Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

MT4031 TEKNOLOGI KARET

Koagulasi Karet

Oleh:

Muhammad Danni Rachman


13716020

Tanggal Praktikum 13 September 2019


Tanggal Pengumpulan Laporan 4 Oktober 2019
Asisten (NIM) Onny Aulia Rachman
(13714012)

LABORATORIUM POLIMER DAN KOMPOSIT


PROGRAM STUDI TEKNIK MATERIAL
FAKULTAS TEKNIK MESIN DAN DIRGANTARA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karet secara umum dibedakan menjadi karet alam dan karet sintetis. Karet
alam merupakan salah satu polimer alam terpenting yang dapat digunakan
secara luas jika dilihat dari sudut pandang industri. Sedangkan karet sintetis
meskipun jenisnya jauh lebih banyak dibandingkan dengan karet alam, tetapi
penggunaannya masih terbatas karena sifat-sifat karet sintetis yang belum atau
bahkan tidak bisa menyamai sifat karet alam.
Karet alam berasal dari lateks yang merupakan cairan koloid berwarna putih
susu atau getah yang diperoleh dari pohon Havea brasiliensis. Untuk dijadikan
karet atau bahan olah karet, lateks perlu dikoagulasi dengan zat koagulan. Di
Indonesia, karet atau bahan olah karet yang dihasilkan oleh para petani
mutunya masih rendah dan berbau busuk menyengat.
Dengan praktikum yang dilakukan kali ini, diharapkan sebagai calon
lulusan sarjana teknik material dapat mengenal dan memahami proses
koagulasi dari lateks agar kedepannya kualitas dari karet atau bahan olah karet
manjadi jauh lebih baik untuk dapat memenuhi tuntutan pasar internasional.

1.2 Tujuan
1. Menentukan volume asam format dan HCl yang diperlukan untuk
mengoagulasi lateks karet alam
2. Menentukan kadar karet kering (KKK) lateks karet alam
3. Menentukan persentase swelling koagulum karet alam dalam pelarut non
polar.
4. Menentukan pertambahan panjang produk karet gelang
BAB II
TEORI DASAR

2.1 Karet Alam


Pohon karet yang bernama latin Havea brasiliensis merupakan tanaman
yang dimanfaatkan getanhnya (lateks) untuk dijadikan bahan baku pembuatan
karet. Lateks berupa cairan putih dengan kandungan beberapa senyawa seperti
karbohidrat , protein, dan polyisoprene. Untuk struktur polyisoprene terdapat
pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.1 Struktur Cis-1,4 Polyisoprene


(https://brainly.co.id/tugas/2100012)

Pada lateks, polyisoprene berbentuk gulungan kecil yang diselubungi


protein yang bersifat basa. Protein ini menjaga agar polyisoprene tidak
terkoagulasi menjadi koagulum. Tetapi lateks karena berasal dari alam, maka
mengandung juga mikroorganisme yang menghasilkan asam sehingga lateks
dapat menjadi rusak dan mengalami koagulasi secara alamiah.
Untuk merubah lateks menjadi karet, perlu dilakukan proses penggumpalan
atau koagulasi. Untuk produk lebih lanjut, dapat dilakukan vulkaisasi dengan
sulfur.

2.2 Koagulasi Karet Alam


Koagulasi merupakan proses penggumpalan lateks. Koagulum hasil
koagulasi bersifat termoplastik karena antar rantainya tidak ter-cross-link.
Koagulasi dilakukan untuk memecah selubung protein yang menyelubungi
polyisoprene dalam lateks. Hal ini dilakukan agar dengan menghilangkan
muatan negatif di selubung protein agar selubung protein dapat saling
memecahkan satu sama lain melalui tumbukan. Cara menetralkan selubung
protein yang bermuatan protein dan basa dengan larutan asam dimana banyak
mengandung muatan positif. Setelah selubung protein tidak bermuatan atau
netral, mereka akan saling bertumbukan dan akhirnya pecah.

Gambar 2.2 Skema koagulasi lateks


(https://www.aplustopper.com/acid-used-coagulating-rubber-latex/)

Koagulasi juga dapat terjadi tanpa koagulan karena terdapat bakteri pada
lateks yang menghasilkan gas asam sehingga seiring dengan berjalannya
waktu, muatan negatif dari selubung protein akan ternetralkan dan lama-lama
akan netral seluruhnya sehingga proses koagulasi dapat terjadi. Maka dari itu
lateks biasanya diberikan zat anti koagulan agar proses koagulasi terkontrol.

2.3 Asam Format

Gambar 2.3 Struktur Asam format


(https://id.wikipedia.org/wiki/Asam_format)

Asam format adalah asam karboksilat yang paling sederhana. Asam format
termasuk asam lemah. Asam lemah merupakan molekul yang sebagian
terdisosiasi menjadi ion dalam larutan berair. Asam lemah tidak melepas semua
ion H+ dalam larutannya.
2.4 Asam Klorida

Gambar 2.4 Asam Klorida


(https://id.wikipedia.org/wiki/Asam_klorida)

Asam klorida termasuk asam kuat. Asam kuat merupakan molekul yang
benar-benar terdisosiasi menjadi ion dalam larutan berair. Asam kuat melepas
semua ion H+ ke dalam larutan dengan ionisasi lengkapnya.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Prosedur
3.3.1 Koagulasi Karet
a. Alat dan Bahan
Tabel 3.1 Alat dan Bahan Koagulasi Karet
No. Alat Bahan
1 Botol vial (2 Buah) HA Lateks (10 gram)
2 Batang pengaduk Air DM (20 gram)
3 Gelas ukur Larutan asam format 2%
4 Gelas kimia Larutan HCl 2%
5 Timbangan digital
6 Gelas plastik
7 Baskom

b. Diagram Alir Percobaan


3.3.2 Uji Swelling NR
a. Alat dan Bahan
Tabel 3.2 Alat dan Bahan Uji Swelling
No. Alat Bahan
1 Gelas kimia 50 ml Koagulum NR (asam format)
2 Timbangan digital Koagulum NR (HCl)
3 Pinset Oli Mesin 10w40

b. Diagram Alir Percobaan

3.3.3 Penentuan Kadar Karet Kering (KKK)


a. Alat dan Bahan
Tabel 3.3 Alat dan Bahan Penentuan Kadar Karet Kering
No. Alat Bahan
1 Gelas platik HA Lateks (10 gram)
2 Batang pengaduk Air DM (20 gram)
3 Gelas kimia Larutan asam format 2%
4 Timbangan digital Larutan HCl 2%
5 Baskom

b. Diagram Alir Percobaan

3.3.4 Pembuatan Karet Gelang


a. Alat dan Bahan
Tabel 3.4 Alat dan Bahan Pembuatan Karet Gelang
No. Alat Bahan
1 Gelas plastik (2 buah) HA Lateks (15 gram)
2 Gelas kimia Larutan asam format 2%
3 Timbangan digital
4 Silinder logam
5 Baskom
b. Diagram Alir Percobaan

3.2 Data Praktikum


3.2.1 Koagulasi Karet
 Volume asam format yang ditambahkan = 4,5 ml
 Volume asam klorida yang ditambahkan = 3 ml

3.2.2 Uji Swelling NR


 Berat koagulum (asam format) sebelum direndam oli = 2 gram
 Berat koagulum (asam klorida) sebelum direndam oli = 2.24 gram
 Berat koagulum (asam format) setelah direndam oli = 3.88 gram
 Berat koagulum (asam klorida) setelah direndam oli = 4.33 gram

3.2.3 Penentuan Kadar Karet Kering (KKK)


 Berat karet kering dengan koagulan asam format = 2.75 gram
 Berat karet kering dengan koagulan asam klorida = 2.81 gram
3.2.4 Pembuatan Gelang Karet
Tabel 3.5 Data Pengukuran Spesimen Karet Gelang
Spesimen Diameter (cm) Pertambahan
panjang (cm)
1 2,6 10
2 2,8 10
3 2,4 -

3.3 Pengolahan Data


3.3.1 Penentuan Persetase Kadar Karet Kering
Setelah mendapatkan data bereat lateks yang digunakan dan berat
karet setelah proses pengeringan, dapat dicari persenase kadar karet
kering sebagai berikut.

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 (𝑔𝑟𝑎𝑚)


 KKK (HCOOH) (%) = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐿𝑎𝑡𝑒𝑘𝑠 (𝑔𝑟𝑎𝑚) 𝑥 100% =
2,75 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑥 100% = 54,13 %
5,08 𝑔𝑟𝑎𝑚

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 (𝑔𝑟𝑎𝑚) 2,81 𝑔𝑟𝑎𝑚


 KKK (HCl) (%) = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐿𝑎𝑡𝑒𝑘𝑠 (𝑔𝑟𝑎𝑚) 𝑥 100% = 𝑥 100% =
5,31 𝑔𝑟𝑎𝑚

52,91 %

3.3.2 Persentase Swelling


𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ−𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
 Swelling (HCOOH) (%) = 𝑥 100% =
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚(𝑔𝑟𝑎𝑚)
3,88−2 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑥 100% = 94 %
2 𝑔𝑟𝑎𝑚

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ−𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 (𝑔𝑟𝑎𝑚)


 Swelling (HCl) (%) = 𝑥 100% =
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚(𝑔𝑟𝑎𝑚)
4,33−2,24 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑥 100% = 93,3 %
2,24 𝑔𝑟𝑎𝑚
BAB IV
ANALISIS DATA

Pada modul 1, dilakukan koagulasi karet dengan koagulum yang dihasilkan


berbentuk pipih. Proses koagulasi lateks ini menggunakan dua koagulan berbeda
yaitu asam klorida dan asam asetat. Berdasarkan hasil praktikum yang telah
dilakukan, diperlukan 4,5 ml asam format dan 3 ml asam klorida untuk
mengkoagulasi lateks sebanyak 5 gram. Terlihat perbedaan volume antara asam
format dan asam klorida yang terpakai. Hal ini disebabkan oleh asam klorida yang
merupakan asam kuat dan asam format merupakan asam lemah. Karena asam kuat
merupakan molekul yang benar-benar terdisosiasi menjadi ion dalam larutan berair.
Asam kuat melepas semua ion H+ ke dalam larutan dengan ionisasi lengkapnya.
Sehingga dengan jumlah larutan yang sama dengan asam format, ion H+ yang
dihasilkan asam klorida yang terlarut untuk menggumpalkan lateks akan lebih
banyak dibandingkan dengan asam format. Sehingga untuk mentralkan muatan
negatif disekitar selubung protein dibutuhkan lebih sedikit asam klorida. Sedangkan
asam format merupakan molekul yang sebagian terdisosiasi menjadi ion dalam
larutan berair. Asam lemah tidak melepas semua ion H+ dalam larutannya.

Pada modul 2 dilakukan pengukuran persen kadar karet kering dimana


untuk asam format sebesar 54,13 % dan untuk HCl sebesar 52,91 %. Perbedaan
kadar karet kering ini mengindikasikan bahwa dengan jumlah lateks yang sama,
karet yang dihasilkan dengan menggunakan koagulant yang berbeda akan berbeda.
Hal ini dipengaruhi oleh pH koagulant dimana jika asam kuat penggumpalan tidak
homogen, sehingga tidak seluruhnya terkoagulasi. Sedangkan jika terlalu lemah
asamnya, maka koagulasi kurang efisien. Maka dari itu dalam koagulasi lateks,
asam format paling banyak digunakan.

Pada modul 3, dilakukan pengukuran persen swelling, dimana karet yang


sudah kering di rendam dalam oli motor castrol selama 4 hari. Persen swelling untuk
karet asam format yaitu 94% dan karet HCl yaitu 93,1 %. Idealnya semakin besar
kadar karet kering maka persen swelling semakin rendah karena jarak antar rantai
semakin rapat jika kadar karet kering tinggi. Tetapi data yang praktikan dapat
kurang sesuai sehingga praktikan berkesimpulan bahwa saat pengukuran massa
setelah perendaman masih ada oli yang ikut tertimbang di permukaan karet.

Pada modul 4, dibuat 3 buah karet gelang yang akan diukur pertambahan
panjangnya hingga putus. Karet gelang yang dibuat dari proses koagulasi kemudian
dioven. Dari hasil pengujian karet gelang 1,2, dan 3, ketiganya tidak cukup
memuaskan nilai pertambahan panjangnya ketika diuji terik, karena karet yang
praktikan buat telah terdegradasi akibat dari oven yang panasnya ternyata melebihi
temperature degradasi karet.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Volume asam format dan HCl yang diperlukan untuk mengoagulasi lateks
karet alam berturut-turut adalah 4,5 ml dan 3 ml
2. Kadar karet kering (KKK) lateks karet alam dengan koagulan asam format
dan HCl berturut-turut adalah 54,13 % dan 52,91 %
3. Persentase swelling karet alam dengan kaogulan asam format dan HCl
yang direndam di dalam oli mesin berturut-turut adalah 94 % dan 93,1 %
4. Pertambahan panjang karet gelang specimen 1, 2, dan 3 berturut-turut
adalah 10 cm, 10 cm, dan tidak ada karena sudah mengalami degradasi.

5.2 Saran
Untuk praktikum kedepannya, sebaiknya dilakukan juga vulkanisasi agar
praktikan dapat membedakan karet yang belum dan telah divulkanisasi.
DAFTAR PUSTAKA

[1] https://www.aplustopper.com/acid-used-coagulating-rubber-latex/
[2] https://id.strephonsays.com/difference-between-strong-and-weak-acids
[3] https://bestekin.com/2019/03/17/asam-format-asam-semut/
[4] https://id.wikipedia.org/wiki/Asam_klorida
[5] https://id.wikipedia.org/wiki/Asam_format
LAMPIRAN

A. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai