Anda di halaman 1dari 13

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kertas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia
yang semakin maju dan berkembang seperti saat ini. Kebutuhan akan kertas di
dunia semakin lama semakin meningkat setiap tahunnya. Selain sebagai media
tulis, kertas juga biasa dimanfaatkan sebagai bahan pengemas berbagai produk
makanan. Inilah yang menjadikan kebutuhan kertas semakin tinggi, apalagi
dengan seiring meningkatnya jumlah penduduk di seluruh dunia. Sebagai bahan
pengemas, kertas memiliki banyak kelebihan, yaitu murah, dapat didaur ulang dan
mudah terdegradasi. Namun kertas ini juga memiliki kekurangan yang berkaitan
dengan ketahanannya terhadap air. Oleh karena itu, selama ini kertas lebih banyak
dipakai untuk mengemas produk kering. Meskipun demikian, kertas juga mulai
dikembangkan dengan memberikan berbagai perlakuan saat produksinya,
sehingga kertas mampu mengemas produk berkadar air tinggi dengan baik.

Dari praktikum ini dilakukan perhitungan dan pengamatan daya serap


berbagai jenis kertas terhadap produk berminyak. Diharapkan dapat memahami
ketahanan kertas terhadap minyak serta menerapkannya dalam bidang teknologi
industri pertanian.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui daya serap/
penetrasi berbagai jenis kertas terhadap produk pangan (minyak goreng).
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penetrasi
Daya serap adalah kemampuan minyak untuk dapat melewati dan mengisi
bagian pori-pori kertas. Sifat daya serap air dipengaruhi dipengaruhi oleh sizer
dan filler. Berdasarkan pemberian sizer dapat dibedakan dua macam, yaitu
internal sizer dan surface sizer. Internal sizer merupakan proses untuk
memberikan ketahanan penetrasi cairan pada kertas dengan memberikan bahan
tambahan internal yang basah. Surface sizer umumnya merupakan penggunaan
bahan berselaput tipis seperti tepung, getah dan polimer sintetis (Casey, 1981).

2.2 Kemasan yang Digunakan


2.2.1 Kertas Buram
Kertas buram adalah kertas daur ulang dari kertas putih yang sudah di
pakai asalnya juga dari berbagai macam jenis kertas kemudian di jadikan satu dan
di daur ulang. Warnanya sedikit agak kuning dan permukaan terasa agak kasar.
Biasa digunakan sebagai kertas coretan atau kertas penghitung ketika ujian
(Rebry Atnam, 2007).
2.2.2 Kertas Roti
Kertas roti adalah kertas yang kedap minyak atau lemak, biasanya
digunakan untuk memasak kue atau kemasan makanan. Greaseproof Paper
diproduksi dengan memadatkan molekul-molekul kertas sedemikian rupa
sehingga terbentuk lembaran kertas dengan porositas yang sangat rendah.
Fungsinya untuk bungkus kue lapis, bolu gulung, kantong makanan take away,
menyimpanan makanan terutama yang berminyak seperti mentega, daging atau
donat dan juga digunakan untuk lapisan yang memisahkan pancake dari kue atau
untuk lapisan makanan yang dipanggang. Kertas ini dapat dipergunakan tanpa
masalah di freezer, kulkas, microwave. Kertas ini dapat digunakan untuk
membungkus atau menutup makanan yang akan dikukus (seperti ikan atau
ayam), atau dipanggang dalam oven. Aman digunakan pada suhu rendah (dingin)
dan suhu tinggi (panas) (Elisa Julianti, et al 2006).
2.2.3 Kertas Minyak
Kertas glasin dan kertas tahan minyak dibuat dengan cara memperpanjang
waktu pengadukan pulp sebelum dimasukkan ke mesin pembuat kertas.
Penambahan bahan-bahan lain seperti plastisizer bertujuan untuk menambah
kelembutan dan kelenturan kertas, sehingga dapat digunakan untuk mengemas
bahan-bahan yang lengket. Penambahan antioksidan bertujuan unttuk
memperlambat ketengikan dan menghambat pertumbuhan jamur atau khamir.
Kedua jenis kertas ini mempunyai permukaan seperti gelas dan transparan,
mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap lemak, oli dan minyak, tidak tahan
terhadap air walaupun permukaan dilapisi dengan bahan tahan air seperti lak dan
lilin. Kertas glasin digunakan sebagai bahan dasar laminat (Rebry Atnam, 2007).
2.2.4 Kertas Nasi
Kertas luminasi memiliki warna coklat. Kertas ini juga memiliki tekstur
yang kasar disatusisi dan tekstur yang licin disisi lainnya. Tekstur licin ini
disebabkan oleh adanya filler berupaplastik. Kertas ini biasanya digunakan untuk
membungkus nasi atau produk-produk berlemak karena plastik dalam kertas
luminasi ini akan menghambat penyerapan minyak oleh kertas (Rebry Atnam,
2007).
2.2.5 Kertas HVS
HVS (Houtvrij Schrijfpapier) adalah kertas tulis yang bebas dari serat
kayu. Kertas jenis HVS dibuat dari pulp / bubur kertas, yang tidak mengandung
lignin yaitu perekat antar serat di dalam pohon sehingga tidak mudah berubah
warna (menjadi kekuningan) jika diletakkan di bawah sinar matahari atau sinar
lampu. Kertas HVS adalah jenis kertas yang paling terkenal dan sangat sering
digunakan. Berwarna putih dengan tekstur yang agak kasar sehingga sangat cocok
digunakan untuk menulis, cetak dokumen atau buku, dan keperluan kantor lainnya
(Rebry Atnam, 2007).
2.3 Bahan yang Digunakan
2.3.1 Pasir Halus
Pasir adalah contoh bahan material yang berbentuk butiran. Butiran pada
pasir, umumnya berukuran antara 0,0625 sampai 2 milimeter. Materi pembentuk
pasir adalah silikon dioksida, tetapi di beberapa pantai tropis dan subtropis
umumnya dibentuk dari batu kapur. Hanya beberapa tanaman yang dapat tumbuh
di atas pasir, karena pasir memiliki rongga-rongga yang cukup besar. Pasir
memiliki warna sesuai dengan asal pembentukannya. Dan seperti yang kita
ketahui pasir juga sangat penting untuk bahan material bangunan bila
dicampurkan dengan perekat Semen. Pasir merupakan bahan pokok dalam proses
pembangunan.Selain itu, material pasir juga tidak dapat dipisahkan penggunaanya
dalam dunia industri. Seringkali dalam dunia industri dibutuhkan material pasir
yang telah diproses (Siregar, 2014).
2.3.2 Minyak Goreng
Minyak goreng merupakan salah satu bahan yang termasuk dalam lemak,
baik yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan yang
dimurnayam dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya digunakan untuk
menggoreng bahan makanan.. Penggunaan minyak goreng berfungsi sebagai
medium penghantar panas, menambah rasa gurih, menambah nilai gizi dan kalori
dalam makanan. Minyak goreng tersusun dari beberapa senyawa seperti asam
lemak dan trigliserida (Ketaren, 2008).
Tabel 1. Komposisi Asam Lemak Minyak Goreng (Minyak Kelapa Sawit)

Asam Lemak Jumlah (%)


Asam Kaprilat -
Asam Kaproat -
Asam Miristat 1,1-2,5
Asam Palmitat 40-46
Asam Stearat 3,6-4,7
Asam Oleat 30-45
Asam Laurat -
Asam Linoleat 7-11
(Ketaren, 2005)
BAB 3 METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
1. Beaker glass
2. Plat kaca
3. Gunting
4. Pipet
5. Pipam
6. Stopwatch
7. Kertas buram
8. sendok
3.1.2 Bahan
1. Kertas roti
2. Kertas minyak
3. Kertas nasi
4. Kertas HVS
5. Pasir halus
6. Minyak goreng
3.2 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan
3.2.1 Skema Kerja

Plat Kaca

Meletakkan kertas buram dan bahan


pengemas ukuran 5x5 cm

Pasir halus
dengan Penuangan
ketinggian 0,2cm

Penuangan Minyak goreng

Mengamati hingga ada titik


minyak pada kertas buram

Mencatat waktu penetrasi

Melakukan pengulangan 3 kali

3.2.2 Fungsi Perlakuan


Pada praktikum kali ini hal pertama kali yang harus dilakukan adalah
menyiapkan alat dan bahan (kertas roti, kertas nasi, kertas minyak, kerts HVS),
persiapan berguna agar praktikum dapat dilakukan dengan lancar. Langkah
pertama yaitu dilakukan yaitu menyiapkan plat kaca yang telah bersih dan
terbebas dari kotoran yang menempel, kemudian dimana lapisan pertamanya
diletakkan kertas stensil atau kertas buram. Tujuan penggunaan kertas stensil ini
yaitu sebagai indikator untuk melihat tembusnya minyak pada kertas agar terlihat
jelas. Setelah dilapisi kertas buram kemudian diletakkan kertas yang akan diuji
yaitu kertas roti, kertas nasi, kertas HVS dan kertas minyak dengan masing-
masing kertas berukuran 5x5 cm. Kemudian dilakukan penuangan pasir halus
menggunakan sendok atau spatula untuk mempermudah penuangan pasir dengan
ketinggian ±0,5 cm. Mengukur ketinggian pasir dilakukan dengan menggunakan
penggaris. Pasir yang digunakan adalah jenis pasir kuarsa yang bersifat halus dan
tidak menyerap minyak. Tujuan penggunaan pasir kuarsa ini yaitu sebagai
penghambat agar minyak tidak langsung menyerap pada kertas, tetapi minyak
tersebut harus melewati butiran-butiran pasir kuarsa terlebih dahulu sehingga
dapat dihitung waktu penetrasinya. Setelah itu dilakukan penuangan minyak ke
kertas yang diuji menggunakan pipam dan pipet, minyak yang digunakan
sebanyak 1 ml yang diteteskan diatas kertas yang diuji. Setelah itu dilakukan
pengamatan dan perhitungan waktu pentrasinya menggunakan stopwatch dan
dilakukan 3 pengulangan setiap masing-masing kertas.
BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN

4.1 Hasil Pengamatan

Waktu (menit)
Jenis Kertas
1 2 3
Kertas Roti >60
Kertas Minyak 2,15 3,4 6,55
Kertas Nasi 27 ,5
Kertas HVS 1 0,8 0,67

4.2 Hasil Perhitungan

Jenis Kertas Rata-Rata


Kertas Roti 60
Kertas Minyak 4,03
Kertas Nasi 27,5
Kertas HVS 0,82
BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Kertas Roti


Pada praktikum uji ketahanan kertas terhadap minyak dengan
menggunakan 4 sampel yakni kertas roti, kertas nasi, kertas minyak, dan kertas
HVS didapatkan waktu penetrasi yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil praktikum
yang telah dilakukan penetrasi minyak goreng terhadap sampel 1 yaitu kertas roti
hanya dilakukan dengan 1 kali perlakuan dengan waktu penetrasi lebih dari 60
menit dan rata-ratanya 60 menit.
Menurut Herudiyanto (2008) menyatakan bahwa kertas roti memiliki
waktu yang lama dalam hal penetrasi, hal ini dikarenakan kertas roti mempunyai
permukaan yang licin dan tahan terhadap penetrasi lemak dan minyak tetapi tidak
kedap terhadap air.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah diperoleh dengan sumber literatur
terdapat kesamaan yaitu waktu yang dibutuhkan kertas roti untuk menyerap
minyak paling lama di karenakan adanya lapisan lilin pada kertas roti yang
membuat permukaannya menjadi licin dan tahan terhadap minyak.
5.2 Kertas Minyak
Pada praktikum uji ketahanan kertas terhadap minyak dengan
menggunakan 4 sampel yakni kertas roti, kertas nasi, kertas minyak, dan kertas
HVS didapatkan waktu penetrasi yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil praktikum
yang telah dilakukan penetrasi minyak goreng terhadap sampel 2 yaitu kertas
minyak yang dilakukan dengan 3 kali perlakuan dengan waktu penetrasi pada
perlakuan pertama didapatkan waktu 2,15 menit, perlakuan kedua didapatkan
waktu 3,4 menit dan pada perlakuan ketiga didapatkan waktu 6,55 menit sehingga
didapatkan rata-rata daya penetrasinya yaitu 4,03 menit.
Menurut Rebry Atnam (2007), menyatakan bahwa jenis kertas minyak
mempunyai permukaan seperti gelas dan transparan, mempunyai daya tahan yang
tinggi terhadap lemak, oli dan minyak, tidak tahan terhadap air walaupun
permukaan dilapisi dengan bahan tahan air.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah diperoleh dengan sumber literatur
terdapat kesamaan yaitu kertas minyak memiliki ketahanan terhadap minyak yang
tidak terlalu tinggi karena memiliki lapisan lilin.
5.3 Kertas Nasi
Pada praktikum uji ketahanan kertas terhadap minyak dengan
menggunakan 4 sampel yakni kertas roti, kertas nasi, kertas minyak, dan kertas
HVS didapatkan waktu penetrasi yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil praktikum
yang telah dilakukan penetrasi minyak goreng terhadap sampel 3 yaitu kertas nasi
yang hanya dilakukan dengan 1 kali perlakuan dengan waktu penetrasi 27,5 menit
dan rata-ratanya 27,5 menit.
Menurut Rebry Atnam (2007), menyatakan bahwa jenis kertas nasi
biasanya digunakan untuk membungkus nasi atau produk-produk berlemak karena
plastik dalam kertas luminasi ini akan menghambat penyerapan oleh kertas.

Berdasarkan hasil praktikum yang telah diperoleh dengan sumber literatur


terdapat kesamaan yaitu kertas minyak memiliki ketahanan terhadap minyak yang
cukup tinggi karena adanya lapisan plastik pada permukaan kertas sehingga dapat
menghambat penyerapan minyak.
5.4 Kertas HVS
Pada praktikum uji ketahanan kertas terhadap minyak dengan
menggunakan 4 sampel yakni kertas roti, kertas nasi, kertas minyak, dan kertas
HVS didapatkan waktu penetrasi yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil praktikum
yang telah dilakukan penetrasi minyak goreng terhadap sampel 4 yaitu kertas
HVS yang dilakukan dengan 3 kali perlakuan dengan waktu penetrasi pada
perlakuan pertama didapatkan waktu 1 menit, perlakuan kedua didapatkan waktu
0,8 menit dan pada perlakuan ketiga didapatkan waktu 0,67 menit sehingga
didapatkan rata-rata daya penetrasinya yaitu 0,82 menit.
Menurut Suskiyatno (2011), pada kertas HVS memiliki daya serap yang
sangat tinggi terhadap minyak dan juga air, hal ini disebabkan karena pada saat
proses pembuatan kertas HVS ini tidak dilakukan laminasi dan tidak memiliki
lapisan coating pigmen sama sekali sehingga permukaan kertas HVS tidak tahan
terhadap minyak.

Berdasarkan hasil praktikum yang telah diperoleh dengan sumber literatur


terdapat kesamaan yaitu kertas HVS memiliki ketahanan terhadap minyak yang
sangat rendah karena tidak memiliki lapisan yang dapat menahan penyerapan
minyak pada kertas.
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa kertas yang memiliki
ketahanan paling tinggi terhadap minyak adalah kertas roti, sehingga kertas roti
cocok digunakan sebagai bahan pengemas produk pangan yang berlemak karena
memliki daya serap air dan minyak yang rendah. Hal ini dapat dibuktikan dengan
hasil praktikum yang dilakukan bahwa kertas roti memiliki waktu penetrasi yang
paling lama dibandingkan jenis kertas lainnya sedangkan kertas yang tidak cocok
digunakan sebagai pengemas produk berminyak adalah kertas HVS karena
memiliki daya serap minyak yang tinggi.
BAB 6 PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan yaitu
terdapat perbedaan daya penetrasi terhadap berbagai jenis kertas seperti kertas
roti, kertas minyak, kertas nasi, dan kertas HVS. Dari keempat kertas tersebut
yang membutuhkan waktu paling lama untuk penetrasi minyak adalah kertas roti
dan yang paling cepat adalah kertas HVS. Dengan ini disimpulkan kertas HVS
tidak cocok digunakan untuk mengemas produk makanan dan kertas roti cocok
digunakan untuk mengemas karena dapat tahan lama dalam menyerap minyak.
6.2 Saran
Untuk para praktikan lebih teliti dan berhati hati lagi dalam mellakukan
pengamatan agar tidak terjadi kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Atnam, Rebry. 2007. Jenis dan Kualitas Serat Berdasarkan Komposisi Serat.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Casey, J.P. 1981. Pulp and Paper, vol.II Second Ed. International Publisher
Inc. NewYork
Elisa Julianti, et al 2006. Buku Ajar Teknologi Pengemasan. Departemen
Teknologi Pertanian – Fakultas Pertanian USU: Medan.
Herudiyanto,M.S. 2008. Teknologi Pengemasan Pangan. Widya Padjajaran.
UNPAD, Bandung.
Ketaren, S. 2005. Minyak dan Lemak Pangan. Edisi pertama Jakarta: Penerbit
UIPress.
Ketaren, S. 2008. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Siregar. 2014. Metode penelitian kuantitatif dilengkapi dengan perbandingan
perhitungan manual. Jakarta : Kencana
Suskiyatno, Bambang. 2011. Bata Pulpy Granule Limbah Kertas-Tapioka
Sebagai Dinding Ekologis. Jurnal Penelitian.Fakultas Arsitektur dan Desain.
Unika Soegijapratama. Semarang.

Anda mungkin juga menyukai