Anda di halaman 1dari 12

Wetland

Alternatif I
Unit Pengolahan Lumpur Alternatif I

Supernatan
Supernatan
Lumpur Soli d Separtion Anaerobic Effluenke
AerobicFilter Clarifier
Tinja Chamber BaffledReactor badan air

Lumpur Anaerobic Sludge Sludge Drying Anaerobic Effluen ke badan air


Lumpur
Basah

Aerobic Filter Clarifier


Lumpur Kering
DryingArea Hanggar Kompos

Tinja Digester Bed Baffled Reactor

Hanggar Kompos
Gambar 4. 1 Teknologi Pengolahan IPLT Kabupaten Trenggalek Alternatif I
Lumpur Kering

Alternatif II

Supernatan
Lumpur Solid Separtion Anaerobic Effluen ke
Aerobic Filter Clarifier Wetland
Tinja Chamber Baffl ed Reactor badan air
Lumpur
Basah
Lumpur Kering Alternatif I

Drying Area Hanggar Kompos Lumpur


Tinja
Solid Separtion
Chamber
Supernatan
Anaerobic
Baffled Reactor
Aerobic Fil ter Clarifi er Effluen ke
badan air
Lumpur
Basah
Lumpur Kering
DryingArea Hanggar Kompos

Gambar 4. 2 Teknologi Pengolahan IPLT Kabupaten Trenggalek Alternatif II

DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Trenggalek 2019 IV-1


Alternatif III

Supernatan
Lumpur Solid Separtion Kolam Kolam Effluen ke
Chamber
Kolam Anaerobik
Fakultatif Maturasi Wetland
Tinja badan air
Lumpur
Basah Alternatif I

Lumpur Kering Lumpur Soli d Separtion


Supernatan
Anaerobic
AerobicFilter Clarifier Effluenke
Tinja Chamber BaffledReactor badan air

Drying Area Hanggar Kompos


Lumpur
Basah

Drying Area
Lumpur Kering
Hanggar Kompos

Gambar 4. 3 Teknologi Pengolahan IPLT Kabupaten Trenggalek Alternatif III

DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Trenggalek 2019 IV-2


LAPORAN PENDAHULUAN

Penjelasan prinsip kerja pada masing-masing unit pada alternatif teknologi IPLT
Kabupaten Trenggalek adalah sebagai berikut.
- Unit Pengolahan Lumpur (ASD + SDB)-
Lumpur tinja yang disedot melalui truk sedot tinja dimasukkan ke unit pengolahan
lumpur, rangkaian unit pengolahan lumpur merupakan kombinasi dari unit Anaerobic Sludge
Digester (ASD) dan Sludge Drying Bed (SDB). Unit ini merupakan unit yang berfungsi
sebagai pemisah antara lumpur dengan supernatan (air). Pada unit ini, proses biologi secara
anaerobik yang menghasilkan gas methane. Gas methane dapat dimanfaatkan sebagai energi
pengganti yang dapat digunakan untuk memasak atau lampu penerangan. Bentuk unit ASD
merupakan kolam tertutup tanpa perlu alat mekanis apapun dengan jenis aliran plug-flow.
Dalam unit pengolahan lumpur diawali dengan proses pemisahan antara lumpur dengan air
secara gravitasi. Bagian dasar bak didesain berbentuk kerucut agar lumpur mudah
mengendap. Lumpur (slurry) memiliki berat jenis yang lebih besar daripada air sehingga
lumpur (slurry) akan mengendap dibawah dan terpisah dengan air. Lumpur tersebut
selanjutnya diolah di SDB. sedangkan supernatan atau air yang terpisah dengan lumpur
diolah kembali di unit pengolahan air sebelum dibuang ke badan air. Prinsip kerja pada
ASDS dapat dilihat pada Gambar 4.8.

Gambar 4. 4 Prinsip Kerja pada Anaerobic Sludge Digestion (ASD)


Seperti pada anaerobic digester pada umumnya, pada unit ini juga terjadi proses
stabilisasi lumpur. Proses stabilisasi berlangsung cukup lama yaitu sekitar 10 hingga 30 hari.
Stabilisasi lumpur bertujuan untuk menghindari terjadinya pembusukan lumpur sehingga
lumpur yang telah terstabilisasi tidak menimbulkan bau dan konsentrasi materi volatile dan
kandungan patogen lumpur berkurang. Proses yang terjadi di dalam ASD melibatkan
mikroorganisme anaerobik. Mikroorganisme di dalam reaktor akan mereduksi zat-zat organik

DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Trenggalek 2019 IV-3


LAPORAN PENDAHULUAN

yang terkandung dalam sludge untuk menghindari/mengurangi proses dekomposisi zat


organik setelah lumpur keluar dari ASD. Dalam proses reduksi tersebut dihasilkan gas
methane (CH4) dan karbon dioksida (CO2). Pembentukan gas-gas tersebut terjadi dalam 2
tahap yaitu asidifikasi (pembentukan asam) dan methagenesis (pembentukan methane). Gas
methane dan gas karbon dioksida yang dihasilkan dari proses ini ditangkap pada digester gas
untuk selanjutnya bisa dimanfaatkan sebagai energi pengganti untuk memasak dan lampu
penerangan.

-Solid Separation Chamber (SSC)-


Fungsi unit SSC adalah untuk memisahkan padatan dan air dengan memanfaatkan
sifat fisik air limbah. Lumpur tinja yang dihamparkansecara merata di atas media SSC akan
mengalami pemisahan antara padatan di bagian bawah dan cairan di bagian atas. Sebagian
cairan dapat terpisah dari lumpur tinja melalui proses perembesan media SSC sehingga
kemudian dapat disalurkan bersama cairan yang telah dipisahkan di bagian atas lumpur tinja
untuk diolah di dalam unit IPLT. Sementara padatan yang telah mengalami penirisan akan
dikeringkan di unit Drying Area.

-Kolam Anaerobik-
Pengolahan lumpur tinja dengan cara alami diantaranya adalah Kolam Stabilisasi.
Kolam Stabilisasi terdiri dari Kolam Anaerobik, Kolam Fakultatif, dan Kolam Maturasi.
Prinsip dari ketiga kolam tersebut hampir sama namun perbedaannya terletak pada
kedalaman kolam. Kolam Anaerobik berfungsi untuk menguraikan kandungan zat organik
(BOD) dan padatan tersuspensi (TSS) dengan cara anaerobik atau tanpa oksigen. Waktu
detensi dari kolam anaerobik adalah 1 hingga 2 hari (untuk temperatur 20 hingga 30°C).
Kolam tersebut memiliki kedalaman 3 meter sehingga proses anaerobik terjadi di dalam
kolam dikarenakan tidak adanya/meratanya transfer oksigen hingga ke dasar kolam. Bakteri
anaerob menguraikan bahan organik menjadi karbon dioksida dan metana. Prinsip dari reaksi
biologi adalah pembentukan asam dan fermentasi metana. Proses ini mirip dengan yang
terjadi pada  proses kondisi anaerobik pada pengolahan lumpur. Pada proses ini juga
dihasilkan penyebab bau seperti asam-asam organik dan hidrogen Sulfida (H2S). Prinsip kerja
pada Kolam Anaerobik dapat dilihat pada Gambar 4.9.

DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Trenggalek 2019 IV-4


LAPORAN PENDAHULUAN

Gambar 4. 5 Prinsip Kerja pada Kolam Anaerobik

-Kolam Fakultatif-
Kolam Fakultatif berfungsi untuk menguraikan dan menurunkan konsentrasi bahan
organik yang ada di dalam limbah yang telah diolah pada kolam anaerobik. Kedalaman
kolam fakultatif biasanya adalah 1,2-2,5 m (4-8 ft) yang memiliki lapisan aerob dan anaerob
dan mengandung lumpur. Waktu detensi pada kolam ini biasanya adalah 5-30 hari.
Kandungan organik dalam air limbah terurai oleh aktifitas bakteri dan melepaskan fospor,
nitrogen, dan karbondioksida. Oksigen yang dibutuhkan pada proses aerob berasal dari udara
luar dan hasil dari proses fotosistesis. Pada proses fotosintesis alga menggunakan nutrien dan
karbondioksida yang dihasilkan bakteri sehingga menghasilkan oksigen yang akan terlarut di
dalam air. Oksigen terlarut tersebut digunakan kembali oleh bakteri. Hal ini menunjukkan
terjadinya hubungan keduanya yang terbentuk dalam sebuah siklus. Di bagian bawah kolam,
di zona anaerob dihasilkanlah gas-gas seperti metan (CH 4), karbondioksida (CO2), dan
hidrogen sulfida (H2S). Diantara zona aerob dan anaerob terdapat suatu zola lapisan yang
disebut sebagai zona fakultatif (facultative zone). Suhu merupakan faktor utama yang
mempengaruhi aktifitas simbiosis biologi tersebut. Prinsip kerja pada Kolam Fakultatif dapat
dilihat pada Gambar 4.10.

Gambar 4. 6 Prinsip Kerja pada Kolam Fakultatif

-Kolam Maturasi-
Kolam maturasi merupakan salah satu pengolahan air limbah secara aerobik dan
alami. Prinsip kerja kolam maturasi adalah air masuk melalui inlet secara kontinyu ke kolam

DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Trenggalek 2019 IV-5


LAPORAN PENDAHULUAN

dangkal (kedalaman maksimal 2 m) dan keluar melalui outlet. Waktu detensi air di dalam
kolam berkisar 5 hingga 15 hari, selama air berada di kolam akan terpapar sinar matahari
sehingga dapat menghilangkan mikroba patogen. Kedalaman kolam dirancang dangkal agar
pasokan oksigen (O2) bebas di udara merata ke seluruh kolam sehingga suasana aerobik tetap
terjaga. Selain itu, kolam maturasi juga berfungsi untuk menurunkan konsentrasi padatan
tersuspensi (TSS) dan BOD yang masih terkandung dalam effluen ABR. Air effluen dari
kolam maturasi siap untuk dibuang ke badan air. Prinsip kerja pada Kolam Maturasi dapat
dilihat pada Gambar 4.11.

Gambar 4. 7 Prinsip Kerja pada Kolam Maturasi


-Drying Area-
Unit Drying Area berfungsi untuk mengeringkan lumpur yang berasal dari unit kolam
anaerobik. Lumpur yang keluar dari sludge drying bed diharapkan sudah memiliki kandungan
padatan yang sangat tinggi (sekitar 70%) sehingga lumpur benar-benar tampak kering.
Lumpur yang telah kering dapat digunakan sebagai kompos. Bak Drying Area berupa bak
dangkal berisi media penyaring berupa pasir dan kerikil. Lumpur basah yang masuk ke unit
DA akan tersaring melalui media penyaring, padatan akan tertinggal pada lapisan teratas DA
sedangkan air hasil penirisan mengalir ke saluran yang terdapat pada bagian bawah dasar bak.
Pengeringan dilakukan dengan memanfaatkan sinar matahari sebagai desinfeksi serta angin
untuk pengurangan kelembaban atau pengeringan. Lamanya proses pengeringan didasarkan
pada koefisien laju kematian mikroorganisme. Susunan media penyaring pada DA dapat
dilihat pada Gambar 4.12.

Gambar 4. 8 Drying Area

DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Trenggalek 2019 IV-6


LAPORAN PENDAHULUAN

-Anaerobic Baffled Reactor (ABR)-


ABR merupakan tangki septik yang dimodifikasi dengan menambahkan beberapa
kompartemen. Unit ABR merupakan salah satu dari proses pengolahan biologis secara
anaerobik. ABR berbentuk segiempat dengan sekat-sekat di dalamnya dan dilengkapi dengan
pipa pembuangan gas (ventilator) untuk melepaskan biogas yang dihasilkan selama proses
anaerobik. Keuntungan unit Anaerobic Baffled Reactor (ABR) antara lain:
a. Konstruksi
- Desainnya sederhana
- Tidak membutuhkan peralatan pengadukan
- Kecil kemungkinan terjadi clogging
- Kecil kemungkinan terjadi ekspansi sludge bed
- Biaya konstruksi rendah
- Biaya operasi dan pemeliharaan rendah
b. Biomassa
- Tidak memerlukan biomassa dengan pengendapan khusus
- Pertumbuhan sludge rendah
- Solid Retention Time (SRT) tinggi
- Tidak memerlukan fixed media atau solid settling chamber
c. Operasi
- Hydraulic Retention Time (HRT) rendah
- Tingkat stabilitas tinggi terhadap hydraulic shock loading dan organic
loading.
- Pengoperasian panjang tanpa pembuangan sludge

Gambar 4. 9 Anaerobic Baffled Reactor (ABR)

DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Trenggalek 2019 IV-7


LAPORAN PENDAHULUAN

-Aerobic Biofilter-
Unit ini menggunakan media untuk menyaring air limbah. Media tersebut dapat
berupa pecahan genteng, batu apung, kerikil, atau plastik. Pengolahan air limbah dibantu oleh
mikroorganisme yang tumbuh melekat pada media tersebut.
Kelebihan unit Aerobic Biofilter:
1) Tahan terhadap shock loading
2) Tidak menimbulkan bau maupun lalat
3) Luas lahan yang digunakan tidak banyak
4) Pengelolaannya sangat mudah.
5) Biaya operasinya rendah.
6) Dibandingkan dengan proses lumpur aktif, Lumpur yang dihasilkan relatif sedikit.
7) Dapat menghilangkan nitrogen dan phospor yang dapat menyebabkan euthropikasi.
8) Suplai udara untuk aerasi relatif kecil.
9) Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang cukup besar.
10) Dapat menghilangkan padatan tersuspensi (SS) dengan baik
Kelemahan Aerobic Biofilter:
1) Membutuhkan start up yang relatif lama
2) Perlu pencucian berkala terhadap media agar tidak terjadi penyumbatan
3) Membutuhkan energi listrik

Gambar 4. 10 Aerobic Biofilter

Dari ketiga alternatif tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing yang dirinci
pada Tabel 4.2.

DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Trenggalek 2019 IV-8


LAPORAN PENDAHULUAN

Tabel 4. 1 Perbandingan Antar Alternatif Teknologi Pengolahan


Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3
Kelebihan -Konstruksi sederhana -Konstruksi sederhana -Konstruksi
-Kebutuhan lahan kecil -Kebutuhan lahan kecil sederhana
-Kualitas BOD <30 mg/l -Kualitas BOD <30 mg/l -Perawatan mudah
-menghasilkan methane -menghasilkan methane (alami)
dari ASD dan ABR dari ABR

Kekurangan -Membutuhkan energi -Membutuhkan energi -Kebutuhan lahan


(listrik) untuk aerobik (listrik) untuk aerobik besar
filter filter -Kualitas BOD
-Perlu pembersihan -Perlu pembersihan <100mg/l
media filter berkala media filter berkala
Sumber: Hasil Analisis Konsultan

DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Trenggalek 2019 IV-9


LAPORAN PENDAHULUAN

4.1 KRITERIA DESAIN


Kriteria desain masing-masing unit IPLT yang akan diterapakan adalah sebagai berikut:
1. Kolam Anaerobik
Td saat temperatur 20-30°C = 1 – 2 hari
Rasio panjang: lebar = (2 – 4) : 1
Rasio Talud =1:3
(Sumber: Rancangan Peraturan Menteri PU tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah)
2. Kolam Fakultatif
Waktu retensi, td = 20 – 40 hari
Efisiensi penurunan BOD = 70 – 90%
Efisiensi penurunan Coliform = 60 – 99%
Kedalaman kolam (m) = 1,5 – 2,5
Rasio panjang : lebar = (2 – 4) : 1
Periode pengurasan (tahun) = 5 - 10
(Sumber : Rancangan Peraturan Menteri PU tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah)

3. Kolam Maturasi
Waktu detensi (td) = 5 – 15 hari
% penurunan BOD = >60%
Kedalaman (h) = 1 – 2 meter
Rasio panjang : lebar = (2-4) : 1
Beban BOD volumetrik = 40 – 60 g BOD/m3.hari
(Sumber: Rancangan Peraturan Menteri PU tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pengembangan
Sistem Pengelolaan Air Limbah)
4. Anaerobic Baffle Reactor (ABR)
Waktu retensi, td : (6-20) jam
Organic Loading Rate (OLR) : (0,1-8) kg BOD/m3.hari

DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Trenggalek 2019 IV-10


LAPORAN PENDAHULUAN

Laju aliran ke atas, vup : <2,0 m/jam


Penyisihian BOD : 70-95%
(Sumber: Rancangan Peraturan Menteri PU tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pengembangan
Sistem Pengelolaan Air Limbah)
5. Aerobic Biofilter
Waktu Tinggal (Retention Time) rata-rata, td = 6–8 jam
Tinggi ruang lumpur, hl = 0,5 m
Tinggi Bed Media filter = (0,9 – 150) m
Tinggi air di atas media filter = 20 cm
Beban BOD per satuan permukaan media filter :
(5–30) g BOD/m2.hari
(0,5 – 4) kg BOD per m3.hari media
(Sumber: Rancangan Peraturan Menteri PU tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pengembangan
Sistem Pengelolaan Air Limbah)
6. Anaerobic Sludge Digestion (ASD)
anaerobic digester tanpa pengadukan.
BOD = 5,0 kg/m3
TSS = 20 kg/m3
VSS Loading (Volumetric Loading) = 1 – 3,5 kg VSS/hari/m3
Solid Retention Time (SRT) = 10 -25 hari
Hidrolis Retention Time (td) = 10 – 25 hari
Rasio panjang : lebar =2:1
% penurunan TSS = 50 – 75%
Kedalaman (h) = >6 meter
(Sumber: Rancangan Peraturan Menteri PU tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pengembangan
Sistem Pengelolaan Air Limbah)
7. Solid Separation Chamber (SSC)
Waktu Pengeringan (t) = 5 – 12 hari
Waktu pengambilan cake matang (T) = 1 hari
Ketebalan cake (hc) = 10 – 30 cm
Tebal lapisan kerikil = 20 – 30 cm

DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Trenggalek 2019 IV-11


LAPORAN PENDAHULUAN

Tebal lapisan pasir = 20 – 30 cm


Kadar air = 20%
Kadar solid = 80%
(Sumber: Rancangan Peraturan Menteri PU tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pengembangan
Sistem Pengelolaan Air Limbah)

DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Trenggalek 2019 IV-12

Anda mungkin juga menyukai