Anda di halaman 1dari 22

ACARA I

GLOBAL MIGRASI, GRAMATUR, DENSITAS,


DAN KETAHANAN JATUH

A. Pendahuluan
1. Latar belakang
Kemasan pangan merupakan bahan yang digunakan untuk mewadahi
dan/ atau membungkus pangan baik yang bersentuhan langsung maupun tidak
langsung dengan pangan. Selain untuk mewadahi/ membungkus pangan,
kemasan pangan juga mempunyai berbagai fungsi lain, diantaranya untuk
menjaga pangan tetap bersih serta mencegah terjadinya kontaminasi
mikroorganisme; menjaga produk dari kerusakan fisik; menjaga produk dari
kerusakan

kimiawi

(misalnya

permeasi

gas,

kelembaban/

uap

air);

mempermudah pengangkutan dan distrisbusi; mempermudah penyimpanan;


memberikan informasi mengenai produk pangan dan instruksi lain pada label;
menyeragamkan volume atau berat produk dan membuat tampilan produk lebih
menarik sekaligus menjadi media promosi. Bahan yang umum digunakan
sebagai kemasan pangan antara lain adalah kertas, karton, selofan, kaca/gelas,
keramik, logam atau campuran logam dan plastik. Bahan- bahan tersebut
memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing.
Penggunaan plastik sebagai bahan pengemas memungkinkan dilakukan
banyak variasi dan fungsi serbaguna, seperti melindungi, mengawetkan,
menyimpan, dan memamerkan hasil. Penekanan fungsi tergantung dari
komoditi yang bersangkutan. Plastik dibuat dengan cara polimerisasi yaitu
menyusun dan membentuk secara sambung menyambung bahan-bahan dasar
plastik yang disebut monomer.

Di samping bahan dasar berupa monomer, di dalam plastik juga terdapat


bahan non plastic yang disebut aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifatsifat plastik itu sendiri. Namun, produk plastik yang banyak digunakan sebagai
kemasan

produk

pangan

ini

mengandung

bahaya

tersendiri,

yaitu,

kemungkinan terjadinya migrasi atau berpindahnya zat-zat monomer dari


bahan plastik ke dalam makanan, terutama jika makanan tersebut tak cocok
dengan kemasan atau wadah penyimpannya.
Pada suhu kamar, dengan waktu kontak yang cukup lama, senyawa
berberat molekul kecil dapat masuk ke dalam makanan secara bebas, baik yang
berasal dari aditif maupun plasticizer. Migrasi monomer maupun zat-zat
pembantu polimerisasi, dalam kadar tertentu dapat larut ke dalam makanan
padat atau cair berminyak maupun cairan tak berminyak. Semakin panas
makanan yang di kemas, semakin tinggi peluang terjadinya migrasi
(perpindahan) ke dalam bahan makanan.
2. Tujuan
Tujuan dari praktikum Pengemasan acara I Global Migrasi, Gramatur,
Densitas Kemasan, dan Ketahanan Jatuh:
1.
2.

Menentukan global migrasi, gramatur dan densitas kemasan


Menentukan ketahanan jatuh dari kemasan gelas plastik
B. Tinjauan Pustaka
Nilai densitas kertas dipengaruhi oleh nilai gramatur dan tebal kertas.
Secara teknis rapat massa mempunyai hubungan erat dengan daya ikatan antar
serat dan derajat fibrilisasi serat pulp yang nantinya berpengaruh pada saat
pencetakan (opasitas cetak). Dalam prosesnya, peranan dan pengaruh filler
Kaolin (clay) sangat berpengaruh pada sifat fisik lembaran kertas khususnya
rapat massa dan gramatur kertas (karton). Kaolin berfungsi sebagai bahan

pengisi antar serat, menambah berat kertas dan menghaluskan kertas


(Nurminah, 2002).
Kemasan dari bahan plastik film saat ini menempati kedudukan yang
cukup penting diantara bahan kemasan yang lain. Film didefinisikan sebagai
lembaran dan yang fleksibel yang tidak mengandung bahan metalik, dengan
ketebalan tidak lebih dari 0,01 inchi atau 250 mikron. Film terbuat pada bulan
Agustus 2008 yang melarang dari turunan selulosa dan sejumlah resin
thermoplastik, terdapat dalam bentuk gulungan lembaran dan tabung yang
dapat digunakan sebagai pembungkus, kantong. Polipropilen merupakan satu
jenis plastik yang umum digunakan untuk membuat kantong plastik serta
paling mudah didapatkan dipasaran (Pudjiastuti, 2012).
Plastik sudah sering digunakan dalam kehidupan kita untuk mengemas
berbagai bentuk barang termasuk diantaranya digunakan untuk membungkus
makanan. Migrasi adalah senyawa kimia, seperti zat tambahan (adiktif),
monomer, dan katalis atau dari degradasi produk dari kemasan plastik makanan
yang dapat memepengaruhi rasa, tekstur, bau, dan bisa menimbulkan efek
bahaya untuk manusia, serta menurunkan umur simpan makanan yang
dikemasnya. Salah satu faktor yang dapat mempercepat global migrasi adalah
pemanasan yang masih menggunakan kemasan primernya (Alin, 2012).
Pengemasan merupakan faktor yang sangat penting dalam pembuatan
produk makanan. Fungsi dari kemasan adalah mempercantik produk,
melindungi produk dari bahaya bakteri, meningkatkan mutu dan menjaga
kualitas produk. Karton atau kardus biasanya digunakan untuk mengemas
makanan untuk produk kering taua semi kering sperti keripik, cheese stik,
singkong rendang, dll (A. Yuyun, 2010).
Secara umum fungsi pengemasan adalah sebagai berikut: sebagai
wadah bagi produk yang bersangkutan, melindungi produk, menjaga keutuhan
bentuk fisik, menjaga keawetan produk, memuat informasi mengenai produk

yang bersangkutan, memudahkan proses distribusi, dan media atau sarana


promosi produk. Berdasar jenisnya, kemasan dibedakan menjadi tiga, yaitu:
kemasan inti, kemasan jual, dan kemasan transpor. Kemasan inti adalah
kemasan yang kontak langsung dengan produk. Kemasan jual yaitu kemasan
yang dipakai untuk menjual produk/isi secara eceran. Sedangkan kemasan
transpor adalah kemasan yang digunakan untuk mengirim produk atau
menyimpannya dalam gudang (Sutarmingsih, 2004).
Pengelompokan dasar dari bahan-bahan pengemas yang digunakan
untuk bahan pangan adalah sebagai berikut: 1) Logam seperti lempeng timah,
baja, bebas timah, alumunium. 2) Gelas, 3) Plastik, termasuk beraneka ragam
plastik tipis, yang berlapis laminates dengan plastik lainnya, kertas, atau logam
alumunium. 4) Kertas, berupa paperboard atau fibreboard 5) Lapisan
(laminate) dari satu atau lebih bahan-bahan tersebut. Pengemas yang flexibel
terbuat dari kertas, paperboard, plastik tipis, foils, laminats, biasa digunakan
untuk membungkus, sebagai kantung, amplop, sachet, pelapis luar, dll (Buckle,
1987).
Permen gula yang keras dikemas atau dibungkus secara individu. Hal
ini ditujukan untuk melindungi terhadap kekerasan yang disebabkan
kehilangan kadar air permen. Beberapa pengemas yang biasa digunakan untuk
membungkus permen atau kembang gula adalah karton, plastik berkerut seperti
PVC, polipropilen dan polietilen (Hendrasty, 2013).
Aquades adalah air hasil destilasi / penyulingan sama dengan air murni
atau H2O, kerena H2O hampir tidak mengandung mineral. Pada suhu 100 0C
aquades akan menguap dan mencapai titik didih lalu terkondensasi menjadi
pelarut aquades kembali. Suhu pengeringan pada pelarut etanol adalah 800C
sedangkan suhu pengeringan pada pelarut aquades adalah 100 0C. Aquades
merupakan senyawa polar sehingga tidak dapat melarutkan senyawa-senyawa
kurang polar dengan baik. Aquades memiliki tingkat kepolaran yang lebih
tinggi dibandingkan dengan etanol (Fardhyanti, 2015).

Proses migrasi terbagi atas 2 jenis : (1). Migrasi secara menyeluruh


(global migration), dan (2). Migrasi secara spesifik / khusus (Spesific
migration). Migrasi secara menyeluruh (global migration) terjadi dimana
keseluruhan dari substansi/kompenen yang ada (komponen toksik dan
komponen non toksik) pada bahan kemasan melalui fase kontak bermigrasi ke
dalam makanan /produk pangan. Sedangkan migrasi secara spesifik /khusus
yaitu terjadinya perpindahan komponen-komponen yang diketahui atau
dianggap berpotensi membahayakan kesehatan manusia ke dalam bahan
pangan (Syarif, 2008).
Komponen utama plastik sebelum membentuk polimer adalah
monomer, yakni rantai yang paling pendek. Polimer merupakan gabungan dari
beberapa monomer yang akan membentuk rantai yang sangat panjang. Bila
rantai tersebut dikelompokkan bersama-sama dalam suatu pola acak,
menyerupai tumpukan jerami maka disebut amorp, jika teratur hampir sejajar
disebut kristalin dengan sifat yang lebih keras dan tegar. Klasifikasi plastik
menurut struktur kimianya terbagi atas dua macam yaitu: 1. Linear, bila
monomer membentuk rantai polimer yang lurus (linear) maka akan terbentuk
plastik thermoplastik yang mempunyai sifat meleleh pada suhu tertentu,
melekat mengikuti perubahan suhu dan sifatnya dapat balik (reversible) kepada
sifatnya yakni kembali mengeras bila didinginkan. 2. Jaringan tiga dimensi,
bila monomer berbentuk tiga dimensi akibat polimerisasi berantai, akan
terbentuk plastik thermosetting dengan sifat tidak dapat mengikuti perubahan
suhu irreversible). Bila sekali pengerasan telah terjadi maka bahan tidak dapat
dilunakkan kembali (Reynier, 2002).
Pengemasan komoditi hortikultura adalah suatu usaha menempatkan
komoditi segar ke dalam suatu wadah yang memenuhi syarat sehingga
mutunya tetap atau hanya mengalami sedikit penurunan pada saat diterima oleh
konsumen akhir dengan nilai pasar yang tetap tinggi. Dengan pengemasan,
komoditi dapat dilindungi dari kerusakan, benturan mekanis, fisik, kimia dan
mikrobiologis selama pengangkutan, penyimpanan dan pemasaran. Melindungi

bahan

pangan

dari

kontaminasi

berarti

melindunginya

terhadap

mikroorganisme dan kotoran serta terhadap gigitan serangga atau binatang


pengerat lainnya. Melindungi kandungan airnya berarti bahwa makanan di
dalamnya tidak boleh menyerap air dari atmosfer dan juga tidak boleh
berkurang kadar airnya. Jadi wadahnya harus kedap air. Perlindungan terhadap
bau dan gas dimaksudkan supaya bau atau gas yang tidak diinginkan tidak
dapat masuk melalui wadah tersebut dan jangan sampai merembes keluar
melalui wadah (Marsh, 2007).
C. Meodologi
1. Alat
a. Beker glass
b. Penangas air
c. Timbangan analitik
d. Oven
e. Desikator
f. Jangka sorong
g. Gunting
h. Penangas listrik
i. Termometer
j. Penjepit kayu
k. Penggaris
l. Pengaduk kaca
2. Bahan
a. Air minum kemasan gelas plastik (Total, Cokro, Club, Aqua)
b. Kemasan plastik (Mentos, Relaxa, Mint)
c. Kemasan kertas (Richese, Top, Gery Chocolatos, Momogi, Choki-Choki)
d. Aquadest
e. Ethanol 20%
f. Asam asetat 4%

3. Cara Kerja (flowchart)


a. Penentuan global migrasi bungkus permen
3 bungkus kemasan plastik

Ditimbang

Dimasukkan ke dalam masing-masing ke tiap-tiap beker glass

Aquades 120 ml, asam Dipanaskan dalam penangas air sampai suhu 60oC
asetat 4% 120 ml,
alkohol 70% 120 ml

Dimasukkan 3 bungkus kemasan plastik ke dalam beker glass dan didiamka

Sampel dikeluarkan, beker glass dipanaskan di atas penangas listr

Setelah diuapkan, dimasukkan beker glass ke dalam oven 105oC selama

Beker glass didinginkan dalam desikator dan ditimbang beratnya

Ditentukan global migrasinya

b. Penentuan gramatur dan densitas


kemasan
kertas
Kemasan
kertas

Dipotong 5x5cm sebanyak 3 buah

Ditimbang masing-masing potongan

Diukur ketebalan tiap-tiap potongan pada 5 tempat dengan jangka sorong, kemudian dirata-

Ditentukan gramatur dan densitas kemasan

c. Penentuan ketahanan jatuh kemasan gelas plastik untuk minuman

8 gelas air minum dalam kemasan

Dijatuhkan satu persatu dari ketinggian minimal 75 cm dari lantai

Diamati hasil jatuhan secara visual

Bila semua sampel pada pengujian hasilnya bagus maka dianggap memenuhi syarat lulus u

D. Hasil dan Pembahasan


Tabel 1.1 penentuan global migrasi kemasan kembang gula

Ke
l

Kemasan

1
2
3

Relaxa
Mint

4
5

Mentos

6
7
8

Relaxa
Mintz

9
10

Mentos

Stimulan
Aquades
Alkohol
70%
Asam
Asetat 4%
Aquadest
Alkohol
70%
Aquades
Alkohol
70%
Asam
Asetat 4%
Aquadest
Alkohol
70%

Berat
sampel
(W)
(gr)
0,4

Berat gelas
beker (A)
(gr)

Berat Akhir
(B) (gr)

GM (ppm)

124,833

124,852

0,048.106

0,4

126,685

126,705

0,05.106

0,5

103,780

103,810

0,06.106

0,4

127,175

127,203

0,07.106

0,3

125,221

125,241

0,067.106

0,396

103,782

103,806

0,061.106

0,403

126,688

126,695

0,017.106

0,455

124,831

124,893

0,136.106

0,321

127,181

127,207

0,081.106

0,330

125,206

125,198

0,024.106

Sumber : laporan sementara

Menurut Hendrasty (2013) global migrasi merupakan perpindahan yang


terdapat dalam kemasan ke dalam bahan makanan. Global migrasi juga berarti
interaksi antara kemasan dan pangan yang berpotensi baik menguntungkan
maupun merugikan. Interaksi tersebut menyebabkan terjadinya reaksi kimia
atau fisika antara makanan, kemasan, dan lingkungan yang dapat mengubah
komposisi, kualitas, dan atau sifat fisik makanan maupun bahan kemasan.
Menurut BPOM RI (ik.pom.go.id) dijelaskan bahwa migrasi merupakan
perpindahan bahan kimia baik itu polimer, monomer, ataupun katalisator
kemasan (contoh formalin dari kemasan/wadah melamin) kedalam pangan.
Migrasi bahan kimia tersebut memberikan dampak berupa penurunan kualitas
pangan dan keamanan pangan, juga menimbulkan efek terhadap kesehatan.

Jumlah senyawa termigrasi pada umumnya tidak diketahui secara pasti, tetapi
dapat berpengaruh fatal terutama pada jangka panjang (bersifat kumulatif dan
karsinogenik). Menurut Perka BPOM No.9 tahun 2013, Uji migrasi adalah
pengujian dilakukan untuk mengetahui perpindahan suatu zat dari kemasan
pangan ke dalam pangan atau simulan pangan.
Proses migrasi senyawa kimia kebanyakan terjadi selama proses
produksi, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan pemasakan dan ketika
dikonsumsi. Proses migrasi terbagi atas 2 jenis : (1). Migrasi secara
menyeluruh (global migration), dan (2). Migrasi secara spesifik / khusus
(Spesific migration). Migrasi secara menyeluruh (global migration) terjadi
dimana keseluruhan dari substansi/kompenen yang ada (komponen toksik dan
komponen non toksik) pada bahan kemasan melalui fase kontak bermigrasi ke
dalam makanan /produk pangan. Sedangkan migrasi secara spesifik /khusus
yaitu terjadinya perpindahan komponen-komponen yang diketahui atau
dianggap berpotensi membahayakan kesehatan manusia ke dalam bahan
pangan (Syarif, 2008).
Simulan yang digunakan pada praktikum Pengemasan ini adalah
alkohol 70%, aquades, dan asam asetat 4%. Etanol atau etil alkohol (C2H5OH)
merupakan bahan kimia organik yang mengandung oksigen yang paling
eksotik karena kombinasi sifat-sifat uniknya yang dapat digunakan sebagai
pelarut, germisida, minuman, bahan anti beku, bahan bakar, bahan depressant
dan khususnya karena kemampuannya sebagai bahan kimia intermediet untuk
menghasilkan bahan kimia yang lain. Etanol merupakan nama IUPAC dari
bahan kimia ini. Selain itu, nama etil alkohol juga lazim digunakan. Sifat fisik
dan kimia etanol tergantung pada gugus hidroksilnya.
Secara detail, sifat-sifat fisik etanol dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Aquades adalah air hasil destilasi / penyulingan sama dengan air murni
atau H2O, kerena H2O hampir tidak mengandung mineral. Pada suhu 100 0C
aquades akan menguap dan mencapai titik didih lalu terkondensasi menjadi
pelarut aquades kembali (Fardhyanti, 2015). Suhu pengeringan pada pelarut
etanol adalah 800C sedangkan suhu pengeringan pada pelarut aquades adalah
1000C. Aquades merupakan senyawa polar sehingga tidak dapat melarutkan
senyawa-senyawa kurang polar dengan baik. Aquades memiliki tingkat
kepolaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan etanol.
Asam asetat merupakan asam lemah, artinya hanya terdisosiasi
sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Senyawa ini bersifat korosif. Asam
asetat diproduksi secara sintetis maupun secara alami melalui fermentasi
bakteri, seperti dari genus Acetobacter dan spesies Clostridium acetobutylicum
(Yoneda; dalam Pratiwi, 2011). Bakteri-bakteri tersebut terdapat pada makanan
dan tanah, sehingga asam asetat secara alami diproduksi pada buah-buahan
atau makanan yang sudah basi.
Tabel 1.2 Sifat-sifat asam asetat
Asam asetat ini memiliki beberapa manfaat dalam bidang industri,
diantaranya sebagai berikut (Riyanto; dalam Pratiwi, 2011):
a. digunakan dalam produksi polimer, seperti selulosa asetat dan polivinil
asetat

yang

biasanya digunakan sebagai bahan dasar cair cat dan lem untuk kertas dan
kayu
b. pembuatan anhidrida asetat
c. sebagai fungisida
d. sebagai bahan pelarut untuk banyak campuran organik.
e. sebagai bahan dalam industri farmasi, seperti aspirin yang dibentuk dari
reaksi antara asam asetat dan asam salisilat.
Menurut Peraturan BPOM RI Tahun 2007 tentang Bahan Kemasan
Pangan, simulan yang bisa digunakan dalam uji migrasi ada tiga, yaitu air,
alkohol dan heptana. N-heptana digunakan sebagai pelarut industri (untuk
perekat, pernis, dan tinta pada pencetakan etsa). Digunakan juga sebagai
pelarut pengekstraksi, dan dalam pembuatan plastik dan sintesis toluena dan
alkilbenzen. N-Heptana memiliki nama dagang yaitu Dipropyl methane dan
Heptyl hydride. N-Heptana merupakan senyawa kimia golongan Hidrokarbon
alifatik (BPOM RI tahun 2007).
Uji global migrasi dimulai dengan melakukan penimbangan kemasan
permen sebanyak 3 buah, kemudian bungkus permen dimasukkan ke gelas
beker (yang sudah diketahui beratnya) dan ditambahkan simulan 120 ml
(alkohol, aquades, atau asam asetat). Beaker glass kemudian dipanaskan di
penangas air suhu 600C selama 30 menit. Sampel kemasan permen
dikeluarkan, dan beaker glass dipanaskan di hotplate untuk menguapkan
pelarut. Setelah simulan teruapkan, beaker glass kemudian dimasukkan dalam
oven suhu 1050C selama 2 jam dan didinginkan di desikator. Setelah beaker
glass dingin, dilakukan penimbangan dan dihitung global migrasinya.
Hasil praktikum uji nilai global migrasi plastik permen relaxa dengan
simulan aquades berurut-turut adalah 0,048 x 106 dan 0,061 x 106, untuk plastik

permen relaxa dengan simulan alkohol 70% adalah 0,05 x106 dan 0,017 x106.
Uji nilai global migrasi plastik permen Mintz dengan simulan asam asetat 4%
berurut-turut adalah 0,06 x 106 dan 0,136 x 106. Sedangkan untuk plastik
permen mentos dengan simulan aquades nilai GMnya berturut-turut adalah
0,07 x 106dan 0,081 x 106, plastik permen mentos dengan simulan alkohol 70%
adalah 0,067 x 106 dan 0,024 x 106. Urutan nilai global migrasi dari yang
terkecil hingga terbesar adalah relaxa, mentos, dan mintz.
Menurut Rian (2010), laju migrasi monomer ke dalam bahan yang
dikemas tergantung dari lingkungan. Migrasi monomer plastik terjadi karena
dipengaruhi oleh suhu makanan atau penyimpanan dan proses pengolahannya.
Semakin tinggi suhu tersebut, semakin banyak monomer yang dapat bermigrasi
ke dalam makanan. Semakin lama kontak antara makanan tersebut dengan
kemasan plastik, jumlah monomer yang bermigrasi dapat makin tinggi. Berikut
merupakan batas kritis nilai migrasi polimer:

Bucle et al. (1987) menyatakan, kemasan yang dapat digunakan sebagai


wadah penyimpanan harus memenuhi beberapa persyaratan, yakni dapat
mempertahan-kan mutu produk supaya tetap bersih serta mampu memberi
perlindungan terhadap produk dari kotoran, pencemaran, dan kerusakan fisik,
serta dapat menahan per-pindahan gas dan uap air. Salah satu jenis kemasan
bahan pangan yaitu plastik. Menurut Syarif (2010) faktor yang mempengaruhi
migrasi adalah jenis serta konsentrasi bahan kimia yang terkandung, sifat dan
komposisi pangan, suhu dan lama kontak serta kualitas bahan kemasan (jika
bahan bersifat inert atau tidak mudah bereaksi maka potensi migrasinya kecil
dan demikian pula sebaliknya).
Tabel 1.2 Penentuan Gramatur dan Densitas Kemasan Karton

Ke
l

Sampel

Richeese

Gery
Chocolat
e

Top

Momogi

Chokichoki

Richeese

7
8

Gery
Chocolat
e
Top

Ce
k

Berat
kemasa
n

1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2

0,8
0,8
0,1
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,7
0,8
0,9
0,8
0,8
0,8
0,841
0,833
0,804
0,826
0,871
0,840
0,933
0,941

Rerata
tabel
kemasa
n
4.10-4
4.10-4
4.10-4
4.10-4
4.10-4
4.10-4
4.10-4
4.10-4
4.10-4
4.10-4
4.10-4
4.10-4
4.10-4
4.10-4
4.10-4
4.10-4
4.10-4
4.10-4
4.10-4
4.10-4
4.10-4
5.10-4
5.10-4

Luas

Gramatur

25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4

3,2.102
3,2.102
3,2.102
3,2.102
3,2.102
3,2.102
3,2.102
3,2.102
3,2.102
3,2.102
3,2.102
3,2.102
3,2.102
3,2.102
3,2.102
336,4
333,2
321,6
330,4
348,4
336
373,2
376,4

Rerata
gramatu
r
320
320
400
320
300
330,4
338
377

Densita
s

Rerata
densita
s

8.105
8.105
8.105
8.105
1.106
1.105
10.105
5
1.10
8.105
8.105
8.105
5
8.10
7.105
8.105
8.105
9.105
8.105
8.105
8.105
8.105
8,41.105
8,33.105 8,26.105
8,04.105
8,26.105
8,71.105 8,46.105
8,40.105
7,46.105 7,54.105
7,52.105

Momogi

10

Chokichoki

3
1
2
3
1
2
3

0,954
0,802
0,820
0,816
0,906
0,913
0,878

5.10-4
5.10-4
5.10-4
5.10-4
4.10-4
4.10-4
4.10-4

25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4

381,6
320,8
328
326,4
362,4
365,2
351,2

325
359

7,63.105
6,41.105
6,56.105 6,50.105
6,52.105
9,06.105
9,13.105 8,99.105
8,78.105

Sumber : Laporan Sementara


Menurut Nurminah (2002) gramatur adalah nilai yang menunjukkan
bobot bahan per satuan luas bahan (g/m2), sedangkan densitas atau bobot jenis
adalah nilai yang menunjukkan bobot bahan per satuan volume (g/m3). Untuk
penentuan gramatur dan densitas bahan kemasan plastik dan kertas digunakan
contoh bahan berukuran 10 x 10 cm.
Menurut Casey (1981) gramatur kertas dipengaruhi oleh kadar air pada
kelembaban udara relatif di sekitar kertas. Karena gramatur selalu dinyatakan
sebagai total berat kertas termasuk kadar air maka pengukuran harus dilakukan
pada kondisi standart. Casey (1981) juga menjelaskan bahwa gramatur kertas
mempengaruhi semua sifat-sifat kertas. Dalam hal ini yang terpenting adalah
membedakan antara variasi yang disebabkan oleh berat atau gramatur dan
variasi yang disebabkan oleh perbedaan yang memang ada pada kertas. Pada
pengukuran gramatur kertas pengaruh yang mungkin disebabkan oleh kadar air
sangat kecil karena kertas telah dikondisikan dengan kelembaban tertentu
sehingga kandungan air dalam kertas homogen.
Gramatur ditentukan dengan menimbang contoh bahan dan membagi
bobot dengan luasannya melalui persamaan berikut:

Densitas diperoleh dengan membagi gramatur contoh bahan dengan


tebal bahan. Tebal bahan diukur menggunakan mikrometer sekrup di lima
tempat yang berbeda pada satu lembar contoh bahan dan diambil nilai rata-

ratanya. Nilai densitas kertas dipengaruhi oleh nilai gramatur dan tebal kertas.
Menurut Casey, (1961) secara teknis rapat massa mempunyai hubungan erat
dengan daya ikatan antar serat dan derajat fibrilisasi serat pulp yang nantinya
berpengaruh pada saat pencetakan (opasitas cetak).
Uji densitas, pada saat praktikum dilakukan dengan memotong kemasan
kertas sampel makanan dengan ukuran 5x5 cm sebanyak 3 buah. Kemudian
dilakukan penimbangan setiap potongan kertas, dan mengukur ketebalan tiap
potongan di 5 tempat dengan menggunakan jangka sorong. Setelah diketahui
ketebalan di 5 tempat berbeda, dilakukan pengukuran rata-rata ketebalan
tersebut, serta dihitung gramatur dan densitasnya.
Hasil perhitungan didapatkan sampel kemasan richeese nilai rerata
gramaturnya adalah 320 gram/m2 dan 330,4 gram/m2 sedangkan densitasnya
adalah 8x105 gram/m3 dan 8,26 x105 gram/m3. Sampel kemasan Gery
Chocolate nilai rerata gramaturnya adalah 320 gram/m 2 dan 338 gram/m2
sedangkan densitasnya adalah 10x105 gram/m3 dan 8,46 x105 gram/m3. Sampel
kemasan TOP nilai rerata gramaturnya adalah 400 gram/m2 dan 377 gram/m2
sedangkan densitasnya adalah 8x105 gram/m3 dan 7,54 x105 gram/m3.
Kemudian sampel kemasan Momogi nilai rerata gramaturnya adalah 320
gram/m2 dan 325 gram/m2 sedangkan densitasnya adalah 8 x105 gram/m3 dan
6,50 x105 gram/m3. Untuk sampel kemasan Choki-choki nilai rerata
gramaturnya adalah 320 gram/m2 dan 359 gram/m2 sedangkan densitasnya
adalah 8x105 gram/m3 dan 8,99 x105 gram/m3.
Adanya keragaman dalam gramatur mengindikasikan pada fluktuasi
pemakaian bahan baku kertas per satuan luas. Semakin kecil gramatur maka
penggunaan bahan baku semakin sedikit, konsumsi energi untuk pengolahan
kertas lebih rendah, mengurangi polusi pabrik, biaya penanganan bahan dan
produk rendah, efisiensi ruang penyimpanan, memperkecil gulungan atau
potongan yang nantinya akan meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses
pembuatan kertas (karton) secara keseluruhan (Nurminah, 2002).

Gramatur pada kemasan dipengaruhi oleh berat bahan dan luas bahan.
Semakin besar berat kertas, semakin besar nilai gramaturnya. Luasanya bahan
yang semakin lebar menyebabkan nilai gramatur semakin kecil. Densitas kertas
dipengaruhi oleh nilai gramatur dan tebal kertas. Semakin besar nilai
gramaturnya maka maka semakin besar pula densitasnya. Semakin besar tebal
bahan menyebabkan nilai densitas semakin kecil. Gramatur dan densitas
ditentukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan kemasan untuk
menahan benturan selama penyimpanan dan distribusi.
Pada pengukuran gramatur pengaruh yang disebabkan oleh kadar air
sangat kecil karena kertas telah dikondisikan dengan kelembaban tertentu
sehingga kandungan air dalam kertas homogen (Suyitno, 1990). Penentuan
gramatur dan densitas kemasan berguna untuk mengetahui efisiensi proses
pengemasan. Pada umumnya kemasan yang memiliki kemampuan proteksi
yang lebih besar terhadap suhu, gas, cahaya, dan tekanan. Dengan mengetahui
gramatur dan densitas memilih kemasan yang paling tepat dan efisien untuk
mengemas produk.
Pengukuran nilai densitas pada plastik sangat penting, karena densitas
dapat menunjukkan struktur plastik secara umum. Aplikasi dari hal tersebut
yaitu dapat dilihat kemampuan plastik dalam melindungi produk dari beberapa
zat seperti air, O2 dan CO2. Birley, et al. (1988), mengemukakan bahwa plastik
dengan densitas yang rendah menandakan bahwa plastik tersebut memiliki
struktur yang terbuka, artinya mudah atau dapat ditembusi fluida seperti air,
oksigen atau CO2. Jadi tidak seperti pada kertas, nilai densitas plastik sangat
penting dalam menentukan sifat-sifat plastik yang berhubungan dengan
pemakaiannya. Dalam perdagangan mungkin digunakan satuan gramatur,
karena satuan ini cukup mewakili pihak produsen (Nurminah, 2002).
Tabel 1.3 Ketahanan Jatuh Kemasan Air Minum Plastik
Ke

Merek

Percobaan

Jumlah rusak

Ketinggian (cm)

Keterangan

l
1

Cokro

Total

Ultra

Cokro

Cokro

Ac

Total

Ultra

Club

10

Ac

1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2

1
3
2
3
3
1
1
1
1
0
1
0
1
1
2
1

75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75

Lulus uji
Tidak lulus
uji
Tidak lulus
uji
Lulus uji
Tidak lulus
uji
Lulus uji
Lulus uji
Lulus uji
Lulus uji
Lulus uji

Sumber: Laporan Sementara


Pada praktikum ini dilakukan uji penentuan ketahanan jatuh kemasan
gelas plastik untuk minuman. Ketahanan jatuh menyatakan ketahanan kemasan
untuk tidak rusak (bocor, pecah, maupun retak) setelah dijatuhkan dari
ketinggian minimal 75 cm. Salah satu syarat kemasan yang digunakan untuk
mengemas produk makanan dan minuman adalah dapat melindungi produk
dari kerusakan baik itu kerusakan kimiawi, biologis, maupun fisik (mekanik).
Pada praktikum ini, dilakukan pengujian terhadap 4 kemasan gelas
plastik Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yaitu Cokro, Ultra, Club, dan
Total. Uji ketahanan jatuh dilakukan dengan menjatuhkan kemasan dari
ketinggian minimal 75 cm. Setiap kemasan diperlukan 8 buah gelas air minum
kemudian dijatuhkan satu persatu dari ketinggian 75 cm. Pengamatan hasil
jatuh dilakukan secara visual ada tidaknya kerusakan, apabila akhir pengujian
sampel masih bagus dinyatakan memenuhi syarat lulus uji namun sebaliknya
apabila pengujian sampel rusak dinyatakan memenuhi syarat lulus uji. Syarat

lulus uji ketahanan jatuh dilihat dari 8 buah sampel tersebut terdapat 3 buah
atau lebih yang rusak maka tidak memenuhi syarat lulus uji (tidak layak).
Apabila kerusakan tidak lebih dari 3 kemasan dinyatakan lulus syarat uji
(layak). Adapun hasilnya dari 4 merek AMDK gelas plastik tersebut yang tidak
lulus uji adalah Cokro, Total, dan Ultra. Pentingnya pengukuran ketahanan
jatuh kemasan karena selama distribusinya sangat memungkinkan air minum
dalam kemasan mengalami benturan.
Pada kelompok 7 menggunakan sampel kemasan air minum total.
Percobaan dilakukan selama 8 kali dengan perlakuan yang sama dari
ketinggian 75 cm. Dari hasil pengamatan secara visual mengalami kerusakan
sebanyak 1 kemasan pada percobaan pertama, dan keruskaan 0 pada percobaan
kedua. Dengan demikian kemasan yang digunakan layak. Percobaan dilakukan
selama 8 kali dengan perlakuan yang sama. Dari hasil pengamatan secara
visual tidak mengalami kerusakan. Dengan demikian kemasan yang digunakan
layak. Dari percobaan dapat dinyatakan bahwa kemasan jenis aqua lulus uji.
Dengan penggunaan kemasan air minum yang berbeda juga mempengaruhi
hasil akhir yang berbeda pula, hal tersebut dipengaruhi oleh faktor bahan
kemasan yang digunakan dan kecepatan ketahanan jatuh.
Jika kemasan tidak memiliki ketahanan jatuh maka tingkat kerusakan
selama distribusi akan sangat besar dan hal ini akan sangat merugikan pihak
produsen maupun konsumen.

E. Kesimpulan:
Kesimpulan dari praktikum Pengemasan Acara I Global Migrasi,
Gramatur, Densitas Kemasan, dan Ketahanan Jatuh adalah sebagai berikut:

1. Global migrasi merupakan perpindahan yang terdapat dalam kemasan ke


dalam bahan makanan. Urutan nilai global migrasi dari yang terkecil hingga
terbesar adalah relaxa, mentos, dan mintz.
2. Gramatur adalah nilai yang menunjukkan bobot bahan per satuan luas bahan
(g/m2), sedangkan densitas atau bobot jenis adalah nilai yang menunjukkan
bobot bahan per satuan volume (g/m3). Richeese nilai rerata gramaturnya
adalah 320 gram/m2 dan 330,4 gram/m2 sedangkan densitasnya adalah 8x105
gram/m3 dan 8,26 x105 gram/m3. Sampel kemasan Gery Chocolate nilai
rerata gramaturnya adalah 320 gram/m2 dan 338 gram/m2 sedangkan
densitasnya adalah 10x105 gram/m3 dan 8,46 x105 gram/m3. Sampel
kemasan TOP nilai rerata gramaturnya adalah 400 gram/m2 dan 377 gram/m2
sedangkan densitasnya adalah 8x105 gram/m3 dan 7,54 x105 gram/m3.
Kemudian sampel kemasan Momogi nilai rerata gramaturnya adalah 320
gram/m2 dan 325 gram/m2 sedangkan densitasnya adalah 8 x105 gram/m3 dan
6,50 x105 gram/m3. Untuk sampel kemasan Choki-choki nilai rerata
gramaturnya adalah 320 gram/m2 dan 359 gram/m2 sedangkan densitasnya
adalah 8x105 gram/m3 dan 8,99 x105 gram/m3.
3. Ketahanan jatuh menyatakan ketahanan kemasan untuk tidak rusak (bocor,
pecah, maupun retak) setelah dijatuhkan dari ketinggian minimal 75 cm.

DAFTAR PUSTAKA

A.Yuyun. 2010. Inspirasi Usaha Makanan dan Minuman untuk Home Industri.
Agromedia Pustaka. Jakarta Selatan.
Alin, Jonas. 2012. Migration from Plastic Food Packaging during Microwave
Heating. Journal of Agricultural and Food Chemistry 61(6) pp 1405-1415
Buckle, K. A., R.A Edwards., G.H Fleet., dan M. Wooton. 1987. Ilmu Pangan. UI
Press. Jakarta.
Fardhyanti, Dewi Selvia dan Ria Dwita Riski. 2015. Pemungutan Brazilin dari
Kayu Secang (Caesalpinia sappan L) dengan Metode Maserasi dan
Aplikasinya Untuk Pewarnaan Kain. Jurnal Bahan Alam Terbarukan, Vol
4, Edisi 1.
Hendrasty, Henny Krissetiana. 2013. Pengemasan dan Penyimpanan Bahan
Pangan. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Ik.pom.go.id
Marsh, Kenneth., dan Betty Bugusu. 2007. Food PackagingRoles, Materials,
and Environmental Issues. Journal of Food Science Vol. 72, Nr. 3,.
Nurminah, Mimi. 2002. Penelitian Sifat Berbagai Bahan Kemasan Plastik dan
Kertas serta Pengaruhnya Terhadap Bahan Yang Dikemas. USU digital
library.
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia
Nomor : HK 00.05.55.6497 Tentang Bahan Kemasan Pangan.
Pratiwi, Dini Novalia. 2011. Optimalisasi Reaksi Esterifikasi Asam Asetat
Dengan 1-Heksena, Sebagai Salah Satu Tahapan Pada Proses Pembuatan
Etanol. Skripsi Program Studi Kimia Fakultas Sains Dan Teknologi. P
Pudjiastuti, Wiwik., Arie Listyarini.,Sudirman. 2012. Polimer Nanokomposit
Sebagai Master Batch Polimer Biodegradable Untuk Kemasan Makanan.
Jurnal Riset Industri Vol. VI No. 1.
Reynier, A., P. Dole dan A. Feigenbaum. 2002. Migration of additives from
polymers into food simulants: numerical solution of a mathematical model

taking into account food and polymer interactions. Food Additives and
Contaminants, 2002, Vol. 19, No. 1.
Sutarminingsih, Lilies. 2004. Peluang Usaha Nata De Coco. Kanisius.
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai