Anda di halaman 1dari 42

Penyusunan DED IPLT

Kabupaten Trenggalek

BAB E
PENDEKATAN METODOLOGI

Dalam pelaksanaan kegiatan pekerjaan Penyusunan DED IPLTKabupaten


Trenggalek digunakan beberapa pendekatan atau metodologi yang ditentukan oleh
konsultan berdasarkan teori dari kajian literatur, sehingga dpat terpenuhi tujuan dan
sasaran yang dimaksud dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Kegiatan Penyusunan
DED IPLT Kabupaten Trenggalek ini dilakukan oleh konsultan sebagai salah satu
upaya peningkatan fasilitas sanitasi, sehingga dapat meningkatkan kualitas sumber
daya ait dan lingkungan di lokasi kegiatan. Selain itu, Penyusunan DED IPLT
Kabupaten Trenggalek dilakukan untuk memperoleh sistem IPLT yang
komprehensif, efisien, efektif dan ramah lingkungan serta dapat berkelanjutan.

E.1. PENDEKATAN PEKERJAAN

Sesuai dengan uraian pada Kerangka Acuan Kerja (KAK) dari kegiatan pekerjaan
ini, konsultan telah memahami dari isi KAK tersebut, dan secara umum memberikan
beberapa tanggapan terhadap Kerangka Acuan Kerja adalah sebagai berikut:

a. Pendekatan Teknis
Dalam pekerjaan kegiatan PenyusunanDED IPLT Kabupaten Trenggalek
dilakukan dengan beberapa pendekatan, salah satunya adalah pendekatan
secara teknis, dimana perencanaan dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah
teknis (norma, standar, pedoman dan manual) yang relevan, sehingga
diharapkan dapat tercapat desain yang konsisten dengan kaidah yang berlaku.

E-1
Penyusunan DED IPLT
KABUPATEN TRENGGALEK 2019

b. Pendekatan Koordinatif
Selain pendekatan secara teknis, pendekatan yang dilakukan lainnya adalah
pendekatan koordinatif. Pendekataan koordinatif dalam pelakasanaan
kegiatanPenyusunan DED IPLT Kabupaten Trenggalek ini merupakan koordinasi
yang dilakukan oleh semua pihak terkait untuk pengumpulan data, informasi dan
studi-studi terdahulu yang menunjang pelaksanaan pekerjaan, sehingga
diperoleh data yang komprehensif dan akurat sesuai dengan kondisi di lapangan.
Beberapa instansi terait rencananya dilibatkan dalam pendekatan koordinastif
pekerjaan ini adalah:
 Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup Kabupaten
Trenggalek;
 Balai Teknik PLP Surabaya;
 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Trenggalek;
 Aparatsetempat(Camat,Lurah)dilokasikegiatan (Desa Ngentrong Kecamatan
Karangan).

Selain itu, pendekatan koordinatif juga dilakukan dengan sosialisasi kepada


masyarakat penerima manfaat dan operasional IPLT Kabupaten Trenggalek,
agar masyarakat memahami maksud dan tujuan pengadaan IPLT, sehingga
diharapkan dapat mendukung operasional IPLT Kabupaten Trenggalek secara
berkesinambungan.

E.2. METODOLOGI PEKERJAAN

Kegiatan pekerjaan PenyusunanDED IPLT Kabupaten Trenggalekakan


dilaksanakan sesuai dengan tahapan-tahapan berikut:

1) Tahapan Persiapan

Tahap persiapan pekerjaan ini meliputi persiapan administrasi, kebutuhan


data dan informasi yang diperlukan, studi-studi terdahulu, kerangka alur
pekerjaan, rencana kerja pelaksanaan pekerjaan, instrumen dan metode
survey (metode pendataan), rencana peralatan, rencana personil serta
mobilisasinya. Pada tahapan persiapan pekerjaan, studi literature mulai
dilakukan untuk kajian dan analisa kaidah-kaidah teknis, kebijakan dan
peraturan, norma, standar, pedoman, manual dan petunjuk teknis terkait yang

E-2
Penyusunan DED IPLT
KABUPATEN TRENGGALEK 2019

nantinya akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan


kegiatanPenyusunanDED IPLT Kabupaten Trenggalek.

2) Inventarisasi Data Primer dan Data Sekunder

Data yang digunakan dalam kegiatanPenyusunan DED IPLT Kabupaten


Trenggalek ini meliputi data primer yang diperoleh dari survei lapangan dan
data sekunder yang diperoleh dari instansi-instansi dan pihak terkait.
Kebutuhan data yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah:
o Data eksisting karakteristik lokasi kegiatan (fisiografi termasuk geoteknik
dan topografi, demografi, kependudukan, sosial budaya dan ekonomi);
o Data eksisting sistem pengelolaan air limbah domestik secara setempat
(on site) di lokasi kegiatan;
o Data eksisting fasilitas, sarana, prasarana dan infrastruktur sistem
pengelolaan air limbah secara setempat (on site) di lokasi kegiatan;
o Data eksisting IPLT dan cakupan area pelayanan (bila sudah ada IPLT);
o Studi-studi terdahulu;
o Standar teknis yang digunakan (SNI, NSPM, Petunjuk Teknis Bidang Air
Limbah, Pedoman Umum Pelaksanaan IPLT).

Pada tahapan inventarisasi data ini akan menggunakan metode sebagai


berikut :

a. Survei Instansional
Survei instansi adalah survei yang dilakukan untuk mengumpulkan data
sekunder yang sudah tersedia dalam bentuk buku, laporan atau soft copy
di instansi terkait.
b. Survei Lapangan
Survey lapangan dilakukan untuk memperoleh data primer berupa data
kondisi teknis dan sosial lapangan yang dilakukan dengan teknis
pengamatan (observasi lapangan), pengukuran lapanga dan wawancara.
Data primer yang diperoleh dari survey lapangan adalah mengenai kondisi
teknis terkait sistem pengelolaan air limbah domestic secara setempat (on
site) dan aspek teknis pendukung terkait kondisi teknis di lokasi rencana

E-3
Penyusunan DED IPLT
KABUPATEN TRENGGALEK 2019

IPLT Kabupaten Trenggalek. Pelaksanaan survey lapangan dilakukan


dengan tahapan sebagai berikut:
o Merancang bahan survei, data dan informasi apa saja yang diperlukan
pada saat survei lapangan;
o Menentukan metode survei
o Pengamatan lapangan (kondisi teknis dan sosial);
o Pengukuran lapangan (kontur, topografi, geoteknik).
o Adapun jenis data terkait serta standar perencanaan dan kriteria
perencanaan yang digunakan dalam pekerjaan kegiatanPenyusunan DED
IPLT Kabupaten Trenggalek meliputi:
o Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971.
o Standart Nasional Indonesia (SNI).
o Standart Penggambaran Bangunan IPLT.
Pekerjaan Pengukuran

Pekerjaan pengukuran yang termasuk dalam tahapan inventarisasi data


primer, mempunyai maksud dan tujuan untuk mendapatkan gambaran
topografi yang lengkap, jelas dan memenuhi syarat-syarat untuk
perencanaan teknis ini. Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan peta
situasi, yang meliputi :
o Pemetaan lokasi penempatan IPLT (pemasangan patok BM).
o Pengukuran jalur pipa penyaluran.
Metode pengukuran yang akan diterapkan agar dicapai hasil yang optimal
dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Pekerjaan Persiapan Pengukuran
Pekerjaan persiapan yang dilakukan oleh Konsultan adalah sebagai
berikut:
o Menyiapkan administrasi yang diperlukan, seperti perijinan, surat jalan
dan sebagainya.
o Mengumpulkan peta yang ada kaitannya dengan pekerjaan dimaksud.
o Melakukan inventarisasi data koordinat titik acuan terdekat atau titik
acuan yang diarahkan oleh pihak proyek (TTG).

E-4
Penyusunan DED IPLT
KABUPATEN TRENGGALEK 2019

o Menyiapkan data pendukung lain yang diperlukan.


o Menyiapkan schedule pekerjaan, schedule peralatan dan schedule
personil.
o Menyiapkan peralatan yang diperlukan.
o Menyiapkan personil yang akan dilibatkan.
o Menyiapkan peta kerja, termasuk perencanaan jalur pengukuran dan
rencana penempatan titik kontrol.
b. Pemasangan Monumentasi dan Patok Bantu
Ada 2 jenis monumentasi dan 1 patok bantu yang perlu dipasang yaitu:
1. Bench Mark (BM)
Bench Mark yang terbuat dari beton menggunakan tulangan dengan

ukuran 20 cm x 20 x cm x 50 cm. BM dilengkapi dengan baut yang diberi

tanda silang pada bagian atasnya sebagai titik centering, serta diberi

penamaan pada bagian samping menggunakan cat. BM ini dipasang

sedemikian rupa sehingga bagian yang muncul di atas tanah lebih

kurang 20 cm.

2. Control Point (CP)


Control Point dengan ukuran 10 cm x 10 cm x 80 cm terbuat dari cor

semen, dipasang dengan tujuan untuk memberikan acuan arah azimuth

dari BM terpasang. Control point ini dipasang dengan posisi saling

terlihat dengan BM terpasang. Pemasangan Bench Mark ini diikuti

dengan pemasangan Control Point (CP) sebagai arahan untuk

menentukan azimuth titik tersebut. BM dan CP dipasang pada tempat

yang stabil, aman dan mudah dalam pencariannya.

3. Patok Bantu
Patok bantu dipasang pada setiap tempat berdiri alat poligon, situasi,

cross section dan diantara tempat berdiri alat waterpas. Patok ini dibuat

E-5
Penyusunan DED IPLT
KABUPATEN TRENGGALEK 2019

dari kayu dengan ukuran 3 cm x 5 cm x 40 cm. Patok kayu ini pada

bagian atasnya dipasang paku payung sebagai penanda centering titik

tempat berdiri alat atau titik berdiri rambu pada pengukuran waterpass.

Untuk memudahkan penentuan patok, perlu juga diberikan peng-kodean

atau penamaan masing-masing patok kayu tersebut dengan nama, huruf

atau nomor.

c. Pengukuran Poligon
Pengukuran poligon dilakukan dengan mengukur sudut dan jarak beserta
azimuth awal sebagai penentu arah Utara.

1. Pengukuran Sudut
Sudut ukur dengan menggunakan alat ukur Theodolith Wild – T2 atau

sejenis. Pengukuran sudut dapat dijelaskan dengan gambar berikut ini:

Sudut yang dipakai adalah sudut dalam yang merupakan hasil rata-rata

dari pengukuran I dan II.

101030’29’’ (bacaan I)
Bacaan I = 101030’29’’

Bacaan II = 101030’28’’
101030’28’’ (bacaan II)
0
Rata-rata = 101 30’28,5’’

Sedangkan untuk pengukuran jarak dilakukan dengan cara optis dan

dicek dengan menggunakan meetband.

2. Hitungan Poligon
Poligon dihitung dengan cara sebagai berikut :

d-4 4
d
5 d-3
d-5 e
c
6 f 3
d-2
d-6 b
a 2
1 d-1

E-6
Penyusunan DED IPLT
KABUPATEN TRENGGALEK 2019

 sudut = (n  2) x 1800
Keterangan:
 sudut = jumlah sudut dalam / sudut luar
n = jumlah titik Poligon
a,b,c,…f = besar sudut
d1,d2,..d6 = jarak antar titik Poligon
 = kesalahan sudut yang besarnya sudah ditentukan (10 4 n)

3. Hitungan Koordinat
Koordinat masing-masing titik
Utara
Poligon dengan berikut:

Xb = Xa + dab Sin abX B


ab (Xb,Yb)
Xb = Ya + dab Cos abX dab
A
Keterangan: (Xa,Ya)

Xa, Ya = Koordinat titik A

Xb, Yb = Koordinat titik B

Dab = Jarak datar antara titik A ke titik B

ab = Azimuth sisi titik A ke titik B

x, y = Koreksi

Sedangkan untuk koreksi Absis dan Ordinat digunakan metode

Bouwditch berikut :

di di
fyi= xfy fxi= xfx
∑d ∑d
Keterangan:

E-7
Penyusunan DED IPLT
KABUPATEN TRENGGALEK 2019

xi, yi = Koreksi absis dan ordinat masing-masing koordinat

x, y = Koreksi absis dan ordinat keseluruhan

di = Jarak sisi – i

d = Jumlah jarak keseluruhan

d. Pengukuran Waterpass
Pengukuran Waterpass A Arah observasi
dilakukan untuk bd
bb
mengetahui perbedaan
B
ketinggian antara dua titik,
sehingga apabila salah
satu titik diketahui ketinggiannya maka titik selanjutnya dapat diketahui
ketinggiannya. Hal tersebut dapat dijelaskan dengan gambar sebagai
berikut :
HA-B = bb – bd
Keterangan:
HA-B = Beda tinggi antara titik A dan titik B
bb = Bacaan rambu belakang
bd = Bacaan rambu depan
A, B = Titik yang di Observasi
Sehingga untuk mengetahui tinggi titik B dapat dicari dengan persamaan :
HB = HA + HA-B
Keterangan:
HA = Tinggi titik A
HB = Tinggi titik B
HA-B = Beda tinggi antara titik A dan titik B

Rute pengukuran waterpass mengikuti rute pengukuran poligon dengan


pembagian loop seperti pengukuran poligon. Pengukuran Kerangka Kontrol
Vertikal atau waterpass, harus diukur dengan spesifikasi sebagai berikut :
- Kerangka Kontrol Vertikal harus diukur dengan cara loop, dengan
menggunakan alat waterpass Wild Nak-2 atau yang sejenis.

E-8
Penyusunan DED IPLT
KABUPATEN TRENGGALEK 2019

- Jarak antara tempat berdiri alat dengan rambu tidak boleh lebih besar
dari 50 meter.
- Baud-baud tripod (statip) tidak boleh longgar, sambungan rambu harus
lurus betul serta perpindahan skala rambu pada sambungan harus tepat,
serta rambu harus menggunakan nivo rambu.
- Sepatu rambu digunakan untuk peletakan rambu ukur pada saat
pengukuran.
- Jangkauan bacaan rambu berkisar antara minimal 0500 sampai dengan
maksimal 2750.
- Data yang dicatat adalah bacaan ketiga benang yaitu benang atas,
benang tengah dan benang bawah.
- Pengukuran sipat datar dilakukan setelah BM dipasang, serta semua BM
eksisiting dan BM baru terpasang harus dilalui pengukuran waterpass.
- Slaag per seksi diusahakan genap dan jumlah jarak muka diusahakan
sama dengan jarak belakang.
- Pada jalur terikat, pengukuran dilakukan pergi-pulang dan pada jalur
terbuka pengukuran dilakukan pergi-pulang dan double stand.
- Kesalahan beda tinggi yang dicapai harus lebih kecil dari 7 mmD,
dimana D adalah jumlah panjang jalur pengukuran dalam kilometer.
- Semua data lapangan dan hitungan harus dicatat secara jelas dan
sistematis, jika ada kesalahan cukup dicoret dan ditulis kembali
didekatnya, serta tidak diperbolehkan melakukan koreksi menggunakan
tinta koreksi.
- Pekerjaan hitungan waterpass harus diselesaikan di lapangan, agar bila
terjadi kesalahan dapat segera diketahui dan dilakukan pengukuran
kembali hingga benar.
- Perataan hitungan waterpass dilakukan dengan perataan metode
Bouwditch.

E-9
Penyusunan DED IPLT
KABUPATEN TRENGGALEK 2019

e. Pengukuran Situasi
Pengukuran situasi
untuk mengetahui
kondisi daerah sekitar,
sehingga dari gambar
yang dihasilkan dapat
direncanakan
pengaturan
penempatan bangunan. Situasi diukur dengan methode sudut kutub sebagai
berikut :
Keterangan:

P10,P11,P12 = titik-titik poligon


S1,S2,S3 = sudut ikat masing-masing titik detil
d1,d2,d3 = jarak sisi masing-masing titik detil
a, b, c = titik-titik detil

Detil-detil tersebut diukur dengan menggunakan alat Theodolith Wild T0.


Jarak dan beda masing-masing sisi dan titik detil diukur dengan methode
Tachimetry seperti pada gambar berikut :

A D
m Dtg bt
h D
h

ti B

HAB = bb – bd
Keterangan:
D = jarak datar
h = sudut vertical
bt = bacaan benang tengah
ti = tinggi instrumen

E-10
Penyusunan DED IPLT
KABUPATEN TRENGGALEK 2019

HAB = beda tinggi antara titik A dan B


Untuk besaran jarak (D) diperoleh dengan persamaan :
D = AY Cos2.h
Keterangan:
D = jarak datar
A = besaran konstanta alat (50)
Y = benang atas – benang bawah
h = sudut vertikal

f. Pekerjaan Perencanaan
Pekerjaan kantor atau perencanaan dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pekerjaan Hitungan
Setelah hitungan awal pekerjaan pengukuran dilapangan terutama
hitungan kerangka kontrol horizontal dan vertikal diselesaikan, maka
proses selanjutnya adalah penghitungan data secara simultan.
Hitungan-hitungan yang dilakukan adalah hitungan untuk data cross
section dan detail situasi. Pekerjaan ini dapat dilakukan dengan
menggunakan kalkulator maupun dengan menggunakan bantuan
Personal Computer.

Tahapan pekerjaan perhitungan ini meliputi :

- Pekerjaan hitungan sementara harus selesai di lapangan, sehingga


kalau ada kesalahan dapat segera diulang untuk segera dapat
diperbaiki.
- Stasiun pengamatan matahari dicantumkan dalam sketsa.
- Hitungan poligon dan sipat datar menggunakan metode perataan
bowditch.
- Pada gambar seketsa dicantumkan pula salah penutup sudut poligon
beserta jumlah titik, salah linier poligon beserta harga toleransi, serta
jumlah jarak.
- Perhitungan koordinat dilakukan dengan proyeksi UTM.
2. Pekerjaan Penggambaran

E-11
Penyusunan DED IPLT
KABUPATEN TRENGGALEK 2019

Pengukuran poligon dilakukan dengan mengukur sudut dan jarak


beserta azimuth awal sebagai penentu arah Utara. Penggambaran
dilakukan pada Kertas sesuai dengan spesifikasi yang diminta, dengan
menggunakan Program Auto Cad. Gambar-gambar dilengkapi dengan
penunjuk arah Utara, Legenda, Skala, Kop, Judul gambar, disertai
dengan kelengkapan yang diperlukan lainnya.

g. Pekerjaan Geoteknik

Pekerjaan geoteknik meliputi :


 Pengujian lapangan dengan Standard Penetration Test (SPT) dan
Permeability Test yang dilakukan pada saat pelaksanaan sondir.
 Pengamatan geologi pada daerah perencanaan dan sekitarnya.
 Sampling dan analisa Laboratorium mekanika tanah untuk analisa soil
propertis dengan unsur analisa sesuai dengan standar perencanaan.

Pekerjaan penyelidikan geologi dilaksanakan dengan maksud untuk


menghasilkan data tanah, guna perencanaan pondasi banguna IPLT di
lokasi kegiatan. Pekerjaan ini dibagi menjadi 2 pekerjaan utama yaitu
pekerjaan lapangan dan pekerjaan laboratorium, yang diuraikan sebagai
berikut :
1. Pekerjaan di lapangan
Penyelidikan geologi teknik dimaksudkan untuk mengetahui jenis kualitas
tanah/pondasi yang nantinya akan menjadi bahan pertimbangan didalam
menentukan desain IPLT.
 Sondir
Investigasi tanah dengan Sondir dilakukan dengan melakukan
pembacaan dan pencatatan nilai conus dan jumlah perlawanan conus
pada dial tiap-tiap kedalaman 20 cm.
 Standar Penetration Test
Pengujian Standard Penentration Test harus sesuai dengan ASTM D-
1586-84. sebelum dilaksanakan test ini lubang bor dibersihkan dari
material yang runtuh dan kedalamannya diukur. Beban seberat 63.5 kg
dijatuhkan bebas dengn ketinggian 75 cm untuk memasukkan “split barrel

E-12
Penyusunan DED IPLT
KABUPATEN TRENGGALEK 2019

sample” sedalam 50 cm. Perhitungan dari pada N SPT adalah jumlah


pukulan untuk memasukkan 15 cm kedua, dan 15 cm ketiga. Apabila
jumlah pukulan lebih dari 50 untuk memasukkan split barrel sample “30
cm, maka test dapat dihentikan.
Material hasil dari SPT dimasukkan kedalam plastik dan diberi label yang
berisi nilai SPT dan kedalamannya.
Perhitungan N-value didasarkan pada jumlah pukulan tahap II atau 30 cm
sebelum dasar pengujian. Bila ternyata dijumpai keadaan dimana jumlah
pukulan sudah mencapai 50 kali, tetapi penetrasi belum mencapai 30 cm,
maka pengujian dianggap selesai dan N-value akan dikoreksi bila
pengujian lebih dalam dari 20 m dengan rumus, sebagai berikut:
N‘ = (1,06 - 0,003 d) N
Keterangan:
N’ = harga N setelah dikoreksi
N = harga N hasil lapngan
d = panjang rod (m)
 Pengambilan Sampling Material Timbunan
Konsultan akan mengambil sampling material pasir dan gravel pada
lokasi material timbunan masing-masing pada 2 lokasi untuk dilakukan
pengujian laboratorium
2. Pekerjaan Laboratorium
Secara garis besar test yang dilakukan dilaboratorium ada dua macam
yaitu: test material tanah dan test material pasir dan gravel.
 Test Laboratorium untuk Material Tanah
- Natural Water Content
Natural Water Content dilaksanakan dengan mengacu
ASTM.D.2216-71.
- Natural Desinty
Natural Desinty dilaksanakan untuk mengetahui desitas dari tanah
dengan cara berat dari tanah dalam kondisi basah bagi volume dari
tanah yang basah.
- Specific Gravity

E-13
Penyusunan DED IPLT
KABUPATEN TRENGGALEK 2019

Specific Grafity dilaksanakan dengan memacu pada ASTM.D.854-


58
- Grain Size Analysis
Grain Size Analysis dilaksanakan dengan memacu pada
ASTM.D.422-72
- Atterberg Limit
Atterberg Limit dilaksanakan dengan memacu pada ASTM.D.698-
70
- Compaction Test
Untuk mendapatkan kepadatan kering yang maksimum dan
optimum moisture content, maka compaction mengacu pada
ASTM.D.698-70
- Triaxial Test CU dilaksanakan pada tanah yang sudah dipadatkan
Pengujian Triaxial Test CU dilaksanakan pada tanah yang sudah
dipadatkan dengan mengacu pada ASTM.D.4767-87
- Permeability Test pada contoh yang sudah dipadatkan.
Pengujian Permeability untuk mendapatkan nilai kelulusan air pada
tanah yang sudah dipadatkan dengan mangacu pada
ASTM.D.2434-68
- Consolidation Test pada tanah yang sudah dipadatkan
Pengujian ini dilakukan pada tanah yang sudah dipadatkan untuk
mencari karakter volume penurunan pada proses saturasi yang
disebabkan oleh tekanan vertikal dan mengacu pada
ASTM.D.2435-70.
- Dispersivity
Pengujian ini dilaksanakan pada tanah tersebut sesuai dengan
ASTM.D.4221-90.
 Test Laboratorium untuk Material Pasir & Gravel
- Sieve Analysis
Pengujian ini dilaksanakan untuk memperoleh distribusi pada besar
butir baik untuk pasir maupun gravel dan mengacu pada
ASTM.C.136-46

E-14
Penyusunan DED IPLT
KABUPATEN TRENGGALEK 2019

- Bulk Spesific Grafity


Pengujian ini dillaksanakan untuk memperoleh spesific grafity
(bulk), specific grafity kering permukaan (SSD) maupun apparent
spesific grafity.
- Water Absorption
Pengujian ini untuk mendapatkan prosentase dari penyerapan air
pada material terhadap berat kering material terhadap berat kering
material denga mengacu pada ASTM.C.128-68.
- Soundness of Agregate
Pengujian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran reaksi
kimia dari sodium sulfat terhadap material tersebut dengan
mengacu pada ASTM.C.88 atao Concrete Manual D-19
- Los Angeles Abration Test
Pengujian ini dimaksudkan untk mendapatkan nilai keawetan
material terhadap mengikisan yang dihasilkan pada mesin Los
Angeles dengan mengacu pada ASTM.C.131-55 atau
ASTM.C.535-9
- Clay Content
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui kandungan lempung
pada material yang akan dipakai sebagai bahan concrete dan
sesuai dengan Concrete Manual D-14
- Organic Impurities
Test ini bertujuan untuk mengetahui kandungan lempung pada
material yang akan dipakai sebagai bahan concrete dan sesuai
dengan ASTM.C. 40-66T
- AAR & ASR
ARR (Alkaline Agregate Reaction) dan ASR (Alkaline Silica
Reaction) test dimaksudkan untuk mengetahui potensial reaksi
alkaline dan silika dari batu dan pasir sesuai dengan ASTM.C.1260.

1) Seleksi Lokasi
 Lokasi IPLT akan ditentukan berdasarkan kriteria NSP yang ada dan
kesesuaian data lapangan

E-15
Penyusunan DED IPLT
KABUPATEN TRENGGALEK 2019

 Apabila telah terdapat IPLT existing, maka akan dilakukan kajian teknis
kesesuaian lokasi existing terhadap kebutuhan perencanaan
 Koordinasi dengan tim teknis dan pemberi pekerjaan dalam memilih alternatif
lokasi yang telah dilakukan kajian teknis.

2) Sosialisasi
Mensosialiasikan rencana pembangunan IPLT sebagai sarana sanitasi yang
keberdaanya sangat dibutuhkan dalam pengendalian pencemaran limbah domestik.
Cakupan dan konsep sosialisasi adalah sebagai berikut :
a. Sosialiasi rencana kegaiatan :
- Menjelaskan rencana kegiatan terutama tentang unit IPLT, rencana
konstruksi dan operasional
- Menggali informasi tentang kondisi sanitasi masyarakat
- Sosialiasi kepada masyarakat khususnya yang berdekatan dengan lokasi
rencana IPLT
b. Edukasi masyarakat :
- Pentingnya IPLT sebagai pengolahan lumpur tinja, sebagai langkah
pengendalian pencemaran dan peningkatan kualitas lingkungan
- Edukasi pemanfaatan IPLT yang akan dibangun secara optimal, dengan cara
pengurasan secara berkala tangki septic di masing-masing rumah.
c. Saran masukan :
- Penggalian saran dan masukan dari masyarakat tentang rencana kegiatan
- Menumbuhkan antusias masyarakat dalam partisipasi untuk menjaga
lingkungan permukiman dan memanfaatkan IPLT secara optimal.

3) Pekerjaan Kompilasi dan Pemprosesan Data


Setelah diperoleh data, maka kemudian dilakukan pengumpulan, pengolahan data
dan analisis berdasarkan jenis dan sumber data yang diperoleh. Kegiatan kompilasi
data meliputi :
a. Verifikasi terhadap data yang sudah dikumpulkan
Kegiatan verifikasi adalah mencocokan data atau mengkonfirmasikan dengan
sumber data. Hal ini dimaksudkan agar dapat diperoleh data yang akurat.
b. Pengelompokan data

E-16
Penyusunan DED IPLT
KABUPATEN TRENGGALEK 2019

Kegiatan ini adalah mengelompokan data sesuai dengan kebutuhan, agar


konsisten dengan struktur data.
c. Perhitungan atas data (Calculating Data)
Kegiatan ini merupakan puncak dari semua kegiatan kompilasi data, sehingga
diperlukan kecermatan dan kehati-hatian.
d. Pengolahan data (Tabulasi, Grafik dan peta)
Dari data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan grafik dan
tabulasi dalam memudahkan identifikasi serta pembuatan peta sehingga
memudahkan dalam pembuatan perencanaan.

4) Pekerjaan Analisis Data


Melakukan analisis data sehingga menghasilkan aspek kuantitatif dan aspek
kualitatif yang dapat dipakai sebagai bahan untuk menyusun konsep dari bantuan
teknis pengelolaan IPLT Kota Banjarbaru.
Analisa data dalam pekerjaan ini adalah:
 Analisa data karakteristik Kota Banjarbaru dan kondisi rencana lokasi
 Analisa kondisi eksisting sistem pengelolaan limbah domestik secara setempat
(on site), sehingga dapat digunakan untuk merencanakan cakupan area
pelayanan IPLT
 Analisa rencana cakupan area pelayanan dan pengembangannya berdasarkan
data produksi limbah tinja yang dihasilkan pada area rencana cakupan pelayanan.
Produksi tinja diperoleh berdasarkan data jumlah penduduk, kondisi sistem
pengelolaan limbah domestik secara setempat (on site), yaitu jumlah rumah
tangga yang telah memiliki jamban dan tangki septik, serta berdasarkan jumlah
produksi tinja per orang per tahun menurut pedoman yang berlaku, yaitu
Pedoman Penentuan Standart Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang,
Perumahan dan Permukiman dan Pekerjaan Umum (Keputusan Menteri
Permukima dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001), yaitu sebesar 50
lt/org/tahun. Perhitungan proyeksi penduduk digunakan dalam analisa pekerjaan
ini guna memprediksi pertambahan penduduk terkait dengan pengembangan
IPLT dalam operasionalnya.
1) Perhitungan Proyeksi Penduduk

Perhitungan proyeksi penduduk yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah:

E-17
Penyusunan DED IPLT
KABUPATEN TRENGGALEK 2019

a. Metode Geometrik
Perhitungan penduduk diasumsikan mengikuti deret geometrik dengan
rasio pertumbuhan adalah sama untuk setiap tahunnya. Sehingga rumus
dari pertumbuhan geometrik adalah (Rubin, 2001 : 640) :
n
Pn =P0 ( 1+r )
dengan :
Pn = Jumlah penduduk tahun ke-n (jiwa)
P0 = Jumlah penduduk pada tahun yang ditinjau (jiwa)
r = Tingkat pertumbuhan penduduk (%)
n = Jumlah tahun proyeksi (tahun)
b. Metode Aritmatik
Dalam metode ini, pertumbuhan rata-rata penduduk berkisar pada prosentase
r yang konstan setiap tahun (Mc.Flee, 2001 : 7). Metode ini dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Pn =P0+K⋅t
dengan :
Pn = Jumlah penduduk pada akhir tahun ke-n (jiwa)
Po = Jumlah penduduk pada tahun yang ditinjau (jiwa)
K = Pertumbuhun penduduk rata-rata per tahun
t = Jumlah tahun proyeksi (tahun)
c. Metode Least Square
Persamaan perhitungan proyeksi penduduk dengan menggunakan metode
least square adalah sebagai berikut:
Pn = a + b N
dimana : Pn = jumlah penduduk pada akhir tahun periode proyeksi
N = selisih antara tahun proyeksi dengan tahun dasar
perhitungan (tahun 2011)
Nilai a dan b dicari berdasarkan persamaan:
2

a=
∑ y. ∑ x −∑ x . ∑ xy
(n(∑ x 2 )−(∑ x)2
n. ∑ xy .−∑ x . ∑ y
b=
(n( ∑ x 2 )−( ∑ x )2

E-18
Penyusunan DED IPLT
KABUPATEN TRENGGALEK 2019

dimana : n: jumlah data

x: nomor data
y: jumlah penduduk tiap tahun
 Analisa tata ruang, yang meliputi kesesuaian rencana lokasi IPLT tersebut
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) .

5) Pekerjaan Penyusunan DED IPLT


Penyusunan DED sesuai dengan analis yang dilakukan pada setiap tahapan
kegiatan mulai dari survey, identifikasi, desain dan RAB serta pembuatan gambar
kerja untuk konstruksi, penyusunan rencana kerja dan syarat-syarat teknis
pelaksanaan konstruksi penanganan IPLT.

 Penentuan Acuan Design


Penentuan acuan design DED IPLT Kabupaten Trenggalek ini mengacu pada
standar, norma, pedoman, petunjuk teknis.

Standar Teknis yang diperlukan berkaitan dengan design IPLT seperti antara
lain:
- NSPM perencanaan IPLT dengan sistem kolam
- Kriteria teknis unit-unit pengolahan limbah di IPLT
- Peraturan dan acuan lain yang terkait

 Analisis Desain, Perencanaan dan Perhitungan

Perhitungan detail akan mencakup beberapa hal sebagai berikut :


- Analisa proses pengolahan rencana IPLT
- Perhitungan detail dan penggambaran unit pengolahan
- Perhitungan detail dan penggambaran unit sarana pendukung

Detail design DED IPLT Kabupaten Trenggalek dapat dikelompokan dalam


beberapa jenis sebagai berikut :
- Unit Struktur
- Unit Mekanikal & Elektrikal (optional)
- Unit Perpipaan

E-19
Penyusunan DED IPLT
KABUPATEN TRENGGALEK 2019

 Rencana Anggaran Biaya

Dari gambar bangunan akan dilakukan perhitungan dan penggambaran desain,


selanjutnya dihitung volume dan kebutuhan biaya konstruksi. Berdasarkan
asumsi di atas serta rencana jadwal pelaksanaan pembangunan konstruksi,
maka dapat dihitung prakiraan biaya proyek secara keseluruhan. Proses
pembuatan Rencana Anggaran Biaya melewati 2 buah proses yaitu proses
perhitungan volume dan kedua yaitu perhitungan analisa biaya dan upah,
perhitungan volume berdasarkan gambar pelaksanaan yang telah selesai,
sedangkan perhitungan analisa biaya dan upah diupayakan menggunakan
tenaga kerja dari daerah setempat.

 Spesifikasi Teknis

Dokumen spesifikasi teknis berisi ketentuan-ketentuan jenis bahan dan mutu


bahan yang dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan serta syarat-syarat dan
ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan pekerjaan ini.

6) Pekerjaan Penyusunan SOP


Penyusunan Pedoman Operasional dan Pemeliharaan sebagai acuan dalam
menjalankan dan memelihara prasarana sarana setelah konstruksi selesai dibangun.
Penyusunan SOP mencakup tata operasional:
 Penerimaan truk penguras lumpur tinja masuk ke dalam IPLT.
 Pemasukan influen lumpur tinja ke dalam instalasi pengolahan.
 Pemantauan proses pengolahan pada masing-masing unit
pengolahan.
 Pemantauan kualitas influen dan efluen harian dan berkala.

7) Penyusunan Laporan
Penyusunan laporan (Laporan Pendahuluan, Laporan Bulanan, Laporan Antara, dan
Laporan Akhir) mulai disusun olah Konsultan dalam tahap persiapan dan dilanjutkan
sampai dengan terselesaikannya pekerjaan.
a. Laporan Pendahuluan
LaporanPendahuluandiserahkanselambat-lambatnya0,5 bulansejakSPMK
diterbitkan,sebanyak5(lima)bukulaporan.LaporanPendahuluanmemuat:

E-20
Penyusunan DED IPLT
KABUPATEN TRENGGALEK 2019

 Temuan awal dan gambaran umum lokasi,


 Jadwal dan matrik penugasan serta tanggung jawab tenaga ahli
 Gambaran umum dan permasalahan umum pengelolaan air limbah
perkotaan/kawasankhususnyayang adakaitannyadenganKonstruksi Air
LimbahSistem Terpusatserta metodologi perencanaan.
 Pendekatan/Metodologiyangakandilakukanuntukmenyelesaikanperencanaan.
 Struktur Organisasitim kerjadanpelaksanaanmasing-masingpekerjaan.
 Pengaturandanpenjadualantenagaahli yangdilibatkan.
Rencana Kerjatermasuk jadwal pelaksanaan kegiatan yang dilakukan
denganpembahasan-pembahasan.

b. Laporan Interim/Antara
Laporan Interim/Antara diserahkan 1,5 bulan sejak SPMK diterbitkan, sebanyak
5 (lima) buku laporan. Laporan Interim/Antara memuat hasil sementara
pelaksanaan kegiatan, antara lain :
 Gambaran umum data konstruksi air limbah dengan sistem terpusat skala
kota yang meliputi kondisi fisik, kondisi sosial ekonomi, cakupan layanan,
tingkat pelayanan dan investasi yang telah dilaksanakan.
 Data dan inventarisasi prasarana dan sarana di bidang air limbah di
kota/kawasan yang mencakup lokasi, jenis prasarana dan sarana, volume,
dimensi, nilai investasi, kondisi fisik, kondisi sosial ekonomi, jumlah penfaat
(jiwa terlayani) sertia perkiraan jumlah tenaga kerja yang dapat terserap.
 Gambaran/Peta kondisi pelayanan air limbah saat ini, dilengkapi dengan
gambar dan skema yang diperlukan.
 Hasil pelaksanaan fisik di lapangan dan permasalahan yang terjadi serta
rekomendasi pemecahan masalah untuk percepatan pelaksanaan fisik dan
dilengkapi dengan informasi tabel dan gambar.

c. Laporan Akhir
Laporan Akhir berisikan perbaikan dari Konsep Laporan Akhir yang telah
mendapat masukan dari pembahasan dengan Tim Teknis dan Pemerintah
Daerah. Laporandanhasilkegiatanyang sudahberbentuk final
dansudahmenampung semuapelaksanaansertahasilpada pembahasanterakhir
diserahkanjugadalam bentukAudioVisual/CD/Fotosebanyak5set. Selain itu juga

E-21
Penyusunan DED IPLT
KABUPATEN TRENGGALEK 2019

akan diserahkan laporan penunjang yang terdiri dari Dokumen Dokumen


Perencanaan, Softcopy Laporan dalam Hard Disk 2TB, dan Maket IPLT.

E-22
Penyusunan DED IPLT
KABUPATEN TRENGGALEK 2019

Penyusunan DED IPLT


Kabupaten Trenggalek

TAHAP PERSIAPAN

TAHAP INVENTARISASI DATA

DATA PRIMER DATA SEKUNDER

Survey lapangan Data instansional


Pengukuran Data kelembagaan normal atau non
Wawancara formal
Diskusi

SELEKSI LOKASI

KOMPILASI & VERIFIKASI


DATA

ANALISA DATA

Rapat Koordinasi dan Sosialisasi

PERENCANAAN DED

Rapat Pembahasan

PENYUSUNAN LAPORAN

Gambar E.1
Metodologi Pekerjaan Penyusunan DED IPLT Kabupaten Trenggalek

E-23
Penyusunan DED IPLT
KABUPATEN TRENGGALEK 2019

E.3. Metodologi Desain IPLT

Dalam menentukan desain IPLT secara umum ditentukan berdasarkan faktor-faktor


sebagai berikut :
a. Kegunaan instalasi bagi kehidupan
b. Kemudahan untuk perluasan lahan
c. Kinerja fasilitas pengolahan selama initial years ketika dilakukan ekspansi
dimensi
d. Pertumbuhan penduduk di masa yang akan datang (termasuk penggantian
dalam komunitas), area pelayanan, pertumbuhan faktor industri dan komersial,
kebutuhan air dan karakteristik ar buangan.
e. Suku bunga, biaya kontruksi sekarang dan yang akan datang, dan ketersediaan
dana.

Tabel E.1 Perioda Desain Tipikal BPA


Range perioda desain,
Unit
(tahun)
Sistem pengumpul   20-40  
Rumah pompa    
Bangunan   20-40  
Peralatan pompa   10-25  
Bangunan Pengolahan    
Bangunan proses   20-40  
Peralatan proses   10-20 .  
Saluran air   20-40  
(Sumber : Qasim, 1985)

1) Tahap Pengolahan Lumpur Tinja


Tahap tahap pengolahan lumpur tinja meliputi hal-hal sebagai berikut :
- Pengangkutan dengan truk tinja (hauling)
- Pra pengolahan (pretreatment)
- Pengolahan lumpur tinja di IPLT
- Pengeringan lumpur

Mengacu kepada Petunjuk Teknis Tata Cara Perencanaan IPLT Sistem Kolam,
ada beberapa sistem yang dapat digunakan dan dapat dilihat pada gambar E.2
dengan aplikasi seperti berikut:

E-24
Penyusunan DED IPLT
KABUPATEN TRENGGALEK 2019

 Alternatif pilihan I digunakan untuk pelayanan maksimal 50.000 orang, kondisi


tanah cukup kedap dan jarak IPLT ke permukaan terdekat minimal 500 m
 Alternatif pilihan II digunakan untuk pelayanan maksimal 100.000 orang,
kondisi tanah cukup kedap dan jarak IPLT ke permukiman terdekat minimal
500 m
 Alternatif pilihan III digunakan untuk pelayanan maksimal 100.000 orang,
kondisi tanah cukup kedap dan jarak IPLT ke permukiman terdekat minimal
250 m.

Pengering Lumpur

Kolam Stabilisasi Kolam stabilisasi Kolam Stabilisasi


Kolam Maturasi
Anaerobik I Anaerobik II Fakultatif

PILIHAN I

Bak Pengering
Lumpur

Kolam Stabilisasi Kolam Stabilisasi Kolam Stabilisasi


Tangki Imfoff Kolam Maturasi
Anaerobik I Anaerobik II Fakultatif

PILIHAN II

Bak Pengering
Lumpur

Kolam Aerasi Kolam Aerasi Kolam Stabilisasi


Tangki Imfoff Kolam Maturasi
Aerobik Fakultatif Fakultatif

PILIHAN III

Gambar E.2 Pilihan IPLT Sistem Kolam

Dalam pemilihan teknologi/unit pengolahan di IPLT lokasi studi juga tidak


menutup kemungkinan akan diusulkan alternatif lain selain alternatif diatas,
dengan pertimbangan kesesuaian teknis dan kondisi lapangan.

E-25
Penyusunan DED IPLT
KABUPATEN TRENGGALEK 2019

Beberapa macam unit pengolah yang digunakan dalam IPLT, adalah sebagai
berikut :
a. IMHOFF TANK
Prinsip kerja dan proses yang terjadi pada Imhoff Tankadalahpengendapan
dan dilanjutkan dengan stabilisasi lewat proses anaerobik. Pada intinya
Imhoff Tank dikembangkan untuk menanggulangi berbagai masalah yang
timbul pada septic tank. Misalnya effluent dari septic tank masih bau karena
kemungkinan terjadinya kontak antara limbah yang baru masuk dengan
sludge. Pada Imhoff Tank hal tersebut dihindari, yaitu dengan memisahkan
limbah yang masuk dengan endapan lumpur yang terjadi. Pemisahan
tersebut dilakukan dengan membuat konstruksi tipis (funnel type).

Di dalam Imhoff Tank akan terjadi lapisan sludge di bagian bawah, scum di
bagian atas dan supernatant, sebagai cairan yang mengalir ke unit
pengolahan berikutnya. Efisiensi pengolahannya berkisar antara 25%-50%
COD removal. Tangki imhoff tank dapat berupa lingkaran atau empat persegi
panjang dan dibagi menjadi tiga kompartemen :
- Bagian atas atau kompartemen sedimentasi
- Bagian bawah dikenal sebagai kompartemen pencernaan, dan
- Gas vent dan bagian buih

Gambar E.3 Unit Imhoff Tank

E-26
Penyusunan DED IPLT
KABUPATEN TRENGGALEK 2019

Dalam operasinya, semua limbah yang mengalir melalui kompartemen


pengendapan (settling compartment). Solids akan menuju ke bagian bawah
kompartemen pengendapan yang memiliki kemiringan di bagian bawahnya,
dan bergeser ke bawah yang melewati sebuah slot menuju kompartemen
penguraian (Sludge Digestion Compartment). Salah satu lereng terbawah,
jarak minimal enam inci dari slot ini. Slot ini berguna untuk mencegah gas
atau partikel lumpur di bagian bawah naik kembali kompartemen
pengendapan. Gas dan setiap partikel lumpur meningkat setiap saat, dan gas
mengalir ke ventilasi/pelepasan ke udara.

Tinja yang diambil dari septic tank rumah tangga melalui jasa truk hisap tinja
dibawa ke lokasi IPLT. Imhoff Tank digunakan untuk memisahkan endapan
lumpur dengan limbah cair (supernatant), dengan waktu pengendapan 2 jam.
Dalam unit pengolahan ini terjadi proses fisik maupun penurunan BOD dan
bakteri Coliform.

b. KOLAM ANAEROBIK
Kolam ini beroperasi tanpa adanya oksigen terlarut (DO) karena beban
organik masih sangat tinggi, sehingga bakteri membutuhkan banyak
oksigen untuk menguraikan limbah organik. Bak ini dibuat dengan
kedalaman yang cukup dengan harapan kondisi anaerob benar-benar
terjadi karena dengan kedalaman kolam yang tinggi dan timbulnya scum
(busa) dipermukaan kolam, tumbuhan alga tidak dapat hidup di kolam
ini agar tidak ada oksigen terlarut (DO = 0). Pada kolam anaerobik terjadi
proses sebagai berikut :

bakteri
Bahan organik gas metan + CO2 + H2O + gas H2S + bakteri bau
(Sumber : Anonim, 2000)

Di kolam anerobik ini, efisiensi penyisihan yang terjadi adalah 75%.


Penggunaan teknologi pengolahan air limbah kota secara anaerobik sudah
sejak lama digunakan di Indonesia, paling tidak dalam skala kecil yaitu sistem
on-site : Septic Tank. Sedangkan untuk mengolah air limbah kota secara
komunal, teknologi anaerobik yang digunakan selama ini adalah Imhoff Tank
dan anaerobic baffled reactor (ABR). Sistem Imhoff Tank kurang diminati

E-27
Penyusunan DED IPLT
KABUPATEN TRENGGALEK 2019

karena beroperasi dengan menggunakan pembebanan organik yang rendah


(low-rate system), sehingga pilihan kedua lebih disukai karena merupakan
system high-rate, yang relatif lebih singkat waktu detensinya.

Sistem anoksik dikenal terutama untuk proses denitrifikasi (yaitu proses


konversi nitrat secara biologis menjadi gas N 2), karena dalam proses ini
reaksi berlangsung tanpa oksigen bebas (O 2) dan hanya ada oksigen terikat
(NOx). Karena itulah proses anoksik lebih banyak digunakan untuk
menghilangkan nutrien daripada karbon seperti halnya pada proses
anaerobik. Baik proses anaerobik maupun anoksik dapat berlangsung dengan
menggunakan mikroorganisme yang tersuspensi (suspended growth) maupun
yang terikat pada media (attached growth).

Tabel E.2 Kriteria Desain untuk Unit Kolam Anaerobik


No Parameter Anaerobic Pond
1 Flow regime Intermittently mixed
2 Pond size (ha) 0,2-0,8
Multiple units
3 Operation Series
4 Detention Time (day) 20-50
5 Depth (m) 2,8-5,6
6 pH 6,5-7,2
7 Temperatur range (oC) 6-50
8 Optimal temp (oC) 30
9 Typical BOD5 loading (kg/ha/d) 224-560
BOD Removal (%) 50-85%
11 Principal conversion products CH4, CO2, bacteria
12 Algal concentration (mg/L) 0-5
13 Effluent suspended solids (mg/L) 80-160

Perhitungan untuk menghitung Luas Area unit kolam anerobik yaitu :

Si . Q
A s: =
dimana
λs . H

Dimana : Si = BOD influent, mg/l


Q = Debit, m3/hari
H = Kedalaman kolam, m

E-28
Penyusunan DED IPLT
KABUPATEN TRENGGALEK 2019

c. KOLAM FAKULTATIF
Pond atau kolam air limbah sering juga disebut kolam stabilisasi (stabilization
pond) atau kolam oksidasi (oxidation pond). Pond untuk air limbah biasanya
terdiri dari kolam dari tanah yang luas, dangkal atau tidak terlalu dalam
dimana air limbah dimasukkan ke dalam kolam tersebut dengan waktu tinggal
yang cukup lama agar terjadi pemurnian secara biologis alami sesuai dengan
derajat pengolahan yang ditentukan. Efisiensi penyisihan di kolam fakultatif
ini sebesar 75%, BOD5 yang terkandung setelah mengalami penyisihan
sebesar 75% di kolam anaerobik.

Di dalam sistem kolam fakultatif, air limbah berada pada kondisi aerobik dan
anaerobik pada waktu yang bersamaan. Zona aerobik terdapat pada lapisan
atas atau permukaan sedangkan zona anaerobik berada pada lapisan bawah
atau dasar kolam. Diagram sistem biologi yang terdapat pada kolam fakultatif
secara umum digambarkan seperti pada gambar di bawah ini. Kondisi aerobik
terdapat pada bagian atas dari kolam. Oksigen yang terlarut didapatkan dari
difusi oksigen dari udara atau atmosfer. Kondisi stagnant di dalam lumpur di
daerah sekitar dasar kolam menyebabkan terhambatnya transfer oksigen ke
daerah tersebut, sehingga menyebabkan kondisi anaerob. Batas antara zona
aerobik dan anaerobik tidak tetap, dipengaruhi oleh adanya pengadukan
(mixing) oleh angin serta penetrasi sinar matahari.

Gambar E.4 Diagram Umum Sistem Biologi Pada Kolam Fakultatif


Terjadi Proses Biodegradasi secara Aerobik dan Anaerobik :

E-29
Penyusunan DED IPLT
KABUPATEN TRENGGALEK 2019

1. Biodegradasi Aerobik terjadi pada permukaan sampai pada ¾ kedalaman


kolam
2. Biodegradasi Anaerobik terjadi pada lumpur didasar kolam sampai pada ¼
kedalaman.

d. PERENCANAAN POND DAN LAGOON


Beberapa pendekatan untuk merencanakan pond dan lagoon telah dilakukan,
yakni dengan menganggap sebagai reaktor biologi dengan pengadukan
sempurna (completely mixed reactor) tanpa sirkulasi lumpur. Di dalam sistem
fakultatif pengadukan sempurna hanya terjadi pada bagian liquid atau
cairannya saja. Padatan yang ada di dalam air limbah serta padatan biologis
akan mengendap di dasar kolam sehingga dianggap tidak tersuspensi.

Neraca massa untuk senyawa organik terlarut misalnya BOD dan COD dapat
dianggap terdistribusi secara merata di dalam reaktor karena adanya proses
pengadukan. Neraca massa dapat dituliskan sebagai berikut :
BOD masuk = BOD keluar + BOD yang dikonsumsi
Q . So = Q . S + V ( k . S )
S Q 1
= =
So Q+k . V V
1 +k ( )
Q
S 1
=
So 1 + kθ

Dimana:
S/So = Fraksi dari BOD terlarut
k = Koefisien kecepatan reaksi (hari-1)
θ = Waktu tinggal hidrolik (Hydraulic Detention Time) (hari)
V = Volume reaktor (m3)
Q = Debit air limbah (m3/hari)

Jika beberapa reaktor dipasang seri, efluent dari pond pertama menjadi
influen pond ke dua dan seterusnya maka untuk sejumlah n reaktor
persamaan dapat ditulis sebagai berikut:

E-30
Penyusunan DED IPLT
KABUPATEN TRENGGALEK 2019

S 1
=
So kθ
(1+ )n
n
Efisiensi maksimum akan terjadi apabila pond atau kolam dipasang seri
dengan ukuran yang hampir sama.

Tabel E.4 Parameter Desain untuk unit kolam Fakultatif


No Parameter Aerobic- anaerobic
facultative
1 Flow regime Intermittently mixed
2 Pond size (ha) 0,8-4,0
Multiple units
3 Operation Series or parallel
4 Detention Time (day) 5-30
5 Depth (m) 1,6-2,8
6 pH 6,5-8,5
7 Temperatur range (oC) 0-50
8 Optimal temp (oC) 20
9 Typical BOD5 loading (kg/ha/d) 56-202
10 BOD Removal (%) 80-95%
11 Principal conversion products Algae, CH4, CO2, bacteria
12 Algal concentration (mg/L) 5-20
13 Effluent suspended solids (mg/L) 40-60
e. KOLAM MATURASI
Tahap terakhir dari kolam stabilisasi adalah kolam maturasi atau disebut
juga kolam pematangan Berhubung semakin rendahnya kandungan BOD 5,
maka kondisi aerobik akan terwujud di seluruh bagian kedalam bak.
Prinsip pengolahan ini adalah bahan organik dioksidasi oleh bakteri aerobik
dan fakultatif dengan menggunakan oksigen yang dihasilkan oleh alga
yang tumbuh disekitar permukaan air. Pada kolam anaerobik terjadi proses
berikut.

bakteri
Bahan organik + O2 CO2 + O2 + H2O
(Sumber : Marsono, 1999).

Proses reaksi fotosintesis dan respirasi yang dilakukan alga dapat ditulis
sebagai berikut.

E-31
Penyusunan DED IPLT
KABUPATEN TRENGGALEK 2019

Fotosintesis :
CO2 + H2O + cahaya matahari CH2O + O2 + H2O
(Sumber : Marsono, 1999).
Respirasi :
CH2O + O2 CO2 + 2 H2O
(Sumber : Marsono, 1999).

Ciri-ciri fisik kolam ini jika dilihat kondisinya, hampir sama dengan kolam
anaerobik dan fakultatif hanya menampung lumpur tinja dengan kadar
air yang tinggi akibat pengenceran. Sehingga dipastikan kondisi kolam
aerobik sepenuhnya. Efisiensi penyisihan BOD 5 dalam kolam ini sebesar
75 %, influen BOD5 dari kolam fakultatif.

Kolam maturasi berfungsi untuk :


• Peningkatan kualitas efluen (Penyisihan BOD)
• Penyisihan bakteri pathogen akibat sinar UV matahari
• Penyisihan nutrien (N dan P).

Konfigurasi untuk kolam maturasi adalah :


• Diletakkan setelah kolam fakultatif
• Umumnya dibuat secara seri

Efisiensi Penyisihan Bakteri E Coli :


- Ne & Ni = Konsentrasi E Coli pada efluen dan influen
- kb = koefisien kematian E.Coli
- kbt = 2,6 (1,19)T-20

Kolam maturasi tersusun seri :

Ne 1
=
N o ( 1+k b . t d ) n

E-32
Penyusunan DED IPLT
KABUPATEN TRENGGALEK 2019

Tabel E.5 Kriteria Desain untuk Unit Kolam Maturasi


No Parameter Aerobic Maturation
1 Flow regime Intermittently mixed
2 Pond size (ha) 0,8-4,0
Multiple units
3 Operation Series or parallel
4 Detention Time (day) 5-20
5 Depth (m) 0,9-1,2
6 pH 6,5-10,5
7 Temperatur range (oC) 0-30
8 Optimal temp (oC) 20
9 Typical BOD5 loading (kg/ha/d) 17
10 BOD Removal (%) 60-85%
11 Principal conversion products Algae, CO2, bacteria
12 Algal concentration (mg/L) 5-10
13 Effluent suspended solids (mg/L) 10-30

f. SLUDGE DRYING BED


Berfungsi untuk mengeringkan lumpur yang berasal dari sludge digester.
Pengeringan dapat dilakukan dengan bantuan sinar matahari. Sludge drying
bed dapat menghilangkan kelembaban sampai 80% setelah 10-15 hari
pengeringan. Kriteria desain untuk sludge drying bed dapat dilihat pada Tabel
E.6 berikut.

Tabel E.6 Kriteria Desain Sludge Drying Bed


Parameter Nilai
Tebal lapisan pasir (cm) 23-30
Tebal lapisan kerikil (cm) 20-30
Sludge loading rate (kg/m2.tahun) 100-300
Tebal bed (cm) 20-30
Lebar bed (m) 5-8
Panjang bed (m) 6-30
Waktu pengeringan (hari) 10-15
Uniformity coefifcient <4
Effective size (mm) 0,3-0,75
Kecepatan air dalam inlet (m/dtk) 0,75
Kecepatan air dalam drain (m/dtk) <0,75
Sumber: Metcalf and Eddy, (1991)

E-33
Penyusunan DED IPLT
KABUPATEN TRENGGALEK 2019

g. BAR SCREEN
Bar screen adalah alat yang tersusun atas batang/tongkat pararel dengan
bukaan antar batang > 15 mm dan berfungsi melindungi
pompa/valve/jaringan pipa dari kerusakan/penyumbatan. Sedangkan screen
adalah alat yang berbentuk disk/drum dengan bukaan antar batang <15 mm
yang terbuat dari bahan tembaga/perunggu yang berfungsi melindungi
pompa/valve/jaringan pipa dari kerusakan/penyumbatan (Metcalf and Eddy,
1991).

Prinsip yang digunakan adalah menghilangkan bahan padat kasar dengan


menggunakan sederet bahan baja yang diletakkan berdekatan dan melintang
arah aliran. Kecepatan aliran harus lebih besar daripada 0.3 m/dt agar bahan
padat yang telah tertahan di depan saringan tidak terjepit dan menghalangi
aliran air. Fungsi screen antara lain :
a) Menyaring benda-benda padat dan kasar yang ikut terbawa dalam air
buangan agar benda-benda tersebut tidak menggganggu aliran dalam
saluran dan membahayakan atau merusak alat-alat, misalnya pompa,
valve, dan lainnya, serta mengganggu proses pengolahan air buangan.
Benda-benda padat dan kasar ini antara lain plastik, batang kayu kecil,
logam dan sebagainya.
b) Mencegah timbulnya kerusakan atau penyumbatan (clogging) pada
saluran dan pompa.

Penyaring screen dapat diklasifikasikan sebagai berikut:


 Coarse screen

Coarse screen ini digunakan untuk menjaga alat-alat, tipenya bisa berupa
bar screen, coarse wire screen maupun communitor. Coarse screen ini
mempunyai bukaan 5-15 mm.
 Medium Screen

Medium screen berupa saringan halus dengan bukaan berkisar 2-5 mm.
 Fine Screen

Fine screen berupa saringan halus dengan bukaan berkisar 1-2 mm


bahkan bisa lebih.

E-34
Penyusunan DED IPLT
KABUPATEN TRENGGALEK 2019

Kriteria desain untuk faktor pembersihan pada bar screen dan operasional
manual dan mechanic cleaning dapat dilihat pada Tabel E.6 dan Tabel E.7.
Tabel E.6 Kriteria Desain Faktor Pembersih Bar Screen
Kriteria desain Manual cleaning Mechanic cleaning
Kecepatan melalui rack (v) (ft/detik) 0,3 – 0,8 0,6 – 1,0
Lebar Bar (w) (inch) 4–8 8 – 10
Kedalaman (D) (inch) 25 – 50 50 – 75
Jarak antar batang (b) (inch) 25-75 10 -50
Slope batang dari vertikal (0) 45 – 60 75 – 85
Headloss yang diijinkan (inch) 150 150
Headloss maksimum 800 800
Sumber: Qosim, 1985.
Tabel E.7 Kriteria Desain Operasional Manual dan Mechanic Cleaning
Parameter Manual cleaning Mechanic cleaning
Kecepatan melalui rack (v)
1–2 2 – 3,25
(ft/detik )
Lebar Bar (w) (inch) 0,2 – 0,6 0,2 – 0,6
Ketebalan (D), (inch ) 1,0 – 1,5 1,0 – 1,5
Jarak antar batang (b),(inch ) 1–2 0,6 – 3
Slope batang dari vertikal ( 0 ) 30 – 45 0 – 30
Headloss yang diijinkan (hl) (inch ) 6 6
Headloss maksimum - -
Sumber: Qosim, 1985.
h. SUMP PIT

Pengertian dan Fungsi :


 Sump Pit merupakan salah satu bangunan pengolahan pendahuluan dalam
perencanaan bangunan pengolahan air buangan.
 Disebut juga stasiun pompa, karena pada umumnya sebuah Sump Pit
dilengkapi dengan pompa yang berfungsi untuk memompakan air limbah ke
instalasi pengolahan air limbah (IPAL).
 Adapun fungsi dari Sump Pit adalah menampung air limbah dari saluran air
limbah (intersepting sewer) yang kedalamannya di bawah permukaan
instalasi pengolahan air limbah (IPAL).

E-35
Penyusunan DED IPLT
KABUPATEN TRENGGALEK 2019

Unit Sump Pit dibedakan atas dua, yaitu :


 sumur basah (mengggunakan pompa submersible atau suspended/ motor
yang terpasang diatas level muka air di dalam sumur basah sedangkan
bagian pompa terendam).
 sumur kering (menggunakan salah satu dari self-priming/ suction lift
centrifugal pump atau pompa sumur kering/ pompa dipasang dalam
kompartemen yang terpisah dengan air yang diisap).

Pertimbangan Desain :
 Karakteristik air limbah yang akan dipompakan, adalah: suspended solid,
floating solid, ukuran maksimum benda yang boleh ada dalam air buangan,
densitas, temperatur, tekanan, dan lain-lain
 Debit air buangan, meliputi : debit minimum, debit puncak dan debit rata-rata
 Rencana letak, skema perpipaan dan profil hidraulis dari sumur basah sampai
dengan fasilitas penerima
 Elevasi muka air minimum dan maksimum pada sumur basah, dan elevasi
muka air pada fasilitas penerima. Nilai elevasi-elevasi tersebut ditetapkan
setelah dilakukan evaluasi terhadap :
- Elevasi air pada influen sewer
- Rencana layout dan pertimbangan hidraulik berdasarkan rencana
- Pertimbangan terhadap terjadinya air pasang
- Pertimbangan rencana perletakan
- Kebutuhan operasi dan peralatan

Dalam merencanakan Sump Pit, terdapat tiga hal utama yang harus
diperhatikan, yaitu;
a. Pemilihan letak
Pemilihan letak ini penting dalam perencanaan dan pengoperasian fasilitas-
fasilitas yang ada nantinya. Pemilihan letak Sump Pit ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain :
 Cuaca, jalan dan tempat parkir secara keseluruhan
 Aman dari bahaya banjir selama 100 tahun yang akan datang

E-36
Penyusunan DED IPLT
KABUPATEN TRENGGALEK 2019

 Lokasinya jauh dari pemukiman penduduk, sehingga masalah bau dapat


diminimisasi. Dan harus tersedia peralatan untuk kontrol bau, seperti aerasi
dan klorinasi atau pengolahan hidrogen peroksida
 Tersedia sumber tenaga ganda sebagai cadangan jika salah satu
mengalami kerusakan.
b. Pemilihan jenis Sump Pit
Dasar pemilihan dari jenis sumur basah dan sumur kering yang harus
digunakan adalah sebagai berikut :
 Pada sumur kering dan basah, air dengan gas harus dipisah dengan
memberi jalan masuk yang berbeda/terpisah untuk masing-masing sumur.
 Pada sumur kering harus dilengkapi tangga dengan anak tangga yang
tidak terlalu kecil. Sedangkan pada sumur basah, yang tersedia bar
screen atau peralatan lain, memerlukan perawatan dan pemeriksaan rutin.
Anak tangga pada manhole tidak boleh memiliki banyak jalan masuk.
Jenis tangga dengan satu jalan yang dapat dipilih antara lain tangga
sirkular dan tangga spiral.
 Harus tersedia ventilasi untuk semua sumur kering yang berada di bawah
muka tanah dan pada sumur basah yang ditempatkan dalam suatu
bangunan
 Dasar sumur basah harus mempunyai kemiringan minimum 1:1 terhadap
pompa intake. Pada dasar sumur tersebut tidak boleh ada tonjolan yang
memungkinkan terjadinya akumulasi solid. Penyekatan antivortex dapat
digunakan untuk pump suction pada Sump Pit yang besar.
 Sumur basah pada umumnya mahal, karena membutuhkan galian dan
struktur beton yang banyak. Oleh karena itu, volume yang disimpan harus
ditetapkan berdasarkan jenis dan operasi pompa (kecepatan tetap dan
kecepatan variasi). Pertimbangan juga harus diberikan pada inlet suction
pompa submersibel untuk mencegah vortex aliran transisi yang tidak
nampak.
 Sumur basah harus direncanakan dengan dilengkapi dua kompartemen,
dimana setiap kompartemen harus dipisah untuk proses pemeliharaan
tanpa menghentikan operasi Sump Pit.

E-37
Penyusunan DED IPLT
KABUPATEN TRENGGALEK 2019

 Pipa suction pada Sump Pit harus berukuran lebih untuk perluasan
fasilitas pada masa yang akan datang
c. Pemilihan pompa dan kontrol
Kebutuhan pipa dapat ditentukan dari pengetahuan tentang head dan aliran.
Pemilihan unit spesifik membutuhkan pengujian pada kurva standard pabrik
dan perbandingan antara kurva standar pabrik dengan kurva kapasitas head
sistem.

Penentuan dan Pemilihan Pompa :

Penentuan dan pemilihan pompa memerlukan beberapa hal sebagai dasar


pertimbangan, antara lain:
 Semua pompa air limbah yang belum diolah harus menggunakan
impeller nonclog dan dapat dilewati 6,5 cm sebagai ukuran minimum
benda. Suction dan discharge lines harus tidak kurang dari 10 cm.
 Kapasitas Sump Pit harus sesuai dengan debit puncak sehingga dapat
dipompa dan debit yang keluar dari pompa paling besar.
 Ukuran dan nomor unit pompa untuk Sump Pit dipilih sehingga pompa
tidak terlalu sering beroperasi, serta tidak sampai melebihi kapasitas
penyimpanan sumur basah.
 Untuk keefektifan sistem kontrol, minimum harus tersedia head air antara
level air rendah dan level air tinggi sebesar 0,6 m

Hal – hal yang umum digunakan dalam pemompaan dan analisis pemompaan
meliputi :
 Head
- Head menjelaskan tentang energi hidrolik (kinetik atau potensial) yang
setara dengan tinggi kolom zar cair di atas datum, dinyatakan tinggi
kolom air (1 m air = 9.81 kPa, atau 1 ft air = 0.433 Psi ).
- Head dalam pemompaan termasuk static suction lift (static suction
head), static discharge head, dan totalstatic head.
- Total dinamic head (TDH) pompa adalah jumlah total dari total static
head, head gesekan ( termasukminnor losses), dan energi kecepatan
(velocity head). Head gesekan terdiri dari kehilangan energi dalam pipa

E-38
Penyusunan DED IPLT
KABUPATEN TRENGGALEK 2019

(suction dan discharge). Hal ini dapat dikalkulasikan dengan


persamaan Darcy Weissbach atau Hazen Williams. Minnor losses
tergantung pada sambungan, valve, belokan, bentuk masukan,
keluaran, dan sebagainya dan biasanya dinyatakan sebagai fungsi
dari velocity head.
- Beberapa dari hal tersebut di atas dinyatakan dalam persamaan
berikut ini ;
TDH = Hstat + hf + hm +hv
2
fLV
hf =
2 gD (Darcy Weisbach)
1. 85
V L
h f =6 . 82 ( C) ×
D 1. 167
(Hazen Williams, SI)
V2
hm=K ( 2g )
2
V
h v=
2g
hL= hf + hm + hv
Persamaan Hazen Williams merupakan persamaan yang paling umum
digunakan. Persamaan dalam bentuk lain adalah :
V = 0.355 C D 0.63 ( hf / L ) 0.54 ( SI )
V = 0.550 C D 0.63 ( hf / L ) 0.54 ( U.S )
Q = 0.278 C D 2.63 ( hf / L ) 0.54 ( SI )
Q = 0.432 C D 2.63 ( hf / L ) 0.54 ( U.S )
Dimana :
TDH = total head loss, m (ft)
Hstat = total static head, m (ft)
hf = total kehilangan energi akibat gesekan suction dan discharge,
m
hL = total head loss, m (ft)
hm = minnor losses, m (ft)
hv = velocity head, m (ft)
V = kecepatan dalam pipa, m/s (ft/s)
Q = debit, m3/s (ft3/s)

E-39
Penyusunan DED IPLT
KABUPATEN TRENGGALEK 2019

f = koefisien gesekan (nilainya tergantung pada angka Reynolds,

kekasaran serta diameter pipa). Nilainya pada range 0.01 – 0.1


C = koefisian kekasaran (nilainya tergantung pada bahan dan
umur
pipa), nilainya pada range 60 – 140
D = diameter pipa, m ( ft )
g = percepatan gravitasi, 9.81 m/s 2 (32.2 ft/s2)
K = koefisien headloss
L = panjang pipa, m (ft)
 Kapasitas pengeluaran (debit pemompaan)
Kapasitas pengeluaran atau debit dari pemompaan adalah volume zat cair
yang dipompa per unit waktu. Debit pemompaan mempunyai satuan meter
kubik per menit (m3/s), liter per menit (l/s), gallons per menit (gpm), atau
kaki kubik per menit (ft3/s).
 Power dan efisiensi
Power pompa adalah proporsional dengan berat jenis dari zat cair yang
dipindahkan dan total headnya. Sedangkan efisiensi pompa adalah
perbandingan antara power yang dikeluarkan dengan power yang masuk.
Power dan efisiensi pompa dinyatakan dalam persamaan:
Pw = K’ Q (TDH) 
Pw
Ep = Pp

Pp
Ee = Pm

Dimana :
Pw = daya keluaran pompa (daya air), kW (HP)

Pp = daya input pompa, kW (HP)

Pm = daya input pada motor (energi listrik), kW (HP)

Q = kapasitas, keluaran, atau debit, m3/s

TDH = total dinamic head, m ( ft )

E-40
Penyusunan DED IPLT
KABUPATEN TRENGGALEK 2019

 = berat jenis zat cair yang dipompa, kN/m 3( lb/ft3)

Ep = efisiensi pompa, biasanya 60 – 85 persen

Ee = efisiensi motor, biasanya 90 – 98 persen

K’ = konstanta tergantung satuan perhitungan

(TDH = m, Q = m3/s,  = 9.81 kN/m3, Pw = kW, K’ = 1 kW/kN.m/s)

(TDH = ft, Q = ft3/s,  = 62.4 lb/ft3, Pw = HP (horse power),

K’ = 1/550 HP/ft.lb/s)

E.4. Organisasi & Personil

Pada pekerjaan ini akan melibatkan beberapa disiplin ilmu dimana yang satu
dengan lainnya akan saling berkaitan dan saling menunjang. Tenaga Ahli dan
Tenaga Pendukung yang akan melaksanakan pekerjaan “Penyusunan DED
IPLT”Kabupaten Trenggalek mempunyai pengalaman dan kualifikasi sesuai
dengan ketentuan yang tercantum dalam KAK yang terdiri atas:
1. Team Leader (SKA Madya Ahli Teknik Sanitasi dan Air Limbah)
2. Ahli Teknik Bangunan Gedung
3. Ahli Teknik Lingkungan
4. Ahli Geodesi
5. Ahli Ekonomi

Serta didukung oleh :


1. Operator CAD
2. Surveyor
3. Drafter
4. Operator Komputer
5. Administrasi

Susunan organisasi personil pada pekerjaan “Penyusunan DED


IPLT”Kabupaten Trenggalek dapat dilihat pada gambar berikut.

E-41
Penyusunan DED IPLT
KABUPATEN TRENGGALEK 2019

Dinas Perumahan, Kawasan


Permukiman dan
Lingkungan Hidup
Kabupaten Trenggalek

PPK Kegiatan
Pendampingan/
Fasilitasi kegiatan
Bidang Sanitasi

Direktur
Konsultan

Team Leader

Ahli Teknik
Ahli Teknik
Ahli Ekonomi Ahli Geodesi Bangunan
Lingkungan
Gedung

Operator
Administrasi Surveyor CAD Operator Drafter
Komputer

Gambar E.5 Struktur Organisasi Personil

E-42

Anda mungkin juga menyukai