Anda di halaman 1dari 9

KELOMPOK IV

1.Natasya Febrina Putri (20752021)

2. Piji Dewi Artika Sari (20752025)

3. Senni Mawar J Sihombing(20752032)


Jenis-jenis bagi hasil
Sebelum memahami beberapa akad bagi hasil dalam sistem perbankan, ketahui dulu skema bagi
hasil berikut ini:

1. Profit sharing

Profit sharing adalah keuntungan yang berasal dari pendapatan yang sudah dikurangi dengan
ongkos produksi atau operasional sehingga hasil yang didapatkan merupakan keuntungan bersih.

2. Gross profit sharing

Sedikit berbeda dengan profit sharing, gross profit sharing berasal dari pendapatan yang
dikurangi harga pokok penjualan. Laba tersebut belum dikurangi dengan pajak, biaya
administrasi, serta biaya pemasaran lainnya. Inilah yang disebut dengan laba kotor atau gross
profit sharing.

3. Revenue sharing

Lain lagi dengan revenue sharing. Revenue sharing adalah pendapatan yang belum dikurangi
dengan biaya operasional dan komisi dalam sistem perbankan.

Dalam hal ini, bagi hasil di dalam sistem perbankan menganut prinsip profit sharing atau
pembagian laba bersih antara kreditur dan juga debitur. Sedangkan dalam sistem usaha bersama,
bagi hasil bisa ditentukan berdasarkan skema bagi hasil yang dipilih sesuai dengan akad atau
perjanjian di awal.

Jenis-Jenis Akad dalam Bagi Hasil Beserta Contohnya

1.Akad Murabahah

Akad Murabahah merupakan Akad Kerjasama antar pihak pertama (Malik, Shahibulmal, atau
Nasabah) sebagai pemilik dana dengan pihak kedua (‘amil, mudharib, atau Bank Syariah) yang
berperan sebagai pengelola dana dengan membagikan keuntungan usaha sesuai dengan
kesepakatan yang dituangkan dalam Akad.

Contoh :

● Shahibul maal yang bermitra dengan mudharib untuk usaha percetakan selama 6 bulan.
Shahibul Maal memberikan uang untuk modal usaha sebesar Rp. 30 juta. Dan kedua belah pihak
sepakat dengan nisbah bagi hasil 40:60 (40% keuntungan untuk shahibul maal).Setelah
menjalankan usaha selama 6 bulan, modal usaha telah berkembang menjadi Rp. 50 juta, sehingga
mudharib memperoleh keuntungan sebesar Rp. 20 Juta (Rp. 50 juta – Rp. 30 Juta). Maka, sesuai
perjanjian yang telah dibuat diawal shahibul maal berhak mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 8
Juta (40% x Rp. 20 juta). Dan sisanya sebesar Rp. 12 juta menjadi hak mudharib.

● Pemilik Modal atau Shahibul maal membuat akad mudharabah dengan mudharib antara
dengan modal usaha Rp 30 juta dan kesepakatan nisbah bagi hasil dianatara keduanya sebesar
50:50. Dan jangka waktu selama 6 bulan.

Lalu, Mudharib antara kemudian membuat perjanjian mudharabah dengan mudharib akhir yang
akan mengelola usaha konveksi, dengan jangka waktu selama 6 bulan. Kedua belah pihak
membuat kesepakatan nisbah bagi hasil diantara keduanya sebesar 40:60 (40% untuk mudharib
antara).

Pada Akhir masa akad mudharabah atau setelah 6 bulan, keuntungan mudharib akhir adalah Rp.
20 Juta, maka bagian keuntungan mudharib antara adalah Rp. 8 juta (40% x Rp. 20 juta).

Dikarenakan adanya perjanjian awal dengan Pemilik Modal (Shahibul Maal), maka pendapatan
yang diterima Mudharib antara harus dibagi dengan shahibul maal sebesar perjanjian nisbah
yang disepakati. Sehingga diakhir perjanjian shahibul maal memperoleh pendapatan bagi hasil
sebesar Rp. 4 juta (yaitu 50% x Rp. 8 juta).

2. Akad musyarakah

Akad musyarakah adalah perjanjian antara kedua belah pihak dalam investasi atau kerja sama
usaha yang sumber modalnya berasal dari kedua belah pihak.

Contoh :

● Seorang peternak lele, mampu menghasilkan 50 Kg lele per harinya. Dia berencana menaikan
kapasitas produksinya hingga mencapai 100 Kg / hari. Namun, Keuntungan yang diperolehnya
tidak mencukupi untuk membiayai keseluruhan kebutuhan penambahan luas kolam lele,
pembelian bibit dan pakan lele.

Peternak lele kemudian menawarkan kerjasama usaha kepada investor, dengan persyaratan
modal dari investor 60% dan peternak sisanya. Porsi keuntungan dapat disepakati, apakah dari
keseluruhan kapasitas produksi 100 kg/hari, atau mengunakan hasil penambahan kapasitas
produksi sebesar 50 kg/hari.

● Pak Burhan telah menjalankan usaha restoran dengan modal senilai Rp. 100.000.000,- untuk
memperbesar usahanya pak Burhan sepakat melakukan kerja sama dengan BPRS Syariah Way
Kanan dengan mendapat dana tambahan sebesar Rp. 100.000.000,-. Nisbah bagi hasilnya adalah
75% untuk pengelola dan 25% untuk Bank BPRS Syariah Way Kanan. Pada bulan pertama
usaha tersebut memperoleh keuntungan bersih Rp. 5.000.000,- maka bagi hasilnya untuk Pak
Burhan Rp. 3.750.000,- dan untuk BPRS Syariah Way Kanan adalah Rp. 1.250.000,- sedang
pada bulan lain sesuai pada keuntungan bulan berjalan.
3. Akad Murabahah

akad murabahah adalah jual beli barang dengan keuntungan yang diketahui oleh kedua belah
pihak.

Contoh:

● Shahibul maal yang bermitra dengan mudharib untuk usaha percetakan selama 6 bulan.


Shahibul Maal memberikan uang untuk modal usaha sebesar Rp. 30 juta. Dan kedua belah pihak
sepakat dengan nisbah bagi hasil 40:60 (40% keuntungan untuk shahibul maal).

Setelah menjalankan usaha selama 6 bulan, modal usaha telah berkembang menjadi Rp. 50 juta,
sehingga mudharib memperoleh keuntungan sebesar Rp. 20 Juta (Rp. 50 juta – Rp. 30 Juta).
Maka, sesuai perjanjian yang telah dibuat diawal shahibul maal berhak mendapatkan keuntungan
sebesar Rp. 8 Juta (40% x Rp. 20 juta). Dan sisanya sebesar Rp. 12 juta menjadi hak mudharib.

● Pemilik Modal atau Shahibul maal membuat akad mudharabah dengan mudharib antara


dengan modal usaha Rp 30 juta dan kesepakatan nisbah bagi hasil dianatara keduanya sebesar
50:50. Dan jangka waktu selama 6 bulan. Lalu, Mudharib antara kemudian membuat perjanjian
mudharabah dengan mudharib akhir yang akan mengelola usaha konveksi, dengan jangka waktu
selama 6 bulan. Kedua belah pihak membuat kesepakatan nisbah bagi hasil diantara keduanya
sebesar 40:60 (40% untuk mudharib antara). Pada Akhir masa akad mudharabah atau setelah 6
bulan, keuntungan mudharib akhir adalah Rp. 20 Juta, maka bagian keuntungan mudharib antara
adalah Rp. 8 juta (40% x Rp. 20 juta). Dikarenakan adanya perjanjian awal dengan Pemilik
Modal (Shahibul Maal), maka pendapatan yang diterima Mudharib antara harus dibagi
dengan shahibul maal sebesar perjanjian nisbah yang disepakati. Sehingga diakhir perjanjian
shahibul maal memperoleh pendapatan bagi hasil sebesar Rp. 4 juta (yaitu 50% x Rp. 8 juta)
Akad-Akad transaksi keuangan syariah dalam kehidupan sehari-hari

● Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)

Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil adalah sebagai berikut:

1.Pembiayaan musyarakah

Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah musyarakah (syirkah atau syarikah). Transaksi
musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai
aset yang mereka miliki secara bersama-sama. Semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak
atau lebih di mana mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik
yang berwujud maupun yang tidak berwujud.

CONTOH:

1) Bagi Hasil Dengan Menggunakan Revenue Sharing Dasar perhitungan bagi hasil yang
menggunakan revenue sharing adalah perhitungan bagi hasil yang didasarkan atas penjualan
dan pendapatan kotor atas usaha sebelum dikurangi dengan biaya. Bagi hasil dalam revenue
sharing dihitung dengan mengalikan nisbah yang telah disetujui dengan pendapatan bruto.
Contoh berikut untuk mempermudah penjelasan: Deposito ibu fitri Rp 10 juta berjangka waktu 6
bulan. Perbandingan nisbah bank dan nasabah adalah 48%:52%. Total saldo semua deposan
adalah Rp 200 milyar dan bagi hasil yang dibagikan adalah Rp 3 milyar. Bagi hasil yang
didapat ibu fitri adalah:
Rp 10.000.000 x Rp 3.000.000.000 x 52% = 78.000

Rp 200.000.000.000

2) Bagi Hasil Dengan Menggunakan Profit/Loss Sharing Dasar perhitungan bagi hasil dengan
menggunakan bagi hasil yang dihitung dari laba/rugi usaha. Kedua pihak bank syariah maupun
nasabah akan memperoleh keuntungan atas hasil usaha mudharib dan ikut menanggung
kerugian bila usahanya mengalami kerugian.12 Sedangkan contoh bagi hasil menggunakan
profit/loss sharing: Deposito bapak doni Rp 15 juta berjangka waktu 6 bulan. Perbandingan
nisbah bank dan nasabah adalah 48%:52%. Total saldo semua deposan adalah Rp 200 milyar
dan bagi hasil yang dibagikan adalah Rp 4 milyar. Bagi hasil yang didapat bapak doni adalah:

Rp 15.000.000 x Rp 4.000.000.000 x 52% = 15.600

Rp 200.000.000.000

Anda mungkin juga menyukai