Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN PANGAN

Acara 5. Bahan Pengemas Kertas

Disusun oleh :
Kelompok 2

Nama : Ahmad Irfan


NIM : 4444210049
Kelas : 5B

Asisten:
Tia Rahmania Anggraeni

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2023
ABSTRAK
Kemasan menjadi tantangan utama dalam industri makanan karena berpengaruh
terhadap umur simpan produk tersebut. Kemasan berfungsi sebagai pengaman
produk harus memiliki kemapuan untuk melindungi bahan yang dikemas dari
kerusakan, baik kerusakan fisik (seperti pengaruh mekanik, dan cahaya), kimiawi
(gas, kelembaban udara/uap air), dan mikrobiologis (bakteri patogen). Kemasan
memiliki beberapa fungsi penting, salah satunya adalah melindungi produk dari
degradasi makanan yang disebabkan oleh faktor lingkungan seperti oksigen,
cahaya, bahan kimia dan kelembaban. Salah satu bahan kemasan yang populer
digunakan ialah berbahan dasar kertas. Kertas menawarkan sejumlah keunggulan,
diantaranya sifatnya elastis, relatif murah, mudah disimpan, dan kemampuan daya
serap yang mempengaruhi interaksi dengan berbagai jenis cairan termasuk
minyak. sebagai bahan pengemas yaitu untuk menjaga stabilitas dan mutu produk
yang dikemas. Dengan memahami pentingnya interaksi antara kertas dan minyak,
maka dilakukan pengujian laju penetrasi minyak terhadap berbagai jenis kertas
yang bertuj. Terdapat tiga jenis sampel kertas yang diujikan yaitu kertas
perkamen, kertas glasin, dan kertas kraft. Pada saat pengujian bahan pengemas
kertas diisi dengan pasir halus. Peletakan pasir diatas bahan pengemas
diasumsikan sebagai produk pangan dan bertujuan untuk memperlambat penetrasi
minyak, agar durasi waktu dapat diukur. Berdasarkan data hasil yang didapatkan,
diketahui bahwa kertas nasi (kraft) memiliki ketahan terhadap minyak paling baik,
dengan lama waktu penetrasi 253,5 detik. Faktor utama yang mempengaruhi laju
penetrasi minyak adalah gramatur. Semakin tinggi nilai gramatur bahan
pengemas, maka laju penetrasi minyak akan semain melambat. Sedangkan apabila
nilai gramatur bahan pengemas semakin kecil, maka laju penetrasi minyak akan
semakin cepat.

Kata Kunci : Pengemasan, Kertas, Gramatur

PENDAHULUAN
Salah satu tantangan utama dalam industri pangan ialah mengelola masa
simpan produk pangan. Mutu dari suatu bahan berhubungan erat dengan mutu
kemasan yang ditentukan. Salah satu faktor yang memiliki pengaruh besar
terhadap penurunan mutu suatu bahan pangan adalah paparan udara dan
kelembapannya. Oleh karena itu, kemasan yang digunakan harus dalam kondisi
yang baik, dan sesuai dengan karakteristik bahan pangan tersebut. Rodriguez
(2018), menyatakan bahwa kemasan didefinisikan sebagai bahan yang merubah
kondisi dari produk pangan dengan penambahan senyawa aktif sehingga mampu
memperpanjang umur simpan dan meningkatkan keamanan serta tetap
mempertahankan kualitas. Kualitas produk pangan dalam kemasan dipengaruhi

1
oleh kemampuan kemasan untuk menahan kerusakan dan menjaga kualitas produk
selama proses penyimpanan di gudang dan distribusi hingga ke tangan konsumen.
Kemasan berfungsi sebagai pengaman produk harus memiliki kemapuan untuk
melindungi bahan yang dikemas dari kerusakan, baik kerusakan fisik (seperti
pengaruh mekanik, dan cahaya), kimiawi (gas, kelembaban udara/uap air), dan
mikrobiologis (bakteri patogen). Kemasan memiliki beberapa fungsi penting,
salah satunya adalah melindungi produk dari degradasi makanan yang disebabkan
oleh faktor lingkungan seperti oksigen, cahaya, dan kelembaban. Selain itu,
kemasan juga memberikan informasi kepada konsumen tentang bahan dan nilai
gizi dalam produk makanan. Pentingnya kemasan yang baik terletak pada
kemampuannya untuk menjaga produk makanan tetap aman dari kontaminasi
lingkungan luar dan mencegah zat berbahaya bocor dari kemasan. Terdapat
berbagai jenis bahan kemasan seperti gelas/kaca, plastik, logam (seperti
aluminium, foil, timplate, dan baja timah bebas), dan kertas dapat digunakan, dan
pemilihan yang tepat dari bahan kemasan sangat penting untuk mempertahankan
kualitas dan kesegaran produk selama distribusi dan penyimpanan (Yildirim et al.,
2018).
Kemasan kertas termasuk jenis kemasan yang umum digunakan untuk
membungkus pangan. Kertas merupakan bahan yang tipis dan rata yang
dihasilkan dari kompresi serat yang berasal dari pulp (Pulungan et al ., 2018).
Sifat-sifat kemasan kertas sangat tergantung pada proses pembuatan dan
perlakuan tambahan pada proses pembuatannya. Kemasan kertas dapat berupa
kemasan fleksibel atau kemasan kaku. Beberapa jenis kertas yang dapat
digunakan sebagai kemasan fleksibel adalah kertas kraft, kertas tahan lemak
(grease proof). Glassin dan kertas lilin (waxed paper) atau kertas yang dibuat dari
modifikasi kertas-kertas ini. Wadah-wadah kertas yang kaku terdapat dalam
bentuk karton, kotak, kaleng fiber, drum, cawan- cawan yang tahan air, kemasan
tetrahedral dan lain-lain, yang dapat dibuat dari paper board, kertas laminasi,
corrugated board dan berbagai jenis board dari kertas khusus. Wadah kertas
biasanya dibungkus lagi dengan bahan-bahan kemasan lain seperti plastik dan foil
logam yang lebih bersifat protektif.

2
Terdapat dua jenis kertas utama yang digunakan, yaitu kertas kasar dan kertas
lunak. Kertas yang digunakan sebagai kemasan adalah jenis kertas kasar,
sedangkan kertas halus digunakan untuk kertas tulis berupa buku dan kertas
sampul. Beberapa jenis kertas kasar yang digunakan sebagai kemasan diantaranya
kertas glasin, kertas perkamen, kertas kraft, kertas lilin, kertas soluble, kertas tyve,
kertas chipboard, dan kertas container board. Pemilihan kertas telah menjadi
pilihan yang semakin populer terutama dalam upaya untuk mengurangi dampak
lingkungan. Karena bahan utama pembentuk kertas adalah serat kayu, kemasan
berbahan dasar kertas dapat di daur ulang dan ramah lingkungan. Selain itu kertas
juga menawarkan sejumlah keunggulan, diantaranya sifatnya elastis, relatif
murah, mudah disimpan, dan kemampuan daya serap yang mempengaruhi
interaksi dengan berbagai jenis cairan termasuk minyak (Nasution, 2015).
Interaksi bahan pengemas berbahan dasar kertas dengan minyak sangat penting
untuk diketahui. Kertas yang akan digunakan sebagai bahan pengemas suatu
produk, harus diidentifikasi ketahanannya terhadap lemak/minyak, demi
mempertahankan fungsinya sebagai bahan pengemas yaitu untuk menjaga
stabilitas dan mutu produk yang dikemas. Dengan memahami pentingnya
interaksi antara kertas dan minyak, maka dilakukan pengujian laju penetrasi
minyak terhadap berbagai jenis kertas yang bertujuan untuk menentukan
ketahanan bahan pengemas kertas terhadap minyak.

METODOLOGI PRAKTIKUM
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu stopwatch, beaker glass,
gunting, dan pippet 1 ml.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu kertas roti (perkamen), kertas
minyak (glasin), kertas nasi (kraft), pasir halus 20 mash, dan minyak goreng 1 ml.

Cara Kerja
Adapun langkah kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini yaitu sebagai
berikut:

Kertas
5x5 cm
3
*
*
Peletakkan sampel pada bagian
belakang cawan petri

Pasir halus dengan


Penuangan
ketinggian ± 0,5 cm

Minyak Penuangan
goreng 1 mL

Pengamatan sampai terlihat titik


minyak pada kertas stensil

Pencatatan waktu penetrasi

Gambar 1. Cara kerja bahan pengemas kertas

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Data pada praktikum ini disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 1. Data Waktu Penetrasi Tiap Kemasan
Bahan Pengemas Waktu (s) Rata-rata
1 2 3 4
Kertas Roti 2,30 1,71 1,77 2,89 2,16
Kertas Minyak 2,01 3,54 3,50 3,7 3,18
Kertas Nasi 471 130 230 184 253,5

Pembahasan
Pada praktikum yang berjudul "Bahan Pengemas Kerta". dilakukan pengujian
daya tahan kertas sebagai bahan pengemas terhadap penetrasi minyak.Kertas

4
merupakan bahan tipis yang mengandung selulosa hasil kompresi serat. Dibuat
dengan mengubah serat menjadi pulp, kemudian dilakukan proses pemutihan,
pengambilan bahan kimia, lalu dikeringkan (Ayunda et al., 2013). Menurut
Pulungan et al (2018), Keuntungan dari kemasan kertas antara lain adalah
harganya yang murah dan mudah diperoleh karena tidak membutuhkan suatu
proses produksi dan pengemasan yang rumit, serta mudah untuk dicetak. Selai itu
kertas juga bersifat ramah lingkungan, karena mudah terurai dan dapat didaur
ulang. Tetapi kertas juga memiliki kekurangan diantaranya mudah menyerap air,
tidak tahan panas, dapat menyerap lemak, tidak dapat mempertahankan rasa dan
bau dari bahan pangan yang di kemas.
Sifat-sifat umum yang harus diperhatikan untuk memilih bahan pengemas
berbahan dasar kertas, diantaranya gramature, ketebalan, kelicinan, poositas,
kelunakan, ketahanan tarik, ketahanan retak, ketahanan sobek, ketahanan lipat dan
kekauan. Selain itu kerta juga juga memiliki sifat optis, diantaranya absorbsi
cahaya, dan refleksi cahaya. Kertas juga memiliki sifat kelistrikan yaitu kapasitas
konduktivitas dan sifat dielektrik. Jenis kertas yang digunakan pada praktikum ini
yaitu kertas roti, kertas minyak, dan kertas nasi. Masing-masing jenis bahan
pengemas yang diuji, dilakukan pengulangan sebanyak empat kali untuk
meningkatkan nilai akurasi dan presisi data yang didapat. Menurut Sulistiana
(2015), pengulangan juga berfungsi untuk menilai galat percobaan atau
keragaman data dalam percobaan.
Kertas roti (perkamen) dibuat dengan blanching dan perendaman pulp kayu
serta serat kayu di dalam asam lemak. Permukaan kertas ini kasar dan bersifat
kedap terhadap lemak, tahan kondisi lembap, dan tidak akan rusak walaupun
berada dalam air yang mendidih. Tetapi kertas perkamen kurang baik bila
digunakan untuk mengemas produk tang mengandung uap air atu gas. Ukuran
berat kertas perkamen yang dijual secara komersial bervariasi mulai dari 15-27 lb
Pulungan et al (2018). Sementara itu kertas nasi (kraft) merupakan kertas yang
dibuat dengan menggunakan proses sulfat. Dalam pembuatannya juga mengalami
proses blanching ataupun tidak. Kertas kraft memiliki karakteristik kuat, harga,
warna kecoklatan, mempunyai proteksi yang baik terhadap air atau lemak,

5
diproduksi sebagai lembaran satu lapis, berlapis-lapis dan bergelombang, dan
memiliki ketebalan sekitar 10-180 gr/m (Sari, 2014).
Jenis kertas selanjutnya yang digunakan dalam pengujian ialah kertas minyak
(glasin). Pembuatan kertas glasin dilakukan dengan cara memperpanjang waktu
pada proses pengadukan pulp sebelum dimasukan ke dalam sebuah mesin
pembuat kertas, pada proses juga terdapat penambahan bahan seperti plastisizer
dan antiosidan. hal ini dilakukan untuk memberikan kelembutan pada kertas dan
kelenturan (flexible) sehingga dapat digunakan untuk mengemas sebuah bahan
makanan yang memiliki kandungan kelengketan yang tinggi serta memperlambat
adanya bau tengik dan pertumbuhan jamur. Karakteristik dari kemasan ini adalah
tahan terhadap udara dan minyak. permukaannya yang transparan seperti gelas,
mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap lemak, minyak dan oli,
ketidaktahanan terhadap air walaupun dilapisi oleh bahan tahan air seperti lak dan
lilin.
Tahap pertama dilakukan pemotongan kertas dengan ukuran 5 x 5 cm.
Selanjutnya bahan pengemas diletakan di atas wadah permukaan datar (bagian
belakang cawan petri). Setelah itu bahan pengemas kertas diisi dengan pasrir
halus, kemudian diratakan pada seluruh permukaan kertas dengan ketinggian ±
0,5 cm. Peletakan pasir diatas bahan pengemas diasumsikan sebagai produk
pangan dan bertujuan untuk memperlambat penetrasi minyak, agar durasi waktu
dapat diukur. Tahap betikutnya dituangkan minyak goreng dan diamati waktu
penetrasinya. Lama waktu penetrasi setiap pengulangan di rata-ratakan dan
dibandingkan oleh jenis plastik lain, sebagai indikator dasar pengujian.
Berdasarkan hasil pengujian, didapatkan data hasil pengukuran waktu penetrasi
tiap kemasan. Pada jenis plastik roti didapatkan lama waktu penetrasi minyak
dengan ulangan 1, 2, 3, 4 secara berturut-turut 2,30; 1,71; 1,77; 2,89 dan memiliki
rata-rata 2,16. Pada jenis plastik minyak Pada jenis plastik roti didapatkan lama
waktu penetrasi minyak dengan ulangan 1, 2, 3, 4 secara berturut-turut adalah
2,01; 3,54; 3,50; 3,7 dan memiliki nilai rata-rata 3,18. Pada jenis kertas nasi Pada
jenis plastik roti didapatkan lama waktu penetrasi minyak dengan ulangan 1, 2, 3,
4 secara berturut-turut adalah 471; 130; 230; 184 dan memiliki rata-rata 253, 5
detik. Berdasarkan data hasil yang didapatkan, diketahui bahwa kertas nasi

6
bersifat kedap terhadap minyak. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Putri dan
Handayani (2019), yang mennyatakan bahwa kertas kraft dalam industri
pengemasan digunakan untuk membuat kantong (sak), karena memiliki ketahanan
lemak yang tinggi. Sementara, kertas roti memiliki rataan waktu penetrasi minyak
paling cepat, yaitu selama 2,89 detik.
Kemasan kertas kraft memiliki daya tahan paling kuat terhadap penetrasi
minyak jikan dibandingkan dengan kertas glasin dan perkamen. Tetapi kertas kraft
umumnya digunakan sebagai kemasan skunder, sedangkan kertas glasin dan
perkamen digunakan untuk kemasan primer. Hal tersebut dikarenakan sifatnya
yang keras dan kurang elastis. Menurut Judianto dan Hapsari (2018), kertas kraft
memiliki sifat yang keras dan kuat sehingga cocok digunakan sebagai kemasan
skunder. Alasan lain kertas kraft tidak cocok digunakan sebagai kemasan primer
yaitu gramature kertas kraft yang sulit untuk diseragamkan, kurang rapat saat
proses penyegelan, dan memiliki tingkat kontaminasi paling tinggi. Menurut Putri
dan Handayani (2019), tingginya tingkat kontaminasi kertas kraft disebabkan
karena berbahan dasar plastik daur ulang dan dalam proses pembuatannya
melibatkan tahap seperti pemutihan (bleaching) atau pewarnaan yang dapat
mengenai kertas dengan zat kimia. Jika tidak dilakukan penanganan dengan benar,
zat kimia ini dapat meninggalkan residu yang berpotensi kontaminan pada kertas.
Pada penggunaan bahan pengemas berbahan dasar kertas, ukuran luas lebih
diperhatikan dibanding volume. Berat kertas dinyatakan dalam gram/meter
persegi atau sering dikenal dengan istilah gramatur. Gramatur merupakan berat
total antara kertas dan kadar airnya. Pengukurqan germatur harus dilakukan
dengan dengan kondisi standar. Menurut Pulungan et al (2018), penimbangan
germatur dilakukan pada kelembapan 50% dan suhu ruang (23 oC-27oC).
Perbedaan germatur jenis kertas tergantung jenis serat yang digunakan, tingkat
penggilingannya, dan jumlah bahan pengisi yang terdapat dalam lembaran.
Menurut Sucipta et al (2017), semakin besar angka germatur maka semakin tebal
pula kertas tersebut. Dalam jurnalnya Sari (2014), kertas kraft memiliki nilai
germatur berkisar antara 50 gr/m2 - 134 gr/m2. Sedangkan menurut Sari (2014),
Kertas roti (perkamen) memiliki nilai gramatur berkisar antara 32 g gr/m2 - 45
gr/m2. Selain itu menurut Allita et al (2018), kertas minyak (glassin) memiliki

7
nilai gramatur berkisar antara 14 gr/m2 - 60 gr/m2. Nilai gramatur tersebut sesuai
dengan durasi waktu penetrasi, dimana semakin tinggi nilai gramatur maka akan
minyak memerlukan waktu yang lebih lama untuk melakukan penetrasi kedalam
kertas, begitupun sebaliknya.

KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang berjudul "Bahan Pengemas Kertas" dapat
disimpulkan bahwa kertas nasi (kraft), memiliki ketahanan terhadap minyak
paling optimal. Hal tersebut dikarenakan minyak memerlukan waktu yang lebih
lama untuk melakukan penetrasi kedalam kertas nasi jika dibandingkan kertas roti
dan kertas minyak. Minyak memerlukan rataan waktu 253,5 detik untuk
berpenetrasi kedalam kertas nadi. Faktor utama yang mempengaruhi laju penetrasi
minyak adalah gramatur. Semakin tinggi nilai gramatur bahan pengemas, maka
laju penetrasi minyak akan semain melambat. Sedangkan apabila nilai gramatur
bahan pengemas semakin kecil, maka laju penetrasi minyak akan semakin cepat.

DAFTAR PUSTAKA
Pulungan, M. H., Dewi, I. A., Rahmah, N. L., Perdani, C. G., Wardina, K., &
Pujiana, D. 2018. Teknologi pengemasan dan penyimpanan. Malang:
Universitas Brawijaya Press. 143 P.
Susilawati, M. 2015. Bahan Ajar Perancangan Percobaan. Bali: Udayana Press.
172P.
Putri, D. R., & Handayani, W. 2019. Zero Defect Pada Produksi Kantong Kraft
Melalui Metode Poka Yoke Di Pt. Industri Kemasan Semen Gresik. Jurnal
Mebis. Vol 4 (1): 44-58.
Judianto, O., & Hapsari, P. A. 2018. Perancangan Sepatu Wanita Ready to Wear
Berbahan Kertas Kraft. Jurnal Desain Idea: Jurnal Desain Produk Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Vol 17(2): 32-35.
Putri, D. R., & Handayani, W. 2019. Zero Defect Pada Produksi Kantong Kraft
Melalui Metode Poka Yoke Di Pt. Industri Kemasan Semen Gresik. Jurnal
Mebis. Vol 4(1): 44-58.
Sucipta, N., Suriasih, K., Kencana, P, K, D. 2017. Pengemasan Pangan. Bali :
Udayana University Press. 244 P.
Allita, Y., Gala, V., Citra, A. A., & Retnoningtyas, E. S. 2018. Pemanfaatan ampas
tebu dan kulit pisang dalam pembuatan kertas serat campuran. Jurnal
Teknik Kimia Indonesia. Vol 11(2): 101-107.

8
Sari, R. A. 2014. Studi Experimen Tentang Kualitas Sifat Fisis Kertas
Pembungkus Semen (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Padang).
Suhartono, S., & Iskandar, R. 2017. Pengaruh Penggunaan Berbagai Jenis
Kemasan Kertas Terhadap Daya Simpan Kubis (Brassica oleracea). Jurnal
Siliwangi Seri Sains dan Teknologi. Vol 3(2).
Rodriguez. 2018. Inovasi Kemasan atau Pengemasan Potensi Kembangkan
Produk Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Banjarnegara. Jurnal
Bisnis dan Manajemen. Vol 52 (11): 54-67.
Yildirim, S., Röcker, B., Pettersen, M. K., Nilsen‐Nygaard, J., Ayhan, Z., Rutkaite,
R., and Coma, V. 2018. Active packaging applications for food.
Comprehensive Reviews in food science and food safety. Vol. 17(1): 165-
199.
Nasution, R. S. (2015). Berbagai cara penanggulangan limbah plastik. Elkawnie:
Journal of Islamic Science and Technology, 1(1), 97-104.

9
LAMPIRAN

Gambar 2. Penuangan pasir halus


Gambar 1. Alat dan Bahan

Gambar 3. Pasir halus dituang diatas


Gambar 4. Penuangan minyak goreng
kertas

Gambar 5. Pengamatan waktu Gambar 6. Kertas nasi


penetrasi

Anda mungkin juga menyukai