Anda di halaman 1dari 21

MATA KULIAH PENGEMASAN PANGAN

MAKALAH SURVEY KUNJUNGAN PASAR DAN SWALAYAN


Kemasan Bumbu dan Lemak

Disusun oleh:
Sarah Kania Nugroho 240210130082

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
JATINANGOR
2015
I. TUJUAN

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:


 Mahasiswa dapat mengetahui bahan kemasan yang sesuai untuk minuman.
 Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis bahan kemasan yang digunakan
oleh para produsen produk bumbu dan lemak.
 Mahasiswa dapat mengetahui desain kemasan yang dapat menarik
konsumen.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kemasan Pangan


Kemasan didefinisikan sebagai seluruh kegiatan merancang dan
memproduksi wadah atau bungkus atau kemasan suatu produk. Kemasan meliputi
tiga hal, yaitu merek, kemasan itu sendiri, dan label (Cenadi, 2000). Menurut
Tranggono dan Sutardi (1990), kemasan pangan mempunyai berbagai fungsi lain
selain mewadahi atau membungkus pangan, yaitu diantaranya untuk menjada
pangan tetap bersih serta mencegah terjadinya kontaminasi mikroorganisme,
menjaga produk dan kerusakan fisik, menjaga produk dari kerusakan kimiawi,
mempermudah pengangkutan dan distribusi, mempermudah penyimpanan,
memberikan informasi mengenai produk pangan dan intruksi lain pada label,
menyeragamkan volume atau berat produk dan membuat produk lebih menarik
sekaligus menjadi media promosi. Terdapat tiga alasan utama dilakukannya
perlakuan pembungkusan atau pengemasan yaitu adalah sebagai berikut.
1. Kemasan memenuhi syarat keamanan dan kemanfaatan. Kemasan
melindungi produk dalam perjalanannya dari produsen ke konsumen.
Produk-produk yang dikemas biasanya lebih bersih, menarik dan tahan
terhadap kerusakan yang disebabkan oleh cuaca.
2. Kemasan dapat melaksanakan program pemasaran. Melalui kemasan
identifikasi produk menjadi lebih efektif dan dengan sendirinya mencegah
pertukaran oleh produk pesaing. Kemasan merupakan satu-satunya cara
perusahaan membedakan produknya.
3. Kemasan merupakan suatu cara untuk meningkatkan laba perusahaan.Oleh
karena itu perusahaan harus membuat kemasan semenarik mungkin.
Kemasan yang sangat menarik diharapkan dapat memikat dan menarik
perhatian konsumen. Selain itu, kemasan juga dapat mangurangi
kemungkinan kerusakan barang dan kemudahan dalam pengiriman (Oscar,
2010).
2.2 Jenis Produk Pangan
Semakin banyak produsen yang memproduksi produk pangan dengan
berbagai jenis maupun inovasi, tentunya pengemasan produk pangan tersebut
harus sesuai dengan karakteristik serta komponen senyawa yang terkandung
dalam produk tersebut. Beberapa contoh produk olahan pangan yang sering kita
gunakan atau jumpai tersebut berupa produk olahan dari bumbu dan lemak.
2.2.1 Bumbu
Menurut Astawan (2009), bumbu didefinisikan sebagai bahan yang
mengandung satu atau lebih jenis rempah yang ditambahkan ke dalam bahan
makanan pada saat makanan tersebut diolah atau sebelum disajikan dengan tujuan
untuk memperbaiki aroma, cita-rasa, tekstur, dan penampakan secara keseluruhan.
Selain itu, terdapat bumbu instan yang merupakan campuran dari berbagai macam
bumbu dan rempah-rempah yang diolah dan diproses dengan komposisi tertentu.
Bumbu instan ada dua jenis, yang berbentuk pasta dan berbentuk kering atau
bubuk.
2.2.2 Lemak
Lemak merupakan bagian dari lipid yang mengandung asam lemak jenuh
bersifat padat (Lehninger, 1982). Salah satu sifat yang khas dan mencirikan
golongan lipida termasuk minyak dan lemak ini yaitu daya larutnya. Lemak dan
minyak tersebut tidak memili daya larut dalam air, tetapi memiliki daya larutnya
dalam pelarut organik nonpolar, misalnya dietil ether (C2H5OC2H5), khloroform
(CHCl3), benzena, hexana dan hidrokarbon lainnya (Sudarmadji, dkk., 2010).
Lemak dapat larut dalam pelarut tersebut karena lemak mempunyai polaritas yang
sama dengan pelarut. Terdapatnya kadar lemak dalam suatu bahan atau produk
pangan juga berpengaruh dalam proses penyimpanan bahan tersebut.
Penyimpanan bahan tersebut perlu diperhatikan agar tidak terjadi proses hidrolis
atau oksidasi terhadap lemak yang terkandung dalam bahan sehingga
mengakibatkan menurunya mutu bahan tersebut (Herlina dan Ginting, 2002).

2.3 Jenis Kemasan Pangan


Terdapat berbagai macam jenis bahan kemasan produk pangan yang ada
saat ini, namun jenis bahan kemasan yang umumnya sering untuk digunakan
sebagai kemasan untuk produk pangan yaitu kemasan kertas, plastik, logam, dan
kaca atau gelas. Berbagai jenis bahan kemasan tersebut memiliki karakteristik
masing-masing yang berbeda sehingga menjadi dasar untuk pemilihan jenis bahan
kemasan yang sesuai untuk produk pangan yang dikemasnya.
2.3.1 Kemasan Kertas
Kemasan pangan kertas merupakan jenis kemasan yang paling sering
digunakan untuk membungkus pangan. Kemasan pangan kertas jenis ini
mempunyai keunggulan antara lain ringan, relatif murah dan hemat tempat
sedangkan kelemahannya adalah mudah robek dan terbakar, tidak dapat
mengemas cairan dan tidak dapat dipanaskan (Gizikia, 2014). Kemasan ketas
dibuat dari bahan-bahan berserat (kadar selulosa tinggi) dengan atau tanpa
bleaching, dengan atau tanpa diberi filler dari pelapis lilin. Sifat-sifat kertas
dipengaruhi oleh proses pembuburan filler, dan perlakuan akhir atau calendering
(Herudiyanto, 2010). Jenis-jenis kertas yang digunakan sebagai pengemas bahan
pangan antara lain kertas kraft, kertas kraft untuk kantung besar, kertas manila,
kertas glasin, kertas kedap lemak, kertas pouch, kertas perkamen, kertas atissu,
container board, dan chipboard (Tjahjadi dan Marta, 2014).
2.3.2 Kemasan Plastik
Plastik merupakan senyawa polimer tinggi yang dicetak dalam lembaran-
lembaran dan mempunyai ketebalan yang berbeda tiap sisinya. Bahan pertama
pembuatan plastik adalah resin, baik alami atau sintetik. Resin alami misalnya
dammar, oleoresin, terpentin, dll sedangkan contoh resin sintetik seperti
polietilena, polipropilena, dll. (Herudiyanto, 2010). Komponen utama plastik
sebelum membentuk polimer adalah monomer, yaitu rantai yang paling pendek.
Polimer merupakan gabungan dari beberapa monomer yang akan membentuk
rantai yang sangat panjang. Bila rantai tersebut dikelompokkan bersama-sama
dalam suatu pola acak, menyerupai tumpukan jerami maka disebut amorp, jika
teratur hampir sejajar disebut kristalin dengan sifat yang lebih keras dan tegar
(Syarief, dkk., 1989).
2.3.3 Kemasan Logam
Menurut Herudiyanto (2010), kemasan ini merupakan penghantar panas
yang baik sehingga sangat cocok sebagai wadah untuk proses sterilisasi. Beberapa
keuntungan dari wadah kaleng untuk makanan dan minuman adalah:
1. Mempunyai kekuatan mekanik yang tinggi.
2. Mempunyai sifat sebagai pelindung yang baik khususnya terhadap
gas, uap air, kotoran dan jasa retnik.
3. Tahan terhadap perubahan suhu yang ekstrim.
4. Mempunyai permukaan yang ideal untuk labeling dan dekorasi.
5. Melindungi pigmen produk dari cahaya.
Jenis kemasan logam adalah baja, kaleng (Tin Plate) dan Tin Free Steel,
alumunium dan alumunium foil.
2.3.4 Kemasan Kaca atau Gelas
Gelas dibuat dari campuran pasir silika (CiO2) ditambah soda abu, batu
kapur atau campuran alkali lain yang dileburkan pada suhu 1500°C sehingga
menjadi massa cair dengan kekentalan tinggi lalu dicetak serta didinginkan
sehingga terbentuk massa padat dengan berbagai bentuk (Tjahjadi dan Marta,
2014). Sifat-sifat dari kemasan kaca adalah (a) tembus pandang sehingga
memberikan kejelasan produk yang ada dilamnya secara sempurna, sehingga
konsumen dapat mengamati produk yang akan diperoleh, (b) kuat karena
memberikan pertahanan terhadap tekanan dari atas walaupun kemasan kaca
merupakan kemasan yang mudah pecah, (c) kaca mudah dibentuk karena bersifat
termoplastik, (d) lembam artinya kaca tidak mengadakan reaksi dengan hamper
semua jenis bahan kimia, makanan dan lain-lain, (e) tahan pemanasan, (f)
pelindung (g) terbaik terhadap kotaminasi dan flavor, (h) tidak tembus gas, cairan
dan padatan, (i) dapat diberi warna dan (j) dapat dipakai kembali. Ada beberapa
kemasan kaca yaitu: botol (bagian leher bulat dan menyempit dan lubanya
sempit), jar (diameter mulut yang lebar dan biasanya mempunyai bagian leher
pendek), tumbler (bentuk kemasan seperti jar tetapi tidak mempunyai bagian leher
dan bagian tutup), jugs (kemasan ini berukuran besar dan dilengkapi pegangan,
bagian leher pendek), carboys (kemasan kaca yang sangat berat, bagian leher
pendek dan dilengkapi dengan kotak kayu untuk mengangkat atau
memegangnya), vial dan ampul (kemasan kaca berukuran kecil) (Herudiyanto,
2010).
III. METODE SURVEY

Waktu pengamatan : Senin, 1 Juni 2015.


Tempat : Super Indo, Cinere Mall, JL.Cinere Raya Jakarta Selatan.
Prosedur pengamatan :
1. Observasi letak produk bumbu dan produk lemak.
2. Mengamati jenis kemasan dari produk bumbu dan produk lemak.
3. Mengambil gambar kemasan produk bumbu dan produk lemak.
4. Mencatat hal yang diperlukan
IV. HASIL SURVEY DAN PEMBAHASAN

4.1 Kemasan Produk Bumbu


4.1.1 Del Monte Bumbu Nasi Goreng Rasa Seafood
Del Monte bumbu nasi goreng rasa seafood merupakan produk bumbu
nasi goreng siap saji dengan rasa seafood. Bentuk kemasan produk ini berupa jar.
Jar mmpunyai diameter mulut yang lebar dan memiliki bagian leher atau bagian
leher yang pendek. Jenis bahan kemasan yang digunakan yaitu kemasan kaca atau
gelas. Jenis tutup dari kemasan ini yaitu tutup berulir (screw cap) yang terbuat
dari logam. Tutup berulir (screw cap) ini untuk mengemas produk yang isinya
mempunyai tekanan (Herudiyanto, 2010). Berikut ini merupakan gambar dari
penampakan kemasan Del Monte Bumbu Nasi Goreng Rasa Seafood.

Gambar 1. Del Monte Bumbu Nasi Goreng Rasa Seafood

Kemasan Del Monte Bumbu Nasi Goreng Rasa Seafood ini memiliki
labelling yang lengkap, terdiri dari komposisi, logo halal, berat bersih, saran
penyajian atau prosedur pembuatan, izin BPOM, kode produksi, tanggal
kadaluarsa, nomor layanan konsumen, bar code, dan alamat produksi. Desain
grafis dari kemasan Del Monte Bumbu Nasi Goreng Rasa Seafood ini sesuai
dengan produk yang dikemasnya karena menampilkan gambar nasi goreng
dengan seafood yang tentunya sesuai dengan produk yang dikemasnya. Selain itu,
kemasan tersebut memiliki sifat yang transparan sehingga penampakan produk
yang dikemas dapat terlihat dari luar. Kemasan ini sesuai dengan produk yang
dikemasnya baik dalam desain grafis maupun fungsi dari kemasan tersebut
terutama kedap udara gas sehingga dapat melindung produk bumbu dengan baik.
Kelebihan dari kemasan ini yaitu kuat, tahan lama, kedap udara, lembam
sehingga dapat melindungi produk dari kontaminan kotoran hingga
mikroorganisme. Selain itu, kemasan memiliki sifat transparan sehingga
konsumen dapat mengetahui penampakan dari isi produk bumbu tersebut.
Kelebihan lain dari kemasan ini yaitu dapat digunakan kembali untuk mengemas
produk lain apabila produk bumbu tersebut telah habis. Kekurangan dari kemasan
ini yaitu dalam labelling dengan tidak mencantumkan label informasi nutrisi
sehingga konsumen tidak dapat mengetahui komponen nutrisi apa saja yang
terkandung dalam produk bumbu tersebut dan kemasan yang mudah pecah apabila
terjatuh. Saran perbaikan untuk kemasan ini yaitu sebaiknya diberi label infromasi
nutrisi pada labelling kemasan sehingga konsumen dapat mengetahui jumlah
komponen nutrisi serta komponen senyawa apa saja yang terkandung dalam
produk bumbu tersebut.

4.1.2 Bumbu Penyedap Rasa Ayam Indofood


Bumbu penyedap rasa ayam Indofood merupakan produk bumbu
penyedap dengan rasa ayam. Bentuk kemasan poduk tersebut yaitu berupa botol
sebagai kemasan sekunder. Kemasan ini terdiri dari kemasan primer, kemasan
sekunder, dan kemasan tersier. Kemasan primer merupakan kemasan yang
mengalami kontak langsung dengan pangan yang dikemasnya sedangkan kemasan
sekunder merupakan kemasan kedua yang berisi kemasan primer dengan fungsi
untuk membantu melindungi pangan serta memudahkan handling dan transportasi
(Tjahjadi dan Marta, 2014). Jenis bahan kemasan primer dari produk ini yaitu
berupa kertas. Produk bumbu telah dikemas dengan menggunakan kemasan
primer dengan takaran atau berat tertentu. Jenis kemasan kertas tersebut tidak
diketahui secara pasti karena hanya melihat dari kemasan luar saja. Jenis bahan
kemasan sekunder berupa botol yang digunakan produk tersebut terbuat dari
plastik PVC (Polyvinyl Chloride) yang bersifat tahan terhadap lemak dan minyak,
tidak larut dalam pelarut minyak bumi, cukup liat, dan elastis (Herudiyanto,
2010). Kemasan tersier yang digunakan produk tersebut berupa plastik sebagai
segel sebelum dibuka. Jenis tutup dari kemasan ini yaitu tutup berulir (screw cap)
yang terbuat dari plastik dengan warna kuning. Berikut ini merupakan gambar
dari penampakan kemasan bumbu penyedap rasa ayam Indofood.

Gambar 2. Bumbu Penyedap Rasa Ayam Indofood

Kemasan bumbu penyedap rasa ayam Indofood ini memiliki labelling


yang cukup lengkap, terdiri dari komposisi, logo halal, berat bersih, saran
penyimpanan serta saran penggunaan, resep bahan dan prosedur pembuatan suatu
masakan, izin BPOM, kode produksi, tanggal kadaluarsa, email layanan
konsumen, bar code, dan alamat produksi. Desain grafis dari kemasan bumbu
penyedap rasa ayam Indofood ini kurang sesuai dengan produk yang dikemasnya
karena hanya menampilkan gambar binatang ayam yang merupakan khas rasa dari
bumbu tersebut tanpa menampilkan gambar bumbu atau rempah-rempah lainnya.
Kemasan tersebut memiliki sifat yang transparan sehingga dapat terlihat kemasan
primer yang membungkus produk bumbu tersebut masing-masing dalam takaran
atau berat tertentu. Kemasan ini kurang sesuai dengan produk yang dikemasnya
baik dalam desain grafis namun seangat sesuai dengan fungsi dari kemasan
tersebut terutama terdiri dari kemasan primer dan sekunder yang dapat melindung
produk bumbu dengan baik.
Kelebihan dari kemasan ini yaitu kemasan primer yang membungkus
produk bumbu tersebut masing-masing dalam takaran atau berat tertentu sehingga
penggunaan produk tersebut sesuai dengan yang diperlukan serta bumbu yang
belum digunakan masih terbungkus dalam kemasan primer sehingga dapat
mencegah terjadinya kontaminan dari luar dan melindungi produk bumbu dari
kerusakan yang berasal dari luar. Selain itu, kemasan sekunder produk bumbu
tersebut apabila bumbu telah habis terpakai maka dapat digunakan kembali untuk
membungkus produk atau benda lain. Kekurangan dari kemasan ini yaitu dalam
labelling dengan tidak mencantumkan label informasi nutrisi sehingga konsumen
tidak dapat mengetahui jumlah komponen nutrisi atau jumlah komonen senyawa
apa saja yang terkandung dalam produk bumbu tersebut. Saran perbaikan untuk
kemasan ini yaitu sebaiknya diberi label infromasi nutrisi pada labelling kemasan
sehingga konsumen dapat mengetahui jumlah komponen nutrisi serta komponen
senyawa apa saja yang terkandung dalam produk bumbu tersebut.

4.1.3 Bumbu Instan Rendang Indofood


Bumbu instan rendang Indofood merupakan bumbu instan atau siap saji
rendang daging kaya akan rasa kelapa dan rempah-rempah. Kemasan produk
bumbu ini berbentuk kantung persegi panjang dengan jenis bahan kemasan berupa
kemasan logam yang terbuat dari alumunium foil. Alumunium foil merupakan
bahan kemasan dari logam berupa lembaran alumunium yang pada dan tipis
dengan ketebalan kurang dari 0,15 mm. Bahan kemasan ini memiliki sifat yang
hermitis, fleksibel, dan tidak tembus cahaya (Herudiyanto, 2010). Bahan kemasan
alumunium foil ini digunakan sebagai bahan pelapis atau laminan yang
ditempatkan pada bagian dalam (lapisan dalam) kemasan. Berikut ini merupakan
gambar dari penampakan kemasan Bumbu instan rendang Indofood.

Gambar 3. Bumbu Instan Rendang Indofood

Kemasan bumbu instan rendang Indofood ini memiliki labelling yang


cukup lengkap, terdiri dari komposisi, logo halal, berat bersih, prosedur
pembuatan, izin BPOM, kode produksi, tanggal kadaluarsa, bar code, dan alamat
produksi. Desain grafis dari kemasan bumbu instan rendang Indofood ini sesuai
dengan produk yang dikemasnya karena menampilkan gambar masakan rendang
yang sesuai dengan produk bumbu masakan rendang. Warna kemasan ini
berwarna krem kecoklatan. Kemasan ini sesuai dengan produk yang dikemasnya
baik dalam desain grafis maupun dengan fungsi dari kemasan tersebut dapat
melindung produk bumbu dengan baik.
Kelebihan dari kemasan ini yaitu kedap gas, cairan, padatan, dan cahaya
sehingga dapat melindungi produk bumbu dengan baik dari kerusakan yang
berasal dari lingkungan terutama mencegah terjadinya oksdiasi komponen bumbu
tersebut. Selain itu, kemasan tersebut mudah untuk dibawa karena ringan dan
fleksibel sehingga tidak mudah penyok dan retak tentunya tidak mudah rusak.
Kekurangan dari kemasan ini yaitu tidak tercapat celah atau bagian irisan di ujung
kemasan untuk menyobek kemasan dengan menggunakan tangan dalam
memudahkan membuka kemasan tersebut sehingga diperlukan alat bantu tajam
untuk membuka kemasan tersebut. Kekurangan lainnya yaitu labelling yang tidak
mencantumkan label informasi nutrisi sehingga konsumen tidak dapat mengetahui
jumlah komponen senyawa atau komponen nutrisi apa saja yang terkandung
dalam produk bumbu tersebut. Saran perbaikan untuk kemasan ini yaitu sebaiknya
diberi celah atau bagian irisan untuk memudahkan dalam membuka kemasan
dengan hanya menggunakan tangan serta pemberian label infromasi nutrisi pada
labelling kemasan sehingga konsumen dapat mengetahui jumlah komponen
nutrisi serta komponen senyawa apa saja yang terkandung dalam produk bumbu
tersebut.

4.2 Kemasan Produk Lemak


4.2.1 Pure Creamy Butter Golden Creamery
Pure creamy butter golden creamery merupakan produk mentega yang
sering digunakan dalam pembuatan kue dan biskuit. Mentega adalah produk yang
terbuat dari lemak susu yang difermentasikan (Muctadi, 2009). Kemasan produk
Pure creamy butter golden creamery ini berbentuk silinder dengan menggunakan
jenis kemasan logam berupa kaleng. Wadah kaleng pada awalnya terbuat dari plat
timah (tin plate) yang terdiri dari lembaran dasar baja dilapisi timah putih (Sn)
(Herudiyanto, 2010). Kemasan kaleng mempunyai kekuatan mekanik besar,
penghalang (barrier) tinggi terhadap kontaminan karena kedap udara (hermetis),
toksisitas rendah, tahan kondisi ekstrim dan permukaan ideal untuk pelabelan
(Gizikia, 2014). Pembuatan kaleng dapat dilakukan dengan cara pencelupan
dalam timah cair panas (hot dipping) atau dengan elektrolisa. Pelapisan kaleng
dengan cara hot dripping merupakan cara yang lama dimana lembaran baja
dicelupkan ke dalam cairan timah panas, sehingga diperoleh lapisan timah yang
terlalu tebal dan tidak menarik. Pelapisan dengan cara elektrolisa adalah cara yang
lebih moderen yaitu pelapisan dengan menggunakan listrik galvanis sehingga
dihasilkan lapisan timah yang lebih tipis dan rata (Sutrisno, 2013). Berikut ini
merupakan gambar dari penampakan kemasan Pure creamy butter golden
creamery.

Gambar 4. Pure Creamy Butter Golden Creamery

Kemasan Pure creamy butter golden creamery ini memiliki labelling yang
cukup lengkap, terdiri dari komposisi, informasi nutrisi, berat bersih, saran
penyimpanan, izin BPOM, kode produksi, tanggal kadaluarsa, bar code, dan
alamat produksi. Desain grafis dari kemasan Pure creamy butter golden creamery
ini tidak sesuai dengan produk yang dikemasnya karena hanya menampilkan
berwarna emas dengan terdapat gambar tabung yang terbuat dari kayu sehingga
konsumen tidak dapat mengetahui produk tersebut secara langsung atau sekali
lihat saja. Kemasan ini tidak sesuai dengan produk yang dikemasnya dalam desain
grafis namun kemasan ini sesuai dengan fungsi kemasan tersebut itu sendiri yang
dapat melindungi produk mentega karena sifat-sifat yang dimiliki oleh kemasan
kaleng.
Kelebihan dari kemasan ini yaitu kuat, tahan lama, kedap udara dan
cahaya sehingga dapat melindungi produk dari kontaminan kotoran hingga
mikroorganisme serta dapat melindungi komponen lemak yang terdapat dalam
mentega dari kerusakan akibat terjadinya proses oksidasi. Kekurangan dari
kemasan ini yaitu dalam labelling dengan tidak mencantumkan logo halal
sehingga dapat mengakibatkan konsumen masih ragu untuk membeli produk
tersebut. Selain itu, terdapat pula kekurangan dalam desain grafis yang tidak
sesuai dengan jenis produk yang dikemasnya karena tidak menggambarkan jenis
produk yang dikemasnya. Saran perbaikan dalam kemasan ini yaitu sebaiknya
dengan ditambahkan logo halal apabila produk tersebut termasuk ke dalam produk
yang terbuat dari bahan yang halal sehingga konsumen tidak lagi merasa ragu
untuk membeli produk mentega tersebut.

4.2.2 Euro Gourmet Mayonnaise


Euro gourmet mayonnaise merupakan produk olahan dari lemak atau
minyak berupa mayonnaise, yang merupakan campuran telur segar, minyak
kedelai, mustard, dan cuka sehingga memberikan cita rasa asam manis yang enak
dan menyegarkan. Mayonnaise merupakan makanan semi-padat berupa emulsi oil
in water yang dibuat dari minyak sayur, asam cuka, asam sitrat, dan kuning telur
serta berbagai komponen minor seperti garam, gula, rempah-rempah, MSG dan
bahan sakuestran (Tjahjadi dan Marta, 2014). Kemasan produk Euro gourmet
mayonnaise ini berbentuk seperti botol yang melebar dengan tutup plastik kerucut
yang memudahkan dalam mengaplikasikan produk mayonnaise ini pada makanan
yang akan ditambahkan produk tersebut. Tutup botol berbentuk kerucut tersebut
dilapisi oleh segel berupa plastik. Jenis bahan kemasan yang digunakan oleh
kemasan botol tersebut yaitu plastik PET (Poly Ethylene Theraphalate).
PET (Poly Ethylene Theraphalate) memiliki karakteristik yaitu sedikit
buram, halus permukaannya, dan tebal. Kemasan ini memiliki karakteristik lain
yaitu seperti jernih, kuat, tahan pelarut, kedap gas dan air, serta melunak pada
suhu 80°C (Tupperware, 2010). Kemasan PET (Poly Ethylene Theraphalate) ini
berfungsi untuk mengemas produk yang membutuhkan perlindungan ekstra
terhadap udara (Surya, 2009). Botol-botol dengan bahan kemasan ini
direkomendasikan hanya untuk sekali pakai. Bila digunakan hingga berkali-kali,
maka polimer-polimernya akan rusak hingga dapat mengkontaminasi produk yang
dikemasnya Kemasan ini memiliki sifat mekanik yang baik (tidak mudah berubah
bentuk). Namun, botol PET (Poly Ethylene Theraphalate) tidak tahan terhadap
sinar ultraviolet, sehingga tidak mampu melindungi kandungan yang mudah rusak
oleh sinar UV seperti vitamin C (Nurminah, 2002). Berikut ini merupakan gambar
dari penampakan kemasan Euro gourmet mayonnaise.

Gambar 5. Euro Gourmet Mayonnaise

Kemasan Euro gourmet mayonnaise ini memiliki labelling yang cukup


lengkap, terdiri dari komposisi, berat isi bersih, saran penyimpanan, saran
penggunaan, izin BPOM, logo halal, kode produksi, tanggal kadaluarsa, bar code,
dan alamat produksi. Desain grafis dari kemasan Euro gourmet mayonnaise ini
cukup menarik dengan menggambarkan pengunaan produk mayonnaise tersebut
serta beberapa produk makanan yang akan menggunakan produk mayonnaise
tersebut terlihat lezzat sehingga akan menarik minat konsumen untuk membeinya.
Warna kemasan yang digunakan berupa warna transparan agak buram sehingga
menampilkan warna dari produk mayonnasie yang dikemas tersebut. Desain grafis
tersebut berupa gambar produk mayonnaise sesuai dengan produk yang dikemas
sehingga konsumen dapat mudah mengenali produk yang dikemas.
Kelebihan dari kemasan ini adalah mudah untuk dikenali karena terdapat
gambar mayonnasie yang sesuai dengan produk yang dikemasnya, memiliki
labelling yang cukup lengkap serta logo halal sehingga dapat meyakinkan
konsumen, dan terdapat segel plastik yang akan melindungi tutup botol agar tidak
terbuka pada saat penyimpanan serta pendistribusian produk. Selain itu, tutup
dengan bentuk kerucut juga merupakan suatu kelebihan karena dengan bentuknya
tersebut dapat memudahkan konsumen untuk menggunakan atau mengaplikasikan
produk mayonnaise tersebut ke suatu produk pangan sebagai bahan tambahan.
Kekurangan dari kemasan ini hanya terletak pada labelling yang tidak
mencantumkan label infromasi nutrisi sehingga konsumen tidak dapat mengetahui
komponen nutrisi apa saja yang terkandung dalam produk mayonnaise tersebut.
Saran perbaikan untuk kemasan ini yaitu sebaiknya diberi label infromasi nutrisi
pada labelling kemasan sehingga konsumen dapat mengetahui komponen nutrisi
apa saja yang terkandung dalam produk mayonnaise tersebut.

4.2.3 Margarin Blue Band


Margarin Blue Band merupakan produk olahan dari lemak atau minyak
berupa margarin. Margarin merupakan emulsi plastis atau cair yang terdiri dari
80% lipida dan 15000 SI. Vitamin A per 450 gram. Margarin dapat menggunakan
lipida yang berasal dari minyak biji-bijian, lemak sapu atau minyak ikan (Tjahjadi
dan Marta, 2014). Kemasan produk margarin ini berbentuk mangkuk dengan tutup
serta merupakan kemasan yang kedap cahaya. Jenis bahan kemasan yang
digunakan oleh produk margarin ini yaitu berupa plastik jenis PP (Polypropylene).
Kemasan plastik jenis PP (Polypropylene) merupakan film plastik yang memiliki
sifat lebih ringan, tegar, kuat, permeabilitas terhadap uap air yang rendah, tahan
terhadap lemak, tahan terhadap suhu tinggi, tahan terhadap bahan kimia, dan
mempunyai permukaan yang mengkilap (Herudiyanto, 2010). Berikut ini
merupakan gambar dari penampakan kemasan margarin Blue Band.

Gambar 6. Margari Blue Band

Kemasan margarin Blue Band ini memiliki labelling yang cukup lengkap,
terdiri dari komposisi, berat bersih, nomor untuk keluhan konsumen, izin BPOM,
logo halal, kode produksi, tanggal kadaluarsa, bar code, dan alamat produksi.
Desain grafis dari kemasan margarin Blue Band ini cukup menarik dengan
menggambarkan pengunaan produk margarin tersebut pada roti yang dimakan
oleh anak kecil tetapi gambar tersebut agak kecil sehingga kurang
memperlihatkan produk margarin yang dikemasnya. Warna kemasan yang
digunakan berupa kuning yang merupakan warna ciri khas dari produk margarin.
Desain grafis kemasan tersebut berupa gambar kurang cukup sesuai dengan
produk yang dikemas karena gambar margarin tidak terlalu terlihat jelas sehingga
konsumen harus melihat dengan baik untuk mengenali produk yang dikemas.
Kelebihan dari kemasan ini yaitu memiliki tutup sehingga apabila
kemasan produk dibuka serta digunakan sebagian saja maka produk yang tersisa
masih dapat disimpan dalam kemasan tersebut sehingga tidak perlu
memindahkannya ke wadah yang lain. Selain itu, kemasan tersebut memiliki
permeabilitas uap air yang rendah sehingga dapat melindungi terhadap
teroksidasinya produk margarin. Kekurangan dari kemasan ini hanya terletak pada
labelling yang tidak mencantumkan label infromasi nutrisi sehingga konsumen
tidak dapat mengetahui komponen nutrisi apa saja yang terkandung dalam produk
margarin tersebut. Saran perbaikan untuk kemasan ini yaitu sebaiknya diberi label
infromasi nutrisi pada labelling kemasan sehingga konsumen dapat mengetahui
jumlah komponen nutrisi apa saja yang terkandung dalam produk margarin
tersebut.
V. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut:


 Kemasan produk lemaknya umumnya menggunakan kemasan yang
bersifat kedap cahaya.
 Kemasan produk bumbu dapat menggunakan kemasan yang bersifat kedap
cahaya maupun transparan.
 Kemasan Del Monte bumbu nasi goreng rasa seafood memiliki bentuk
berupa jar dengan bahan kemasan kaca atau gelas serta jenis tutup dari
yaitu tutup berulir (screw cap) yang terbuat dari logam.
 Kemasan bumbu penyedap rasa ayam Indofood terdiri dari kemasan
primer berupa kertas, kemasan sekunder berupa botol terbuat dari plastik
PVC (Polyvinyl Chloride), dan kemasan tersier berupa plastik sebagai
segel sebelum dibuka serta menggunakan jenis tutup dari kemasan ini
yaitu tutup berulir (screw cap) yang terbuat dari plastik.
 Kemasan bumbu instan rendang Indofood berbentuk kantung persegi
panjang dengan jenis bahan kemasan berupa kemasan logam yang terbuat
dari alumunium foil.
 Kemasan produk Pure creamy butter golden creamery berbentuk silinder
dengan menggunakan jenis kemasan logam berupa kaleng.
 Kemasan produk Euro gourmet mayonnaise berbentuk seperti botol yang
melebar terbuat dari plastik jenis PET (Poly Ethylene Theraphalate)
dengan tutup plastik kerucut yang dilapisi oleh segel berupa plastik.
 Kemasan produk margarin Blue Band berbentuk mangkuk dengan tutup
serta merupakan kemasan yang kedap cahaya dengan bahan kemasan
plastik jenis PP (Polypropylene).
DAFTAR PUSTAKA

Astawan, M. 2009. Sehat dengan Hidangan Kacang dan Biji-bijian. Penebar


Swadaya, Jakarta.

Gizikia. 2014. Serba Serbi kemasan Pangan. Available at:


www.gizikia.depkes.go.id (Diakses pada tanggal 7 Juni 2015 pukul 21:11
WIB).

Herlina, N. dan M. H. S. Ginting. 2002. Lemak dan Minyak. Fakultas Teknik


Jurusan Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara.

Herudiyanto, M. S. 2010. Pengemasan Bahan Pangan. Widya Padjadjaran,


Jatinangor.

Muchtadi, D. 2009. Pengantar Ilmu Gizi. Penerbit Alfabeta, Bogor.

Nurminah M. 2002. Penelitian Sifat Berbagai Bahan Kemasan Plastik dan Kertas
Serta Pengaruhnya terhadap Bahan yang Dikemas. USU Digital Library,
Sumatera Utara.

Lehninger, A. L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Erlangga, Jakarta.

Sudarmadji, S., Bambang H., dan Suhardi. 2010. Analisis Bahan Makanan dan
Pertanian. Liberty Yogyakarta, Yogyakarta.

Surya. 2009. Jenis dan Fungsi Bahan Kemasan. Available at:


www.mesinpacking.com. (Diakses pada tanggal 8 Juni 2015 pukul 20:35
WIB).

Sutrisno. 2013. Kajian Tinning (Sn Plating) dalam Dunia Industri. Jurnal Foundry
Vol. 3 No. 1 ISSN : 2087-2259.

Syarief, R., S. Santausa dan Isyana. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan PAU
Pangan dan Gizi IPB, Bogor.

Tjahjadi, C. dan H. Marta. 2014. Pengantar Teknologi Pangan: Volume 1. Jurusan


Teknologi Industri Pangan Fakultas Teknologi Industri Pertanian
Universitas Padjadjaran.

Tjahjadi, C. dan H. Marta. 2014. Pengantar Teknologi Pangan: Volume 2. Jurusan


Teknologi Industri Pangan Fakultas Teknologi Industri Pertanian
Universitas Padjadjaran.

Tranggono dan Sutardi. 1990. Biokimia, Teknologi Pasca Panen dan Gizi. PAU
Pangan dan Gizi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Tupperware. 2010. Kode Jenis Plastik yang Lazim Digunakan untuk Kemasan
Makanan. Available at: www.tupperware.co.id. (Diakses pada tanggal 8
Juni 2015 pukul 20:28 WIB).

Anda mungkin juga menyukai