berupa nasihat-nasihat.
Pada waktu dulu fungsi utama kesenian madihin adalah untuk menghibur
raja atau pejabat istana, isi syair dan pantun yang dibawakan / dinyanyikan
berisi puji pujian kepada sang raja dan pejabat istana lainnya, hal ini selaras
dengan pendapat yang menyatakan bahwa asal kata madihin, yaitu dari kata
madah (kata kata pujian).
Selanjutnya, madihin berfungsi sebagai hiburan masyarakat di waktu
waktu tertentu, misalnya pengisi hiburan sehabis panen, kesenian dalam
rangka memeriahkan penganten, dan memeriahkan peringatan hari besar
Nasional. Dalam perkembangan selanjutnya kesenian berfungsi sebagai nadar
atau hajat misalnya bagi orang tua yang anaknya baru sembuh dari sakit,
upacara meayun anak (suatu upacara daur hidup etnik Banjar). Fungsi ini
pada tahun 1980-an masih terdapat di daerah Marabahan, Kabupaten Barito
Kuala Kalimantan Selatan.
Dalam masa sekarang kesenian madihin disamping berfungsi untuk
hiburan dapat juga berfungsi sebagai media penyampai pesan pembangunan
yang dilakukan oleh pemerintah. Misalnya keluarga berencana, pertanian,
pendidikan, kesehatan, dan lain lain. Dari kedua fungsi inilah madihin bisa
dikembangkan untuk berfungsi sebagai alat kontrol sosial, penerangan,
pendidikan, pemeliharaan nilai dan norma adat, serta penyaluran ketegangan
atau konflik sosial. Terakhir madihin bisa juga berfungsi sebagai wahana
memperkokoh persatuan dan kesatuan melalui isi pesan yang
disampaikannya.
Kesenian Madihin pada umumnya dipergelarkan pada malam hari, tetapi
sekaranmg ini sering juga dipergelarkan pada siang hari sesuai permintaan.
Lama pergelarannya biasanya lebih kurang 1 sampai 2 jam sesuai permintaan
10

penyelenggara. Dahulu penyelenggaranya kebanyakan dilakukan di arena


terbuka yang terletak di halaman rumah atau lapangan luas agar dapat
menampung penonton yang banyak, di situ sudah disiapkan panggung
sederhana dengan ukuran 4 x 3 meter. Sekarang ini madihin sering pula
dipergelarkan didalam gedung pertunjukan.
Biasanya pemain madihin duduk dikursi dengan memakai pakaian daerah
Banjar yang disebut baju taluk balanga dan memakai kopiah serta sarung.
Akan tetapi sekarang ini pakaian seperti ini tidak lagi menjadi kebiasaan bagi
pemain madihin. Mereka lebih senang dengan pakaian bebas dan sopan,
kecuali pada acara acara penting, misalnya menghibur tamu tamu
gubernur atau pejabat, dan lain lain.
Syair syair atau pantun yang dibawakan biasanya tanpa dipersiapkan
terlebih dahulu (berupa catatan tertulis) namun dilakukan secara spontanitas
sesuai dengan kondisi dan situasi pada saat kesenian madihin dipergelarkan,
sehingga dalam pergelaran tampak suasana aktualitasm faktualitas dan
komunikatif dengan penonton yang menyaksikan.
Apabila seseorang berminat menjadi pemain madihin, ia harus lebih
dahulu memiliki persiapan yang terencana dan latihan yang cukup. Dengan
berlatih yang cukup seseorang akan matang dan terampil. Ada beberapa hal
yang perlu dipersiapkan dan dilakukan sebagai suatu syarat agar para calon
pemain madihin memiliki keterampilan yang memadai dan mengarah kepada
pemain professional, yaitu:
1. Persiapan basic: maksudnya adalah menciptakan naskah syair atau
pantun madihin yang terstruktur (desain). Dahulu pemain madihin tidak
menulis desain (rencana) materi madihin, tetapi ia belajar dari seorang
pemadihinan dengan cara menghapalkannya dari guru satu ke guru
lainnya. Bagi calon pemain madihin sekarang, karena lebih mudah
menghapal yang tetulis, maka desain (rencana) madihin terstruktur
diciptakan dengan mudah sesuai dengan tema yang diinginkan. Materi
tersebut dilatih dengan berulang kali sampai hapal di luar kepala. Untuk
menciptakan naskah madihin, orang bisa membuat ensiklopedi rima
11

Bahasa Banjar, sehingga akan mudah memilih kata-kata untuk ujung


kalimat yang bersamaan bunyi.
2. Persiapan gaya pengungkapan: Dimaksudkan adalah seorang calon
pemain madihin harus: (1) mempelajari lagu madihin dengan benar, dan
(2) mempelajari birama/pukulan tarbang, yaitu ada pukulan
pembukaan/membunga, pukulan memecah bunga, dan pukulan
menyampaikan isi pesan (menguran), serta pukulan penutup.
3. Latihan Struktural: Calon pemain madihin harus melaksanakan latihan;
(1) olah vokal dengan petunjuk pelatih yang ahli dalam pembinaan vokal,
dan (2) olah keterampilan mengahapal bermacam-macam tema. Apabila
berbagai tema sering dilatih, maka selalu akan muncul inspirasi baru,
spontanitas, dan kelancaran pada saat bergelar atau tampil.
Jadi, ada empat macam keterampilan yang harus dimiliki oleh pemain
madihin, yaitu: (1) keterampilan menciptakan naskah/mengarang syair atau
pantun madihin, (2) keterampilan menghapal naskah madihin, (3) keterampilan
berlagu. Ada dua jenis lagu yang perlu diketahui, yaitu jenis lagu tradisi dan jenis
lagu moderen (dangdut), dan (4) keterampilan memukul tarbang. Ada pukulan
pembukaan, pukulan memecah bunga, pukulan menyampaikan isi dan pukulan
penutup.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Denzin
&Lincoln, mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah multimetode
dalam fokus, termasuk pendekatan interpretif dan naturalistik terhadap pokok
persoalannya. Sementara menurut Bogdan dan Taylor, metode kualitatif
adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif: ucapan atau
tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subjek) itu sendiri.
Pendekatan ini langsung menunjukkan latar dan individu-individu dalam latar
itu secara keseluruhan; subjek penyelidikan, baik berupa organisasi ataupun
individu, tidak dipersempit menjadi variabel yang terpisah atau menjadi
hipotesis, tetapi dipandang sebagai bagian dari suatu keseluruhan (Ahmadi,
2014: 15).

3.2 Populasi dan Sampel


3.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa dari Universitas
Lambung Mangkurat yang sebagian besar berasal dari suku Banjar.
3.2.2 Sampel
Objek penelitian ini adalah mahasiswa fakultas keguruan dan ilmu
pendidikan angkatan 2014. Sampel berjumlah 15 orang. Mereka dipilih
dengan menggunakan random sampling technique.

3.3 Instrumen
Karya tulis ini menggunakan metode kajian pustaka. Posedur kajian ini
dilakukan dengan cara mengambil dari referensi referensi yang ada di buku

12
13

buku, merangkum dan mengutip isi dari buku - buku tersebut. Selain itu,
penelitian ini juga menggunakan wawancara sebagai media mengumpulkan
data.
Wawancara menurut Nazir (1988) adalah proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan
menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).
Walaupun wawancara adalah proses percakapan yang berbentuk tanya jawab
dengan tatap muka, wawancara adalah suatu proses pengumpulan data untuk
suatu penelitian.
Wawancara digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan-
permasalahan yang harus diteliti. Selain itu wawancara juga digunakan
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam dan jumlah respondenya sedikit/kecil.

3.4 Pengumpulan Data


Data dikumpulkan dengan mencari buku-buku referensi. Selanjutnya
melakukan wawancara kepada sejumlah remaja di Banjarmasin. Soal yang
disiapkan untuk wawancara adalah tujuh soal (Lampiran 1).
Setelah data dikumpulkan kemudian peneliti menganalisis data.

3.5 Data Analisis


Data-data akan dianalisis menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil
data yang didapatkan menggunakan metode kajian pustaka dan wawancara
akan dianalisis menggunakan deskriptif.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data


Data pada penelitian ini didapatkan dari beberapa buku tentang madihin
maupun tentang sejarah Banjar dan juga mewawancarai beberapa remaja di
Banjarmasin yang sebagian besar berasal dari suku Banjar. Subjek dipilih
secara acak. Pada tanggal 18-21 Juli, ada sekitar tujuh pertanyaan (lampiran 1)
yang kami tanyakan. Dengan cara tersebut kami melakukan pengambilan data
tentang pendapat remaja mengenai sejarah dan pemanfaatan madihin dalam
pengajaran sejarah.

4.2 Hasil Penelitian


Dari hasil wawancara yang kami lakukan pada sejumlah remaja di
Banjarmasin, kami dapat menyimpulkan bahwa banyak remaja zaman sekarang
banyak yang sudah tidak terlalu tertarik lagi pada sejarah bangsanya.
Walaupun dari 15 orang yang kami wawancarai, sekitar 50% lebih ada yang
mengatakan bahwa mereka pernah membaca sejarah Banjar melalui media
sosial seperti dari instagram.
Kemudian untuk tingkat keantusian remaja dalam membaca sejarah banjar,
sekitar 80% dari 15 orang tidak terlalu antusias dalam mempelajari sejarah.
Seperti yang mereka katakan bahwa mereka jarang sekali meluangkan waktu
untuk membaca buku tentang sejarah. Di pertanyaan ketiga tentang bagaimana
pengetahuan remaja tentang sejarah Banjar. Sebagian besar dari mereka tidak
dapat menjelaskan tentang sejarah Banjar yang mereka ketahui. Dipertanyaan
keempat, hanpir seluruh remaja yang kami wawancarai sangat berminat untuk
mempelajari sejarah. Namun, menurut mereka metode maupun media
pengajaran sejarah sekarang ini kurang menarik bagi mereka. Hal itu

14
15

menyebabkan mereka kurang semangat untuk belajar sejarah. Padahal


sejujurnya mereka ada keinginan untuk belajar sejarah.
Selanjutnya pada pertanyaan pengetahuan mereka tentang madihin
kebanyakan dari mereka tahu apa itu madihin, mereka sering melihat madihin
dri sosial media seperti youtube dan instagram. Persentasinya sekitar 70% dari
mereka tahu apa itu madihin. Untuk pertanyaan yang terakhir, sekitar 80% dari
sampel yang menjawab kalau pengajaran sejarah menggunakan media keenian
madihin sangat efektif. Mereka beranggapan bahwa jika pengajaran
menngunakan media kesenian madihin maka akan lebih menarik dan akan
banyak dari siswa yang bakal semangat untuk belajar sejarah, yang awalnya
pelajaran sejarah yang monoton menjadi lebih menarik. Kemudian jika seorang
guru ingin menggunakan madihin sebagai media pembelajaran maka guru
tersebut harus lebih paham dulu apa itu madihin.

4.3 Pembahasan Data


4.3.1 Sejarah Banjar Dikalangan Remaja
Dari hasil wawancara yang kami lakukan dengan sekitar 15 orang lebih
responden yang kami wawancarai, dan dari kajian pustaka dari literatur
literatur yang ada di buku buku yang kami dapatkan, yang dilakukan di
berbagai tempat seperti kampus dan lingkungan rumah.
Kebanyakan remaja tahu dengan sejarah banjar tetapi hanya sekilas
tanpa mengupas tuntas seluruh sejarah tentang daerahnya sendiri,
merekapun jarang untuk membaca buku buku yang berkaitan dengan
sejarah banjar tersebut.
Kebanyakan remaja atau yang seumuran banyak yang jarang membaca
sejarah banjar, karena tidak ada media seperti buku yang mereka miliki,
walaupun ada mereka kebanyakan hanya mengetahui dari internet, atau
media sosial hasil postingan dari orang lain.
Mereka hanya mengetahui beberapa atau malah sepenggal dari kisah
sejarah banjar tanpa tahu secara jelas keseluruhan sejarah banjar,
kebanyakan dari mereka hanya tahu tentang Pangeran Suriansyah atau
16

Pangeran Antasari saja tanpa tahu apa sejarah dari Pangeran tersebut.
Merekapun tahu dari pendidikan atau pengajaran yang diberikan oleh guru
mereka pada saat mereka duduk dibangku sekolah tepatnya pada
pembelajaran IPS.
Ada yang mengetahui sepenggal dari sejarah Banjar, tapi malah ada
juga yang sedikit pun tidak ingat dengan sejarah Banjar itu sendiri. Tetapi,
kebanyakan responden yang tidak ingat itu bukan lah masyarakat asli
Banjar tetapi masyarakat yang baru saja berdomisili di Banjarmasin yang
merupakan masyarakat luar Kalimantan.
Ada beberapa responden khususnya remaja perempuan tertarik dengan
sejarah banjar, karena menurut mereka kalau bukan dari kitanya selaku
orang Banjar asli siapa lagi yang melestarikan sejarah Banjar yang
merupakan asal usul dari Banjar tersebut. Bagaimana orang luar akan
tahu dengan sejarah banjar, budaya banjar ataupun kesenian banjar kalau
dari suku aslinya saja tidak tahu sejarah banjar tersebut. Selain itu juga
seharusnya pengenalan sejarah khususnya sejarah banjar itu sendiri dapat
ditanamakan sejak dini dari pendidikan sekolah dasar agar mereka dapat
menjaga dan juga melestarikan sejarah Banjar tersebut.

4.3.2. Keefektifan Kesenian Madihin Sebagai Media Pengajaran


Sejarah Banjar
Dalam kaitannya dengan kesenian yang dimiliki oleh daerah
Kalimantan Selatan yaitu madihin, hampir seluruh kalangan masyarakat
mengetahui kesenian tersebut yaitu kesenian banjar yang dimainkan
dengan tabuhan tarbang (gendang) yang berisikan pantun atau syair
syair yang merupakan nasihat bagi pendengar. Hampir semua kalangan
masyarakat pernah melihat pertunjukkan madihin baik melihat pertujukkan
secara langsung ataupun melihat melalui media sosial seperti instagram
atau youtube, karena menurut mereka banyak pengenalan kebudayaan
seperti kesenian madihin yang dilakukan di media media sosial seperti
17

instagram atau youtube, karena dengan media sosial banyak remaja yang
tertarik untuk mengetahui bagaimana kesenian madihin tersebut.
Sejarah Banjar cukup banyak mengundang perhatian bagi kalangan
remaja, dengan menggunakan kesenian madihin akan lebih efektif
pengenalan sejarah Banjar tersebut, karena dengan tabuhan tarbang akan
menimbulkan alunan alunan lagu yang membuat masyarakat lebih
tertarik dan menyukainya, dan biasanya madihin dibawakan dengan
menggunakan bahasa yang dapat diterima masyarakat dan dengan madihin
cerita akan lebih hidup.
Dengan madihin yang merupakan kesenian daerah yang bersifat lokal
yang berakar dari masyarakat akan mampu menumbuhkan motivasi karena
menyenangkan untuk digunakan sebagai media penyampaian sejarah
Banjar dan juga menarik perhatian, selain itu isi dari madihin yang
dibawakan dapat disesuaikan dengan situasi masyarakat yang menjadi
objek sasaran untuk pengenalan sejarah Banjar, dan isinya dapat dikaitkan
langsung dengan sejarah Banjar.

4.3.3. Pengaplikasian Kesenian Madihin Sebagai Media Ajar Sejarah


Banjar
Karena kesenian madihin merupakan seni hiburan yang menarik maka
kesenian ini dapat menarik perhatian masyarakat terutama dikalangan
remaja. Oleh karena itu, pada saat menggunakan kesenian madihin dapat
disisipi pengetahuan sejarah Banjar sebagai alternatif media penyampaian
sejarah Banjar kepada generasi ke generasi.
Pengetahuan sejarah Banjar yang disisipkan pada kesenian madihin
dapat dilakukan dengan beberapa struktur pagelaran, yaitu :
1. Pembukaan, yaitu dengan melagukan sampiran sebuah pantun yang
diawali pukulan tarbang yang disebut pukulan membuka. Sampiran
pantun ini biasanya akan memberikan informasi awal tentang tema
yang akan dibawakan dalam pergelaran madihin.
18

2. Memasang tabi, yakni membawakan syair syair atau pantun yang


isinya menghormati penonton, memberikan pengantar, ucapa
terimakasih dan memohon maaf jika terdapat kekeliruan atau kesalahan
dalam pergelaran.
3. Menyampaikan isi (manguran), yaitu menyampaikan syair syair atau
pantun yang isinya selalu selaras dengan tema pergelaran, atau sesuai
dengan permintaan pihak penyelenggara. Sebelumnya sampiran pantun
dipembukaan harus disampaikan isinya terlebih dahulu (mamacah
bunga).
4. Penutup, yakni menyampaikan kesimpulan dari apa yang baru saja
disampaikan sambil menghormati penonton, dan mohon pamit, serta
ditutup dengan pantun pantun penutup.
Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan dan dilakukan sebagai suatu
syarat agar para calon pemain madihin memiliki keterampilan yang
memadai dan mengarah kepada pemain professional, yaitu:
1. Persiapan basic: maksudnya adalah menciptakan naskah syair atau
pantun madihin yang terstruktur (desain). Dahulu pemain madihin tidak
menulis desain (rencana) materi madihin, tetapi ia belajar dari seorang
pemadihinan dengan cara menghapalkannya dari guru satu ke guru
lainnya. Bagi calon pemain madihin sekarang, karena lebih mudah
menghapal yang tetulis, maka desain (rencana) madihin terstruktur
diciptakan dengan mudah sesuai dengan tema yang diinginkan. Materi
tersebut dilatih dengan berulang kali sampai hapal di luar kepala. Untuk
menciptakan naskah madihin, orang bisa membuat ensiklopedi rima
Bahasa Banjar, sehingga akan mudah memilih kata-kata untuk ujung
kalimat yang bersamaan bunyi.
2. Persiapan gaya pengungkapan: Dimaksudkan adalah seorang calon
pemain madihin harus: (1) mempelajari lagu madihin dengan benar, dan
(2) mempelajari birama/pukulan tarbang, yaitu ada pukulan
pembukaan/membunga, pukulan memecah bunga, dan pukulan
menyampaikan isi pesan (menguran), serta pukulan penutup.
19

3. Latihan Struktural: Calon pemain madihin harus melaksanakan


latihan; (1) olah vokal dengan petunjuk pelatih yang ahli dalam
pembinaan vokal, dan (2) olah keterampilan mengahapal bermacam-
macam tema. Apabila berbagai tema sering dilatih, maka selalu akan
muncul inspirasi baru, spontanitas, dan kelancaran pada saat bergelar
atau tampil.
Jadi, ada empat macam keterampilan yang harus dimiliki oleh pemain
madihin, yaitu: (1) keterampilan menciptakan naskah/mengarang syair
atau pantun madihin, (2) keterampilan menghapal naskah madihin, (3)
keterampilan berlagu. Ada dua jenis lagu yang perlu diketahui, yaitu jenis
lagu tradisi dan jenis lagu modern (dangdut), dan (4) keterampilan
memukul tarbang.
Madihin merupakan pergelaran sastra. Rangkaian syair syair dan
pantun menjadi bahan komunikasi dan informasi dapat dimodifikasi pada
isinya, yang dimana madihin memiliki isi yang merupakan papadah
(nasihat) akan dimodifikasi dengan menyisipkan pengetahuan sejarah
Banjar pada bagian isinya dan dibawakan dengan bahasa yang santai agar
mudah diterima di kalangan remaja atau masyarakat pada umumnya.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Sejarah Banjar dapat dikatakan sebagai asal-usul berdirinya Banjarmasin,
dengan perjuangan para pahlawan dalam perebutan kekuasaan dengan
penjajah. Tetapi faktanya banyak generasi muda yang kurang mengetahui
sejarah banjar, mereka hanya tahu sekedar melihat dimedia sosial seperti
Instagram dan Youtube saja, karena kurangnya minat baca generasi muda
dalam membaca buku-buku sejarah Banjar.
Kurangnya minat baca dan ketertarikan generasi muda dengan sejarah
Banjar berdampak pada kurangnya jiwa nasionalisme yang dimiliki generasi
muda sekarang ini. Dari kebanyakan responden yang kami wawancarai,
mereka cukup tertarik untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang sejarah
Banjar, karena menurut mereka siapa lagi yang melestarikan sejarah Banjar
kalau tidak dari remaja-remajanya tersebut.
Dengan kesenian madihin yang merupakan kesenian khas Kalimantan
Selatan, dapat dijadikan media menyampaikan informasi tentang sejarah
Banjar, dengan merubah isi dari Madihin tersebut, kesenian Madihin pada
awalnya berupa nasihat yang dibuat seperti syair atau pantun, untuk
menjadikan kesenian Madihin sebagai media pengajaran sejarah Banjar dapat
dilakukan dengan memodifikasi isi Madihin dengan menyisipkan informasi
tentang sejarah Banjar dan tetap dengan menggunakan bahasa yang santai
agar mudah diterima oleh generasi muda dan masyarkata pada umunya.

5.2 Saran
Penyampaian informasi sejarah Banjar dengan menggunakan media
kesenian madihin dapat dilakukan dengan membagikannya di media media

20
21

sosial seperti Instagram, Youtube atau Facebook, karena pada saat ini bukan
hanya remaja saja yang menggunakan media sosial sebagai alat komunikasi
dan informasi tetapi hampir seluruh kalangan masyarakat menggunakannya.
Jadi, dengan menggunakan media sosial dalam menyampaikan informasi
sejarah Banjar ini diharapkan dapat mampu memudahkan dalam
penyampaiannya.
Selain itu, dalam dunia pendidikan dapat dilakukan dengan menyisipkan
kesenian madihin dengan isi tentang sejarah Banjar pada mata pelajaran
muatan lokal (mata pelajaran tambahan yang ada di Kalimantan Selatan) dan
juga dapat dilakukan pada kegiatan ekstrakurikuler dengan mengajarkan dan
mengenalkan kesenian madihin pada peserta didik. Selain itu, dengan
diselenggarakannya ekstrakurikuler kesenian madihin pada peserta didik
maka dapat ditampilkan pada acara acara yang diadakan sekolah misalkan
pada acara perpisahan, kesenian madihin dapat disisipkan tentang sejarah
Banjar.
DAFTAR PUSTAKA

Anoname, 2009. Sekilas Tentang Seni Tradisi Kalimantan Selatan. Banjarmasin:


UPTD Taman Budaya Provinsi Kalimantan Selatan.

Sahriansyah, 2015, Sejarah Kesultanan dan Budaya Banjar, Banjarmasin:


ANTASARI PRESS)

Sanderta, Bakhtiar dan M. Thaha. 2000. Pantun Madihin Lamut. Banjarmasin:


Dinas Pendidikan Kebudayaan TK I Kalimantan Selatan dan Dewan
Kesenian Kalimantan Selatan.

v
LAMPIRAN I

Pertanyaan Wawancara:
1. Apa anda pernah membaca sejarah banjar?
2. Seberapa sering anda membaca sejarah banjar?
3. Bagaimana sejarah banjar yang anda ketahui?
4. Menurut anda bagaimana minat remaja saat ini dalam mengetahui sejarah
banjar?
5. Bagaimana ketertarikan anda dengan sejarah banjar?
6. Apakah anda tahu dengan kesenian madihin ?
7. Apakah efektif pengajaran sejarah banjar dengan menggunakan kesenian
madihin ? Mengapa ?

vi
FORMULIR PENDAFTARAN
LOMBA KARYA TULIS ILMIAH NASIONAL
ASOSIASI PENDIDIK DAN PENELITI SEJARAH (APPS) DIY
2017
I.
Nama Ketua Tim : Desi Arianti
TTL : Handil Buluan, 23 Agustus 1996
Alamat / Kode Pos : Jalan Martapura Lama Km 11,5 RT 2 Desa
Gudang Hirang, Sungai Tabuk,
Kalimantan Selatan/70653
NIM / Angkatan : A1B214072 / 2014
Jurusan : Pendidikan Bahasa Inggris
Fakultas : FKIP
Nama Perguruan Tinggi : Universitas Lambung Mangkurat
Telepon / Hp : 081254443753
Email : desiariantiii@gmail.com
JudulArtikel / Naskah : Meningkatkan Nasionalisme dan Pengetahuan
Sejarah Banjar
dengan Kesenian Madihin

II.
Nama Anggota I : Noviyanti Amelinda
TTL : Banjar, 14 Nopember 1995
Alamat / Kode Pos : Jalan A. Yani KM 14,5 Gang Papadaan
RT 19 Kecamatan Gambut ,
Kalimantan Selatan/70652
NIM / Angkatan : A1E314698
Jurusan : PGSD
Fakultas : FKIP
Nama Perguruan Tinggi : Universitas Lambung Mangkurat
Telepon / Hp : 085249824567
Email : noviyantiamlnda@gmail.com

Banjarmasin, 30 Juli 2017


Ketua Tim

Desi Arianti
NIM. A1B214072

Anda mungkin juga menyukai