KAPUAS HULU
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Lateks kebun, merupakan getah yang didapat dari kegiatan menyadap pohon karet
yang berbentuk getah segar cair yang bewarna putih susu. Syarat-syarat lateks kebun yang
baik yaitu telah disaring menggunakan saringan berukuran 40 mesh, bebas dari kotoran
atau benda-benda lain seperti serpihan kayu atau daun, tidak bercampur dengan bubur
lateks, air atau serum lateks, warna putih dan berbau khas karet segar, kadar karet
kering untuk mutu 1 sekitar 28% dan untuk mutu 2 sekitar 20%( Maryanti. Dan Edison R.
2016.)
Lateks kebun akan menggumpal atau membeku secara alami dalam waktu beberapa
jam setelah dikumpulkan. Penggumpalan alami atau spontan dapat disebabkan oleh
timbulnya asam-asam akibat terurainya bahan bukan karet yang terdapat dalam lateks akibat
aktivitas mikroorganisme. Hal itu pula yang menyebabkan mengapa lump hasil
penggumpalan alami berbau busuk. Selain itu, penggumpalan juga disebabkan oleh
timbulnya anion dari asam lemak hasil hidrolisis lipid yang ada di dalam lateks. Anion asam
lemak ini sebagaian besar akan bereaksi dengan ion magnesium dan kalsium dalam lateks
membentuk sabun yang tidak larut, keduanya menyebabkan ketidakmantapan lateks yang
pada akhirnya terjadi pembekuan(Suwardin,2016).
Mahasiswa dapat menentukan tingkat kesegaran lateks melalui bau dari latek kebun
yang diuji.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk pertanaman
karet, sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Luas area perkebunan
karet tahun 2005 tercatat mencapai lebih dari 3.2 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia. Diantaranya 85% merupakan perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7%
perkebunan besar negara serta 8% perkebunan besar milik swasta. Produksi karet secara
nasional pada tahun 2005 mencapai angka sekitar 2.2 juta ton. Jumlah ini masih akan bisa
ditingkatkan lagi dengan memberdayakan lahan-lahan pertanian milik petani dan lahan
kosong/tidak produktif yang sesuai untuk perkebunan karet(Utomo,Hasannudin,2018)
Karet alam merupakan salah satu hasil pertanian yang penting karena memegang
peranan penting dalam meningkatkan taraf hidup taraf hidup manusia, karena banyak
menghasilkan devisa negara. Karet alam dihasilkan dari perkebunan besar dan perkebunan
rakyat. Umumnya karet rakyat bermutu rendah karena alat dan cara pengolahannya masih
sangat sederhana ( A Bedednego,2017)
Karet alam menunjukkan harga yang tidak stabil karena makin meningkat produksi
karet sintetis misal butty rubber (BR), styrene butadin rubber (SBR) dan lain-lain. Jenis karet
sintetis ini mempunyai sifat-sifat khusus yang labih baik dibandingkan dengan karet alam.
Oleh karena itu, perlu dipelajari sifat-sifat karet alam dan cara pengolahannya yang baik dan
benar sehingga dapat menghasilkan karet yang berkualitas dan petani perkebunan karet dapat
menghasilkan karet alam yang mampu bersaing dengan karet sintetis (Djumarti,2018).
Lateks adalah cairan koloid yang berwarna putih susu yang diperoleh dari pohon karet
Havea brasiliensis dengan partikel-partikel karet terdispersi air. Lateks mengandung protein
yang dapat terurai akibat aktivitas bakteri. Lateks dapat juga dikatakan sebagai suatu larutan
koloid dengan partikel karet dan bahan bukan karet yang tersuspensi dalam suatu medium.
Lateks diperoleh dengan jalan melukai kulit pohon karet atau istilah lain disebut penyadapan
(Syarief, 2016).
Lateks merupakan emulsi kompleks yang mengandung protein, alkaloid, pati, gula,
(poli) terpena, minyak, tanin, resin, dan gom. Pada banyak tumbuhan lateks biasanya
berwarna putih, namun ada juga yang berwarna kuning, jingga, atau merah. Susunan bahan
lateks dapat dibagi menjadi dua komponen. Partikel lateks dilapisis oleh protein dan lipida ini
merupakan koloid hidrofolik yang artinya dilindungi (diselaputi) oleh muatan listrik. Larutan
koloid akan stabil bila terdapat bahan yang dapat mempertahankan muatan listrik partikel
yaitu dengan adanya protein. Sifat koloid ini dijadikan dasar untuk terjadinya proses
koagulasi. Lateks akan berkoagulasi dengan cara membuang muatan protein dari partikel
karet .Karet alam mengandung seratus persen cis,-1,4-poliisoprena,yang terdiri dari rantai
polimer lurus dan panjang dengan gugus isoprenik yang berulang (Handoko,2017).
BAB III
METODEOLOGI
a. Alat
Gelas ukur 50 ml
Gelas piala 100 ml
Pengaduk gelas
b. bahan
Larutan asam borat (60 gr asam borat dalam 1 liter air)
Latek kebun
4.1 HASIL
N SAMPEL BAU
O
1 Lateks yang tidak diawetkan Bau khas lateks
2 Lateks yang diawetkan + asam cuka Latek yang diawetkan bau asam cuka
Tabel 1. Pengujian bau lateks kebun
4.2 PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil dari praktikum pengujian bau lateks kebun,latek yang tidak diawetkan
menghasilkan bau khas dari lateks itu sendiri hal ini dikarenakan latek tidak ada bahan lain
yang ditambahkan ke dalamnya,sedangkan pada lateks karet yang diawetkan lalu adanya
penambahan asam cuka sebanyak 60 gr dan semakin lama waktu penyimpanan membuat bau
(aroma) lateks yang tadinya berbau khas lateks menjadi menyengat berbau asam. Bau
menyengat yang ditimbulkan dapat dikarenakan adanya pemisahan antara serum dengan
fraksi lateks. Pada lateks yang terpisah fraksinya menjadi raksi putih, fraksi kuning, dan
serum C dimana serum C tersebut mengandung zat terlarut berupa asam amino, karbohidrat,
inositol dan asam organik misalnya asam nukleat pirofosfat dan askorbat yang apabila
bereaksi dengan asam cuka atau komponen lain dapat menimbulkan bau (aroma) yang
menyengat atau tidak enak.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan pada praktikum pengujian bau lateks kebun dapat disimpulkan
bahwa :
1. Lateks adalah cairan koloid yang berwarna putih susu yang diperoleh dari pohon karet
kebun dengan partikel-partikel karet terdispersi air.
2. Pada proses pengawetan karet memiliki bau khas karet/ lateks,sedangkan pada lateks
yang diawetkan dan ditambah dengan asam cuka memiliki bau asam cuka.
3. Pengaruh penambahan bahan pengawet dapat mempengaruhi dari bau lateks tersebut.
5.2 SARAN
Anwar, Khoerul. 2016. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Berbagai Jenis Asam Tumbuhan
sebagai Penggumpal Lateks untuk Meningkatkan Mutu Karet. Malang: UIN Maulana
Malik Ibrahim.
Maryanti. Dan Edison R. 2016. Pengaruh Dosis Serum Lateks terhadap koagulasi lateks
(Havea brailiensis). (Jurnal Agro Industri Perkebunan, Politeknik Negri Lampung.
Lampung).
Suwardin, D., dan Purbaya, M. 2016. Jenis Bahan Penggumpal dan Pengaruhnya
terhadap Parameter Mutu Karet Spesifikasi Teknis. Warta Perkaretan 2015, 34
(2):147-160