Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN HASIL KUNJUNGAN

MENELAAH KHAZANAH KEBUDAYAAN DAN SEJARAH DI MUSEUM


ADITYAWARMAN PADANG

DISUSUN
Oleh:
Kelompok 1
Nama Kelompok : 1. M Reynaldi
2. M Al- Fatjeri
3. Nur Tahtiani
Kelas : XII IPA 2
Guru Pembimbing : 1. Priyanto,M.Pd.
2. H.M. Andriyansyah,S.Pd.I.

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI SUMATERA SELATAN


SMA NEGERI 12 PALEMBANG
TAHUN PELAJARAN 2018/2019

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan hasil kunjungan dengan judul Menelaah Khazanah Budaya dan Sejarah
di Museum Adityawarman kota Padang telah disahkan pada:
hari : Senin
tanggal : 28 Januari 2019

Oleh,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Priyanto, M.Pd. H.M. Andriansyah, S.Pd.I.


NIP 196605081994121002

Mengesahkan,
Kepala SMA Negeri 12 Palembang

Dr. H. Suhuri, M. Pd.


NIP 196308301989031008

ii
HALAMAN MOTTO

“Tetaplah bersyukur dan bersabar dengan selalu ingat Tuhan setiap waktu.
Utamakan kesabaran jika menghadapi masalah.”

“Belajar dari kemarin, hidup untuk hari ini, berharap untuk hari besok. Dan yang
terpenting adalah jangan sampai berhenti bertanya.”

“Semua impian kita bisa terwujud jika kita memiliki keberanian untuk
mengejanya.”

“Lebih baik merasakan sulitnya pendidikan saat ini daripada rasa pahitnya
kebodohan kelak.”

iii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Laporan ini penulis persembahan kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan penulis kemudahan


untuk menyelesaikan laporan ini,
2. Kedua orang tua penulis yang telah membesarkan serta memberikan
doa dan dukungan kepada penulis,
3. Keluarga-keluarga penulis yang selalu memberikan penulis semangat

setiap hari,
4. Bapak Dr. H. Suhuri, M.Pd. selaku kepala SMA Negeri 12 Palembang
5. Guru-guru SMA Negeri 12 Palembang
6. Bapak Priyanto, M.Pd. selaku Guru Pembimbing 1
7. Bapak HM. Andriyansyah, S. Pdi. selaku Guru Pembimbing 2,
8. Teman-teman yang memberikan dorongan semangat serta membantu
penulis dalam proses pembuatan laporan ini.

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya karena
penulis dapat menyelesaikan laporan wisata pendidikan ke Museum
Adityawarman kota Padang.
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Priyanto, M.Pd.
selaku pembimbing 1 , Bapak HM. Andriyansyah, S. Pd.I. selaku pembimbing ,
dan kepada pihak yang telah berkontribusi dalam membantu penulis
menyelesaikan laporan ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari bahwa terdapat banyak
kekurangan dari laporan ini baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu, penulis sangat membutuhkan kritik dan saran dari
pembaca agar penulis dapat memperbaikki kesalahan yang telah penulis buat
sehingga penulis dapat lebih baik lagi membuat laporan di kemudian hari.
Harapan penulis semoga laporan ini dapat menjadi pembanding yang baik
dan benar pada depan serta dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca.

Palembang, 21 Januari 2019

Penulis,

v
DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................................i
Halaman Pengesahan............................................................................................ii
Halaman
Motto.......................................................................................................iii
Halaman Persembahan.........................................................................................iv
Kata Pengantar......................................................................................................v
Daftar Isi................................................................................................................vi
Abstrak..................................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Dasar Penulisan...................................................................................2
1.3 Tujuan Kunjungan................................................................................2
1.4 Manfaat Kunjungan..............................................................................2

BAB II HASIL KUNJUNGAN MENELAAH KHAZANAH KEBUDAYAAN DAN


SEJARAH DI MUSEUM ADITYAWARMAN PADANG
2.1 Sejarah Singkat Museum Adityawarman..............................................3
2.2 Visi/Misi................................................................................................4
2.3 Pelaksanaan Kegiatan..........................................................................4
2.4 Hasil Kunjungan...................................................................................5

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan.........................................................................................11
3.2 Saran..................................................................................................11

Lampiran..............................................................................................................12
Daftar Pustaka.....................................................................................................16

vi
ABSTRAK
Museum adalah institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan
sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi,
meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan benda nyata
kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan. Karena
itu ia bisa menjadi bahan studi oleh kalangan akademis, dokumentasi kekhasan
masyarakat tertentu, ataupun dokumentasi dan pemikiran imajinatif pada masa
depan. Seperti Museum Adityawarman yang merupakan museum terbesar di
kota Padang yang memiliki koleksi sekitar 6.000 dengan 10 macam jenis koleksi
berupa Geologika/geografika, Biologika, Etnografika, Arkeologika, Historika,
Numismatika/Heraldika, Filologika, Keramologika, Seni Rupa, dan Teknalogika.
Museum ini diresmikan pada 16 Maret 1977 oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Prof. Dr. Syarif Thayeb di jalan Diponegoro No.
10 Padang. Keberadaan museum di tengah-tengah masyarakat Padang perlu
mendapat perhatian dari berbagai kalangan, karena koleksi museum adalah
titipan kepercayaan masyarakat yang dikelola sesuai keinginan dan kebutuhan
masyarakat. Oleh karena itu museum dalam pengemasan informasi sangat
membutuhkan peran serta berbagai pihak instansi terkait, tokoh adat,
budayawan, media cetak, maupun elektronik dalam rangka mengembangkan
daerah guna mendorong pembangunan daerah Padang.

Kata kunci: Museum Padang, Adityawarman, Sejarah

vii
viii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Museum adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan,
pengamatan dan pemanfaatan benda-benda bukti materi hasil budaya
manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan
dan pelestarian kekayaan budaya bangsa untuk melayani kebutuhan publik,
dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian, merawat,
mengkonservasi, meriset, mengkomunikasikan, dan memamerkan benda
nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan pendidikan. Museum
berkembang seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan manusia yang
semakin membutuhkan bukti-bukti otentik mengenai cataan sejarah
kebudayaan.
Namun seiring berkembangnya zaman, museum telah menjadi tempat
yang kurang diminati oleh pelajar maupun masyarakat untuk berkunjung, di
karenakan kurang menariknya museum dan kurangnya minat serta
kesadaran masyarakat akan pentingnya sejarah dan prasejarah Indonesia.
Dalam hal ini, pemerintah seharusnya melakukan sesuatu agar menarik
minat pengunjung dan juga pihak pengurus museum dapat membuat sesuatu
yang menarik di area sekitar museum dan didalam mesum seperti, dengan
adanya taman mini di area sekitar museum, penambahan lampu warna warni
untuk dipasang di ruangan museum, agar terlihat lebih indah dan lain
sebagainya. Sebagai masyarakat seharusnya sadar betapa penting museum
bagi kita, tanpa adanya museum mungkin kita tidak tahu seperti apa
kehidupan pada masa lampau.
Kurang menariknya museum, masih terdapata banyak sekali makna
sejarah yang baik untuk dipelajari dan baik untuk dikenang sepanjang masa.
Oleh karena itu, kami mengunjungi salah satu museum di Padang, untuk
menambah wawasan kami tentang sejarah dan prasejarah manusia dan
lingkungan alam serta kebudayaan di kota Padang. Di sana banyak benda
bersejarah yang dapat menambah ilmu pengetahuan, dan budaya-budaya
Padang yang sangat khas seperti ritual adat dalam pernikahan, dan
kematian.

1
1.2 Dasar Penulisan
Laporan ini ditulis berdasarkan program pembelajaran yang telah
dilaksanakn oleh SMA Negeri 12 Palembang, sebagai bentuk penambahan
wawasan ilmu pengetahuan di luar lingkungan sekolah, dan jutga sebagai
pemenuhan tugas Bahasa Indonesia

1.3 Tujuan Kunjungan


Kunjungan ini memiliki tujuan sebagai berikut.
1. Untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya museum,
2. Sebagai pemenuhan tugas Bahasa Indonesia,
3. Untuk memperkenalkan objek-objek yang ada di Museum
Adityawarman,
4. Untuk memperbanyak ilmu pengetahuan,
5. Untuk memperkenalkan kebudayaan Padang,
6. Sebagai bentuk rasa cinta terhadap sejarah masa lampau.
.
1.4 Manfaat Kegiatan Kunjungan
Kunjungan ini memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Menambah wawasan mengenai budaya Minang,
2. Menambah ilmu pengetahuan tentang sejarah masa lampau,
3. Lebih mengenal sejarah dan prasejarah kehidupan manusia dan
lingkungan alam,
4. Menambah rasa cinta terhadapsejarah dan budaya Indonesia.

2
BAB II
HASIL KUNJUNGAN MENELAAH KHAZANAH KEBUDAYAAN DAN SEJARAH
DI MUSEUM ADITYAWARMAN PADANG

2.1 Sejarah Singkat Museum Adityawarman


Museum Adityawarman berlokasi di Jalan Diponegoro No 10 Padang,
diresmikan 16 Maret 1977 oleh Mendikbud Prof. DR. Syarif Thayeb. Berdasarkan
SK. Mendikbud RI Nomor 01/1991 tanggal 9 Januari 1991, Museum ini diberi
nama Adityawarman. Hal tersebut untuk mengingat jasa seorang raja
Minangkabau di abad XIV Masehi. Tentang kebesarannya dapat kita ketahui
melalui peninggalannya berupa prasasti yang terdapat di Saruaso, Lima Kaum,
Pagaruyung dsb, serta arca Bhairawa (sekarang berada di Museum Nasional-
Jakarta) dan candi Padang Rocok didaerah Sijunjung.Sesuai dengan SK. Pemda
Tingkat II Padang No. 3071/SDTK/XVIII-74 tanggal 8 Agustus 1974. Museum ini
berlokasi di komplek Lapangan Tugu Jl. Diponegoro Padang.
Dibangun di atas tanah seluas 2,5 Ha ditumbuhi 100 jenis tanaman
berupa pohon pelindung, tanaman hias dan apotek hidup.
Lokasi ini dulunya dikenal dengan Taman Melati, sebuah taman tempat bermain
warga kota Padang. Pada zaman penjajahan Belanda di lokasi ini berdiri Tugu
Micheils yang pada masa penjajahan jepang menurut ceritanya, tugu ini
diruntuhkan, dan besi-besinya dibawa ke negeri Jepang
Museum sebagai lembaga pelestarian warisan budaya melaksanakan kegiatan
penerbitan,Seminar, Pagelaran/lomba, Survei pengadaan koleksi, supervisi
museum lokal, Museum Masuk Sekolah, Penyuluhan Informasi Budaya dll.
Status Museum Adiyawarman
Semenjak UU. No. 22 Tahun 1999, museum kewenangannya pada
Pemda Propinsi Sumatera Barat. Berdasarkan Sk. Gubernur No. 22 Tahun 2001
tanggal 1 Oktober 2001 museum merupakan salah satu UPTD dari Dinas
Pariwisata Seni dan Budaya Propinsi Sumatera Barat. Kemudian pada tahun
2009 nama Museum Adityawarman diperbaharui menjadi UPTD Museum Nagari
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Barat sesuai dengan
Peraturan Gubernur No.59 tahun 2009. Pada tahun 2014 dikeluarkan Pergub
baru no 85 tahun 2014 Museum berada dibawah naungan Dianas Pendidikan
dan Kebudayaan dan menjadi salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
dengan nama UPTD Museum Adityawarman.

3
2.2 Visi/Misi

Visi : Mewujudkan Museum Nagari sebagai salah satu objek


wisata sejarah dan budaya,edukatif,rekreatif serta
atraktif bagi semua lapisan masyarakat.

Misi : - Mengaplikasikan peran museum sebagai pelestarian benda-


benda peninggalan sejarah dan budaya Sumatera barat.
- Mengkomunikasikan koleksi sebagai bukti sejarah budaya
Minangkabau (Sumatera Barat).
- Menyelenggarakankegiatan edukatif dan rekreatif yang atraktir
- Memberikan pengalaman menyenangkan bagi pengunjung
- Memberikan pengalaman prima bagi pengunjung

2.3 Pelaksanaan Kegiatan


Wisata pendidikan ke Padang SMA Negeri 12 Palembang telah
dilaksanakan pada hari Selasa s.d. Sabtu tanggal 27 November s.d. 1 Desember
2018. Kegiatan kunjungan itu dilakukan di Museum Adityawarman kota Padang
pada hari Rabu tanggal 28 November 2018 pukul 12.00 s.d. 14.00. Selama di
museum kami diberi kesempatan untuk mengambil foto benda-benda yang ada
di museum sebagai data untuk melengkapi laporan kunjungan. Setelah itu kami
mendapat pengarahan dari pemandu museum, yang menjelaskan secara rinci
apa saja yang ada di dalam museum tersebut, Seperti penjelasan tentang adat
istiadat kebudayaan Minangkabau.

4
2.4 Hasil kegiatan kunjungan
Dari hasil kunjungan yang kami peroleh di Museum Adityawarman kota
Padang,kami mengamati beberapa benda-benda peninggalan bersejarah yang
ada di museum tersebut. Di museum tersebut terdapat dua lantai, untuk lantai
pertama museum memamerkan kebudayaan-kebudayaan dari Minangkabau,
dan untuk lantai kedua terdapat benda-benda sejarah dan teknologi. Sebagai
museum umum, Museum Adityawarman mengelola 10 jenis koleksi. Koleksi
museum berjumlah sekitar 6.000 buah.Kami hanya mendapatkan beberapa
informasi berupa koleksi tersebut
Jenis koleksi yang dikelola museum adalah:
1. Geologika, yaitu koleksi yang terdiri dari benda-benda sebagai bukti
sejarah alam dan lingkungan sekitar serta berkaitan dengan disiplin ilmu
geologi.
2. Biologika, yaitu koleksi yang berkaitan dengan alam dan lingkungan
serta berkaitan dengan disiplin ilmu biologi.
3. Etnografika, yaitu benda-benda hasil karya manusia yang cara
pembuatan dan pemakaiannya merupakan identitas atau mempunyai ciri
khas suku bangsa setempat.
4. Arkeologika, yaitu benda-benda yang merupakan bukti hasil peninggalan
masa prasejarah, Hindu-Buddha dan masuknya Islam.
5. Historika, yaitu benda yang mempunyai nilai sejarah yang pernah
digunakan untuk hal-hal yang berhubungan dengan perlawanan kepada
penjajah.
6. Numismatika atau Heraldika, yaitu koleksi berupa mata uang atau alat
tukar yang sah yang pernah beredar di masyarakat,terdiri dari mata uang
Indonesia dan mata uang asing.Sedangkan Heraldika adalah kumpulan
tanda jasa dan peralatan pemerintahan.
7. Filologika, yaitu kumpulan tulisan atau naskah kuno yang ditulis dengan
tangan atau di atas kulit kayu, bambu, daun lontar dan sebagainya.
8. Keramologika, yaitu benda yang terbuat dari tanah liat, bahan batuan
atau porselin yang dibakar dengan suhu tertentu.Koleksi keramologika
terdiri dari keramik asing yang ditemukan di daerah Sumatera Barat dan
gerabah lokal yang dibuat oleh masyarakat Sumatera Barat

5
9. Seni Rupa, yaitu benda hasil daya cipta, karsa dan rasa manusia yang
diungkapkan secara konkrit dalam bentuk dua atau tiga dimensi yang
memiliki keragaman tema ide konseptualdan media cetak.
10. Teknologika,yaitu peralatan yang dibuat dengan teknologi
tradisional,umumnya berupa peralatan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Lantai atas museum Adityawarman menyajikan ruang lingkup
kebudayaan yang berada di Sumatera Barat,khususnya adat istiadat pernikahan
Minangkabau. Di lantai atas ini disajikan alat-alat pernikahan
Minangkabau,peralatan pernikahan Minangkabau dan tempat perkawinan adat
Minangkabau. Kami akan menjelaskan mengenai adat istiadat pernikahan
Minangkabau sebagai berikut:
Lamaran
Maresek adalah langkah pertama dari proses pra-nikah di Minangkabau;
anggota keluarga calon pengantin wanita akan melamar calon mempelai pria,
yang akhirnya akan menciptakan kesepakatan bersama. Perencanaan dan
pelaksanaan pernikahan umumnya melibatkan sejumlah besar anggota keluarga,
terutama dari sisi mempelai wanita. Ini merupakan adat bagi wanita di
Minangkabau dan keluarganya untuk terlibat dalam sebagian besar rencana
pernikahan, termasuk dalam lamaran pernikahan, sesuai dengan budaya
Minangkabau yang matrilineal. Ayah dari pengantin wanita tidak terlalu memiliki
andil dalam prosesi lamaran pernikahan, karena keputusan merupakan hak
prerogatif dari keluarga ibu mempelai wanita. Keluarga ibu mempelai wanita
melakukan negosiasi dengan keluarga pengantin pria dan memutuskan
persyaratan untuk pernikahan.
Upacara pernikahan
Pernikahan di Minangkabau merupakan bagian penting dari kebudayaan
orang Minangkabau, sejumlah pakaian adat, rumah, dan perlengkapan yang
terkait dengan pernikahan direkonstruksi dan ditampilkan di museum lokal di
Sumatera Barat. Pernikahan itu sendiri biasanya dilakukan dengan berbagai
upacara dan tradisi selama dua minggu. Kostum pernikahannya sangat rumit.
Tata cara pernikahan di Minangkabau juga tidak terlepas dari tradisi Islam.

6
Setelah pernikahan
Setelah menikah, kedua mempelai tidak tinggal di rumah mempelai pria,
tetapi tinggal di rumah ibu mempelai wanita. Sang suami pindah ke rumah
istrinya dengan membawa segala harta miliknya. Namun, sesuai adat
masyarakat, dia boleh tinggal bersama adik perempuannya bahkan setelah
menikah dan mengunjungi rumah istrinya hanya pada malam hari. Karena wanita
mengontrol setiap aspek kehidupan keluarga di kalangan masyarakat
Minangkabau, seorang pria lebih memilih untuk pergi ke luar negara atau ke luar
desa atau kota untuk mencari peluang yang lebih besar demi kemajuan pribadi.
Jika mereka tinggal di rumah, maka mereka dipandang rendah sebagai pria yang
lemah, penurut, dan kurang agresif. Dengan perubahan zaman dan modernisasi,
para pria di Minangkabau punya lebih banyak kesempatan di luar rumah mereka,
dan banyak pria lebih memilih untuk pergi merantau. Hal ini juga dipraktikkan
setelah seorang pria menikah; mereka keluar dari rumah ibu mereka dan secara
simbolis mengunjungi rumah ibu mereka untuk menghormati adat matriarkal
dalam masyarakat mereka. Secara budaya, orang Minangkabau
mempertahankan sistem matrilineal, di mana wanita memiliki hak yang lebih
besar daripada pria dalam hal-hal yang berkaitan dengan harta pusaka atau
warisan, keluarga, dan pengasuhan anak. Harta warisan hanya dibagikan
kepada saudara/anak perempuan.
Sedangkan lantai dasar museum adityawarman terdapat koleksi-koleksi
sejarah masa lampau yang ada di Sumatera Barat. Ruangan lantai dasar ini
berisi tentang khazanah koleksi museum minangkabau.Beberapa jenis koleksi
museum tersebut antara lain sebagai beriku:
1. Pakaian Adat Suku Minangkabau
 Pakaian Bundo Kanduang atau Limpapeh Rumah Nan Gadang Yang
pertama adalah Pakaian Limpapeh Rumah Nan Gadang atau sering pula
disebut pakaian Bundo Kanduang. Pakaian ini merupakan lambang
kebesaran bagi para wanita yang telah menikah. Pakaian tersebut
merupakan simbol dari pentingnya peran seorang ibu dalam sebuah
keluarga. Limapeh sendiri artinya adalah tiang tengah dari bangunan
rumah adat Sumatera Barat. Peran limapeh dalam mengokohtegakan
bangunan adalah analogi dari peran ibu dalam sebuah keluarga. Jika
limapeh rubuh, maka rumah atau suatu bangunan juga akan rubuh,
begitupun jika seorang ibu atau wanita tidak pandai mengatur rumah

7
tangga, maka keluarganya juga tak akan bertahan lama. Secara umum,
pakaian adat Bundo Kanduang atau Limpapeh Rumah Nan Gadang
memiliki desain yang berbeda-beda dari setiap nagari atau sub suku.
Akan tetapi, beberapa kelengkapan khusus yang pasti ada dalam jenis-
jenis pakaian tersebut. Perlengkapan ini antara lain tingkuluak
(tengkuluk), baju batabue, minsie, lambak atau sarung, salempang,
dukuah (kalung), galang (gelang), dan beberapa aksesoris lainnya.
 Baju Tradisional Pria Minangkabau Pakaian adat Sumatera Barat untuk
para pria bernama pakaian penghulu. Sesuai namanya, pakaian ini hanya
digunakan oleh tetua adat atau orang tertentu, dimana dalam cara
pemakaiannya pun di atur sedemikian rupa oleh hukum adat. Pakaian ini
terdiri atas beberapa kelengkapan yang di antaranya Deta, baju hitam,
sarawa, sesamping, cawek, sandang, keris, dan tungkek.
 Pakaian Adat Pengantin Padang Selain baju bundo kanduang dan baju
penghulu, ada pula jenis pakaian adat Sumatera Barat lainnya yang
umum dikenakan oleh para pengantin dalam upacara pernikahan.
Pakaian pengantin ini lazimnya berwarna merah dengan tutup kepala dan
hiasan yang lebih banyak. Hingga kini, pakaian tersebut masih kerap
digunakan tapi tentunya dengan sedikit tambahan modernisasi dengan
gaya atau desain yang lebih unik.
2. Rumah Adat Suku Minang Kabau
Rumah Gadang adalah rumah adat suku Minangkabau yang juga
memiliki sebutan lain seperti rumah Godang, rumah Bagonjong, dan rumah
Baanjuang. Rumah adat ini merupakan rumah model panggung yang
berukuran besar dengan bentuk persegi panjang. Sama seperti rumah adat
Indonesia lainnya, rumah gadang juga dibuat dari material yang berasal dari
alam. Tiang penyangga, dinding, dan lantai terbuat dari papan kayu dan
bambu, sementara atapnya yang berbentuk seperti tanduk kerbau terbuat
dari ijuk. Meski terbuat dari hampir 100% bahan alam, arsitektur rumah
gadang tetaplah memiliki desain yang kuat.
Rumah ini memiliki desain tahan gempa sesuai dengan kondisi geografis
Sumatera Barat yang memang terletak di daerah rawan gempa. Desain tahan
gempa pada rumah gadang salah satunya ditemukan pada tiangnya yang
tidak menancap ke tanah. Tiang rumah adat Sumatera barat ini justru
menumpang atau bertumpu pada batu-batu datar di atas tanah. Dengan

8
desain ini, getaran tidak akan mengakibatkan rumah rubuh saat terjadi
gempa berskala besar sekalipun. Selain itu, setiap pertemuan antara tiang
dan kaso besar pada rumah adat ini tidak disatukan menggunakan paku,
melainkan menggunakan pasak yang terbuat dari kayu. Dengan sistem
sambungan ini, rumah gadang akan dapat bergerak secara fleksibel meski
diguncang dengan getaran gempa yang kuat.
3. Alat Musik Khas Suku Minangkabau
 Talempong Salah satu alat musik tradisional minangkabau adalah
talempong. Alat musik pukul ini terbuat dari kuningan, berbentuk bulat
dengan bagian bawah berlubang dan pada bagian atasnya ada sedikit
tonjolan. Talempong sering digunakan sebagai alat musik untuk
mengiringi berbagai kesenian tradisional minangkabau seperti tarian atau
musik.
 Saluang termasuk alat musik tiup. Alat musik tradisional minangkabau ini
terbuang dari ‘talang’ yang merupakan sejenis bambu tapi lebih tipis.
Talang dengan ukuran yang lebih besar juga digunakan sebagai wadah
untuk memasak makanan khas minangkabau yaitu Lamang. Alat musik
tradsiional minangkabau yang satu ini memiliki panjang 40-60 sentimeter
dengan 4 buah lubang dengan diameter masing-masing lubang 3-4
sentimeter. Untuk memainkan Saluang tidaklah mudah, dibutuhkan teknik
khusus yang dinamakan dengan ‘manyisiahan angok’ (menyisakan
nafas). Dengan teknik ini pemain saluang bisa meniup saluang dari awal
sampai akhir lagu tanpa nafas yang terputus.
 Rabab adalah alat musik tradisional minangkabau yang mirip dengan
biola. Dikatakan mirip karena dari segi bentuk memang hampir sama dan
cara memainkannya pun sama yaitu dengan digesek. Rabab selain
menjadi alat musik juga menjadi kesenian tersendiri. Kesenian rabab
biasanya berbentuk cerita atau dendang dengan diiringi alat musik rabab
tadi. Dua aliran rabab yang cukup terkenal adalah Rabab Pasisia dan
Rabab Pariaman.
 Pupuik Batang Padi, Seperti namanya alat musik tiup ini memang terbuat
dari batang padi. Pada bagian ujung tempat tiupan biasanya dipecah
sedikit sehingga menimbulkan celah, jika ditiup celah ini akan
mengelurkan bunyi. Biasanya pupuik batang padi ditambah dengan lilitan
daun kelapa pada ujungnya.

9
 Bansi adalah salah satu alat musik tiup tradisional minangkabau. Bansi
memiliki 7 lubang, mirip dengan rekorder, bentuknya pendek, biasanya
berukuran 33-36 sentimeter.
 Pupuik Tanduak, Alat musik tradisional minangkabau yang satu ini cukup
unik karena dibuat dari bekas tanduk kerbau. Meskipun termasuk alat
musik tapi pupuik tanduak sangat jarang dimainkan sebagai pengiring
musik, fungsinya lebih kepada alat pemanggil atau pemberitahu jika ada
pengumuman dari pemuka adat.
 Sarunai, Konon kata Sarunai berasal dari kata Shehnai yaitu alat musik
yang berasal dari India. Sarunai terbuat dari dua potong bambu yang
tidak sama besar, potongan yang kecil dapat masuk ke potongan yang
lebih besar, dengan fungsi sebagai penghasil nada
 Tambua Tasa adalah alat musik pukul yang sampai saat ini masih sering
digunakan, terutama pada saat acara adat. Alat musik ini terdiri dari dua
alat yaitu Gandang Tambua dan Gandang Tasa. Gandang Tambua
berbentuk tabung dengan bahan kayu dengan dua permukaan kulit.
Gandang Tambua dimainkan dengan cara disandang pada salah satu
bahu oleh pemain dalam posisi berdiri dengan menggunakan dua buah
kayu sebagai pemukul. Sedangkan Gandang Tasa lebih mirip setengah
bola yang hanya memiliki satu sisi kulit (single headed drum). Kayu untuk
memukul Gandang Tasa biasanya lebih ramping, lentur dan berukuran
lebih panjang.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Museum Adityawarman adalah museum budaya provinsi Sumatera Barat
yang terletak di Kota Padang. Museum ini diresmikan pada 16 Maret 1977
mengambil nama besar salah seorang raja Malayapura pada abad ke-14,
Adityawarman yang sezaman dengan Kerajaan Majapahit. Museum ini memiliki
julukan Taman Mini ala Sumatera Barat. Konstruksi museum dikerjakan pada
1974. Bangunan museum berada di areal lebih kurang 2,6 hektare dengan luas
bangunan sekitar 2.854,8 meter persegi. Peresmian museum ditandai oleh
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Prof. Dr. Syarif Thayeb.
Museum ini memiliki koleksi sekitar 6.000 buah dan 10 jenis koleksi yang dikelola
seperti: Arkeologika, Geologika, Biologika, Historika, Numismatika dan Heraldika,
Keramologika, Filologika, Etnografika, Seni rupa dan Teknologi. Museum ini
melakukan revitalisasi pada tata gedung pameran dengan meningkatkan
tampilan pameran sehingga menjadi lebih menarik dalam tata
penyajiannya.Tatanan tersebut terdiri dari dua lantai, yaitu lantai atas dan lantai
dasar. Lantai atas menyajikan mengenai adat istiadat pernikahan minangkabau
dan juga peralatan pernikahan dalam tradisi minangkabau. Sedangkan lantai dua
museum ini menyajikan tentang koleksi sejarah, seperti pakaian adat
minangkabau, alat musik minangkabau, dan rumah- ruamh adat minangkabau
atau yang sering dikenal dengan rumah gadang

3.2 Saran
Museum Adityawarman Padang menawarkan berbagai macam
koleksi dari mulai keadaan alam terdahulu, sejarah kehidupan manusia di masa
lampau, peninggalan-peninggalan benda sejarah di Sumatera Barat, serta
kebudayaan Minangkabau yang akan membuat kita menjdi tahu agar menambah
banyak ilmu. Museum ini sangat bagus jika dijadikan sebagai tempat berekreasi
bersama keluarga karena disini kita akan melihat benda-benda peninggalan
zaman dahulu dan kebudayaan-kebudayaan dari Minangkabau. Harga masuk
museum yang relatif murah. Bagi kalian yang ingin liburan yang berwawasan dan
murah meriah, Museum Adityawarman adalah tempatnya.

11
LAMPIRAN

Perhiasan minangkabau Fosil hewan di Sumatera Barat

Pakaian adat laki-laki minang Pakaian adat wanita minang

Hiasan kepala laki-laki minang Fosil Tengkorak yang ada di Padang

12
Ukiran Sumatera Barat Alat Pertukangan suku Minang

Keris Suku Minang

Rumah adat Minangkabau

Mangkuk pernikahan Suku Minang Alat Musik Sumatera Barat

13
Hiasan kepala wanita Minang Teknologi Robot Listrik

Alat memahat suku Minang Harimau dan Beruang Madu

Teko dan Cerek yang ada di Minang Alat Penggiling padi

14
Burung burung di Sumatera Barat

Alat-alat Pertukangan

15
DAFTAR PUSTAKA

https://alkanden.blogspot.com/p/pengertianmuseum,13 Januari 2019


https://elizato.com/contoh-katapengantar,14 Januari 2019
https://hidupsimpel.com/contoh-abstrak,15 Januari 2019
https://id.wikipedia.org/wiki/MuseumAdityawarman, 20 Januari 2019

16

Anda mungkin juga menyukai