Disusun Oleh :
Indra Prasetya
1817011075
KIMIA
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
Perkembangan Kimia Modern
Di Bidang Industri Pengolahan Lateks Menjadi Sarung Tangan Karet
Perkembangan industri lateks di Indonesia umumnya sudah sangat ketat dan maju.
Industri sarung tangan karet merupakan salah satu manufakturhilir yang tengah
diprioritaskan pengembangannya sebagai sektor padat karya berorientasi ekspor.
Industri ini juga dipacu daya saing nya melalui kegiatan riset teknologi secara
mandiri agar meningkatkan produksi dan inovasi.
“Industri sarung tangan karet mampu bertahan dan berkembang dengan baik dari segi
kemampuan produksi maupun ekspor, meskipun saat ini masih menghadapi kendala
ketidak pastian pasokan gas baik dari sisi volume maupun harga yang relatif masih
kurang kompetitif jika dibandingkan dengan negara pesaing lainnnya,” kata Menteri
Perindustrian Airlangga Hartarto pada Peresmian Glove Plant 6 PT. Medisafe
Technologies di Deli Serdang, Sumatera Utara, Kamis (23/2).
Menperin mengungkapkan, produsen sarung tangan karet nasional saat ini mampu
menunjukkan eksistensinya di kancah persaingan global baik secara kualitas maupun
kuantitas. Hal ini dilihat dari kemampuan produk sarung tangan karet Indonesia yang
menembus pasar ekspor, dimana lebih dari 90 persen dipasarkan ke berbagai negara
di benua Amerika dan Eropa.
“Nilai ekspor sarung tangan karet Indonesia tahun 2016 sebesar USD 232,50 juta atau
menempatkan posisi sarung tangan karet sebagai produk ekspor kedua terbesar
setelah ban dalam produk barang-barang karet hilir,” paparnya.
“Berbekal hal tersebut, Pemerintah telah memiliki landasan yang kuat untuk
mengambil kebijakan-kebijakan untuk semakin mendorong pertumbuhan industry
berbasis karet, antara lain memberikan proteksi, mengoptimalkan iklim usaha serta
pemberian berbagai macam fasilitas insentif bagi industry existing dan calon investor
baru,” papar Teddy.
Dalam upaya peningkatan kinerja industri sarung tangan karet nasional, menurutnya,
keberadaan fasilitas penelitian dan pengembangan sangat diperlukan mengingat
Indonesia merupakan negara penghasil karet alam terbesar kedua di dunia setelah
Thailand. Namun, selama ini 80 persen produk karet alam primer Indonesia diekspor
dan hanya 20 persen yang dikonsumsi dalam negeri.
“Untuk itu, kami berharap agar pembangunan fasilitas penelitian dan pengembangan
menjadi salah satu prioritas bagi produsen sarung tangan karet dalam rangka
meningkatkan daya saing industri nasional,” ujar Teddy. Selanjutnya, produsen
sarung tangan karet dalam negeri diminta agar lebih lanjut melakukan inovasi
teknologi, proses produksi dan pengembangan produk-produk sarung tangan karet
bernilai tambah tinggi.
Selain itu, semakin banyak menggunakan bahan baku dan bahan penolong yang
berasal dari dalam negeri, meningkatkan penyerapan tenaga kerja Indonesia, dan
tetap menjaga kelestarian lingkungan dengan menerapkan produksi bersih.
Seiring perkembangan zaman kebutuhan manusia secara terus menerus akan
meningkat sesuai berjalannya waktu. Berbagai kebutuhan sehari-hari pun terus
dikembangkan agar manusia dapat menggunakan dengan efisien sesuai kebutuhan.
Salah satu alat atau benda yang sangat dipergunakan oleh manusia berbahan dasar
dari karet.
Karet alam merupakan salah satu hasil pertanian yang penting karena
memegang peranan penting dalam meningkatkan taraf hidup taraf hidup manusia,
karena banyak menghasilkan devisa negara. Karet alam dihasilkan dari perkebunan
besar dan perkebunan rakyat. Umumnya karet rakyat bermutu rendah karena alat dan
cara pengolahannya masih sangat sederhana.
Lateks (C5H8)n adalah getah kental, sering kali mirip susu, yang dihasilkan
banyak tumbuhan dan membeku ketika terkena udara bebas. Lateks merupakan suatu
larutan koloid dengan partikel karet dan bukan karet yang tersupensi di dalam suatu
media yang banyak mengandung bermacam-macam zat. Bagian-bagian yang
terkandung tersebut tidak larut sempurna, melainkan terpencar secara atau merata di
dalam air. Partikel-partikel koloidal ini sedemikian kecil dan halusnya sehingga dapat
menembus saringan (Tim Penulis PS, 1999).
Susunan bahan lateks dapat dibagi menjadi dua komponen. Komponen yang
pertama adalah bagian yang mendispersikan atau memancarkan bahan-bahan yang
terkandung secara merata, biasa disebut serum. Bahan-bahan bukan karet yang larut
dalam air, seperti protein, garam-garam mineral, enzim dan lainnya termasuk ke
dalam serum. Komponen kedua adalah butir-butir karet yang dikelilingi lapisan tipis
protein.
Lateks sebagai bahan baku berbagai hasil karet, harus memiliki kualitas yang
baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas lateks, sebagai berikut :
1. Faktor dari kebun (jenis klon, sistem sadap, kebersihan pohon, dan lain-lain).
2. Iklim (musim hujan mendorong terjadinya prakoagulasi, musim kemarau
keadaan lateks tidak stabil).
3. Alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan dan pengangkutan (yang baik
terbuat dari aluminium atau baja tahan karat).
4. Pengangkutan (goncangan, keadaan tangki, jarak, jangka waktu).
5. Kualitas air dalam pengolahan.
6. Bahan-bahan kimia yang digunakan.
Lateks mengandung 25-40 % bahan karet mentah (crude rubber) dan 60-77 %
serum (air dan zat yang larut). Karet mentah mengandung 90-95 % karet murni, 2-3
% protein, 1-2 % asam lemak, 0,2 % gula, 0,5 % garam dari Na, K, Mg, P, Ca, Cu,
Mn, dan Fe. Karet alam adalah hidrokarbon yang merupakan mikromolekul
poliisoprene (C5H8)n dengan rumus kimia 1,4-cis-poliisoprene. Partikel karet
tersuspensi atau tersebar secara merata dalam serum lateks dengan ukuran 0.04-3.00
mikron dengan bentuk partikel bulat sampai lonjong (Triwijoso, 1995).
Lateks kebun akan menggumpal atau membeku secara alami dalam waktu
beberapa jam setelah dikumpulkan. Penggumpalan alami atau spontan dapat
disebabkan oleh timbulnya asam-asam akibat terurainya bahan bukan karet yang
terdapat dalam lateks akibat aktivitas mikroorganisme. Hal itu pula yang
menyebabkan mengapa lump hasil penggumpalan alami berbau busuk. Selain itu,
penggumpalan juga disebabkan oleh timbulnya anion dari asam lemak hasil hidrolisis
lipid yang ada di dalam lateks. Anion asam lemak ini sebagaian besar bereaksi
dengan ion magnesium dan kalsium dalam lateks membentuk sabun yang tidak larut,
keduanya menyebabkan ketidak mantapan lateks yang pada akhirnya terjadi
pembekuan.
Contoh produk dari lateks yaitu sarung tangan, lateks kebun yang baru
disadap harus melakukan proses sentrifugasi atau proses pendadihan dengan
ditambahkan zat anti koagulan supaya tidak menggumpal. Proses itu dilakukan
dengan menambahkan bahan kimia dan dengan alat sentrifugasi yang memiliki
ketelitian yang tinggi dan pastikan lateks benar benar sudah mencair. Lateks tersebut
berubah menjadi lateks pekat. Lateks pekat ini belum dapat diolah menjadi produk,
lateks pekat harus diubah menjadi lateks kompon supaya produk produk yang
dihasilkan berkualitas tinggi. Lateks kompon dihasilkan dari lateks pekat yang
ditambahkan zat pendispersi yang bemutu tinggi. Zat zat pendispersi sebelumnya
harus di giling didalam ball mil selama 1 hari sampai benar-benar halus. Jika sudah
halus maka ditambahkan kedalam lateks pekat dan di homogenkan selama kurang
lebih 2-4 hari(sampai benar-benar matang).
Untuk menguji kematangan lateks, ada beberapa cara salah satunya yaitu
mengambil sebagian lateks kompon lalu mengoleskan ketangan dan digosok-gosok,
jika setelah digosok lateks tersebut menggumpal maka itu bertanda bahwa lateks
sudah matang dan siap untuk diproduksi. Cara lain dengan secara kimiawi yaitu
dengan memasukkan 3 mL lateks kompon kedalam tabung reaksi lalu ditambahkan
chloroform bertetes dan jika tidak ada gumpalan maka lateks tersebut sudah matang.
Untuk membuat sarung tangan sendiri itu cukup mudah hingga industri
rumahan banyak yang melakukan usaha produksi sarung tangan karet. Bahan-bahan
yang digunakanpun sederhana atau tidak terlalu berbahaya hanya saja berbau
menyengat karena ada nya zat amoniak pada lateks.
Produksi sarung tangan karet juga mudah dilakukan, oleh karena itu banyak
industri rumahan yang melakukan usaha ini. Pabrik-pabrik maupun industri kecil
sarung tangan karet di Indonesia bersaing ketat untuk menjualkan produknya.
Biasanya, pabrik-pabrik tidak hanya memproduksi sarung tangan, melainkan ada
beberapa produk lain yang dihasilkan seperti balon, selang, kasur, bahkan ban
kendaraan. Industri kecil biasanya hanya memproduksi 1 sampai 2 jenis produk saja.
Produk-produk lateks ini sangat berkualitas tinggi dari produk sarung tangan,
kasur, lateks, jaket lateks, bola karet, selang karet, sepatu, sandal, dan sebagainya.
Kesimpulannya, industri sarung tangan lateks ini pantas untuk dimajukan serta
dikembangkan menjadi industri yang dapat bersaing secara nasional maupun
internasional berdasarkan pemasokan kebutuhan alat pelindung diri yang tinggi dan
industri ini harus memakai alat alat yang lebih canggih untuk menghasilkan sarung
tangan yang lebih berkualitas dan dapat bersaing dikancah nasional maupun
internasional dengan didukung pemerintah yang kini yakin bahwa industri karet dapat
maju dan bersaing sehingga dapat membantu menstabilkan ekonomi negara.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2018. Industri Sarung Tangan Karet Nasional Eksis di Kancah Global.
http://www.kemenperin.go.id/artikel/17176/Industri-Sarung-Tangan-Karet-
Nasional-Eksis-di-Kancah-Global. Diakses tanggal 31 Agustus 2018 pukul
20.15 WIB.