PENDAHULUAN
ini berupa limbah padat, cair dan gas. Apabila permasalahan limbah ini tidak
lingkungan yang akan berdampak pula pada manusia dan makhluk hidup lainnya .
Tahun 2020 terdata jumlah hotel yang ada di Kota bandung sebanyak
336 buah dengan kelas hotel bintang 1 hingga bintang 5, jumlah ini meningkat
sebesar
Jumlah ini selalu meningkat setiap tahunnya seiring dengan peningkatan jumlah
wisatawan yang berkunjung ke Bandung. Data PROPER tahun 2020, hotel bintang
5 yang ada di Kota Badung rata-rata menghasilkan air limbah sebesar 364,4
3
m /hari dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) sebesar 2,3 kg/hari
1
1
Pollution Control Evaluation and Rating). Sampai dengan tahun 2020, jumlah
hotel yang telah mengikuti PROPER sebanyak 28 buah, atau 21% dari total
keseluruhan hotel bintang 4 dan 5 yang ada di Kota Bandung. Berdasarkan hasil
Masih banyak hotel yang belum mengikuti PROPER yaitu sekitar 79%,
namun ini tidak berarti bahwa kinerja pengelolaan limbah hotel tersebut tidak
baik. Hotel yang telah mengikuti PROPER masih terdapat pelanggaran, lalu
bagaimana dengan hotel yang tidak ikut PROPER. Penelitian ini diharapkan dapat
hotel dalam menjaga kelestarian lingkungan. Oleh karena itu penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui kinerja pengelolaan limbah hotel, baik yang ikut
ini adalah bagaimanakah kinerja pengelolaan limbah oleh hotel peserta PROPER
sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Limbah juga merupakan suatu bahan yang
tidak berarti dan tidak berharga, limbah bisa berarti sesuatu yang tidak berguna
yang tidak berguna dan jika dibiarkan terlalu lama maka akan menyebabkan
kegiatan baik industri maupun non-industri dapat menimbulkan gas yang berbau
busuk misalnya H2S dan ammonia akibat dari proses penguraian material-material
organik yang terkandung didalamnya. Selain itu, limbah dapat juga mengandung
zat energi, dan atau komponen lain kedalam lingkungan, atau berubahnya tatanan
lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas
menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. Zat
4
atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran disebut polutan. Suatu zat
pada waktu yang tidak tepat, dan 3) berada pada tempat yang tidak tepat. Sifat
polutan antara lain: 1) merusak untuk sementara, tetapi bila telah bereaksi dengan
zat lingkungan tidak merusak lagi, dan 2) merusak dalam jangka waktu lama
seperti Pb tidak merusak bila konsentrasinya rendah, akan tetapi dalam jangka
waktu yang lama, dapat terakumulasi dalam tubuh sampai tingkat yang merusak.
1) limbah cair;
2) limbah padat;
Limbah cair atau air limbah adalah air yang tidak terpakai lagi, yang
sumber asalnya, air limbah mempunyai komposisi yang sangat bervariasi dari
setiap tempat dan setiap saat, tetapi secara garis besar zat yang terdapat didalam
Gambar 2.1
Komposisi Air Limbah Domestik
(Effendi, 2003)
Berdasarkan Gambar 2.1, air limbah secara umum terdiri dari 99,9%
komponen air dan 0,1% bahan padatan. Bahan padatan itu sendiri 70% berupa
bahan organik dan 30% berupa bahan anorganik. Buangan dapur dan kamar
bermacam-macam lemak, pestisida, segala sesuatu yang keluar dari bak dapur
misalnya susu masam, potongan sayuran, ampas teh, tanah (berasal dari
Air tercemar dapat dilihat dengan mudah, misalnya dari kekeruhan, karena
umumnya orang berpendapat bahwa air murni atau bersih itu jernih dan tidak
keruh, atau dari warnanya yang transparan dan tembus cahaya, atau dari baunya
yang menyengat hidung, atau menimbulkan gatal-gatal pada kulit dan ada juga
yang dapat merasakan dengan lidah, seperti rasa asam dan getir. Air tercemar juga
dapat diketahui dari matinya atau terganggunya organisme perairan, baik ikan,
tanaman dan hewan-hewan yang berhubungan dengan air tersebut. Dengan
(Herlambang, 2006).
perairan tersebut. Untuk mengetahui lebih mendalam tentang air limbah, perlu
diketahui mengenai kandungan yang ada didalam air limbah serta sifat-sifatnya
sumberdaya alam, oleh karena itu pencemaran haruslah merupakan suatu masalah
yang mau tidak mau harus dicegah, ditanggulangi dan dikendalikan. Pengendalian
ditimbulkan oleh limbah sekecil mungkin. Pencemaran air tidak dapat ditiadakan,
namun dapat dikurangi dengan cara pengolahan sehingga bebannya yang masuk
limbah cair.
adalah sampah sejenis sampah rumah tangga, yaitu terdiri dari sampah organik
(sisa makanan), plastik, kertas, logam, kaca, kayu, karet, kain dan sebagainya.
baru dalam UU No. 18 Tahun 2008 memandang sampah sebagai sumber daya
yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya untuk energi
Secara umum, dampak yang ditimbulkan oleh sampah dapat membawa efek
langsung dan tidak langsung. Efek langsung merupakan akibat yang disebabkan
sampah yang teratogenik dan lainnya. Selain itu, ada pula sampah yang
dapat berasal dari sampah rumah tangga selain sampah industri (Slamet, 1996
biasanya terjadi secara aerobik, dilanjutkan secara fakultatif dan secara anaerobik
apabila oksigen telah habis. Dekomposisi anaerob akan menghasilkan cairan yang
disebut leachate beserta gas. Leachate atau lindi adalah cairan yang mengandung
zat padat tersuspensi yang sangat halus dan hasil penguraian mikroba. Tergantung
dari kualitas sampah, maka leachate bisa pula didapat mikroba pathogen, logam
berat dan zat yang berbahaya. Mengalirnya lindi akan berdampak terhadap
kesehatan masyarakat, karena tercemarnya air sungai, air tanah, tanah dan udara
(Wardi, 2011).
Adapun strategi pola pengelolaan yang dapat diterapkan dilihat Berdasarkan
1. Pengomposan
pengomposan sampah akan memiliki nilai yang positip dari segi kegunaan
TPA.
Gas adalah uap yang dihasilkan dari zat padat atau zat cair karena
dipanaskan atau menguap sendiri, contohnya: CO2, CO, SOx, NOx. Partikel,
adalah suatu bentuk pencemaran udara yang berasal dari zarah¬zarah kecil yang
terdispersi ke udara, baik berupa padatan, cairan, maupun padatan dan cairan
secara bersama-sama, contohnya: debu, asap, kabut, dan lain-lain (Fardiaz, 1992).
2.2.4 Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Tahun 2009, adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3,
yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun
dan makhluk hidup lainnya. Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan
baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa
kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas yang memerlukan penanganan dan
pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu
atau lebih karakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif,
beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji
a. limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi kimia dapat
menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat
merusak lingkungan;
b. limbah mudah terbakar limbah yang bila berdekatan dengan api, percikan api,
gesekan atau sumber nyala lain akan mudah menyala atau terbakar dan bila
melepaskan atau menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak
penyakit atau limbah yang mengandung kuman penyakit, seperti bagian tubuh
manusia yang diamputasi dan cairan tubuh manusia yang terkena infeksi;
f. limbah yang bersifat korosif adalah limbah yang menyebabkan iritasi pada
kulit atau mengkorosikan baja, yaitu memiliki pH sama atau kurang dari 2,0
untuk limbah yang bersifat asam dan lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat
basa.
1. minimasi limbah;
Berbagai jenis limbah industri B3 yang tidak memenuhi baku mutu yang
orang, badan usaha maupun organisasi kemasyarakatan dijaga dan dilindungi oleh
untuk menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman serta jasa penunjang
lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial”. Menurut Keputusan ini pula,
penginapan atau losmen tidak termasuk dalam pengertian hotel. Penginapan atau
losmen adalah suatu usaha komersial yang menggunakan seluruh atau sebagian
dari suatu bangunan yang khusus disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh
pelayanan sewa kamar untuk menginap. Dengan demikian bedanya dengan hotel
penggolongan hotel ditandai dengan bintang, yang disusun mulai dari hotel
berbintang satu (1) sampai dengan yang tertinggi dengan bintang lima (5).
dalam aktivitasnya hotel menghasilkan berbagai limbah padat, cair dan gas.
Karena aktivitas yang ada di hotel relatif sama seperti layaknya pemukiman, maka
sumber limbah yang ada juga relatif sama seperti pada pemukiman dan fasilitas
tambahan lainnya yang ada di hotel. Pada umumnya sumber limbah cair
menghasilkan sampah. Sumber limbah gas/emisi antara lain: genset dan boiler.
Sedangkan sumber limbah B3, dikarenakan sifat limbah ini spesifik sehingga
hanya pada tempat dan kegiatan tertentu yang menghasilkan limbah B3. Pada
publik (jenis limbah B3: lampu bekas, batere bekas, cartridge, dan sebagainya);
2) workshop/engineering (jenis limbah B3: oli bekas, accu bekas, kain majun
terkontaminasi limbah B3, kemasan bekas limbah B3, filter oli dan sebagainya).
Tabel 2.1
Sumber Air Limbah di Hotel
Karakteristik limbah dari perhotelan relatif sama seperti limbah domestik dari
kegiatan hotel lainnya yang tidak ada di permukiman. Sementara jumlah limbah
yang dihasilkan dari perhotelan tergantung dari jumlah kamar yang ada dan
tingkat huniannya. Disamping itu juga dipengaruhi oleh fasilitas tambahan yang
ada di hotel.
berikut:
al., 1988):
Menurut Morimura dan Soufyan (1988), standar pemakaian air untuk hotel
adalah 250-300 liter per orang tamu per hari, dan untuk karyawan adalah 120-150
yang tepat, agar biaya investasi IPAL tersebut murah. Disamping itu, biaya
operasional IPAL nantinya juga harus murah, namun harus dapat memberikan
hasil olahan yang memenuhi baku mutu limbah buangan sesuai dengan baku mutu
Limbah perhotelan yang sudah ditetapkan baku mutunya adalah limbah cair
dan limbah gas (emisi). Baku mutu limbah cair hotel adalah batas maksimum
lingkungan. Baku mutu limbah cair dan gas perhotelan telah ditetapkan dengan
Peraturan Gubernur Bali Nomor 8 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Lingkungan
Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup seperti terlihat pada Tabel
Tabel 2.2
Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel
No Parameter Satuan Kadar Maksimum
Tabel 2.3
Baku Mutu Limbah Emisi Bagi Kegiatan Hotel
No Parameter Satuan Kadar Maksimum
3
1. Nitrogen Dioksida (NO2) mg/m 1.000
3
2. Sulfur Dioksida (SO2) mg/m 800
3. Opasitas % 30
3
4. Partikel mg/m 350
Sumber: BLH Prov. Bali, 2007
2.4 Kinerja Pengelolaan Limbah Hotel
maupun organisasi. Tinggi atau rendahnya kinerja ini dapat dilihat dari kuantitas
dan kualitas pencapaian tugasnya. Kinerja juga merupakan ukuran suatu hasil dari
suatu perbuatan. Terdapat tiga kriteria mengukur kinerja: 1) kuantitas kerja, yaitu
jumlah yang harus dikerjakan; 2) kualitas kerja, yaitu mutu yang dihasilkan; dan
(Gomes, 2000).
sumber dan jenis limbah hotel yang cukup banyak dan bervariasi, serta harus
dan limbah di hotel perlu dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Kinerja
pengelolaan limbah hotel sangat erat kaitannya dengan kualitas produk limbah
yang dihasilkan. Selain pemilihan teknologi yang tepat, sumber daya manusia atau
tenaga kerja yang memahami permasalahan dan pengelolaan limbah hotel menjadi
sangat penting untuk terciptanya kinerja pengelolaan limbah hotel yang baik.
lingkungan.
2.5 PROPER
penilaian terhadap upaya penanggung jawab usaha dan atau kegiatan dalam
secara keseluruhan, yaitu emas, hijau, biru, merah dan hitam. Perusahaan
emas, hijau dan biru mendapatkan insentif reputasi, sedangkan perusahaan yang
tersebut, diharapkan menjadi landasan bagi masyarakat untuk dapat menilai dan
dampak lingkungan.
Dasar penilaian dengan orientasi kepada hasil (result oriented) yang sudah
Bulan Januari 2014 naik sebesar 19,89% dibandingkan dengan Bulan Januari
2013 dan turun sebesar 6,61% dibandingkan dengan bulan Desember 2013 (BPS
Prov. Bali, 2014). Perkembangan pariwisata di Bali ini juga berimbas pada
Jumlah hotel untuk kategori bintang satu hingga bintang lima terbanyak ada di
Kabupaten Badung yaitu 154 buah, diikuti oleh Kota Denpasar sebanyak 26 buah
dampak tersebut dapat berupa dampak positip maupun dampak negatip. Dampak
terhadap kelestarian lingkungan. Hal ini dapat terjadi karena hotel-hotel memiliki
potensi buangan limbah yang cukup besar, apalagi hotel bintang lima yang
memiliki fasilitas sangat lengkap. Limbah yang dihasilkan hotel berupa limbah
cair, yaitu: sisa-sisa buangan hasil kegiatan atau operasional harian dapur, MCK,
laundry, dan kegiatan lainnya; limbah gas berasal dari emisi yang dihasilkan dari
unit boiler dan genset; sedangkan limbah padat yaitu sampah. Selain itu terdapat
pula limbah B3 (fase cair dan padat) yang dihasilkan dari aktivitas hotel. Limbah-
sudah seharusnya setiap manajemen hotel memiliki komitmen yang kuat dalam
Limbah hotel yang terdiri dari: limbah cair/air limbah, emisi, limbah B3 dan
dalam pelaksanaannya tidak selalu sesuai dengan dokumen lingkungan. Hal ini
mewujudkan eco-hotel.
bisa diserahkan tanggung jawab pada satu divisi saja. Hendaknya pihak hotel
baku mutu lingkungan hidup (Pasal 5 ayat (3) Pergub Bali Nomor 8 Tahun 2007).
Oleh karenanya, hotel sebagai polluter wajib mengelola limbah yang dihasilkan
agar limbah yang dibuang ke media lingkungan memenuhi baku mutu lingkungan
yang telah ditetapkan, sehingga kelestarian lingkungan tetap terjaga. Ketentuan ini
sudah diatur dalam UU No. 32 tahun 2009, termasuk didalamnya sanksi yang bisa
apa saja yang harus dilakukan pihak hotel dalam pengelolaan limbah, seperti:
Pembinaan dan penilaian yang dilakukan secara rutin oleh pemerintah melalui
ketentuan hukum pengelolaan lingkungan hidup. Hal ini tergambar dari berbagai
menjadi ajang kompetisi dalam mencapai standar peringkat penilaian yang baik.
Melalui mekanisme PROPER ini, ouput yang dihasilkan hotel yaitu berupa
limbah cair, emisi dan limbah B3 dapat dikendalikan. Kerangka berpikir dapat
Dampa
K
PROPER s o
instrument m
pembi i
peng t
m l r c h a tel p
e a e e ) n (k -
s ua b
n g m a
e p nti
l u a i
s e tas
p i l r u r da k
e n a a a a n
n g s n i t ku
g k i d u ali
e u l e r tas
n a )
l n t i
g n -
o g e n
T
l a r g i
a n k k d
a u Peserta a
h ( i n PROPE k
o l t g R
t i a t
e
e m p n
- - r
l b e - k
T
a n Mel ny e
u h g akuk bu n
n ) e an limbah d
t - n peng hotel a
u d elola (ku l
da i
k M a an
ku G n
e l ling K y
-
m m i kun Terk a
e a a gan ab
n h n ( pen b
g a l - Kin e
i pen b
e m p
m limbah a
l i e n
b lebih b
o n a
1
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) merupakan sarana vital yang harus
dimiliki oleh sebuah hotel. IPAL harus benar-benar mampu beroperasi dengan
baik dan mempunyai hasil olahan yang baik pula sesuai dengan kualitas baku
mutu yang ditetapkan. Air limbah hotel dapat dibuang ke lingkungan apabila
sudah memenuhi nilai standar baku mutu air limbah hotel yang telah diatur dalam
peraturan tersebut telah dijabarkan secara rinci tentang standar baku mutu air
standar baku mutu tersebut, maka idealnya setiap hotel harus melakukan
kemudian hasil pemeriksaan air limbah menunjukkan bahwa air limbah hotel
masih berada diatas standar baku mutu yang dipersyaratkan, maka hotel wajib
bahan organik, maupun bahan toksik berbahaya yang ada pada air limbah tersebut.
Apabila pengolahan air limbah yang ada di hotel mempunyai hasil pengolahan
yang kurang baik akan mengakibatkan pencemaran pada areal hotel dan menjadi
beban pada badan air tempat dimana air limbah tersebut dibuang. Maka dari itu
sudah menjadi kewajiban hotel untuk menjaga kualitas air limbahnya salah
Begitu pula dengan limbah emisi/gas yang dihasilkan dari unit boiler/genset,
periode minimal enam bulan sekali. Untuk kegiatan pengelolaan limbah B3, pihak
hotel wajib mengidentifikasi jenis dan volume limbah B3, serta membuat
B3 tersebut harus diserahkan kepada pihak ketiga yang berizin untuk pengelolaan
lebih lanjut.
Untuk limbah padat/sampah hotel yang terdiri dari sampah organik dan
yang mengolah sampah organiknya sendiri untuk diolah menjadi kompos dan
sampah anorganiknya dikelola oleh pihak ketiga, ada pula hotel yang
ketiga.
air, pengendalian pencemaran udara, dan pengelolaan limbah B3. Saat ini sifat
bisa diikutkan PROPER, antara lain: perusahaan yang memiliki dampak besar
terhadap lingkungan, menghasilkan limbah yang berpotensi mencemari
lingkungan, dan sebagainya. Hotel peserta PROPER pun masih terbatas pada
kewajiban apa saja yang harus dilakukan. Berbeda halnya dengan hotel peserta
belum bisa dikatakan tidak baik, karena pada dasarnya pembinaan dan
secara rutin, namun instrumen lingkungan untuk menilai kinerja tersebut tidak
ada. Pembandingan kinerja pengelolaan limbah hotel peserta PROPER dan non
PROPER untuk melihat bagaimana kinerja hotel dilihat dari kualitas limbah serta
bagaimana hotel mengelola limbah yang dihasilkan khususnya bagi hotel yang
Pengelolaan sampah
Pengelolaan sampah
- mendata jenis dan volume
- tidak mendata jenis dan
sampah yang dihasilkan
- memilah sampah volume sampah yang
- membuat kompos dihasilkan
- tidak memilah sampah
- tidak membuat kompos
Gambar 3.2
Konsep Penelitian
3.3 Hipotesis Penelitian
bahwa kinerja hotel dalam pengelolaan limbah cair, udara, B3 dan sampah, hotel
BAB IV
METODE PENELITIAN
faktor yang dijadikan fokus perhatian bagi kegiatan pengelolaan limbah hotel
data untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui
percakapan atau tanya jawab terhadap informan. Dalam penelitian ini, informan
fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.
2. Observasi
Observasi adalah pengamatan terhadap suatu obyek yang diteliti baik secara
langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan
dalam penelitian (Satori dkk, 2009). Secara langsung maksudnya adalah dengan
langsung terjun ke lapangan serta melibatkan seluruh panca indera. Secara tidak
langsung adalah pengamatan yang dibantu melalui media visual atau audio visual.
Dalam penelitian ini yang menjadi obyek observasi lapangan adalah lokasi yang
3. Dokumentasi
salah satu sumber data primer. Foto-foto tersebut digunakan untuk melihat kondisi
eksisting kegiatan pengelolaan limbah di hotel dan diperlukan dalam proses
analisis.
Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari
narasumber, melainkan sudah dalam bentuk hasil penelitian dari berbagai pihak,
yang dapat berupa dokumen dan laporan ilmiah maupun buku-buku yang dipakai
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Data kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk
Data kualitatif berfungsi untuk mengetahui kualitas dari sebuah obyek yang
a. keterangan dari responden, dalam hal ini adalah staf di Divisi Engineering
2. Data kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Data
kuantitatif berfungsi untuk mengetahui jumlah atau besaran suatu obyek yang
1. Ketersediaan sarana pengolahan air limbah pada hotel dan seluruh air limbah
(TSS) dan parameter kimia (pH, H2S, NO3, NO2, NH3, BOD dan COD).
6. Beban pencemaran air limbah dari parameter fisika (TSS) dan kimia (H2S,
2. pH meter;
3. thermometer;
4. botol sampler;
5. kamera digital.
tersebut, pengelola hotel juga akan mengisi kuisioner tentang tingkat pengetahuan
sebagai berikut.
ketiga).
4. Pengelolaan sampah.
ketiga).
Menurut Sugiyono (2008), analisis data adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
dari analisis deskriptif kualitatif yaitu dari kuisioner yang dibagikan kepada
hotel.
2. Data yang diperoleh dari pengamatan langsung terhadap kegiatan pengelolaan
limbah hotel, disusun dalam bentuk tabel dan dianalisis secara deskriptif.
Udayana. Parameter yang diukur mengacu pada Pergub Bali Nomor 8 Tahun
Tabel 4.2
Parameter Kualitas Air Limbah yang Diukur
No Parameter Satuan Alat Metode
o
1. Suhu (insitu) C Thermometer Pemuaian
2. Zat padat tersuspensi mg/L Gravimetrik Gravimetrik
(TSS)
3. pH (insitu) - pH meter -
4. Sulfida (H2S) mg/L Spektrofotometer Colorimetrik
5. Amonia (NH3) mg/L Tabung Nessler Nessler
6. Nitrat (NO3) mg/L Tabung Nessler Nessler
4. Data beban pencemaran (BP) air limbah yang dihasilkan hotel dapat
kapasitas aliran air limbah (Q) yang mengandung bahan pencemar, seperti
BP = C x Q
3
- Q = kuantitas air limbah, dalam satuan m /hari
Beban pencemaran pada hakikatnya adalah jumlah massa pencemar dalam
badan air pada periode tertentu (Pujiastuti, 2013). Pada air limbah hotel juga
pencemar dan besarnya beban pencemar yang dihasilkan dari aktivitas hotel.
perhitungan berdasarkan beban air limbah hotel, dari parameter fisika (TSS)
dan kimia (sulfida, amonia bebas, nitrat, nitrit, BOD dan COD).
di lapangan. Hal ini bisa dilihat melalui pemenuhan ketentuan teknis dan
b. evaluasi kinerja IPAL, dengan melihat proses pengolahan air limbah serta
Kesimpulan
Gambar 4.2
Tahapan Penelitian