Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH TEKNOLOGI PENGEMASAN

MERANCANG DESAIN KEMASAN BOCIL (BOLA-BOLA CILOK)

Oleh:
SRI WULANDARI 180331100085
MIA DEWI SURYA AJIID 180331100089

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
BANGKALAN
2020
I. PENDAHULUAN

Pengemasan merupakan suatu tindakan menutup maupun membungkus suatu


barang. Pengemasan bisa disebut juga merancang desain kemasan dan memproduksi
wadah atau pembungkus dari suatu produk (Mukhtar dan Nurif 2015). Pengemasan
dapat berfungsi sebagai pelindung bahan yang dikemas dari kerusakan serta berperan
secara tidak langsung dalam menurunkan laju respirasi dan transpirasi. Fungsi lain dari
pengemasan yaitu dapat mempermudah penanganan dan dapat meningkatkan
pelayanan (Suhartono dan Rakhmat 2017).
Kemasan merupakan tempat atau wadah pembungkus produk yang memiliki
desain, label, warna, bentuk dan material yang berfungsi sebagai pelindung produk di
dalamnya dan dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan yang terjadi
pada bahan yang dikemas (Julianti dan Nurminah 2006). Kemasan selalu melibatkan
desain agar pesan produk tersampaikan kepada konsumen (Mufreni 2016). Selain itu
kemasan berfungsi untuk mengirim, menyimpan, mengidentifikasi dan menjadi
pembeda dengan produk lain dalam pemasarannya (Amelia 2017). Kemasan dijadikan
sebagai pemikat awal untuk mempengaruhi konsumen agar dapat memperoleh respon
positif sehingga konsumen mau membeli produk tersebut, karena tujuan dilakukannya
pengemasan yaitu agar menciptakan penjualan (Uchyani dan Irianto 2016).
Kerusakan pangan selama penyimpanan dapat diminimalkan dengan
memberikan kondisi tertentu, seperti jenis kemasan. Bahan kemasan yang digunakan
bervariasi dari bahan kertas, plastik, gelas, logam dan fiber yang dilaminasi. Pemilihan
bentuk dan jenis kemasan harus disesuaikan dengan produk yang akan dikemas
(Johnrencius et al. 2017). Cara pengemasan sangat erat kaitannya dengan komoditas
atau produk yang dikemas dan cara transportasinya, sehingga pengemas harus memberi
perlindungan bagi kemungkinan perubahan keadaan yang nantinya bisa mempengaruhi
kualitas produk (Amelia 2017).
Desain kemasan harus dapat menjadi media komunikasi antar produsen dengan
calon konsumen, selain untuk memberikan daya tarik dari sisi visual, sehingga dalam
desain kemasan harus terdapat informasi-informasi yang harus diketahui oleh calon
konsumen sehingga calon konsumen merasa tidak asing dengan produk yang dikemas.
Semakin lengkap informasi yang tercantum dalam kemasan semakin pula memberikan
persepsi yang lebih baik kepada produk. Beberapa informasi yang harus dicantumkan
dalam desain kemasan yaitu, nama produk/nama Makanan, komposisi/daftar
Ingredients, Isi/netto (Syukrianti dan Nurif 2015).
Kewajiban dalam melengkapi informasi pada label produk makanan kemasan
telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Pelaku
usaha usaha produk makanan kemasan wajib mencantumkan label sperti yang diatur
dalam Pasal 97. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 yang berbunyi: “Setiap orang
yang memproduksi pangan di dalam negeri untuk diperdagangkan wajib
mencantumkan label di dalam/atau pada kemasan pangan.” Berdasarkan ketentuan
yang mengatur label tersebut, maka pelaku usaha wajib mencantumkan label pada
produk makanan kemasan agar memberikan rasa aman kepada konsumen.
II. DESKRIPSI PRODUK

Cilok merupakan makanan khas jawa barat. Cilok bentuknya bulat seperti bakso ,
hanya berbeda pada bahan dasarnya, karena terbuat dari tepung tapioka maka cilok
terasa kenyal. Cilok merupakan salah satu jajanan indonesia yang cukup digemari oleh
semua kalangan mulai dari anak kecil hingga dewasa (Fauziyah et al. 2016). Bahan
dasar pembuatan cilok antara lain yaitu tepung tapioka, tepung terigu, garam, gula
pasir, kaldu bubuk, rempah-rempah dan lain-lain. Nilai gizi yang terkandung dalam 1
buah cilok yaitu energi 167 kj, 40 kkal, lemak 0,39 gram terdiri dari lemak jenuh 0,79
gram, lemak tak jenuh ganda 0,96 gram, lemak tak jenuh tunggal 0,175 gram, kolesterol
6 mg, protein 0,37 gram, karbohidrat 8,73 gram, serat 0,1 gram, gula 0,3 gram, sodium
33 mg, kalium 7 mg.
Adapun cara memasak cilok yaitu pertama rebus air hingga mendidih, yang kedua
masukkan cilok pada air mendidih, ketiga tunggu hingga mengapung dan tiriskan,
yang terakhir sajikan selagi panas dengan saos pilihan. Agar produk ini tahan lama dan
tidak cepat basi atau rusak, sangat di anjurkan untuk menyimpannya pada suhu freezer
karena jika disimpan pada suhu freezer produk dapat bertahan kurang lebih selama 40
hari, apabila di simpan pada suhu kulkas akan bertahan selama 14 hari. Namun jika
disimpan pada suhu ruang produk akan bertahan selama 3 hari.
Kemasan produk BOCIL (Bola-bola Cilok) merupakan kemasan yang dapat di
pakai berulang kali (multitrip). Berdasarkan struktur sistem kemas (kontak produk
dengan kemasan) kemasan produk ini termasuk pada kemasan sekunder karena tidak
bersentuhan langsung dengan produknya akan tetapi membungkus produk yang telah
dikemas dengan kemasan primer. Bentuk kemasan produk ini yaitu jenis kemasan yang
bersifat semi kaku. Ukuran dari kemasan produk BOCIL (Bola-bola Cilok) ini yaitu
memiliki diameter ± 11 cm untuk kemasan bagian atas sedangkan kemasan bagian
samping memiliki panjang ± 30 cm dengan lebar 6 cm. Kemasan produk BOCIL (Bola-
bola Cilok) memakai bahan plastik tepatnya yaitu plastik jenis PET. Beberapa
informasi yang tertera dalam desain kemasan yaitu, nama produk/merek, komposisi,
Isi/netto, logo halal, nomor BPOM, informasi nilai gizi, tanggal produksi dan
kadaluarsa, cara penyimpanan, custumer service, barcode, cara memasak, nama
perusahaan yang memproduksi, logo jenis kemasan plastik PET dan logo recycle.
III. DESAIN KEMASAN

3.1 Bentuk Kemasan


Berdasarkan sifat kekakuannya kemasan dibedakan menjadi, kemasan
fleksibel, yaitu jika bahan kemas mudah dilenturkan, misalnya plastik, kertas, foil.
Kemasan kaku, yaitu jika bahan kemas bersifat keras, kaku, tidak tahan lenturan, patah
bila dipaksa dibengkokkan. Misalnya kayu, gelas, dan logam. Kemasan semi
kaku/semi fleksibel, yaitu bahan kemas yang memiliki sifat-sifat antara kemasan
fleksibel dan kemasan kaku (Amelia 2017). Klasifikasi kemasan berdasarkan tingkat
kesiapan pakai dapat dibedakan menjadi wadah siap pakai dan wadah siap dirakit atau
wadah yang memerlukan tahap perakitan sebelum diisi (Julianti dan Nurminah 2006).
Kemasan dari produk BOCIL (Bola-bola Cilok) ini merupakan jenis kemasan yang
bersifat semi kaku. Ukuran dari kemasan produk BOCIL (Bola-bola Cilok) ini yaitu
memiliki diameter ± 11 cm untuk kemasan bagian atas sedangkan kemasan bagian
samping memiliki panjang ± 30 cm dengan lebar 6 cm.

3.2 Bahan Kemasan


Kemasan produk BOCIL (Bola-bola Cilok) memakai bahan plastik tepatnya
yaitu plastik jenis PET. Plastik selain harganya terjangkau juga mudah untuk
didapatkan. Metal foil berasal dari mineral bumi, biasanya yang sering digunakan
karena murah dan melimpah adalah almunium. Karakter dari mineral ini adalah tidak
beracun, tahan minyak tahan terhadap lingkungan asam. (Mufreni 2016). Plastik
cenderung bersifat transulen atau transparan (setidak - tidaknya sebagai lembaran
tipis). Selain itu beberapa jenis plastik bersifat fleksibel dan dapat mudah dibentuk
khusunya dipanaskan. Meskipun istilah plastik dan polimer seringkali dipakai secara
sinonim, namun tidak berarti semua polimer adalah plastik. Plastik merupakan
polimer yang dapat dicetak menjadi berbagai bentuk yang berbeda. Sifat plastik pada
dasarnya adalah antara serat dan elastomer. Selain sifat yang telah disebutkan pada
paragraf sebelumnya,plastik juga memiliki berbagai sifat yang menguntungkan,
diantaranya yaitu umumnya kuat namun ringan, secara kimia stabil (tidak bereaksi
dengan udara, air, asam, alkali dan berbagai zat kimia lain), biasanya transparan dan
harganya relatif murah. Namun kerugian dalam penggunaan barang plastik yaitu sukar
dihancurkan sehingga dapat menyebabkan polusi lingkungan, dapat menyebabkan
penyakit ginjal, hati, otak bahkan syaraf apabila bahan plastik berinteraksi dengan
bahan makanan yang bertemperatur tinggi dan lain sebagainya (Nugraheni 2017).
Jenis plastik PET adalah hasil kondensasi polimer etilen glikol dan asam
treptalat,dan dikenal dengan nama dagang mylar. Jenis plastik ini banyak digunakan
dalam laminasi terutama untuk meningkatkan daya tahan kemasan terhadap kikisan
dan sobekan sehingga banyak digunakan sebagai kantung-kantung makanan. Sifat-sifat
dari PET yaitu tahan terhadap suhu tinggi, transparan, permeabilitas uap air dan gas
rendah, tahan terhadap pelarut organik, kuat dan tidak mudah sobek (Julianti dan
Nurminah 2006).

3.3 Informasi Kemasan


Desain kemasan harus dapat menjadi media komunikasi antar produsen dengan
calon konsumen, selain untuk memberikan daya tarik dari sisi visual, sehingga dalam
desain kemasan harus terdapat informasi-informasi yang harus diketahui oleh calon
konsumen sehingga calon konsumen merasa tidak asing dengan produk yang dikemas.
Semakin lengkap informasi yang tercantum dalam kemasan semakin pula memberikan
persepsi yang lebih baik kepada produk. Beberapa informasi yang harus dicantumkan
dalam desain kemasan yaitu, nama produk/nama Makanan, komposisi/daftar
Ingredients, Isi/netto (Syukrianti dan Nurif 2015).
Kemasan harus memiliki beberapa label seperti nama merk, kandungan
gizi, cara penyajian, berat bersih, tempat produksi, logo BPOM, logo halal, logo jenis
kemasan dan waktu produksi. Pengertian label pangan menurut Pasal 1 angka 15 UU
tentang Pangan Pasal 1 angka 3 PP tentang Label dan Iklan Pangan adalah setiap
keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi
keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke
dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan. Pasal 88 Tahun
1996 tentang Pangan yang menyatakan bahwa setiap orang yang memproduksi atau
memasukkan ke dalam wilayah Indonesia makanan yang dikemas untuk
diperdagangkan wajib mencantumkan label pada, di dalam, dan atau di kemasan
pangan.Keterangan yang harus dicantumkan dalam label pada Undang – Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun
1996 tentang Label dan Iklan Pangan terdapat kesamaan yakni terdiri dari lima unsur
antara lain memuat nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat bersih atau isi
bersih, nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke dalam
wilayah Indonesia, dan tanggal, bulan dan tahun kadaluarsa (Muslimah 2012).
Keterangan dari setiap label pada kemasan dapat dilihat dalam penjelasan di bawah ini:

1. Merek
Merek merupakan nama, istilah, lambang atau desain yang dimaksudkan untuk
mengidentifikasi barang atau jasa oleh penjual dan menjadi pembeda diantara para
pesaing. Selain itu merek juga memiliki beberapa indikator seperti dapat diingat,
bermakna, dapat disukai, disesuaikan dan dapat dilindungi (Imelda et al. 2016). Merek
berperan sebagai Brand Image sehingga dipandang dapat menaikkan gengsi atau status
seorang pembeli (Amalia 2017). Merek untuk produk cilok instant ini yaitu BOCIL
(Bola-bola Cilok).
2. Komposisi
Salah satu hal penting yang harus dilakukan oleh pengusaha dibidang makanan
kemasan adalah mencantumkan komposisi bahan pada label kemasan. komposisi
bahan merupakan daftar bahan yang digunakan untuk membuat suatu makanan.
Komposisi bahan sangat berpengaruh terhadap keamanan konsumen dalam
mengkonsumsi makanan tersebut. Bahan pembuatan makanan dapat diperoleh dari
berbagai sumber, baik berasal dari hewan maupun tumbuhan alami. Ini dilakukan untuk
meningkatkan “mutu” makanan tersebut, baik dari segi rasa, tekstur, maupun warna.
Selain bahan utama, bahan yang sering digunakan adalah bahan tambahan. Bahan ini
berasal dari proses kimiawi bahan alami maupun proses kimiawi bahan sintetik
(Pratiwi 2019). Komposisi dari produk BOCIL (Bola-bola Cilok) ini antara lain tepung
tapioka, tepung terigu,, gula pasir, garam, kaldu bubuk, dan rempah-rempah.

3. Kandungan gizi
Informasi gizi pada label pangan menjadi salah satu sumber informasi. untuk
mengetahui apakah makanan tersebut sehat. Informasi gizi kemasan produk pangan
yang memuat gambaran isi dan kandungan gizi dari pangan tersebut merupakan media
informasi yang dapat dimanfaatkan konsumen untuk memilih pangan kemasan yang
sehat. Untuk memudahkan konsumen memilih makanan yang sesuai dengan
kebutuhannya, terutama terkait makanan dengan kandungan yang perlu dibatasi,
penting sekali untuk membiasakan membaca label khususnya informasi nilai gizi yang
tertera pada kemasan pangan. Orang yang paham mengenai gizi, mementingkan gizi
dibandingkan dengan rasa ketika membeli makanan, dan percaya terdapat hubungan
antara asupan makanan dengan kondisi kesehatan, lebih mungkin untuk membaca
informasi nilai gizi pada label pangan (Huda dan Andrias 2016). Kandungan gizi yang
terdapat pada produk BOCIL (Bola-bola Cilok) ini antar lain : energi 167 kj, 40 kkal,
lemak 0,39 gram terdiri dari lemak jenuh 0,79 gram, lemak tak jenuh ganda 0,96 gram,
lemak tak jenuh tunggal 0,175 gram, kolesterol 6 mg, protein 0,37 gram, karbohidrat
8,73 gram, serat 0,1 gram, gula 0,3 gram, sodium 33 mg, kalium 7 mg.

4. Logo BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan)


Sistem pengawasan harus memiliki kriteria tertentu seperti mengawasi
kegiatan-kegiatan dengan benar, tepat waktu, biaya yang efektif, tepat-akurat dan dapat
diterima oleh yang bersangkutan. Sehingga jika semua kriteria di atas terpenuhi maka
sistem pengawasan menjadi semakin lebih efektif. Sistem pengawasan BPOM dapat
dilihat dari 7 kategori yaitu regulasi, standarisasi, registrasi, inspeksi, sampling, public
warning dan layanan konsumen. Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
melakukan pengawasan terhadap peredaran produk makanan dan minuman kemasan
melalui pengawasan pre-market dan post-market (Anggriawan dan Mutiarin 2019).
Pada produk BOCIL (Bola-bola Cilok) terdapat logo BPOM yang artinya telah
mendapat izin edar produksi. Adanya izin edar menunjukkan bahwa produk tersebut
telah memenuhi standar keamanan dan mutu. Keuntungan dari izin edar suatu produk
pangan yaitu menjamin bahwa produk aman, baik dan bermutu, selain itu akan
meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk sehingga akan meningkatkan
omset penjualan (Yulianti dan Mustarichie 2018).

5. Logo Halal MUI (Majelis Ulama Indonesia)


Sertifikat produk halal diberikan oleh MUI kepada perusahan pengusul yang di
dalamnya tercantum antara lain, logo halal MUI, nama perusahaan, alamat perusahaan,
Jenis produk, nomor sertifikat, Status, baru/perpanjangan. Sertifikasi halal merupakan
upaya perlindungan konsumen (muslim). yang dijalankan oleh LPPOM-MUI, selain
menjalankan ajaran Islam, dilihat dari sudut pandang konsumen LPPOM-MUI
berperan sebagai lembaga dan aktor yang menjaga setiap produk makanan, minuman,
obat-obatan, dan kosmetika yang akan beredar di pasaran (Sodiman 2018). Pada
produk BOCIL (Bola-bola Cilok) ini terdapat logo halal MUI (Majelis Ulama
Indonesia).

2.4 Gambar Desain Kemasan


Kemasan harus dapat memberikan nilain tambah terhadap produk yang
dikemasnya. Tampilan dari suatu produk akan memberikan kesan awal pada konsumen
sehingga akhirnya memutuskan untuk membeli suatu produk, karena dari kemasan
tersebut akan memberikan pesan, informasi mengenai produk kepada konsumen.
Kemasan harus didesain sederhana, fungsional dan menciptakan respon emosional
positif sehingga akan menarik perhatian konsumen dari segi visual, rasioanl dan
emosioanal (Apriyanti 2018). Berikut merupakan gambar desain kemasan produk
BOCIL (Bola-bola Cilok): NILAI GIZI

CARA
CARA BARCODE COSTUMER
NO. BPOM PENYIMPANAN
MEMASAK SERVICE
DAN BERAT KOMPOSISI
TEMPAT TGL DAN
BERSIH PRODUKSI EXP. DATE
LOGO HALAL MUI MEREK
DAFTAR PUSTAKA

Adhitya, P. 2014. Kewajiban Pelaku Usaha Mencantumkan Tanggal Kadaluarsa pada


Label Kemasan Produk Pangan Olahan (Industri Rumah Tangga) di Kota
Pontianak. Skripsi. Universitas Tanjungpura. Pontianak.
Amelia, D. 2017. Perancangan Desain Kemasan Peppy’s Snack Surabaya. Jurnal seni
rupa, 5(3): 584-590.
Anggriawan, F. dan Mutiarin, D. 2019. Efektivitas Pengawasan Badan Pengawas Obat
dan Makanan (BPOM) Terhadap Peredaran Makanan Impor Oleh Pedagang
UMKM di Kota Pekanbaru. Journal Of Government And Civil Society, 3(1):
47-61.
Apriyanti, M.E. 2018. Pentingnya Kemasan terhadap Penjualan Produk Perusahaan.
http://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/sosio_ekons, 10(1): 20-27
Huda, Q.A dan Andrias, D.R. 2016. Sikap dan Perilaku Membaca Informasi Gizi pada
Label Pangan serta Pemilihan Pangan Kemasan. Media Gizi Indonesia, 11(2)
: 175–181.
Imelda, p. 2016. Pengaruh Merek, Kualitas Produk dan Kemasan terhadap Keputusan
Pembelian Plester Hansaplast di Kota Padang. Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan. , 7(1): 1-11.
Julianti, E. dan Nurminah, M. 2006. Buku Ajar Teknologi Pengemasan. Medan:
Departemen Teknologi Pertanian.
Johnrencius, M., Herawati, N dan Johan, V.S. 2017. Pengaruh Penggunaan Kemasan
terhadap Mutu Kukis Sukun. JOM Faperta UR, 4(1):1-14.
Mukhtar, S. dan Nurif, M. 2015. Peranan Packaging dalam Meningkatkan Hasil
Produksi terhadap Konsumen. JSH Jurnal Sosial Humaniora, 8(2): 181-191.
Mufreni, A.N.F. 2016. Pengaruh Desain Produk, Bentuk Kemasan dan Bahan Kemasan
terhadap Minat Beli Konsumen (Studi Kasus Teh Hijau Serbuk Tocha). Jurnal
Ekonomi Manajemen, 2(2):48-54.
Muslimah, S. 2012. Label Halal pada Produk Pangan Kemasan dalam Perspektif
Perlindungan Konsumen Muslim. Jurnal Yustisia, 1(2): 86-97.Suhartono dan
Iskandar, R. 2017. Pengaruh Penggunaan Berbagai Jenis Kemasan Kertas
terhadap Daya Simpan Kubis (Brassica Oleracea). Jurnal Siliwangi. 3(2):
222-229.
Nugraheni, M. 2017. Kemasan Pangan. Plantaxia: Yogyakarta.
Pratiwi. R. 2019. Pencantuman Komposisi Bahan pada Label Makanan Sebagai Hak
Hukum di Kota Pekanbaru. Jurnal Gagasan Hukum, 1(1): 63-87.
Sucipta, N., Suriasih, K dan Kencana, P.K.D. 2017. Pengemasan Pangan Kajian
Pengemasan Yang Aman, Nyaman, Efektef dan Efesien. Udayana University
Press: Denpasar.
Sodiman. 2018. Sertifikasi Halal Produk Makanan Sebagai Perlindungan Konsumen
Muslim; Studi di Lembaga Pengkajian Pangan Obat-Obatan dan Kosmetika-
Majelis Ulama Indonesia Sulawesi Tenggara. Jurnal Studi Ekonomi dan Bisnis
Islam. 3(1): 85-99.
Uchyani, R. dan Irianto, H. 2016. Pengembangan Pasar Produk Olahan Kacang Melalui
Perbaikan Kemasan. Asian Journal of Innovation and Entrepreneurship. 1(1):
62-67
Yulinti, M.D dan Mustarichie, R. 2018. Tata Cara Registrasi untuk Pangan Olahan
Industry Rumah Tangga (PIRT) dan Makanan Dalam Negeri (MD) Dalam
Rangka Peningkatan Produk yang Aman dan Bermutu di Bandung Jawa Barat.
Formaka, 15(3): 57-64.
LAMPIRAN:

Anda mungkin juga menyukai