Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

Teknologi Proses Hasil Perkebunan Bukan Pangan

DISUSUN OLEH:
NIKMAH KURNIATI 119330093

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2021
PRAKTIKUM VI
PENGGUMPALAN LATEKS

I. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Sector perkebunan di Indonesia merupakan salah satu sector yang paling di
unggulkan di Indonesia, karena dapat menghasilkan devisa yang cukup besar.
Salah satu komoditi prkebunan unggulan di Indonesia adalah karet. Dan
Indonesia menjadi Negara kedua terbesar penghasil karet terbesar setelah
Negara Thailand (Rakhmadina, Supriayana, & Lubis, 2017)

Karet alam di indonesia sangat berpotensi untuk di kembangkan, untuk dijadikan


berbagai macam produk/oalhan yang dapat menunjang kegiatan masyarakat.
Dimaan hasil olahan karet dapat digunakan langsung ataupun diolah di industri
terlebih dahulu untuk meningkatkan kualitas serta nilai tambah dari karet
tersebut (Perdana, 2019)

Menurut data dari international rubber study groups (IRSG), terjadi peningkatan
konsumsi karet alam dunia sekitar 24,93% mulai dari 2001-2007. Namun, hal
tersebut tidak sebandung dengan meningkatkan jumlah produksi karet alam, dan
menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah permintaan. Penyebab
meningkatnya jumlah permintaan adalah karena berkembangnya industri-
industri barang jadi dunia.

1.2. Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum kali ini adalah:
1. Mahasiswa mampu melakukan proses penggumpalan lateks
2. Mahasiswa mampu mengetahui kualitas lateks yang digumpalkan dengan
berbgai jenis bahan
3. Mahasiswa mengetahui kadar karet kering pada latek.
II. Tinjauan Pustaka.

2.1. Lateks
Lateks merupakan cairan berwarna putih yang mirip dengan susu yang memiliki
20-30% butiran karet dimana lapisan protein dan posfolipid mengelilingi butiran
karet tersebut. Terdapat sifat mekanik yang terdapat dari muatan muatan karet,
dimana secara alami sangat dipengaruhi oleh zat yang awalnya sudah terdapat
pada latek itu sendiri. Terdapat zat lain atu bukan karet yang terdapat dalm lateks
seperti senyawa protein, lipid, larbohidrat, anion organic, dan ion-ion logam.

Selain daripada itu, lateks sendiri merupakan sumber karet alam yang berasal dari
pohon karet (Hevea brasiliensis) merupakan jenis pohon yang memiliki nilai
ekonomi cukup tinggi dan juga sudah lama dikembangkan di Indonesia. Pohon
karet juga tergolong dalam pohon yang memiliki batang keras dan agak
besar,tinggi pohon dapat mencapai 10-20 m, cabang dari pohon karet juga
banyak, dan dari kulitnya getah atau cairan lateks keluar (Hidayoko & Wulandra,
2014)

Proses pengambilan getah karet sendiri dapat diakukan dengan cara sadap.
Penyadapan merupakan sebuah prose mengikir lapisan kulit pada alur sadap
dimanan nantinya getah akan mengalir dari pembuluh lateks. Untuk mengikis
lateks terdapat alat khusus yaitu pisau sadap dimana akan terjadi pelukaan secara
mekanis yang nantinya pembuluh lateks akan terbuka dan tekanan akan terlepas
sehingga lateks atau getah karet akan mengalir.

2.2. Bahan olahan karet.


Bahan untuk karet merupakan lateks yang berasal dari kebun serta lateks yang
menggumpal yang diperoleh dari pohon karet (Sitanggang, 2017). Beberapa
msyarakat menyebutkan bahwa bahan olahan karet yang bukan produksi
perkebukanan besar, tetapi merupakan bokar (bahan olah dari karet rakyat) yang
biasanya diperoleh dari petani. Secara pengolahannya bahan karet dapat dibagi
menjadi beberapa bagian;
a. Lateks kebun
Lateks kebun merupakan cairan getah yang didapatkan dari prose penyadapan
bidang pohon karet. Dimana cairan getah belum mengalami kontaminasi atau
bahan tambahan pemantap. Lateks kebun yang baik harus memiliki ketentuan
sebgai berikut;
- Proses penyaringan.
- Tidak terdapat kotoraaan seperti daun atau kayu.
- Tidak tercampur dengan bubur latesks, air, ataupun serum lateks.
- Berwarna putih dan aroma segar dari karet.

b. Sheet angin.
Sheet angin merupakan bahan oah karet yang dibuat setelah karet melalui
proses penyaringan dan digumpalkan dengan asam semut, berupa karet yang
sudah digiling namun belum jadi sheet angina mutu 2 memiliki kaadar karet
kering 80% , dan tingkat ketebalan pertama 3 mm memiliki tingkat ketebalan
kedua 5mm.

2.3. Standar Indonesians Rubber (SIR)


Standar Indonesia rubber atau SIR merupakan jenis karet alam yang diperoleh
dengan proses pengolahan bahan oleh yang berasal dari cairan atau getah
pohonkaret itu sendiri, secara mekanik dengan metode penggumpalan secara
alamiah atau dengan campuran bahan kimia.

Bahan penggumpal sendiri di campurkan setelah cairan atau getah lateks


dimasukan kedalam bak penggumpalan sambil diaduk sampai rata. Setelah itu
dialkukan pemotongan setelah lateks menggumpal sempurna, untuk
mempermudah dalam proses penggilingan sampai menjadi lembaran yang
bertujuan untuk mengluarkan air yang terdapat dalam karet.

Selanjutnya lembaran karet diremahkan dengan schereder yang selanjutnya


disusun di dalam troli. Remahan didalam troli harus diajaga untuk menjaga agar
sirkulasi udara panas diantara celah dapat mengalir dengan sempurna saat proses
pengeringan (Hidayoko & Wulandra, 2014)
III. Metode

3.1. Alat dan Bahan


Alat yang dig1unakan pada praktikum kali ini adalah timbangan, gelas beaker,
spatula, hotplate stirrer,. Adapun bahan yang digunakan adalah lateks segar,
asam aetat, asam format, dan asap cair.
3.2. Prosedur Kerja
cara kerja pada praktikum ini adalah;
1. Timbang 100 ml lateks segar kedalam Erlenmeyer (A)
2. Tambahkan bahan penggumpal sebanyak 10 ml.
3. Lakukan pemanasan dan pengadukan pada sampel hingga menggumpal
4. Tiriskan pada permukaan karet.
5. Hilangkan air pada permukaan karet.
6. Timbang karet untuk mengetahui kadar karet kering (B)
7. Amati organoleptic dari karet yang dihasilkan

IV. Hasil dan Pembahasan


4.1. Hasil
4.1.1. Table pengamatan organoleptic karet.
No Jenis zat Aroma Tekstur Warna
penggumpal
1 Asam cuka 1 (1) (2) (5) sangat
Tidak berbau lembut lembut

2 Asam cuka 2 (2) (3) (4)


Tidak berbau, Lembut Putih sedikit
sedkit asam ceram

3 Pupuk TSP (1) (5) (3)


Tidak berbau Lembut dan Putih dengan
kenyal pinggiran abu
4 Tawas 1 (1) (4) (3)
Tidak berbau Kenyal, padat, Putih dengan
keras pinggiran abu

5 Tawas 2 (1) (3) (5)


Tidak berbau Kenyal keras Sangat putih

6 Tawas 3 (3) (4) (2)


Berbau Kenyal keras kream

7 Mengkudu (1) (3) (4)


Tidak berbau Elastis, tidak Putih
telalu lembut
dan tidak
terlalu keras

4.1.2. Table perhitungan Kadar Kadar Kering (KKK)


NO Bahan penggumpal Lateks segar Karet kering KKK
(A) (B)
1 Asam cuka 1 93,5 gr 57 gr 60,9%

2 Asam cuka 2 100 gr 52 gr 52%

3 Pupuk TSP 120 gr 80gr 66,6%

4 Tawas 1 110 gr 83 gr 75,4%

5 Tawas 2 100 gr 87 gr 87%

6 Tawas 3 93,5gr 64 gr 68,5 %

7 Mengkudu 322 gr 100 gr 31,05 %

Rumus mencari kadar karet kering (KKK)


KKK = (B/A) x 100%
4.2. Pembahasan

a. Lateks
Lateks merupakan cairan berwarna putih yang mirip dengan susu yang
memiliki 20-30% butiran karet dimana lapisan protein dan posfolipid
mengelilingi butiran karet tersebut. Terdapat sifat mekanik yang terdapat
dari muatan muatan karet, dimana secara alami sangat dipengaruhi oleh zat
yang awalnya sudah terdapat pada latek itu sendiri. Terdapat zat lain atu
bukan karet yang terdapat dalm lateks seperti senyawa protein, lipid,
larbohidrat, anion organic, dan ion-ion logam.

Selain daripada itu, lateks sendiri merupakan sumber karet alam yang berasal
dari pohon karet (Hevea brasiliensis) merupakan jenis pohon yang memiliki
nilai ekonomi cukup tinggi dan juga sudah lama dikembangkan di Indonesia.
Pohon karet juga tergolong dalam pohon yang memiliki batang keras dan
agak besar,tinggi pohon dapat mencapai 10-20 m, cabang dari pohon karet
juga banyak, dan dari kulitnya getah atau cairan lateks keluar (Hidayoko &
Wulandra, 2014)

Proses pengambilan getah karet sendiri dapat diakukan dengan cara sadap.
Penyadapan merupakan sebuah prose mengikir lapisan kulit pada alur sadap
dimanan nantinya getah akan mengalir dari pembuluh lateks. Untuk
mengikis lateks terdapat alat khusus yaitu pisau sadap dimana akan terjadi
pelukaan secara mekanis yang nantinya pembuluh lateks akan terbuka dan
tekanan akan terlepas sehingga lateks atau getah karet akan mengalir.

b. Factor kerusakan mutu lateks


terdapat factor yang mempengaruhi kualitas dari lateks diantranya adalah;
1. Factor dari kebun missal; system penyadapan, serta kebrsihan pohon
2. Iklim; musim hujan mendorong terjadinya proses proagulasi, dan
musim kemarau menyebabkna lateks tidak stabil.
3. Alat dan bahan yang digunakan untuk penggumpalan serta
pengangkutan.
4. Bahan kimia yang digunakan.
5. Komposisi lateks.

Apabila terdapat kadar air dalam lateks lebih tinggi dari yang sesaui standar
akan menyebabkan proses pengeringan kurang sempurna serta
penyimpanan ditempat lembab juga menyebabkan tumbuhnya jamur serta
bakteri di permukaan lembaran karet, dank an merusak kualitas dari karet.

c. Bahan dan mekanisme penggumpalan


Bahan penggumpal lateks yang sering di gunakan adalah;
1. Tawas.
Bahan selanjutnya adalah menggunakan tawas Al2SO4 yang banyak
digunakan untuk proses penjernihan air. Tawas memiliki karakteristik
berwarna putih dan dapat larut didalam air. Dan tentunya tawas dapat
digunakan sebagai bahan penggumpal lateks.
Meknisme proses penggumpalan lateks menggunakan tawas, protein
yang terdapat didalam lateks akan diikat olek partikel SO4 yang bersifat
asam
2. Asam cuka.
Asam cuka sering disebut juga dengan asam asetat (CH3COOH) yang
merupakan cairan jernih serta tidak berwarna, memiliki bau yang
merangsang serta mudah diencerkan didalam air (Sitanggang, 2017).
Asam cuka banyak digunakan sebagai campuran untuk menggumpalkan
lateks (Hidayoko & Wulandra, 2014).
Mekanisme nya sendiri adalah perubahan fase sol ke fase gel, kandungan
asam asetat dalam cuka dapat menurunkan pH sampai pada titik
isolistrik. Pada titik ini lateks tidak lagi memiki gaya tolat menolak
sehingga menyebabkan terjadinya penggumpalan (Wibowo, Pari, &
Gusti., 2016)
d. Cara mempertahankan mutu lateks
1. Proses penyadapan harus menggunakan alat yang bersih dan tidak
terkontaminasi oleh kotoran yang menempel. Karena lateks sangat
mudah terkontaminasi dengan benda-benda asing
2. System penyadapan yang dugunakan akan mempengaruhi kualitas
lateks yang dihasilkan
3. Bahan tambahan yang digunakan untuk menggumpalkan lateks
(Ristiani, FItriani, & Saty, 2017)

e. Data praktikum
setelah melakukan praktikum mengenai penggumpalan lateks dengan
menggunakan berbagai campuran untuk menggumpalkan lateks diantaranya
adalah dengan menggunakan tawas, asam cuka, pupuk TSP, mengkudu dan
bahan yang paling utama pada praktikum kali ini adalah lateks atau getah karet.
Pengamatan dilakukan untuk mengetahui karakteristik dari karet setelah
digumpalkan dengan berbagai jenis bahan tersebut, mulai dari aroma yang
dihasilkna, tekstur dari masing-masing karet setealh digumpalkan dengan
berbagai jenis pengumpal yang berbeda, kemudian warna yang dihasilakan,
setelah itu adalah mengetahui kadar karet kering (kkk) yang dihasilkan dengan
mengihtung berat karet lateks segar dibagi dengan karet yang sudah
menggumpal dan airnya sudah dihilangkan

Pengamatan yang pertama adalah pengamatan mengenai karakteristik dari sifat


lateks yang menggumpal dengan penambahan bahan penggumpal yang berbeda.
Dimana penggumpalan sendiri merupakan seuatu peristiwa perubahan fase sol
menjadi fase gel yang dibantu dengan bahan penggumpal atau yang biasa disebut
dengan koagulan. Dimana getah karet atau lateks akan menggumpal jika muatan
listrik yang ada diturunkan, pH lateks diturunkan serta ditambahkan larutan
elektrolit. Dimana penurunan pH bisa terjadi dengan sendirinya ataupun
diberikan penambahn bahan lain.

Dari praktikum kali ini bahan pertama yang digunakan sebagai bahan
penggumpal lateks adalah asam cuka dan terdapat tiga jenis sampel untuk asam
cuka. Asam cuka sering disebut juga dengan asam asetat (CH3COOH) yang
merupakan cairan jernih serta tidak berwarna, memiliki bau yang merangsang
serta mudah diencerkan didalam air (Sitanggang, 2017). Asam cuka banyak
digunakan sebagai campuran untuk menggumpalkan lateks (Hidayoko &
Wulandra, 2014).

Hasil untuk asam cuka yang pertama adalah untuk aroma yang dihasilkan tidak
ada, memiliki tekstur yang lembut, serta memiliki warna yang sangat putih.
Selanjutnya untuk jenis asam cuka sampel kedua aroma yang yang dihasilkan
juga sama hanya saja memiliki aroma yang sedikit asam, untuk tekstur dari karet
yang menggumpal adalah lembut, dan memiliki warna yang putih sedikit cream.

Jenis bahan penggumpal selanjutya adaah pupuk TSP atau Tripel Super Posfat,
dengan rumus kimia Ca(H2PO4) yang merupakan jenis dari pupuk yang
memiliki kandungan fosfor (P) dalam bentuk oksida (P2O5) sebesar 45%. Ciri
dari pupuk TSP adalah warna abu-abu ataupun coklat muda serta sebagian P
dapat larut didalam air dan sedikit asam.

Untuk hasil karakteristk yang diperoleh dari penggunaan pupuk TSP sebagai
penggumpal adalah sebagai berikut. Aroma yang dihasilkan adalah tidak ada
atau tidak berbau, selanjutnya untuk tekstur yang dihasilkan adalah lembut serta
kennyak. Kemudian adalah untuk warna yang dihasilkan adalah putih denggan
pinggiran abu.

Bahan selanjutnya adalah menggunakan tawas Al2SO4 yang banyak digunakan


untuk proses penjernihan air. Tawas memiliki karakteristik berwarna putih dan
dapat larut didalam air. Dan tentunya tawas dapat digunakan sebagai bahan
penggumpal lateks.

Untuk data yang dihasilkan dari penggumpalan lateks menggunakan tawas


adalah, sampel pertama memiliki aroma tidak berbau, memiliki teksturkenyal,
padat, dan keras. Untuk warna yang dihasilkan adalah berwarna sangat putih.
Selanjutnya untuk sampel kedua memiliki aroma tidak berbau, tekstur kenyal
dan keras, untuk warna yang dihasilkan sangat putih. Kemudian untuk sampel
ketiga, memiliki bau, teksturnya kenyal keras dan memiliki warna cream.

Jenis bahan pengumpal selanjutnya adalah mengkudu. Buah mengkudu biasanya


digunakan sebagai bahan untuk obat-obatan ataupun dalam bidang kesehatan.
Tetapi buah mengkudu juga dapat digunakan sebagai bahan untuk
menggumpalkan lateks (Nasution, 2016)

Hasil dari penggunaan buah mengkudu sebagai penggumpal lateks adalah,


untuk aroma tidak ada, kemudian untuk tekstur yang dihasilkan adalah elastis,
tidak terlalu lembut, dan tidak terlalu keras. Serta memiliki warna yang putih.
V. Kesimpulan dan Saran

5.1. Kesimpulan
Kesimpullan pada praktikum kali ini adalah:
a. Aroma yang dihasilkan dari proses penggumpalan berbagai bahan campuran
yang paling dominan adalah tidak memiliki aroma, dan hanya tawas yang
ketiga saja yang memiliki aroma.
b. Untuk tekstur yang dihasilkan kenyal dan sedikit keras.
c. Untuk warna yan dihasilkan memiliki warna putih.
d. Cairan lateks dihasilkan dari proses pelukaanpohon karet yang dikikis
kulitnya hingga mengeluarkan getah/cairan berwarna putih.
e. Pengumpalan lateks dapat dilakukan dengan menambahkan cairan agar lateks
cepat menggumpal

5.2. Saran
Saran setelah mengikuti praktikum kali ini adalah:
a. Pengolahan lateks terlalu lama akan menyebabkan warna lateks berubah
menjadi kehitaman.
b. Jangan terlalu banyka menambahkan larutan penggumpal karena kan
membuat lateks menjadi keras dan sulit siolah.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayoko, G., & Wulandra, O. (2014). PENGARUH PWNGGUNAAN JENIS BAHAN


PENGGUMPAL LATEKS TERHADAP MUTU SIR 20. AGRIEPTA, vol. 1.
No. 1, 120-129.
Nasution, R. S. (2016). PEMANFAATAN BERBAGAI JENIS BAHAN SEBAGAI
PENGGUMPAL LATEKS. Journal Of Islamic Science and Technology, Vol. 2.
No.1.
Perdana, R. P. (2019). KINERJA EKONOMI KARET DAN STRATEGI
PENGEMBANGAN HIRILISASINYA DI INDONESIA. Forum Penelitian
Agro Ekonomi, Vol. 37 No. 1, 29-39. doi:10.21082
Rakhmadina, R., Supriayana, T., & Lubis, S. N. (2017). ANALISIS TINGKAT DAYA
SAING KARET INDONESIA.
Ristiani, D., FItriani, & Saty, F. M. (2017). ANALISI PENGENDALIAN KUALITAS
LATEKS. JURNAL EKONOMI BISNIS.
Sitanggang, A. M. (2017). PENGARUH KADAR AMONIAK PADA LATEKS ALAM
DALAM PENGOLAHAN RIBBED SMOKE SHEET DI PT. PERKEBUNAN
NUSAN TARA III KEBUN SARANG GINTING. karya ilmiah.
Wibowo, S., Pari, G., & Gusti., R. E. (2016). PEMANFAATAN ASAM CAIR KAYU
PINUS SEBAGAI KOAGULAN GETAH KARET. jurnal penelitian hasil
hutan, vol. 34 No.3, 199-2-5.

LAMPIRAN.

Anda mungkin juga menyukai