A. Pendahuluan
1. Latar belakang
Kemasan pangan merupakan bahan yang digunakan untuk mewadahi
dan/ atau membungkus pangan baik yang bersentuhan langsung maupun tidak
langsung dengan pangan. Selain untuk mewadahi/ membungkus pangan,
kemasan pangan juga mempunyai berbagai fungsi lain, diantaranya untuk
menjaga pangan tetap bersih serta mencegah terjadinya kontaminasi
mikroorganisme; menjaga produk dari kerusakan fisik; menjaga produk dari
kerusakan
kimiawi
(misalnya
permeasi
gas,
kelembaban/
uap
air);
produk
pangan
ini
mengandung
bahaya
tersendiri,
yaitu,
bahan
pangan
dari
kontaminasi
berarti
melindunginya
terhadap
Ditimbang
Aquades 120 ml, asam Dipanaskan dalam penangas air sampai suhu 60oC
asetat 4% 120 ml,
alkohol 70% 120 ml
Diukur ketebalan tiap-tiap potongan pada 5 tempat dengan jangka sorong, kemudian dirata-
Bila semua sampel pada pengujian hasilnya bagus maka dianggap memenuhi syarat lulus u
Ke
l
Kemasan
1
2
3
Relaxa
Mint
4
5
Mentos
6
7
8
Relaxa
Mintz
9
10
Mentos
Stimulan
Aquades
Alkohol
70%
Asam
Asetat 4%
Aquadest
Alkohol
70%
Aquades
Alkohol
70%
Asam
Asetat 4%
Aquadest
Alkohol
70%
Berat
sampel
(W)
(gr)
0,4
Berat gelas
beker (A)
(gr)
Berat Akhir
(B) (gr)
GM (ppm)
124,833
124,852
0,048.106
0,4
126,685
126,705
0,05.106
0,5
103,780
103,810
0,06.106
0,4
127,175
127,203
0,07.106
0,3
125,221
125,241
0,067.106
0,396
103,782
103,806
0,061.106
0,403
126,688
126,695
0,017.106
0,455
124,831
124,893
0,136.106
0,321
127,181
127,207
0,081.106
0,330
125,206
125,198
0,024.106
Jumlah senyawa termigrasi pada umumnya tidak diketahui secara pasti, tetapi
dapat berpengaruh fatal terutama pada jangka panjang (bersifat kumulatif dan
karsinogenik). Menurut Perka BPOM No.9 tahun 2013, Uji migrasi adalah
pengujian dilakukan untuk mengetahui perpindahan suatu zat dari kemasan
pangan ke dalam pangan atau simulan pangan.
Proses migrasi senyawa kimia kebanyakan terjadi selama proses
produksi, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan pemasakan dan ketika
dikonsumsi. Proses migrasi terbagi atas 2 jenis : (1). Migrasi secara
menyeluruh (global migration), dan (2). Migrasi secara spesifik / khusus
(Spesific migration). Migrasi secara menyeluruh (global migration) terjadi
dimana keseluruhan dari substansi/kompenen yang ada (komponen toksik dan
komponen non toksik) pada bahan kemasan melalui fase kontak bermigrasi ke
dalam makanan /produk pangan. Sedangkan migrasi secara spesifik /khusus
yaitu terjadinya perpindahan komponen-komponen yang diketahui atau
dianggap berpotensi membahayakan kesehatan manusia ke dalam bahan
pangan (Syarif, 2008).
Simulan yang digunakan pada praktikum Pengemasan ini adalah
alkohol 70%, aquades, dan asam asetat 4%. Etanol atau etil alkohol (C2H5OH)
merupakan bahan kimia organik yang mengandung oksigen yang paling
eksotik karena kombinasi sifat-sifat uniknya yang dapat digunakan sebagai
pelarut, germisida, minuman, bahan anti beku, bahan bakar, bahan depressant
dan khususnya karena kemampuannya sebagai bahan kimia intermediet untuk
menghasilkan bahan kimia yang lain. Etanol merupakan nama IUPAC dari
bahan kimia ini. Selain itu, nama etil alkohol juga lazim digunakan. Sifat fisik
dan kimia etanol tergantung pada gugus hidroksilnya.
Secara detail, sifat-sifat fisik etanol dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Aquades adalah air hasil destilasi / penyulingan sama dengan air murni
atau H2O, kerena H2O hampir tidak mengandung mineral. Pada suhu 100 0C
aquades akan menguap dan mencapai titik didih lalu terkondensasi menjadi
pelarut aquades kembali (Fardhyanti, 2015). Suhu pengeringan pada pelarut
etanol adalah 800C sedangkan suhu pengeringan pada pelarut aquades adalah
1000C. Aquades merupakan senyawa polar sehingga tidak dapat melarutkan
senyawa-senyawa kurang polar dengan baik. Aquades memiliki tingkat
kepolaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan etanol.
Asam asetat merupakan asam lemah, artinya hanya terdisosiasi
sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Senyawa ini bersifat korosif. Asam
asetat diproduksi secara sintetis maupun secara alami melalui fermentasi
bakteri, seperti dari genus Acetobacter dan spesies Clostridium acetobutylicum
(Yoneda; dalam Pratiwi, 2011). Bakteri-bakteri tersebut terdapat pada makanan
dan tanah, sehingga asam asetat secara alami diproduksi pada buah-buahan
atau makanan yang sudah basi.
Tabel 1.2 Sifat-sifat asam asetat
Asam asetat ini memiliki beberapa manfaat dalam bidang industri,
diantaranya sebagai berikut (Riyanto; dalam Pratiwi, 2011):
a. digunakan dalam produksi polimer, seperti selulosa asetat dan polivinil
asetat
yang
biasanya digunakan sebagai bahan dasar cair cat dan lem untuk kertas dan
kayu
b. pembuatan anhidrida asetat
c. sebagai fungisida
d. sebagai bahan pelarut untuk banyak campuran organik.
e. sebagai bahan dalam industri farmasi, seperti aspirin yang dibentuk dari
reaksi antara asam asetat dan asam salisilat.
Menurut Peraturan BPOM RI Tahun 2007 tentang Bahan Kemasan
Pangan, simulan yang bisa digunakan dalam uji migrasi ada tiga, yaitu air,
alkohol dan heptana. N-heptana digunakan sebagai pelarut industri (untuk
perekat, pernis, dan tinta pada pencetakan etsa). Digunakan juga sebagai
pelarut pengekstraksi, dan dalam pembuatan plastik dan sintesis toluena dan
alkilbenzen. N-Heptana memiliki nama dagang yaitu Dipropyl methane dan
Heptyl hydride. N-Heptana merupakan senyawa kimia golongan Hidrokarbon
alifatik (BPOM RI tahun 2007).
Uji global migrasi dimulai dengan melakukan penimbangan kemasan
permen sebanyak 3 buah, kemudian bungkus permen dimasukkan ke gelas
beker (yang sudah diketahui beratnya) dan ditambahkan simulan 120 ml
(alkohol, aquades, atau asam asetat). Beaker glass kemudian dipanaskan di
penangas air suhu 600C selama 30 menit. Sampel kemasan permen
dikeluarkan, dan beaker glass dipanaskan di hotplate untuk menguapkan
pelarut. Setelah simulan teruapkan, beaker glass kemudian dimasukkan dalam
oven suhu 1050C selama 2 jam dan didinginkan di desikator. Setelah beaker
glass dingin, dilakukan penimbangan dan dihitung global migrasinya.
Hasil praktikum uji nilai global migrasi plastik permen relaxa dengan
simulan aquades berurut-turut adalah 0,048 x 106 dan 0,061 x 106, untuk plastik
permen relaxa dengan simulan alkohol 70% adalah 0,05 x106 dan 0,017 x106.
Uji nilai global migrasi plastik permen Mintz dengan simulan asam asetat 4%
berurut-turut adalah 0,06 x 106 dan 0,136 x 106. Sedangkan untuk plastik
permen mentos dengan simulan aquades nilai GMnya berturut-turut adalah
0,07 x 106dan 0,081 x 106, plastik permen mentos dengan simulan alkohol 70%
adalah 0,067 x 106 dan 0,024 x 106. Urutan nilai global migrasi dari yang
terkecil hingga terbesar adalah relaxa, mentos, dan mintz.
Menurut Rian (2010), laju migrasi monomer ke dalam bahan yang
dikemas tergantung dari lingkungan. Migrasi monomer plastik terjadi karena
dipengaruhi oleh suhu makanan atau penyimpanan dan proses pengolahannya.
Semakin tinggi suhu tersebut, semakin banyak monomer yang dapat bermigrasi
ke dalam makanan. Semakin lama kontak antara makanan tersebut dengan
kemasan plastik, jumlah monomer yang bermigrasi dapat makin tinggi. Berikut
merupakan batas kritis nilai migrasi polimer:
Ke
l
Sampel
Richeese
Gery
Chocolat
e
Top
Momogi
Chokichoki
Richeese
7
8
Gery
Chocolat
e
Top
Ce
k
Berat
kemasa
n
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
0,8
0,8
0,1
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,8
0,7
0,8
0,9
0,8
0,8
0,8
0,841
0,833
0,804
0,826
0,871
0,840
0,933
0,941
Rerata
tabel
kemasa
n
4.10-4
4.10-4
4.10-4
4.10-4
4.10-4
4.10-4
4.10-4
4.10-4
4.10-4
4.10-4
4.10-4
4.10-4
4.10-4
4.10-4
4.10-4
4.10-4
4.10-4
4.10-4
4.10-4
4.10-4
4.10-4
5.10-4
5.10-4
Luas
Gramatur
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
3,2.102
3,2.102
3,2.102
3,2.102
3,2.102
3,2.102
3,2.102
3,2.102
3,2.102
3,2.102
3,2.102
3,2.102
3,2.102
3,2.102
3,2.102
336,4
333,2
321,6
330,4
348,4
336
373,2
376,4
Rerata
gramatu
r
320
320
400
320
300
330,4
338
377
Densita
s
Rerata
densita
s
8.105
8.105
8.105
8.105
1.106
1.105
10.105
5
1.10
8.105
8.105
8.105
5
8.10
7.105
8.105
8.105
9.105
8.105
8.105
8.105
8.105
8,41.105
8,33.105 8,26.105
8,04.105
8,26.105
8,71.105 8,46.105
8,40.105
7,46.105 7,54.105
7,52.105
Momogi
10
Chokichoki
3
1
2
3
1
2
3
0,954
0,802
0,820
0,816
0,906
0,913
0,878
5.10-4
5.10-4
5.10-4
5.10-4
4.10-4
4.10-4
4.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
25.10-4
381,6
320,8
328
326,4
362,4
365,2
351,2
325
359
7,63.105
6,41.105
6,56.105 6,50.105
6,52.105
9,06.105
9,13.105 8,99.105
8,78.105
ratanya. Nilai densitas kertas dipengaruhi oleh nilai gramatur dan tebal kertas.
Menurut Casey, (1961) secara teknis rapat massa mempunyai hubungan erat
dengan daya ikatan antar serat dan derajat fibrilisasi serat pulp yang nantinya
berpengaruh pada saat pencetakan (opasitas cetak).
Uji densitas, pada saat praktikum dilakukan dengan memotong kemasan
kertas sampel makanan dengan ukuran 5x5 cm sebanyak 3 buah. Kemudian
dilakukan penimbangan setiap potongan kertas, dan mengukur ketebalan tiap
potongan di 5 tempat dengan menggunakan jangka sorong. Setelah diketahui
ketebalan di 5 tempat berbeda, dilakukan pengukuran rata-rata ketebalan
tersebut, serta dihitung gramatur dan densitasnya.
Hasil perhitungan didapatkan sampel kemasan richeese nilai rerata
gramaturnya adalah 320 gram/m2 dan 330,4 gram/m2 sedangkan densitasnya
adalah 8x105 gram/m3 dan 8,26 x105 gram/m3. Sampel kemasan Gery
Chocolate nilai rerata gramaturnya adalah 320 gram/m 2 dan 338 gram/m2
sedangkan densitasnya adalah 10x105 gram/m3 dan 8,46 x105 gram/m3. Sampel
kemasan TOP nilai rerata gramaturnya adalah 400 gram/m2 dan 377 gram/m2
sedangkan densitasnya adalah 8x105 gram/m3 dan 7,54 x105 gram/m3.
Kemudian sampel kemasan Momogi nilai rerata gramaturnya adalah 320
gram/m2 dan 325 gram/m2 sedangkan densitasnya adalah 8 x105 gram/m3 dan
6,50 x105 gram/m3. Untuk sampel kemasan Choki-choki nilai rerata
gramaturnya adalah 320 gram/m2 dan 359 gram/m2 sedangkan densitasnya
adalah 8x105 gram/m3 dan 8,99 x105 gram/m3.
Adanya keragaman dalam gramatur mengindikasikan pada fluktuasi
pemakaian bahan baku kertas per satuan luas. Semakin kecil gramatur maka
penggunaan bahan baku semakin sedikit, konsumsi energi untuk pengolahan
kertas lebih rendah, mengurangi polusi pabrik, biaya penanganan bahan dan
produk rendah, efisiensi ruang penyimpanan, memperkecil gulungan atau
potongan yang nantinya akan meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses
pembuatan kertas (karton) secara keseluruhan (Nurminah, 2002).
Gramatur pada kemasan dipengaruhi oleh berat bahan dan luas bahan.
Semakin besar berat kertas, semakin besar nilai gramaturnya. Luasanya bahan
yang semakin lebar menyebabkan nilai gramatur semakin kecil. Densitas kertas
dipengaruhi oleh nilai gramatur dan tebal kertas. Semakin besar nilai
gramaturnya maka maka semakin besar pula densitasnya. Semakin besar tebal
bahan menyebabkan nilai densitas semakin kecil. Gramatur dan densitas
ditentukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan kemasan untuk
menahan benturan selama penyimpanan dan distribusi.
Pada pengukuran gramatur pengaruh yang disebabkan oleh kadar air
sangat kecil karena kertas telah dikondisikan dengan kelembaban tertentu
sehingga kandungan air dalam kertas homogen (Suyitno, 1990). Penentuan
gramatur dan densitas kemasan berguna untuk mengetahui efisiensi proses
pengemasan. Pada umumnya kemasan yang memiliki kemampuan proteksi
yang lebih besar terhadap suhu, gas, cahaya, dan tekanan. Dengan mengetahui
gramatur dan densitas memilih kemasan yang paling tepat dan efisien untuk
mengemas produk.
Pengukuran nilai densitas pada plastik sangat penting, karena densitas
dapat menunjukkan struktur plastik secara umum. Aplikasi dari hal tersebut
yaitu dapat dilihat kemampuan plastik dalam melindungi produk dari beberapa
zat seperti air, O2 dan CO2. Birley, et al. (1988), mengemukakan bahwa plastik
dengan densitas yang rendah menandakan bahwa plastik tersebut memiliki
struktur yang terbuka, artinya mudah atau dapat ditembusi fluida seperti air,
oksigen atau CO2. Jadi tidak seperti pada kertas, nilai densitas plastik sangat
penting dalam menentukan sifat-sifat plastik yang berhubungan dengan
pemakaiannya. Dalam perdagangan mungkin digunakan satuan gramatur,
karena satuan ini cukup mewakili pihak produsen (Nurminah, 2002).
Tabel 1.3 Ketahanan Jatuh Kemasan Air Minum Plastik
Ke
Merek
Percobaan
Jumlah rusak
Ketinggian (cm)
Keterangan
l
1
Cokro
Total
Ultra
Cokro
Cokro
Ac
Total
Ultra
Club
10
Ac
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
3
2
3
3
1
1
1
1
0
1
0
1
1
2
1
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
Lulus uji
Tidak lulus
uji
Tidak lulus
uji
Lulus uji
Tidak lulus
uji
Lulus uji
Lulus uji
Lulus uji
Lulus uji
Lulus uji
lulus uji ketahanan jatuh dilihat dari 8 buah sampel tersebut terdapat 3 buah
atau lebih yang rusak maka tidak memenuhi syarat lulus uji (tidak layak).
Apabila kerusakan tidak lebih dari 3 kemasan dinyatakan lulus syarat uji
(layak). Adapun hasilnya dari 4 merek AMDK gelas plastik tersebut yang tidak
lulus uji adalah Cokro, Total, dan Ultra. Pentingnya pengukuran ketahanan
jatuh kemasan karena selama distribusinya sangat memungkinkan air minum
dalam kemasan mengalami benturan.
Pada kelompok 7 menggunakan sampel kemasan air minum total.
Percobaan dilakukan selama 8 kali dengan perlakuan yang sama dari
ketinggian 75 cm. Dari hasil pengamatan secara visual mengalami kerusakan
sebanyak 1 kemasan pada percobaan pertama, dan keruskaan 0 pada percobaan
kedua. Dengan demikian kemasan yang digunakan layak. Percobaan dilakukan
selama 8 kali dengan perlakuan yang sama. Dari hasil pengamatan secara
visual tidak mengalami kerusakan. Dengan demikian kemasan yang digunakan
layak. Dari percobaan dapat dinyatakan bahwa kemasan jenis aqua lulus uji.
Dengan penggunaan kemasan air minum yang berbeda juga mempengaruhi
hasil akhir yang berbeda pula, hal tersebut dipengaruhi oleh faktor bahan
kemasan yang digunakan dan kecepatan ketahanan jatuh.
Jika kemasan tidak memiliki ketahanan jatuh maka tingkat kerusakan
selama distribusi akan sangat besar dan hal ini akan sangat merugikan pihak
produsen maupun konsumen.
E. Kesimpulan:
Kesimpulan dari praktikum Pengemasan Acara I Global Migrasi,
Gramatur, Densitas Kemasan, dan Ketahanan Jatuh adalah sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
A.Yuyun. 2010. Inspirasi Usaha Makanan dan Minuman untuk Home Industri.
Agromedia Pustaka. Jakarta Selatan.
Alin, Jonas. 2012. Migration from Plastic Food Packaging during Microwave
Heating. Journal of Agricultural and Food Chemistry 61(6) pp 1405-1415
Buckle, K. A., R.A Edwards., G.H Fleet., dan M. Wooton. 1987. Ilmu Pangan. UI
Press. Jakarta.
Fardhyanti, Dewi Selvia dan Ria Dwita Riski. 2015. Pemungutan Brazilin dari
Kayu Secang (Caesalpinia sappan L) dengan Metode Maserasi dan
Aplikasinya Untuk Pewarnaan Kain. Jurnal Bahan Alam Terbarukan, Vol
4, Edisi 1.
Hendrasty, Henny Krissetiana. 2013. Pengemasan dan Penyimpanan Bahan
Pangan. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Ik.pom.go.id
Marsh, Kenneth., dan Betty Bugusu. 2007. Food PackagingRoles, Materials,
and Environmental Issues. Journal of Food Science Vol. 72, Nr. 3,.
Nurminah, Mimi. 2002. Penelitian Sifat Berbagai Bahan Kemasan Plastik dan
Kertas serta Pengaruhnya Terhadap Bahan Yang Dikemas. USU digital
library.
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia
Nomor : HK 00.05.55.6497 Tentang Bahan Kemasan Pangan.
Pratiwi, Dini Novalia. 2011. Optimalisasi Reaksi Esterifikasi Asam Asetat
Dengan 1-Heksena, Sebagai Salah Satu Tahapan Pada Proses Pembuatan
Etanol. Skripsi Program Studi Kimia Fakultas Sains Dan Teknologi. P
Pudjiastuti, Wiwik., Arie Listyarini.,Sudirman. 2012. Polimer Nanokomposit
Sebagai Master Batch Polimer Biodegradable Untuk Kemasan Makanan.
Jurnal Riset Industri Vol. VI No. 1.
Reynier, A., P. Dole dan A. Feigenbaum. 2002. Migration of additives from
polymers into food simulants: numerical solution of a mathematical model
taking into account food and polymer interactions. Food Additives and
Contaminants, 2002, Vol. 19, No. 1.
Sutarminingsih, Lilies. 2004. Peluang Usaha Nata De Coco. Kanisius.
Yogyakarta.