Anda di halaman 1dari 29

PENYUSUNAN DED IPAL KAWASAN BERBAH 201

KABUPATEN SLEMAN - D.I. YOGYAKARTA 6

Standar Operasional Prosedur (SOP) Sambungan Rumah


untuk Pelanggan Sistem Perpipaan

Kegiatan operasional jaringan perpipaan air limbah harus dilakukan sesuai


prosedur dan ketentuan teknis yang sudah ditentukan. Hal tersebut bertujuan agar
proses penyaluran air limbah dari sumber dapat mengalir sampai IPAL. Sistem jaringan
perpipaan ini terdiri dari pipa air limbah, bak kontrol (dilengkapi dengan grease trap),
IC-HC, dan manhole.

-KETENTUAN UMUM-
Ketentuan umum yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :
1. Jaringan sambungan rumah dan pelengkapanya terdiri dari pipa, grease trap, bak
kontrol, dan IC-HC (Inspection Chamber – House Connection).
2. Tutup grease trap, bak kontrol, dan IC-HC harus mudah untuk dibuka-tutup
untuk mempermudah kegiatan pemeliharaan.
3. Air limbah yang diolah merupakan air limbah domestik yaitu yang dihasilkan
dari kegiatan MCK (Mandi, cuci, kakus) dan air bekas mencuci.
4. Setiap warga pelanggan harus mengetahui petunjuk operasional dan
pemeliharaan sambungan rumah da melaksanakan sesuai petunjuk.
5. Dilarang membuang sampah plastik, sampah daun, dan bahan kimia ke
saluran karena dapat menyumbat maupun mengganggu pengolahan di
IPAL.
6. Dilarang menanam pohon di dekat saluran perpipaan karena dapat
merusak pipa.

-OPERASIONAL DAN PEMELIHARAAN-


A. GREASE TRAP
Prinsip kerja grease trap adalah memfilter/menjebak minyak dan lemak yang terbawa
dalam air bekas mencuci dan dapur.

Standar Operasional Prosedur (SOP) 1


PENYUSUNAN DED IPAL KAWASAN BERBAH 201
KABUPATEN SLEMAN - D.I. YOGYAKARTA 6

Cara Pemeliharaan :
Bersihkan grease trap setiap 1 (satu) kali seminggu atau maksimal 2 (dua) minggu
sekali. Pembersihan dilakukan dengan cara :
1. Pastikan tidak ada aktivitas pembuangan air limbah domestik.
2. Ambil lemak-lemak padat yang terapung, kemudian tampung dalam tas plastik.
3. Buanglah air sisa dan jangan ada lemak atau sampah di dalamnya.
4. Bersihkan seperti biasa. Cuci dan sikat permukaan grease trap. Sampah dan
kotoran yang masih melekat masukkan ke dalam tas plastik tadi.Dilarang
menggunakan bahan kimia sebagai bahan pembersih.
5. Bilas permukaan grease trap.
6. Buanglah sampah yang terkumpul dalam tas plastik tadi langsung ke tempat
pembuangan sampah. Grease trap siap digunakan kembali.
7. Dilarang keras membuang langsung sampah dan lemak padat ke
sembarang tempat termasuk ke kloset maupun saluran air (floor drain).

B. BAK KONTROL
Prinsip kerja bak kontrol adalah sebagai tempat “singgah” sementaraair limbah
domestik untuk selanjutnya dialirkan ke IC-HC. Dengan adanya bak kontrol akan
mempermudah kegiatan pemeliharaan jaringan terutama jika terjadi penyumbatan,
sehingga tutup bak kontrol harus mudah untuk dibuka-tutup.
Cara Pemeliharaan :
Cek bak kontrol setiap 3 (tiga) hari sekali. Apabila terjadi penyumbatan maka yang
harus dilakukan adalah :
1. Pastikan tidak ada aktivitas pembuangan air limbah domestik.
2. Masukkan kawat ke saluran pipa yang tersumbat melalui bak kontrol,
masukkan sepanjang saluran untuk menghilangkan sumbatan.
3. Lakukan bersamaan dengan penggelontoran air dengan jumlah banyak.
4. Lakukan berulang-ulang hingga saluran benar-benar lancar.

C. IC-HC (Inspection Chamber – House Connection)


Prinsip kerja IC-HC adalah sebagai tempat terkumpulnya air limbah domestik dari
beberapa rumah untuk selanjutnya dialirkan ke Manhole. Air limbah yang tertampung

Standar Operasional Prosedur (SOP) 2


PENYUSUNAN DED IPAL KAWASAN BERBAH 201
KABUPATEN SLEMAN - D.I. YOGYAKARTA 6

berasal dari beberapa rumah, sehingga pemeliharaannya juga harus dilakukan


bersama-sama oleh pemilik rumah-rumah tersebut.
Cara Pemeliharaan :
Cek IC-HC setiap 1 (satu) minggu sekali. Pembersihan dilakukan dengan cara:
1. Ambillah dan kumpulkan sampah-sampah yang mengapung ke dalam tas
plastik.
2. Buanglah tas plastik berisi sampah tadi ke tempat pembuangan sampah.
Pada perpipaan dari bak kontrol ke IC-HC juga memungkinan terjadi penyumbatan.
Apabila terjadi penyumbatan maka yang harus dilakukan adalah :
1. Cek bak kontrol dari rumah mana yang tidak mengalir ke IC-HC.
2. Pastikan tidak ada aktivitas pembuangan air limbah domestik dari rumah
tersebut.
3. Masukkan kawat ke saluran pipa yang tersumbat melalui IC-HC, masukkan
sepanjang saluran.
4. Lakukan bersamaan dengan penggelontoran air dengan jumlah banyak.
5. Lakukan berulang-ulang hingga saluran benar-benar lancar.

Standar Operasional Prosedur (SOP) 3


PENYUSUNAN DED IPAL KAWASAN BERBAH 201
KABUPATEN SLEMAN - D.I. YOGYAKARTA 6

Standar Operasional Prosedur (SOP) Jaringan Perpipaan


untuk Petugas Sistem Perpipaan

Operasi dan pemeliharaan dilakukan dengan tujuan agar penyaluran air limbah
menuju IPAL dapat mengalir dengan baik. Sebelum kegiatan operasional dan
pemeliharaan dilakukan, terlebih dahulu memastikan beberapa hal antara lain :
1. Petugas telah memiliki gambar jaringan
2. Ada penanggung jawab yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang
3. Tersedia biaya operasional dan pemeliharaan baik dari retribusi pengguna atau
dari institusi pengelola
4. Kegiatan pengoperasan dan pemeliharaan harus dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan perundangan pengolahan air limbah dan ketentuan kesehatan dan
keselamatan kerja.

-KETENTUAN UMUM-
Ketentuan umum yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :
1. Jaringan sambungan rumah dan pelengkapanya terdiri dari pipa danIC/Manhole.
2. Tutup IC/Manhole harus mudah untuk dibuka-tutup untuk mempermudah
kegiatan pemeliharaan.
3. Air limbah yang diolah merupakan air limbah domestik yaitu yang dihasilkan
dari kegiatan MCK (Mandi, cuci, kakus) dan air bekas mencuci.
4. Pemeliharaan dilakukan oleh operator yang bertugas, namun setiap warga
pelanggan harus ikut menjaga dan merawat jaringan perpipaan beserta
kelengkapannya.
5. Dilarang membuang sampah plastik, sampah daun, dan bahan kimia ke
saluran karena dapat menyumbat maupun mengganggu pengolahan di
IPAL.
6. Dilarang menanam pohon di dekat saluran perpipaan karena dapat
merusak pipa.

Standar Operasional Prosedur (SOP) 4


PENYUSUNAN DED IPAL KAWASAN BERBAH 201
KABUPATEN SLEMAN - D.I. YOGYAKARTA 6

-OPERASIONAL DAN PEMELIHARAAN-


Prinsip kerja dari IC/Manhole adalah tempat terkumpulnya air limbah domestik dari IC-
HC untuk selanjutnya dialirkan menuju ke IPAL untuk dilakukan pengolahan.
Cara Pemeliharaan :
Cek IC/Manhole setiap 2 (dua) minggu sekali. Yang perlu dilakukan dalam pengecekan
adalah :
1. Pengecekan Manhole tidak harus dilakukan serentak seluruh manhole, sebaiknya
dilakukan pegecekan secara bergilir.
2. Pengecekan dilakukan oleh petugas yang telah dilengkapi baju safety (sepatu boots,
sarung tangan, dan penutup hidung).
3. Pastikan tutup manhole mudah untuk dibuka-tutup.
4. Ambil kotoran-kotaran yang mengapung, kemudian tampung dalam tas plastik.
5. Bersihkan seperti biasa. Cuci dan sikat permukaan manhole dengan sikat kawat.
Sampah dan kotoran yang masih melekat masukkan ke dalam tas plastik tadi.
Dilarang menggunakan bahan kimia sebagai bahan pembersih.
6. Buanglah sampah yang terkumpul dalam tas plastik tadi langsung ke TPS.
7. Lakukan penggelontoran secara berkala atau jika terjadi penyumbatan pada pipa
dengan cara sebagai berikut :
a. Dipilih waktu keadaan debit aliran minimum, pada saat kedalaman renang
air limbah tidak cukup untuk membersihkan tinja/endapan-endapan.
b. Kebutuhan unit bak penggelontor dengan besarnya volume air, sesuai
dengan perhitungan perencanaan.
c. Melalui pipa lateral air penggelontor dari truk tangki air dapat dimasukkan
ke dalam manhole, dengan debit 15 liter/detik, selama 5-15 menit.
d. Penggelontoran secara kontinyu dapat dipakai air sungai terdekat, dengan
memasukkan debit penggelontoran ke dalam perhitungan dimensi pipa.
e. Penggelontoran dengan tangki gelontor dapat dioperaskan secara otomatis,
di mana tangki ini dihubungkan ke sstem penyediaan air bersih untuk diisi
sekali tiap hari dengan kapasitas tangki ±1 m 3 dan/atau 10% dari kapasitas
pipa, atau tergantung pada kemiringan dan diameter pipa.

Standar Operasional Prosedur (SOP) 5


PENYUSUNAN DED IPAL KAWASAN BERBAH 201
KABUPATEN SLEMAN - D.I. YOGYAKARTA 6

f. Penggelontoran dengan melalui pintu-pintu penyadap yang dipasang pada


inlet dan outlet pipa di setiap bukaan di dalam manhole. Pintu segera dibuka
begitu terjadi akumulasi endapan di dalam suatu section pipa.

Standar Operasional Prosedur (SOP) 6


PENYUSUNAN DED IPAL KAWASAN BERBAH 201
KABUPATEN SLEMAN - D.I. YOGYAKARTA 6

Standar Operasional Prosedur (SOP) IPAL


untuk Operator IPAL

Operasi dan pemeliharaan dilakukan dengan tujuan agar unit-unit pengolahan


dapat berfungsi optimal dan mempunyai efisiensi pengolahan seperti yang diharapkan
sehingga dapat menghasilkan effluen yang memenuhi baku mutu. Upaya operasi dan
pemeliharaan dilakukan dengan kegiatan dasar seperti pengukuran debit aliran,
sampling, pengujian laboratorium dan pencatatan.

-DASAR OPERASI-
Proses pengolahan air limbah di IPAL diawali dengan masuknya air limbah
menuju unit bar screen dalam bak equalisasi. Setelah itu proses pengolahan dimulai
dari tahap awal yaitu proses pengolahan di unit sedimentasi/pengendapan dan
dilajutkan ke unit aerobik tanpa resirkulasi sampai akhirnya keluar ke kolam indikator
hingga siap dibuang ke badan air penerima.
Rangkaian proses pengolahan dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Kawasan Berbah adalah :
1. Bar Screen dan Bak Ekualisasi
2. Unit Sedimentasi
3. Kolam Aerasi
4. Khlorinasi
Blower Blower Blower De s infe kta n
: Wastewater Ba k Pe n g e nd a p
: Sludge
: Supernatant
: Air
Ou tle t

Lagoon Aerasi tipe II

Inle t

S ump p it & s c re e n
Sludge Drying
Bed

Gambar 1. Diagram Skematik IPAL

Standar Operasional Prosedur (SOP) 7


PENYUSUNAN DED IPAL KAWASAN BERBAH 201
KABUPATEN SLEMAN - D.I. YOGYAKARTA 6

-KETENTUAN UMUM-
Ketentuan umum yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :
1. Instalasi telah dilengkapi dengan gambar bangunan dan SOP
2. Ada penanggung jawab IPAL yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang
3. Telah diuji coba terhadap pengaliran air dan kebocoran
4. Tersedia biaya operasional dan pemeliharaan baik dari retribusi pengguna atau
dari institusi pengelola
5. Setiap perlatan harus dilengkapi dengan katalog dan daftar operasi serta
pemeliharaan
6. Kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan IPAL harus dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan perundangan pengolahan air limbah dan ketentuan kesehatan
dan keselamatan kerja.
7. Tersedia fasilitas penyediaan air bersih yang memadai.
8. Tersedia influen air limbah.
9. Masyarakat sudah diberi informasi.

Standar Operasional Prosedur (SOP) 8


PENYUSUNAN DED IPAL KAWASAN BERBAH 201
KABUPATEN SLEMAN - D.I. YOGYAKARTA 6

-KETENTUAN TEKNIS-
Proses pengolahan air limbah domestik di IPAL Perkotaan Bambanglipuro ini
menggunakan pengolahan awal yaitu secara fisik dan biologis. Total kapasitas desain
optimum proses pengolahan air limbah ini adalah 3.000 m 3/hari atau 125 m3/jam. Pada
IPAL Perkotaan Bambanglipuro ini direncanakan terdapat 2 line rangkaian unt
pengolahan yang dipasang secara paralel, sehingga debit dari masing-masing line
adalah sebesar 1.500 m3/hari atau 62,5 m3/jam. Beban maksimal yang diolah pada
masing-masing line adalah 375 kg BOD/hari. Untuk parameter lain, beban maksimal
yang mampu diolah IPAL pada tiap line adalah sebagai berikut :

Beban maksimal yang


Parameter
diolah (kg/hari)
BOD 375
COD 750
TSS 300
NH3-N 60
Minyak Lemak 30

Pengolahan fisik dilakukan pada awal proses melalui bar screen yang berfungsi
untuk menyaring sampah agar sistem pengolahan tetap terjaga. Proses fisik selanjutnya
dilakukan unit sedimentasi. Pada unit ini, partikel-partikel diskrit akan mengendap
secara gravitasi.
Selanjutnya yaitu proses pengolahan secara biologis. Proses biologis secara
aerobik terjadi pada unit kolam aerobik yang menggunakan blower sebagai supply
udara, pada unit ini perlu dipastikan supply udara harus mencukupi kebutuhan.
Lumpur yang terbentuk pada proses biologis ini akan mengendap dan terakumulasi
pada unit clarifier. Selanjutnya untuk menyisihkan bakteri E.coli yang masih tersisa,
perlu ditambahkan khlor sebagai desinfektan pada unit desinfeksi, sehingga diharapkan
effluen dari IPAL sudah memenuhi baku mutu. Dalam sistem juga dilengkapi dengan
Sludge Drying Bed sebagai unit pengolahan lumpur.

Standar Operasional Prosedur (SOP) 9


Beberapa data teknis IPAL Kawasan Berbah adalah sebagai berikut :
No Jumlah
Unit Data Teknis Spesifikasi dan Keterangan
. Unit
1. Ekualisasi 1 - Volume bak 119 m3 - Konstruksi menggunakan beton bertulang.
- Dilengkapi dengan 2 unit pompa inlet, dengan - Spesifikasi pompa :
debit rata-rata 17 m3/jam. Type=Submersible dengan channel impeller.
- Waktu tinggal air limbah di dalam unit ini adalah Kapasitas = maks. 1 m3/menit
±7 jam. Total head = maks. 10 m
Motor tipe kering dengan daya 1,5 kW.
3. Sludge Drying 1 - Waktu pemindahan lumpur basah ke DA adalah 4 -
Bed (SDB) 6 hari.
- Ketebalan lumpur 0,2 m.
4. Unit Sedimentasi 1 - Volume bak 150 m3. - Spesifikasi biofilter: terbuat dari PVC sheet
- Waktu tinggal hidrolis 2,5 jam clear dengan volume @22,5 m3.
- Direncanakan efisiensi pengolahan TSS hingga
80%.
5. Unit Aerobic 1 - Berfungsi sebagai kolam fakultatif, apabila aerator - Spesifikasi modular diffuser :
mekanis tidak dijalankan Type = Membrane Disc Diffuser
- Unit aerasi mengolah effluen dari unit sedimentasi. Debit udara = 4-6 m3/jam/difusser
- Unit aerasi Dilengkapi dengan sistem modular
diffuser sebanyak 6 modul.
- Kebutuhan udara pada unit aerasi yaitu 3,2

Standar Operasional Prosedur (SOP) 10


No Jumlah
Unit Data Teknis Spesifikasi dan Keterangan
. Unit
m3/menit
- Suplay oksigen menggunakan root blower
sebanyak 2 unit

- Spesifikasi root blower :


Type = Rotary Air Blower dengan pendingin
udara
Kapasitas udara = 2,03 m3/menit
Static Preassure = 2 m
Power = 1,48 kW
Speed = 1750 rpm

6. Wetland 2 - Pengolahan wetland merupakan unit pengolahan


kombinasi fisik dan biologis dengan mengadaptasi
proses pengolahan pada rawa-rawa. Yaitu proses

Standar Operasional Prosedur (SOP) 11


No Jumlah
Unit Data Teknis Spesifikasi dan Keterangan
. Unit
attached growth dengan memanfaatkan gravel dan
akar tanaman. Dalam wetland juga terdapat proses
anoxic yang terjadi pada dasar tanaman.
- Proses ini mampu menyisihkan nutrient dan
phosphat melalui penyerapan oleh akar tanaman
yang digunakan sebagai nutrisi untuk tumbuh dan
berkembang..
- Pada rangkaian pengolahan biologis, unit wetland
digunakan sebagai unit polishing treatment.
- Unit ini mengolah effluen dari unit aerasi
- Waktu tinggal ±12 jam
7 Khlorinasi 1 - Sebagai desinfektan digunakan larutan khlor - Spesifikasi Mixer/Agitator :
(kaporit). Type : motor mixer dilengkapi dengan
- Menggunakan 2 unit pompa dosing untuk gerabox kecepatan <100rpm
pembubuhan dan 1 unit agitator/mixer untuk Dilengkapi batang pengaduk dari stainless
mixing larutan khlor. steel panjang min. 1m.
Dilengkapi pisau pengaduk 4 lembar dengan
panjang 20 cm dan dipasang menyilang.
Power min. 0,5 kW
- Spesfikasi Dosing Pump :

Standar Operasional Prosedur (SOP) 12


No Jumlah
Unit Data Teknis Spesifikasi dan Keterangan
. Unit
Type = Selenoid dilengkapi pengaturan
stroke.
Kapasitas = min. 10 liter/jam
Tekanan = min. 10 meter
Power = min. 0,65 kW

Standar Operasional Prosedur (SOP) 13


-PERSIAPAN OPERASIONAL-
Tahap persiapan operasional ini perlu dilakukan untuk menjamin kelangsungan
proses operasional. Tahapan tersebut meliputi :

Tahap
Operasional

1. Persiapan teknis
Persiapan teknis mencakup :
a. pengecekan kesiapan bangunan apakah semua proses konstruksi telah
selesai. Dan melakukan pengecekan kelengkapan unit dan peralatan.
b. memastikan instalasi telah dilengkapi dengan gambar bangunan, SOP, dan K3
c. memastikan setiap peralatan dilengkapi dengan katalog dan daftar operasi
serta pemeliharaan
d. memastikan ketersediaan air bersih
e. memastikan kebutuhan apabila terjadi tindakan darurat telah tersedia, misal:
akses darurat, titik evakuasi, nomor telepon yang dapat dihubungi, dan Alat
Pelindung Diri (APD) seperti sepatu, sarung tangan, helm, dan masker.
f. Ketersediaan sumber daya manusia yang mencakup :
 Kepala Instalasi dengan kualifikasi minimum S1 Teknik Kimia/Teknik
Lingkungan yang memahami dasar pengolahan limbah sebanyak 1 orang.
 Staff Keuangan dan Administrasi dengan kualifikasi minimum D3
Akutansi/Keuangan yang memahami administrasi sebanyak 1 orang.
 Operator IPAL dengan kualifikasi minimum SMA/sederajat sebanyak 2
orang.
 Operator Pemeliharaan Jaringan dengan kualifikasi minimum
SMA/sederajat sebanyak 2 orang.

2. Persiapan administrasi

Standar Operasional Prosedur (SOP) 14


Persiapan teknis mencakup :
a. Ada penanggung jawab IPAL yang ditetapkan oleh pihak terkait
b. Ketersediaan sumber daya manusia mencukupi
c. Tersedia dana untuk operasional dan pemeliharaan
d. Masyarakat sudah diberi informasi
3. Uji coba peralatan
Melakukan uji coba sesuai dengan prosedur yang ada pada buku manual masing-
masing peralatan khususnya unit mekanikal elektrikal.
Uji coba aerator pada Kolam Aerasi :
a. Pastikan apakah pipa-pipa sudah tersambung,
b. Isi unit Kolam Aerasi dengan air bersih hingga 50% dari kedalaman bak
c. Nyalakan tombol “ON” pada panel aerator,
d. Cek kinerja aerator dengan indikasi adanya gelembung udara pada
permukaan air di bak aerasi
e. Mengikuti langkah uji coba dan memahami penggunaan perlatan sesuai pada
petunjuk di Buku Manual / Katalog.
4. Uji kebocoran
IPAL harus kedap karena jika tidak air limbah akan mencemari lingkungan di
sekitarnya. Uji kebocoran dilakukan pada tiap-tiap unit pengolahan. Uji
kebocoran dilakukan dengan cara menutup pintu outlet, kemudian memasukkan
air ke dalam masing-masing unit dan ditahan selama 48 jam. Pengisian dilakukan
secara bertahap mulai dari sepertiga volume bangunan.Perhatikan ketinggian
permukaan air di dalam bangunan. Penurunan ketinggian air selama 48 jam yang
diperbolehkan yaitu maksimal 1 cm. Apabila penurunan melebihi nilai tersebut,
maka pengisian diulang dan ditahan selama 24 jam. Apabila penurunan masih
melebihi 1 cm, maka penyedia barang/jasa diharuskan untuk memperbaiki
dengan biaya sendiri.
5. Uji hidrolis
Uji hidrolis dilakukan dengan cara membuka inlet dan outlet, kemudian
memasukkan air melalui inlet secara terus menerus selama pengukuran. Periksa
pelimpah pada outlet masing-masing unit, bila terjadi limpahan berarti terjadi
pengaliran secara gravitasi. Ukur tinggi muka air pada masing-masing pelimpah,
bandingkan dengan profil hidrolis perencanaan.

Standar Operasional Prosedur (SOP) 15


6. Start-up
Pada unit pengolahan biologis (ABR dan kolam aerasi), kondisi stabil akan
tercapai lebih kurang dalam waktu 4 sampai 12 minggu. Pada masa start-up ini
dilakukan pengujian performa sistem unit pengolahan dengan pengambilan
sampel air dan diperiksa di laboratorium. Secara umum proses start-up unit
pengolahan biologis dilakukan dengan cara memasukkan air bersih hingga
50% dari volume bak. Air berfungsi sebagai pengencer saat awal limbah masuk
(sebagai proses start-up) dan diperlukan penambahan bakteri starter sebagai
stimulan awal mikroorganisme yang tumbuh dalam proses pengolahan air
limbah.
Untuk unit ABR bakteri starter dapat menggunakan beberapa alternatif, antara
lain : lumpur tinja dari unit septictank warga, kotoran sapi, atau endapan lumpur
sungai dengan volume yang dibutuhkan ±5 – 10% volume reaktor atau bakteri
starter dari pabrikasi dengan volume yang sesuai dengan spesifikasi produk
tersebut. Pengisian air limbah diawal proses diatur sedemikian rupa dengan
kapasitas yang kecil (25 s.d 50%) dari kapasitas normal.
Sedangkan untuk unit aerobic dalam proses start up dapat menggunakan bakteri
starter berupa lumpur aktif IPAL serupa (unit aerobik) atau produk bakteri
starter pabrikan. Proses seeding bakteri starter ini sedapat mungkin dalam
kondisi aliran diam atau “batch” dengan kapasitas aliran bertahap dari 25%,
50%, 75% dan 100% dengan suplay oksigen terus menerus selama 24 jam. Total
waktu seeding bakteri di unit aerobik selama ± 15 sd 30 hari.

Unit wetland yang siap mengolah air limbah diindikasikan dengan tanama Canna
yang tumbuh subur, sehingga perawatan tanaman dan penyiraman dimulai sejak
penanaman awal setelah tahap konstruksi selesai.

Standar Operasional Prosedur (SOP) 16


-OPERASIONAL DAN PEMELIHARAAN UNIT IPAL-
A. EKUALISASI DAN BAR SCREEN
Prinsip Pengolahan
Menampung air limbah yang akan diolah agar terjadi keseragaman debit, selanjutnya
dipompa menuju unit selnjutnya. Sedangkan fungsi dari bar screen adalah memisahkan
sampah seperti plastik atau kotoran-kotoran yang terbawa oleh air limbah sebelum
masuk ke unit IPAL. Selanjutnya air limbah ditampung pada bak ekualisasi untuk
kemudian dipompa ke unit ABR.
Cara Kerja Operasional
Air limbah influen mengalir melalui saluran yang telah dilengkapi dengan V-notch yang
berfungsi untuk mengukur debit aliran yang selanjutnya melewati bar screen. Sampah-
sampah yang ikut terbawa air limbah akan tertahan oleh bar screen. Tata cara
pengukuran debit air limbah :
1. Pastikan aliran pada V-notch lancar (tidak ada sampah yang menyangkut). Jika
terdapat sampah, bersihkan dahulu.
2. Ukur panjang h (lihat Gambar 2) menggunakan tongkat ukur atau alat ukur
lainnya.
3. Hitung debit menggunakan rumus Q = 4,39 x (h/10)2,5(debit dalam liter/detik)

Gambar 2. V-notch untuk Mengukur Debit Air Limbah


Operasional bak ekualisasi yaitu :
1. Setting pompa akan secara otomatis nyala pada level muka air tertentu sesuai
perencanaan.
2. Bersihkan sampah di permukaan dan pastikan pompa tidak clogging akibat
sampah.

Standar Operasional Prosedur (SOP) 17


Pemeliharaan
Pembersihan bar screen setidaknya dilakukan 1 kali dalam 1 hari. Pembersihan
dilakukan dengan cara :
1. Bersihkan kotoran yang menyangkut pada V-notch.
2. Sampah seperti plastik dan kotoran-kotoran mengambang tersaring dengan bar
screen.
3. Kotoran yang menyangkut pada bar screen tersebut diambil secara manual
menggunakan alumunium rake atau alat pengambil sampah lainnya.
4. Kotoran diambil dan dikumpulkan dalam tempat sampah untuk selanjutnya
dibuang tempat pembuangan sampah.
Sedangkan pemeliharaan pompa, apabila terjadi gangguan/penyumbatan, matikan
pompa, angkat pompa dari unit ekualisasi dengan menggunakan tali/rantai dari posisi
jalan inspeksi. Cek bagian impeller apakah terjadi clogging.

B. ANAEROBIC BAFFLED REACTOR (ABR)


Prinsip Pengolahan
Proses Pengolahan limbah dalam ABR memanfaatkan bakteri anaerobik (bakteri
yang tidak membutuhkan udara/oksigen) untuk mereduksi kadar polutan dalam air
limbah. Reaktor IPAL ABR tersusun atas sekat yang dinamakan baffle. Aliran limbah
mengalir dari satu sekat ke sekat lainya dari atas kebawah melalui pipa penyalur dan
kembali mengalir keatas pada setiap sekatnya. Pada saat menyentuh bagian dasar bak
dalam sekat, air limbah berproses dengan lumpur biomassa yang ada di dasar bak, dan
proses tersebut berjalan terus menerus pada setiap sekat dalm unit ABR.
Proses pengolahan air limbah di unit ABR ini berjalan secara anerob, dimana
hasil samping dari proses ini adalah gas methane dan gas-gas lain dalam kosentrasi
yang lebih kecil. Semakin besar beban limbah yang diolah, maka semakin besar pula gas
methane yang terbentuk.
Aliran ini akan mengalir secara gravitasi dalam setiap sekatnya, karena setiap
pipa telah diatur elevasinya yang dapat mengalirkan limbah dari sekat pertama hingga
sekat terakhir/outlet. Dalam unit ABR ini juga dilengkapi dengan media biofilter,
dimana media biofilter ini berfungsi sebagai media tumbuh mikroorganisme secara
anaerob. Media biofilter berupa plastik berbentuk cekungan seperti egg tray.
Cara Kerja Operasional

Standar Operasional Prosedur (SOP) 18


Unit ABR ini dapat dikatakan sebagai unit “pasif operation”, yaitu tanpa
dilakukan kontrol atau pengondisian dalam operasional, karena prosesnya cukup
sederhana dan konvensional.
Aliran limbah hanya mengalir dan terproses dengan sendirinya dalam unit ABR. Kita
hanya memastikan kelancaran aliran dan mencegah adanya sampah/kotoran yang
dapat menyebabkan penyumbatan aliran. Beberapa kegiatan yang dilakukan secara
rutin minimal 1 kali per 2 minggu adalah sebagi berikut :
1. Cek aliran limbah dan pastikan debit sesuai dengan kapasitas optimum (seperti
telah diuraikan pada penjelasan sebelumnya)
2. Buka bak kontrol di kompartement 1 (awal dekat inlet), 8 (akhir dekat effluen),
dan cek dan bersihkan sampah/kotoran yang masuk dalam bak.
CATATAN :
 PADA SAAT PEMBERSIHAN ATAU OPERASIONAL UNIT ABR, OPERATOR
DILARANG MEROKOK.
 UNTUK OPERASIONAL RUTIN BAK KONTROL YANG DIBUKA HANYA
PADA KOMPARTEMENT 1 DAN 8.
 OPERATOR MENGIKUTI PROSEDUR K3 YANG TELAH DITETAPKAN
DALAM OPERASIONAL IPAL.
Pemeliharaan
Untuk menjaga agar unit ABR ini dapat berjalam dengan optimal, maka selain
pelaksanaan operasional diatas, maka perlu dilakukan pemeliharaan berkala yaitu :
1. Pengurasan lumpur yang terakumulasi pada kompartement 1, yaitu 6 bulan - 1
tahun sekali tergantung kondisi lapangan. Untuk beberapa kasus limbah yang
mempunyai kadar kekeruhan yang cukup tinggi, pengurasan dilakukan enam
bulan sekali.
2. Atau dapat menggunakan indikator kedalaman lumpur yang terbentuk, apabila
lumpur sudah kira 60% dari total kedalam bak (± 1,3 m) maka diperlukan
pengurasan. Pengurasan lumpur jangan sampai habis, sisakan kira-kira 20% (±
40 cm) dari total kedalaman bak.
3. Pengukuran kedalam lumpur dapat menggunakan kayu/bambu yang dimasukan
kedalam bak melalui manhole yang telah tersedia.
4. Penyedotan dilakukan dengan cara :

Standar Operasional Prosedur (SOP) 19


Gambar 3. Cara Pengurasan Lumpur pada ABR
5. Media biofilter tidak perlu dilakukan pembersihan atau penggantian media.

C. KOLAM AERASI
Prinsip Kerja
Effluent dari ABR selanjutnya akan akan diolah pada kolam aerobik. Proses yang terjadi
pada unit ini akan berlangsung secara Aerobic, suplai oksigen akan didapatkan dari root
blower yang disalurkan melalui modular diffuser.
Parameter Operasi yang Perlu Dikontrol
Beberapa parameter operasi Aerobic yang harus dikontrol adalah supply oksigen yang
kontinyu melalui pengukuran nilai DO pada kolam aerasi. Sistem aerasi berjalan baik
apabila nilai DO >2.
Cara Kerja dan Operasional
 Secara prinsip, operasional unit aerobic bergantung pada root blower yang
digunakan untuk menyuplai oksigen untuk mikroorganisme aerob. Pengoperasian
root blower memerlukan waktu 20 jam per hari dan sistem ini diatur melalui timer

Standar Operasional Prosedur (SOP) 20


yang terdapat pada control panel. Hal ini bertujuan untuk menstabilkan
mikroorganisme dan menghilangkan busa/foam yang ada.
Pemeliharaan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan Root Blower
a. Lakukan pemeriksaan Baut + Mur secara berkala, minimal 1 bulan sekali
b. Lakukan pemeriksaan Van Belt secara berkala, minimal 1 bulan sekali, dan
segera lakukan penggantian apabila sudah getas.
c. Lakukan penggantian oli setiap 6 bulan sekali sesuai dengan takaran yang
dibutuhkan dengan menggunakan Oli SAE 40.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan Diffuser
a. Cek gelembung udara yang dihasilkan, jika tidak maksimum (terdapat
gelembung kecil di beberapa titik) berarti perlu dibersihkan
b. Cek kondisi diffuser secara visual paling tidak sekali dalam setahun untuk
membersihkan kotoran yang menempel.
c. Pastikan tidak ada lumpur yang menempel pada permukaan membrane agar
tidak menyebabkan clogging.
d. Lapisan endapan pada membrane hanya bias dibersihkan dengan sikat secara
lembut dan menyiram dengan air secara perlahan.
e. Pembersihan diffuser dapat dilakukan dengan cara :
Mengangkat modular tersebut dengan cara melepas pengait tali (sling) yang
terdapat pada setiap modular). Proses ini merupakan proses “incidentil”,
sehingga bukan merupakan kegiatan rutin.

Gambar 4. Contoh Unit Blower (kiri) dan contoh Modular Diffuser (kanan)

Standar Operasional Prosedur (SOP) 21


D. UNIT WETLAND
Prinsip Pengolahan
Unit wetland yang dipergunakan dalam unit pengolahan di IPAL Kawasan
Berbah ini adalah jenis sub surface wetland atau jenis unit wetland yang permukaan
atasnya tetap kering tanpa ada aliran limbah yang menggenang. Air limbah mengalir
dibagian bawah dan tengah atau maksimal di akar tanaman canna, sehingga secara
visual dari atas hanya terlihat tanaman canna yang tertanam media gravel yang
kering.Polutan dalam air limbah yang masih tersisa akan mengalami filtrasi dan
penyerapan oleh akar tanaman khususnya
untuk limbah organik. Sehingga hasil akhir
dari unit wetland ini diharapkan sudah
nampak jernih dan aman untuk dibuang ke
badan air penerima.

Cara Kerja Operasional


Beberapa kegiatan yang dilakukan secara
rutin adalah sebagi berikut : Gambar 5. Penanaman Canna pada
1. Pastikan kelancaran air, periksa inlet dan Wetland
outlet, dan cegah adanya sampah/kotoran
yang dapat menyebabkan penyumbatan aliran.
2. Apabila terdapat kotoran/scum yang mengapung, lakukan skimming.
3. Bila tidak ada aliran limbah atau aliran sangat kecil, diperlukan penyiraman air
bersih ke tanaman wetland. Hal ini dapat membantu kesegaran dari tanaman dan
tercukupinya kebutuhan air untuk tanaman wetland.

Pemeliharaan
1. Apabila ditemukan material padatan (sampah) termasuk daun-daun, lakukan
pembersihan pada permukaan gravel, untuk menghindari penyumbatan pada
gravel.
2. Lakukan pemangkasan pada bagian tanaman (daun dan batang) yang sudah
tua/mati, untuk menghindari pembusukan dan penyumbatan pada media gravel.
3. Pemeriksaan terhadap perpipaan/saluran inlet dan outlet dilakukan setiap hari,
apabila ditemukan terjadi penyumbatan segera dilakukan pembersihan.

Standar Operasional Prosedur (SOP) 22


E. SLUDGE DRYING BED (SDB)
Prinsip Kerja
Pada unit SDB, lumpur basah dari pengurasan ABR ataupun clarifier akan
dijemur/dikeringkan dengan bantuan sinar matahari dan angin. Lumpur yang telah
kering dipanen dan apabila berkenan dapat dimanfaatkan untuk kompos.
Parameter operasi yang perlu dikontrol :
a. Grass Block terisi pasir secara penuh
dan padat, agar lumpur tidak
mengisi grass block, sehingga
mengurangi kemampuan
penyaringan.
b. Bak - bak kontrol filtrat dalam
kondisi tidak tersumbat dan bersih,
demikian juga perpipaan filtrat
dipastikan tidak terjadi genangan
yang menghambat pengaliran. Gambar 6. Pengambilan lumpur di SDB
Cara Kerja Operasional
- Lumpur basah hasil pengurasan ABR dan clarifier dialirkan ke SDB dengan
menggunakan pompa, kemudian lumpur setengah basah tersebut dihamparkan ke
permukaan SDB dengan merata.
- Jemur/angin-angikan selama 7 hari (1 minggu).
- Pada hari ke-8, dilakukan pemanenan dengan pengerukan.
- Apabila lumpur akan dimanfaatkan sebagai kompos maka harus dilakukan
pengayakan dan pengemasan terlebih dahulu di hangar kompos.
Pemeliharaan
- Penambahan media pasir apabila sudah menipis. Penambahan dilakukan sesuai
dengan desain.
- Pengisian dan pemanenan lumpur pada SDB harus mengikuti jadwal yang sudah
ditetapkan (yaitu lumpur dipanen setelah 7 hari dijemur pada SDB),

F. UNIT KHLORINASI
Prinsip Kerja

Standar Operasional Prosedur (SOP) 23


Pada unit khlorinasi, terjadi proses desinfeksi, dimana jumlah bakteri-bakteri yang
masih terbawa pada efluent (terutama E.coli) akan menurun akibat adanya
penambahan khlor yang dapat menyebabkan kematian bakteri.
Parameter operasi yang perlu dikontrol :
Parameter yang perlu dikontrol adalah jumlah E.coli dalam efluen (<3.000 /100ml).
Cara Kerja Operasional
Larutan khlor akan dibubuhkan di inlet unit khlorinasi dengan menggunakan Dosing
pump. Selanjutnya air limbah yang sudah terpapar khlor akan diaduk dengan
menggunakan agitator agar tercampur secara merata.
Pemeliharaan
Menjaga kinerja agitator dan Dosing pump sesuai pada buku manual/spesifikasinya.

-MANUAL BOOK-
Sistem pengolahan IPAL Kawasan Berbah sebagian menggunakan unit mekanikal-
elektrikal. Oleh karena itu, perlu perlakuan khusus dalam pemeliharaannya, terutama
yang berkaitan dengan mekanikal-elektrikal itu sendiri. Pihak vendor telah
menyediakan manual book untuk pemeliharaan unit-unit mekanikal-elektrikal yang ada.
Adapun manual book yang dimaksud adalah manual book untuk pompa inlet, blower,
dan genset.

-MONITORING KINERJA IPAL-


Dalam pelaksanaan operasional IPAL secara rutin dan berkala seperti yang telah
dijelaskan diatas, juga perlu diperhatikan dan dilaksanakan kegiatan monitoring atas
kinerja IPAL yang ditangani. Hal ini sangat penting untuk dilakukan untuk dapat
dilakukan langkah-langkah antisipasi dan pengendalian apabila terjadi kejadian yang
dimungkinkan terjadi pada kinerja IPAL yang pada akhirnya dapat menyebabkan
terjadinya pencemaran lingkungan sekitar.
Beberapa langkah monitoring yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Cek kualitas effluen, cek kualitas effluen di sini dapat menggunakan beberapa
indikator lapangan yaitu pH, BOD, COD, TSS, serta minyak dan lemak. Kualitas

Standar Operasional Prosedur (SOP) 24


effluen air limbah harus memenuhi baku mutu. Pengambilan sampel untuk
pengecekan ini dapat dilakukan di effluen wetland menuju ke kolam indikator.
Kondisi ikan dalam indikator juga dapat mempresentasikan hasil effluen, kondisi
effluen yang buruk akan membuat ikan mati. Namun pengecekan kualitas di
laboratorium wajib dilakukan di laboratorium lingkungan yang ditunjuk.
Pengambilan sampel dan uji laboratorium dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali.
2. Sampling kualitas air limbahsecara berkala yaitu satu sampel di inlet IPAL.
Sampel yang telah diambil dapat dilakukan analisa laboratorium yaitu indikator
pH, BOD, COD, TSS, serta minyak dan lemakoleh labaoratorium lingkungan yang
ditunjuk. Kegiatan sampling dan analisa sampel dilaboratorium ini dapat
dilakukan secara berkala setiap 3 (tiga) hingga 6 (enam) bulan sekali.
3. Ukur dan pantau debit air limbah secara rutin dengan cara pengukuran secara
manual seperti yang dijelaskan sebelumya. Kapasitas air limbah yang relatif
konstan akan membantu performance IPAL menjadi lebih baik. Pengukuran
debit dilakukan secara berkala setiap 1 (satu) bulan sekali.

-PEMECAHAN MASALAH-
a) Begitu terjadi kondisi atau masalah yang abnormal, personil yang mengetahui
harus melapor kepada kepala IPAL. Dalam hal ini, standby unit yang sudah siap
harus segera menggantikannya
b) Suku cadang dan onderdil yang rusak harus diganti sesuai dengan petunjuk
perawatan dari penjual mesin atau peralatan tersebut
c) Jika standby unit dan onderdil yang rusak tidak tersedia di tempat, kepala IPAL
harus memberi tahu Kepala Dinas yang membawahi IPAL secara mendetail,
supaya bisa menghubungi vendor
d) Catatlah alamat, telpon, email, dsb. Semua daftar vendor dan sub-vendor sebagai
referensi
e) Pada kasus gawat darurat yang luar biasa, kepala IPAL harus mengintruksikan
langkah langkah optimum kepada operator-operator setiap instalasi. Pada kasus
terburuk, instalasi harus dihentikan sementara dan aliran bypass dioperasikan.
Walau demikian, penghentian harus diminimalisir

Standar Operasional Prosedur (SOP) 25


f) Untuk peralatan yang terpisah, periksa petunjuk perawatan masing-masing
peralatan tersebut.

Beberapa permasalahan yang umum terjadi berikut cara penggulangannya dapat dilihat
pada tabel berikut.

Standar Operasional Prosedur (SOP) 26


A. Sludge Drying Bed (SDB)
No. Kondisi Permasalahan Penanggulangan
1. Pengeringan lumpur  Ketebalan lumpur terlalu tinggi,  Mengurangi ketebalan lumpur (umumnya ketebalan
berlangsung lama dan/atau kehujanan lumpur 30 cm)
(tidak lekas kering)  Penyumbatan pada saluran filtrat  Bersihkan saluran filtrat

B. Anaerobic Baffled Reactor (ABR)


No. Kondisi Permasalahan Penanggulangan
1. Lumpur terbawa ke - Partikel yang seharusnya mengendap di  Mengoptimalkan pengambilan lumpur
outlet dasar bak ikut terbawa ke outlet /
terjadi desludging. Jumlah lumpur pada
kompartemen terlalu banyak.

C. Kolam Aerobik
No. Penampakan Permasalahan Penanggulangan
1 Warna permukaan larutan
Coklat keemasan Tidak ada masalah (kondisi yang
diinginkan)
Coklat muda Suplai udara berlebih Kurangi suplai udara dengan mengurangi jumlah aerator
apung yang beroperasi
Hitam Suplai udara kurang sehingga terjadi Tingkatkan suplai udara dengan menambah jumlah
penguraian organik terurai secara aerator apung yang beroperasi. Jika sudah parah buang
anaerobik. Kondisi anaerobik parah akan lumpur aktif dengan meningkatkan Qwas dan mulai

Standar Operasional Prosedur (SOP) 27


No. Penampakan Permasalahan Penanggulangan
menimbulkan bau busuk. lakukan tahap awalan operasi lagi.

2 Busa (foaming)
Busa terang dan Tidak ada masalah dan bukan hal
sedikit mengganggu
Busa putih tembus Adanya buangan deterjen/surfaktan  Periksa sumber dan perbaiki sistem pembuangan
pandang dan lainnya dalam jumlah cukup banyak agar tidak masuk kedalam saluran air limbah yang
bergelombang menuju IPAL
 Keluarkan busa putih dari dalam tangki aerasi
Busa putih tebal dan MLVSS yang terlalu kecil sehingga tangki Saat awalan operasi, kurangi beban organik atau tambah
bergelombang aerasi memiliki OL dan F/M yang terlalu bibit mikroorganisme
tinggi. Kondisi ini banyak terjadi saat
awalan operasi
Busa gelap mengkilap OL (F/M) tangki aerasi yang kecil sehingga  Qwas harus ditingkatkan sebanyak 10% per hari
lumpur aktif didominasi jenis bakteri sampai proses kembali normal yang ditandai dengan
filamen, misal Nocardia spp berkurangnya ketebalan busa. Langkah ini disebut
penurunan usia lumpur.
 Hentikan operasi aerator apung selama maksimal
2 jam kemudian dioperasikan lagi. Ulangi beberapa kali
sampai jumlah busa berkurang
 Tambahkan bahan polimer kationik anti foam
(misal Calrifloc LA 269) kedalam tangki aerasi

Standar Operasional Prosedur (SOP) 28


No. Penampakan Permasalahan Penanggulangan
Busa tebal berlendir OL atau F/M tangki aerasi yang sangat kecil  Qwas harus semakin ditingkatkan sebanyak 20%
dan berwarna coklat sehingga didominasi Nocardia spp semakin per hari sampai proses kembali normal
gelap nyata  Tambahkan kaporit kedalam sumur lumpur dalam
jumlah memadai namun tidak lebih dari 10 mg/L.
Penambahan kaporit sebaiknya dilakukan bertahap mulai
dari konsentrasi kecil, misal 1 mg/L
 Tambahkan lebih banyak bahan polimer kationik
anti foam (misal Calrifloc LA 269) kedalam tangki aerasi
3 Bau
Lumpur/tanah Tidak ada masalah
busuk Ada gas H2S akibat proses penguraian Tambah suplai udara dengan menambah jumlah aerator
organik terurai secara anaerobik didalam apung yang beroperasi hingga DO melampaui 2-3 mg/L
tangki aerasi

D. Wetland
No. Penampakan Permasalahan Penanggulangan
1. Tanaman mati/kering Tanaman kering akibat tidak adanya aliran Penyiraman rutin dengan air bersih pada tanaman
air limbah/ aliran kecil pada wetland
2. Terjadi genangan Penyumbatan media dan outlet Lakukan pembersihan media. Jika diperlukan,
angkat media gravel dan bersihkan

Standar Operasional Prosedur (SOP) 29

Anda mungkin juga menyukai