I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkebunan karet hampir menyebar luas di seluruh wilayah Indonesia dan Negara
penghasil karet terbesar kedua setelah thailand, perkebunan ini terbesar di pulau Sumatera
utara, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Riau, Jambi, Jawa, Kalimantan dan Indonesia bagian
timur. Berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM 2016), luas
lahan karet yang ada di Provinsi Jambi adalah 6.825 ha tanaman menghasilkan (Siregar,
2010; BPS 2013). Menurut Eka, et al, (2010) tanaman karet yang produktif dapat
menghasilkan 0,8-1,2 ton/ha/tahun. Biji karet memiliki proporsi bagian yang dapat
dikosumsi sekitar 57%. Sehingga Kabupaten Saarolangun, Profinsi Jambi memiliki potensi
biji karet yang dapat dikosumsi sekitar 4.668 ton/tahun.
Biji karet selama ini dianggap tidak memiliki nilai ekonomis, hanya dimanfaatkan
sebagai benih generatif pohon karet saja, selebihnya terbuang sia-sia, padahal biji karet
memiliki kandungan minyak nabati yang tinggi, yaitu sekitar 45,6%. Selain itu, per 100
gram biji karet megandung karbohidrat 15,9%, protein 27%, lemak 32,3%, abu 3,96%
(Rivai, 2015). Dengan kandungan gizi yang tinggi dari biji karet terutama protein, sangat
berpotensi untuk di manfaatkan sebagai bahan pangan ( Eka, et al, 2010). Salah satu kendala
kurang optimalnya pemanfaatan biji karet sebagai bahan pangan adalah adanya kandungan
asam sianida (HCN) yang terkandung dalam biji karet (Ukpebor et al, 20017; Eka et al,
2010; Salimon et al, 2012; Rivai, 2014).
HCN yang terkandung dalam biji karet dapat berbahaya apabila dikosumsi, karena
kadar HCN dalam biji karet tanpa perlakuan sangat tinggi yaitu 4050 mg/Kg biji karet
(Nengsih, 2015). Karena kadar HCN maksimal pada biji karet tidak ada dalam refenrensi,
maka penulis menganalogikan dengan kadar HCN pada umbi singkong yang meracuni atau
tidak meracuni jika dikonsumsi (Hutami, 2014).
Tabel 1. Kadar HCN dan kategori pada umbi
Untuk mengurangi kadar racun asam sianida bisa dilakukan dengan cara tradisional,
yaitu dengan melalui tahapan pencucian, pengkusan, perendaman, dan pengeringan
(Hutami, 2014). Sedangkan teknik reduksi HCN pada biji karet juga dapat menggunakan
metode pengukusan dengan suhu 26 °C. Pengukusan merupakan salah satu cara untuk
menurunkan kadar HCN pada biji karet, karena HCN sifatnya mudah menguap (Salimonet,
et al, 2012). Selain itu juga untuk menurunkan atau menghilangkan HCN bisa dilakukan
dengan cara pencucian atau perendaman, karena HCN memiliki sifat mudah terlarut maka
salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan pencucian atau perendaman selama 24
jam sehingga HCN larut dan terbuang terbawa air (Rivai, 2015).
Untuk mengurangi kadar asam sianida bisa dengan penambahan NaHCO3 dan
Ca(OH)2, dalam proses perendaman pada ubi kayu (Siboro, 2016). Pada ubi kayu di
lakukan pengirisan dengan ketebalan ±2 mm dalam proses perendaman dengan penambahan
larutan NaHCO3 pada konsentrasi 8% selama 96 jam dan mampu meroduksi asam sianida
ubi kayu sebanyak 53,55 %. Sedangkan, menurut hasil penelitian (Djafaar, 2009) umbi
gadung dengan ketebalan ± 2 mm yang di rendam dalam larutan Ca(OH)2 pada Konsentrasi
0,3% selama 6 jam dan mampu meroduksi asam sianida ubi kayu sebanyak 89%. Hal ini
menunjukan bahwa penggunaan Ca(OH)2 lebih efektif untuk mereduksi racun asam sianida
pada ubi kayu dari pada menggunakan NaHCO3.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka permasalahan yang akan di kaji dalam
penelitian ini yaitu:
1.2.1. Bagaimana pengaruh blanching dan perendaman dengan penambahan larutan
Ca(OH)2 terhadap sifat fisik bungkil biji karet.
1.2.2. Bagaimana pengaruh Blancing dan perendaman dengan penambahan larutan
Ca(OH)2 terhadap sifat kimia pada bungkil biji karet.
1.3. Batasan Masalah
Penilitian ini di batasi pada:
1.3.1. Biji karet yang akan di gunakan dalam penelitian ini yaitu biji karet yang di
dapatkan dari Kabupaten Sarolangun, Kecamatan Singkut, Provinsi Jambi.
1.3.2. Penurunan kandungan racun yang di amati dalam penelitian ini yaitu penurunan
kandungan racun asam sianida (HCN).
1.3.3. Atribut yang di amati dalam penelitian ini meliputi sifat fisik dan sifat kimia,
yaitu:
1.3.3.1. Sifat fisik: Kadar air, rendemen, dan analisa warna.
1.3.3.2. Sifat kimia: Kadar sianida, dan PH serta analisis nilai tambah pada
hasil biji karet yang terendah kadar sianidanya.
1.4. Tujuan Penilitian
1.4.1. Menentukan pengaruh lama blanching dan perendaman dengan penambahan
larutan Ca(OH)2 terhadap sifat fisik yang terdapat dalam bungkil biji karet.
1.4.2. Menentukan pengaruh lama blanching dan perendaman dengan penambahan
larutan Ca(OH)2 terhadap sifat kimia yang terdapat dalam bungkil biji karet.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1.5.1. Mengenalkan teknologi bahwa untuk menurunkan kadar racun asam sianida
(HCN) pada biji karet bisa dengan cara blanching dan perendaman dengan
penambahan larutan Ca(OH)2.
1.5.2. Menjadikan biji karet sebagai bahan pangan yang layak di kosumsi oleh
manusia yang terendah kadar racun asam sianidanya, sehingga menjamin
keamanan pangan pada proses pengolahan produk selanjutnya.
𝒘𝟏−𝒘𝟐
kadar air (%) 𝒘𝒊−𝒘𝟎 𝑿𝟏𝟎𝟎%
Ket:
W0= bobot cawan kosong dan tutupnya (gram)
W1= bobot cawan, tutup cawan, dan sampael sebelum di keringkan (gram)
W2= bobot cawan, tutup cawan, dan sampel setelah di keringkan (gram)
(BSN,2011).
b. Rendemen
Untuk menghitung rendemen, di lakukan dengan berat akhir sampel di
bagi dengan berat awal sampel, emudian di kalikan 100%.
𝒎𝒈 𝑴 𝟏𝟎𝟎𝟎
Kadar HCN ( 𝑲𝒈 ) = 𝑽𝒙 𝟎,𝟎𝟐 𝒙 𝟏, 𝟎𝟖 𝒙 𝑾
Ket:
W = Bobot sampel bungkil biji karet (gram)
V = Volume AgNO3 yang di gunakan dalam titrasi (ml)
M = Molaritas AgNO3 (BSN, 2011)
b. Pengukuran pH
Pengkuran pH atau derajat keasaman dapat di lakukan dengan pH
meter yang telah di kalibrasikan dengaN buffer ph 7,00. Prosedur pengujian
sebagai berikut:
1. Menimbang sampel sebanyak 5 gr.
2. Sampel di larutkan dalam 100 ml aquades.
3. Masukan ph meter kedalam larutan sampel tersebut.
4. Kemudian baca pada alat ph meter tersebut (sudarmadji, 1997).
2.6. Analisa Data
Data yang di dapat dari hasil penelitian ini akan di analisis dengan
menggunakan metode Two-Way Analysis Of Variances ANOVA dengan Software
SPSS statistik 16,0. Apabila hasil uji dari analisis ini terdapat perbedaan, maka di
lanjutkan dengan uji DMRT (Duncan’s Multiple Range Tast) pada taraf 5% untuk
melihat perbedaan antar perlakuan.
DIAGRAM ALIR REDUKSI KADAR ASAM SIANIDA PADA BUNGKIL BIJI
KARET
Biji Karet
Pengupasan
&
Pencucian
Pengirisan
&
Pembelahan (± 2mm) Pengamatan
Blanching/ Pengukusan
30 mnt, 60 mnt, 90 mnt Analisa Sifat Fisik
a. Kadar Air
b. Rendemen
Perendaman
BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) Indonesia, 2016. Potensi karet di Provinsi
Jambi dan Kabupaten Sarolangun. http://regionalinvestment.bkpm.Go.Id.Newsipid/
commodityarea.php?ia=17&ic=4.
BPS. 2013. Luas tanaman perkebunan menurut provinsi dan jenis tanaman, Indonesia (000
ha), 2013. http://www.bps.go.id/tab sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id
subyek=54¬ab=7. (Diakses 07/02/2015).
Djafar TF, Siti R, dan Murdijati G, 2009. Pengaruh blanching dan waktu perendaman dalam
larutan kapur terhadap kandungan racun pada umbidan ceriping gadung.Penelitian
pertanian pangan Vol.28 No.3, 2009. Balai pengkajian teknologi pertanian
yogyakarta. Yogyakarta.
Eka HD, Aris T, Nadia WA. 2010. Potential use of Malaysian rubber (Hevea brasiliensis)
seed as food, feed and biofuel. Internasional food Research Jurnal 17(1): 527-534.
Hutami, FD dan Harijono, 2014. Pengaruh larutan dan konsentrasi NaHCO3 terhadap
penurunan kadar sianida pada pengolahan tepung ubi kayu. J Pangan dan Agroindustri
VOL.2 No.4 p. 220-230, Oktober 2014. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. FTP
Universitas Brawijaya. Malang.
Ningsih SW, Restusari L, Vitari AA, 2015. Studi metode penurunan HCN pada biji karet
(Hevea brasiliensis) sebagai bahan pangan alternatif di Riau. Pros Sem Nas Masy
Biodiv Indon. J Kes, volume VI, Nomer1, April 2015, hlm 96-101.
Rivai RR, Frisca D, Handayani M, 2015. Pengembangan potensi biji karet (Hevea
brasiliensis) sebagai bahan pangan altwrnatif di Bengkulu Utara. Pros Sem Nas Masy
Biodiv Indon. Volum 1, Nomer 2, ISSN: 2407-8050. DOI: 10.13057/psnmbi/
m010229.
Salimon J, Abdullah BM, Salih N. 2012. Rubber (Hevea brasiliensis) seed oil toxicity effect
and linamarin compound analysis. Lipids Health Dis 11(1): 74-82.
Siboro R, 2016. Reduksi kadar sianida pada tepung ubi kayu (Manihot Esculenta Crantz)
melalui perendaman ubi kayu dengan NaHCO3. Skripsi. Jurusan Teknologi
Pertanian.Fakultas Pertanian. Universitas Bengkulu.
Ukpebor JE, Ekpaja EO, Ukpebor EE, Egharevba O, Evedue E, 2007. Effect of the edible
mushroom, pleurotus tubberegium on the cyanide level and nutritional contents of
rubber seedcake. Pakistan J Nutri 6 (6): 534-537.